Anda di halaman 1dari 20

LO. 1.

Memahami dan menjelaskan Sumpah Hippocrates

LI. 1.1 Memahami dan menjelaskan Sumpah Hippocrates

Sejarah Etika Kedokteran


Kode etik pertama dalam bidang praktek medic telah dikeluarkan oleh bangsa yang hidup
di lembah Mesopotamia (Babylon) kira-kira 2500 tahun sebelum masehi.Kode Etik
Hammurabi adalah sebuah Code of conduct yang secara terperinci mengatur sikap yang
dituntut dari seorang dokter.
Sumpah Hippocrates, suatu pernyataan pendek mengenai kelakuan (conduct) dokter, kita
ketahui melalui sejarah sebagai pernyataan yang hidup dari cita-cita yang dijunjung tinggi
oleh para dokter. Sumpah ini diterima pada masa kejayaan peradaban Yunani, pada abad ke-5
sebelum Masehi. Sumpah Hippocrates melindungi hak si pasien dan menimbulkan perasaan
yang lebih dalam dan luhur dari dokter tanpa menunjukkkan hukuman atau sanksi-sanksi
kepada dokter-dokter.
Peradaban-peradaban lain kemudian menggambarkan prinsip-prinsip yang terbatas.
Namun, sumpah Hippocrates itu kemudian diterima oleh peradaban Kristen pada abad ke-11
dan oleh peradaban barat dianggap sebagai suatu ungkapan sikap seorang dokter yang ideal.
Sumbangan lain yang paling menonjol pada sejarah etik kedokteran pada sejarah etika
kedokteran setelah Hippocrates diberikan oleh Thomas Percival, seorang dokter, pengarang,
dan ahli filsafat Inggris. Pada tahun 1803, ia menerbitkan Code of Medical Ethics.
Kepribadiaannya, perhatiannya terhadap keadaan social, serta hubungannnya yang erat
dengan rumah sakit Manchester Infirmary, kesemuanya itu dia tuangkan dalam suatu
publikasi yang berjudul “Hal-Ihwal Sikap Profesional dalam Hubungan Rumah Sakit dan
Pelayanan Kesehatan”.

SUMPAH HIPPOCRATE

Hippokrates (460 SM - 370 SM) adalah seorang ahli fisika dari Yunani kuno, yang kini
dikenal sebagai figur medis yang paling terkemuka sepanjang masa, maka dari itu ia disebut
"Bapak Kedokteran". Ia belajar dunia kedokteran dari sekolah kedokteran Kos dan mungkin
merupakan salah satu murid dari Herodikus. Tulisan hasil karyanya yang dikenal dengan
Corpus Hippocraticum telah membuang semua pemikiran takhyul masyarakat Yunani kuno
mengenai penyakit dan obat-obatan. Tulisan-tulisan Hippokrates pun masih ada yang
dipergunakan hingga saat ini, seperti Sumpah Hippokrates (Hippocratic Oath) dan berbagai
risalat lainnya.

1
Berikut sumpah Hippokrates yang telah dimodernisasi menyesuaikan dengan abad 21 :

I swear by Apollo the physician, and Asclepius, and Hygieia and Panacea and all the gods
and goddesses as my witnesses, that, according to my ability and judgement, I will keep this
Oath and this contract:

Saya bersumpah demi Apollo, dan Asclepius, dan Hygieia, dan Panacea dan semua dewa
dewi sebagai saksi saya, bahwa, berdasarkan kemampuan saya, akan tetap memegang teguh
sumpah ini :

To hold him who taught me this art equally dear to me as my parents, to be a partner in
life with him, and to fulfill his needs when required; to look upon his offspring as equals to
my own siblings, and to teach them this art, if they shall wish to learn it, without fee or
contract; and that by the set rules, lectures, and every other mode of instruction, I will
impart a knowledge of the art to my own sons, and those of my teachers, and to students
bound by this contract and having sworn this Oath to the law of medicine, but to no others.

Memperlakukan guru yang mengajarkan ilmu (kedokteran) ini kepada saya seperti orangtua
saya sendiri dan menjalankan hidup ini bermitra dengannya, dan apabila ia membutuhkan
uang, saya akan memberikan, dan menganggap keturunannya seperti saudara saya sendiri dan
akan mengajarkan kepada mereka ilmu ini bila mereka berkehendak, tanpa biaya atau
perjanjian, memberikan persepsi dan instruksi saya dalam pembelajaran kepada anak saya
dan anak guru saya, dan murid-murid yang sudah membuat perjanjian dan mengucapkan
sumpah ini sesuai dengan hukum kedokteran, dan tidak kepada orang lain.

I will use those dietary regimens which will benefit my patients according to my greatest
ability and judgement, and I will do no harm or injustice to them.

Saya akan menggunakan pengobatan untuk menolong orang sakit sesuai kemampuan dan
penilaian saya, tetapi tidak akan pernah untuk mencelakai atau berbuat salah dengan sengaja.
Tidak akan saya memberikan racun kepada siapa pun bila diminta dan juga tak akan saya
sarankan hal seperti itu.

I will not give a lethal drug to anyone if I am asked, nor will I advise such a plan; and
similarly I will not give a woman a pessary to cause an abortion.

Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan walaupun diminta, dan saya juga wanita
alat untuk menggugurkan kandungannya, dan saya akan memegang teguh kemurnian dan
kesucian hidup saya maupun ilmu saya.

I will not use the knife, even upon those suffering from stones, but I will leave this to those
who are trained in this craft.

Saya tak akan menggunakan pisau, bahkan alat yang berasal dari batu pada penderita(untuk
percobaan), akan tetapi saya akan menyerahkan kepada ahlinya.

Into whatever homes I go, I will enter them for the benefit of the sick, avoiding any
voluntary act of impropriety or corruption, including the seduction of women or men,
whether they are free men or slaves.

2
Ke dalam rumah siapa pun yang saya masuki, saya akan masuk untuk menolong yang sakit
dan saya tidak akan berbuat suatu kesalahan dengan sengaja dan merugikannya, terutama
menyalahgunakan tubuh laki-laki atau perempuan, budak atau bukan budak.

Whatever I see or hear in the lives of my patients, whether in connection with my


professional practice or not, which ought not to be spoken of outside, I will keep secret, as
considering all such things to be private.

Dan apa pun yang saya lihat dan dengar dalam proses profesi saya, ataupun di luar profesi
saya dalam hubungan saya dengan masyarakat, apabila tidak diperkenankan untuk
dipublikasikan, maka saya tak akan membuka rahasia, dan akan menjaganya seperti rahasia
yang suci.

So long as I maintain this Oath faithfully and without corruption, may it be granted to me
to partake of life fully and the practice of my art, gaining the respect of all men for all
time. However, should I transgress this Oath and violate it, may the opposite be my fate.

Apabila saya menjalankan sumpah ini, dan tidak melanggarnya, semoga saya bertambah
reputasi dimasyarakat untuk hidup dan ilmu saya, akan tetapi bila saya melanggarnya,
semoga yang berlawanan yang terjadi.

Kemudian diadaptasi oleh World Medical Asscociation pada tahun 1948 yang dinamakan
Deklarasi Jenewa (Declaration of Geneva) sebagai reaksi atas kejahatan medis yang
dilakukan selama masa perang dunia ke-dua dimana pada saat itu banyak dokter yang
melakukan eksperimen terhadap manusia (tawanan perang) tanpa izin yang bersangkutan dan
tanpa memperhatikan etika penelitian maupun hak azasi manusia. Deklarasi ini beberapa kali
diamandemen dan yang terakhir adalah tahun 2006 di Perancis :

Deklarasi yang asli ( tahun 1948 ) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Majelis
Pertimbangan Kesehatan dan Syara’ Departemen Kesehatan RI dan Panitia Dewan Guru
Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kemudian dikukuhkan oleh PP No. 26
tahun 1960 dan disempurnakan pada Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran II pada
bulan Desember 1981 di Jakarta dan diterima sebagai lafal sumpah dokter Indonesia

3
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Rahasia Medis
LI. 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Rahasia Medis

Dokter harus sadar bahwa masyarakat kita sekarang ini sudah kritis dan dapat merespon
terhadap segala sesuatu yang dirasa tidak sesuai dan merugikan mereka. Sering timbul
masalah yang menyangkut hubungan dokter - pasien --> pembocoran rahasia. Harus disadari
bahwa tanggung jawab dari profesi kedokteran ini sangatlah besar dan harus sesuai dengan
hukum yang berlaku termasuk kode etik kedokteran dan kondisi masyarakat.

Arti Rahasia Kedokteran (PP No.10 tahun 1966) Rahasia kedokteran adalah segala sesuatu
yang harus dirahasiakan mengenai apa yang diketahui dan didapatkan selama menjalani
praktek lapangan kedokteran, baik yang menyangkut masa sekarang maupun yang sudah
lampau, baik pasien yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.

Rahasia pekerjaan
Segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan berdasarkan lafal sumpah yang
diucapkan pada waktu menerima gelar seorang dokter.

Rahasia jabatan

4
Segala sesuatu yg diketahui dan harus dirahasiakan berdasarkan lafal sumpah yg diucapkan
pd waktu diangkat sebagai pegawai negeri.

Peraturan yang mengatur tentang wajib simpan rahasia kedokteran :

1.PP No. 26 tahun 1960 tentang lafal sumpah dokter

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter”.

2.Pasal 12 dalam KODEKI


“ Seorang dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien karena
kepercayaan yang diberikan kepadanya, bahkan juga setelah pasien meninggal dunia “.

LI. 2.2 Memahami dan Menjelaskan Yang Berkewajiban Simpan Rahasia Medis

Berdasarkan penjelasan pada pasal 2 PP no. 10 tahun 1966 yang wajib menyimpan rahasia
medis yaitu :

“Berdasarkan pasal ini orang ( selain daripada tenaga kesehatan ) yang dalam pekerjaanya
berurusan dengan orang sakit atau mengetahui keadaan sisakit, ( baik ) yang tidak maupun
yang belum mengucapkan sumpah jabatan, berkewajiban menjunjung tinggi rahasia
mengenai keadaan si sakit. Dengan demikian para mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi,
ahli farmasi, ahli laboratorium, ahli sinar, bidan, para pegawai, murid para medis dan
sebagainya termasuk dalam golongan yang diwajibkan menyimpan rahasia. Menteri
Kesehatan dapat menetapkan, baik secara umum, maupun secara insedentil, orang-orang lain
yang wajib menyimpan rahasia kedokteran, misalnya pegawai tata-usaha pada rumah sakit
dan laboratorium-laboratorium.

Yang termasuk sebagai tenaga kesehatan :


a. tenaga medis : dokter, dokter gigi
b. tenaga keperawatan : perawat, bidan
c. tenaga kefarmasian : apoteker, analisis farmasi, asisten apoteker
d. tenaga kesehatan masyarakat :epidemiologi kesehatan, entomology kesehatan,
mikrobio, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan, sanitarian kesehatan.
e. tenaga gizi : nutrisionis, defisien
f. tenaga keterapian fisik : fisio terapis, okupasiterapis, terapis wicara
g. tenaga keteknisan medik :radiographer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis

LI. 2.3 Memahami dan Menjelaskan Kapan Rahasia Medis Dapat Dibuka

Rahasia medis dapat dibuka, ketika :


0 Ijin / otorisasi pasien

5
1 Berdasarkan Undang-undang Praktik Kedokteran pasal 48 tentang Rahasia
Kedokteran,
- Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
- Rahasia kedokteran dapat di buka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien,memenuhi aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan
- Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan
Menteri.

Seorang dokter boleh membuka rahasia medis atau rahasia kedokteran tanpa perlu di
jatuhi hukuman, apabila dokter membuka rahasia tersebut berdasarkan ketentuan
perundang-undangan seperti berikut:

• KUHP pasal 49
Tidak dipidana, barang siapa yang melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk
diri sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri
maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat
pada saat itu yang melawan hukum .

• KUHP Pasal 50
Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang
tidak di pidana.

• KUHP Pasal 51
Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang di
berikan oleh penguasa yang berwenang, tidak di pidana.

LI. 2.4 Memahami dan Menjelaskan Sanksi Hukum Yang Berhubungan Dengan
Rahasia Medis

0 Menurut pasal 322 KUHP yang berbunyi:


(1) “Barang siapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang ia wajib menyimpannya
oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dulu, dihukum
dengan penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya
sembilan ribu rupiah“
(2) “Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seseorang yang tertentu, ia hanya dituntut atas
pengaduan orang tersebut“

6
Berdasarkan ayat pertama, bukan hanya dokter melainkan juga seseorang yang berprofesi
selain dokter berlaku terhadap sanksi ini, serta sanksi ini akan tetap terus berlaku meskipun
seorang dokter tersebut telah tidak berpraktik, sudah pensiun, ataupun pindah pekerjaan.
Berdasarkan ayat kedua, apabila dokter membuka rahasia pasiennya, tidak akan langsung
dituntut oleh pengadilan, melainkan hanya sesudah ada pengaduan atau tuntutan dari
pasiennya.

1 Menurut pasal 1365 KUHP Perdata yang berbunyi:


“Barang siapa yang berbuat salah sehingga seorang lain menderita kerugian, berwajib
mengganti kerugian tersebut“

Berdasarkan pasal tersebut, dapat dimengerti bahawa apabila seorang dokter membuka
rahasia medis pasiennya, dan pasien tersebut menderita kerugian akibat hal itu, maka dokter
tersebut wajib mengganti kerugian pasien tersebut.

LO.3 Memahami dan Menjelaskan Informed Consent dan Rekam Medis

LI.3.1 Memahami dan menjelaskan Informed consent


0 Pengertian Informed consent
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter setelah diberikan
penjelasan.

1 Bentuk Informed consent

Tersirat dan dianggap telah memberikan (Implied Consent)

Implied consent adalah persetujuan uang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan
tegas. Misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium, melakukan suntikan
pada pasein, dan melakukan penjahitan.

Bentuk lain dari implied consent dalam keadaan gawat darurat adalah Presumed consent,
artinya bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan dokter.

 Dinyatakan (Expressed Consent)


Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan bila yang
dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Bentuk persetujuan
dalam Expresses consent:

7
a. Persetujuan lisan: dokter dalam penanganan medik hanya membutuhkan persetujuan
secara lisan dalam hal ini tindakan yang tidak invasif (tidak mengandung risiko yang besar).
Misalnya, pemeriksaan dalam rektal atau pemeriksaan dlama vaginal, mencabut kuku dan
tindakan lain yang melebihi prosedur pemeriksaan dan tindakan umum.

b. Persetujuan tertulis: dokter dalam melakukan penanganan medik harus mendapat


persetujuan secara tertulis dari pihak pasien. Persetujuan dilakukan terhadapan penanganan
medik yang mengandung risiko seperti tindakan pembedahan atau prosedur pemeriksaan dan
pengobatan yang invasif (mengandung risiko besar). Hal tersebut terdapat pada pasal 3 (1)
Permenkes No. 585/ 1989. Persetujuan tersebut dalam bentuk formulir-formulir persetujuan
pembedahan, operasi, dan lain-lain yang harus diisinya (umumnya) dengan ditulis tangan.

2 Pengaturan Informed consent

Permenkes No.585 tahun 1989 dan diperkuat UU No.29 tahun 2004 tentang
praktik kedokteran yang terdapat pada :

a. Pasal 45

1 : setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien harud mendapat persetujuan
2 : persetujuan sebagaiman dimaksud pada ayat 1 dberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap
3 : penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 sekurang-kurangnya mencakup :

a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis


b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d.Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

8
4 : persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara
tertulis maupun lisan
5 : setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi
harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan
6 : ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ayat 2, ayat 3, ayat 4 dan ayat 5 diatur dengan
pengaturan menteri

b. Pasal 11 bab IV Permenkes No. 585

0 Untuk pasien dibawah umur 21 tahun dan pasien-pasien gangguan jiwa yang
mendatangani adalah orang tua/wali/keluarga terdekat atau induk semang.
1 Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar atau pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan darurat yang memerlukan tindakan
medik segera, tidak diperlukan persetujuan dari siapa pun.

 The Medical Defense Union dalam bukunya Medicolegal Issues in Clinical


Practice menyatakan bahwa ada 5 syarat yang dipenuhi untuk Informed consent:

1. Diberikan secara bebas


2. Diberikan oleh orang yang sanggup mebuat perjanjian
3. Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat

memahami tindakan tiu perlu dilakukan


4. Mengenai sesuatu hal yang khas
5. Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama

 Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia mengenai Informed consent:

1. Informed consent diberikan oleh pasien dewasa yang berada dalam


kesehatan rohaniah
2. Untuk, orang dewasa yang berada dibawah pengampuan, Informed
consent diberikan oleh orang tua/kurator/wali. Untuk yang dibawah umur
yang tidak mempunya orang tua/wali, Informed consent diberikan kedapda
keluarga terdekat atau induk semang (guardian)
9
3. Dalam pasien dalam keadaan tidak sadar/pingsan, serta tidak
didampangin oleh yang tersebut diatas, dan dinyatakan secara medis dalam
keadaan gawat atau darurat yang memerlukan tindakan medis secara segera
untuk kepentingan pasien, tidak diperlukan Informed consent dari siapapun
dan ini tanggung jawab dokter.

LI.3.2. Memahami dan Menjelaskan Rekam Medis


3.2.1. Pengertian

• Rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis,


pemeriksaan, dan catatan segala kegiatan para pelayan atau tenaga kesehatan atas
pasien dari waktu ke waktu.

• Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakak, dan pelayanan lain kepada pasien
pada sarana pelayanan kesehatan (Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989
tentang Rekam Medis).

• Rekam medis adalah rekam dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas
pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medis/kesehatan kepada
seorang pasien (SK PB IDI No.315/PB/A.4/88)

3.2.2. Perkembangan Rekam Medis di Indonesia


0 SK Menkes RI No.031/Birhup/1972 menyatakan bahwa semua rumah sakit
diharuskan mengerjakan medical recording dan reporting, dan hospital statistic.
1 Keputusan Menkes RI No.034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan
Rumah Sakit, pada Bab I pasal 3 dinyatakan guna menunjang terselenggaranya master plan
yang baik,setiap rumah sakit diwajibkan mempunyai dan merawat statistik yang
mutakhir,serta membina rekam medis yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan.
2 SK Menkes RI No.134/Menkes/SK/IV/78 tentang susunan organisasi dan tata kerja
rumah sakit menyebutkan subbagian pencatatan medik mempunyai tugas mengatur
pelaksanaan kegiatan pencatatan medik.
3 IDI menerbitkan Fatwa IDI tentang Rekam Medis dalam SK No.315/PB/A.4/88 yang
menekankan bahwa praktik profesi kedokteran harus melaksanakan rekam medis
4 Serangkaian peraturan yang diterbitkan pemerintah mengenai rekam medis,
dipertegas secara rinci dalam Permenkes RI No.749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang RM (
Medical Record ) sehingga RM mempunyai landasan hukum yang kuat.
5 Dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran (UUPK) pasal 46, dipertegas bahwa:

10
 Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran
wajib membuat rekam medis.

 Rekam medis harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima


pelayanan kesehatan.

• Dalam UUPK pasal 79 diingatkan tentang sanksi hukum yaitu denda


maksimum Rp50.000.000,00 bila dokter terbukti sengaja tidak membuat rekam
medis.

3.2.3. Isi Rekam Medis

• Rekam medis untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat
memiliki informasi sebagai berikut:

 Identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa)

 Riwayat penyakit (anamnesis) tentang keluhan utama, riwayat sekarang,


riwayat penyakit yang pernah diderita,riwayat keluarga tentang penyakit yang
mungkin bersifat genetis

 Laporan pemeriksaan fisik (pemeriksaan lab,foto rӧntgen,MRI,dll)

 Diagnosis dan/atau diagnosis banding

 Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan


yang berwenang.

• Rekam medis untuk pasien rawat inap memuat beberapa informasi, antara
lain:

 Identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa)

 Riwayat penyakit (anamnesis) tentang keluhan utama, riwayat sekarang,


riwayat penyakit yang pernah diderita,riwayat keluarga tentang penyakit yang
mungkin bersifat genetis

 Laporan pemeriksaan fisik (pemeriksaan lab,foto rӧntgen,MRI,dll)

 Diagnosis dan/atau diagnosis banding

 Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan


yang berwenang.

 Persetujuan tindakan medik

 Catatan konsultasi
11
 Catatan perawat dan tenaga kesehatan lainnya
 Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan

 Resume akhir dan evaluasi pengobatan

• Dalam SK PB IDI No.315/PB/A.4/88 tentang Rekam Medis/Kesehatan ,tercantum

beberapa hal sebagai berikut:

 Rekam medis/kesehatan harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya paling


lambat 48 jam setelah pasien pulang atau meninggal

 Perintah dokter melalui telepon untuk suatu tindakan medis, harus diterima
oleh perawat senior. Perawat senior yang bersangkutan harus membaca ulang
catatannya tentang perintah tersebut dan dokter yang bersangkutan
mendengarkan pembacaan ulant tersebut dengan seksama serta mengoreksi bila
ada kesalahan. Dalam waktu paling lambat 24 jam,dokter yang member perintah
harus menandatangani catatan tersebut.

 Perubahan terhadap rekam medis harus dilakukan dalam lembar khusus yang
harus dijadikan satu dengan dokumen untuk rekam medis

3.2.4. Resume Akhir (Evaluasi Pengobatan )

• Resume akhir dibuat segera setelah pasien dipulangkan.

• Isi resume akhir harus singkat, menjelaskan informasi penting tentang penyakit,

pemeriksaan yang dilakukan, dan pengobatan atau perawatan yang diberikan kepada
pasien.

• Isi resume akhir menjelaskan beberapa hal,antara lain:

 Alasan pasien masuk rumah sakit (anamnesis)

 Hasil penting pemeriksaan fisik

12
 Pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksanakan

 Keadaan pasien ketika keluar dari rumah sakit

 Anjuran pengobatan dan perawatan.

• Tujuan pembuatan resume akhir adalah:

 Menjamin kontuinitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta bahan yang
berguna bagi dokter pada waktu menerima pasien untuk dirawat kembali

 Bahan penilaian staf medik rumah sakit

 Memenuhi permintaan dari badan-badan resmi atau perseorangan tentang perawatan


seorang pasien, misalnya dari perusahaan asuransi (setelah persetujuan dari direktur)

 Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter yang mengirim,dan dokter
konsultan

• Untuk pasien yang meninggal dibuat laporan sebab kematian

3.2.5. Kegunaan Rekam Medis

• Alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lain yang ikut serta
dalam memberikan pelayanan,pengobatan,dan perawatan pasien.

• Dasar untuk perencanaan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan


kepada pasien.

• Bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembagan penyakit, dan pengobatan


selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit.

• Dasar analisis, studi,evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan


kepada pasien.

• Melindungi kepentingan hukum bagi pasien,rumah sakit maupun dokter dan


tenaga kesehatan lainnya.

13
• Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan
penelitian dan pendidikan.

• Dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien.

• Sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan laporan


pertanggung jawaban

3.2.6. Informasi Kesehatan

Dari data yang terdapat dalam rekam medis, bila diolah menurut keperluannya dapat
menjadi sumber informasi kesehatan dan dapat pula dihasilkan berbagai indikator yang dapat
dipakai untuk menilai mutu dan efisiensi pelayanan,misalnya:

• Bed Occupation Rate (BOR)

Jumlah pasien rawat inap setiap hari untuk jangka waktu tertentu

• Bed Turn Over (BTO)

Indikator jumlah tempat tidur yang tersedia siap pakai

• Bed Turn Over Interval (BTOI)

Indikator jumlah tempat tidur yang tersedia siap pakai dalam jangka waktu pergantian
pasien keluar dari rumah sakit dan penerimaan pasien rawat inap yang baru

3.2.7. Kepemilikan Rekam Medis

• Permenkes pasal 9 tahun 1989 tentang RM, menyatakan bahwa rekam medis adalah milik
pasien,namun isinya milik pasien yang bersangkutan.

• Milik rumah sakit

14
 Sebagai penanggung jawab integritas dan kesinambungan pelayanan kesehatan.

 Sebagai tanda bukti rumah sakit terhadap upaya penyembuhan pasien.

 Rumah sakit memegang berkas rekam medis yang asli. Direktur rumah sakit bertanggung
jawab atas hilangnya,rusaknya,dan pemalsuan rekam medis serta bertanggung jawab atas
penggunaan oleh badan atau orang yang tidak berhak.

• Milik pasien

Pasien memiliki hak legal maupun moral atas isi rekam medis yang isinya harus dijaga
kerahasiaannya.

• “Milik Umum”

Semua informasi yang terkandung dalam rekam medis adalah rahasia. Oleh karena itu,
pemaparan isi rekam medis harus seizin pasien, kecuali:

 Keperluan hukum

 Rujukan ke pelayanan lain untuk kepentingan pasien/keluarganya

 Evaluasi pelayanan di institusi sendiri yang bersangkutan

 Riset/edukasi

 Kontrak badan atau organisasi pelayanan

• Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan

0 Hanya petugas rekam medis yang diizinkan masuk ke ruang penyimpanan rekam medis
1 Dilarang mengutip sebagian atau sepenuhnya kecuali ditentukan oleh peraturan undang-
undang yang berlaku
2 Selama pasien dirawat,rekam medis pasien tersebut merupakan tanggung jawab perawat
ruangan

• Rekam medis boleh diambil lengkap tetapi atas permintaan hakim.

15
3.2.8. Kerahasiaan Rekam Medis

• Kewajiban dokter dan kalangan kesehatan untuk melindungi isi rekam medis tertuang
dalam Lafal sumpah dokter, KODEKI,dan peraturan perundang-undangan yang ada,dibahas
dalam Bab 11 tentang Rahasia jabatan dan pekerjaan dokter. Dalam SK PB IDI
No.315/PB/A.4/88 disebutkan bahwa:

“Pemaparan isi kandungan rekam medis/kesehatan hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
bertanggung jawab dalam perawatan pasien yang bersangkutan. Dan hal ini hanya boleh
dilakukan untuk (1) pasien yang bersangkutan,(2) atau kepada konsumen,atau (3) untuk
kepentingan pengadilan. Untuk rumah sakit permintaan pemaparan ini untuk kepentingan
pengadilan harus ditujukan kepada kepala rumah sakit.”

• Pasien dapat memperoleh rekam medis miliknya dengan menulis surat formal kepada pihak
rumah sakit yang bersangkutan

3.2.9. Penyimpanan Rekam Medis

0 SK PB IDI No.315/PB/A.4/88

 Lama penyimpanan berkas rekam medis adalah lima tahun dari tanggal terakhir pasien
berobat atau dirawat, dan selama lima tahun itu pasien yang bersangkutan tidak
berkunjung lagi untuk berobat. Lama penyimpanan berkas rekam medis yang berkaitan
dengan hal-hal yang bersifat khusus dapat ditetapkan lain.

 Setelah batas waktu tersebut yang disebutkan pada poin di atas dilampaui, berkas rekam
medis/kesehatan dapat dimusnahkan.

• Sebelum dimusnahkan, berkas-berkas rekam medis harus:

0 Diambil informasi utama


1 Menyimpan berkas anak-anak hingga batas usia tertentu sesuai dengan ketentuan

yang berlaku
2 Menyimpan berkas rekam medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Depkes

16
merekomendasi masa retensi rekam medis,minimum:

 RM obstetri, 25 tahun

 RM anak-anak dan usia muda,disimpan sampai ulang tahun ke-25,atau 8


tahun sesudah kunjungan terakhir

 RM pasien gangguan mental,20tahun sesudah dokter yang merawat


menyatakan pasien sudah sembuh

 RM yang lain,8 tahun dan resume akhir dibuat


LO 4. Memahami dan Menjelaskan Tentang Hukum Membeberkan Rahasia Medik
Dari Perspektif Hukum Islam
Rahasia adalah sesuatu yang tidak patut diketahui oleh orang lain. Apabila sesuatu yang
diketahui oleh orang lain dapat menimbulkan kemarahan yang bersangkutan atau mengancam
kepentingannya atau membuat malu, hal tersebut itu disebut rahasia.
Diantara akhlak Islam adalah larangan membocorkan rahasia dan mengungkit aib orang lain.
Rahasia sama dengan janji yang harus selalu dijaga. Setiap kali kita berbicara dengan orang
lain, maka obrolan itu jadi amanah yang harus selalu dijaga. Orang yang suka membocorkan
rahasia akan jatuh harga dirinya. Orang yang telah mendengar rahasia orang lain sepatutnya
menjadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain tersebut. Kuburan tersebut tidak usah digali-
gali lagi kecuali melalui pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa kebaikan bagi
semua pihak. sebagaimana dalam surat QS. Al Anfal: 27

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rosul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

Agama Islam yang mulia telah mengatur adab ini dengan sempurna. Menjaga rahasia adalah
akhlak yang tersusun dari ketenangan dan menunaikan amanat dengan menyembunyikan
rahasia merupakan hal yang terpuji. Sedangkan membocorkan rahasia merupakan sifat
khianat dan orang yang mebocorkannya tidak lain adalah orang yang tidak bisa menjaga
lisannya. Alloh Subhanahu Wata’ala memerintah kita untuk menjaga janji dan amanat dalam
firmanNya pada QS. Al Mu’minun: 8

“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat dan janjinya.”

17
Selain itu, Imam al-Ghozali mengatakan, “Menyebarkan rahasia hukumnya haram karena hal
tersebut menyakiti dan merendahkan hak kawan. Membocorkan rahasia termasuk khianat,
hukumnya haram bila dengan membocorkannya terdapat bahaya. Bila tidak ada
bahayanya,maka tercela.”

Imam Roghib al-Ashfahani mengatakan, “Menyebarkan rahasia termasuk tanda kurang sabar
dan kurang lapang dada. Sifat ini tidaklah melekat kecuali pada laki-laki yang lemah, anak
kecil, atau wanita.”

Beliau juga mengatakan bahwa rahasia itu ada 2 bentuk, yaitu:

1. Ucapan yang dikatakan seseorang dan dia menyembunyikannya, bisa secara jelas semisal
dia mengatakan “Rahasiakan apa yang aku katakan kepadamu” atau bisa juga berupa
perbuatan semisal dia mencari waktu yang tepat kepada orang yang akan diajak bicara, atau
dia berbisik dan merendahkan suaranya.

2. Rahasia yang tersimpan dalam dirimu, berupa perkara jelek bila tersebar atau sebuah
rencana
yang akan engkau kerjakan. Disamping itu menjaga rahasia juga ada 2 macam:

- Pertama, menjaga rahasia yang terpuji, dan ini termasuk bentuk menunaikan amanat dan
menepati janji. Seperti menyembunyikan rahasia orang lain, atau rahasia pribadi dan semua
ini adalah inti dari sifat menjaga rahasia.

- Kedua, menyembunyikan rahasia yang tercela, yaitu menyembunyikan persaksian dan


menyembunyikan wahyu yang telah alloh turunkan.

Para nabi dan orang sholih telah memberikan teladan kepada kita dalam sifat menjaga
rahasia. Terutama qudwah terbaik kita Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi Wasallam, yaitu
tatkala perang Khondaq terjadi. Beliau menyembunyikan masuk islamnya Nu’aim bin
Mas’ud al-Ghothofani, dan berpesan kepadanya, “Hanya engkaulah satu-satunya orang yang
masuk Islam pada saat ini, maka buatlah kekacauan di antara mereka semampumu karena
perang penuh dengan tipu muslihat (al-Fushul Fi Siroh ar Rosul)

Teladan lain dapat kita jumpai pada Al Qur’an dan As Sunnah yaitu ketika Nabi Luth
merahasiakan kedatangan para malaikat dari kaum dan istrinya (QS. Hud:81); ketika ibunda
Nabi Musa menyembunyikan berita tentang Musa karena khawatir akan dibunuh Fir’aun
(QS. Al Qoshosh:7); juga ketika Abu Bakar Rodhiallohu’anhu menyembunyikan rahasia
Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi Wasallam ketika Umar bin Khothob Rodhiallohu’anhu
menawarkan putrinya Hafshoh Rodhiallohu’anha (HR. Bukhori); dan ketika Anas bin Malik
Rodhiallohu’anhu menyembunyikan rahasia Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi Wasallam
kepada ibunya dan ibunya mendukungnya (HR. Muslim).

Karena tidak semua orang bisa menjaga rahasia, maka kita harus berhati-hati dalam
menyampaikan rahasia. Hendaknya sebelum kita menceritakan rahasia kepada orang lain ada
beberapa hal yang sebaiknya kita perhatikan dari diri orang tersebut, diantaranya adalah:

- Dia memiliki akal yang tajam, sehingga dengannya dapat terjaga rahasia
- Dia memiliki agama yang kuat, sehingga terjaga dari khianat

18
- Dia orang yang senang dan selalu menasihati, sehingga dapat memberi masukan dan saran
saat senang maupun susah
- Dia orang yang penuh kasih sayang dan cinta, sehingga karena rasa cinta dan perhatiannya
dapat menjaga rahasia yang diinginkan
- Dia punya sifat menyimpan rahasia. Hal ini dapat diketahui dari pergaulan dengannya,
duduk bersamanya, dan praktik kesehariannya.

Menjaga harta lebih mudah ketimbang menjaga rahasia. Hal ini karena mengeluarkan harta
harus lewat pintu dan gembok dan kunci yang berlapis, sedangkan membocorkan rahasia
cukup sekedar dengan lisan yang berbicara. Benarlah kata seorang bijak, bahwa “Sabar
dengan menggenggam bara api adalah lebih mudah daripada sabar menyimpan rahasia.”
(Adz-Dzari’ah).

Dan cukuplah perkataan para Sahabat sebagai cambuk untuk mengingatkan kita dalam
memegang amanah:

* Ali bin Abi Tholib Rodhiallohu’anhu berkata: “Rahasiamu adalah tawananmu, apabila
engkau membocorkannya maka engkau jadi tawanannya.”

* Umar bin Abdul Aziz Rodhiallohu’anhu berkata: “Hati ibarat bejana dan bibir adalah
gemboknya, sedangkan lisan adalah kuncinya. Maka hendaknya setiap orang menjaga kunci
rahasianya.”

Kerugian yang diderita oleh orang lain tentu bergantung pada permasalahannya. Jika
permasalahannya sangat peka karena menyangkut keamanan negara dan masyarakat,
bahayanya pun akan sangat besar. Jika rahasia itu menyangkut pribadi seseorang, hal itu akan
sangat merusak kredibilitasnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an

Hanafiah, Jusuf dan Amir, Amri.2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan edisi 4.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://blog.re.or.id/bunga-rampai-nasihat-tausyiah-aa-gym.htm

http://brownieshofwah.blogspot.com/2009/04/ssstt-rahasia-yah.html

http://herm4no.multiply.com/reviews/item/20

http://hukmulislam.blogspot.com/2010/10/pandai-menyimpan-rahasia.html

http://kisetsuharu.wordpress.com/tag/hippocrates/

http://lhizaspears21.blogspot.com/2009/07/sejarah-etika-kedokteran.html

http://www.nlm.nih.gov/hmd/greek/greek_oath.html

http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/sumpah-hippocrates-t133.htm

http://quran.com/

www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/.../Rhs%20Kedokteran.pdf

www.ifhro.org/ed_modules/Education_Module4

20

Anda mungkin juga menyukai