Anda di halaman 1dari 103

RANGKUMAN

BHP
ETIK KEDOKTERAN DAN
HUKUM KESEHATAN
ETIK KEDOKTERAN DAN HUKUM
KESEHATAN
 Etik  etos : yang baik, yang layak
 Propesi : pengkuan
 Etik profesi yaitu merupakan prinsip2 moral
atau asas2 akhlak yang harus diterapkan oleh
para profesi
CIRI-CIRI PEKERJAAN PROFESI
 Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional
 Pekerjaan berlandaskan etik profesi
 Mengutamakan penggilan kemanusiaan dari
pada keuntungan pribadi
 Pekerjaannya legal/ mendapatkan izin
 Anggota2nya belajar sepanjang hayat
 Anggota2nya bergabung dalam organisasi
profesi
LANDASAN ETIK KEDOKTERAN
 Sumpah hippokrates (460-377 SM)
 Deklarasi geneva (1948)
 International code of medical ethics (1949)
 Lafal sumpah dokter indonesia (1960)
 Kode etik kedokteran Indonesia (1983)
ETIK DAN HUKUM
Persamaan etik dengan hukum
 Sama2 merupakan alat untuk mengatur
tertibnya hidup masyarakat
 Sebagai objeknya adalah manusia
 Mengandung hak dan kewajiban anggota2
masyarakat , agar tidak saling merugikan
 Menggugah kesadaran dan bersikap
manusiawi
Perbedaan etik dengan hukum
 Etik berlaku untuk lingkungan profesi. Hukum untuk
umum
 Etik disusun berdasarkan anggota2nya, hukum oleh
pemerintah
 Sangsi etik : tuntunan, hukum : tuntutan
 Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK)Panitia
pengembangan dan Pembinaan Etik Kedokteran
(P3EK) yg di bentuk  DEPKES
 Etik kedokteran adalah perilaku profesional
para dokter
 Hukum kesehatan adalah peraturan
perundang-undangan yang menyangkut
pelayanan kesehatan.
LAFAL SUMPAH DOKTER
 Berdasarkan Sumpah Hippokrates dan
Deklarasi Geneva
 Pertama kali diucapkan pada tgl 25 feb.
1961
 Bunyi lafal sumpah dokter :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna
kepentingan kemanusiaan
2. Saya akan memelihara dengan sekuat
tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran
3. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara
yang terhormat dan bersusila , sesuai dengan
martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat
5. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya
ketahui karena pekerjaan saya dan keilmuan saya
sebagai dokter
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh
supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan
keagamaan, kesukuan, perbedaan kelamin,
politik kepartaian atau kedudukan sosial dalam
menunaikan kewajiban terhadap penderita
9. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai
dari saat pembuahan
10. Saya akan memberikan kepada guru-guru dan
bekas guru-guru saya penghormatan dan
pernyataan terimakasih yang selayaknya
11. Saya akan memperlakukan teman sejawat saya
sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan.
12. Saya akan menaati dan mengamalkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia
13. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-
sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya.

 5 hal pokok yang terkandung dalam sumpah


dokter :
1. Membaktikan hidup guna kepentingan
perikemanusiaan
2. Menjalankan tugas sesuai tradisi luhur
jabatan/pekerjaan
3. Berpegang teguh pada prinsip prinsip ilmiah dan
moral dan walaupun diancam tidak akan
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
etik, hukum dan agama
4. Tidak diskriminatif dalam pelayanan kesehatan
5. Menyimpan rahasia jabatan/pekerjaan, kecuali
ada peraturan pengecualian
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
I. KEWAJIBAN UMUM
 Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi,
menghayati, dan mengamalkan Sumpah dokter
 Ps 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan
profesinya menurut ukuran yang tertinggi
 Ps 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya,
seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan keuntungan pribadi
 Ps 4
Perbuatan berikut dipandang bertentangan
dengan etik
a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri
sendiri
b. Secara sendiri/bersama-sama menerapkan
pengetahuannya dan keterampilan kedokteran
dalam segala bentuk, tanpa kebebasan profesi
c. Menerima imbalan selain dari pada yang layak
sesuai dengan jasanya, kecuali dengan
keikhlasan, sepengetahuan dan atau kehendak
penderita
 Ps 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin
melemahkan daya tahan makhluk insani, baik
jasmani maupun rohani, hanya diberikan untuk
kepentingan penderita
 Ps 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam
mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan
teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya
 Ps 7
Seorang dokter hanya memberi keterangan atau
pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya
 Ps 8
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter
harus mengutamakan/ mendahulukan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek
pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif) serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya
 Ps. 9
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para
pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya
serta masyarakat, harus memelihara saling
pengertian sebaik-baiknya.
II. KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP PENDERITA
 Ps 10
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajibannya melindungi hidup makhluk insani
 Ps 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan penderita.

Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu


pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib
merujuk penderita kepada dokter lain yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut
 Ps 12
Setiap dokter harus memberikan kesempatan
kepada penderita agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan
penasehatnya dalam beribadat dan atau
dalam masalah lainnya
 Ps 13
Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
penderita, bahkan juga setelah penderita itu
meninggal dunia
 Ps 14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat
sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya
III KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP TEMAN SEJAWATNYA
 Ps 15
Setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
 Ps 16
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih
penderita dari teman sejawatnya tanpa
persetujuannya
IV KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP DIRI SENDIRI
 Ps 17
Setiap dokter harus memelihara
kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
baik
 Ps 18
Setiap dokter hendaknya senantiasa
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan tetap setia pada cita-citanya yang luhur.
UNDANG UNDANG KESEHATAN
NO. 23 TAHUN 1992
 UU RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
(selanjutnya disebut UU Kesehatan) berisi
peraturan-peraturan hukum yang bertujuan
untuk peningkatan derajat kesehatan seluruh
anggota masyarakat.
 UU ini melibatkan instansi-instansi terkait
dan juga melibatkan pemberi pelayanan
kesehatan (medical providers) dan penerima
pelayanan kesehatan (medical receivers)
UNDANG-UNDANG KESEHATAN
DAN
HUKUM KESEHATAN

Sama-sama mengenai ketentuan-ketentuan hukum


yang berkaitan dengan bidang kesehatan
 Kalangan kesehatan harus tetap menyadari
bahwa dalam menjalankan profesi kesehatan
mereka tidak saja bertanggung jawab
terhadap kesehatan pasien (professional
responsibility) tetapi juga bertanggung
jawab di bidang hukum (legal responsibility)
terhadap pelayanan yang diberikan
BEBERAPA PENGERTIAN DALAM
KETENTUAN UMUM
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah setiap tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan
5. Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis
untuk memindahkan organ dan atau jaringan
tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain
atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan
untuk menggantikan organ dan atau jaringan
tubuh yang tidak berfungsi dengan baik
6. Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat
kesehatan yang ditanamkan ke dalam jaringan
tubuh untuk tujuan pemeliharaan kesehatan,
pencegahan dan penyembuhan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan atau kosmetika
7. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan
atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatannya yang mengacu kepada
pengalaman dan keterampilan turun temurun,
dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat
8. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik
dan mental guna menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah secara bermakna baik
lingkungan darat, udara, angkasa, maupun air
BEBERAPA KUTIPAN DARI
UNDANG-UNDANG KESEHATAN
Asas (Pasal 2)
Pembangunan kesehatan diselenggarakan
berasaskan perikemanusiaan yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
manfaat, usaha bersama, dan kekeluargaan,
adil dan merata, perikehidupan, dalam
keseimbangan, serta kepercayaan akan
kemampuan diri sendiri
Tujuan Pembangunan Kesehatan (Pasal 3)

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal
HAK DAN KEWAJIBAN
(PASAL 4 DAN 5)
 Setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal
 Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta
dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan
KEPASTIAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM
Tiga pasal dibawah ini dikutip agar kalangan kesehatan
mengetahui bahwa UU Kesehatan ini memberikan
perlindungan hukum, baik kepada pemberi maupun
penerima pelayanan kesehatan
Pasal 53 :
1.Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesi
2.Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien
3.Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian,
dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang
dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan
4.Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan
peraturan pemerintah
Pasal 54
1. Terhadap tenaga kesehatan yang
melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan
tindakan disiplin
2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau
kelalaian sebagaimana dimaksud ayat (1)
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan.
Pasal 55
1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
SANKSI PIDANA
Pasal 15
1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dalam ayat (1)
hanya dapat dilakukan :
a) berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan
diambilnya tindakan tersebut
b) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan
tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan
tim ahli
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau
suami atau keluargannya
d) Pada sarana kesehatan tertentu
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Pasal 80
1.Pelanggaran terhadap pasal 15 ayat (1) dan
(2), pidana penjara selama 15 tahun dan
pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000

Ini adalah sebuah contoh sanksi hukum bagi


yang melakukan tindakan medik tertentu
terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi
ketentuan dalam UU kesehatan.
TRANSAKSI TERAPEUTIK
 PENGERTIAN:
Transaksi : perjanjian atau persetujuan yaitu
hubungan timbal balik antara dua pihak yang
bersepakat dalam satu hal. Terapeutik
adalah bidang pengobatan
TUJUAN :
Untuk melihat antara kedudukan dokter
dengan pasien yang mempunyai landasan
hukum, dapat di mulai dengan pasal 1313
KUH Perdata
SYARAT SAHNYA SUATU
PERSETUJUAN
 Berpedoman pada pasal 1320 KUH Perdata,
perikatan atau persetujuan memerlukkan
pula syrat2 yang perlu di penuhi
 Pasal 1320 KUH Perdata:

Ada 4 syarat unutk syahnya persetujuan:


 Sepakat mereka yang mengikat dirinya
 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
 Suatu hal tertentu
 Suatu sebab yang halal
PASAL 1338 KUH PERDATA
 Semua persetujuan yang dibaut sacara sah
berlaku sebagai undang2 bagi mereka yang
membuatnya. Persetujuan itu tidak bisa
ditarik kembali selain dengan sepakat kedua
belah pihak atau alasan2 yang menutut
undang2 boleh untuk itu.
HAK SERTA KEWAJIBAN
PASIEN DAN DOKTER
PENDAHULUAN
Keluhan msy terhadap para dokter antara lain :
 Kurangnya waktu dokter
 Kurang lancarnya komunikasi
 Kurangnya informasi yg diberikan ke pasien
 Tingginya biaya pengobatan
 Meningkatnya tarap pendidikan dan kesadaran
hukum asyarakat.
KODEKI, hanya berisikan kewajiban dokter dan
belum memuat hak dokter, begitu pula belum
termasuk semua hak dan kewajiban pasien.
Sehingga perlu dikaji hubungan dokter dan pasien.
HAK PASIEN
Dalam pembukaan UUD RI 1945 dg tegas
dicantumkan sila II pancasila.
Dalam “declaration of human rights”
perserikatan bangsa bangsa (PBB, 1948)

Dalam hubungan dokter dengan pasien,


pasien mempunyai hak-haknya yg harus
dihormati oleh para dokter.
 Dalam KODEKI terdapat pasal-pasal tentang
kewajiban dokter terhadap pasien yg merupakan
pula hak-hak pasien yang perlu diperhatikan.
Pada dasarnya hak-hak pasien adalah :
 Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak
untuk mati secara wajar.
 Memperoleh pel. Kedokteran yg manusiawi sesuai
dg standar profesi kedokteran.
 Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan
terapi dari dokter yg mengobatinya.
 Menolak prosedur diagnosis dan terapi yg
direncanakan, bahkan dpt menarik diri dari kontrak
terapeutik.
 Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yg
akan diikutinya.
 Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam
riset kedokteran.
 Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan,
dan dikembalikan ke dokter yg merujuknya setelah
selesai konsultasi atau pengobatan untuk
memperoleh perawatan lanjutan.
 Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi.
 Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah
sakit.
 Berhubungan dengan keluarga, penasihat atau
rohaniawan dan lainnya yg diperlukan slm
perawatan di rumah sakit.
 Memperoleh penjelasan biaya dan pemeriksaan.
Hal-hal yg harus diperhatikan dlm memberikan
informasi :
1. Dengan bahasa yg dimengerti pasien.
2. Pasien harus dapat memperoleh informasi tentang
penyakitnya, tindakan yg akan diambil,
kemungkinan komplikasi dan resikonya.
3. Untuk anak-anak dan pasien penyakit jiwa,
informasi diberikan kepada orang tua atau
walinya.
KEWAJIBAN PASIEN
Kewajiban pasien :
1. Memeriksakan diri sedini mungkin pada
dokter.
2. Memberikan informasi yg benar dan lengkap
tentang penyakitnya.
3. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
4. Menandatangani surat-surat PTM, surat
jaminan dirawat di RS.
5. Yakin pada dokternya, dan yakin akan
sembuh.
6. Melunasi biaya perawatan di RS, biaya
pemeriksaan dan pengobatan serta
honorarium dokter.
KEWAJIBAN DOKTER
 Dokter yg membaktikan hidupnya untuk
perikemanusiaan tentu akan selalu
mengutamakan kewajiban diatas
haknyanataupun kepentingan pribadi.
HAK DOKTER
1. Melakukan praktek dokter setelah memperoleh
surat izin dokter dan surat izin praktek.
2. Memperoleh informasi yg benar dan lengkap
dari pasien/keluarga tentang penyakitnya.
3. Bekerja sesuai standar profesi.
4. Menolak melakukan tindakan medik yg
bertentangan dg etika, hukum, agama dan hati
nuraninya.
5. Mengakhiri hubungan dg seorang pasien, jika
menurut penilaiannya kerjasamanya tdk ada
gunanya, kecuali dlm keadaan gawat darurat.
6. Menolak pasien yg bukan bidang spesialisasinya,
kecuali dlm keadaan darurat atau tidak ada
dokter lain yg mampu menanganinya.
7. Hak atas “privacy” dokter.
8. Ketentraman bekerja.
9. Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter
10. Menerima imbalan jasa.
11. Menjadi anggota perhimpunan profesi.
12. Hak membela diri.
REKAM MEDIS
 Fatwa IDI tentang RM dalam SK
No.315/PB/A.4/88 : menekankan bahwa
praktek profesi kedokteran harus
melaksanakan RM.
PENGERTIAN
 REKAM MEDIS ADALAH :
Kumpulan keterangan tentang identitas, hasil
anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala
kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien
dari waktu ke waktu.
 PERMENKES No.749a/MenKes/XII/89 RM adl:
Berkas yg berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kpd
pasien pada sarana pelyanan kesehatan.
ISI REKAM MEDIS
 Di RS terdapat 2 jenis RM :
1. RM pasien rawat jalan
2. RM pasien rawat inap
Informasi RM pasien rawat jalan :
3. Identitas dan formulir perizinan.
4. Riwayat penyakit (anamnesis)
5. Laporan pemeriksaan fisik, lab, foto
rontgen, scanning dll.
4. Diagnosa dan atau diagnosa banding
5. Instruksi diagnostik dan terapeutik

RM rawat inap : = rawat jalan di tambah :


6. Persetujuan tindakan medik.
7. Catatan perawat dan tenaga kesehatan lain
8. Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan
9. Resume akhir dan evaluasi pengobatan
RESUME AKHIR
 Resume dibuat segera setelah pasien pulang.
 Isinya :

1. Mengapa pasien masuk RS (anamnesis)


2. Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik,
lab, rontgen dll
3. Pengobatan dan tindakan operasi yg
dilaksanakan
4. Keadaan pasien waktu keluar (perlu berobat
jalan, mampu untuk berjalan dll)
5. Anjuran pengobatan dan perawatan (nama
obat, dosis, tindakan lain, dirujuk kemana dll)
KEGUNAAN RM
 Sebagai alat komunikasi antara dokter dan
tenaga kesehatan lainnya.
 Dasar untuk perencanaan
pengobatan/perawatan.
 Bukti tertulis atas segala pelayanan,
perkembangan penyakit dan pengobatan
pasien.
 Dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu
pelayanan
KERAHASIAAN RM
 RM sifatnya rahasia.
 Kewajiban dokter dan kalangan kesehatan
untuk melindungi rahasia ini tertuang dalam
lafal sumpah dokter, KODEKI, dan peraturan
perundang-undangan.
LAMA PENYIMPANAN RM
 Berpedoman kepada PERMENKES tentang RM
tahun 1989, pada pasal 7 dinyatakan :
1. Lama penyimpanan RM sekurang-kurangnya
5 tahun terhitung tgl terakhir pasien
berobat.
2. Lama penyimpanan RM yg berkaitan dg hal-
hal yg bersifat khusus dapat ditetapkan
sendiri.
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
(INFORMED CONSENT)
PENGERTIAN PTM
 PTM adalah terjemahan yg dipakai untuk
istilah informed consent.
 Informed : telah diberitahukan telah
disampaikan atau telah di informasikan.
 Consent : persetujuan yg diberikan kepada
seseorang untuk berbuat sesuatu.
Informed consent adalah : persetujua yg
diberikan pasien kepada dokter setelah
diberi penjelasan.
 Yg dimaksud informed atau memberi penjelasan
disini adalah semua keadaan yg berhubungan
dengan penyakit pasien dan tindakan medik apa yg
akan dilakukan dokter serta hal-hal lain yg perlu
dijelaskan dokter atas pertanyaan pasien atau
keluarga.
 Permenkes no. 589 th 1989, PTM adalah
persetujuan yg diberikan pasien atau keluarga atas
dasar penjelasan mengenai tindakan medik yg akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
BENTUK PTM
 Ada 2 bentuk PTM :
1. Tersirat atau dianggap telah diberikan
(implied consent)
 Keadaan normal
 Keadaan darurat
2. Dinyatakan (expressed consent)
 Lisan
 Tulisan
PERSETUJUAN
 Yg harus diperhatikan adalah bahwa yg
berhak memberikan persetujuan adalah
pasien yg sudah dewasa (> 21 tahun atau
sudah menikah) dan dalam keadaan sehat
mental.
 Untuk pasien dibawah umur 21 dan pasien
menderita gangguan jiwa yg menandatangani
adalah orang tua/wali/keluarga terdekat
atau induk semang.
TRANSPLANTASI ORGAN
TRANSPLANTASI ORGAN DAN
JARINGAN
Adalah terapi pengganti (alterntif) yang
merupakan upaya terbaik untuk menolong
pasien dengan kegagalan organnya, karena
hasilnya lebih memuaskan dari terapi
konservatif.
 Harus di pertimbangkan dari segi non medik :
 Segi agama
 Hukum
 Budaya
 Etika dan moral
 Kendala :
 Terbatasnya jumlah donor keluarga (living related
donor, LRD)
 Terbatasnya donasi orgn jenazah

Transplantasi (pencangkokan) dapat berupa sel,


jaringan, maupun organ tubuh.

Jenis-jenis transplantasi :
1. Autograft : pemindahan dari satu tempat ke tempat
lain dari tubuh itu sendiri.
2. Allograft : Pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain
yang sama spesiesnya.
3. Isograft : Pemindahan dari satu tubuh
ketubuh lain yang identik, misalnya pada
gambar identik.
4. Xenograft : Pemindahan dari satu tubuh ke
tubuh lain yang tidak sama spesiesnya.

Organ/Jaringan yang dapat di ambil dari donor


hidup : -kulit
-ginjal
-sumsum tulang
-darah (transfusi darah)
Organ/Jaringan yang di ambil dari jenzah :
- Jantung
- Hati
- Ginjal
- Kornea
- Pankreas
- Paru-paru
- Sel otak
ASPEK HUKUM TRANSPANTASI
PP No. 18 th 1981
Tentang bedah mayat klinis, bedah mayat
anatomis dan transplantasi alat serta
jaringan tubuh manusia tercantum tentang
pasal-pasal Transplantasi : Pasal 1, Pasal 10,
Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal
15, Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18.
UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan di
cantumkan beberapa pasal tentang
transplantasi : Pasal 33 dan Pasal 34
Aspek Hukum Transplantasi
Dalam PP No. 18 tahun 1981 tentang bedah mayat
klinis, bedah mayat anatomis dan transplantasi alat
serta jaringan tubuh manusia, tercantum pasal-pasal
tentang transplantasi sebagai berikut:
Pasal 1.
c. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-
jaringan tubuh yang dibentuk oleh beberapa jenis sel
dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu
untuk tubuh tersebut.
d. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang
mempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang sama dan
tertentu.
e. Transplantasi adalah rangkaian tindakan
kedokteran untuk pemindahan dan atau jaringan
tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain
dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat
dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan
baik.
f. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat
atau jaringan tubuhnya kepada orang lain untuk
keperluan kesehatan.
g. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang
diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa
fungsi otak, pernapasan dan atau denyut jantung
seseorang yang telah berhenti
Pasal 10.
Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan huruf b,
yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan atau
keluarganya yang terdekat setelah penderita meninggal
dunia.
Pasal 11.
1. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia
hanya boleh dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh
menteri kesehatan.
2. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia
tidak boleh dilakukan oleh dokter yang merawat atau
mengobati donor yang bersangkutan.
Pasal 12.
Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati
ditentukan oleh 2 (dua) yang tidak ada sangkut paut
medik dengan dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13.
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 huruf a, pasal 14 dan pasal 15 dibuat diatas kertas
bermaterai denga 2 (dua) orang saksi.
Pasal 14.
Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia
untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari
korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan
dengan persetujuan tertulis keluarga yang terdekat.
Pasal 15. Harus
1. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat
dan atau jaringan tubuh manusia diberikan oleh
donor hidup, calon donor yang bersangkutan
terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai
operasi, akibat-akibatnya, dan kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi.
2. Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus yakin benar, bahwa calon donor yang
bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti
dari pemberitahuan tersebut.
Pasal 16.
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia
tidak berhak atas kompensasi material apapun sebagai
imbalan transplantasi.
Pasal 17.
Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh
manusia.
Pasal 18.
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau
jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke dan
luar negeri.
Selanjutnya dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, dicantumkan beberapa pasal tentang
transplantasi sebagai berikut:
Pasal 33.
1. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan dapat dilakukan transplantasi organ dan
atau jaringan tubuh, transfusi darah, implan obat dan
atau alat kesehatan, serta bedah plastik dan
rekonstruksi.
2. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta
transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam ayat
(10) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan
dilarang untuk tujuan komersil.
Pasal 34.
1. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu dan dilakukan disarana kesehatan tertentu.
2. Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari
seorang donor harus memperhatikan kesehatan
donor yang bersangkutan dan ada persetujuan
ahli waris atau keluarganya.
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara
penyelenggaraan transplantasi sebagai mana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
dengan peraturan pemerintah
ASPEK ETIK TRANSPLANTASI
Dari segi etik kedokteran, tindakan
intransplantasi wajib dilakukan jika ada
indikasi berlandaskan beberapa pasal dalam
KODEKI :
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan
profesinya menurut ukuran tertinggi
Pasal 10
Setiap dokter harus senantiasa mengingat
dan kewajibannya melindungi hidup insani
Pasal 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
pergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk
kepentingan penderita.
Dalam PP tahun 1981 juga tercantum aspek etik
terutama mengenai dilarangnya memperjual
belikan alat atau jarinagn tubuh untuk tujuan
transpalntasi ataupun meminta konpensasi material
lainnya.
ABORTUS
ABORTUS
Dapat terjadi secara spontan atau secara
buatan.
Abortus Spontan merupakan suatu
mekanisme alamiah untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang abnormal.
Abortus Buatan :
1. Ilegal (abortus provocatus criminalis)
2. Legal (abortus provocatus therapeuticus)
Abortus Ilegal
Memakai cara-cara
 Memijit perut bagian bawah
 Memasukkan benda asing atau jenis tumbuh-
tumbuhan/rumput-rumputan kedalam leher rahim
 Pemakaian bahan-bahan kimia kedalam jalan lahir
Abortus Buatan Legal dilakukan berdasarkan
indikasi medik, persetujuan ibu hamil/suami
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
Cara :
 Tindakan operatif (kuretase atau aspirasi vakum)
 Cara medikal
Deklarasi OSLO (1970) tentang pengguguran atas
indikasi medik.
Abortus Buatan dengan indikasi medik diilakukan
dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu
tindakan terapeutik
2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan,
sedapat mungkin di setujui secara tertulis oleh
dua orang dokter yang di pilih berkat kompetensi
profesional mereka
3. Prosedur itu hendak di lakukan oleh seorang
dokter yang kompeten di instalasi yang di akui
oleh suatu otoritas yang sah.
4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nurani nya tidak
membenarkan ia melakukan pengguguran tersebut,
maka ia berhak mengundurkan diri dan
menyerahkan tidakan medik itu kepada sejawatnya
yang lain yang kompeten.

UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan terdapat


butir-butir yang berkaitan dengan abortus buatan
legal.
Pasal 15
1. Dalam keadaan drurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
di lakukan tindakan medis tertentu
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana di sebutkan
dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :
a. Berdasarkan indikasi medis
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan di lakukan sesuai dengan
tanggung jawab, profesi, serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
atau suami atau keluarganya
d. Pada sarana kesehatan tertentu
Pasal 80
1.Pelanggaran terhadap pasal 15 ayat (1) dan (2),
pidana penjara selama 15 tahun dan pidana denda
paling banyak Rp. 500.000.000

Ini adalah sebuah contoh sanksi hukum bagi yang


melakukan tindakan medik tertentu terhadap ibu
hamil yang tidak memenuhi ketentuan dalam UU
kesehatan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis
tertentu, sebagaimana di maksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) di tetapkan dengan Peratura
Pemerintah.

Pelaku-pelaku abortus buatan ilegal, di ancam


sebagaimana terdapat dalam KUHP
1. Pasal 346
Hukuman maksimum 4 tahun yaitu apabila wanita
yang sengaja menggugurkan kandungan atau
menyuruh orang lain melakukannya.
2. Pasal 347
Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita
tanpa seizinnya :
 Hukuman maksimum 12 tahun
 Hukuman maksimum 15 tahun apabila wanita
tersebut meninggal

3. Pasal 348
Seorang yang menggugurkan kandungan wanita
dengan seizin wanita tersebut
 Hukuman maksimim 5 tahun 6 bulan
 Hukuman maksimum 7 tahun bila wnita tersebut
meninggal
4. Pasal 349
Bila dokter, bidan, atau juru obat yang melakukan
kejahatan di atas, hukuman di tambah dengan 1/3
nyadan pencabutan hak pekerjaannya.
5. Pasal 283
Barang siapa mempertunjukkan alat/cara
menggugurkan kandungan kepada anak di bawah usia
17 tahun/dibawah umur, hukuman maksimum 9 bulan
6. Pasal 299
Barang siapa menganjurkan/merawat/memberi obat
kepada seorang wanita dengan memberi harapan agar
gugur kandungannya hukuman maksimum 4 tahun
SANGSI PELANGGARAN
ETIK KEDOKTERAN
 Pelanggaran etik kedokteran ada 2:
 Pelanggaran etik murni
 Pelanggaran etikolegal
PELANGGARAN ETIK MURNI
 Menarik imbalan yang tidak wajar atau
menarik imbalan jasa dari keluarga sejawat
dokter dan dokter gigi
 Pengambilan alih pasien tanpa persetujuan
sejawatnya
 Memuji diri sendiri di depan pasien
 Tidak pernah mengikuti pendidikan
kedokteran berkesinam
 Dokter mengabaikan kesehatan sendiri
PELANGGARAN ETIKOLEGAL
 Pelayanan kedokteran di bawah standar
 Menerbitkan surat keterangan palsu
 Membuka rahasia atau jabatan dokter
 Abortus provokatus (kecuali legal)
 Pelecehan seksual
PEDOMAN PENILAIN KASUS-KASUS
PELANGGARAN ETIK KEDOKTERAN
 MKEK berpedoman pada:
 Pancasila
 Prinsip2 dasar moral umumnya
 Ciri dan hakekat pekerjaan profesi
 LSDI
 Tradisi luhur kedokteran
 KODEKI
 Hukum kesehatan terkait
 Hak dan kewajjiban dokter
 Hak dan kewajiban penderita
 Pendapat rata-rata masyarakat kedokteran
 Pendapat pakar-pakar dan praktisi kedokteran senior

Anda mungkin juga menyukai