Dapat tugas membuat resume tentang pembuatan herbarium, mau berbagi sedikit ni sama pembaca
semua tentang yang mananya herbarium.
Herbarium berasal dari kata hortus dan botanicus, artinya kebun botani yang
dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah
dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi
Herbarium menurut bahasa berarti :
(1) sekumpulan contoh tumbuhan yg dikeringkan (diawetkan), diberi nama, disimpan, dan diatur
berdasarkan sistem klasifikasi, digunakan dl penelitian botani;
(2) kotak, kamar, atau gedung untuk menyimpan kumpulan contoh tumbuhan yg dikeringkan
(diawetkan), disimpan dan diklasifikasikan, digunakan dl penelitian botani;
herbarium merupakan tumbuhan yang telah dikeringkan dengan suatu proses tertentu. Selain itu
herbarium dapat diartikan sebagai koleksi kering spesimen tumbuhan yang digunakan dalam
penelitian maupun sebagai museum tumbuhan.spesimen tumbuhan yang telah dikeringkan ini menjadi
sarana yang penting untuk studi tumbunah di masa lalu. Pada awalnya untuk menyebut tumbuhan
yang telah diawetkan ini dipakai istilah horto siccus , horto motuus , horto hiemalis ,
phytophylacium . istilah herbarium di perkenalkan oleh Linneaus yang kemudian dipakai sampai
sekarang. Saat ini herbarium tidak hanya merupakan spesiman tumbuhan yang diawetkan tapi juga
mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu sebagai sumber informasi dasar untuk para ahli
taksonomi dan berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran, juga pusat informasi bagi
masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah data mentah yang
belum diolah. Masing masing spesimen dapat memberikan bermacam- macam informasi,
tergantung kelengkapan spesimen data, dan asal- usul materialnya.
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk
tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani
di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan
dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada
awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad
ke-17 Ramadhanil dan Gradstein Herbarium Celebense 39 praktek ini telah berkembang dan
menyebar di Eropa (Ramadhanil, 2003).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan
penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada
pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat
dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun
kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk organ tumbuhan
yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang
dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau
kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang, daun, bunga
dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan
untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan
herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk,
2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan
herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik mengenai
tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain, suatu koleksi tumbuhan
harus
mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang
memberikan
seluruh informasi yang tidak nampak spesimen herbarium
(Aththorick dan Siregar, 2006).
Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain
berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah
pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu
pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi
perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan
koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat
herbarium terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di
wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang
berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia. (Balai Diklat
Kehutanan Makassar, 2011).
Cyrtococcum acrescens adalah rumput tahunan menjalar yang tumbuh pada tanah yang tidak
terlalu lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung, penyebarannya meliputi 0-1300 m dpl,
berbunga sepanjang tahun. Merupakan gulma yang dominan, dijumpai pada areal TBM maupun TM,
karena toleransinya terhadap suasana ternaung. Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam
persaingan dengan tanaman budidaya. Tumbuhan ini bermanfaat sebagai pelindung permukaan
tanah terutama pada lokasi yang curam (Nasution, 1986).
Simplisia adalah bentuk jamak dari simpleks yang berasal dari kata simple, yang berarti satu atau sederhana. Istilah
simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami
perubahan bentuk. Departemen Kesehatan RI membuat batasan tentang simplisia sebagai berikut: simplisia adalah bahan
alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawan, 2004: 9).
Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies diikuti dengan
nama bagian tanaman. Sebagai contoh, merica dengan nama spesies Piperis albimaka nama simplisianya disebut Piperis albi
fructus. Fructus menunjukkan nama bagian tanaman yang digunakan yaitu buahnya (Gunawan, 2004: 9).
Perlu juga diketahui bahwa banyak buku-buku teks yang tidak menganut sistem penyebutan simplisia yang telah
disebutkan seperti contoh berikut ini:
Calami Rhizoma: menunjukkan penyebutan nama berdasarkan nama belakang dari spesies Acirus calamus (dlingo) yang
diikuti dengan nama bagian yangdigunakan
(Rhizoma = rimpang).
Brugmansia folia: nama genus dari Brugmansia candida diikuti folia = daun
Oleum Arachidis: minyak kacang (Arachis hypogea) tanpa nama bagian tanaman
Lycopodium: nama spora, hanya ditulis Lycopodium saja
Chinae Cortex: menggunakan nama daerah, dari tanaman Cinchona succirubra. Nama daerahnya chinae (kina)
Berikut nama-nama latin dari bagian tanaman yang digunakan dalam tatanama simplisia
Nama Latin
Bagian Tanaman
Semen
Biji
Radix
Akar
Rhizoma
Rimpang
Bulbus
Umbi lapis
Tubera
Ubi
Flos
Bunga
Fructus
Buah
Lignum
Kayu
Cortex
Kulit kayu
Caulis
Batang
Folia
Daun
Herba
Amylum
Pati
Thallus
Tabel 2.1 Nama Latin Dari Bagian Tanaman Yang Digunakan Dalam Tatanama Simplisia
2.1.2 Penggolongan Simplisia
Simplisia terbagi 3 golongan yaitu :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi
yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari
tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Farmakognosi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sumber bahan alami yang digunakan
sebagai obat. Sumber bahan alami tersebut diperoleh dari berbagai macam bentuk mikroskopis dan
makroskopis tumbuhan dan organisme lainnya. Sejarah mencatat bahwa tumbuhan atau bahan alam
pernah digunakan sebagai khasiat obat pada masa silam oleh nenek moyang. Di Indonesia sendiri,
bukti adanya penggunaan bahan alam sebagai obat pada masa lalu dapat ditemukan dalam naskah
Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan) dan dokumen lainnya.
Kesadaran masyarakat tentang khasiat penggunaan tanaman sebagai obat merupakan perwujudan
sikap masyarakat terhadap farmakognosi. Keadaan ini didukung dengan meningkatnya pengetahuan
masyarakat mengenai efek samping dari pemakaian obat sintetis. Bahan alam yang sangat
berpotensial akan menghasilkan bahan obat yang merupakan senyawa penting bagi perkembangan
obat modern. Seperti perkembangan teknologi DNA rekombinan dan rekayasa genetika mempelopori
lahirnya antibodi vaksin dan serum yang memiliki manfaat besar bagi daya imunitas tubuh manusia.
Penemuan vaksin dan serum tersebut merupakan manifestasi dari farmakognosi.