Anda di halaman 1dari 15

Nuciana Siti Andrianti

1102011197
LI. 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI FEMUR DAN KOKSAE
LO. 1.1 ANATOMI MAKROSKOPIK
LO.1.2 KINESIOLOGI
LI.2 MEMAHAMI DAN MEJELASKAN FRAKTUR
LO.2.1 DEFINISI
LO.2.2 KLASIFIKASI
LO.2.3 ETIOLOGI
LI. 3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FRAKTUR KOLUM FEMORIS
LO.3.1 DEFINISI
LO.3.2 ETIOLOGI
LO.3.3 KLASIFIKASI
LO.3.4 PATOFISIOLOGI
LO.3.5 MANIFESTASI
LO.3.6 PEMERIKSAAN
LO.3.7 TATALAKSANA
LO.3.8 KOMPLIKASI
LO.3.9 PROGNOSIS

LI. 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI FEMUR DAN KOKSAE

LO. 1.1 ANATOMI MAKROSKOPIK

LO.1.2 KINESIOLOGI (hal 51 buku dok.syam)

LI.2 MEMAHAMI DAN MEJELASKAN FRAKTUR


LO.2.1 DEFINISI

Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 1989 : 144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bias terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan
biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh
dalam syok (FKUI, 1995:543).
LO.2.2 KLASIFIKASI

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak
lengkap tidak melibatkan keseluruh ketebalan tulang.
Sudut patah
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen segmen itu akan stabil, dan
biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips. Fraktur oblik adalah fraktur yang garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
Fraktur spiral timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis
fraktur rendah energy ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan
fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
Fraktur Multipel pada Satu Tulang.
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani.
Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk
menyembuh, dan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan secarah bedah.

Fraktur kominuta adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan


lebih dari dua frakmen tulang.
Fraktur Impaksi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk (akibat tubrukan) tulang ke tiga
yang berada diantaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur
pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pandangan lateral dari
tulang punggung menunjukkan pengurangan tinggi vertical dan sedikit membentuk
sudut pada satu atau beberapa vertebra. Pada orang muda, fraktur kompresi dapat
disertai perdarahan retroperitoneal yang cukup berat. Seperti pada fraktur pelvis, pasien
dapat secara cepat menjadi syok hipovolemik dan meninggal jika tidak dilakukan
pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah dan pernafasan secara akurat dan berulang
dalam 24 sampai 48 jam pertama setelah cedera. Ileus dan retensio urine dapat juga
terjadi cedera ini.
Fraktur Patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah lemah oleh karena
tumor atau proses patologik lainnya. Tulang sering kali menunjukkan penurunan
densitas. Penyebab yang paling sering dari frakutr-fraktur semacam ini adalah tumor
primer atau tumor metastasis.
Fraktur Beban (kelelahan) lainnya
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru diterima untuk berlatih dalam
angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru saja memulai latihan lari. Pada saat
awitan gejala timbul, radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya fraktur. Tetapi,
biasanya setelah 2 minggu, timbul garisgaris radiopak linear tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang
diimobilisasi selama beberapa minggu. Tetapi, jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu
dapat bergeser dari tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya. Jadi,
setiap pasien yang mengalami nyeri berat setelah peningkatan aktivitas kerja tubuh,
mungkin mengalami fraktur dan seharusnya diproteksi dengan memakai tongkat, atau
bidai gips yang tepat. Setelah dua minggu dilakukan pemeriksaan radiografi.

Fraktur Greenstick
Fraktur greenstick adalah factor tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak.
Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini
akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi normal.
Fraktur Avulsi
Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tenon ataupun
ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila
diduga akan terjadi ketiakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan kecatatan,
maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen
tulang tersebut pada banyak kasus.
Fraktur Sendi
Catatan khusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan sendi, terutama apabila
geometri sendi terganggu secara bermakna. Jika tidak ditangani secara tepat, cedera
semacam ini akan menyebabkan osteoarthritis pasca trauma yang progresif pada sendi
yang cedera tersebut.
DESKRIPSI FRAKTUR
Terbuka terhadap Lingkungan
Tertutup (simple) dan terbuka (gabungan) adalah istilah yang sering dipakai untuk
menjelaskan fraktur. Fraktur tertutup atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tida3k
ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
Secara teknik, fraktur terbuka atau gabungan adalah fraktur dengan kulit ektremitas
yang terlibat telah ditembus. Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah
terjadi kontminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut. Frakmen
fraktur dapat menembus kulit pada saat terjadinya cedera, terkontaminasi, kemudian
kembali hampir pada posisi semula. Pada keadaan seperti ini maka operasi untuk
irigasi, debdrimen, dan pemberian antibiotika secara intervena mungkin diperlukan
untuk mencegah terjadinya osteomyelitis. Pada umumnya, operasi irigasi dan
debriment pada fraktur terbuka harus dilakukan dalam waktu 6 jam setelah terjadinya
cedera untuk mengurangi kemungkinan infeksi.

LO.2.3 ETIOLOGI

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Cedera Traumatik
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2) Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur. dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit
nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat
yang rendah.
3) Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
LI. 3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FRAKTUR KOLUM FEMORIS
LO.3.1 DEFINISI
Fraktur kolum femur adalah fraktur yang terjadi pada daerah leher tulang femur.
Fraktur = patah tulang, kolum = leher , femur = paha.
LO.3.2 ETIOLOGI
Pada umumnya, cedera ini terjadi dalam 2 populasi yang berbeda,
1. muda, individual yang aktif dengan aktivitas yang rutin seperti contohnya pelari
atau athelet. Fraktur leher femur pada pasien usia muda biasanya disebabkan oleh
trauma karena energy yang besar. Fraktur ini sering dihubungkan dengan cedera
multipel dan nekrosis avaskular dan non union.

2. individu yang berumur tua dengan osteoporosis. Individu yang berumur tua juga
rentan terjadi stress fraktur leher femur, meskipun fraktur pinggul lebih sering
terjadi.
Hasil dari cedera bergantung pada (1) luasnya cedera (missal jumlah patahan atau
jumlah dislokasi, kemudian terganggunya sirkulasi), (2) adekuatnya reduksi, dan
(3) adekuatnya fiksasi. Penentuan komplikasi kecacatan pada fraktur leher femur
memerlukan perhatian yang cermat untuk penanganannya.

Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian
proksimalfemur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal
permukaan kaput femorissampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.
Fraktur kolum femur dapat disebabkanoleh trauma langsung yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerahtrochanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan olehtrauma tidak
langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
LO.3.3 KLASIFIKASI
A. Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Gardens adalah sebagai berikut :
Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)
Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseranc.
Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)
Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang
bersinggungan.

B. Klasifikasi Pauwels untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini
berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada
posisi tegak.
Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30 dengan bidang horizontal pada posisi
tegak.
Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50 dengan bidang horizontal pada
posisitegak.
Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50 dengan bidang horizontal pada
posisitegak.

LO.3.4 PATOFISIOLOGI
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan
otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem
lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut
saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat
mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada

pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
(Sylvia, 1995 : 1183)
Fraktur intrakapsuler ini (collum femur) dapat disebabkan oleh trauma langsung (direct)
dan trauma tidak langsung (indirect). Pada trauma langsung biasanya penderita terjatuh dengan
posisi miring dimana daerah trokanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
Sedangkan pada trauma tidak langsung disebabkan karena gerakan eksorotasi yang mendadak
dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligament di dalam asetabulum
oleh ligament iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur. Pada
dewasa muda apabila terjadi fraktur intrakapsuler (collum femur) berarti traumanya cukup
hebat. Sedangkan pada fraktur kolum femur ini kebanyakan terjadi pada wanita usia tua (60
tahun ke atas) dimana tulangnya sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang dialami oleh
wanita
tua
ini
biasanya
ringan
(jatuh
kepeleset
di
kamar
mandi).(2,6)
Beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan mekanisme stres patah tulang leher
femur dan biomekanik dari pinggul. Nordin dan Frankel menggambarkan biomekanik dari
pinggul. Beban pada leher femoralis bisa melebihi 3-5 kali berat badan ketika seseorang
sedang berjalan. Gravitasi bekerja pada pusat massa tubuh, yang menghasilkan torsi pada
aspek medial sendi pinggul. Torsi ini diimbangi oleh kontraksi gluteus medius dan minor. Beban
total pada kepala femur adalah jumlah pasukan menghasilkan kekuatan-kekuatan 2 torsi.
Kemudian, kekuatan-kekuatan di kepala femur disebarkan melalui leher femoralis ke poros,
yang membuat sejumlah besar stres pada leher femoralis sebagai akibat dari kompresi dan
kelenturan. Ketegangan minimal atau kompresi terjadi pada aspek superior leher femur selama
sikap berdiri dengan kaki satu normal. Ketika ketegangan meningkat, aspek inferior dari leher
femoralis mengambil alih beban redaman kekuatan kompresi. Bila pasien membungkuk ke
depan, stres diinduksi pada aspek superior kepala femoralis, namun traksi berlawanan dari otot
abduktor juga terjadi. Oleh karena itu, jika otot gluteus medius lelah, tekanan ditempatkan
sepenuhnya pada aspek superior dari leher femur. Tekanan ini dapat mempengaruhi pasien
terhadap terjadinya stress fraktur leher femur. Jika otot abduktor kelelahan dan tidak mampu
memberikan ketegangan normal, tegangan tarikan di leher femoralis meningkat. Kelelahan otot
telah terlibat sebagai faktor yang berkontribusi dalam berkembangnya stres fraktur.
Ketidakseimbangan otot menyebabkan perubahan dalam penerapan stres di leher femoralis
yang dapat melebihi kemampuan tulang untuk merespon stres. Kelelahan otot sekunder akibat
aktivitas berulang dapat mengurangi kapasitasnya dalam menyerap goncangan sehingga
tegangan mencapai puncak yang lebih tinggi terjadi di leher femoralis. Hal ini dapat
mengakibatkan kelainan gaya berjalan, yang, pada gilirannya, dapat mengubah pusat gravitasi
tubuh
dan
perubahan
pola
stres
ditempatkan
pada
leher
femoralis.
Pada tahun 1960, Frankel mengusulkan bahwa patah tulang leher femur terjadi pada rasio
beban aksial lebih tinggi dibandingkan dengan beban lentur. Berubahnya keseimbangan otot
juga dapat meningkatkan risiko patah tulang pinggul. Teori lain adalah bahwa jatuh mengenai
pinggul dengan pukulan langsung ke trokanter lebih besar dapat menghasilkan gaya aksial
sepanjang leher, membuat fraktur impaksi. Kombinasi gaya aksial dan rotasi juga telah
diusulkan
sebagai
mekanisme
terjadinya
fraktur
stress
leher
femur.
Sindrom malalignment menggabungkan anteversion leher femur, genu valgum, meningkatnya

Q-angle, tibia vera, dan kompensasi pronasi kaki yang tidak memungkinkan individu untuk
mengkompensasi secara berlebihan. Panjang kaki yang tidak sesuai juga dapat mempengaruhi
individu untuk terjadi cedera karena adanya distribusi yang tidak merata pada stres dan
ketegangan di persendian panggul)
LO.3.5 MANIFESTASI
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).
8. Pergerakan abnormal.
9. Dari hilangnya darah.
10. Krepitasi
(Black, 1993: 199).
LO.3.6 PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: pemeriksaan dimulai dengan observasi pasien selama evaluasi. Pasien
dengan patah tulang leher femur biasanya tidak dapat berdiri. Perhatikan krista
iliaka untuk setiap perbedaan ketinggian, yang mungkin menunjukkan perbedaan
panjang kaki-fungsional. Alignment dan panjang ekstremitas biasanya normal,
Menilai setiap atrofi otot atau asimetri juga penting.
Palpasi: Tentukan tumpuan di daerah pangkal paha anterior dan pinggul.
Keadaan fisik yang paling umum dari fraktur stres adalah nyeri tulang lokal, namun
leher femur relatif dalam dan nyeri tulang atau kelembutan mungkin tidak ada.
Meraba trokanter untuk setiap kelembutan yang mungkin mengindikasikan radang

kandung lendir trochanterica.


Rentang gerak: Tentukan rentang gerak untuk fleksi panggul, ekstensi, abduksi,
adduksi, dan rotasi internal dan eksternal dan untuk lengkungan lutut dan ekstensi.
Temuan termasuk rasa sakit dan pembatasan pada akhir rentang gerak pasif pada
pinggul. Melakukan pelururus-kaki pasif, Thomas, dan uji regangan rektus femoris.
Periksa band iliotibial dengan melakukan Ober tes untuk berbagai gerakan pinggul,
menilai sendi tulang belakang dan ekstremitas bawah, Periksa kembali baik secara
aktif dan pasif, melihat fleksi ke depan, kelenturan samping, dan ekstensi.
Melakukan uji pelurusan-kaki dan tes Lasegue dan tanda-tanda Bragard. Seorang
pasien dengan paha anterior dan nyeri lutut sebenarnya mungkin memiliki patologi
pada sendi pinggul. Pasien dengan nyeri reproduksi dengan rotasi pinggul internal,
rotasi eksternal, atau manuver provokatif lainnya lebih lanjut dapat membedakan
patologi pinggul dari keterlibatan tulang belakang.
Kekuatan otot: tes otot secara manual penting untuk menentukan apakah ada
kelemahan dan apakah distribusi kelemahan sesuai dengan setiap cedera saraf.
Selain itu, mengevaluasi stabilisator dinamis panggul, termasuk fleksor panggul,
ekstensor, dan abduktornya. Trendelenburg adalah indikasi kelemahan abductor
panggul. Uji fleksi panggul (L2, L3), ekstensi (L5, S1, S2), abduksi (L4, L5, S1),
dan adduksi (L3, L4).
Pemeriksaan sensorik: Setelah pemeriksaan sensoris, penurunan dermatomal
atau hilangnya sensasi dapat menunjukkan atau mengecualikan kerusakan saraf
tertentu. refleks peregangan otot sangat membantu dalam evaluasi pasien datang
dengan nyeri pinggang. refleks abnormal dapat menunjukkan kelainan akar saraf.
Asimetri refleks yang paling signifikan, sehingga refleks pasien harus dibandingkan
dengan sisi kontralateral.
Uji Hop: Sekitar 70% dari pasien dengan stres fraktur tulang femur, uji hop
menunjukkan hasil tes positif. Uji hop yaitu menyuruh pasien melompat-lompat
untuk memancing timbulnya gejala.

Gambar : beberapa pemeriksaan fisik untuk panggul

Gambar : Thomas sign

Pemeriksaan Penunjang :
Plain
radiografi
Radiografi polos sebagai langkah awal dalam hasil pemeriksaan patah
tulang panggul. Tujuan utama film x-ray adalah untuk menyingkirkan setiap
patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
Radiografi dapat menunjukkan garis fraktur pada aspek superior dari leher
femur, yang merupakan lokasi ketegangan patah tulang.
Bone
scanning
Bone scan dapat membantu ketika patah stres, tumor, atau infeksi. Bone
scan adalah indikator yang paling sensitif dari stres tulang, tetapi mereka
memiliki kekhususan.
MRI
MRI telah terbukti akurat dalam penilaian okultisme patah tulang dan dapat
diandalkan apabila dilakukan dalam waktu 24 jam dari cedera, namun
mahal. Dengan MRI, fraktur stres biasanya muncul sebagai garis patahan
pada korteks dikelilingi oleh zona intens edema di rongga medula. Dalam
sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy, T1-tertimbang MRI temuan yang
ditemukan menjadi 100% sensitive. MRI menunjukkan bahwa temuan yang
100% sensitif, spesifik, dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur leher
femur.

LO.3.7 PENATALAKSANAN
TERAPI:
Perawatan fraktur leher femur tergantung pada usia
pasien. Pada anak-anak di bawah usia 16 tahun dengan fraktur
undisplaced dan berdampak patah tulang dapat ditangani
dengan gips atau traksi. Untuk mendeteksi dislokasi,
pemeriksaan Roentgen sangat penting pada setiap minggu
selama satu bulan. Jika fraktur terdapat dislokasi maka harus
tetap dilakukan pembedahan dengan pin atau sekrup.
Antara umur16 sampai 60 tahun (orang yang aktif dengan
deposit tulang baik) dengan patah leher femur baik yang tidak
ada dislokasi dan ada dislokasi tetap dilakukan fiksasi dengan
sekrup pinggul dinamis (Kompresi platewith plat) atau beberapa
sekrup.
Gambar : Dynamic hip screw
Fraktur impaksi dapat dirawat dengan istirahat dan traksi untuk
beberapa minggu diikuti dengan latihan yang lembut. Jika
bagian fraktur terpisah maka operasi dilakukan.
Di luar usia 60 tahun (orang yang kuang aktif atau dengan
deposit tulang yang sedikit) semua patah leher femur
undisplaced dan dislokasi dilakukan perawatan dengan
pemindahan kepala femoralis dan penggantian dengan
prostesis (ujung atas femur tulang buatan) seperti Austin Moore
atau bipolar. Fraktur impaksi dirawat sama dengan
sebelumnya.
Gambar : Prosthesis Austin Moore
Berikut foto sinar x menunjukkan fraktur leher femur pada anak laki-laki berusia 13
tahun. Foto pertama diambil 20 hari setelah fraktur. Anda dapat melihat rekahan
dislokasi. Foto selanjutnya diambil 1 hari setelah pembedahan memperbaiki fraktur
dengan sekrup. Foto yang paling bawah menunjukkan fraktur bersatu setelah 2 bulan.

Gambar : pemasangan sekrup pada fraktur leher femur dan Penyatuan fraktur.
Berikut foto seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun yang datang berobat 1 bulan
setelah mempertahankan fraktur leher femur dislokasi. Foto pertama menunjukkan
fraktur. Dia berhasil dioperasi dengan osteotomy valgus (berbentuk baji memotong
tulang) dan fiksasi dari fraktur dengan plat samping dan sekrup. Foto kedua diambil 2
bulan setelahnya. Sekarang memungkinkan pasien untuk berjalan dengan bantalan
berat parsial pada ekstremitas. Foto ketiga diambil lima bulan setelah operasi. Sekarang
fraktur telah bersatu.

Gambar: Fraktur dan 2 bulan setelah pemasangan sekrup dan Lima bulan setelah
pemasangan sekrup

LO.3.8 KOMPLIKASI
Non-Union
Kegagalan bersatunya fraktur ini terjadi karena fiksasi internal yang tidak
sempurna. Bila ini terjadi, pasien mengeluh sakit dan ketidakstabilan dalam
berjalan. Pada kondisi ini maka dilakukan osteotomy intertrochanteric
(McMurray) pada kelompok usia muda dan penggantian arthroplasty pada orang

tua. Pada pasien yang sangat tua dengan kondisi umum yang buruk, hanya
memungkinkan dilakukan perawatan untuk menjaga tumpuan kaki pasien.
Terdapat banyak penyebab : buruknya pasokan darah, tidak sempurnanya
reduksi, tidak mencukupinya fiksasi, dan lambatnya penyembuhan yang
merupakan tanda khas untuk fraktur intra-artikular.
AvascularNekrosis
Nekrosis Avascular kepala femur adalah komplikasi yang tak terduga setelah
dilakukan semua jenis fiksasi internal. Pasien mengeluhkan rasa sakit di pinggul
dan pincang. Ada pembatasan semua gerakan dari pinggul dengan kejang otot.
Pada radiografi tampak densitas meningkat di kepala femur. Perawatan pada
tahap awal adalah dengan beristirahat, traksi. Ketika diindikasikan, osteotomy
atau arthroplasty dapat dilakukan.
Osteoarthritis
Nekrosis avaskular atau kolapnya kaput femoris dapat mengakibatkan
osteoarthritis sekunder setelah beberapa tahun. Kalau terdapat banyak
kehilangan gerakan sendi dan kerusakan meluas ke permukaan sendi,
diperlukan penggantian sendi total.
LO.3.9 PROGNOSIS
Tergantung pada sifat fraktur, atlet mungkin atau mungkin tidak kembali ke
premorbid berfungsi. Sebuah fraktur stres dari leher femoralis dapat mengakhiri karir
atlet meskipun dirawat dengan benar. Diagnosis dini dan pengobatan dapat mencegah
dislokasi fraktur dan dengan demikian meningkatkan prognosis.
..

d
apus : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-ranumhapsa-5402-2-babii.pdf dan http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=93:fraktur-leher-atau-kolum-femur&catid=39:refratortopedi&Itemid=79
dan
,http://www.scribd.com/doc/97648474/77/Fraktur-Kolum-Femur
dan
,http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/05/fraktur_femur_files_of_drsmed_fkur.pdf
dan
http://www.scribd.com/doc/85117490/KLASIFIKASI-FRAKTUR

Anda mungkin juga menyukai