Structure Open Frame
Structure Open Frame
BETON BERTULANG
Wibowo
Jurusan Teknik Sipil FT- Universitas Sebelas Maret Surakarta, e-mail : wibowo@uns.ac.id
Purnawan Gunawan
Jurusan Teknik Sipil FT- Universitas Sebelas Maret Surakarta, e-mail : purnawan_g@uns.ac.id
Abstract
In many projects of civil building, the corrosion of reinforcing bars occurs when they are placed in open area. The
corrosion of steel is caused by O2, H2SO4 and MgSO4. The objective of this research is to observe the influence
corrosion of reinforcing bars used in reinforced concrete beam in shear rupture. This research was an experimental
method and used sulphate acid (H2SO4) as a medium of corrosion process. The reinforcing bars used had a diameter of
6, 10 and 12 mm that were corroded for 2 weeks, 4 weeks and 6 weeks in sulphate acid solution. Preliminary test had
been conducted to know the corrosion velocity, the weight and diameter reinforcing bar reductions. Then, the corroded
reinforcing bars were casted into 12 concrete beams which had a dimension of 15 cm x 20 cm x 160 cm. The shear test
was applied to these samples. The results show that corrosion velocity increase in 4 weeks; but it decreases in 6 weeks.
The rate of weight and diameter reinforcing bars reductions also increases. The result of shear rupture test of reinforced
are 6.41 % for 2 weeks, 8.97 % for 4 weeks and 9.40 % for 6 weeks. This research proves that corrosive reinforcing bar
process can increase the shear rupture of reinforced concrete beam.
Keywords:
corrosion, H2SO4, shear rupture.
PENDAHULUAN
Beton bertulang merupakan konstruksi yang sudah
tidak asing dalam bidang teknik sipil. Hampir di
setiap bangunan sipil baik itu gedung, jembatan
maupun bangunan air, beton bertulang digunakan
sebagai struktur utama maupun struktur pelengkap.
Seperti diketahui bahwa kuat geser dijumpai dalam
semua unsur beton bertulang. Pada beton bertulang,
keruntuhan geser terjadi tanpa ada tanda-tandanya
secara pasti sebelumnya. Hal ini sangat berbahaya
maka harus dihindarkan. Untuk itu perlu adanya
perencanaan yang cermat dan teliti terhadap kuat
geser pada beton yang akan digunakan. Besarnya
kekuatan geser pada beton bertulang erat
hubungannya dengan kondisi baja tulangan yang
digunakan untuk menyusun beton tersebut. Kondisi
baja adalah suatu keadaan yang memperlihatkan
apakah baja tulangan tersebut masih dalam kondisi
normal atau telah mengalami reaksi dengan
lingkungan sekitarnya yang memungkinkan
terjadinya penurunan kualitas baja tulangan
tersebut. Salah satu hal yang dapat menurunkan
kualitas dari baja tulangan adalah terjadinya korosi
pada baja tulangan tersebut.
Dewasa ini sering kita lihat terutama pada proyekproyek pembangunan gedung, waduk dan lain-lain,
bahan-bahan penyusun beton bertulang yaitu baja
tulangan khususnya banyak mengalami korosi
3+
2Fe2+ + 4 OH -
2 Fe (OH)2 .......................[4]
d
Lc
Gambar 1. Keruntuhan lentur pada balok
Lc
Gambar 2. Keruntuhan tarik diagonal pada balok
Keruntuhan Tekan Geser
Keruntuhan ini terjadi pada balok yang mempunyai
perbandingan (a/d) antara 1 2,5 untuk beban
terpusat dan Lc/d kurang dari 5 untuk beban
terdistribusi. Keruntuhan ini dimulai dengan
timbulnya retak lentur halus vertikal di tengah
bentang dan tidak terus menjalar, karena terjadi
kehilangan lekatan antara tulangan longitudinal
dengan beton di sekitarnya pada perletakan. Setelah
itu, diikuti dengan retak miring yang lebih curam
daripada retak diagonal tarik secara tiba-tiba dan
menjalar menuju sumbu netral. Kecepatan
penjalaran ini semakin berkurang sebagai akibat
hancurnya beton pada tepi tertekan dan terjadinya
redritibusi tegangan pada daerah atas. Pada saat
bertemunya retak miring ini beton yang tertekan,
MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007/23
Lc
Vs
Va
Vd
1/6
dimana :
fc = mutu beton yang direncanakan (MPa).
b = lebar penampang (mm).
d = tinggi efektif penampang (mm).
Sedangkan untuk kekuatan geser dari tulangan geser
dapat dicari dengan Persamaan 7.
Vsc =
Avc f y d
s
......................................................... [7]
dimana :
Avc= luas tulangan geser tercorosi/sengkang (mm2).
fy = mutu baja tulangan (MPa).
d = tinggi efektif penampang (mm).
S = jarak antar sengkang (mm).
Dari persamaan 7 kekuatan geser yang
disumbangkan oleh baja tulangan berbanding lurus
luas tulangan. Hal ini berarti kekuatan geser yang
disumbangkan oleh baja tulangan berbanding lurus
diameter tulangan. Penurunan persamaan ini dapat
dilihat pada Persamaan 8.
Vsc =
Avc f y d
s
D2 f y d
4s
2 ? 10
P/2
2 10
6 - 300
200 mm
3 12
150 mm
A
100 m m
? 6 - 300
3? 10
550 m m
300 mm
550 mm
Pot A-
100 m m
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen. Benda uji yang digunakan
dalam penelitian ini berupa benda uji beton silinder
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm untuk uji
kuat desak dan balok beton bertulang dengan
dimensi 15 x 20 x 160 cm3 untuk uji kuat geser.
Untuk proses pengorosian baja tulangan digunakan
larutan asam sulfat (H2SO4) dan waktu pengorosian
dilakukan dalam 3 variasi yaitu 2 minggu, 4
minggu, dan 6 minggu.
Loading Frame
Hidraulyc Jack
Load Cell
Distribusi Beban
Sampel Balok
Tumpuan Balok
Dial Gauge
SHOWA
Tranducer
Presure Pump
0
2
4
6
Keterangan
Gambar Setting Alat Uji Geser
Persiapan
Air
Agregrat Halus
Agregat Kasar
Besi tulangan
Semen
14
Uji Bahan
Proses Pengorosian
Dalam larutan H2SO4 dengan
waktu korosi 2, 4, dan 6 minggu
Pengukuran laju korosi
12
11.6
11.106
10.899
10
9.067
8
6
4.333
3.089
4
2
2.378
1.583
1.344
1.087
4.301
3.001
0
Pembuatan Adukan
Beton
Waktukorosi (minggu)
Uji Slump
Perawatan
Analisa Data
Kesimpulan
Diameter 10
Diameter 12
Diameter 6
14
12.4
12
10
9.1
8
6
5.6
11.8
11.3
10.9
8.2
7.8
7.5
5.1
4.8
4.5
4
2
0
0
Diameter 6
Diameter 10
Diameter 12
1600
1400
1338.27
1288.58
1232.29
1200
1182.4
1000
800
600
447.63
400
430.86
422.18
389.42
200
88.68
86.07
0
0
81.53
3
78.8
5
7000
Berat Diameter 6
Berat Diameter 10
Berat Diameter 12
6000 6093.75
5703.13
5546.88
5520.84
1460.25
1354.17
Beban (kg)
5000
4000
3000
2500
2213.54
2000
1000
0
0
WaktuKorosi (minggu)
Pretakpertama
Pretakmaksimum
7000
6000
Beban (kg)
5000
4000
3000
2000
1000
0
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
-2
BGN 2
BGK 1C
BGK 3A
BGN 3
BGK 2A
BGK 3B
BGK 1A
BGK 2B
BGK 3C
1700
1650
1600
1550
1500
SIMPULAN
1450
1400
0
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih kepada BPI grant tahun 2003
yang telah membiayai penelitian ini.
REFERENSI
Anonim, 1971, Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971 N.I-2, 1979, Departemen
Pekerjaan Umum dan
Tenaga Listrik,
Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, Bandung.
Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia (PUBI-1982), 1985,
Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
Bandung.
Anonim, 1988, Annual Book of American Society
of Testing and Materials Standard (ASTM),
Philadelpia.
Dipohusodo, Istimawan, 1999, Struktur Beton
Bertulang, Gramedia, Jakarta.
Ferguson, Phil M., 1991, Dasar-dasar Beton
Bertulang, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.
Gambhir, M.L., 1986, Concrete Technology, Tata
McGraw-Hill Publishing Company Limiterd,
New Delhi.