Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

TUMOR JINAK DAN GANAS PADA VULVA, VAGINA, TUBA,


UTERUS SERTA OVARIUM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok pada Mata Kuliah
Asuhan Kebidanan IV
Dosen Pengampu : Triana Sri Hardjanti M. Mid

Disusun Oleh :
Alvionita Astriana
(P17424109055)
Kurnia Safitri
(P17424109073)
Malka Dinayati
(P17424109075)
Neny Ragil Yuliastanti
(P17424109080)
Ratna Fitri Yeni Antika
(P17424109082)
Rini Setiani
(P17424109085)
Reguler A Semester V
PRODI D-III KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat taufik dan
inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan IV yang berjudul Tumor
Jinak dan Ganas pada Vulva, Vagina, Tuba, Uterus serta Ovarium.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa selesainya penulisan makalah ini adalah berkat
bimbingan, arahan dan motivasi untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Triana Sri Hardjanti M. Mid selaku dosen Askeb IV.
2. Semua teman dan pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Terima kasih atas segala bantuanya.
Kami tim penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini dan menjadi pembelajaran kami agar lebih baik lagi.

Semarang, Oktober 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
otonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel
normal dalam bentuk dan strukturnya.
Tumor ganas pada alat reproduksi wanita dijumpai pada semua umur (18 80 tahun)
dengan rat-rata puncaknya pada usia 50 tahun. Kejadian paling sering pada kelompok umur
30 40 tahun.
Faktor pemicu munculnya tumor banyak sekali, antara lain pencemaran lingkungan
hidup, termasuk udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan atau pabrik. Asap
kendaraan, misalnya, mengandung dioksin yang dapat memperlemah daya tahan tubuh,
termasuk daya tahan seluruh selnya.
Selain itu ikut juga berperan faktor makanan yang berlemak tinggi, dalam hal ini
adalah zat hormon atau mirip-hormon abnormal yang terkandung di dalammya, khususnya
steroid seks (misalnya estrogen). Itu terjadi karena adanya zat-zat lemak dalam makanan
tersebut yang tidak dipecah dalam proses metabolisme tubuh sehingga menaikkan produksi
hormon testosteron. Normalnya, wanita memiliki hormon estrogen dan progesteron, serta
sedikit testosteron.
Bilamana kadar hormon testosteron meningkat akibat adanya ketidakseimbangan
asupan lemak, maka hormon ini akan dipecah menjadi sumber hormon yang tidak normal
bagi hormon estrogen asing.
B. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV
2. Sebagai dasar pengembangan untuk presentasi dan diskusi .
3. Untuk lebih memahami dan mendalami tentang tumor jinak dan ganas pada vulva,
vagina, tuba, uterus, serta ovarium

C. Metode penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menggunakan metode literatur, yaitu
dengan mencari bahan di berbagai buku referensi, maupun di internet
D. Manfaat
1. Bagi institusi pendidikan
Menambah informasi, wacana dan referensi tentang tumor jinak dan ganas pada
vulva, vagina, tuba, uterus, serta ovarium
2. Bagi penulis
Dapat mempelajari sedalam mungkin mengenai tumor jinak dan ganas pada vulva,
vagina, tuba, uterus, serta ovarium. Selain itu penulis dapat mengaplikasikan ilmu
yang di dapat dari media elektrik maupun dari buku.
3. Bagi pembaca
Menambah ilmu dan gambaran tentang tumor jinak dan ganas pada vulva, vagina,
tuba, uterus, serta ovarium
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I

pada bab ini berisi latar belakang, tujuan, metode penulisan, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan

BAB II

pada bab ini berisi definisi tumor, jenis dari tumor, penyebab,
patofisiologis, gambaran klinis

BAB III

pada bab ini berisi kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORI

I. TUMOR JINAK PADA ALAT GENITAL


A. VAGINA
1. Tumor kistik vulva

a. Kista inklusi (Kista epidermis)


Kista yang terjadi akibat perlukaan, terutama pada persalinan, karena episiotomy
atau robekan, dimana suatu segmen terpendam dan kemudian menjadi kista.
Kista ini terdapat di bawah epitel vulva/perineum maupun vagina berwarna
kekuning-kuningan atau abu-abu biasanya bergaris tengah kurang dari 1 cm dan
berisi cairankental. Umunya kista ini tidak menimbulkan keluhan.
b. Kista sisa jaringan embrio
1) Kista Gartner
Dianggap berasal dari saluran mesonefridikus Wolffi. Terdapat pada dinding
lateral-anterolateral vagina sampai pada vulva dekat uretra dan klitoris.
Dindingnya terdiri dari epitel torak atau kubus berisi cairan jernih tanpa
musin. Biasanya berukuran kecil dan multiple namun dapat mencapai ukuran
kepala janin, dengan konsistensi yang lunak.
2) Kista saluran nuck
Berasal dari sisa prosesus vaginalis peritoneum yang terletak dalam saluran
inguinal, kadang-kadang melanjutkan diri sampai pada labium mayora.
Terletak mulai dari saluran inguinal sampai dinding labium mayor, kadangkadang terdiri dari beberapa kista. Kista saluran Nuck berisi cairan jernih
dengan dinding selaput peritoneum. Dengan demikian kista ini harus
dibesarkan dengan hernia inguinal dan varikokel yang sering terdapat pada
kehamilan.
3) Kista kelenjar
a) Kista bartholini : Terjadi akibat radang
b) Kista sebasea
Berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada labium mayor,
labium minor dan mons veneris, terjadi karena penyumbatan saluran
kelenjar sehingga terjadilah penimbunan sebum. Kelenjar ini biasanya
terletak dekat di bawah permukaan kulit berwarna kuning keabu-abuan,
dengan batasa yang jelas dan konsistensi keras, ukuran kecil sering
multiple. Dindingnya berlapis epital kelenjar dengan isi sebum yang
mengandung Kristal kolesterol. Kristal ini sering mengalami infeksi.

c) Hidradenoma
Berasal dari kelenjar keringat, ada yang mengatakan berasal dari sisa
saluran Wolffi.
d) Penyakit Fox-Forduce
Disebut juga apokrin miliaria terjadi akibat sumbatan saluran kelenjar
keringat sehingga membentuk banyak Kristal kecil dengan diameter 1-3
mm, multiple, terasa gatal. Kelainan ini dapat juga terjadi di ketiak dan
gelanggang susu. Dapat mengalami kekambuhan apabila terjadi
gangguan emosi antara lain rangsang seksual.
e) Kista parauretra
Terjadi karena saluran kelenjar ini tertutup oleh infeksi. Kista ini biasa
menonjol pada dinding depan vagina dan sering mengalami infeksi.
f) Kista endometriosis
Walaupun jarang seklai terjadi, dapat tumbuh pada vulva maupun vagina.
Kista pada vulva ini umu hanya memerlukan pengangkatan kalau
mengganggu saja. Pada kista yang mengalami infeksi dapat dilakukan
infeksi.
2. Tumor solid vagina
a. Tumor epitel
1) Kondiloma akuminatum
Penyakit ini disebabkan oleh virus HPV tipe 6 dan 2. Akhir-akhir ini juga
dimasukkan dalam golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Gambaran histologik adalah suatu papiloma yang sekali-sekali
setelah lama dapat menjadi ganas. Gambaran makroskopis adalah seperti
jengger ayam. Kondiloma akuminatum dapat tumbuh pada vulva dan sekitar
anus sampai vagina dan serviks.
2) Karunkula uretra
Dibagi menjadi 2 macam:
(a) Karankula uretra neoplasma
Terdiri dari polip merah muda dengan tangkai pada tepi dorsal muara
uretra, mikroskopik sebagai papiloma uretra yang ditutupi oleh epitel

transisional yang tersusun sebagai lipatan dengan tipe yang sering


menyerupai pertumbuhan ganas. Tumor I ni mempunyai kecenderungan
untuk kambuh local. Gangguan yang ditimbulkan antara lain adalah
nyeri pada waktu berjalan dan duduk, ispareunia, disuria, perdarahan
dan pembengkakan.
(b) Karankula uretra granulomatosa
Penonjolan ini terdiri dari jaringan granulomatosa pada muara uretra
terutama bagian belakang yang meluas ke samping juga. Dengan
demikian, lubang muara uretra ini menonjol akan tetapi tidak
mempunyai tangkai, berwarna merah kusam dan tidak menimbulkan
nyeri seperti pada karunkula uretra neoplasma. Gambaran mikroskopik
adalah reaksi granulomataosa jaringan terhadap infeksi kronik pada
ueretra. Karunkula ini sering terdapat pada wanita pasca menopause,
kebanyakan merupakan penampilan investasi Trikomonas vaginalis.
Apabila etiologi infeksi tidak diobati maka karunkula ini sering kambuh.
3) Hiperkeratosis
Harus dibedakan karena leukoderma atau vitiligo dimana pigmentasi tidak
terjadi, serta karsinoma vulva insitu maupun invasive.
Pada hyperkeratosis dibedakan:
(a) Yang disebabkan infeksi menahun: dermatitis.
(b) Tumor jinak berpapil yang sudah menahun.
(c) Distrofi (leukoplakia):
i.

Likhen skelorsis, kadang-kadang disertai atropi eitelnya saja:


kraukosis (berkerut).

ii.

Hiperkeratosis: khas daan tidak khas.

iii.

Campuran antar 1 dan 2. Untuk membedakannya dengan karsinoma


seringkali memerlukan pemeriksaan lanjut (kolposkopi, sitologi
maupun histologi).

4) Nevus pigmentosus
Walaupun kulit vulva hanya 3% seluruh kulit badan, melanoma maligna
terjadi pada vulva dan vagina 7-10%. Nevus ini tampak sebagai lesi

berwarna kehitam-hitaman pada permukaan vulva berdiameter 1-2 mm.


pemeriksaan mikroskopik menunjukkan sel nevus yang khas dengan inti
biru tua dan terletak di bawah lapisan epitel. Menururt Masson sel nervus
berasal dai melanosit dalam epidermis atau dari sel Schwan dari serabut
saraf yang menuju kulit. Yang berbahaya ialah lesi yang berpigmen dan tak
meluas sehingga sebaiknya diperiksa secara histologik.
b. Tumor jaringan mesoderm
1) Fibroma: berasal dari jaringan di sekitar labium majus, dapat tumbuh besar
dengan konsistensi lunak dan berwarna putih keabu-abuan.
2) Lipoma: berasal dari jaringan lemak di sekitar labium majus dengan
konsistensi lunak, dapat bertangkai dan mencapai ukuran besar.
3) Leiomioma: berasal dari otot polos ligamentum rotundum dekat pada labium
mayus tersusun seperti pusaran air/konde.
4) Neurofibroma: berasal dari sarung serabut saraf, biasanya kecil saja, lunak,
berbentuk polipoid dan berwarna seperti daging.
5) Hemangioma: yang berasala dari congenital biasanya akan menghilang
sendiri pada pertumbuhan anak. Pada wanita pascamenopause biasanya
terjadi karena adanya varises yang kecil-kecil dan dapat menyebabkan
perdarahan pascamenopause. Angiokeratoma adalah jenis hemangioma
dengan kapiler membesar pada korium dan dengan hyperkeratosis pada
epidermis. Hemangioma kavernosum mempunyai ruangan yang luas dengan
permukaan yang tidak rata, berisi darah dengan dinding sel endotel, tumor ini
kadang-kadang masuk ke jaringan di bawahnya.
6) Limfangioma: berasal dari jaringan pembuluh limfe, jarang sekali dijumpai.
Mikroskopik tampak seperti limfangiom namun tidak berwarna.
B. VULVA
1. Tumor kistik
Tumor-tumor di vagina umunya mempunyai sifat yang sama dengan yang ddapatkan
pada vulva. Tumor vulva dan vagina hendaknya dibedakan dengan vaginitis
emfisematosa. Dapat juga saluran Muller terjadi di dekat serviks biasanya soliter,

akan tetapi dapat multiple, kista ini dilapisis epitel seperti endoserviks, berisi cairan
musin.
2. Tumor solid
a. Granuloma
Bukan neoplasma yang sebenarnya. Jaringan merupakan granulasi yang terbatasbatas, seringkali berbentuk polip terutama terjadi pada bekas operasi kolpografi
dan histerektomi total dan dapat bertahan sampai bertahun-tahun.
b. Tumor miksoid vagina
Konsistensi lunak seperti kista berisi jaringan miksomatosa, jaringan pengikat dan
jaringan lemak seperti yang biasa terdapat pada daerah glutea, fossa
iskhiorektales, serta apabila terdapat di vagina berada pada daerah parakolpos.
Kadang-kadang kambuh kembali dan dapat juga menjadi ganas.
c. Adenosis vagina
Berasal dari sisa saluran paramesonefridikus Muler berupa tumor jinak vagina,
terutama terletak dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak yang mengeluarkan
mucus. Di tempat itu mukosa vagina tampak merah dan berbintik. Ini disebabkan
karena pemberian hormone estrogen sintesis lain, diberikan pada ibu penderita
waktu hamil muda (sindrom D.E.S). Tumor ini dapat menjadi adenocarcinoma.
Diagnosis ditegakkan dengan kolposkopi yang terlihat sebagai ulserasi di
kemudian dilanjutkan dengan biopsy dan pemeriksaan histopatologi.
C. TUBA
Tumor tuba uterine dapat berupa neoplasma maupun non neoplasma. Tumor tuba
uterine yang neoplastik jarang seklai ditemukan. Endometriosis yang sebenarnya bukan
neoplasma lebih sering didapat pada tuba, terkadang dikira ganas.
Tuba uterine falopii dan jaringan sekitarnya: Tumor-tumor yang disebabkan oleh
radang.
D. UTERUS
1. Tumor ektoserviks
a. Kista sisa jaringan embrional: berasal dari saluran mesonefridikus Wolffi terdapat
dinding samping ektoserviks

b. Kista endometriosis: letaknya superficial.


c. Folikel atau kista Naboth: kista retensi kelenjar endoserviks, biasanya terdapat
pada wanita multipara, sebagai penampilan servisitis. Kista ini jarang mencapai
ukuran besar berwarna putih mengkilap berisi cairan mucus. Kalau kista ini
menjadi besar dapat menyebabkan perasaan nyeri.
d. Papiloma: dapat tunggal maupun multiple seperti kondiloma akuminata.
Kebanyakan papiloma ini adalah sisa epitel yang terlebih pada trauma bedah
maupun persalinan.
e. Hemangioma: jarang terjadi, biasanya terletak superficial, dapat membesar pada
waktu kehamilan, dapat menyebabkan metroragi. Terapi tumor ektoserviks
tergantung

pada

kelainan

ataupun

potensi

akan

kelainan

yang

dapat

disebabkannya. Umunya bersifat ekspektatif saja. Kista Nabothi dapat diinsisi,


tumor-tumor lain dapat dilakukan ekstirpasi, kauterisasi dan krioterapi.
2. Tumor endoserviks
Polip: sebetulnya adalah suatu adenoma maupun adenofibroma yang berasal
dari selaput lender endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari vulva.
Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami
menjadi lebih semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis, serta
mudah berdarah. Polip ini berkembang karena pengaruh radang maupun virus. Harus
ditegakkan apakah polip itu suatu adenoma, sarcoma botriodes, adenokarsinoma
serviks atau mioma yang dilahirkan. Polip endoserviks diangkat dan perlu diperiksa
secara histologik.
3. Tumor endometrium
a. Polip endometrium
Sering didapati terutama dengan pemeriksaan histeroskop. Polip berasal dari:
1) Adenoma, adenofibroma
2) Mioma submukosum
3) Plasenta
b. Adenoma-adenofibroma
Biasanya terjadi dari epitel endometrium dengan stroma yang sesuai
dengan daur haid. Adenoma ini biasanya merupakan penampilan hyperplasia

endometrium, dengan konsistensi lunak dan berwarna kemerah-merahan.


Gangguan yang sering ditimbulkan adalah metroragi sampai menometroragi,
infertilias. Mempunyai kecenderungan kambuh kembali.
c. Mioma submukosum
Sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar dari uterus menjadi
mioma yang dilahirkan. Tumor berkonsistensi kenyal berwarna putih.
d. Polip plasenta
Berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun abortus.
Pemeriksaan histology memeperlihatkan vili korialis dalam berbagai tingkat
degenerasi yang dilapisi endometrium. Polip plasenta menyebabkan uterus
mengalami subinvolusio yang menimbulkan perdarahan. Polip endometriosis
umumnya diangkat dengan cara kauterisasi dan bedah laser.
4. Miometrium
Neoplasma ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya.
Efek fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen.
Menurut letaknya, mioma dapat kita bagi menjadi:
a. Mioma submukosum: berada id bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus.
b. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut
miometrium.
c. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
5. Adenomiosis
Adenomiosis adalah adanya sarang enometriosis di antara serabut miometrium.
6. Hemangioma
Tumor jinak pembuluh darah ini jarang sekali ditemukan. Umunya didapatkan
secara kebetulan pada pemeriksaan histologik uterus yang diangkat karena
perdarahan. Bentuk histologinya dapat beraneka ragam.

II. TUMOR GANAS ALAT GENITAL

A. VULVA
1. Karsinoma Vulva
a. Epidemiologi
80-85% terdapat pada wanita pasca menopause, terutama yang dalam dekade ke7 sebagai puncak insidensi, paling tidak mengenai 30%. Karsinoma vulva jarang
ditemukan pada golongan umur <> 50%). Paritas dan suku / ras tidak mempunyai peran.
b. Etiologi
Tidak banyak diketahui mengenai etiologi jenis tumor ganas ini, meskipun
disebut tentang lambatnya menarche (15-17 tahun) dan awalnya menopous (40 tahun)
dalam riwayat penyakitnya. Faktor etnik tidak berpengaru, meskipun lesi granulomatosa
sering ditemukan pada suku negro.
c. Faktor resiko terjadinya kanker vulva

1. Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis) HPV merupakan virus
penyebab kutil kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.
2. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
3. Infeksi sifilis
4. Diabetes
5. Obesitas
6. Tekanan darah tinggi.
7. Usia
Tigaperempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua
pertiganya

berusia

diatas

70

tahun

ketika

kanker

pertama

terdiagnosis.Usia rata-rata penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun.


8. Hubungan seksual pada usia dini
9. Berganti-ganti pasangan seksual

kali

10. Merokok
11. Infeksi HIV
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan kerusakan pada
sistem kekebalan tubuh sehingga wanita lebih mudah mengalami infeksi HPV
menahun. Golongan sosial-ekonimi rendah.Hal ini berhubungan dengan
pelayanan kesehatan yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan yang
rutin.
12. Neoplasia intraepitel vulva (NIV)
13. Liken sklerosus
Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
14. Peradangan vulva menahun
15. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.
d. Patologi
Lesi primer sering berupa ulkus denag tepi induratif (ulcero-granulating) atau
sebagai tumbuhan eksofitik ( wart / kutil) dengan tempat predileksi terutama di labia
mayora, labia minora, klitoris dan komisura posterior. Lesi bilateral tidaklah jarang,
bahkan kedua labia mayora dapat simetris terkena (kissing).
e. Tingkatan pra-maligna
Kurang lebih 50% dari semua karsinoma vulva didahului oleh suatu keadaan
yang sedikit banyakdapat ditetapkan sebagai pendahulnya. Yang paling sering adalh
distrofia vulva seperti pada vulvitis atrofik, vulvitis diabetik, leukoplakia, lichen atau
lichenoid seperti pada lichen sclerosus et atrophicus, kraurosis vulva denagan hiperplasi.
Yang sangat potensial menjadi pendahulu keganasan vulva adalah kondiloma akuminata
atau kondoloma lata, infeksi oleh HVP ( Human Papiloma Virus ) tipe-16 dan mungkin
juga tipe-18. pada Neoplasma Intraepitelial vagina (NIV) tidak ada bukti bahwa NIV

akan berlanjut menjadi kanker vulva yang invasif bila dibiarkan tanpa pengobatan. NIV-I,
II, III, biasanya terdapat pada wanita <> 60-70 tahun. Secara umum diterima, bahwa pada
kanker serviks terdapat periode laten 5-10 tahun sebelim lesi pra-maligna ( NIS-I , II ,
III , KIS )menjadi kanker yang invasif. Mengingat lokasi tomur primer (karsinoma
epidermoid ) hampir 60% pada labium majus, 20% pada labium minus atau veitibulum,
12% di klitoris dan 6% di komisura posterior, perembetan ke jaringan sekitar akan
meluas ke urethra, kandung kemih, vagina, rektum dan malalui pembuluh getah bening
secara embolisasi. Rute primer penyebaran ke kelenjar inguinal adalah malalui kelenjar
femoral luar (superfisial), kemudian kelenjar femoral dalam (profundal) untuk akhirnya
menuju kelenjar getah bening panggul melalui kelenjar iliak luar / ekstern, obturator,
iliaka komunisdan kelenjar para-aorta.
f. Pembagian tingkat keganasan karsinoma vulva
Menurut klasifikasi FIGO 76
Tingkat

Kriteria

Karsinoma in situ, karsinoma intraepitel seperti pada penyakit


Bowen, penyakit Paget yang noninvasif

Tumor terbatas pada vulva dengan diameter terbesar 2 cm /


kurang kelenjar di lipat paha tak teraba, atau teraba tidak
membesar

dan

mudah

digerakan

(mobil),

klinis

tidak

mencurigakan adanya anak sebar di situ.


II

Tumor terbatas pada vulva dengan diameter > 2 c, kelejar di lipat


paha ( inguinal )tidak teraba bilateral, tidak membesar dan mobil,
klinis tidak mencurigakan adanya anak sebar di situ.

III

Tumor dari setiap ukuran dengan :


1) Perluasan ke urethra, atau vagina, perineum dan anus
2) Pembesaran kelenjar lipat pada uni/ bilateral, mobil tapi
klinis mencurigakan telah terinfiltrasi oleh sel tumor.

IV

Tumor dari setiap ukuran yang :


1) Telah menginfiltrasi kandung kemih, mukosa rektum, atau

ke dua-duanya termasuk bagian proksimal dari urethra


2) Telah menyebar ke tulang atau metastasis jauh.

g. Gambaran klinis dan diagnosis


Penderita ini datang dengan keluhan samar-samar mengenai iritasi vulva atau
pruritus (gatal-gatal) vulva.Diagnosis akan lebih mudah dibuat bila ditemukan benjolan,
ulkus atau lesi yang berdarah. Nyeri biasanya dikeluhkan bila lesinya terdapat dekat
klitoris atau urethra, karena pedih waktu kencing. Superinfeksi dari lesi ganas juga
menimbulkan rasa sakit dan lebih banyak iritasi akibat keputihan yang terus-menerus.
Hanya sekitar 5 % yang datang denga pembesaran kelenjar lipat paha atau abses sebagai
keluhan utama.
h. Diagnosis dini
Perasaan gatal atau terbakar di vulva harus mendapatkan perhatian, untuk mencari
area yang mencurigakan akan keganasan.
Daerah tersebut dapat berupa wart (kutil), benjolan kecil yang berwarna
kemerahan, keputihan atau berfigmen, agak meninggi, atau ulkus datar yang mudah
berdarah dengan tepi induratif. Kalau prosesnya sudah agak lanjut, mungkin akan
ditemukan luka yang dalam, yang telah mengalami infeksi dan nekrotik, atau tampak
seperti bunga kobis / kool.
Golongan resiko tinggi ialah wanita yang mempunyai faktor predisposisi :
1) Diabetes Melitus
2) Obesitas
3) Hygiene seksual yang tidak baik
4) Lichen sclerosus atrophicus
5) Leukoplakia & kraurosis vulva
i. Penanganan

Pada tingkat klink 0 (KIS / Intraepitelial karsinoma) dikerjakan vulvektomi


dengan mengangkat kedua labia mayora, labia minora, sebagian mons veneris dan himen.
Pada tingkat klinik I dan II dilakukan vulvektomi radikal dengan limfadenektomi
bilateral kelenjar inguinal luar dan dalam, dalam satu tahap (enblok).
Komplikasi vulvektomi radikal dengan limfadenektomi bilateralis yang perlu
diamati ialah infeksi luka dan dehisensi, limfoedema (33%), parestesia saraf femoralis,
perdarahan sekunder asal dari arteri dan vena femoralis, kista getah bening yang sekunder
terinfeksi dan menimbulkan nyeri yang sangat, penyakit trombo-embolik, infeksi saluran
kemih, disfungsi seksual terutama sangat menurunnya libido (gairah seksual), anorgasme
dan dispareunia.
2. Melanoma vulva
Melanoma vulva adalah keganasan nomor dua pada vulva sesudah karsinoma. Hampir
5% dari semua melanoma maligna muncul di vulva yang merupakan hanya 1% dari kulit
permukaan seluruh tubuh. Terdapat predileksi di labia minora dan klitoris, sering meluas ke
vagina dan urethra berupa benjolan (nodul) yang berwarna hitam kebiruan. Menyebar secara
limfogen denga membentuk nodul satelit sekeliling tumor primer untuk kemudian bermestastasis
ke kelenjar limfa regional. Bila terjadi penyebaran secara hematogen, anak sebar terdapat di paruparu (terasering), kemudian otak, hati dan jantung juga tidak jarang.
3. Adenokarsinoma
Pada vulva jarang dan umumnya berasal dari kelenjar bartholini.
4. Basalioma (basal sel karsinoma)
Biasanya ditemukan di daerah yang berambut, sesekali pada labia mayora sebagai makula
kemerahan/ kecoklatan atau sebagai nodul kecil yang mengalami ulserasi di tengahnya (ulkus
rodens). Lesi ini hampir tak pernah menyebar ke kelenjar getah bening, sebab itu eksisi lokal
yang luas sudah memadai untuk tujuan kuratif.
5. Penyakit Paget
Merupakan lesi intra epitelial vulva yang sering bersama-sama dengan munculnya
adenokarsinoma kelenjar apokrin

6. Karsinoma verukosa
Karsinoma ini adalah keganasan pada vulva berbentuk tumor eksofitik seperti papil pada
kondiloma akuminata, atau seprti bunga kol (cauliflower like).
7. Sarkoma pada vulva
Sarkoma vulva sangat jarang tapi metastasis berjarak jauh umum terjadi. Tumor ini
histologik dapat berupa leiomiosarkoma (paling sering), liposarkoma, rhabmiosarkoma,
fibrosarkoma, angiosarkoma, limfosarkoma, dan epiteloidsarkoma. Penyebarannya sangat cepat,
karena secra hematogen. Prognosiscsangat buruk. Peran radioterapi dan atau kemoterapi sebagai
adjuvans perlu dipertimbangkan.
8. Tumor ganas sekunder pada vulva
Berasal dari jaringan dekat vulva seperti serviks uteri, vagina, uterus yang merembet
langsung atau secra limfogen atau embolisasi melalui pembuluh darah balik. Paling sering
ditemukan adalh metastasis koriokarsinoma yang memberi gambaran khas yang berwarna biru
kehitaman. Penanganan dengan kemoterapi tunggal (MTX) atau kombinasi, tergantung dari
faktor resikonya.
B. VAGINA
Tumor ganas primer di vagina sangat jarang. Bilamana serviks uterus ikut terlibat dalam
proses, maka dianggap sebagai tumor ganas serviks uteri. Begitu juga bilamana vulva ikut terlibat
dalam proses, maka dianggaptumor ganas itu adalah tumor ganas vulva.
Gejala
Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka terbuka
pada atau di sekitar lubang vagina.Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna.Jaringan
di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal.Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan
yang encer.
Gejala lainnya adalah:

a. Nyeri ketika berkemih


b. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
c. Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala.
1. Karsinoma vagina
a. Epidemiologi
Kanker vagina jarang terjadi, biasanya diderita oleh wanita berumur 50 tahun ke atas.
Insidensi.
b. Patologi
Terbanyak (hampir 99%) adalah squamous cell carsinoma, sisanya adenokarsinoma dan
embrional rhabdomiosarkoma (sarkoma botrioides).
c. Tingkat pra-maligna
Sebelum menjadi infasif, lesi itu melalui tingkatan pra-maligna yang disebut sebagai NIV
(Neoplasia Intraepitelial Vagina) I, II, III (Displasia ringan, sedang, berat) dan KIS (karsinoma in
situ), yang berlangsung beberapa tahun dan dapat dideteksi awal melalui Papsmear atau
bilamana perlu biopsi terarah dengan bimbingan kolposkop terhadap lesi yang mencurigakan.
d. Penyebaran
Bila proses terdapat pada sepertiga bagian atas vagina, penyebarannya akan terjadi seperti
pada karsinoma serviks;bila berlokasi pada sepertiga bagian distal vagina, penyebarannya akan
menyerupai karsinoma vulva.
e. Pembagian tingkat keganasan
Umumnya karsinoma epidermoid pada vagina muncul di 2/3 di bagian proksimal vagina.
Lokasi paling sering di dinding paling atas (proksimal)atau depan bawah(distal)vagina,berbentuk
eksopitik seperti bunga kol, endofitik ulseratif,infiltratif atau papilomatosa.
Pembagian tingkat keganasan menurut FIGO 1

Tingkat

Kriteria

Karsinoma in situ, karsinoma intra epitelial

Proses masih terbatas padadinding vagina

II

Proses sudah meluas sampai jaringan para vagina,tetapi belum


mencapai dinding panggul;

III

Proses telah meluas sampai ke salah satu/kedua dinding panggul;

IV

Proses sudah keluar dari panggul kecil,atau sudah menginfiltrasi


mukosa rektum/kandung kemih

f.

Gambar klinik dan diagnosa


Karsinoma in situ lebih sering didapat sebai proses yang multifokal.Ia dapat ditemukan
bersama-sama dengan tumor sejenis di bagian lain dari traktus genitalis,atau setelah pembedahan
yang tidak radikal pada karsinoma in situ serviks uterus,atau pasca radiasi karsinoma serviks
uterus.Adenokarsinoma vagina yang jarang,dapat berasal dari urethra,kelenjar Bartholin,atau
sebagai metastasis dari karsinoma endometrium/ovarium.
Pada pemeriksaan in spekulo dapat ditemukan ulkus dengan tepi yang induratif atau
pertumbuhan tumor eksofitik seperti bunga kol (cauliflower) yang mudah berdarah pada
sentuhan.Biopsi harus dibuat pada daerah yang dicurigai,sehingga bukti histologik dapat
menegakkan diagnosis.

g. Diagnosis dini
Pada pemeriksaan rutin secara berkala,pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitologik
dari dinding vagina perlu pula pengambilanbahan dari ekto-danendoserviks. Pada klinik yang
sudah

maju,pemeriksaan

kolposkopik,biopsi

terarah

dengan

bimbingan

kolposkop,

kolpomikroskopi dilakukan untuk membuat diagnosis dini.


h. Penanganan
Untuk tingkat klinik 0, dapat dilakukan vaginektomi, elektrokoterisasi, bedah krio (cryosurgeri), penggunaan sitostatika topikal atau sinar laser.Untuk tingkat klinik I dan II dilakukan
opersi atau penyinaran.Operasi pada tumor di bagian atas vagina sama dengan operasi pada

karsinoma serviks uterus,hanya vaginektomi dilakukan lebih luas(>1/2 puncak vagina harus
diangkat),sedang operasi pada bagian bawah vagina mendekati operasi pada karsinoma vulva.
Kemoterapi dengan peraturan VAC (Vincristine,Aktinomisin-D dan Cytoxan/Endoxan)
hanya untuk pengobatan embrional rabdomiosarkoma (sarkoma botrioides) pada anak-anak,yang
ternyata efektif. Tumor ini berbentuk polipoid seperti buah anggur yang berasal dari bagian atas
vagina dan dapat menonjol keluar sampai di introitus vagina. Penyebaran secara hematogen ke
paru-paru atau tulang
C. ADNEKSA
1. Tubba Fallopii (saluran telur)
a. Patologi :
Hsu, Taymor, dan Hertig membagi histologik tumor ini dalam 3 jenis menurut keganasannya:
1) Jenis papiler : tumor belum mencapai otot tuba dan difeensiasi selnya masih baik, batas
daerah normal dengan tumor masih dapat ditunjukkan.
2) Jenis papilo-alveolar (adenomatosa) : tumor ini telah memasuki otot tuba dan
memperlihatkan gambaran kelenjar.
3) Jenis alveo-meduler : terlihat mitosis yang atipik dan terlihat invasi sel ganas ke dalam
saluran limfa tuba.
b. Penyebaran :
Pada umumnya terjadi secara langsung ke alat sekitarnya, kemudian melalui
pembuluh getah bening ke abdomen, leher, daerah inguinal, vagina, tuba, ovarium dan uterus.
c. Tingkat Klinis Keganasan

Tingkat

Kriteria

Klinik
IA

Pertumbuhan tumor terbatas pada salah satu tuba; tidak ada


ascites.
1. Tak ditemukan tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
2. Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah atau

kedua-duanya.
IB

Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua tuba; tidak ada


asites.
1. Tak ada tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
2. Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah, atau
kedua-duanya.

IC

Tumor dari tingkatan klinik 1A dan IB, tetapi ada asites atau
cucian rongga perut positif.

II

Pertumbuhan tumor melibatkan satu atau dua tuba, dengan


perluasan ke panggul.

IIA

Perluasan proses dan/ atau metastatis ke uterus atau ovarium.

IIB

Perluasan proses ke jaringan panggul lainnya.

IIC

Tumor dari tingkat klinik IIA atau IIB, tetapi dengan asites
dan/atau cucian rongga perut positif.

III

Tumor melibatkan satu atau dua tuba dengan penyebaran


kelenjar limfa intraperitoneal, atau kedua-duanya. Tumor
terbatas pada panggul kecil dengan bukti histologik
penyebaran ke usus halus atau omentum.

IV

Pertumbuhan tumor melibatkan salah satu atau kedua tuba


dengan metastasis berjarak jauh. Bilamana didapatkan efusi
pleural, harus ada sitologi positif untuk menyebutnya sebagai

tingkat klinik IV. Begitu pula ditemukannya metastasis


keparenkim hati.

d. Gambaran klinik dan diagnosis


Pada awal penyakit tidak menimbulkan gejala diagnosis sering terlambat dibuat
karena letaknya yang sangat tersembunyi dan pemeriksaan histologik atas spesimen yang
dikirim. Kalau sudah ada keluhan, biasanya sudah terlambat. Deteksi dini tumor ganas tuba
Falloppii sukar diupayakan. Perlu dapat perhatian khusus bila wanita berusia (45-55 tahun),
ditemukan tumor adneksa (tumor radang: hidrosalping, piosalping atau abses tubo-ovarial dan
sebagainya) disertai rasa nyeri dan adanya getah vagina yang semula kekuning-kuningan
kemudian bercampur darah, perlu dicurigai kemungkinan akan adanya tunor ganas tuba
terutama pada nullipara atau primipara. Wanita beranak satu (sterilitas satu anak) biasanya
oleh karena mengalami infeksi gonokokus yang menimbulkan peradangan tuba dan menjadi
buntu. Perasaan nyeri ini dapat intermiten atau terus menerus dan menjalar ke pangkal paha
dan punggung bagian bawah (regio sakro-koksigeal). Rasa sakit ini yang menyebabkan
penderita datang ke dokter.
Pemeriksa sitologi usapan serviks tidak banyak membantu. Akan tetapi bilamana
hasilnya sel ganas positif, sedangkan di serviks maupun di kavum uteri dapat dinyatakan
tidak ada keganasan, maka perlu dipikirkan kemungkinan keganasan di tuba atau ovarium,
lebih lebih jika ada mas tumor pada adneksa. Histero-salpingografi (HSG) tidak dianjurkan
karena dapat berakibat meluasnya proses ganas/radang. Kuldoskopi dan laparoskopi juga tak
banyak berarti karena sulit membedakan tumor ganas tuba dari tumor radang, kecuali
bilamana pemeriksaan tersebut disertai tindakan biopsi. Transvagina/transrektal USG dapat
membantu untuk menegakkan diagnosis.
e. Penanganan
Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP (Total
Abdominal Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy + Omentectomy +
Appendectomy). Dapat dipertimbangkan (Optional) instilasi Phosphor 32 radioaktif atau
khemoterapi profilaksis. Sayatan dinding perut harus longitudinal linea mediana, cukup
panjang untuk memungkinkan mengdakan eksplorasi secara gentle (lembut) seluruh rongga

perut dan panggul, khususnya di daerah subdiafragmatika dan mengirimkan sample cucian
rongga perut untuk pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Radioterapi hanya dikerjakan pada tumor
bed dan jenis histologik keganasan tertentu seperti disgerminoma.
D. KANKER PADA UTERUS (KANKER RAHIM)
Kanker Rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim).Kanker rahim biasanya
terjadi setelah masa menopause, paling sering menyerang wanita berusia 50-60 taun.Kanker bisa
menyebar (metastase) secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis,
tuba falopii, ovarium, daerah di sekitar rahim, sistem getah bening atau ke bagian tubuh lainnya
melalui pembuluh darah).
1. Penyebab
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini melibatkan
peningkatan kadar estrogen.Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang
pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan
percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.
Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor resiko tertentu. (faktor
resiko adalah sesuatu yang menyebabkan bertambahnya kemungkinan seseorang untuk menderita
suatu penyakit).Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu menderita kanker rahim,
sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat
dijelaskan mengapa seorang wanita menderita kanker rahim sedangkan wanita yang lainnya tidak.
Penelitian telah menemukan beberapa faktor resiko pada kanker rahim:

a. Usia Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas.


b. Hiperplasia endometrium
c. Terapi Sulih Hormon (TSH)
TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah osteoporosis
dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke. Wanita yang mengkonsumsi estrogen
tanpa progesteron memiliki resiko yang lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan
jangka panjang tampaknya mempertinggi resiko ini.Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan
progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron melindungi rahim.

d. Obesitas
Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita
yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar estrogen
merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita obes.
e. Diabetes (kencing manis)
f. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
g. Tamoksifen
Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati
kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini tampaknya
berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen terhadap rahim.
Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada resiko terjadinya
kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang berlainan.
h. Ras
Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.
i. Kanker kolorektal
j. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
k. Menopause setelah usia 52 tahun
l. Tidak memiliki anak
m. Kemandulan
n. Penyakit ovarium polikista
o. Polip endometrium.

2. Gejala
Gejala kanker rahim tidak spesifik. Studi terbaru menunjukkan bahwa penderita kanker
rahim biasanya mengalami gejala berikut ini secara menetap:

tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau kembung)

Perasaan ingin buang air kecil terus menerus


Gejala lainnya meliputi:

1)
2)
3)
4)
5)
6)

Gangguan pencernaan yang menetap (gas atau mual)


Perubahan kebiasaan BAB tanpa alasan jelas, seperti sembelit
Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
Lemas & letih lesu yang berkelanjutan
Sakit pada daerah sekitar pinggang/panggul
Perubahan dalam siklus menstruasi

7) Perdarahan rahim yang abnormal


8) Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
9) Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
10) Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40
tahun)
11) Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
12) Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
13) Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
14) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
Dengan mengetahui gejala nya diharapkan bidan dapat meduga degredasi ganas pada
kanker rahim dengan bertindak :

a. Melakukan pemeriksaan pap smear

b. Melakukan pemeriksaan dalam

Rahim agak membesar,lunak

Setelah pemeriksaan dalam kemungkinan terjadi perdarahan

Pada pemeriksaan speculum :


- Perdarahan dari mulut rahim
- Jaringan keluar dari mulut rahim

c. Jaringan yang keluar dari mulit rahim diambil dan dikirim ke dokter ahli patologi
anatomi
d. Bidan

segera

merujuk

penderita

untuk

menegakkan

diagnose

pasti

ke

puskesmas,dokter ahli kandungan atau ke RS


3. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:

Pemeriksaan panggul

Pap smear

USG transvagina

Biopsi endometrium.
Untuk membantu menentukan stadium atau penyebaran kanker, dilakukan pemeriksaan berikut:

Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan air kemih

Rontgen dada

CT scan tulang dan hati

Sigmoidoskopi

Limfangiografi

Kolonoskopi

Sistoskopi.
Bidan mempunyai tugas menegakkan diagnosis dini kanker rahim dengan :

1. Melakukan KIE dan Motivasi tentang gejala klinik stadium awal


-

Beser putih atau bercampur darah

Perdarahan mendadak/sedikit setelah menopause

Terjadi sesak di bagian bawah abdomen

2. Melakukan pemeriksaan sederhana ;


-

Pengambilan pap smear

Pemeriksaan dalam untuk menilai rahim

3. Merujuk penderita untuk menegakkan diagnisa pasti


Staging (Menentukan stadium kanker)
Stadium I

: kanker hanya tumbuh di badan rahim

Stadium II

: kanker telah menyebar ke leher rahim (serviks)

Stadium III

: kanker telah menyebar ke luar rahim, tetapi masih di dalam rongga panggul
dan belum menyerang kandung kemih maupun rektum. Kelenjar getah bening
panggul mungkin mengandung sel-sel kanker.

Stadium IV

: kanker telah menyebar ke dalam kandung kemih atau rektum atau kanker
telah menyebar ke luar rongga panggul.

4. Pengobatan
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh hormon terhadap
pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta usia dan keadaan umum penderita.
e. Metode pengobatan:

1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua tuba
falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa
menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal
kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. .
2. Terapi penyinaran (radiasi)
Digunakan

sinar

berenergi

tinggi

untuk

membunuh

sel-sel

kanker.

Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang
disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa
dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan
(untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).

3. Kemoterapi
Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya hormon ke sel
kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. Hormon bisa menempel pada reseptor
hormon

dan

menyebabkan

perubahan

di

dalam

jaringan

rahim.

Sebelum dilakukan terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor hormon. Jika jaringan
memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita akan memberikan respon terhadap terapi

hormonal. Terapi hormonal merupakan terapi sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di
seluruh tubuh. Pada terapi hormonal biasanya digunakan pil progesteron.
Terapi hormonal dilakukan pada:

penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan ataupun terapi
penyinaran

penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ tubuh lainnya

penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.


Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap terapi hormonal,

maka diberikan obat kemoterapi lain, yaitu siklofosfamid, doksorubisin dan sisplastin.
Efek samping pengobatan kanker

1. Setelah menjalani histerektomi, penderita biasanya mengalami nyeri dan merasa


sangat lelah. Kebanyakan penderita akan kembali menjalani aktivitasnya yang normal
dalam waktu 4-8 minggu setelah pembedahan.Beberapa penderita mengalami mual
dan muntah serta gangguan berkemih dan buang air besar.
2. Wanita yang telah menjalani histerektomi tidak akan mengalami menstruasi dan tidak
dapat hamil lagi. Jika ovarium juga diangkat, maka penderita juga mengalami
menopause. Hot flashes dan gejala menopause lainnya akibat histerektomi biasanya
lebih berat dibandingkan dengan gejala yang timbul karena menopause alami.
3. Pada beberapa penderita, histerektomi bisa mempengaruhi hubungan seksual.
Penderita merasakan kehilangan sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan
hubungan seksual
f. Pencegahan
1) Setiap wanita sebaiknya menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear secara rutin,
untuk menemukan tanda-tanda pertumbuhan yang abnormal.

2) Wanita yang memiliki faktor resiko kanker rahim sebaiknya lebih sering menjalani
pemeriksaan panggul, Pap smear dan tes penyaringan (termasuk biopsi
endometrium).
E. TUMOR GANAS OVARIUM
a. Patologi
Pertumbuhan tumor prime diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan
berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat menjadi
kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di
rongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites.
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal, dan mesodermal) dengan
sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun
klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa reproduksi dan 10%
pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak
pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low-malignant potential) dan yang jelas
ganas (true malignant).
Klasifikasi Tumor Ovrium Epitelial menurut WHO yang dimodifikasi :
1) Tumor Epitelial yang umum : A. Serosa, B. Musinosa, C. Endometroid, D. Clearcell
(mesonephroid) : a. Benigna, b. Borderline malignancy, c. Karsinoma, E. Brenner, F. Epitelial
campuran, G. Karsinoma tak terdiferensiasi, H. Tumor tak terklasifikasi.
2) Sex-cord stromal tumours : A. Tumor Granulosa-theca cell : a. Benigna, b. Maligna, B.
Androblastoma (sertoli-leydig), C. Gynandroblastoma, D. Tidak terklasifikasi.
3) Tumor-tumor lipid cell.
4) Tumor-tumor Germ-cell : A. Disgerminoma, B. Tumor Sinus Endodermal, C. Karsinoma
Embrional, D. Poli-Embrioma, E. Khoriokarsinoma, F. Teratoma : 1. Immatur, 2. Matur (solid
atau kistik), 3.monodermal (stroma ovarii dan/ atau karsinoid, atau lainnya).
a. Tumor-Tumor Epitelial Ovarium
Ada 2 jenis : serosa dan musinosa. Kedua-duanya mempunyai kecenderungan untuk
tumbuh bilateral dan berimplantasi di rongga peritoneum. Perubahan ke arah ganas terjadi pada
yang berjenis serosa. Kistadenokarsinoma papiliferum pseudo-musinosa merupakan satu variasi
dari tumor dengan kemungkinan penyebaran lokal yang tinggi.

b. Tumor-Tumor Stroma Sex-Cord


Diduga berasal dari mesenkhim gonad, yang potensial mampu mendiferensiasi ke dalam
struktur gonad laki-laki dan wanita hingga tumor dapat mengakibatkan munculnya tanda-tanda
maskulinisasi atau feminisasi pada penderitanya.
Androblastoma atau tumor yang berasal dari mesenkhim akan mendiferensiasi ke dalam
struktur gonadal laki-laki : 1). Arrhenoblastoma, mikroskopik terlihat gambaran tubuler dan
berhubungan denagan gejala/ tanda defeminisasi atau maskulinisasi, 2) Tumor Sertoli cell, adalah
bentuk feminisasi dari Androblastoma. Sel-sel sertoli merupakan sumber dari estrogen pada gonad
lelaki, 3) Tmor Sel Granulosa, 4) Tumor Sel Theca.
c.

Tumor-Tumor Sel Germinal (Germcell tumours)


Tumor ini berasal dari sel germinal dan derivatnya.
a. Disgerminoma
Biasanya terdapat pada wanita muda dan sangat radioaktif. Tumor dengan permukaan
rata, konsistensi kenyal, kecuali di bagian-bagian yang mengalami degenerasi, berwarna sawo
matang sampai keabu-abuan. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat gambaran sarang-sarang
sel telur yang besar, bundar, ovoid, atau poligonal, terpisah oleh septa jaringan ikat. 88,6%
dapat disembuhkan hanya dengan USO (Unilateral Salpingo Oerectomy), kalau perlu pasca
bedah dapat dipertimbangkan radioterapi pada tumor bed karena tumor ini sangat
radiosensitif dan radiocurable.
b. Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu membentuk
elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam
bentuk kistik maupun solid. Teratoma maligna yang ganas berbentuk solid, terdiri atas
campuran jaringan sel telur yang matang (matur) dan yang tidak matang (immatur). Teratoma
ganas biasanya ditemukan pada anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor
ini tumbuh cepat dan mempunyai prognosis yang buruk. Pada pemeriksaan klinik ditemukan
tumor di samping uterus, kadang kala disertai perdarahan dari uterus dan ascites. Terapinya
pembedahan dengan khemoterapi sebelum atau sesudahnya.
c. Tumor sinus endodermal

Berasal dari jolk sac atau saccus vitellinus, umumnya ditemukan pada gadis atau
wanita muda (20 tahun) dan sangat ganas. Pada pemeriksaan mikroskopik didapatkan
retikulum dengan ruangan berbentuk kistik (sinus endodermal) di tengahnya. Sinus tersebut
terdiri atas pembuluh darah ditengahnya oleh sel-sel kuboid.
d. Khoriokarsinoma
Tumor primer berasal dari ovarium jarang ditemukan mempunyai ciri-ciri seperti
khoriokarsinoma sesudah kehamilan (NTGG = Neoplasia Trofoblast Ganas Gestasional).
Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan sinsio dan sitotrofoblas tanpa villikhoroalis.
e. Gonadoblastoma
Tumor yang diperkenalkan oleh Scully pada tahun 1953 dijumpai dalam ovarium
atau testis yang disgenetik, terdiri dari sel-sel telur dan sel-sel yang menyerupai sel-sel
Sertoli-Leydig atau sel-sel granulosa. Kebanyakan penderitanya wanita dan sering
menunjukkan kario-tipe yang abnormal dengan mengandung khromosom Y. Gonadoblastoma
mempunyai potensi untuk menjadi ganas.
d. Tumor-Tumor yang berasal dari Stroma Ovarium
a. Sarkoma Ovarium
Tumor ganas ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Sarkoma teratoid : sering terdiri dari elemen-elemen tanpa diferensi, akan tetapi
unsur-unsur teratoid masih dapat dikenal. Tumor tumbuh cepat dengan prognosis
jelek.
2) Stromal Sarkoma : berasal dari jaringan mesenkhim dan dapat ditemukan dalam 2
jenis : 1) Stroma-cell sarkoma, dan 2) Leiomiosarkoma. Prognosis umumnya baik,
apabila tumor belum meluas pada waktu operasi dilakukan.
3) Sarkoma paramesonefrik : merupakan mixed mesodermal tumor, terdiri atas selsel epitel yang tersusun tidak rata dan stroma yang berproliferasi cepat. Tumor
biasanya ditemukan pada wanita usia lanjut, tumbuh cepat dan dapat
menimbulkan rasa nyeri di perut bagian bawah. Penyebaran sel-sel tumor juga
cepat secara hematogen.

b. Karsinoma Ovarium Metastatik


Karsinoma ini biasanya bilateral dan solid. Tumor primernya berasal dari korpus
uterus, usus-usus, mamma atau kelejar tiroid. Termasuk dalam golongan ini adalah Tumor
Krukenberg yang mempunyai gambaran mikroskopik khas, berupa sel-sel yang menyerupai
cincin signet di tengah-tengah stroma. Sebagian besar dari Tumor Krukenberg adalah
metastatis dari karsinoma ventrikuli (gaster).
1) Penyebaran
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta,
mediastinal, dan supraklavikular, untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh,
terutama paru-paru, hati dan otak.
2) Penetapan tingkat klinis keganasan

UICC
T1

Kriteria

FIGO

Terbatas pada ovarium

Tia

Satu ovarium, tanpa ascites

Ia

Tib

Kedua ovarium, tanpa ascites

Ib

Tic

Satu/ dua ovarium, ada ascites

Ic

T2

Dengan perluasan ke panggul

II

T2a

Uterus dan/ atau tuba, tanpa ascites

IIa

T2b

Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites

IIb

T2c

Jaringan panggul lainnya, dengan ascites

IIc

T3

Perluasan ke usus halus/ omentum dalam

III

panggul, atau penyebaran intraperitoneal/


kelenjar retraperitoneal
M1

Penyebaran ke alat-alat jauh

IV

3) Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/ tanda yang biasanya muncul dalam
perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :

a) Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi


ke jaringan sekitar,
b) Gejala diseminasi/ penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal
dan bermanifestasi adanya ascites
c) Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi
atau hiperestrogenisme, intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe
histologik tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau
masa, di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dari yang kistik
sampai yang solid (padat). Pemakaian USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan
(Computerised axial Tomography scanning) dapat memberi informasi yang berharga
mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum pembedahan. Laparotomi eksploratif
disertai biopsi potong beku (Frozen section) masih tetap merupakan prosedur diagnostik
paling berguna untuk mendapat gambaran sebenarnhya mengenai tumor dan
perluasannya seta menentukan strategi penanganan selanjutnya.
4) Terapi Tumor Ganas Ovarium

Pada tingkatan awal, prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP (optional). Luas
prosedur pembedahan ditentukan oleh insidensi dari seringnya penyebaran ke sebelah
yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi badan rahim (korpus uteri).
Tindakan konservatif (hanya mengangkat tumor ovariumnya saja : oophorektomi atau
oophoro kistektomi) masih dapat dibenarkan jika tingkat klinik penyakit T1a, wanita
masih muda, blum mempunyai anak, derajat keganasan tuor rendah seperti
disgerminoma, tumor sel granulosa, dan arrhenoblastoma atau low potential malignancy
= bordeline malignancy.
5) Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik TI dan T2
(FIGO: Tingkat I dan II), yang diberikan kpada panggul saja atau seluruh rongga perut.
Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkay III dan IV) dilakukan debulking
dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa,
hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti
disgerminoma dan tumor sel granulosa.
6) Khemoterapi
Sekarang telah mendapat tempat yang diakui dalam penanganan tumor ganas
ovarium. Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens alkylating (seperti
cyclophospamide, chlorambucil), antimetabolit (seperti Adriamisin) dan agens lain
(seperti Cis-Platinum). Penanganan paliatif tumor ganas ovarium sering menggunakan
preparat hormon progestativa.
7) Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tingkatan
lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk
membuat by pass bila kondisi penderita mengizinkan.
8) Second-look laparotomi
Untuk

memastikan

keberhasilan

penanganan

dengan

radioterapi

atau

khemoterapi, lazim dilakukan laparotomi kedua, bahkan kadang sampai ketiga (thirdlook laparotomi). Hal ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses penyakit,

hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau perlu
dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.
5.

Neoplasma Ovarium yang jarang


Teratoma ovarium (termasuk Tumor sinus Endodermal). Menarik perhatian karena
pekanya terhadap khemoterapi dan hubungannya dengan petanda tumor (tumor marker) AFP
(Alfa Feto-protein). Petanda tumor ini sangat berguna untuk diagnosis maupun pemantauan
(monitoring) dan penanganan/ pengobatan.
Tumor yang mensekresi endokrin adalah penting karena mereka dapat menampakkan
diri dengan kelainan-kelainan endokrin, dan pengobatannya mungkin akan sangat efektif
dengan mengendalikan gejala-gejalanya.
Pengamatan lanjut
Untuk tumor ganas ovarium skema/ bagan pengamatan lanjut (follow up control)
adalah sebagai berikut :

a. Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan,


b. Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan,
c. Kemudian sampai 5 tahun setlah penanganan, setipa 6 bulan,
d. Seterusnya setiap setahun sekali.
Konsep tatalaksana kanker ovarium
Predisposisi :

a. Kista pada anak/remaja


b. Kista usia lanjut
c. Kista di atas 45 tahun
d. Ovarium masih teraba pada menopause

Keluhan utama :

1. Tanpa keluhan
2. Kista cepat besar
3. Stadium lanjut :
- Kahesia
- Tumor pada abdomen
- Asites
- Metastase-kaki edema
Pemeriksaan kanker ovarium :

- Inspeksi :
1. Terlihat tumor pada abdomen
2. Pembuluh darah prominen
3. Badan atas kurus,edema tungkai
- Pemeriksaan palpasi :
1. Teraba tumor
2. Nerbenjol-benjol
3. Gerak terbatas
4. Terdapat asites
5. Konsitensi:padat kenyal

- Pemeriksaan dalam :
1. Terasa teraba tumor abdomen
2. Padat kenyal gerak terbatas
3. Ovarium masih teraba setelah menopause

SIKAP BIDAN
KIE di motivasi dan merujuk penderita ke puskesmas

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat kita simpulkan bahwa tumor alat genital baik yang
bersifat neoplasma jinak maupun yang bukan neoplasma. Menurut letak dan
konsistensinya, maka berturut-turut akan dibicarakan sebagai berikut.
Tumor jinak pada alat genital meliputi:
1. Vulva
a. Tumor kistik vulva
b. Tumor solid vulva
2. Vagina
a. Tumor kistik vagina
b. Tumor solid vagina
3. Uterus
a. Tumor ektoserviks
b. Tumor endoserviks-endometrium
4. Tuba uterina fallopi dan jaringan sekitarnya
a. Tumor tuba uterina (adenoma, leiomioma, fibroma, kista dermoid)
b. Tumor neoplasma jinak jaringan sekitarnya
c. Tumor nonneoplasma
5. Ovarium
a. Tumor non-neoplasma
b. Tumor neoplasma
Tumor ganas pada alat genital meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tumor ganas pada vulva


Tumor ganas pada vagina
Tumor ganas pada serviks uteri (leher rahim)
Tumor ganas pada korpus uteri (badan rahim)
Umor ganas pada adneksa (tuba fallopi = saluran telur)
Ovarium (indung telur)

B. Saran
Dari makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan mengerti dan
memahami tentang masa macam macam tumor ganas dan jinak sehingga nantinya mampu
memberikan asuhan kebidanan pada pasien penderita tumor ganas maupun jinak.

Daftar Pustaka
Rahardjo.S. Myoma uteri di Rumah Sakit.Dr. Soetomo 1972-1974.skripsi. Surabaya: Bagian
Obstetri dan ginekologi
Sulistyo, R. Sunardi Saiman R. Myoma uteri di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung, 19701972. Medan : Kngr Myoma Ginekol Indonesia III, 1976
http://tumor ganas.com/1101/kanker-ovarium/
http://rahmat-dharmawan.com/kanker-indung-telur-atau-ovarium/
http://astaqauliyah.com/2010/05/referat-kedokteran-epidemiologi-etiologi-dan-patofisiologipenyakit-kista-ovarium/
Prawirohardjo, Sarwono. 2007.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka edisi 2

Anda mungkin juga menyukai