Anda di halaman 1dari 19

Makalah Ergonomi

Rabu, 06 November 2013

Peran prinsip ergonomi dalam pengangkutan kayu


I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kenyataan bahwa pekerjaan dan kegiatan di kehutanan merupakan hal yang berat tidak
dapat dipungkiri lagi akan sangat rentan terhadap kecelakaan kerja, terlebih lagi bagi para
tenaga kerja yang menggeluti sector ini yang hampir selalu dikondisikan ataupun berada
pada kondisi yang menempatkan dirinya pada situasi yang tidak nyaman, berhadapan
dengan bahaya dengan beban dan jenis pekerjaan yang berat dan sangat menguras keringat
ditambah lagi lingkungan kerja alami yang tidak dirancang untuk kenyamanan manusia
membuat sector ini sangat memerlukan sebuah kaidah atau aturan mengenai tata cara
dalam melakukan sebuah pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan
keselamatan bagi para pekerja di sector kehutanan, yang pada akhirnya diharapkan dapat
berkerja secara efisien dan pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas dari
pekerjaannya.
Berdasarkan fakta tersebut ilmu pengetahuan yang dapat mengakomodir antara
tuntutan kegiatan pekerjaan di sector kehutanan dengan kenyamanan dan keselamatan
para pekerja di sector kehutananadalah ilmu ergonomic. Secara harapiah ergonomic
adalah ilmu mengenai tata cara dalam bekerja.
Didalam pekerjaan kegiatan sector kehutanan sendiri aplikasi dari ilmu ergonomic
dimulai dari mulai kegiatan awal kehutanan yaitu berupa perencanaan areal kerja,
perencanaan areal kerja, pembukaan wilayah hutan, inventarisari hutan, penebangan atau
pemanenan hingga penanaman tegakan baru.
Didalam makalah ini sendiri konsentrasi utama pembahasan adalah pada penerapan
prinsip ergonomic pada pengangkutan kayu. Pengangkutan kayu merupakan salah satu
bagian dari serangkaian kegiatan pemanenan hutan, dimana kayu kayu yang sudah
berbentuk sortimen ( log ) yang dikumpulkan baik di tempat pengumpulan kayu maupun
di tempat penimbunan akhir kayu akan di bawa menuju tempat penimbunan kayu ataupun
langsung kepada konsumen. Pengangkutan kayu sendiri dapat dilakukan secara manual,
semi mekanis, mekanis dan full mekanis.
Kegiatan pengangkutan kayu merupakan kegiatan yang berat dan banyak mengandung
bahaya karena keterlibatan langsung tenaga kerja ( manusia ) didalam kegiatanya baik
berupa sebagai tenaga pemindah ( transporter ) kayu ataupun sebagai pengawas
(controller ) kegiatan pengangkutan itu sendiri. Bahkan dalam praktik pengangkutan kayu
secara semi mekanis tenaga kerja juga ada yang berperan sebagai pengoprasi ( operator )
dari alat berat yang membantu kegiatan pengangkutan kayu ini. Sebagai contoh
pengoperasian alat angkut kereta api pada system pengangkutan pemanenan di hutan rawa
gambut.
Merupakan hal yang lumrah bagi tenaga kerja manusia yang memiliki keterbatasan
dalam hal daya tahan fisik dan mental ( psikologis ) yang merupakan kodratnya sebagai

manusia biasa. Berdasarkan hal tersebut penerapan prinsip ergonomic dengan baik dan
benar merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi pekerja disektor kehutanan terkhusus
didalam kegiatan pengangkutan kayu yang sudah terbukti menguras tenaga fisik dan psikis
tenaga kerja manusianya. Sehingga pada akhirnya prinsip ergonomic ini akan memberikan
tingkat kenyamanan dan keselamatan tenaga kerja manusia disektor kehutanan ke tingkat
yang lebih baik lagi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami aplikasi ( praktik ) prinsip ilmu ergonomic dalam bidang kehutanan khususnya
pengangkutan kayu.

II. PEMBAHASAN
3.1 Ergonomi dan Ruang Lingkupnya
3.1.1 Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti aturan.
Dengan demikian secara harpiah ergonomic adalah ilmu aturan atau tatacara dala bekerja.
Dalam arti yang lebih luas menurut Mikael ( 1999 ), ergonomic ilmu yang mempelajari
manusia dalam hubungan dengan pekerjaan, dengan segala aspek dan ruang lingkupnya.
Suatu bidang studi yang mencari atau menangani desain peralatan dan tugas-tugas yang
cocok dengan kapabilitas manusia dan limitnya. Faktor kenyamanan kerja, ergonomi harus
bisa memahami seluruh keadaan manusia, baik dari segi anatomi, fisiologi,
psikologi,engineering, manajemen, dan desain/perancangan untuk membuat desain tugas
yang berguna, ramah penggunaan di segala tempat dan bidang. Bahwa seorang pekerja
yang mengoperasikan banyak peralatan, namun dapat dijangkau dengan mudah.
Didalam lingkup pembahasannya ilmu ergonomic membahas seputar aspek-aspek
yang dapat mendukung pekerjan manusia itu sendiri seperti, teknik, fisik, pengalaman
psikis, anatomi utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendiaan,anthropometri, sosiologi, fisiologi, terutama yang berhubungan dengan
temperatur tubuh dan desain dari alat atau stasiun alat.
Argumentasi utama mengapa aplikasi prinsip ergonomic itu penting dalam mendukung
sebuah pekerjaan karena, Pekerjaan yg tidak ergonomis menyebabkan ketidak nyamanan,
biaya tinggi,penurunan performa,efisiensi dan daya kerja juga kecelakaan.
3.1.2 Konsep dan Prinsip Dasar Penerapan Ilmu Ergonomi
Didalam ilmu ergonomic, konsep dasar yang pengaplikasian kegiatannya meliputi
dimana, kapan, oleh siapa dan bagaimana teori teori dari ilmu ergonomic itu
diaplikasikan. Karena, dengan penerapan teori teori dari ilmu ergonomic itu secara tepat
dan benar akan memberikan kepada keuntungan kepada pekerja antara lain sebagai berikut
:

Lebih baik dalam mengerjakan tugasnya


Lebih sehat
Meningkatkan kepuasan kerja
Lebih produktif
Tujuan dari ergonomi adalah untuk memaksimalkan perancangan terhadap produk,
alat dan ruangan dalam kaitannya dengan anthropometri secara integral, sehingga
mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh dalam menghadapi permasalahanpermasalahan interaksi manusia dengan technology dan produk-produknya, sehingga
dimungkinkan rancangan sistem manusia ( technology ) dapat menjadi optimal.Terdapat
beberapa aspek dari ergonomis yang harus dipertimbangkan, antara lain adalah:
1. Sikap dan posisi kerja.Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi
tertentu yang terkadang-kadang cenderung tidak mengenakkan dan kadang-kadang juga
harus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini menyebabkan pekerja cepat
lelah, membuat banyak kesalahan atau menderita cacat tubuh. Untuk menghindari hal
tersebut di atas terdapat beberapa pertimbangan ergonomis, seperti:

Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi


membungkuk dengan frekuensi yang sering atau jangka waktu lama.

Operator seharusnya menggunakan jarak jangkauan normal.

Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap
atau posisi miring.

Operator tidak seharusnya bekerja dalam frekuensi atau periode waktu


yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di atas level
siku yang normal.
2. Anthropometri dan dimensi ruang kerja.Persyaratan ergonomis mensyaratkan agar supaya
peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakan khususnya
menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dalam menentukan ukuran maksimum atau minimum
Ergonomi tidak pernah lepas dari Anthropometri. Anthropometri berasal dari antro
yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Jari secara garis besar
anthropometri dapat didefinisikan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia.
Anthropometri adalah sekumpulan data numerik yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik
tubuh manusia, seberti: ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah design.
Tujuan dari anthropometri adalah sebagai acuan yang ergonomis dalam segala hal
yang memerlukan interaksi manusia, dalam aplikasinya mengenai perancangan area, alat,
produk, maupun stasiun kerja, yang berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan dimensi yang
tepat, sehingga para pengguna alat atau ruangan fisik tersebut cocok, dan diharapkan akan
meningkatkan produktivitas.
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang berhasil
diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:

Perancangan area kerja

Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas, dsb.

Perancangan produk-produk konsumtif, seperti pakaian, kursi dan meja


komputer


Perncangan lingkungan kerja fisik
Selain hal tersebut kajian yang tidak kalah penting dalam ilmu ergonomic adalah
konsep keseimbangan dalam ergonomic. Konsep keseimbangan dalam ergonomic itu
dijelaskan dalam hubungan sebagai berikut ;
Jika tuntutan tugas > kemampuan kerja =>over stress, discomfort, lelah,
cidera,celaka, sakit, produktivitas
Jika tuntutan tugas < kemampuan kerja =>under stress, bosan, lesu, tidak produktif
Harapannya adalah antaratuntutan tugas = kemampuan tugas => performa optimal
Didalam pendekatan ilmu ergonomic manusia merupakan factor penentu yang
dipengaruhi oleh internal factor dan eksternal factor. Artinya internal ditambah eksternal
factor adalah pendekatan ergonomis.
3.2 Penerapan Prinsip Ergonomi pada Kegiatan Pengangkutan Kayu
Siregar, M (1980) pengangkutan adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat
asal ke tempat tujuan yang di dalamnya terdapat hubungan dalam hal:
a.
Ada muatan yang diangkut
b.
Tersedianya kendaraan sebagai alat angkut
c.
Ada jalan, tempat yang akan dilalui alat angkut
Pengangkutan kayu merupakan kegiatan memindahkan log/kayu dari tempat tebangan
sampai tujuan akhir yaitu TPK atau pabrik.Kegiatan pengangkutan ini disebut dengan
istilah Major Transportation. Menurut Elias (1988) bahwa makin besar kayu maka akan
semakin pendek waktu penanganannya per satuan volume dan makin pendek waktu
angkutan. Kayu akan turun kualitasnya jika dibiarkan terlalu lama di dalam hutan.
Sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya pekerjaan di dunia kehutanan
merupakan suatu jenis pekerjaan yang sangat berat dan sangat rentan terhadap kecelakaan
kerja yang fatal, karena selain melibatkan bahan baku (input) berupa barang berat dengan
produk (output) yang juga kebanyakan barang berat juga melibatkan serangkaian mesin
berat yang juga berguna untuk membantu pekerja di sector kehutanan. Fakta tersebut
mendukung perlunya penerapan ilmu tentang aturan kerja yang baik bagi pekerja
(ergonomic) yang diterapkan dengan prinsip fisikal dan prinsip kognitif.
Pengangkutan kayu merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan
pemanenan hutan yang terdiri dari penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan
dan pengangkutan kayu, dimana kayu kayu yang sudah berbentuk sortimen (log) yang
dikumpulkan baik di tempat pengumpulan kayu maupun di tempat penimbunan akhir kayu
akan di bawa menuju tempat penimbunan kayu ataupun langsung kepada konsumen.
Pengangkutan kayu sendiri dapat dilakukan secara manual, semi mekanis, mekanis dan
full mekanis.
Kegiatan pengangkutan kayu (major transportations) merupakan kegiatan yang
berat dan banyak mengandung bahaya karena keterlibatan langsung tenaga kerja
(manusia) didalam kegiatanya baik berupa sebagai tenaga pemindah (transporter) kayu
ataupun sebagai pengawas (controller) kegiatan pengangkutan itu sendiri. Bahkan dalam
praktik pengangkutan kayu secara semi mekanis tenaga kerja juga ada yang berperan
sebagai pengoprasi (operator) dari alat berat yang membantu kegiatan pengangkutan kayu
ini. Sebagai contoh pengoperasian alat angkut kereta api pada system pengangkutan
pemanenan di hutan rawa gambut.
Setelah kegiatan penyaradan dan pemuatan, maka dilakukan kegiatan
pengangkutan yaitu memindahkan kayu dari TP ke TPK (tempat pengumpulan kayu)

biasanya dengan menggunakan truk. Didalam praktik pemanenan hasil hutan kegiatan
pengangkutan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pengangkutan major yaitu
pengangkutan kayu dari TPN dan TPN antara menuju konsumen dan pengangkutan minor
yaitu pengangkutan kayu dari tunggul pohon menuju TPN atau TPN antara pengangkutan
minor juga sering disebut sebagai kegiatan penyaradan. Dalam system pengangkutan baik
itu major maupun minor dapat dilakukan dengan system darat seperti dengan truk, kereta
api, system perairan dengan boat, rakit dan pompom dan system udara dengan cable
ataupun hallycopter.
Penyaradaan atau pengangkutan minor dilakukan setelah pembagian batang
selesai, maka dilakukan penyaradan yang dilakukan secara manual dengan tenaga
manusia. Pekerja penyaradan melakukan pemindahan batang tanpa menggunakan alat
pelindung diri (APD). Batang tersebut dipindahkan dengan cara dipikul secara perorangan
dengan meletakkan kayu di atas bahu pada batang dengan ukuran kecil (sortimen A 1)
sampai dengan sedang (sortimen A II) dengan diameter dan panjang tertentu yang masih
dapat dijangkau untuk dipikul. Batang yang berukuran besar (A III) dipikul secara
bersama-sama oleh dua orang atau lebih menggunakan alat bantu berupa batang berukuran
tertentu dan kawat yang dilingkarkan pada batang, disebut dengan istilah ender. Batang
yang disarad biasanya dipindahkan dari areal tebang ke tempat pengumpulan (TP), tetapi
batang yang ringan biasanya langsung dimuat ke atas truk.
International Labour Organization (2002) menyebutkan jika memungkinkan
penyaradan secara manual harus menghindarkan pemindahan kayu dengan menggunakan
tangan dan jika mengguanakan tangan, jarak harus dijaga sependek mungkin dengan
menggunakan suatu arah rebah yang tepat dan jaringan jalan sarad yang cukup dekat,
penggunaan perkakas bantu seperti kait, penjepit atau sapi-sapi. APD harus disediakan dan
dikenakan sesuai dengan ketentuan dan Jika tidak ditetapkan dalam peraturan perundangundangan dan hukum nasional, berat kayu yang harus ditangani dengan tangan oleh satu
pekerja tidak boleh melebihi suatu tingkatan yang mungkin membahayakan keselamatan
atau kesehatan. Selain itu beban kerja yang melebihi kapasitasnya dapat mempengaruhi
kesehatan pekerja (Yovi et al, 2006).
Dalam melakukan penyaradan manual perlu memperhatikan teknik penyaradan
yang benar. Para pekerja harus menjaga punggung mereka dalam keadaan lurus dan
menggunakan otot kaki mereka saat pengangkatan. Beban harus dijaga tetap dekat dengan
tubuh dan dengan keseimbangan yang baik. Para pekerja harus memilih jalan mereka hatihati dan menghindari rintangan (ILO, 2002). Sedangkan Pusat Kesehatan Kerja (2009)
menyebutkan bahwa mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama
teknik yang dilakukan tidak benar dapat berakibat cidera pada punggung. Pencegahan
dapat dilakukan: beban yang diangkat tidak terlalu berat, tidak berdiri terlalu jauh dari
beban, tidak mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi hendaknya menggunakan
tungkai bawah sambil berjongkok, dan hendaknya menggunakan pakaian yang tidak
terlalu ketat sehingga pergerakan tidak terhambat.
Secara spesifik aplikasi dari prisnip ergonomic dalam pengangkutan kayu
dijabarkan sebagai berikut :
A. Prinsip Fisikal
Prinsip fisikal adalah suatu prinsip yang berkaitan dengan suatu keadaan atau kondisi
kerja yang dapat mendukung jasmani pekerja agar dapat bekerja dengan nyaman dan
efektif sehingga meminimalisir pengeluaran tenaga secara berlebihan.
Contohnya :

Meletakan dan memasangrantai penyarad kayu (log) di pangkal batang


atau di ujung batang kayu (log) sehingga saat ditarik menjadi lebih stabil
dan mudah dijangkau tangan untuk ditarik.
Memilih alat angkut seperti truk yang tinggi bak truk dari tanah tidak lebih
tinggi dari pekerja pengangkut kayu atau sekitar 130 cm. Sehingga pekerja
pengangkut kayu dapat memasukkan kayu dengan mengeluarkan tenaga
yang tidak terlalu besar akibat harus menjinjit dan mengangkat kayu (log)
hingga melewati kepalanya.
Bekerja dengan postur yang sesuai, artinya kemapuan pekerja dalam
mengangkut kayu harus disesuaikan dengan batas kemapuan daya dukung
fisiknya.
Mengurangi pengeluaran tenaga yang berlebihan, seperti menyarad kayu
(log) diatas rel dengan alat kuda kuda atau mengangkut kayu dengan
system mekanis dengan mengunakan cable atau hellykopter.
Meminimalkan kepenatan dan keletihan yaitu beristirahat sesuai porsi
yang ideal antara kemampuan kerja dengan tuntutan kerja.
Mengatur posisi tubuh atau kuda kuda pada saat akan mengangkat kayu
(log), sehingga akan membagi tekanan beban ke beberapa bagian tubuh
secara merata.
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman seperti meminimalisir
menggunakan mesin berbahan diesel sehingga akan mengurangi
kebisingan, membuat aliran air sehingga akan mengurangi genangan air
dan melakukan sebuah treatment yang dapat meminimalisir ganguan
serangga dan hewan pengganggu seperti nyamuk dan tawon dengan cara
pengasapan.

B. Prinsip Kognitif
Prinsip kognitif adalah suatu prinsip yang bertujuan untuk memberikan petunjuk
atau arahan dalam bekerja yang ditujukan ke dalam alam akal pemikiran pekerja.
Contohnya ;
Perusahaan menetapkan standard baku dan umum bagi semua pekerja
sesuai dengan kemampuan hasil analisa antropometri pekerja.
Dalam kegiatan pra pengangkutan dan penyaradan dapat melakukan
pembahasan kerja ( briefing ) dimana asisten menejer atau mandor
memaparkan penjelasan berdasarkan bahasa sederhana.
Pada kegiatan pengangkutan dapat dilakukan penulisan data tentang kayu
(log ) di ujung pangkal pohon mencakup informasi jenis kayu, diameter
kayu, asal petak dll. Sehingga pekerja pengangkutan kayu dapat dengan
mudah menggolongkan kayu ketika dimuat ke alat pengangkutan.

Contoh Kasus Penerapan Ergonomi dalam Pengankutan Kayu


Pengangkutan kayu di HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd di tepi Sungai
Merang
1.

Sistem Pengangkutan Kayu

Pengangkutan kayu (major transportation) di hutan rawa dimulai dari memuat kayu di betou
(Tpn) sampai ke log pond (TPK). Kegiatan pengangkutan di areal HPH PT. kurnia Musi Plywood
Industrial Co. Ltd. meliputi pembuatan jalan rel dan pengangkutan kayu dari betou ke logpond.

a. Pembuatan jalan rel


Hutan rawa dengan kondisi areal yang tanahnya bergambut dan basah, serta
memilki topografi yang datar (0-8 %) sehingga jenis jalan yang paling sesuai adalah
jaringan jalan rel. Jalan rel ini terdiri dari susunan kayu dan rel besi sebagi tempat
meluncurnya loko dan lori.
Pembuatan jalan rel ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dengan cara
memindahkan rel besi dari satu areal tebangan ke areal tebang yang lain. Pekerjaan
pembuatan jalan rel dimulai dengan pembuatan rencana jaringan jalan di atas peta,
kemudian rintisan sesuai dengan rnecana di peta, pembuatan galkang dan pemasangan rel.
Pembuatan jalan rel ini dilakukan dengan system borongan.
Panjang jalan rel yang telah direalisasikan sejak beroperasi sampai tahun 1997
sepanjang 373,60 km. Adapun realisasi pembutan jalan rel tahun 1996/1997 adalah 20 km.
Jarak rata-rata pengangkutan kayu dengan loko dari betou (Tpn) ke logpond pada saat
penelitian ini adalah 16,375 km.Pemeliharaan dan perbaikan jalan rel dilakukan oleh regu
pekerja harian. Pemeliharaan jalan angkutan ini dilakukan oleh regu pekerja setiap hari
yang terdiri dari 2 regu dengan anggota empat orang. Tugas dari pekerja ini adalah
memperbaiki jalan rel yang rusak yakni galangan yang rusak (lapuk), paku rel yang lepas,
plat sambungan rel yang lepas, membersihkan jalan rel dari semak dan membersihkan jika
pohon yang tumbang di atas rel.
b. Pengangkutan dengan loko dan lori
Pengangkutan kayu dari betou sampai ke logpond di areal HPH PT Kurnia Musi
Plywood Industrial Co. Ltd di tepi Sungai Merang dilakukan melalui jalan darat dengan
menggunakan rangkaian lori dengan tenaga loko bermesin diesel merk Yanmar TS 230 R
buatan Jepang yang dibeli tahun 1995. Mesin tipe ini mempunyai tenaga dengan daya
kerja minimum 18 DK/2200 rpm dan maksimum 23 DK/2200 rpm denganisi langkah
1132 cc.
Pengangkutan dilakukan untuk mengangkut kayu yang berada di betou ke log
pond. Jarak angkut rata-rata yang ditempuh dari log pond ke betou pada sat penelitian
adalah 16,375 km. Satu buah loko mempunyai 15 set lori yang dikerjakan oleh satu regu
pekerja yang berjumlah 4-6 orang dan satu orang menjadi operator dengan menggunakan
sistem upah borongan.
2. Elemen Kerja Pengangkutan
Tahapan kegiatan pengangkutan kayu dengan menggunakan lokotraksi meliputi :
1. Berjalan kosong, merupakan tahap awal dari kegiatan pengangkutan dimana loko
menarik dan mendorong lori ( 8 set lori ditarik dan 7 set lori didorong) menuju
betou. Tahapan kegiatan ini meliputi : Persiapan sebelum menuju betou, yakni
memansakan mesin dan menunggu loko depan.Loko berjalan kosong, yakni loko
bergerak meninggalkan log pond sampai loko berhenti di betou dan siap dimuati.
2. Memuat, merupakan kegiatan menaikkan kayu ke ats lori dengan menggunakan
locak. Tahapan kegiatan memuat ini meliputi :
- Mengatur posisi lori di betou

Membongkar peralatan muat bongkar (locak, tongkat pengungkit,


tongkattongkat untuk memantapkan kayu yang dimuat) yang berada di atas lori
di betou.
- Memasang landasan sebagai tempat menggulingkan kayu dari betou ke atas
lori.
- Memasang tali pengikat antara lori dengan jari-jari jalan rel agar lori stabil
pada saat pemuatan dilakukan.
- Menggulingkan kayu dari atas betou ke atas lori dengan menggunakan locak
dan pengungkit.
- Mengatur posisi kayu di atas lori, mengikat kayu di atas lori dan memasang
pengganjal agar kayu tidak jatuh dan stabil pada saat lori berjalan.
3. Mengangkut, kegiatan mengangkut kayu merupakan tahap dimana lori yang telah
dimuati kayu mulai berangkat dari betou menuju log pond. Tahapan kegiatan ini
meliputi:
- Persiapan pengangkutan, kegiatannya yakni mengambil air yang digunakan
untuk pendingainan mesin dan air yang digunakan untuk membasahi roda lori
selama perjalan.
- Berjalan bermuatan, yakni loko berjalan meninggalkan betou dengaan
menarik dan mendorong lori yang telah bermuatan.Pada saat perjalanan
bermuatan ini dilakukan penaburan pasir putih yang berfungsi untuk
meningkatkan daya traksi roda lori dengan rel dan pemasngan kulit-kulit kayu
pada sambungan rel yang berfungsi untuk mengurangi kemungkinan roda loko
dan lori yang keluar dari rel akibat sambungan rel tidak rata.
4. Membongkar, merupakan kegiatan menurunkan kayu dari atas lori ke logpond.
Kegiatan ini dimulai dengan melepas tali pengikat.
3. Waktu Kerja dan Produktivitas Pengangkutan Kayu
Pengukuran waktu kerja (time study) bertujuan untuk menentukan waktu yang
diperlukan oleh pekerja normal menyelesaikan pekerjaan dasar dalam menentukan
produktivitas kerja.
Waktu kerja pengangkutan kayu dengan menggunakan lori yang ditarik/didorong loko
adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut kayu dari betou ke logpond.
Pengukuran waktu kerja pengangkutan, yakni loko dan lori berjalan kosong menuju betou,
memuat, berjalan bermuatan menuju logpond dan membongkar muatan.
Waktu kerja kegiatan pengangkutan dengan menggunakan lokotraksi di areal HPH
PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd adalah 608,990 menit dengan volume angkut
rata-rata 42,626 m3 dan jarak angkut rata-rata 16,375 km. Waktu kerja rata-rata efektif
selama kegiatan pengangkutan ini adalah 528,255 menit. Waktu hilang yang begitu besar
mencapai 81,845 menit mengakibatkan waktu yang dibutuhkan selama pengangkutan
menjadi lebih lama.
Waktu hilang yang dapat dihindarkan pada kegiatan pengangkutan pada kegiatan
pengangkutan ini adalah roda loko dan lori keluar dari jalan rel sebesar 50,365 menit (8,27
%), disebabkan kondisi jalan angkutan (jalan rel) yang rusak. Besarnya waktu hilang ini
disebabkan roda lori atau loko keluar rel sehingga pekerja membutuhkan waktu untuk
mengembalikan roda loko atau lori diakibatkan oleh kondisi jalan rel yang dilalui.
Kondisi jalan rel yang rusak, menyebabkan seringnya roda loko dan lori keluar jalur rel.

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu ergonomi membahas seputar aspek-aspek yang dapat mendukung pekerjan
manusia itu sendiri seperti, teknik, fisik, pengalaman psikis, anatomi utamanya yang
berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendiaan, anthropometri,
sosiologi, fisiologi, terutama yang berhubungan dengan temperatur tubuh dan desain dari
alat atau stasiun alat.
Pengangkutan adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat
tujuan yang di dalamnya terdapat hubungan dalam hal:
a.
Ada muatan yang diangkut
b.
Tersedianya kendaraan sebagai alat angkut
c.
Ada jalan, tempat yang akan dilalui alat angkut
Pengangkutan kayu merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan
pemanenan hutan yang terdiri dari penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan
dan pengangkutan kayu, dimana kayu kayu yang sudah berbentuk sortimen ( log ) yang
dikumpulkan baik di tempat pengumpulan kayu maupun di tempat penimbunan akhir kayu
akan di bawa menuju tempat penimbunan kayu ataupun langsung kepada konsumen.
Pengangkutan kayu sendiri dapat dilakukan secara manual, semi mekanis, mekanis dan
full mekanis.Penerapan ergonomic dalam pengankutan kayu dapat terlihat dari cara
pengangkutan kayu dengan cara tersebut.Dimana dalam hal ini menggunakan prinsip
fisikal dan kognitif.
Saran
Dalam pengangkutan kayu memang sangat diperlukan penerapan ilmu ergonomic
karena akan mempermudah pekerjaan dan menguragi rasa keletihan dan kecelakaan.Oleh
karenanya perlu pengkajian lebih lanjut mengenai cara yang bagaimana yang paling tepat
digunakan dalam pengangkutan kayu.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah.2009.Modus Pengangkutan Kayu.http://amrullha.wordpress.com/moduspengangkutan-kayu/. Diakses pada minggu,03 November 2013.


Ardaliyus.2012.Pengangkutan
Kayu Rakyat.http://ardaliyus.blogspot.com/2012/0
8/pengangkutan-kayu-rakyat.html.Diakses
pada minggu,03 November 2013.
Wahidi Niam, 2009. Analisis aspek kompetensi penerepan keselamatan dan kesehatan
Kerja dalam kegiatan pemanenan kayu di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur. Skripsi. Fahutan IPB. Bogor.
Yanto.2013.Kegiatan Pemanenan Hasil Hutan
Kayu.http://yanto12345.blogspot.com/2013/02/kegiatan-pemanenan-hasil-huitankayu.html. Diakses pada minggu,03 November 2013.

Makalah Ergonomi
Rabu, 06 November 2013

Peran prinsip ergonomi dalam pengangkutan kayu


I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kenyataan bahwa pekerjaan dan kegiatan di kehutanan merupakan hal yang berat tidak
dapat dipungkiri lagi akan sangat rentan terhadap kecelakaan kerja, terlebih lagi bagi para
tenaga kerja yang menggeluti sector ini yang hampir selalu dikondisikan ataupun berada
pada kondisi yang menempatkan dirinya pada situasi yang tidak nyaman, berhadapan
dengan bahaya dengan beban dan jenis pekerjaan yang berat dan sangat menguras keringat
ditambah lagi lingkungan kerja alami yang tidak dirancang untuk kenyamanan manusia
membuat sector ini sangat memerlukan sebuah kaidah atau aturan mengenai tata cara
dalam melakukan sebuah pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan
keselamatan bagi para pekerja di sector kehutanan, yang pada akhirnya diharapkan dapat
berkerja secara efisien dan pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas dari
pekerjaannya.
Berdasarkan fakta tersebut ilmu pengetahuan yang dapat mengakomodir antara
tuntutan kegiatan pekerjaan di sector kehutanan dengan kenyamanan dan keselamatan
para pekerja di sector kehutananadalah ilmu ergonomic. Secara harapiah ergonomic
adalah ilmu mengenai tata cara dalam bekerja.
Didalam pekerjaan kegiatan sector kehutanan sendiri aplikasi dari ilmu ergonomic
dimulai dari mulai kegiatan awal kehutanan yaitu berupa perencanaan areal kerja,
perencanaan areal kerja, pembukaan wilayah hutan, inventarisari hutan, penebangan atau
pemanenan hingga penanaman tegakan baru.
Didalam makalah ini sendiri konsentrasi utama pembahasan adalah pada penerapan
prinsip ergonomic pada pengangkutan kayu. Pengangkutan kayu merupakan salah satu
bagian dari serangkaian kegiatan pemanenan hutan, dimana kayu kayu yang sudah
berbentuk sortimen ( log ) yang dikumpulkan baik di tempat pengumpulan kayu maupun
di tempat penimbunan akhir kayu akan di bawa menuju tempat penimbunan kayu ataupun

langsung kepada konsumen. Pengangkutan kayu sendiri dapat dilakukan secara manual,
semi mekanis, mekanis dan full mekanis.
Kegiatan pengangkutan kayu merupakan kegiatan yang berat dan banyak mengandung
bahaya karena keterlibatan langsung tenaga kerja ( manusia ) didalam kegiatanya baik
berupa sebagai tenaga pemindah ( transporter ) kayu ataupun sebagai pengawas
(controller ) kegiatan pengangkutan itu sendiri. Bahkan dalam praktik pengangkutan kayu
secara semi mekanis tenaga kerja juga ada yang berperan sebagai pengoprasi ( operator )
dari alat berat yang membantu kegiatan pengangkutan kayu ini. Sebagai contoh
pengoperasian alat angkut kereta api pada system pengangkutan pemanenan di hutan rawa
gambut.
Merupakan hal yang lumrah bagi tenaga kerja manusia yang memiliki keterbatasan
dalam hal daya tahan fisik dan mental ( psikologis ) yang merupakan kodratnya sebagai
manusia biasa. Berdasarkan hal tersebut penerapan prinsip ergonomic dengan baik dan
benar merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi pekerja disektor kehutanan terkhusus
didalam kegiatan pengangkutan kayu yang sudah terbukti menguras tenaga fisik dan psikis
tenaga kerja manusianya. Sehingga pada akhirnya prinsip ergonomic ini akan memberikan
tingkat kenyamanan dan keselamatan tenaga kerja manusia disektor kehutanan ke tingkat
yang lebih baik lagi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami aplikasi ( praktik ) prinsip ilmu ergonomic dalam bidang kehutanan khususnya
pengangkutan kayu.

II. PEMBAHASAN
3.1 Ergonomi dan Ruang Lingkupnya
3.1.1 Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti aturan.
Dengan demikian secara harpiah ergonomic adalah ilmu aturan atau tatacara dala bekerja.
Dalam arti yang lebih luas menurut Mikael ( 1999 ), ergonomic ilmu yang mempelajari
manusia dalam hubungan dengan pekerjaan, dengan segala aspek dan ruang lingkupnya.
Suatu bidang studi yang mencari atau menangani desain peralatan dan tugas-tugas yang
cocok dengan kapabilitas manusia dan limitnya. Faktor kenyamanan kerja, ergonomi harus
bisa memahami seluruh keadaan manusia, baik dari segi anatomi, fisiologi,
psikologi,engineering, manajemen, dan desain/perancangan untuk membuat desain tugas
yang berguna, ramah penggunaan di segala tempat dan bidang. Bahwa seorang pekerja
yang mengoperasikan banyak peralatan, namun dapat dijangkau dengan mudah.
Didalam lingkup pembahasannya ilmu ergonomic membahas seputar aspek-aspek
yang dapat mendukung pekerjan manusia itu sendiri seperti, teknik, fisik, pengalaman
psikis, anatomi utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan

persendiaan,anthropometri, sosiologi, fisiologi, terutama yang berhubungan dengan


temperatur tubuh dan desain dari alat atau stasiun alat.
Argumentasi utama mengapa aplikasi prinsip ergonomic itu penting dalam mendukung
sebuah pekerjaan karena, Pekerjaan yg tidak ergonomis menyebabkan ketidak nyamanan,
biaya tinggi,penurunan performa,efisiensi dan daya kerja juga kecelakaan.
3.1.2 Konsep dan Prinsip Dasar Penerapan Ilmu Ergonomi
Didalam ilmu ergonomic, konsep dasar yang pengaplikasian kegiatannya meliputi
dimana, kapan, oleh siapa dan bagaimana teori teori dari ilmu ergonomic itu
diaplikasikan. Karena, dengan penerapan teori teori dari ilmu ergonomic itu secara tepat
dan benar akan memberikan kepada keuntungan kepada pekerja antara lain sebagai berikut
:
Lebih baik dalam mengerjakan tugasnya
Lebih sehat
Meningkatkan kepuasan kerja
Lebih produktif
Tujuan dari ergonomi adalah untuk memaksimalkan perancangan terhadap produk,
alat dan ruangan dalam kaitannya dengan anthropometri secara integral, sehingga
mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh dalam menghadapi permasalahanpermasalahan interaksi manusia dengan technology dan produk-produknya, sehingga
dimungkinkan rancangan sistem manusia ( technology ) dapat menjadi optimal.Terdapat
beberapa aspek dari ergonomis yang harus dipertimbangkan, antara lain adalah:
1. Sikap dan posisi kerja.Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi
tertentu yang terkadang-kadang cenderung tidak mengenakkan dan kadang-kadang juga
harus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini menyebabkan pekerja cepat
lelah, membuat banyak kesalahan atau menderita cacat tubuh. Untuk menghindari hal
tersebut di atas terdapat beberapa pertimbangan ergonomis, seperti:

Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi


membungkuk dengan frekuensi yang sering atau jangka waktu lama.

Operator seharusnya menggunakan jarak jangkauan normal.

Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap
atau posisi miring.

Operator tidak seharusnya bekerja dalam frekuensi atau periode waktu


yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di atas level
siku yang normal.
2. Anthropometri dan dimensi ruang kerja.Persyaratan ergonomis mensyaratkan agar supaya
peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakan khususnya
menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dalam menentukan ukuran maksimum atau minimum
Ergonomi tidak pernah lepas dari Anthropometri. Anthropometri berasal dari antro
yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Jari secara garis besar
anthropometri dapat didefinisikan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia.
Anthropometri adalah sekumpulan data numerik yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik
tubuh manusia, seberti: ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah design.

Tujuan dari anthropometri adalah sebagai acuan yang ergonomis dalam segala hal
yang memerlukan interaksi manusia, dalam aplikasinya mengenai perancangan area, alat,
produk, maupun stasiun kerja, yang berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan dimensi yang
tepat, sehingga para pengguna alat atau ruangan fisik tersebut cocok, dan diharapkan akan
meningkatkan produktivitas.
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang berhasil
diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:

Perancangan area kerja

Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas, dsb.

Perancangan produk-produk konsumtif, seperti pakaian, kursi dan meja


komputer

Perncangan lingkungan kerja fisik


Selain hal tersebut kajian yang tidak kalah penting dalam ilmu ergonomic adalah
konsep keseimbangan dalam ergonomic. Konsep keseimbangan dalam ergonomic itu
dijelaskan dalam hubungan sebagai berikut ;
Jika tuntutan tugas > kemampuan kerja =>over stress, discomfort, lelah,
cidera,celaka, sakit, produktivitas
Jika tuntutan tugas < kemampuan kerja =>under stress, bosan, lesu, tidak produktif
Harapannya adalah antaratuntutan tugas = kemampuan tugas => performa optimal
Didalam pendekatan ilmu ergonomic manusia merupakan factor penentu yang
dipengaruhi oleh internal factor dan eksternal factor. Artinya internal ditambah eksternal
factor adalah pendekatan ergonomis.
3.2 Penerapan Prinsip Ergonomi pada Kegiatan Pengangkutan Kayu
Siregar, M (1980) pengangkutan adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat
asal ke tempat tujuan yang di dalamnya terdapat hubungan dalam hal:
a.
Ada muatan yang diangkut
b.
Tersedianya kendaraan sebagai alat angkut
c.
Ada jalan, tempat yang akan dilalui alat angkut
Pengangkutan kayu merupakan kegiatan memindahkan log/kayu dari tempat tebangan
sampai tujuan akhir yaitu TPK atau pabrik.Kegiatan pengangkutan ini disebut dengan
istilah Major Transportation. Menurut Elias (1988) bahwa makin besar kayu maka akan
semakin pendek waktu penanganannya per satuan volume dan makin pendek waktu
angkutan. Kayu akan turun kualitasnya jika dibiarkan terlalu lama di dalam hutan.
Sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya pekerjaan di dunia kehutanan
merupakan suatu jenis pekerjaan yang sangat berat dan sangat rentan terhadap kecelakaan
kerja yang fatal, karena selain melibatkan bahan baku (input) berupa barang berat dengan
produk (output) yang juga kebanyakan barang berat juga melibatkan serangkaian mesin
berat yang juga berguna untuk membantu pekerja di sector kehutanan. Fakta tersebut
mendukung perlunya penerapan ilmu tentang aturan kerja yang baik bagi pekerja
(ergonomic) yang diterapkan dengan prinsip fisikal dan prinsip kognitif.
Pengangkutan kayu merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan
pemanenan hutan yang terdiri dari penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan
dan pengangkutan kayu, dimana kayu kayu yang sudah berbentuk sortimen (log) yang
dikumpulkan baik di tempat pengumpulan kayu maupun di tempat penimbunan akhir kayu
akan di bawa menuju tempat penimbunan kayu ataupun langsung kepada konsumen.

Pengangkutan kayu sendiri dapat dilakukan secara manual, semi mekanis, mekanis dan
full mekanis.
Kegiatan pengangkutan kayu (major transportations) merupakan kegiatan yang
berat dan banyak mengandung bahaya karena keterlibatan langsung tenaga kerja
(manusia) didalam kegiatanya baik berupa sebagai tenaga pemindah (transporter) kayu
ataupun sebagai pengawas (controller) kegiatan pengangkutan itu sendiri. Bahkan dalam
praktik pengangkutan kayu secara semi mekanis tenaga kerja juga ada yang berperan
sebagai pengoprasi (operator) dari alat berat yang membantu kegiatan pengangkutan kayu
ini. Sebagai contoh pengoperasian alat angkut kereta api pada system pengangkutan
pemanenan di hutan rawa gambut.
Setelah kegiatan penyaradan dan pemuatan, maka dilakukan kegiatan
pengangkutan yaitu memindahkan kayu dari TP ke TPK (tempat pengumpulan kayu)
biasanya dengan menggunakan truk. Didalam praktik pemanenan hasil hutan kegiatan
pengangkutan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pengangkutan major yaitu
pengangkutan kayu dari TPN dan TPN antara menuju konsumen dan pengangkutan minor
yaitu pengangkutan kayu dari tunggul pohon menuju TPN atau TPN antara pengangkutan
minor juga sering disebut sebagai kegiatan penyaradan. Dalam system pengangkutan baik
itu major maupun minor dapat dilakukan dengan system darat seperti dengan truk, kereta
api, system perairan dengan boat, rakit dan pompom dan system udara dengan cable
ataupun hallycopter.
Penyaradaan atau pengangkutan minor dilakukan setelah pembagian batang
selesai, maka dilakukan penyaradan yang dilakukan secara manual dengan tenaga
manusia. Pekerja penyaradan melakukan pemindahan batang tanpa menggunakan alat
pelindung diri (APD). Batang tersebut dipindahkan dengan cara dipikul secara perorangan
dengan meletakkan kayu di atas bahu pada batang dengan ukuran kecil (sortimen A 1)
sampai dengan sedang (sortimen A II) dengan diameter dan panjang tertentu yang masih
dapat dijangkau untuk dipikul. Batang yang berukuran besar (A III) dipikul secara
bersama-sama oleh dua orang atau lebih menggunakan alat bantu berupa batang berukuran
tertentu dan kawat yang dilingkarkan pada batang, disebut dengan istilah ender. Batang
yang disarad biasanya dipindahkan dari areal tebang ke tempat pengumpulan (TP), tetapi
batang yang ringan biasanya langsung dimuat ke atas truk.
International Labour Organization (2002) menyebutkan jika memungkinkan
penyaradan secara manual harus menghindarkan pemindahan kayu dengan menggunakan
tangan dan jika mengguanakan tangan, jarak harus dijaga sependek mungkin dengan
menggunakan suatu arah rebah yang tepat dan jaringan jalan sarad yang cukup dekat,
penggunaan perkakas bantu seperti kait, penjepit atau sapi-sapi. APD harus disediakan dan
dikenakan sesuai dengan ketentuan dan Jika tidak ditetapkan dalam peraturan perundangundangan dan hukum nasional, berat kayu yang harus ditangani dengan tangan oleh satu
pekerja tidak boleh melebihi suatu tingkatan yang mungkin membahayakan keselamatan
atau kesehatan. Selain itu beban kerja yang melebihi kapasitasnya dapat mempengaruhi
kesehatan pekerja (Yovi et al, 2006).
Dalam melakukan penyaradan manual perlu memperhatikan teknik penyaradan
yang benar. Para pekerja harus menjaga punggung mereka dalam keadaan lurus dan
menggunakan otot kaki mereka saat pengangkatan. Beban harus dijaga tetap dekat dengan
tubuh dan dengan keseimbangan yang baik. Para pekerja harus memilih jalan mereka hatihati dan menghindari rintangan (ILO, 2002). Sedangkan Pusat Kesehatan Kerja (2009)
menyebutkan bahwa mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama

teknik yang dilakukan tidak benar dapat berakibat cidera pada punggung. Pencegahan
dapat dilakukan: beban yang diangkat tidak terlalu berat, tidak berdiri terlalu jauh dari
beban, tidak mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi hendaknya menggunakan
tungkai bawah sambil berjongkok, dan hendaknya menggunakan pakaian yang tidak
terlalu ketat sehingga pergerakan tidak terhambat.
Secara spesifik aplikasi dari prisnip ergonomic dalam pengangkutan kayu
dijabarkan sebagai berikut :
A. Prinsip Fisikal
Prinsip fisikal adalah suatu prinsip yang berkaitan dengan suatu keadaan atau kondisi
kerja yang dapat mendukung jasmani pekerja agar dapat bekerja dengan nyaman dan
efektif sehingga meminimalisir pengeluaran tenaga secara berlebihan.
Contohnya :
Meletakan dan memasangrantai penyarad kayu (log) di pangkal batang
atau di ujung batang kayu (log) sehingga saat ditarik menjadi lebih stabil
dan mudah dijangkau tangan untuk ditarik.
Memilih alat angkut seperti truk yang tinggi bak truk dari tanah tidak lebih
tinggi dari pekerja pengangkut kayu atau sekitar 130 cm. Sehingga pekerja
pengangkut kayu dapat memasukkan kayu dengan mengeluarkan tenaga
yang tidak terlalu besar akibat harus menjinjit dan mengangkat kayu (log)
hingga melewati kepalanya.
Bekerja dengan postur yang sesuai, artinya kemapuan pekerja dalam
mengangkut kayu harus disesuaikan dengan batas kemapuan daya dukung
fisiknya.
Mengurangi pengeluaran tenaga yang berlebihan, seperti menyarad kayu
(log) diatas rel dengan alat kuda kuda atau mengangkut kayu dengan
system mekanis dengan mengunakan cable atau hellykopter.
Meminimalkan kepenatan dan keletihan yaitu beristirahat sesuai porsi
yang ideal antara kemampuan kerja dengan tuntutan kerja.
Mengatur posisi tubuh atau kuda kuda pada saat akan mengangkat kayu
(log), sehingga akan membagi tekanan beban ke beberapa bagian tubuh
secara merata.
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman seperti meminimalisir
menggunakan mesin berbahan diesel sehingga akan mengurangi
kebisingan, membuat aliran air sehingga akan mengurangi genangan air
dan melakukan sebuah treatment yang dapat meminimalisir ganguan
serangga dan hewan pengganggu seperti nyamuk dan tawon dengan cara
pengasapan.
B. Prinsip Kognitif
Prinsip kognitif adalah suatu prinsip yang bertujuan untuk memberikan petunjuk
atau arahan dalam bekerja yang ditujukan ke dalam alam akal pemikiran pekerja.
Contohnya ;
Perusahaan menetapkan standard baku dan umum bagi semua pekerja
sesuai dengan kemampuan hasil analisa antropometri pekerja.
Dalam kegiatan pra pengangkutan dan penyaradan dapat melakukan
pembahasan kerja ( briefing ) dimana asisten menejer atau mandor
memaparkan penjelasan berdasarkan bahasa sederhana.

Pada kegiatan pengangkutan dapat dilakukan penulisan data tentang kayu


(log ) di ujung pangkal pohon mencakup informasi jenis kayu, diameter
kayu, asal petak dll. Sehingga pekerja pengangkutan kayu dapat dengan
mudah menggolongkan kayu ketika dimuat ke alat pengangkutan.

Contoh Kasus Penerapan Ergonomi dalam Pengankutan Kayu


Pengangkutan kayu di HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd di tepi Sungai
Merang
1.

Sistem Pengangkutan Kayu


Pengangkutan kayu (major transportation) di hutan rawa dimulai dari memuat kayu di betou
(Tpn) sampai ke log pond (TPK). Kegiatan pengangkutan di areal HPH PT. kurnia Musi Plywood
Industrial Co. Ltd. meliputi pembuatan jalan rel dan pengangkutan kayu dari betou ke logpond.

a. Pembuatan jalan rel


Hutan rawa dengan kondisi areal yang tanahnya bergambut dan basah, serta
memilki topografi yang datar (0-8 %) sehingga jenis jalan yang paling sesuai adalah
jaringan jalan rel. Jalan rel ini terdiri dari susunan kayu dan rel besi sebagi tempat
meluncurnya loko dan lori.
Pembuatan jalan rel ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dengan cara
memindahkan rel besi dari satu areal tebangan ke areal tebang yang lain. Pekerjaan
pembuatan jalan rel dimulai dengan pembuatan rencana jaringan jalan di atas peta,
kemudian rintisan sesuai dengan rnecana di peta, pembuatan galkang dan pemasangan rel.
Pembuatan jalan rel ini dilakukan dengan system borongan.
Panjang jalan rel yang telah direalisasikan sejak beroperasi sampai tahun 1997
sepanjang 373,60 km. Adapun realisasi pembutan jalan rel tahun 1996/1997 adalah 20 km.
Jarak rata-rata pengangkutan kayu dengan loko dari betou (Tpn) ke logpond pada saat
penelitian ini adalah 16,375 km.Pemeliharaan dan perbaikan jalan rel dilakukan oleh regu
pekerja harian. Pemeliharaan jalan angkutan ini dilakukan oleh regu pekerja setiap hari
yang terdiri dari 2 regu dengan anggota empat orang. Tugas dari pekerja ini adalah
memperbaiki jalan rel yang rusak yakni galangan yang rusak (lapuk), paku rel yang lepas,
plat sambungan rel yang lepas, membersihkan jalan rel dari semak dan membersihkan jika
pohon yang tumbang di atas rel.
b. Pengangkutan dengan loko dan lori
Pengangkutan kayu dari betou sampai ke logpond di areal HPH PT Kurnia Musi
Plywood Industrial Co. Ltd di tepi Sungai Merang dilakukan melalui jalan darat dengan
menggunakan rangkaian lori dengan tenaga loko bermesin diesel merk Yanmar TS 230 R
buatan Jepang yang dibeli tahun 1995. Mesin tipe ini mempunyai tenaga dengan daya
kerja minimum 18 DK/2200 rpm dan maksimum 23 DK/2200 rpm denganisi langkah
1132 cc.
Pengangkutan dilakukan untuk mengangkut kayu yang berada di betou ke log
pond. Jarak angkut rata-rata yang ditempuh dari log pond ke betou pada sat penelitian
adalah 16,375 km. Satu buah loko mempunyai 15 set lori yang dikerjakan oleh satu regu
pekerja yang berjumlah 4-6 orang dan satu orang menjadi operator dengan menggunakan
sistem upah borongan.

2. Elemen Kerja Pengangkutan


Tahapan kegiatan pengangkutan kayu dengan menggunakan lokotraksi meliputi :
1. Berjalan kosong, merupakan tahap awal dari kegiatan pengangkutan dimana loko
menarik dan mendorong lori ( 8 set lori ditarik dan 7 set lori didorong) menuju
betou. Tahapan kegiatan ini meliputi : Persiapan sebelum menuju betou, yakni
memansakan mesin dan menunggu loko depan.Loko berjalan kosong, yakni loko
bergerak meninggalkan log pond sampai loko berhenti di betou dan siap dimuati.
2. Memuat, merupakan kegiatan menaikkan kayu ke ats lori dengan menggunakan
locak. Tahapan kegiatan memuat ini meliputi :
- Mengatur posisi lori di betou
- Membongkar peralatan muat bongkar (locak, tongkat pengungkit,
tongkattongkat untuk memantapkan kayu yang dimuat) yang berada di atas lori
di betou.
- Memasang landasan sebagai tempat menggulingkan kayu dari betou ke atas
lori.
- Memasang tali pengikat antara lori dengan jari-jari jalan rel agar lori stabil
pada saat pemuatan dilakukan.
- Menggulingkan kayu dari atas betou ke atas lori dengan menggunakan locak
dan pengungkit.
- Mengatur posisi kayu di atas lori, mengikat kayu di atas lori dan memasang
pengganjal agar kayu tidak jatuh dan stabil pada saat lori berjalan.
3. Mengangkut, kegiatan mengangkut kayu merupakan tahap dimana lori yang telah
dimuati kayu mulai berangkat dari betou menuju log pond. Tahapan kegiatan ini
meliputi:
- Persiapan pengangkutan, kegiatannya yakni mengambil air yang digunakan
untuk pendingainan mesin dan air yang digunakan untuk membasahi roda lori
selama perjalan.
- Berjalan bermuatan, yakni loko berjalan meninggalkan betou dengaan
menarik dan mendorong lori yang telah bermuatan.Pada saat perjalanan
bermuatan ini dilakukan penaburan pasir putih yang berfungsi untuk
meningkatkan daya traksi roda lori dengan rel dan pemasngan kulit-kulit kayu
pada sambungan rel yang berfungsi untuk mengurangi kemungkinan roda loko
dan lori yang keluar dari rel akibat sambungan rel tidak rata.
4. Membongkar, merupakan kegiatan menurunkan kayu dari atas lori ke logpond.
Kegiatan ini dimulai dengan melepas tali pengikat.
3. Waktu Kerja dan Produktivitas Pengangkutan Kayu
Pengukuran waktu kerja (time study) bertujuan untuk menentukan waktu yang
diperlukan oleh pekerja normal menyelesaikan pekerjaan dasar dalam menentukan
produktivitas kerja.
Waktu kerja pengangkutan kayu dengan menggunakan lori yang ditarik/didorong loko
adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut kayu dari betou ke logpond.
Pengukuran waktu kerja pengangkutan, yakni loko dan lori berjalan kosong menuju betou,
memuat, berjalan bermuatan menuju logpond dan membongkar muatan.
Waktu kerja kegiatan pengangkutan dengan menggunakan lokotraksi di areal HPH
PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd adalah 608,990 menit dengan volume angkut

rata-rata 42,626 m3 dan jarak angkut rata-rata 16,375 km. Waktu kerja rata-rata efektif
selama kegiatan pengangkutan ini adalah 528,255 menit. Waktu hilang yang begitu besar
mencapai 81,845 menit mengakibatkan waktu yang dibutuhkan selama pengangkutan
menjadi lebih lama.
Waktu hilang yang dapat dihindarkan pada kegiatan pengangkutan pada kegiatan
pengangkutan ini adalah roda loko dan lori keluar dari jalan rel sebesar 50,365 menit (8,27
%), disebabkan kondisi jalan angkutan (jalan rel) yang rusak. Besarnya waktu hilang ini
disebabkan roda lori atau loko keluar rel sehingga pekerja membutuhkan waktu untuk
mengembalikan roda loko atau lori diakibatkan oleh kondisi jalan rel yang dilalui.
Kondisi jalan rel yang rusak, menyebabkan seringnya roda loko dan lori keluar jalur rel.

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu ergonomi membahas seputar aspek-aspek yang dapat mendukung pekerjan
manusia itu sendiri seperti, teknik, fisik, pengalaman psikis, anatomi utamanya yang
berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendiaan, anthropometri,
sosiologi, fisiologi, terutama yang berhubungan dengan temperatur tubuh dan desain dari
alat atau stasiun alat.
Pengangkutan adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat
tujuan yang di dalamnya terdapat hubungan dalam hal:
a.
Ada muatan yang diangkut
b.
Tersedianya kendaraan sebagai alat angkut
c.
Ada jalan, tempat yang akan dilalui alat angkut
Pengangkutan kayu merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan
pemanenan hutan yang terdiri dari penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan
dan pengangkutan kayu, dimana kayu kayu yang sudah berbentuk sortimen ( log ) yang
dikumpulkan baik di tempat pengumpulan kayu maupun di tempat penimbunan akhir kayu
akan di bawa menuju tempat penimbunan kayu ataupun langsung kepada konsumen.
Pengangkutan kayu sendiri dapat dilakukan secara manual, semi mekanis, mekanis dan
full mekanis.Penerapan ergonomic dalam pengankutan kayu dapat terlihat dari cara

pengangkutan kayu dengan cara tersebut.Dimana dalam hal ini menggunakan prinsip
fisikal dan kognitif.
Saran
Dalam pengangkutan kayu memang sangat diperlukan penerapan ilmu ergonomic
karena akan mempermudah pekerjaan dan menguragi rasa keletihan dan kecelakaan.Oleh
karenanya perlu pengkajian lebih lanjut mengenai cara yang bagaimana yang paling tepat
digunakan dalam pengangkutan kayu.

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah.2009.Modus Pengangkutan Kayu.http://amrullha.wordpress.com/moduspengangkutan-kayu/. Diakses pada minggu,03 November 2013.
Ardaliyus.2012.Pengangkutan
Kayu Rakyat.http://ardaliyus.blogspot.com/2012/0
8/pengangkutan-kayu-rakyat.html.Diakses
pada minggu,03 November 2013.
Wahidi Niam, 2009. Analisis aspek kompetensi penerepan keselamatan dan kesehatan
Kerja dalam kegiatan pemanenan kayu di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur. Skripsi. Fahutan IPB. Bogor.
Yanto.2013.Kegiatan Pemanenan Hasil Hutan
Kayu.http://yanto12345.blogspot.com/2013/02/kegiatan-pemanenan-hasil-huitankayu.html. Diakses pada minggu,03 November 2013.

Anda mungkin juga menyukai