Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

3.1 Ergonomi dan Ruang Lingkupnya

3.1.1 Pengertian Ergonomi


Ergonomi berasal dari kata ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti
aturan. Dengan demikian secara harpiah ergonomic adalah ilmu aturan atau
tatacara dala bekerja. Dalam arti yang lebih luas menurut Mikael ( 1999 ),
ergonomic ilmu yang mempelajari manusia dalam hubungan dengan pekerjaan,
dengan segala aspek dan ruang lingkupnya. Suatu bidang studi yang mencari atau
menangani desain peralatan dan tugas-tugas yang cocok dengan kapabilitas
manusia dan limitnya. Faktor kenyamanan kerja, ergonomi harus bisa memahami
seluruh keadaan manusia, baik dari segi anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen, dan desain/perancangan untuk membuat desain tugas yang berguna,
ramah penggunaan di segala tempat dan bidang. Bahwa seorang pekerja yang
mengoperasikan banyak peralatan, namun dapat dijangkau dengan mudah.

Didalam lingkup pembahasannya ilmu ergonomic membahas seputar aspek-


aspek yang dapat mendukung pekerjan manusia itu sendiri seperti, teknik, fisik,
pengalaman psikis, anatomi utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan
gerakan otot dan persendiaan, anthropometri, sosiologi, fisiologi, terutama yang
berhubungan dengan temperatur tubuh dan desain dari alat atau stasiun alat.

Argumentasi utama mengapa aplikasi prinsip ergonomic itu penting dalam


mendukung sebuah pekerjaan karena, Pekerjaan yg tidak ergonomis menyebabkan
ketidak nyamanan, biaya tinggi,penurunan performa,efisiensi dan daya kerja juga
kecelakaan.

3.1.2 Konsep dan Prinsip Dasar Penerapan Ilmu Ergonomi


Didalam ilmu ergonomic, konsep dasar yang pengaplikasian kegiatannya
meliputi dimana, kapan, oleh siapa dan bagaimana teori – teori dari ilmu
ergonomic itu diaplikasikan. Karena, dengan penerapan teori – teori dari ilmu
ergonomic itu secara tepat dan benar akan memberikan kepada keuntungan
kepada pekerja antara lain sebagai berikut :
• Lebih baik dalam mengerjakan tugasnya
• Lebih sehat
• Meningkatkan kepuasan kerja
• Lebih produktif

Tujuan dari ergonomi adalah untuk memaksimalkan perancangan terhadap


produk, alat dan ruangan dalam kaitannya dengan anthropometri secara integral,
sehingga mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan technology dan produk-
produknya, sehingga dimungkinkan rancangan sistem manusia ( technology )
dapat menjadi optimal.Terdapat beberapa aspek dari ergonomis yang harus
dipertimbangkan, antara lain adalah:
1. Sikap dan posisi kerja.Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan
posisi tertentu yang terkadang-kadang cenderung tidak mengenakkan dan
kadang-kadang juga harus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini
menyebabkan pekerja cepat lelah, membuat banyak kesalahan atau menderita
cacat tubuh. Untuk menghindari hal tersebut di atas terdapat beberapa
pertimbangan ergonomis, seperti:
 Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi
membungkuk dengan frekuensi yang sering atau jangka waktu lama.
 Operator seharusnya menggunakan jarak jangkauan normal.
 Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap
atau posisi miring.
 Operator tidak seharusnya bekerja dalam frekuensi atau periode waktu
yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di atas level
siku yang normal.
2. Anthropometri dan dimensi ruang kerja.Persyaratan ergonomis mensyaratkan
agar supaya peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang
menggunakan khususnya menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dalam
menentukan ukuran maksimum atau minimum

Ergonomi tidak pernah lepas dari Anthropometri. Anthropometri berasal dari


”antro” yang berarti manusia dan ”metri” yang berarti ukuran. Jari secara garis
besar anthropometri dapat didefinisikan sebagai satu studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia.

Anthropometri adalah sekumpulan data numerik yang berhubungan dengan


ciri-ciri fisik tubuh manusia, seberti: ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan
dari data tersebut untuk penanganan masalah design.

Tujuan dari anthropometri adalah sebagai acuan yang ergonomis dalam


segala hal yang memerlukan interaksi manusia, dalam aplikasinya mengenai
perancangan area, alat, produk, maupun stasiun kerja, yang berkaitan dengan
bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat, sehingga para pengguna alat atau ruangan
fisik tersebut cocok, dan diharapkan akan meningkatkan produktivitas.

Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-


pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data
anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal:
 Perancangan area kerja
 Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas, dsb.
 Perancangan produk-produk konsumtif, seperti pakaian, kursi dan meja
komputer
 Perncangan lingkungan kerja fisik
Selain hal tersebut kajian yang tidak kalah penting dalam ilmu ergonomic
adalah konsep keseimbangan dalam ergonomic. Konsep keseimbangan dalam
ergonomic itu dijelaskan dalam hubungan sebagai berikut ;
 Jika tuntutan tugas > kemampuan kerja =>over stress, discomfort, lelah,
cidera,celaka, sakit, produktivitas
 Jika tuntutan tugas < kemampuan kerja =>under stress, bosan, lesu, tidak
produktif
 Harapannya adalah antaratuntutan tugas = kemampuan tugas => performa
optimal

Didalam pendekatan ilmu ergonomic manusia merupakan factor penentu


yang dipengaruhi oleh internal factor dan eksternal factor. Artinya internal
ditambah eksternal factor adalah pendekatan ergonomis.

3.2 Penerapan Prinsip Ergonomi pada Kegiatan Pengangkutan Kayu


Siregar, M (1980) pengangkutan adalah pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke tempat tujuan yang di dalamnya terdapat hubungan dalam hal:
a) Ada muatan yang diangkut
b) Tersedianya kendaraan sebagai alat angkut
c) Ada jalan, tempat yang akan dilalui alat angkut

Pengangkutan kayu merupakan kegiatan memindahkan log/kayu dari tempat


tebangan sampai tujuan akhir yaitu TPK atau pabrik.Kegiatan pengangkutan ini
disebut dengan istilah Major Transportation. Menurut Elias (1988) bahwa makin
besar kayu maka akan semakin pendek waktu penanganannya per satuan volume
dan makin pendek waktu angkutan. Kayu akan turun kualitasnya jika dibiarkan
terlalu lama di dalam hutan.

Sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya pekerjaan di dunia kehutanan


merupakan suatu jenis pekerjaan yang sangat berat dan sangat rentan terhadap
kecelakaan kerja yang fatal, karena selain melibatkan bahan baku (input) berupa
barang berat dengan produk (output) yang juga kebanyakan barang berat juga
melibatkan serangkaian mesin berat yang juga berguna untuk membantu pekerja
di sector kehutanan. Fakta tersebut mendukung perlunya penerapan ilmu tentang
aturan kerja yang baik bagi pekerja (ergonomic) yang diterapkan dengan prinsip
fisikal dan prinsip kognitif.

Pengangkutan kayu merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan


pemanenan hutan yang terdiri dari penebangan, pembagian batang, penyaradan,
pemuatan dan pengangkutan kayu, dimana kayu – kayu yang sudah berbentuk
sortimen (log) yang dikumpulkan baik di tempat pengumpulan kayu maupun di
tempat penimbunan akhir kayu akan di bawa menuju tempat penimbunan kayu
ataupun langsung kepada konsumen. Pengangkutan kayu sendiri dapat dilakukan
secara manual, semi mekanis, mekanis dan full mekanis.

Kegiatan pengangkutan kayu (major transportations) merupakan kegiatan


yang berat dan banyak mengandung bahaya karena keterlibatan langsung tenaga
kerja (manusia) didalam kegiatanya baik berupa sebagai tenaga pemindah
(transporter) kayu ataupun sebagai pengawas (controller) kegiatan pengangkutan
itu sendiri. Bahkan dalam praktik pengangkutan kayu secara semi mekanis tenaga
kerja juga ada yang berperan sebagai pengoprasi (operator) dari alat berat yang
membantu kegiatan pengangkutan kayu ini. Sebagai contoh pengoperasian alat
angkut kereta api pada system pengangkutan pemanenan di hutan rawa gambut.

Setelah kegiatan penyaradan dan pemuatan, maka dilakukan kegiatan


pengangkutan yaitu memindahkan kayu dari TP ke TPK (tempat pengumpulan
kayu) biasanya dengan menggunakan truk. Didalam praktik pemanenan hasil
hutan kegiatan pengangkutan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pengangkutan
major yaitu pengangkutan kayu dari TPN dan TPN antara menuju konsumen dan
pengangkutan minor yaitu pengangkutan kayu dari tunggul pohon menuju TPN
atau TPN antara pengangkutan minor juga sering disebut sebagai kegiatan
penyaradan. Dalam system pengangkutan baik itu major maupun minor dapat
dilakukan dengan system darat seperti dengan truk, kereta api, system perairan
dengan boat, rakit dan pompom dan system udara dengan cable ataupun
hallycopter.

Penyaradaan atau pengangkutan minor dilakukan setelah pembagian batang


selesai, maka dilakukan penyaradan yang dilakukan secara manual dengan tenaga
manusia. Pekerja penyaradan melakukan pemindahan batang tanpa menggunakan
alat pelindung diri (APD). Batang tersebut dipindahkan dengan cara dipikul secara
perorangan dengan meletakkan kayu di atas bahu pada batang dengan ukuran
kecil (sortimen A 1) sampai dengan sedang (sortimen A II) dengan diameter dan
panjang tertentu yang masih dapat dijangkau untuk dipikul. Batang yang
berukuran besar (A III) dipikul secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih
menggunakan alat bantu berupa batang berukuran tertentu dan kawat yang
dilingkarkan pada batang, disebut dengan istilah “ender”. Batang yang disarad
biasanya dipindahkan dari areal tebang ke tempat pengumpulan (TP), tetapi
batang yang ringan biasanya langsung dimuat ke atas truk.

International Labour Organization (2002) menyebutkan jika memungkinkan


penyaradan secara manual harus menghindarkan pemindahan kayu dengan
menggunakan tangan dan jika mengguanakan tangan, jarak harus dijaga sependek
mungkin dengan menggunakan suatu arah rebah yang tepat dan jaringan jalan
sarad yang cukup dekat, penggunaan perkakas bantu seperti kait, penjepit atau
sapi-sapi. APD harus disediakan dan dikenakan sesuai dengan ketentuan dan Jika
tidak ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dan hukum nasional, berat
kayu yang harus ditangani dengan tangan oleh satu pekerja tidak boleh melebihi
suatu tingkatan yang mungkin membahayakan keselamatan atau kesehatan. Selain
itu beban kerja yang melebihi kapasitasnya dapat mempengaruhi kesehatan
pekerja (Yovi et al, 2006).

Dalam melakukan penyaradan manual perlu memperhatikan teknik


penyaradan yang benar. Para pekerja harus menjaga punggung mereka dalam
keadaan lurus dan menggunakan otot kaki mereka saat pengangkatan. Beban
harus dijaga tetap dekat dengan tubuh dan dengan keseimbangan yang baik. Para
pekerja harus memilih jalan mereka hati-hati dan menghindari rintangan (ILO,
2002). Sedangkan Pusat Kesehatan Kerja (2009) menyebutkan bahwa mengangkat
beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama teknik yang dilakukan
tidak benar dapat berakibat cidera pada punggung. Pencegahan dapat dilakukan:
beban yang diangkat tidak terlalu berat, tidak berdiri terlalu jauh dari beban, tidak
mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi hendaknya menggunakan
tungkai bawah sambil berjongkok, dan hendaknya menggunakan pakaian yang
tidak terlalu ketat sehingga pergerakan tidak terhambat.

Secara spesifik aplikasi dari prisnip ergonomic dalam pengangkutan kayu


dijabarkan sebagai berikut :
1. Prinsip Fisikal
Prinsip fisikal adalah suatu prinsip yang berkaitan dengan suatu keadaan atau
kondisi kerja yang dapat mendukung jasmani pekerja agar dapat bekerja dengan
nyaman dan efektif sehingga meminimalisir pengeluaran tenaga secara berlebihan.
Contohnya :

 Meletakan dan memasangrantai penyarad kayu (log) di pangkal batang atau


di ujung batang kayu (log) sehingga saat ditarik menjadi lebih stabil dan
mudah dijangkau tangan untuk ditarik.
 Memilih alat angkut seperti truk yang tinggi bak truk dari tanah tidak lebih
tinggi dari pekerja pengangkut kayu atau sekitar 130 cm. Sehingga pekerja
pengangkut kayu dapat memasukkan kayu dengan mengeluarkan tenaga
yang tidak terlalu besar akibat harus menjinjit dan mengangkat kayu (log)
hingga melewati kepalanya.
 Bekerja dengan postur yang sesuai, artinya kemapuan pekerja dalam
mengangkut kayu harus disesuaikan dengan batas kemapuan daya dukung
fisiknya.
 Mengurangi pengeluaran tenaga yang berlebihan, seperti menyarad kayu
(log) diatas rel dengan alat kuda – kuda atau mengangkut kayu dengan
system mekanis dengan mengunakan cable atau hellykopter.
 Meminimalkan kepenatan dan keletihan yaitu beristirahat sesuai porsi yang
ideal antara kemampuan kerja dengan tuntutan kerja.
 Mengatur posisi tubuh atau kuda – kuda pada saat akan mengangkat kayu
(log), sehingga akan membagi tekanan beban ke beberapa bagian tubuh
secara merata.
 Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman seperti meminimalisir
menggunakan mesin berbahan diesel sehingga akan mengurangi kebisingan,
membuat aliran air sehingga akan mengurangi genangan air dan melakukan
sebuah treatment yang dapat meminimalisir ganguan serangga dan hewan
pengganggu seperti nyamuk dan tawon dengan cara pengasapan.

2. Prinsip Kognitif
Prinsip kognitif adalah suatu prinsip yang bertujuan untuk memberikan
petunjuk atau arahan dalam bekerja yang ditujukan ke dalam alam akal pemikiran
pekerja.
Contohnya ;
 Perusahaan menetapkan standard baku dan umum bagi semua pekerja sesuai
dengan kemampuan hasil analisa antropometri pekerja.
 Dalam kegiatan pra pengangkutan dan penyaradan dapat melakukan
pembahasan kerja ( briefing ) dimana asisten menejer atau mandor
memaparkan penjelasan berdasarkan bahasa sederhana.
 Pada kegiatan pengangkutan dapat dilakukan penulisan data tentang kayu
(log) di ujung pangkal pohon mencakup informasi jenis kayu, diameter kayu,
asal petak dll. Sehingga pekerja pengangkutan kayu dapat dengan mudah
menggolongkan kayu ketika dimuat ke alat pengangkutan.
Contoh Kasus Penerapan Ergonomi dalam Pengankutan Kayu

Pengangkutan kayu di HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd di tepi
Sungai Merang
1. Sistem Pengangkutan Kayu
Pengangkutan kayu (major transportation) di hutan rawa dimulai dari
memuat kayu di betou (Tpn) sampai ke log pond (TPK). Kegiatan pengangkutan
di areal HPH PT. kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. meliputi pembuatan
jalan rel dan pengangkutan kayu dari betou ke logpond.

a. Pembuatan jalan rel


Hutan rawa dengan kondisi areal yang tanahnya bergambut dan basah, serta
memilki topografi yang datar (0-8 %) sehingga jenis jalan yang paling sesuai
adalah jaringan jalan rel. Jalan rel ini terdiri dari susunan kayu dan rel besi sebagi
tempat meluncurnya loko dan lori.

Pembuatan jalan rel ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun


dengan cara memindahkan rel besi dari satu areal tebangan ke areal tebang yang
lain. Pekerjaan pembuatan jalan rel dimulai dengan pembuatan rencana jaringan
jalan di atas peta, kemudian rintisan sesuai dengan rnecana di peta, pembuatan
galkang dan pemasangan rel. Pembuatan jalan rel ini dilakukan dengan system
borongan.

Panjang jalan rel yang telah direalisasikan sejak beroperasi sampai tahun
1997 sepanjang 373,60 km. Adapun realisasi pembutan jalan rel tahun 1996/1997
adalah 20 km. Jarak rata-rata pengangkutan kayu dengan loko dari betou (Tpn) ke
logpond pada saat penelitian ini adalah 16,375 km.Pemeliharaan dan perbaikan
jalan rel dilakukan oleh regu pekerja harian. Pemeliharaan jalan angkutan ini
dilakukan oleh regu pekerja setiap hari yang terdiri dari 2 regu dengan anggota
empat orang. Tugas dari pekerja ini adalah memperbaiki jalan rel yang rusak
yakni galangan yang rusak (lapuk), paku rel yang lepas, plat sambungan rel yang
lepas, membersihkan jalan rel dari semak dan membersihkan jika pohon yang
tumbang di atas rel.

b. Pengangkutan dengan loko dan lori


Pengangkutan kayu dari betou sampai ke logpond di areal HPH PT Kurnia
Musi Plywood Industrial Co. Ltd di tepi Sungai Merang dilakukan melalui jalan
darat dengan menggunakan rangkaian lori dengan tenaga loko bermesin diesel
merk Yanmar TS 230 R buatan Jepang yang dibeli tahun 1995. Mesin tipe ini
mempunyai tenaga dengan daya kerja minimum 18 DK/2200 rpm dan maksimum
23 DK/2200 rpm denganisi langkah 1132 cc.

Pengangkutan dilakukan untuk mengangkut kayu yang berada di betou ke


log pond. Jarak angkut rata-rata yang ditempuh dari log pond ke betou pada sat
penelitian adalah 16,375 km. Satu buah loko mempunyai 15 set lori yang
dikerjakan oleh satu regu pekerja yang berjumlah 4-6 orang dan satu orang
menjadi operator dengan menggunakan sistem upah borongan.

2. Elemen Kerja Pengangkutan


Tahapan kegiatan pengangkutan kayu dengan menggunakan lokotraksi
meliputi :
1) Berjalan kosong, merupakan tahap awal dari kegiatan pengangkutan dimana
loko menarik dan mendorong lori ( 8 set lori ditarik dan 7 set lori didorong)
menuju betou. Tahapan kegiatan ini meliputi : Persiapan sebelum menuju
betou, yakni memansakan mesin dan menunggu loko depan.Loko berjalan
kosong, yakni loko bergerak meninggalkan log pond sampai loko berhenti
di betou dan siap dimuati.
2) Memuat, merupakan kegiatan menaikkan kayu ke ats lori dengan
menggunakan locak. Tahapan kegiatan memuat ini meliputi :
 Mengatur posisi lori di betou
 Membongkar peralatan muat bongkar (locak, tongkat pengungkit,
tongkattongkat untuk memantapkan kayu yang dimuat) yang berada di
atas lori di betou.
 Memasang landasan sebagai tempat menggulingkan kayu dari betou ke
atas lori.
 Memasang tali pengikat antara lori dengan jari-jari jalan rel agar lori
stabil pada saat pemuatan dilakukan.
 Menggulingkan kayu dari atas betou ke atas lori dengan menggunakan
locak dan pengungkit.
 Mengatur posisi kayu di atas lori, mengikat kayu di atas lori dan
memasang pengganjal agar kayu tidak jatuh dan stabil pada saat lori
berjalan.

3) Mengangkut, kegiatan mengangkut kayu merupakan tahap dimana lori yang


telah dimuati kayu mulai berangkat dari betou menuju log pond. Tahapan
kegiatan ini meliputi:
 Persiapan pengangkutan, kegiatannya yakni mengambil air yang
digunakan untuk pendingainan mesin dan air yang digunakan untuk
membasahi roda lori selama perjalan.
 Berjalan bermuatan, yakni loko berjalan meninggalkan betou dengaan
menarik dan mendorong lori yang telah bermuatan.Pada saat perjalanan
bermuatan ini dilakukan penaburan pasir putih yang berfungsi untuk
meningkatkan daya traksi roda lori dengan rel dan pemasngan kulit-
kulit kayu pada sambungan rel yang berfungsi untuk mengurangi
kemungkinan roda loko dan lori yang keluar dari rel akibat sambungan
rel tidak rata.

4) Membongkar, merupakan kegiatan menurunkan kayu dari atas lori ke


logpond. Kegiatan ini dimulai dengan melepas tali pengikat.
3. Waktu Kerja dan Produktivitas Pengangkutan Kayu
Pengukuran waktu kerja (time study) bertujuan untuk menentukan waktu yang
diperlukan oleh pekerja normal menyelesaikan pekerjaan dasar dalam menentukan
produktivitas kerja.

Waktu kerja pengangkutan kayu dengan menggunakan lori yang


ditarik/didorong loko adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut kayu dari
betou ke logpond. Pengukuran waktu kerja pengangkutan, yakni loko dan lori
berjalan kosong menuju betou, memuat, berjalan bermuatan menuju logpond dan
membongkar muatan.

Waktu kerja kegiatan pengangkutan dengan menggunakan lokotraksi di areal


HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd adalah 608,990 menit dengan
volume angkut rata-rata 42,626 m3 dan jarak angkut rata-rata 16,375 km. Waktu
kerja rata-rata efektif selama kegiatan pengangkutan ini adalah 528,255 menit.
Waktu hilang yang begitu besar mencapai 81,845 menit mengakibatkan waktu
yang dibutuhkan selama pengangkutan menjadi lebih lama.

Waktu hilang yang dapat dihindarkan pada kegiatan pengangkutan pada


kegiatan pengangkutan ini adalah roda loko dan lori keluar dari jalan rel sebesar
50,365 menit (8,27 %), disebabkan kondisi jalan angkutan (jalan rel) yang rusak.
Besarnya waktu hilang ini disebabkan roda lori atau loko keluar rel sehingga
pekerja membutuhkan waktu untuk mengembalikan roda loko atau lori
diakibatkan oleh kondisi jalan rel yang dilalui. Kondisi jalan rel yang rusak,
menyebabkan seringnya roda loko dan lori keluar jalur rel.

makalahergonomikehutanan.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai