Anda di halaman 1dari 71

LAKIP

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PUSAT PEMBINAAN USAHA DAN KELEMBAGAAN

TAHUN 2012

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

PENGANTAR
Laporan ini disusun untuk memenuhi ketentuan dalam Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan kewenangan yang
dipercayakan melalui sistem akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah.
Selanjutnya penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja ini sepenuhnya mengikuti Pedoman yang
ditentukan oleh Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 589/IX/6/Y/99 tanggal 20 September
1999.
Data-data yang disajikan dalam laporan ini, adalah kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
dalam tahun anggaran 2012.

Jakarta,

Januari 2013

Kepala Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan


Badan Pembinaan Konstruksi

Ir. Ismono, MA
NIP. 195309251982031001

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

DAFTAR ISI
PENGANTAR........................................................................................................................................

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF....................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN.............................................................................................................

1.1

Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi............................................................

1.2

Kondisi dan Tantangan Pembangunan............................................................

1.3

Rencana Strategis.............................................................................................

RENCANA KINERJA TAHUNAN DAN PERJANJIAN KINERJA.

14

2.1

Rencana Kinerja Tahunan.................................................................................

14

2.2

Perjanjian Kinerja..............................................................................................

20

BAB II

BAB III

BAB IV

AKUNTABILITAS KINERJA

27

3.1

Evaluasi dan Analisis Kinerja............................................................................

27

3.2

Evaluasi dan Analisis Anggaran........................................................................

32

3.3

Hal-hal yang memerlukan perhatian untuk peningkatan kinerja.......................

33

3.4

Penghargaan pihak ke-3 kepada unit kerja eselon II........................................

33

PENUTUP......................................................................................................................

39

LAMPIRAN
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III
LAMPIRAN IV

:
:
:
:

FORMULIR PENETAPAN KINERJA


FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN
FORMULIR PENGUKURAN KINERJA
STRUKTUR ORGANISASI PPUK

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF
Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum, Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan adalah unsur pelaksana sebagian
tugas dan fungsi Badan Pembinaan Konstruksi dalam pelaksanaan pembinaan usaha dan kelembagaan yang
meliputi Pembinaan bidang pengembangan usaha, bidang regulasi usaha dan perizinan, bidang kelembagaan, dan
fasilitasi pelaksanaan tugas lembaga pengembangan jasa konstruksi nasional, serta pelaksanaan urusan tata usaha
pusat.
Sebagai penjabaran atas visi dan misi Badan Pembinaan Konstruksi maka tujuan yang akan dicapai Badan
Pembinaan Konstruksi dalam periode lima tahun ke depan adalah sebagai berikut:
1.

Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang jasa konstruksi.

2.

Meningkatkan kepatuhan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku,

3.

Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha
konstruksi yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi;

4.

Menjadikan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tertib sehingga menjamin kesetaraan kedudukan antara
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban,

5.

Mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas


Adapun tujuan dari Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan sendiri adalah Memberikan arah

pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha konstruksi yang kokoh, andal,
berdaya saing tinggi dan dicapai melalui sasaran antara: Meningkatnya pencapaian kondisi struktur usaha
konstruksi yang kokoh, andal, dan berdaya saing tinggi, dengan Indikator kinerja outcome
a.

Jumlah produk regulasi di bidang usaha jasa konstruksi sebanyak 5 NSPK. (dalam proses review renstra
menjadi 16 NSPK)

b.

Meningkatnya kabupaten/kota yang memiliki Perda IUJK dari 30% menjadi 40%

c.

Meningkatnya jumlah penanggung jawab teknik badan usaha jasa konstruksi dari 5000 menjadi 8000 PJT.

d.

Terbentuknya kepengurusan LPJK sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku sebanyak 33
provinsi dan 1 nasional.
Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan bertanggung jawab atas kegiatan Pembinaan Usaha dan

Kelembagaan. Indikator kinerja utama output kegiatan adalah: Peningkatan pangsa pasar jasa konstruksi nasional
dan internasional oleh pengusaha jasa konstruksi nasional yang diukur dari:
1)

Jumlah Pembinaan manajemen usaha,

2)

Jumlah Pembinaan sarana pendukung usaha,

3)

Jumlah Pembinaan regulasi usaha dan kelembagaan,

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

4)

Jumlah Pembinaan perizinan usaha,

5)

Jumlah Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Pusat.

6)

Jumlah Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi daerah.

7)

Jumlah Pembinaan tatalaksana kelembagaan;

8)

Jumlah Pembinaan kinerja kelembagaan;

9)

Jumlah Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pembinaan usaha dan kelembagaan

10)

Jumlah NSPK pembinaan dan pengembangan usaha dan kelembagaan

11)

Jumlah Produk kajian, pembinaan usaha dan kelembagaan

12)

Jumlah Layanan Perkantoran

13)

Jumlah Sistem Pelaporan secara elektronik

14)

Jumlah Kendaraan Bermotor

15)

Jumlah Perangkat Pengolah data dan Komunikasi

16)

Jumlah Peralatan dan Fasilitas Perkantoran


Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran dari rencana strategis Badan Pembinaan Konstruksi, Pusat

Pembinaan Usaha dan Kelembagaan telah melaksanakan program-program kegiatan yang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi sebagaimana telah diamanatkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2010.
Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan terdiri dari dua satker yaitu;
1. Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
2. Satker Kesekretariatan LPJK
Adapun Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan dalam tahun anggaran 2012 terdiri atas kegiatan
yang dilaksanakan secara swakelola dan dikontrakkan.
Berikut adalah kegiatan yang dilaksanakan secara swakelola:
A. Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
1. Pemberdayaan dan TOT PJT Badan Usaha Jasa Konstuksi Kualifikasi Kecil
2. Pemberdayaan PJT Badan Usaha Jasa Konstuksi Kualifikasi Non Kecil
3. Kinerja Proyek Konstruksi 2012
4. Forum Pendukungan Usaha Jasa Konstruksi
5. Bimbingan Teknis Percepatan Penerbitan Perda IUJK
6. Pengaturan dan Pengawasan Jasa Konstruksi
7. Monitoring dan Evaluasi Tertib Perizinan Usaha Jasa Konstruksi
8. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan BUJKA
9. SIPJAKI

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

10. Surveilen Lembaga dan Asosiasi Daerah


11. Forum Jasa Konstruksi Nasional
12. Pelatihan Asesor Badan Usaha
13. Tatalaksana Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
14. Penyusunan Peraturan Peraturan Terkait jasa konstruksi
B. Satker Kesekretariatan LPJK
1. Peningkatan Kompetensi Tenaga IT LPJKN/D
2. TOT Admin SIKI. Net Badan Usaha dan Tenaga Kerja LPJKN/D
3. Penyempurnaan dan Pengembangan Sistem dan Update IT LPJKN/D
4. Penyusunan Instrumen dan Monitoring Lembaga
5. Peningkatan Pemberdayaan SDM Sekretariat Bapel Nasional/ Daerah
6. Fasilitasi Kegiatan MRA, AFAS, Asia Construct
7. Workshop Norma- Norma LPJKN
8. Fasilitasi Pembentukan Unit Sertifikasi
9. Rapat Koordinasi Lembaga Nasional dan Daerah
10. Fasilitasi Manajemen Operasional Badan Pelaksana LPJK Nasional dan Daerah
Sedangkan Produk Kajian adalah sebagai berikut:
A. Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan (Dikontrakkan)
1. Kajian Struktur dan Perilaku Resiko Proyek Konstruksi di Indonesia
2. Studi Struktur Biaya Proyek Konstruksi di Indonesia
3. Studi Produktivitas Kontraktor Nasional dalam Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Indonesia
B. Satker Kesekretariatan LPJK (Swakelola)
1. Pemetaan Pendayagunaan Tenaga Kerja Bersertifikat oleh Badan Usaha Jasa Konstruksi
2. Pengukuran Indikator Kepuasan Pelanggan terhadap Manajemen Proyek Konstruksi Nasional dan Asing
3. Pemetaan Lingkup dan Kinerja Inovasi dalam Industri Konstruksi Nasional
4. Penilaian Kontribusi Industri Konstruksi dalam Penanggulangan Bencana
5. Pengukuran Kinerja Badan Usaha Jasa Konstruksi dalam Menerapkan Keselamatan Konstruksi
Sampai dengan tahun 2012 pencapaian sasaran (Outcome) Badan Pembinaan Konstruksi yang terkait dengan
TUPOKSI Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan adalah:
1) Produk regulasi di bidang usaha jasa konstruksi, yaitu;

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

1. Permen PU No.08/PRT/M/2012 tentang Petunjuk Teknis Pembentukan Unit Sertifikasi Dan Pemberian
Lisensi
2. Surat Edaran Menteri PU No. 10/SE/M/2012 tentang Pemberlakuan Sertifikat Badan Usaha (SBU),
Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Keterampilan (SKT) Pada Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Konsultansi serta Kualifikasi Penyedia Jasa Konstruksi untuk Tahun Anggaran 2013
3. Keputusan Menteri PU No. 383/KPTS/M/2012 tentang Pembentukan Tim Penyusun Pengaturan /
Kebijakan Struktur Industri Konstruksi Nasional
2) Perda Izin Usaha Jasa Konstruksi di 4 Kabupaten/kota
3) Meningkatnya jumlah Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi yang terberdayakan sebanyak;
-

PJT Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil sampai dengan akhir tahun 2010 sebanyak 5725 PJT

PJT Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil sampai dengan akhir tahun 2011 sebanyak 6135 PJT
(pada tahun 2011 terdapat penambahan sebanyak 410 orang)

PJT Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil sampai dengan akhir tahun 2012 sebanyak 6744 PJT
(pada tahun 2012 terdapat penambahan sebanyak 285 orang, dari satker Pusat Pembinaan Usaha dan
Kelembagaan dan sebanyak 324 orang dari satker Kesekretariatan LPJK)

PJT Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Non Kecil sampai dengan akhir tahun 2011 sebanyak 670
PJT

PJT Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Non Kecil sampai dengan akhir tahun 2012 sebanyak 961
PJT (pada tahun 2012 terdapat penambahan sebanyak 291 orang)

4) Terkait dengan pembentukan kepengurusan LPJK, sudah terbentuk Kepengurusan LPJK tingkat nasional dan
LPJK tingkat provinsi yang sesuai dengan yang sesuai dengan UU 18 tahun 1999, PP 28 tahun 2000 tentang
usaha dan peran masyarakat jasa kosntruksi sebagaimana sudah diubah untuk terakhir kali dengan PP 92
tahun 2010 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/PRT/M/2010 tentang Tata Cara
Pemilihan Pengurus, Masa Bakti, Tugas Pokok dan Fungsi, Serta Mekanisme Kerja Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah menjadi Permen PU No.24 tahun 2010.
Adapun dalam pelaksanaan kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan TA 2012 terdapat beberapa
kendala, diantaraya ;

Integrasi dan koordinasi antar para pelaku jasa konstruksi masih lemah salah satunya dikarenakan
kurangnya informasi terkait dukungan dari supplier material, Peralatan, dukungan perbankan dan
Penjaminan

Mempertemukan antar pihak2 yang berkepentingan untuk mempersatukan visi dan tujuan tidak mudah

Rekrutmen peserta pemberdayaan maupun sosialisasi yang kurang tepat

Waktu pelaksanaan pemberdayaan maupun sosialisasi yang kurang tepat

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

Kesiapan dukungan dari daerah

Terkait kegiatan yang bersifat Survey dan pengumpulan data butuh effort yang cukup tinggi

Menyikapi kendala-kendala yang dihadapi kedepannya Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan akan terus
berupaya meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait jasa konstruksi, karena pada dasarnya upaya pembinaan
jasa konstruksi harus dilakukan oleh dan untuk semua sektor. Adapun upaya yang akan dilakukan kedepan dengan
meningkatkan koordinasi dan dukungan baik itu koordinasi dengan Pusat-Pusat di BP Konstruksi, dukungan dari
pemerintah daerah , Dukungan dari LPJK Nasional maupun LPJK Provinsi, serta dukungan dari Balai Pusbin KPK
yang ada di daerah
Secara umum anggaran yang terserap pada tahun 2012 sebesar 87,33%..

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI


Badan Pembinaan Konstruksi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
08/PRT/M/2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum. Sesuai Peraturan Menteri
tersebut, Badan Pembinaan Konstruksi mempunyai tugas untuk melaksanakan pembinaan konstruksi. Dalam
melaksanakan tugasnya Badan Pembinaan Konstruksi menyelenggarakan fungsi :
a.

Penyusunan Kebijakan teknis, rencana dan program pembinaan konstruksi dan investasi di bidang
infrastruktur meliputi usaha dan kelembagaan, penyelenggaraan konstruksi, sumber daya investasi
serta kompetensi dan pelatihan konstruksi

b.

Pelaksanaan pembinaan konstruksi dan investasi di bidang infrastruktur meliputi usaha dan
kelembagaan, penyelenggaraan konstruksi, sumber daya investasi serta kompetensi dan pelatihan
konstruksi

c.

Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pembinaan konstruksi dan investasi di bidang
infrastruktur meliputi usaha dan kelembagaan, penyelenggaraan konstruksi, sumber daya investasi
serta kompetensi dan pelatihan konstruksi

d.

Pelaksanaan administrasi Badan Pembinaan Konstruksi


Badan Pembinaan Konstruksi terdiri dari ;

a.

Sekretariat Badan

b.

Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan

c.

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi

d.

Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi

e.

Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

f.

Kelompok Jabatan Fungsional

Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan dibentuk untuk melaksanakan tugas merumuskan
pengembangan dan melakukan pembinaan dibidang usaha dan kelembagaan konstruksi berdasarkan
kebijakan Kepala Badan. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
menyelenggarakan fungsi:

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

a.

Pembinaan bidang pengembangan usaha

b.

Pembinaan bidang regulasi usaha dan perizinan

c.

Pembinaan bidang kelembagaan

d.

Fasilitasi pelaksanaan tugas lembaga pengembangan jasa konstruksi nasional

e.

Pelaksanaan urusan tata usaha pusat.

Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan terdiri dari:


a. Bidang Pengembangan Usaha
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pembinaan di bidang pengembangan usaha, dalam
melaksanakan tugasnya, Bidang Pengembangan Usaha menyelenggarakan fungsi:
-

Pelaksanaan penyiapan pembinaan dan pengembangan kemitraan usaha serta kinerja penyedia
jasa

Pelaksanaan penyiapan fasilitasi akses pasar jasa konstruksi

Pelaksanaan penyiapan pembinaan terhadap akses material dan peralatan kerja konstruksi

Pelaksanaan penyiapan pembinaan terhadap akses modal usaha dan sistem penjaminan
Bidang Pengembangan Usaha terdiri dari:

1. Subbidang Manajemen Usaha


Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan
peningkatan kapasitas penyedia jasa konstruksi.
2. Subbidang Pendukung Usaha
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kemitraan
penyedia jasa konstruksi antar klasifikasi dan kualifikasi, penyiapan bahan pembinaan terhadap
akses peralatan dan material, serta akses modal usaha dan sistem penjaminan.
b. Bidang Regulasi dan Perizinan
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pembinaan di bidang regulasi usaha dan perizinan.
Dalam melaksanakan tugasnya Bidang regulasi dan perizinan menyelenggarakan fungsi:
-

Pengembangan produk pengaturan konstruksi, klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa konstruksi

Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi produk-produk pengaturan lembaga

Pelaksanaan penyiapan pembinaan dan bantuan teknik perizinan usaha jasa konstruksi

Pelaksanaan administrasi perizinan penyedia jasa konstruksi asing

Pelaksanaan pengembangan sistem informasi pembinaan jasa konstruksi nasional


Bidang Sarana Regulasi dan Perizinan terdiri dari:

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

10

1. Subbidang Regulasi
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pengembangan produk
pengaturan konstruksi, pengaturan klasifikasi dan kuailfikasi usaha jasa konstruksi, serta
pemantauan dan evaluasi produk-produk pengaturan lembaga.
2. Subbidang Pendukung Perizinan
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pembinaan dan bantuan teknik perizinan usaha
jasa konstruksi, pelaksanaan administrasi perizinan penyedia jasa konstruksi asing, pemantauan
dan evaluasi perizinan usaha jasa konstruksi, pelaksanaan pengembangan sistem informasi
pembinaan jasa konstruksi nasional dan sosialisasi sistem informasi pembina jasa konstruksi
nasional.
c. Bidang Kelembagaan
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pembinaan kelembagaan pengembangan jasa
konstruksi. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Kelembagaan menyelenggarakan fungsi:
-

Penyiapan pembinaan tata laksana dan kinerja kelembagaan jasa konstruksi

Penyiapan pembinaan kelembagaan unsur-unsur masyarakat jasa konstruksi

Pengembangan kerja sama dan koordinasi antar instansi terkait pembinaan kelembagaan jasa
konstruksi

Penyiapan pembinaan kinerja Sekretariat Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi

Pengembangan kinerja kelembagaan penyedia jasa konstruksi (badan usaha dan tenaga kerja)
Bidang Kelembagaan terdiri dari:

1. Subbidang Tata Laksana


Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan unsur-unsur masyarakat
jasa konstruksi, fasilitasi pelaksanaan Forum Jasa Konstruksi Nasional dan bantuan teknik Forum
Jasa Konstruksi Daerah, pengembangan organisasi dan tata laksana Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi Nasional dan Daerah, serta pengembangan kerjasama dan koordinasi antar
instansi terkait pembinaan kelembagaan jasa konstruksi.
2. Subbidang Kinerja
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan tugas Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional dan Daerah, penyiapan
baha npembinaan kinerja sekretariat Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional,
pelaksanaan pengawasan Kinerja Unit Sertifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi dan Tenaga
Kerja, serta pelaksanaan pengembangan kinerja kelembagaan penyedia jasa konstruksi (badan
usaha dan tenaga kerja).

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

11

d. Sub Bagian Tata Usaha


Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga,
administrasi barang milik negara, dan tata persuratan serta kearsipan pusat.
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f.

Satker Kesekretariatan LPJK


Mempunyai tugas Fasilitasi tugas-tugas Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), khususnya
pada pelaksanaan tugas-tugas lembaga sesuai dengan Peraturan Perundang yang berlaku, yaitu
tugas-tugas berupa;
-

Mendorong Penelitian dan Pengembangan Jasa Konstruksi

Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Jasa Konstruksi

Registrasi tenaga kerja konstruksi, meliputi klasifikasi, kualifikasi dan sertifikasi keterampilan dan
keahlian kerja

Registrasi Badan Usaha Jasa Konstruksi

Mendorong dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi, dan penilai ahli di bidang Jasa Konstruksi

STRUKTUR ORGANISASI
Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan Badan
Pembinaan Konstruksi, saat ini terdapat 60 personil: (struktur organisasi terlampir)

1.2 KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN


Implementasi kebijakan pembinaan jasa konstruksi selama 8 tahun terakhir, dalam konteks mikro (tata
kelola kepemerintahan yang baik), konteks messo (usaha dan pengusahaan konstruksi), serta konteks makro
(kerjasama, persaingan global dan liberalisasi jasa konstruksi) belum mencapai sasaran sebagaimana
diamanatkan dalam UU 18/1999. Dalam konteks makro, sektor konstruksi nasional berhasil menempati urutan
ke enam dari sembilan sektor utama penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Pada tahun 2009,
PDB yang disumbangkan oleh sektor konstruksi tercatat sebesar Rp. 555 trilyun, yang merupakan 9,9% dari
PDB nasional. Sementara itu, tenaga kerja yang dapat diserap pada tahun 2009 tercatat berjumlah 5,439 juta
orang atau 5,3% dari tenaga kerja nasional dengan tingkat produktivitas 13 orang per milyar rupiah (atas dasar
harga berlaku).

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

12

Sampai dengan tahun 2009, tercatat sejumlah 145.260 badan usaha konstruksi. Peningkatan jumlah badan
usaha tersebut ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualifikasi dan kinerjanya. Hal ini tercermin pada
mutu produk, ketepatan waktu pelaksanaan, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia, modal, serta
teknologi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi tersebut
di antaranya disebabkan oleh persyaratan usaha serta persyaratan kualifikasi tenaga kerja terampil dan ahli
yang belum diatur sebagaimana mestinya untuk mewujudkan badan usaha konstruksi yang profesional dan
dapat diandalkan. Dengan tingkat kualifikasi dan kinerja tersebut, pada umumnya pangsa pasar pekerjaan
konstruksi yang berteknologi tinggi belum sepenuhnya dapat dikuasai oleh usaha jasa konstruksi nasional. Dari
seluruh pangsa pasar jasa konstruksi Indonesia (100%), hanya 40% yang dikuasai oleh pelaku jasa konstruksi
nasional yang jumlahnya 90 %, sedangkan 60% lainnya dikuasai oleh pelaku jasa konstruksi asing yang
jumlahnya hanya 10 %.

Kesadaran hukum dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi masih perlu

ditingkatkan, termasuk kepatuhan para pihak, yakni pengguna jasa dan penyedia jasa, dalam pemenuhan
kewajibannya serta pemenuhan terhadap ketentuan yang terkait dengan aspek keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan lingkungan, agar dapat mewujudkan bangunan yang berkualitas dan mampu berfungsi
sebagaimana yang direncanakan.Bidang jasa konstruksi saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan
seputar lemahnya penguasaan teknologi, sulitnya akses ke permodalan, serta masih kerap terjadi kegagalan
bangunan, kegagalan konstruksi, dan mutu konstruksi yang belum sesuai standar. Sementara itu, Undangundang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi masih dipandang secara sempit sebagai undang-undang
bidang pekerjaan umum. Sehingga, pembinaan jasa konstruksi lebih dianggap sebagai bagian dari
tanggungjawab Kementerian Pekerjaan Umum dan bukan menjadi tanggungjawab semua instansi terkait.
Asosiasi jasa konstruksi, hingga saat ini masih disibukkan oleh proses sertifikasi para anggotanya yang
sering penuh dengan konflik kepentingan pribadi dan kelompok. Sehingga, asosiasi jasa konstruksi belum dapat
berperan sebagai motor penggerak peningkatan kompetensi dan daya saing para anggotanya.Sementara itu,
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai representasi dari masyarakat jasa konstruksi dalam
pengembangan jasa konstruksi belum dapat melaksanakan seluruh tugas yang diamanahkan dalam UndangUndang Jasa Konstruksi (UUJK) Nomor 18 Tahun 1999. Sebagian besar dari sumber daya yang ada masih
terfokus pada penyelenggaraan registerasi badan usaha dan tenaga kerja konstruksi. Pelaksanaan tugas-tugas
lain, yaitu penelitian dan pengembangan jasa konstruksi, pendidikan dan pelatihan jasa konstruksi serta
arbitrase dan mediasi masih sangat terbatas. Di samping itu, forum jasa konstruksi yang diselenggarakan
secara rutin setiap tahun belum berjalan dengan efektif dan produktif dalam menyiapkan rekomendasi kebijakan
pembinaan dan pengembangan jasa konstruksi. Meskipun pelaksanaannya senantiasa diperbaiki dari tahun ke
tahun, Ppenyelenggaraan forum jasa konstruksi masih terbatas pada pemenuhan aspek adimistrasi dan
prosedural serta masih menjadi ajang pelampiasan perbedaan kepentingan yang mencolok di antara pemangku
kepentingan.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

13

Di sisi lain, pengembangan sumber daya manusia (SDM) konstruksi melalui pelatihan berbasis kompetensi
masih menghadapi berbagai keterbatasan, di antaranya terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana,
standar kompetensi kerja, modul pelatihan, standar uji, serta tenaga pelatih yang berkompetensi. Nota
kesepahaman antara Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian tTenaga Kerja dan Transmigrasi, dan LPJK
tentang penyelenggaraan pelatihan konstruksi serta pencanangan Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi
(GNPK) diharapkan dapat menggalang sumber daya yang tersedia di tiap-tiap instansi terkait guna mengatasi
kendala yang dihadapi. Melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, Indonesia telah meratifikasi berdirinya
World Trade Organization (WTO) dan menjadi anggota dari 153 negara anggota yang tercatat di WTO.
Indonesia juga telah meratifikasi ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) melalui Keppres Nomor 88
Tahun 1995. Seluruh kesepakatan dalam perundingan WTO dan AFAS bersifat menngikat. Oleh karena itu
Indonesia harus senantiasa aktif dalam setiap perundingan liberalisasi jasa, termasuk jasa konstruksi yang
diselenggarakan oleh WTO maupun ASEAN serta forum perundingan liberalisasi regional lainnya. Liberalisasi
jasa konstruksi akan menjadi ancaman sekaligus peluang untuk perluasan pangsa pasar jasa konstruksi di luar
negeri. Kualitas pelayanan infrastruktur yang ada saat ini tidak memadai untuk mempertahankan pertumbuhan
dan daya saing ekonomi yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena realisasi investasi infrastruktur hanya
mencapai kurang dari setengah kebutuhan yang diperlukan. Kapasitas fiscal tidak memungkinkan untuk
mencukupi kebutuhan dana pembangunan infrastruktur, bahkan hanya mampu menyumbangkan 1% dari PDB
padahal dana yang diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5% dari PDB.
TANTANGAN DAN ISU STRATEGIS SUB BIDANG JASA KONSTRUKSI
Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu daya tarik suatu
kawasan/wilayah, di samping faktor kualitas lingkungan hidup, image, dan masyarakat (budaya). Sementara itu,
kinerja infrastruktur merupakan faktor kunci dalam menentukan daya saing global, selain kinerja ekonomi
makro, efisiensi pemerintah, dan efisiensi usaha. Dalam hal daya saing global tersebut, maka World
Competitiveness Yearbook 2009 menempatkan Indonesia pada ranking 54 dari 134

negara, di mana

ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai (peringkat 84 dengan nilai 3,2) merupakan penyumbang ketiga
sebagai faktor problematik dalam melakukan usaha setelah akses pendanaan (25,1 %), birokrasi pemerintah
yang tidak efisen (18,5%), dan ketidak tersediaan pasokan infrastruktur (11,4 %)1. Dengan demikian, tantangan
pembangunan infrastruktur ke depan adalah bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur
berkualitas dan kinerjanya semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks
global dapat membaik.
Salah satu isu strategis yang dihadapi adalah bagaimana pembangunan infrastruktur dapat membantu
mengatasi besarnya kesenjangan antar-kawasan nusantara : antara Kawasan Barat Indonesia (Kabarin)
dengan Kawasan Timur Indonesia (Katimin), antara Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya, antara kawasan
1

http://www.weforum.org/pdf/GCR09/GCR20092010fullreport.pdf

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

14

perkotaan dan kawasan perdesaan, antara kota Jakarta dan kota-kota lainnya. fenomena yang terkait adalah
urbanisasi yang cukup tinggi dengan laju antara 1% hingga 1,5% per tahun akibat tingginya mobilitas
penduduk. Secara teoritik, kota merupakan mesin pertumbuhan ekonomi (the engine of economic growth),
sehingga proses pengembangan wilayah terjadi karena adanya perkembangan kota sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi, yang lalu diikuti dengan penyebaran pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitarnya.
Diperkirakan dalam 20 hingga 25 tahun ke depan jumlah penduduk perkotaan di Indonesia akan mencapai 50 65% (Pustra, 2007), dan pada akhir tahun 2014 jumlah penduduk perkotaan diperkirakan mencapai 53 54%.
Tingkat urbanisasi yang relatif tinggi belum disertai oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur
yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk oleh urbanisasi tersebut maupun backlog yang telah ada
sebelumnya. Demikian juga ketersediaan infrastruktur belum merata ke semua golongan masyarakat, terutama
masyarakat miskin.
Tantangan lainnya adalah berkaitan dengan penyelenggaraan otonomi daerah, dimana sejak bergulirnya
era reformasi 1 (satu) dekade yang silam, maka telah terjadi pemekaran wilayah dengan adanya 7 (tujuh)
provinsi baru, 135 kabupaten baru, dan 31 kota baru. Dengan demikian hingga saat ini di seluruh wilayah
Nusantara terdapat 33 provinsi, 399 kabupaten dan 98 kota. (Sumber Data : Ditjen Otonomi Daerah Depdagri,
Juni 2009).2 Masih adanya kemiskinan absolut yang tinggi (35 juta jiwa atau 15,4% dari total jumlah penduduk
pada tahun 2008) dan rendahnya ketersediaan lapangan kerja (9,2 juta jiwa pengangguran terbuka atau 8,5%
dari total jumlah usia produktif pada tahun 2008) menjadi bagian yang juga harus diperhatikan dalam
penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum. Pelayanan infrastruktur dasar di Indonesia saat ini kondisinya
relatif tertinggal dibandingkan beberapa negara Asia lainnya. Pengelolaan infrastruktur ke-PU-an selama 10
tahun terakhir belum dikelola secara baik seperti ditunjukkan oleh pendanaan infrastruktur yang masih underinvestment (< 2% PDB). Anggaran pemeliharaan terbatas, demand lebih besar dari supply terutama untuk
daerah cepat tumbuh, dan Standar Pelayanan Minimum (SPM) belum sepenuhnya terimplementasi. Sementara
di sisi lain kesepakatan MDGs untuk memenuhi sasaran mutu pelayanan infrastruktur terutama penyediaan air
bersih dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah sudah tidak bisa ditunda lagi. Selain itu, tidak
dapat diabaikan pula berbagai kesepakatan pembangunan infratruktur bersama, seperti pada kesepakatan
kerjasama ekonomi regional: APEC, AFTA, BIMP-EAGA, IMT-GT, SIJORI, Program ASEAN Highway, dan Asia
Railway yang akan menuntut upaya sungguh-sungguh dari segenap pelaku pembangunan infrastruktur ke-PUan. Karena itu upaya untuk memobilisasi berbagai sumber pembiayaan perlu terus diupayakan dengan
mengembangkan skema pembiayaan melalui kerja sama pemerintah-swasta (KPS), bank, dan dari lembaga
non bank khusus infrastruktur, serta dana preservasi jalan.
Secara khusus, tantangan pembangunan sub bidang jasa konstruksi dalam mendukung pemenuhan
pembangunan infrastruktur di atas dapat diuraikan sebagai berikut.
2

http://www.depdagri.go.id/basis-data/2010/01/28/daftar-provinsi

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

15

Badan Pembinaan Konstruksi (BP Konstruksi) Kementerian PU menerima mandat sebagai pembina jasa
konstruksi nasional untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi. Tantangan ke depan, pemerintah perlu terus meningkatkan pembinaan jasa konstruksi baik
dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, maupun pengawasan sesuai lingkup pembinaan yang telah
diuraikan di muka, sejalan dengan meningkatnya perhatian dan harapan berbagai pihak terhadap jasa
konstruksi.

Pembinaan jasa konstruksi selama ini dipersepsikan secara sempit sebagai bagian dari tugas Kementerian
PU semata dan belum menjadi tanggung jawab semua pihak sesuai tugas dan kewenangannya.

Meningkatnya perhatian pemerintah daerah terhadap pembinaan jasa konstruksi sebagai tindak lanjut
Surat Edaran Mendagri No. 601/2006 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi di Daerah dengan
membentuk Tim Pembina yang mengkoordinasikan pembinaan jasa konstruksi daerah dan pengalokasian
APBD untuk pembinaan jasa konstruksi perlu mendapat apresiasi yang positif. Namun sayangnya unit
struktural pembina jasa konstruksi daerah yang telah terbentuk belum seluruhnya efektif. Hal ini terjadi di
antaranya karena PP 41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah tidak secara eksplisit menyebutkan
bahwa pembinaan jasa konstruksi termasuk dalam rumpun urusan pekerjaan umum. Selain itu, petunjuk
teknis mengenai pembentukan unit struktural pembina jasa konstruksi di daerah belum tersedia dan Tim
Pembina jasa konstruksi di tingkat pusat sesuai PP 30/2000 yang bertugas untuk mengkoordinasikan
pembinaan jasa konstruksi antar Kementerian dan Lembaga terkait belum terbentuk.

Asosiasi konstruksi juga masih lebih cenderung mengutamakan kepentingan-kepentingan jangka pendek
kelompok masing-masing, sementara forum jasa konstruksi belum efektif dalam menumbuhkembangkan
usaha jasa konstruksi nasional serta memberi masukan bagi Pemerintah dalam menyelenggarakan
pembinaan jasa konstruksi.

Memperkuat pasar konstruksi dan meningkatkan profesionalisme industri konstruksi. Termasuk perlunya
memperkuat para pelaku usaha konstruksi kecil dan menengah antara lain yang disebabkan oleh lemahnya
penguasaan teknologi dan akses permodalan Badan Usaha Jasa Konstruksi.

Masih seringnya terjadi kegagalan bangunan dan mutu konstruksi yang tidak sesuai standar teknis yang di
antaranya disebabkan oleh lemahnya pengawasan dan belum konsistennya penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (SMK3 Konstruksi) serta Sistem Manajemen Mutu
Konstruksi (SMM Konstruksi) yang belum berjalan secara konsisten.

Berbagai kebijakan percepatan investasi swasta beserta dukungan Pemerintah yang dapat disediakan
belum berjalan efektif.

Dari sekitar 145 ribu kontraktor di Indonesia hampir semuanya memperebutkan 40% pangsa pasar jasa
konstruksi nasional yang umumnya disediakan pemerintah (APBN dan APBD). Sedangkan 60% pasar jasa
konstruksi Indonesia lainnya, justru dikuasai oleh kontraktor asing terutama di sektor migas. Sementara itu
permintaan keterlibatan badan usaha/tenaga kerja konstruksi Indonesia di luar negeri terus meningkat.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

16

Masih belum dimilikinya data base peralatan dan material konstruksi di tiap-tiap provinsi secara lengkap.

Sumber Daya Manusia (SDM) jasa konstruksi masih menghadapi permasalahan pada proses sertifikasi
yang masih kurang obyektif dan mahal, sehingga langsung atau tidak langsung menyebabkan tenaga ahli
dan tenaga terampil bidang konstruksi masih jauh dari cukup yang di antaranya disebabkan oleh
pelaksanaan assessment sertifikasi belum sesuai ketentuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI).

Berbagai kebutuhan dana investasi infrastruktur yang harus dipenuhi dari investasi swasta (financing gap
sebesar Rp 978 Triliun).

Berbagai potensi sumber pendanaan investasi infrastruktur belum dimanfaatkan secara maksimal.
Sedangkan isu-isu strategis sub bidang jasa konstruksi dalam mendukung pemenuhan pembangunan

infrastruktur di atas dapat diuraikan sebagai berikut.


-

Meningkatkan kompetensi SDM konstruksi Indonesia dalam skala nasional maupun skala internasional.
Kementerian Pekerjaan Umum perlu melakukan pelatihan berbasis kompetensi yang mengacu pada
standar kompetensi internasional bagi lulusan perguruan tinggi yang akan bekerja di sektor konstruksi
sehingga lulusannya memiliki kompetensi berstandar internasional.

Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) jasa konstruksi menuju tenaga ahli dan tenaga
terampil bidang konstruksi yang berdaya saing tinggi sesuai SKKNI.

Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana pelatihan mengacu pada kebutuhan pelatihan berbasis
kompetensi (kondisi prasarana dan sarana pelatihan saat ini sangat jauh tertinggal dibandingkan beberapa
negara tetangga).

Meningkatkan kualitas lembaga pelatihan dan lembaga uji/sertifikasi dalam proses pelatihan dan sertifikasi,
dengan pengembangan sarana dan prasarana pelatihan dan pendampingan instruktur dan asesor yang
berkualitas.

Penerapan konsep sustainable/green construction yang merupakan proses konstruksi yang menggunakan
metode/konsep serta bahan bangunan yang tepat, efisien, dan ramah lingkungan di bidang pembangunan
konstruksi dalam rangka merespon pemanasan global.

Lemahnya akses permodalan Badan Usaha Jasa Konstruksi dan belum adanya lembaga pertanggungan
untuk memberikan prioritas, pelayanan, kemudahan, dan akses dalam memperoleh jaminan
pertanggungan risiko.

Praktik-praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) dalam industri konstruksi nasional dan perilaku bisnis
jasa konstruksi masih menjadi sorotan publik sampai saat ini. Kondisi ini telah membuat persaingan di
industri konstruksi belum sepenuhnya berdasarkan kompetensi dan profesionalisme, tetapi lebih
berdasarkan pada kemampuan negosiasi atau lobby, sehingga menyebabkan kualitas konstruksi tidak
sesuai dengan yang diharapkan.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

17

Pasar jasa konstruksi nasional masih terdistorsi akibat ketidakseimbangan antara supply dan demand.
Oleh karena itu perlu upaya pembinaan perusahaan jasa konstruksi melalui penerapan kualifikasi/klasifikasi
persyaratan kemampuan dalam pendirian badan usaha jasa konstruksi.

Liberalisasi perdagangan jasa konstruksi merupakan suatu proses yang sedang berjalan dan tidak perlu
diperdebatkan apakah Indonesia siap atau tidak siap. Yang lebih penting adalah menyiapkan penyedia jasa
konstruksi yang berdaya saing tinggi, baik di pasar domestik, maupun di pasar internasional.

Otonomi daerah sebagai instrumen desentralisasi akan menjadi pendorong perdagangan jasa konstruksi
nasional dengan diterapkannya kebijakan penanaman modal langsung ke daerah.

Pengarusutamaan gender dalam proses pelaksanaan kegiatan subbidang jasa konstruksi, baik dari segi
akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.

Perlunya berbagai inovasi pola pembiayaan investasi infrastruktur, khususnya infrastruktur pekerjaan
umum.

Perlunya mempertajam kebijakan dukungan Pemerintah dalam kerangka Public Private Partnership (PPP)
agar kebijakan yang ada dapat berjalan efektif.

Perlunya mendorong dan memfasilitasi pemanfaatan sumber-sumber pendanaan investasi infrastruktur


yang tersedia.
LINGKUNGAN STRATEGIS
a. Kekuatan (Strength)
Berdasarkan kondisi pada akhir tahun 2012, beberapa kekuatan yang dimiliki Pusat Pembinaan Usaha
dan Kelembagaan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Tugas pokok dan fungsi Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan sudah cukup jelas dengan
adanya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2010 tanggal 8 Juli 2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum.
2. Latar belakang personil yang beragam dari teknik sipil, teknik Industri, manajemen, ekonomi, ilmu
pemerintah, hukum dan sosial dengan 1 orang berpendidikan S3, 13 orang berpendidikan S2, dan
32 orang S1. Keragaman latar belakang pendidikan merupakan sinergi karena untuk
melaksanakan tugas dan fungsi Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan dibutuhkan berbagai
bidang disiplin ilmu.
3. Adanya penambahan staf untuk mengisi kekurangan SDM yang ada sehingga diharapkan bisa
meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsi Pusat Pembinaan Usaha dan
Kelembagaan.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

18

4. Prasarana dan sarana untuk pejabat struktural cukup memadai; Seluruh pejabat struktural sampai
Eselon IV memiliki alat pengolah data (unit komputer) masing-masing; sebagian besar staf juga
sudah memiliki alat pengolah data dan meja kursi masing-masing.
5. Pengalaman para pejabat struktural cukup baik, rata-rata berasal dari satminkal teknis (Ditjen
SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Perkim, LPJK, dan BSP) sehingga memberikan dinamika dan
peluang koordinasi serta networking yang baik.
6. Memiliki mandat tugas pembinaan jasa konstruksi sesuai UU No. 18/1999 dan PP No. 4/2010, PP
No. 4/2010, PP 59/2010, dan PP No. 30/2000, UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP
No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan
dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
7. Tugas pokok dan fungsi BP Konstruksi sudah cukup jelas dengan adanya Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 8/PRT/M/2010 tanggal 17 Juni 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum,
8. Motivasi kerja dan upaya untuk meningkatkan kapasitas karyawan cukup tinggi.
9. Staf Badan Pembinaan Konstruksi dikenal sebagai staf yang memiliki wawasan luas.
10. Tersedianya anggaran pembinaan jasa konstruksi yang memadai;
11. Sudah ada konsep road map pembinaan dan pengembangan jakon;
12. Terbentuknya balai pelatihan jasa konstruksi di beberapa wilayah di Indonesia sehingga
mengakomodir pembinaan jasa konstruksi secara optimal
13. Tersedianya media Informasi Sistem Pembinaan Jasa Konstruksi (SIPJAKI)

b. Kelemahan (Weakness)
1. Belum semua staf mendapat fasilitas alat pengolah data yang sesuai dengan standar kebutuhan
kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan.
2. Masih perlu ditingkatkan kinerja unit-unit di lingkungan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
sebagai satu kesatuan tim;
3. Budaya kerja dalam bentuk nilai-nilai strategis Bersama KITA Membangun belum tersosialisasi
dan tertanam secara baik dalam perilaku kerja sehari-hari.
4. Masih adanya staf yang kinerjanya di bawah standar;
5. Orientasi kerja staf masih belum sepenuhnya didasarkan pada pencapaian sasaran tugas Pusat
Pembinaan Usaha dan Kelembagaan;
6. Pejabat struktural (Eselon IV Eselon II) dan staff senior yang akan pensiun.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

19

7. Kemungkinan promosi bagi jabatan yang ditinggalkan oleh pejabat yang pensiun atau mutasi diisi
dari luar BP KONSTRUKSI sehingga berpengaruh terhadap motivasi kerja;
8. Belum lengkapnya pengaturan (juknis) pembinaan jakon daerah;
9. Kurangnya pemantauan dan evaluasi (monev) serta penegakan hukum jasa konstruksi;
10. Belum lengkapnya data base pembinaan jasa konstruksi;
11. Rendahnya pembinaan daya saing badan usaha dan tenaga kerja konstruksi;
12. Staf junior belum memiliki kapasitas untuk pembinaan jasa konstruksi daerah,
13. Masih perlu pelaksanaan pembinaan konstruksi di luar bidang PU untuk ditingkatkan.

c. Kesempatan (Opportunity)
1. Terbitnya Undang-Undang

Nomor 18/1999 tentang Jasa Konstruksi (UUJK) dan peraturan

pelaksanaannya sebagai landasan hukum pengaturan Jasa konstruksi yang terencana, terarah,
terpadu, dan menyeluruh.
UUJK adalah modal utama bagi Pemerintah untuk mengembangkan industri jasa konstruksi
menuju tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan peningkatan kompetensi stakeholder jasa
konstruksi.
2. Terbitnya Surat Edaran Mendagri nomor: 601/476/SJ tanggal 13 Maret 2006 perihal
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi di Daerah
SE Mendagri memberikan payung hukum bagi pembina jasa konstruksi pusat untuk bersamasama dengan pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan konstruksi di seluruh wilayah
Indonesia sampai tingkat kabupaten/kota.
3. Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 4/2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No.
28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi dan Konstruksi dan Peraturan
Pemerintah No. 92/2010 tentang perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah No. 28/2000
tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.
Adanya perubahan PP 28/2000 akan mempengaruhi sistem kerja pembinaan usaha jasa
konstruksi dan Lembaga. Peraturan Pemerintah No. 4/2010 dan Peraturan Pemerintah No.
92/2010 akan mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap pengaturan usaha dan peran
masyarakat seperti klasifikasi dan kualifikasi usaha, lembaga. Adanya pengaturan yang baru
memungkinkan pemerintah untuk melakukan perubahan pada berbagai aspek usaha jasa
konstruksi seperti masalah proses sertifikasi yang lebih bertanggung jawab, proses IUJK yang
lebih terpantau, dan lain sebagainya.
4. Terbitnya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/PRT/M/2010 tentang Tata Cara Pemilihan
Pengurus, Masa Bakti, Tugas Pokok dan Fungsi, Serta Mekanisme Kerja Lembaga

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

20

Pengembangan Jasa Konstruksi dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2010
Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 10/PRT/M/2010 Tentang Tata
Cara Pemilihan Pengurus, Masa Bakti, Tugas Pokok dan Fungsi, serta Mekanisme Kerja
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi.
Dengan terbitnya Permen PU No. 10 tahun 2010 dan Permen PU No. 24 tahun 2010 sebagai
turunan dari Peraturan Pemerintah tahun 2010, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
memiliki kejelasan dalam mekanisme kerja serta tugas pokok dan fungsinya di dalam upaya
pengembangan jasa konstruksi di Indonesia.
5. Terbentuknya unit-unit kerja pembina jasa konstruksi daerah yang berada dibawah manajemen
Departemen Dalam Negeri
Terbentuknya unit-unit kerja pembina jasa konstruksi daerah dibawah Departemen Dalam Negeri
akan memungkinkan pembinaan jasa konstruksi lintas sektor, dan tidak terbatas pada bidang kePU-an saja.
6. Tersedianya dana pembinaan dalam bentuk APBN dan APBD serta dana dari pihak lain yang
tidak mengikat akan membantu kelancaran pembinaan jasa konstruksi sebagaimana dimaksud
dalam Tupoksi.
7. Meningkatnya Dukungan DPR serta perhatian pemda terhadap pembinaan jakon;
8. Permintaan keterlibatan badan usaha/ tenaga kerja konstruksi di luar negeri;
9. Pengaturan kesetaraan kompetensi keahlian di tingkat ASEAN (ACPE);
10. Tahun 2020 liberalisasi perdagangan dan jasa berlaku penuh yang akan memperluas wilayah
usaha;
11. Banyaknya program pendidikan dan kursus peningkatan kapasitas (capacity building) yang
diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian PU dan Kementerian terkait
lainnya maupun Lembaga Donor Internasional/ Multilateral.
12. Kepercayaan lembaga masyarakat jasa konstruksi (LPJK, Asosiasi Jasa Konstruksi, Badan Usaha
Jasa Konstruksi, Kementerian PU dan Kementerian terkait lainnya) terhadap Badan Pembinaan
Konstruksi dalam rangka mengkoordinasikan upaya-upaya mewujudkan usaha jakons yang
profesional, efisien dan berdaya saing.
13. Kepercayaan lembaga/ forum kerjasama internasional dalam perundingan kerjasama/ liberalisasi
internasional bidang konstruksi.
14. Komitmen Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk memberantas KKN di segala
bidang, termasuk jasa konstruksi;
15. Stabilitas makroekonomi semakin membaik;
16. Adanya lembaga ombudsman persaingan usaha (KPPU);

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

21

17. Terbukanya penanaman modal asing secara langsung;


18. Terbukanya akses informasi melalui teknologi informasi dan komunikasi;
19. Peningkatan mutu pendidikan tinggi;
20. Pelaksanaan reformasi total;
21. Kampanye penerapan good governance and good corporate governance;
22. investasi infrastruktur padat tenaga kerja (membuka lapangan kerja);
23. Perluasan pelayanan publik melalui desentralisasi;
24. Pembangunan berkelanjutan (sustainaible development) dalam sektor konstruksi (green
construction);
d. Ancaman (Threat)
1. Masuknya penyedia jasa konstruksi asing yang memiliki berbagai keunggulan dari segi
kemampuan modal, SDM, peralatan dan bahan. Pasar cenderung memilih produsen yang akan
menyediakan produk akhir yang sesuai dengan ekspektasi konsumennya. Apabila kemampuan
penyedia jasa konstruksi nasional tidak meningkat dan masih berada di bawah kemampuan
penyedia jasa konstruksi asing, maka pasar akan cenderung memilih penyedia jasa konstruksi
asing.
2. Semakin gencarnya tuntutan dari negara asing kepada Indonesia untuk mengurangi barrier to
entry sektor industri jasa konstruksi sebagai wujud komitmen liberalisasi perdagangan. Semakin
banyak penyedia jasa konstruksi asing yang masuk ke pasar jasa konstruksi Indonesia, semakin
sedikit market share yang dapat diperebutkan oleh penyedia jasa konstruksi nasional. Respon
Pemerintah Republik Indonesia terhadap tuntutan ini harus melihat kesiapan kondisi/kemampuan
penyedia jasa konstruksi nasional serta iklim usaha industri-industri di Indonesia.
3. Masih minimnya koordinasi program kegiatan antar instansi pembina jasa konstruksi
Arus informasi yang kurang lancar merupakan kendala utama untuk menyelaraskan programprogram pembinaan dan pelaksanaan tugas pembina jasa konstruksi antar pusat dan daerah.
Satu-satunya cara untuk mengatasi hambatan ini adalah dengan memperlancar dan
meningkatkan kemudahan perolehan informasi. Sistem informasi berbasis internet dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif untuk meminimalisasikan masalah.
4. Masih minimnya pengetahuan pembina jasa konstruksi di tingkat daerah akan pemahaman
tentang pelaksanaan tugas-tugas pembinaan jasa konstruksi
Dari hasil pemantauan kegiatan-kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan pada tahuntahun anggaran sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pembina jasa konstruksi
di daerah masih memandang bahwa permasalahan jasa konstruksi hanya sebatas pada masalah
proses pengadaan dan hubungan antara penyedia jasa dan pemerintah sebagai pengguna jasa,

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

22

serta sertifikasi penyedia jasa konstruksi (badan usaha dan tenaga kerja konstruksi)i. Selain itu
pelaksanaan pembinaan jasa konstruksi belum merambah sektor swasta.
5. Tingginya pertumbuhan badan usaha jasa konstruksi tidak diiringi dengan kualitas kinerja
6. Terbatasnya SDM Pemerintah dari segi kualitas dan kuantitas
Disamping masalah kualitas, jumlah pembina jasa konstruksi dirasakan jauh dari cukup untuk
dapat menjalankan tugas pembinaan dengan baik. Sebagai ilustrasi, pemantauan IUJK untuk
proyek-proyek swasta sangat sulit dilakukan oleh Pemerintah mengingat luasnya wilayah
Indonesia.
7. Perubahan struktur organisasi akibat dinamika organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan
dinamika politik nasional;
8. Pengaruh penyedia barang/ jasa yang memberi peluang terjadinya KKN;
9. Perubahan tatanan organisasi di tingkat propinsi/kab./kota pasca PP 41/2007 yang menyebabkan
berkurang/hilangnya unit struktural Pembina konstruksi daerah;
10. Penolakan keterlibatan Pemerintah oleh oknum asosiasi perusahaan/profesi jasa konstruksi;
11. Penguasaan asing atas manajemen, teknologi, dan peralatan konstruksi yang lebih baik;
12. Rendahnya koordinasi antar instansi pembina jasa konstruksi;
13. Penyelenggaraan jasa konstruksi sektor swasta belum mengimplementasikan pengaturan jasa
konstruksi secara penuh;
14. Resesi ekonomi global;
15. Remunerasi beberapa sektor lain lebih menarik;
16. Dominasi penyelenggaraan konstruksi oleh badan usaha asing;
17. Masih ada penyedia barang/ jasa yang berkinerja di bawah standar
18. Kompensasi bagi sebagian staf (golongan II) belum memenuhi standar minimal kebutuhan fisik
minimum (KFM) hidup berkeluarga.
19. Kompensasi bagi sebagian staf (golongan III) belum memenuhi standar minimal hidup berkeluarga
yang berkualitas (Quality of Life).
20. Penguasaan informasi oleh badan usaha asing lebih baik dibandingkan pelaku industri konstruksi
Indonesia (asimetri informasi);
21. Daya saing industri negara lain umumnya lebih tinggi
22. Teknologi baru yang belum banyak dikuasai industri konstruksi nasional
23. Akses ke sumber permodalan belum kondusif.
24. Euphoria desentralisasi pemerintahan di tingkat provinsi dan kab./kota;
25. Persaingan antar negara semakin tinggi
26. Prosedur pengadaan infrastruktur dengan dana PHLN masih tergantung donor asing
27. Tuntutan global dan masyarakat dunia akan mutu konstruksi

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

23

ANALISA LINGKUNGAN STRATEGIS


Analisa Internal
Tugas pokok dan fungsi Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan sebagaimana tertera dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2010, memerlukan keahlian manajerial dari berbagai disiplin ilmu
mulai dari sipil, ekonomi, manajemen, hukum, dan sosial/kepemerintahan. Bila dihubungkan dengan
ketersediaan SDM, Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan telah memiliki personil dengan latar
belakang disiplin-disiplin ilmu tersebut. Untuk pengembangan karir dan kompetensi, penempatan SDM
idealnya adalah menurut kesesuaian antara tugas dan pengalaman/latar belakang pendidikan/keahlian.
Namun sejauh ini hal tersebut masih sulit dilakukan mengingat keterbatasan jumlah SDM. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah kesinambungan kegiatan dari tahun ke tahun. Selain bertujuan untuk mencapai
sasaran 5 tahunan Badan Pembinaan Konstruksi, kesinambungan kegiatan akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kemampuan dan keahlian personil Pusat.
Melihat kondisi Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan sampai dengan akhir TA 2012, perlu adanya
pembagian tugas harian yang lebih proporsional. Beban kerja pada setiap personil seharusnya seimbang
antara kualitas dan kuantitas dengan melihat kemampuan bidang, tingkat pendidikan, dan pengalaman.
Selain itu kaderisasi dan transfer pengetahuan dari staf-staf yang lebih senior sangat diperlukan. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan sebagian tanggung jawab pelaksanaan kegiatan kepada
staf-staf yang tergolong baru dengan tetap dilakukan pengawasan dari staf yang lebih senior, sehingga
setiap kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan dapat dijadikan training ground para
personilnya.
Analisa External
Pembina
Terbitnya SE Mendagri nomor 601 memberikan payung hukum bagi pembina jasa konstruksi pusat untuk
bersama-sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan konstruksi di seluruh wilayah
Indonesia sampai tingkat kabupaten/kota. Terbentuknya unit-unit kerja pembina jasa konstruksi daerah
dibawah Departemen Dalam Negeri akan memungkinkan pembinaan jasa konstruksi lintas sektor, dan
tidak terbatas pada bidang ke-pu-an saja. Namun dalam implementasinya masih dijumpai berbagai
kendala. Salah satu kendala utama adalah kurang lancarnya arus informasi yang menghambat usaha
penyelarasan program-program pembinaan dan pelaksanaan tugas pembina jasa konstruksi antar pusat
dan daerah. Satu-satunya cara untuk mengatasi hambatan ini adalah dengan memperlancar dan
meningkatkan kemudahan perolehan informasi. Sistem informasi berbasis internet dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif untuk meminimalisasikan masalah.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

24

Dari hasil pemantauan kegiatan-kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan pada tahun-tahun
anggaran sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pembina jasa konstruksi di daerah masih
memandang bahwa permasalahan jasa konstruksi hanya sebatas pada masalah proses pengadaan dan
hubungan antara penyedia jasa dan pemerintah sebagai pengguna jasa, serta sertifikasi penyedia jasa
konstruksi (badan usaha dan tenaga kerja konstruksi). Selain itu pelaksanaan pembinaan jasa konstruksi
belum merambah sektor swasta. Disamping masalah kualitas, jumlah pembina jasa konstruksi dirasakan
jauh dari cukup untuk dapat menjalankan tugas pembinaan dengan baik. Sebagai ilustrasi, pemantauan
IUJK untuk proyek-proyek swasta sangat sulit dilakukan oleh Pemerintah mengingat luasnya wilayah
Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 4/2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 28/2000 tentang
Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi dan Peraturan Pemerintah No. 92/2010 tentang perubahan
kedua atas Peraturan Pemerintah No. 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi akan
mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap pengaturan usaha dan peran masyarakat seperti
klasifikasi dan kualifikasi usaha, lembaga. Adanya pengaturan yang baru memungkinkan pemerintah untuk
melakukan perubahan pada berbagai aspek usaha jasa konstruksi seperti masalah proses sertifikasi yang
lebih bertanggung jawab, proses IUJK yang lebih terpantau, dan lain sebagainya. Sebagai ilustrasi, khusus
untuk pengaturan peran masyarakat, perubahan yang akan dilakukan terhadap struktur organisasi dan
kepengurusan LPJK akan memberikan kesempatan kepada Pemerintah untuk memperbaiki kinerja
Lembaga.
Penyedia Jasa
Sebagaimana kita maklumi, pasar cenderung memilih produsen yang mampu menyediakan produk akhir
yang sesuai dengan ekspektasi konsumennya. Apabila kemampuan penyedia jasa konstruksi nasional
tidak meningkat dan masih berada di bawah kemampuan penyedia jasa konstruksi asing, maka pasar akan
cenderung memilih penyedia jasa konstruksi asing. Oleh karena itu upaya pemerintah meningkatkan daya
saing penyedia jasa konstruksi nasional merupakan hal yang sangat penting, dan upaya pembinaan
tersebut harus menyentuh berbagai aspek daya saing penyedia jasa konstruksi.
Semakin banyak penyedia jasa konstruksi asing yang masuk ke pasar jasa konstruksi Indonesia, semakin
sedikit market share yang dapat diperebutkan oleh penyedia jasa konstruksi nasional. Respon
Pemerintah Republik Indonesia terhadap tuntutan ini harus melihat kesiapan kondisi/kemampuan penyedia
jasa konstruksi nasional serta iklim usaha industri-industri di Indonesia. Melihat kondisi sekarang, dan
sulitnya membendung masuknya perusahaan jasa konstruksi asing, pemerintah harus dapat menerapkan

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

25

regulasi yang mendorong terwujudnya transfer of knowledge dari penyedia jasa konstruksi asing kepada
penyedia jasa konstruksi nasional, serta memberikan manfaat untuk perkuatan modal dan perluasan
kesempatan kerja bagi penyedia jasa konstruksi nasional. Selain itu masuknya penyedia jasa konstruksi
asing harus dimanfaatkan sebagai pendorong peningkatan kinerja badan usaha jasa konstruksi nasional
sebagai akibat terjadinya persaingan memperebutkan market share jasa konstruksi.
Pengguna Jasa
Pengguna Jasa dalam hal ini adalah Pemerintah dengan dana APBN dan APBD nya serta sektor dari
swasta perlu mendapat perhatian terkait penyelenggaraan jasa konstruksi di Indonesia. Menyikapi
bahwasanya penggguna jasa pada sektor konstruksi tidak hanya berasal dari Kementerian Pekerjaan
Umum saja, tetapi juga terdapat kementerian sektor terkait jasa konstruksi lainya, seperti Kementerian
ESDM, Perhubungan, Pendidikan, dan kementeraian terkait lainnya. Untuk tingkat provinsi sendiri
pengguna jasa berasal dari dinas pekerjaan umum provinsi dan dinas terkait sektor konstruksi lainnya. Dan
diluar itu semua ada pengguna jasa yang dananya berasal dari sektor swasta. Dengan sudut pandang
seperti ini sudah seharusnya Badan Pembinaan Konstruksi dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
dapat berperan aktif dan nyata dalam rangka menciptakan usaha jasa konstruksi yang handal, kokoh, serta
berdaya saing tinggi, dengan harapan sektor jasa konstruksi kedepannya dapat memberikan kontribusi
nyata bagi pembangunan di Indonesia.
Dalam mewujudkan usaha jasa konstruksi yang kokoh, handal dan berdaya saing tinggi, saat ini perlu
kiranya disadari serta dilaksanakan secara nyata, antara lain; perwujudan kesetaraan hak dan kewajiban
antara pengguna dan penyedia jasa,

Sikap mentaati seluruh peraturan yang berlaku terkait jasa

konstruksi, Tertib penyelenggaraan jasa konstruksi dari berbagai aspek sehingga dapat diwujudkan kualitas
produk jasa konstruksi yang handal dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.3 RENCANA STRATEGIS
1.3.1 Visi
Visi Kementerian Pekerjaan Umum
Tersedianya

Infrastruktur

Pekerjaan

Umum

dan

Permukiman

yang

Andal

untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025


Visi Badan Pembinaan Konstruksi
Keunggulan dan Kemandirian Konstruksi Indonesia Dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

26

1.3.2 Misi
Misi Kementerian Pekerjaan Umum:
a.

Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional dan
daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis
penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

b.

Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan kelestarian
fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya rusak air.

c.

Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan jaringan jalan yang andal, terpadu
dan berkelanjutan.

d.

Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif melalui pembinaan
dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang terpadu, andal dan berkelanjutan.

e.

Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin adanya keterpaduan


pengelolaan sektor konstruksi, proses penyelenggaraan konstruksi yang baik dan menjadikan
pelaku sektor konstruksi tumbuh dan berkembang.

f.

Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta Penerapan: IPTEK, norma, standar,


pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung infrastruktur PU dan permukiman.

g.

Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel dan
kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance.

h.

Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan Kementerian PU dengan


meningkatkan kualitas pemeriksaan dan pengawasan profesional.

Misi Badan Pembinaan Konstruksi:


i. Mengintegrasikan pengelolaan sektor konstruksi nasional,
ii. Mewujudkan tatakelola proses penyelenggaraan konstruksi yang baik,
iii. Menjadikan pelaku sektor konstruksi tumbuh dan berkembang.
1.3.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan Badan Pembinaan Konstruksi ;
a. Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang jasa konstruksi.
b. Meningkatkan kepatuhan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
c. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur
Usaha dan Kelembagaan yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi;

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

27

d. Menjadikan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tertib sehingga menjamin kesetaraan


kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban,
e. Mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas.
Tujuan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan adalah Memberikan arah pertumbuhan dan
perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur Usaha dan Kelembagaan yang kokoh, andal,
berdaya saing tinggi.
Sasaran Badan Pembinaan Konstruksi
Sasaran strategis Kementerian PU dalam periode 2010-2014 yang terkait dengan Badan Pembinaan
Konstruksi (BPKons) adalah:

Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan jasa konstruksi serta penelitian
dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kinerja
pelayanan bidang pekerjaan umum dan jasa konstruksi, sebagai upaya mewujudkan kemampuan
pemerintah daerah dan stakeholders jasa konstruksi serta masyarakat untuk mendukung tercapainya
penguasaan pangsa pasar domestik oleh pelaku konstruksi nasional serta pengurangan jumlah dan
dampak ekonomi, sosial dan lingkungan akibat kegagalan konstruksi/bangunan melalui peningkatan
sistem pembinaan teknis dan usaha jasa konstruksi
Sasaran Utama Badan Pembinaan Konstruksi adalah: Meningkatnya kapasitas dan kinerja pembina
jasa konstruksi Pusat dan daerah, dengan Indikator kinerja: Indeks pembinaan jasa konstruksi nasional
dan daerah meningkat dari rata-rata 40 poin menjadi rata-rata 60 poin.
Tujuan-tujuan yang telah disebutkan di muka, dicapai melalui sasaran antara sebagai berikut:
1.

Tujuan 1: Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang jasa konstruksi dan dicapai melalui
sasaran antara: Meningkatnya kapasitas kelembagaan, SDM, dan kebijakan pembinaan jasa
konstruksi pusat dan daerah dengan Indikator kinerja outcome:
a.

Persentase tingkat kepuasan pelanggan Sekretariat atas penyelenggaraan pelayanan teknis


dan administrasi pembinaan jasa konstruksi, dari 60% menjadi 80%.

b.

Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang terbina sesuai dengan peraturan perundangundangan, dari 15 provinsi menjadi 33 provinsi dan dari 50-an kabupaten/kota menjadi 330
kabupaten/kota.

2.

Tujuan 2: Meningkatkan kepatuhan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan


dicapai melalui sasaran antara: Meningkatnya penerapan norma, standar, pedoman, dan kriteria
bidang jasa konstruksi yang responsif gender dan lingkungan, dengan Indikator kinerja outcome:

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

28

a. Persentase peningkatan efektifitas pelaksanaan perundang-undangan bidang jasa konstruksi


melalui diseminasi/sosialisasi, revisi/penyempurnaan peraturan perundang-undangan sebesar
80% dan 15 NSPK.
3.

Tujuan 3: Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan
struktur usaha konstruksi yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi dan dicapai melalui sasaran
antara: Meningkatnya pencapaian kondisi struktur usaha konstruksi yang kokoh, andal, dan
berdaya saing tinggi, dengan Indikator kinerja outcome:
a. Jumlah produk regulasi di bidang usaha jasa konstruksi sebanyak 5 NSPK.
b. Meningkatnya kabupaten/kota yang memiliki Perda IUJK dari 30% menjadi 40%
c. Meningkatnya jumlah penanggung jawab teknik badan usaha jasa konstruksi dari 5000
menjadi 8000 PJT.
d. Terbentuknya kepengurusan LPJK sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku
sebanyak 33 provinsi dan 1 nasional.
e. Persentase kenaikan investasi infrastruktur, 10 % tiap tahun.
f.

Persentase tingkat penguasaan pangsa pasar domestik oleh pelaku konstruksi nasional, dari
40 % menjadi 60 %.

g. Peningkatan daya saing industri konstruksi nasional dalam skala global sebesar 5 poin.
h. Jumlah dukungan kebijakan dalam membangun iklim investasi bidang infrastruktur; sejumlah
5 NSPK.
4.

Tujuan 4: Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sehingga menjamin


kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban dan
dicapai melalui sasaran antara: Meningkatnya penyelesaian sengketa dan kasus hukum bidang
jasa konstruksi, dengan Indikator kinerja outcome:
a. Persentase tingkat akuntabilitas dan kepercayaan masyarakat atas pengadaan barang/jasa
konstruksi; dari 60 % menjadi 80 %.
b. Persentase tingkat penyelesaian tuntutan masyarakat pemakai dan pemanfaat produk
konstruksi; dari 60 % menjadi 80 %.

5.

Tujuan 5: Mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas; dan dicapai melalui sasaran
antara:
1) Hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas, dengan Indikator kinerja outcome:
a. Persentase pengurangan jumlah dan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan akibat
kegagalan konstruksi/bangunan sebesar 10%.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

29

2) Meningkatnya kapasitas SDM penyedia/pengguna dan masyarakat jasa konstruksi dengan


Indikator kinerja outcome:
a. Rasio pemerintah daerah provinsi yang mampu menyelenggarakan pelatihan konstruksi
berbasis kompetensi dari total provinsi (5 dari 33 provinsi)
b. Peningkatan pertumbuhan tenaga ahli sektor konstruksi yang terlatih sebesar 2,5%
c. Peningkatan pertumbuhan tenaga kerja terampil sektor konstruksi yang terlatih sebesar
3%
1.3.4 Kebijakan, Program, dan Kegiatan
1.3.4.1 Kebijakan
Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang
berwenang untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pengembangan ataupun
pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam
perwujudan sasaran, tujuan, serta visi dan misi Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan.
Peraturan

Perundang-undangan

yang

memayungi

dan

menjadi

landasan yuridis

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan di Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan diantaranya


:

Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;

Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi;

Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa


Konstruksi;

Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan


Pemerintah Nomor 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi;

Peraturan Pemerintah No. 92/2010 tentang perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah
No. 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi;

Peraturan Pemerintah Nomor 59 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan


Pemerintah Nomor 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

Keputusan Presiden RI Nomor 72/M Tahun 2005 tentang Pemberhentian dan


Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;

Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas Fungsi, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia;

Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I
Kementrian Negara Republik Indonesia;

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

30

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis


Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 2014;

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pekerjaan Umum

Permen PU No.04/PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha


Jasa Konstruksi Nasional

Permen PU No.05/PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin


Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing

Permen PU No.08/PRT/M/2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifikasi


Usaha Jasa Konstruksi

Strategi
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan kebijakan, dalam rangka mencapai
tujuan, serta visi dan misi organisasi, maka perlu ditetapkan strategi-strategi yang akan
digunakan dalam implementasi program-program kegiatan.
Strategi-strategi Pusat Pembinaan Usaha dan kelembagaan adalah sebagai berikut :
1.

Mengurangi hambatan pembinaan jasa konstruksi yang disebabkan oleh kesulitan


koordinasi antar instansi Pemerintah dengan cara membuka kerjasama dengan
Kementerian Dalam Negeri untuk pelaksanaan pembinaan di daerah-daerah. Disamping
itu perlu juga kiranya peningkatan konsolidasi dengan kementerian lain terkait jasa
konstruksi dalam upaya peningkatan peran pembinaan jasa konstruksi baik untuk tingkat
nasional maupun provinsi.

2.

Melakukan pemberdayaan dalam rangka peningkatan kompetensi pembina jasa


konstruksi, terutama setelah terbentukan tim pembina jasa konstruksi sesuai dengan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 601/476/SJ tanggal 13 Maret 2006 perihal
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi di Daerah.

3.

Dengan dikeluarkannya SK Menteri Pekerjaan Umum No. 531/KPTS/M/010 Tentang


Pembentukan Tim Pembina Jasa Konstruksi Nasional, sehingga upaya penyelenggaraan
pembinaan jasa konstruksi dapat dilakukan secara sistematis, konsisten, efektif dan
efisien.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

31

4.

Mencari masukan-masukan mengenai masalah jasa konstruksi untuk mengembangkan


peraturan pelaksana Undang-Undang Jasa Konstruksi agar lebih merefleksikan amanat
Undang-Undang Jasa Konstruksi

5.

Kesiapan penyedia jasa konstruksi nasional untuk dijadikan dasar penentuan kebijakan
pembukaan pasar asing dalam proses perundingan liberalisasi perdagangan jasa
konstruksi

6.

Memperkuat infrastruktur kelembagaan pembina jasa konstruksi di Pemerintahan dan


masyarakat jasa konstruksi

7.

Mengembangkan usaha jasa konstruksi nasional melalui pembinaan dengan


meningkatkan kompetensi Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha

8.

Meningkatkan efisiensi usaha jasa konstruksi (permodalan, penjaminan, standarisasi


peralatan dan bahan)

9.

Pembinaan sumber daya, kelembagaan pembina jasa konstruksi provinsi serta dukungan
iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan industri konstruksi nasional, termasuk
liberalisasi perdagangan sektor konstruksi

10. Mengefektifkan Forum Masyarakat Jasa Konstruksi untuk memberdayakan masyarakat


dalam memberikan masukan untuk kebijakan pembinaan jasa konstruksi oleh Pemerintah
dan Lembaga
11. Mengarahkan dan memfasilitasi penyelenggaraan peran masyarakat jasa konstruksi
sesuai amanat Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa konstruksi,

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa


Konstruksi, dan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi dengan tetap menitikberatkan pada asas manfaat dan
keadilan bagi seluruh stakeholder Jasa Konstruksi.
12. Perlunya upaya peningkatan pembinaan terhadap LPJK sebagai wadah masyarakat jasa
konstruksi dalam mengembangkan jasa konstruksi di Indonesia.
13. Mengembangkan mekanisme fasilitasi, pelayanan teknis dan administratif yang efektif,
efisien dan terpadu melalui kerjasama dan koordinasi antar Satminkal Kementerian PU,
Kementerian/LPND serta lembaga lainnya yang terkait dengan pengembangan jasa
konstruksi.
14. Meningkatkan pembinaan konstruksi secara transparan dan terbuka dengan melibatkan
masyarakat

dan

meningkatkan

peran

Pemerintah

Daerah

dalam

bentuk

dekonsentrasi/tugas pembantuan.
15. Meningkatkan pembinaan usaha konstruksi nasional yang kompetitif, profesional dan
berdaya saing tinggi di tingkat nasional maupun internasional.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

32

16. Meningkatkan penerapan teknologi konstruksi, penggunaan bahan dan peralatan


konstruksi domestik dalam sistem penyelenggaraan konstruksi berkelanjutan yang
menjamin kehandalan konstruksi dan ramah lingkungan.
17. Meningkatkan dukungan terhadap terciptanya iklim usaha yang kondusif melalui
koordinasi antar sektor termasuk dukungan permodalan dan penjaminan.
1.3.4.2 PROGRAM
Program yang dikelola oleh Badan Pembinaan Konstruksi adalah PROGRAM PEMBINAAN
KONSTRUKSI dengan indikator kinerja outcome program yaitu: meningkatnya kapasitas dan
kinerja pembina jasa konstruksi Pusat dan daerah yang diukur dari: Meningkatnya indeks
pembinaan jasa konstruksi nasional dan daerah (indeks 2009 sebesar 40 poin, target indeks
2014 sebesar 60 poin)
1.3.4.3 KEGIATAN
Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan bertanggung jawab atas kegiatan Pembinaan
Usaha dan Kelembagaan. Indikator kinerja utama output kegiatan adalah: Peningkatan
pangsa pasar jasa konstruksi nasional dan internasional oleh pengusaha jasa konstruksi
nasional yang diukur dari:
1) Jumlah Pembinaan manajemen usaha,
2) Jumlah Pembinaan sarana pendukung usaha,
3) Jumlah Pembinaan regulasi usaha dan kelembagaan,
4) Jumlah Pembinaan perizinan usaha,
5) Jumlah Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Pusat.
6) Jumlah Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi daerah.
7) Jumlah Pembinaan tatalaksana kelembagaan;
8) Jumlah Pembinaan kinerja kelembagaan;
9) Jumlah Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pembinaan usaha dan kelembagaan
10) Jumlah NSPK pembinaan dan pengembangan usaha dan kelembagaan
11) Jumlah Produk kajian, pembinaan usaha dan kelembagaan
12) Jumlah Layanan Perkantoran
13) Jumlah Pengadaan Sarana dan Prasarana BP Konstruksi

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

33

BAB II
RENCANA KINERJA TAHUNAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Sebagai langkah-langkah mencapai visi dan menjalankan misi Badan Pembinaan Konstruksi yang unggul
dan berdaya saing tinggi, Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan perlu menetapkan strategi dalam kerangka
membangun konstruksi Indonesia yang handal, profesional, dan mandiri. Strategi pembinaan disektor konstruksi
perlu dilakukan secara taktis dan sinergis demi efisiensi pelaksanaan tugas-tugas pembinaan jasa konstruksi.
Strategi yang dilakukan adalah untuk memastikan bahwa konstruksi Indonesia akan berkelanjutan dalam
memberikan layanan kepada masyarakat. Hal ini dibutuhkan untuk mencapai konstruksi Indonesia yang handal dan
kokoh serta mampu menghasilkan produk yang berkualitas, bermanfaat dan berkelanjutan. Pertumbuhan dan
perkembangan konstruksi Indonesia juga akan menjadi modalitas bagi kemandirian konstruksi Indonesia. Disamping
itu, Badan Pembinaan Konstruksi juga harus mewujudkan penyelenggaraan konstruksi dengan tatakelola yang baik
agar seluruh rantai suplai sektor konstruksi mampu menghadirkan efisiensi, produktifitas, keseimbangan dan
keadilan. Selanjutnya, Badan Pembinaan Konstruksi juga harus mengintegrasikan pengelolaan sektor konstruksi
nasional secara berkesinambungan agar konstruksi Indonesia kokoh dan handal dalam merespon perubahan
global.
Bab ini akan memaparkan secara lengkap perencanaan strategi Pusat Pembinan Usaha dan Kelembagaan
yang merupakan penjabaran langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka mewujudkan visi dan misi Badan
Pembinaan Konstruksi.

2.1

RENCANA KINERJA TAHUNAN


Sesuai dengan Renstra Badan Pembinaan Konstruksi 2010 2014 Pusat Pembinaan Usaha dan
Kelembagaan memiliki kegiatan Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
Rencana Kinerja Tahunan
Rencana Kinerja Tahunan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan adalah berdasarkan TUPOKSI sesuai
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum. Rencana kinerja disusun berdasarkan visi, misi serta sasaran, baik itu sasaran
secara umum Badan pembinaan Konstruksi maupun sasaran sesuai dengan tujuan Pusat Pembinaan Usaha
dan Kelembagaan itu sendiri. Muatan Rencana Kinerja Tahunan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
adalah sebagaimana tertuang dalam form RKT (Rencana Kinerja Tahunan).

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

34

RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PEMBINAAN USAHA DAN KELEMBAGAAN


(OUTCOME)

Sasaran Strategis
Meningkatnya
Kapasitas dan Kinerja
Pembina Jasa
Konstruksi Pusat dan
Daerah

Indikator Output

Target Output

Jumlah produk regulasi di bidang usaha jasa konstruksi

1 NSPK

Persentase kabupaten/kota yang memiliki Perda IUJK

2%

Kepengurusan LPJK sesuai dengan Peraturan Perundangan yang


berlaku
Jumlah penanggung jawab teknik badan usaha jasa konstruksi
yang terlatih/terberdayakan

NA
600 Orang

RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PEMBINAAN USAHA DAN KELEMBAGAAN


(OUTPUT)

Sasaran Strategis

Meningkatnya
Kapasitas dan Kinerja
Pembina Jasa
Konstruksi Pusat dan
Daerah

Indikator Output

Target Output

Jumlah Pembinaan manajemen usaha

14 Laporan

Jumlah Pembinaan sarana pendukung usaha

6 Laporan

Jumlah Pembinaan regulasi usaha dan kelembagaan

5 Laporan

Jumlah Pembinaan perizinan usaha

11 Laporan

Jumlah Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Pusat

1 Laporan

Jumlah Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi daerah

33 Laporan

Jumlah Pembinaan tatalaksana kelembagaan

2 Laporan

Jumlah Pembinaan kinerja kelembagaan

7 Laporan

Jumlah Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pembinaan usaha


dan kelembagaan
Jumlah NSPK pembinaan dan pengembangan usaha dan
kelembagaan

3 Laporan
1 NSPK

Jumlah Produk kajian, pembinaan usaha dan kelembagaan

8 Rekomendasi

Jumlah Pengadaan Sarana dan Prasarana BP Konstruksi

27 Unit

Jumlah Sistem Pelaporan secara elektronik

1 Laporan

Jumlah Kendaraan Bermotor

4 Unit

Jumlah Perangkat Pengolah data dan Komunikasi

25 Unit

Jumlah bLayanan Perkantoran

12 Bulan

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

35

2.2

PERJANJIAN KINERJA
PENETAPAN KINERJA PUSAT PEMBINAAN USAHA DAN KELEMBAGAAN (OUTCOME)
Sasaran Strategis
Meningkatnya
Kapasitas dan Kinerja
Pembina Jasa
Konstruksi Pusat dan
Daerah

Indikator Output

Target Output

Jumlah produk regulasi di bidang usaha jasa konstruksi

1 NSPK

Persentase kabupaten/kota yang memiliki Perda IUJK

2%

Kepengurusan LPJK sesuai dengan Peraturan Perundangan yang


berlaku
Jumlah penanggung jawab teknik badan usaha jasa konstruksi
yang terlatih/terberdayakan

NA
600 Orang

PENETAPAN KINERJA PUSAT PEMBINAAN USAHA DAN KELEMBAGAAN (OUTPUT)

Sasaran Strategis

Meningkatnya
Kapasitas dan Kinerja
Pembina Jasa
Konstruksi Pusat dan
Daerah

Indikator Output

Target Output

Jumlah Pembinaan manajemen usaha

14 Laporan

Jumlah Pembinaan sarana pendukung usaha

6 Laporan

Jumlah Pembinaan regulasi usaha dan kelembagaan

5 Laporan

Jumlah Pembinaan perizinan usaha

11 Laporan

Jumlah Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Pusat

1 Laporan

Jumlah Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi daerah

33 Laporan

Jumlah Pembinaan tatalaksana kelembagaan

2 Laporan

Jumlah Pembinaan kinerja kelembagaan

7 Laporan

Jumlah Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pembinaan usaha


dan kelembagaan
Jumlah NSPK pembinaan dan pengembangan usaha dan
kelembagaan

3 Laporan
1 NSPK

Jumlah Produk kajian, pembinaan usaha dan kelembagaan

8 Rekomendasi

Jumlah Pengadaan Sarana dan Prasarana BP Konstruksi

27 Unit

Jumlah Sistem Pelaporan secara elektronik

1 Laporan

Jumlah Kendaraan Bermotor

4 Unit

Jumlah Perangkat Pengolah data dan Komunikasi

25 Unit

Jumlah bLayanan Perkantoran

12 Bulan

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

36

2.2.1.1

Output Pembinaan manajemen usaha


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output
Pembinaan manajemen usaha adalah Pemberdayaan dan TOT Penanggung Jawab
Teknik Badan Usaha dan Kinerja Proyek Konstruksi
Kegiatan Pemberdayaan dan TOT Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa
Konstruksi Kualifikasi Kecil serta kegiatan Pemberdayaan Penanggung Jawab
Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Non Kecil bertujuan meningkatkan
upaya pemberian bantuan secara langsung kepada BUJK Kecil sebagai implementasi
tugas pembinaan oleh Pemerintah serta dapat Mendukung upaya peningkatan
profesionalisme badan usaha jasa konstruksi dan tenaga kerja konstruksi di Indonesia,
disamping itu diharapkan juga dapat mendatangkan manfaat bagi Pelaksana Konstruksi
golongan kecil, menengah dan besar dalam meningkatkan kemampuan dan
kompetensinya melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan Penanggung Jawab
Teknik

yang dimilikinya serta mewujudkan tingkat kompetensi Badan Usaha

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Jasa Konstruksi.


Kegiatan Kinerja Proyek Konstruksi bertujuan Mendukung upaya peningkatan
profesionalisme badan usaha jasa konstruksi dan

tenaga kerja konstruksi di

Indonesia,serta Memberikan dorongan kepada pelaku konstruksi nasional agar lebih


dapat meningkatkan kapabilitas dan kompetensi yang dimilikinya sehingga dapat
menghasilkan produk konstruksi yang lebih handal, disamping itu juga mendorong badan
usaha jasa konstruksi agar dapat terus mengembangkan kinerjanya dilapangan.
2.2.1.2

Output Pembinaan sarana pendukung usaha


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output
Pembinaan Pembinaan sarana pendukung usaha adalah Forum Pendukungan Usaha
Jasa Konstruksi. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertemukan pihak pemangku
kepentingan yang berkaitan langsung dengan jasa konstruksi nasional guna terciptanya
sinergi antara pihak-pihak tersebut dalam pembangunan sektor konstruksi Nasional
Peningkatan akses permodalan usaha konstruksi. adapun permasalahan yang menjadi
topik dalam Forum Pendukungan Usaha Jasa Konstruksi tahun 2012 adalah Peningkatan
kualitas data statistik sektor konstruksi nasional, Peningkatan pemahaman konsep
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam permbangunan Infrastruktur,
Peningkatan aspek pemanfaatan peralatan jasa konstruksi, dukungan suplai material jasa
konstruksi, dukungan permodalan serta penjaminan sektor jasa konstrukisi.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

37

2.2.1.3

Output Pembinaan regulasi usaha dan kelembagaan


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output
Pembinaan regulasi usaha dan kelembagaan adalah Bimbingan Teknis Percepatan
Penerbitan Perda IUJK dan Pengaturan dan Pengawasan Jasa Konstruksi. Kegiatan
Bimbingan Teknis Percepatan Penerbitan Perda IUJK bertujuan untuk bertujuan untuk
mendorong Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk dapat menerbitkan Peraturan
Daerah tentang IUJK yang didalamnya juga mengatur mekanisme pengawasan jasa
konstruksi. Sedangkan kegiatan Pengaturan dan Pengawasan Jasa Konstruksi berupa
pemantauan serta evaluasi terhadap pelaksanan kebijakan nasional serta peraturanperaturan yang ada sehingga dapat mengikuti dinamika perkembangan jasa konstruksi
saat ini dan melakukan pengawasan terhadap pembinaan yang dilakukan Tim Pembina
Jasa Konstruksi di dalam pelaksanaan tugasnya.

2.2.1.4

Output Pembinaan perizinan usaha


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output
Pembinaan perizinan usaha adalah Monitoring dan Evaluasi Tertib Perizinan Usaha
Jasa Konstruksi, Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan BUJKA dan SIPJAKI.
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Tertib Perizinan Usaha Jasa Konstruksi bertujuan
untuk Tujuan dari kegiatan ini adalah agar pelaksanaan penerbitan IUJK di tingkat

kabupaten/kota dapat sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 04 Tahun


2011 dan agar setiap proyek pekerjaan konstruksi dilaksanakan kepada Badan
Usaha yang mampu sesuai dengan IUJK yang dimiliki. Kegiatan Monitoring Dan
Evaluasi Kegiatan BUJKA adalah Melakukan evaluasi terhadap pelaksanan kebijakan
nasional serta peraturan-peraturan yang ada dan Melakukan pengawasan terhadap
kegiatan badan usaha jasa konstruksi asing (BUJKA) yang bekerjasama dengan badan
usaha jasa konstruksi nasional. Tujuan kegiatan ini adalah Mewujudkan tertib
pelaksanaan kebijakan nasional dan peraturan Perundang-undangan terkait jasa
konstruksi yang melibatkan badan usaha jasa konstruksi lokal dan asing.
Sedangkan Kegiatan SIPJAKI bertujuan untuk

menciptakan Sistem Informasi

Pembinaan Jasa Konstruksi yang handal,koprehensif dan terintegrasi, dan tujuannya


adalah seluruh elemen Masyarakat Jasa Konstruksi dapat mengakses seluruh informasi
yang dibutuhkan dalam pembinaan jasa konstruksi.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

38

2.2.1.5

Output Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Pusat


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output
Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Pusat terdapat pada dua Satker, yakni
Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan dan Pada Satker Kesekretariatan
LPJK. Pada satker PPUK terdapat kegiatan Surveilen Unit Sertifikasi. Sedangkan pada
satker Kesekretaritan LPJK terdapat kegiatan adalah Peningkatan Kompetensi Tenaga IT
LPJKN/LPJKD, TOT Admin SIKI.Net BU & TK LPJKN/LPJKD, Penyempurnaan dan
Pengembangan Sistem dan Update IT LPJKN/LPJKD, Penyusunan Instrumen Monitoring
dan Evaluasi Lembaga, Peningkatan Pemberdayaan SDM Sekretariat Bapel
Nasional/Daerah, Fasilitasi Kegiatan MRA, AFAS dan Asia Construct, Sosialisasi
Pembentukan Unit Sertifikasi, Workshop Norma-norma LPJKN dan Fasilitasi
Pembentukan Unit Sertifikasi dimana kesemua kegiatan ini dilakukan agar Pemerintah
dapat melakukan fungsi kontrol terhadap pelaksanaan tugas-tugas Lembaga tingkat
Nasional dan terhadap fungsi pembinaan oleh asosiasi di tingkat pusat di bidang jasa
konstruksi.

2.2.1.6

Output Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi daerah


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output
Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi daerah terdapat pada dua Satker, yakni
Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan dan Pada Satker Kesekretariatan
LPJK. Pada satker PPUK terdapat kegiatan Surveilen Lembaga dan Asosiasi Daerah.
Sedangkan pada satker Kesekretaritan LPJK terdapat kegiatan Rapat Koordinasi LPJK
Nasional dan Daerah, Fasilitasi Manajemen Operasional Badan Pelaksana Nasional,
Fasilitasi Manajemen Operasional Badan Pelaksana Daerah dimana seluruh kegiatan
dimaksud agar Pemerintah dapat melakukan fungsi kontrol terhadap pelaksanaan tugastugas Lembaga tingkat Provinsi dan terhadap fungsi pembinaan oleh asosiasi di tingkat
daerah di bidang jasa konstruksi

2.2.1.7

Output Pembinaan tatalaksana kelembagaan


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output
Pembinaan tatalaksana kelembagaan adalah Penyelenggaraan Forum Jasa
Konstruksi Nasional dan Fasilitasi Pembentukan Unit Sertifikasi Badan Usaha
Nasional dan Tenaga Kerja Nasional.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

39

Kegiatan Penyelenggaraan Forum Jasa Konstruksi Nasional merupakan amanah


yang dituangkan secara eksplisit oleh Undang-Undang Nomor 18/1999 Pasal 31.
Mengingat keterbatasan kemampuan dan jangkauan Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi dalam menghimpun seluruh masyarakat jasa konstruksi untuk menuangkan
aspirasinya.
2.2.1.8

Output kinerja kelembagaan


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output kinerja
kelembagaan adalah Pelatihan Asesor Badan Usaha.
Tujuan dilakukan kegiatan pelatihan asesor badan usaha adalah untuk menciptakan
instruktur asesor dan asesor kemampuan badan usaha yang kompeten. Sehingga
dengan terciptanya asesor kemampuan badan usaha yang memiliki kompetensi, maka
diharapkan dalam penentuan klasifikasi dan kualifikasi badan usaha dapat lebih
akuntabel.

2.2.1.9

Output Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pembinaan usaha dan kelembagaan


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output
Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pembinaan usaha dan kelembagaan adalah
Tatalaksana Pembinaan Usaha dan Kelembagaan.
Kegiatan Tatalaksana Pembinaan Usaha dan Kelembagaan ini akan memfasilitasi
fungsi manajemen pembinaan tersebut dari aspek perencanaan, pemantauan dan
evaluasi guna memberikan dukungan yang optimal dalam penyelenggaraan kegiatan
pembinaan, utamanya mekanisme kerja dan kewenangan pembina jasa konstruksi
tingkat provinsi, kabupaten/kota khususnya daerah-daerah pemekaran baru.
Kegiatan Tatalaksana Pembinaan Usaha Konstruksi merupakan salah satu TUPOKSI
Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan dalam melaksanakan pembinaan aspek
manajerial usaha konstruksi yang dilaksanakan secara swakelola melalui dua
pendekatan:
a. fasilitasi fungsi manajemen pembinaan jasa konstruksi terutama dari aspek
perencanaan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan evaluasi, guna
memberikan dukungan yang optimal terhadap mekanisme kerja usaha jasa
konstruksi
b. fasilitasi pembina jasa konstruksi di tingkat daerah provinsi dan kabupaten/kota

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

40

2.2.1.10 Output NSPK pembinaan dan pengembangan usaha dan kelembagaan


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output NSPK
pembinaan dan pengembangan usaha dan kelembagaan adalah Penyusunan Peraturan
Peraturan Terkait jasa konstruksi. Kegiatan ini bermaksud Melakukan evaluasi terhadap
pelaksanan kebijakan nasional serta peraturan-peraturan yang ada sehingga dapat mengikuti
dinamika perkembangan jasa konstruksi saat ini dan melakukan pengawasan terhadap
pembinaan yang dilakukan Tim Pembina Jasa Konstruksi di dalam pelaksanaan tugasnya.
Melakukan pembahasan dan penyusunan produk statuter untuk mendukung pelaksanaan PP
04/2010 yang dalam hal ini dibatasi hanya untuk substansi terkait usaha dan peran
masyarakat jasa konstruksi. sedangkan Tujuan Kegiatan ini menghasilkan produk hukum
terkait jasa konstruksi misalnya : Peraturan Menteri, Pedoman Pelaksanaan, dll.
2.2.1.11 Output Produk kajian, pembinaan usaha dan kelembagaan
Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output Produk
kajian, pembinaan usaha dan kelembagaan adalah berupa paket kontraktual dan paket
swakelola, yaitu ;
i. Kajian Struktur dan Perilaku Resiko Proyek Konstruksi di Indonesia
ii. Studi Struktur Biaya Proyek Konstruksi di Indonesia
iii. Studi Produktivitas Kontraktor Nasional dalam Pelaksanaan Proyek Konstruksi di
Indonesia
iv.

Pemetaan Pendayagunaan Tenaga Kerja Bersertifikat oleh Badan Usaha Jasa


Konstruksi

v. Pengukuran Indikator Kepuasan Pelanggan terhadap Manajemen Proyek Konstruksi


Nasional dan Asing
vi. Pemetaan Lingkup dan Kinerja Inovasi dalam Industri Konstruksi Nasional
vii. Penilaian Kontribusi Industri Konstruksi dalam Penanggulangan Bencana
viii. Pengukuran Kinerja Badan Usaha Jasa Konstruksi dalam Menerapkan Keselamatan
Konstruksi
Indikator Kinerja
Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan bertanggung jawab atas kegiatan Pembinaan Usaha
dan Kelembagaan. Indikator kinerja utama output kegiatan adalah: Peningkatan pangsa pasar jasa
konstruksi nasional dan internasional oleh pengusaha jasa konstruksi nasional yang diukur dari:
1) Jumlah Pembinaan manajemen usaha,

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

41

2) Jumlah Pembinaan sarana pendukung usaha,


3) Jumlah Pembinaan regulasi usaha dan kelembagaan,
4) Jumlah Pembinaan perizinan usaha,
5) Jumlah Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Pusat.
6) Jumlah Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi daerah.
7) Jumlah Pembinaan tatalaksana kelembagaan;
8) Jumlah Pembinaan kinerja kelembagaan;
9) Jumlah Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pembinaan usaha dan kelembagaan
10) Jumlah NSPK pembinaan dan pengembangan usaha dan kelembagaan
11) Jumlah Produk kajian, pembinaan usaha dan kelembagaan
12) Jumlah Layanan Perkantoran
13) Jumlah Pengadaan Sarana dan Prasarana BP Konstruksi
Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan sesuai dengan tujuannya, yaitu: Memberikan arah
pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha konstruksi yang
kokoh, andal, berdaya saing tinggi dan dicapai melalui sasaran antara: Meningkatnya pencapaian
kondisi struktur usaha konstruksi yang kokoh, andal, dan berdaya saing tinggi, dengan Indikator
kinerja outcome:
a. Jumlah produk regulasi di bidang usaha jasa konstruksi sebanyak 5 NSPK. (dalam proses
review renstra menjadi 16 NSPK)
b. Meningkatnya kabupaten/kota yang memiliki Perda IUJK dari 30% menjadi 40%
c. Meningkatnya jumlah penanggung jawab teknik badan usaha jasa konstruksi dari 5000
menjadi 8000 PJT.
d. Terbentuknya kepengurusan LPJK sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku
sebanyak 33 provinsi dan 1 nasional.
Dalam menunjang outcome serta output yang terukur, Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
pada tahun anggaran 2012 ini melakukan kegiatan-kegiatan (sub-output), yaitu ;

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

42

Tabel 2.1 Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan TA 2012,


Pada Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
Output

Kegiatan (Sub-Output)
Pemberdayaan dan TOT PJT Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil

Pembinaan Manajemen Usaha

Pemberdayaan PJT Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Non Kecil


Kinerja Proyek Konstruksi

Pembinaan sarana pendukung


usaha,

Forum Pendukungan Usaha Jasa Konstruksi


Bimbingan Teknis Percepatan Penerbitan Perda IUJK

Pembinaan regulasi usaha dan


kelembagaan,

Pengaturan dan Pengawasan Jasa Konstruksi


Monitoring dan Evaluasi Tertib Perizinan Usaha Jasa Konstruksi

Pembinaan perizinan usaha,

Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan BUJKA


SIPJAKI

Pembinaan lembaga dan asosiasi


jasa konstruksi Pusat.

NA

Pembinaan lembaga dan asosiasi


jasa konstruksi daerah.

Surveilen Lembaga dan Asosiasi Daerah

Pembinaan tatalaksana
kelembagaan;

Forum Jasa Konstruksi Nasional

Pembinaan kinerja kelembagaan;

Pelatihan Asesor Badan Usaha

Pemantauan, evaluasi, dan


pelaporan pembinaan usaha dan
kelembagaan

Tatalaksana Pembinaan Usaha dan Kelembagaan

NSPK pembinaan dan


pengembangan usaha dan
kelembagaan

Penyusunan Peraturan Peraturan Terkait jasa konstruksi

Kajian Struktur dan Perilaku Resiko Proyek Konstruksi di Indonesia


Produk kajian, pembinaan usaha
dan kelembagaan

Studi Struktur Biaya Proyek Konstruksi di Indonesia


Studi Produktivitas Kontraktor Nasional dalam Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Indonesia

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

43

Tabel 2.2 Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan TA 2012,


Pada Satker Kesekretariatan LPJK

Output

Kegiatan (Sub-Output)

Peningkatan Kompetensi Tenaga IT LPJKN/LPJKD


TOT Admin SIKI.Net BU & TK LPJKN/LPJKD
Penyempurnaan dan Pengembangan Sistem dan Update IT LPJKN/LPJKD
Penyusunan Instrumen Monitoring dan Evaluasi Lembaga
Pembinaan lembaga dan asosiasi
jasa konstruksi Pusat.

Peningkatan Pemberdayaan SDM Sekretariat Bapel Nasional/Daerah


Fasilitasi Kegiatan MRA, AFAS dan Asia Construct
Sosialisasi Pembentukan Unit Sertifikasi
Workshop Norma-norma LPJKN
Fasilitasi Pembentukan Unit Sertifikasi
Rapat Koordinasi LPJK Nasional dan Daerah

Pembinaan lembaga dan asosiasi


jasa konstruksi daerah.

Fasilitasi Manajemen Operasional Badan Pelaksana Nasional


Fasilitasi Manajemen Operasional Badan Pelaksana Daerah

Produk kajian, pembinaan usaha


dan kelembagaan

Pemetaan Pendayagunaan Tenaga Kerja Bersertifikat oleh Badan Usaha Jasa


Konstruksi
Pengukuran Indikator Kepuasan Pelanggan Terhadap Manajemen Proyek
Konstruksi
Pemetaan Lingkup dan Kinerja Inovasi Dalam Industri Konstruksi Nasional
Penilaian Kontribusi Industri Konstruksi dalam Penanggulangan Bencana
Pengukuran Kinerja Badan Usaha Jasa Konstruksi dalam Menerapkan
Keselamatan Konstruksi

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

44

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PEMBINAAN USAHA DAN KELEMBAGAAN
Salah satu prinsip good governance adalah akuntabilitas yang merupakan wujud pertanggungjawaban instansi
pemerintah kepada publik pada umumnya dan pemberi delegasi pada khususnya. Akuntabilitas kinerja perlu
diketahui dan dievaluasi untuk mendapatkan umpan balik yang akan digunakan untuk peningkatan kinerja pada
waktu yang akan datang.
Bentuk akuntabilitas kinerja dapat dilihat dari tahap awal berupa perencanaan strategik yang mencerminkan
perwujudan visi dan misi, perencanaan kinerja dan penetapan indikator-indikatornya, serta evaluasi atas hasil kerja
yang telah direalisasikan.
3.1 EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA
Capaian Kinerja Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan tahun anggaran 2012 adalah sebagai berikut ;
3.1.1

Output Pembinaan manajemen usaha


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output Pembinaan
manajemen usaha adalah ;
1. Pemberdayaan dan TOT PJT Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil
Pagu kegiatan Pemberdayaan dan TOT Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa
Konstruksi Kualifikasi Kecil sebesar Rp1.960.110.000,- dan realisasi penyerapannya sebesar Rp.
1.880.516.000,Pelaksanaan kegiatan ini berupa review materi PJT kualifikasi kecil, pemberdayaan PJT di 6
Provinsi, dan 2 kali pelaksanaan ToT PJT kualifikasi kecil di jakarta.
Keluaran dari kegiatan ini adalah :
a) Jumlah Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha sebanyak 285 Orang Penanggung Jawab
Teknik
b) Jumlah Trainer Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha sebanyak 40 orang
2. Kinerja Proyek Konstruksi
Pagu kegiatan Kinerja Proyek Konstruksi sebesar Rp 747.125.000,- dan

Realisasi

penyerapannya sebesar Rp. 704.231.600,Keluaran dari kegiatan ini adalah :


Keluaran berupa Penghargaan kepada badan usaha jasa konstruksi dengan kinerja terbaik dari
menteri pekerjaan umum dan advertorial pada surat kabar nasional, berdasarkan 4 kategori

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

45

1) Kategori Pelaksanaan Bangunan gedung kurang dari 8 lantai, PT. Hutama Karya (Persero)
pada Proyek Alila Villas Bintan
2) Kategori Pelaksanaan Bangunan gedung lebih dari 8 lantai, PT. Total Bangun Persada, Tbk
pada Proyek Gedung Kampus UMN (Universitas Multimedia Nusantara)
3) Kategori Pelaksanaan Bangunan Sipil (Jalan/Jembatan), PT. Wijaya Karya-Jaya konstruksi
KSO pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol Kampung Melayu-Tanah Abang Paket
Casablanca
4) Kategori Pelaksanaan Bangunan Sipil Prasarana Sumber Daya Air, PT. Adhi Karya (Persero)
Tbk pada Proyek ICB Civil Work Construction of Spilway (Package I) Countermeasure For
Sediment in Wonogiri Multipurpose Dam Reservoir. JICA loan IP 552
3. Pemberdayaan PJT Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Non Kecil
Pagu kegiatan Pemberdayaan dan TOT Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa
Konstruksi Kualifikasi Kecil sebesar Rp 1.369.181.000,- dan realisasi penyerapannya sebesar Rp.
1.287.121.350,Pelaksanaan kegiatan ini berupa review materi PJT kualifikasi Non kecil dan pemberdayaan PJT
di 7 Provinsi.
Keluaran dari kegiatan ini adalah :
a) Jumlah Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi kualifikasi non kecil
sebanyak 291 Orang Penanggung Jawab Teknik
3.1.2

Output Pembinaan sarana pendukung usaha


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output Pembinaan
Pembinaan sarana pendukung usaha adalah Forum Pendukungan Usaha Jasa Konstruksi.
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 1.720.018.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
1.591.895.000,Pelaksanaan kegiatan ini berupa ;
-

Forum secara regional provinsi yang mempertemukan pemangku kepentingan sektor


konstruksi untuk membahas Permasalahan serta dukungan yang dibutuhkan terkait:

a. Peningkatan akses permodalan usaha konstruksi.


b. Peningkatan akses penjaminan usaha jasa konstruksi.
c. Peningkatan pemahaman konsep Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam
permbangunan Infrastruktur.
d. Peningkatan aspek pemanfaatan peralatan jasa konstruksi

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

46

Seminar dan Lokakarya dalam rangka membangun Struktur Industri Konstruksi Nasional yang
Kokoh dan Menunjang Pemerataan Kesempatan Kerja bagi Seluruh Pelaku Jasa Konstruksi

Keluaran dari kegiatan ini adalah terbentuknya POKJA Penyusunan Paket Kebijakan Industri
Konstruksi ;
a. Restrukturisasi Industri Konstruksi,
b. Perkuatan Rantai Pasok Konstruksi,
c. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil & Menengah Konstruksi,
d. Revitalisasi Nilai SDM Konstruksi
3.1.3

Output Pembinaan regulasi usaha dan kelembagaan


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output Pembinaan regulasi
usaha dan kelembagaan adalah :
1. Bimbingan Teknis Percepatan Penerbitan Perda IUJK.
Pagu kegiatan ini sebesar Rp. 1.835.077.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
1.760.179.300,Kegiatan ini dilakukan secara regional di empat provinsi (Lampung, Surabaya, NTB, Jakarta)
dengan peserta dari kab/kota.
Keluaran dari kegiatan ini adalah jumlah kab/kota yang memiliki perda IUJK yang sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pedoman Persyaratan
Pemberian Izin Uaha Jasa Konstruksi Nasional sebanyak 4 kab/kota
2. Pengaturan dan Pengawasan Jasa Konstruksi
Pagu kegiatan ini sebesar Rp. 1.394.389.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
1.250.526.998,Pelaksanaan kegiatan ini mengingat urgenitas terhadap Perlunya meningkatkan pemahaman
masyarakat jasa konstruksi terhadap pengaturan baru yang telah terbit terkait jasa konstruksi,
selain itu sebagai upaya pengaturan penerbitan IUJK di tingkat kabupaten/kota agar dapat segera
terlaksana dan sesuai dengan PERMEN PU Nomor 04 Tahun 2011
Keluaran kegiatan ini diharapkan masyarakat jasa konstruksi dapat memahami produk produk
pengaturan jasa konstruksi sehingga pelaksanaan kegiatan konstruksi dapat berjalan sesuai
dengan kebijakan dan aturan yang berlaku.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

47

3.1.4

Output Pembinaan perizinan usaha


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output Pembinaan
perizinan usaha adalah
1. Monitoring dan Evaluasi Tertib Perizinan Usaha Jasa Konstruksi .
Pagu kegiatan ini sebesar Rp. 184.575.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
178.026.200,Keluaran dari kegiatan ini adalah :
Kegiatan Monev IUJK ini dilakukan untuk mengevaluasi tertib penerbitan IUJK di tingkat
kabupaten/kota apakah sudah sesuai dengan PERMEN PU Nomor 04 Tahun 2011
2. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan BUJKA .
Pagu kegiatan ini sebesar Rp. 601.907.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
289.417.000,Kegiatan monev ini dilakukan dengan meninjau proyek secara langsung yang dilakukan badan
usaha asing yang bekerja di Indonesia.
Keluaran

dari kegiatan ini adalah tertib pelaksanaan kebijakan nasional dan peraturan

Perundang-undangan terkait jasa konstruksi yang melibatkan badan usaha jasa konstruksi asing
Serta untuk memastikan BUJKA Perwakilan Asing menjalankan kewajibannya sesuai amanat dari
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/2011.
3. Sistem Informasi Pembina Jasa Konstruksi
Pagu sebesar Rp. 1.480.166.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp. 1.424.824.000,Keluaran dari kegiatan ini adalah Terberdayakannya Administrator Sistem Informasi Pembina
Jasa Konstruksi dengan peserta Kabupaten/Kota dari seluruh provinsi di Indonesia sebanyak 128
(3 Angkatan) orang dari 66 kabupaten/kota di Indonesia. Selain itu pada tahun 2012 juga
dilaksanakan ToT sebanyak 3 angkatan yang menghasilkan 25 orang Trainer
3.1.5

Output Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Pusat


Pada output ini pelaksanaan kegiataannya terdapat pada dua satker, yaitu satker Pusat Pembinaan
Usaha dan Kelembagaan dan Satker Kesekretariatan LPJK.
Kegiatan Pada Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output
Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Pusat adalah Surveilen Unit Sertifikasi,
dikarenakan dengan pertimbangan Unit Sertifikasi belum dapat terbentuk untuk tahun anggaran

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

48

2012 ini baik untuk tingkat nasional maupun untuk tingkat provinsi dan adanya pemotongan pagu
kementerian untuk penghematan anggaran, maka kegiatan Surveilen Unit Sertifikasi ini tidak
dilaksanakan (dilakukan pemotongan anggaran). Tidak dilaksanakannya kegiatan ini tidak berarti
mengurangi output sasaran dari kinerja pusat pembinaan usaha dan kelambagaan, karena pada
dasarnya output Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Pusat juga dilaksanakan leh
Satker Kesekretariatan LPJK.
Kegiatan Pada Satker Kesekretariatan LPJK untuk mendukung Output Pembinaan lembaga dan
asosiasi jasa konstruksi Pusat adalah
1. Peningkatan Kompetensi Tenaga IT LPJKN/LPJKD
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 394.825.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
390.324.000,Adapun pelaksanaan kegiatan ini adalah pelaksanaan Workshop Peningkatan Kompetensi admin
IT Bapel LPJK Nasional dan LPJK Provinsi yang diikuti sejumlah 102 orang peserta yang berasal
dari 2 admin Bapel Nasional, Direktur Ekseskutif Bapel Nasional, 2 admin Bapel Provinsi dan 1
Manajer Eksekutif Bapel Provinsi
2. TOT Admin SIKI.Net Badan Usaha dan Tenaga Kerja LPJKN/Daerah
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 353.850.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
339.475.000,Adapun pelaksanaan kegiatan ini adalah pelaksanaan Workshop bagi Admin SIKI.Net yang diikuti
sejumlah 99 orang peserta yang berasal dari perwakilan 3 orang tiap provinsi
3. Penyempurnaan dan Pengembangan Sistem dan Update IT LPJKN/Daerah
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 459.492.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
441.726.000,Adapun pelaksanaan kegiatan ini adalah penyempurnaan aplikasi Sistem Informasi Konstruksi
Indonesia (SIKI) . Pada kegiatan ini menggunakan Tenaga Ahli Perseorangan sebanyak 4 orang
selama 5 bulan . Selain itu juga dilakukan FGD sebanyak dua kali pelaksanan. Aplikasi siki yang
dikembangkan ini sudah mengakomodasi dan disesuaikan dengan Peraturan Menteri 08 / 2011
mengenai subklasifikasi dan subkualifikasi .
4. Penyusunan Instrument Monitoring dan Evaluasi Lembaga
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 149.055.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
145.255.000,-

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

49

Adapun pelaksanaan kegiatan ini adalah pelaksanan konsinyering mengenai juknis monitoring
evaluasi lembaga serta pelaksanaan konsinyering pembentukan komite lisensi.
5. Peningkatan Pemberdayaan SDM Sekretariat Bapel Nasional/Daerah
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 665.712.500,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
664.412.500,Adapun pelaksanaan kegiatan ini Peningkatan Kapasitas SDM Bapel dalam bidang Keuangan,
adapun pelaksanan kegiatan ini setiap angkatannya diikuti oleh 40 orang peserta. Selain itu juga
dilakukan fasilitasi pelatihan dalam rangka Peningkatan Kapasitas SDM Bapel dalam bidang
Akuntansi yang tiap angkatannya diikuti sebanyak 40 orang peserta. Dan Pelatihan Peningkatan
Kapasitas SDM Bapel dalam bidang Persuratan yang diikuti sebanyak 40 orang peserta.
6. Fasilitasi Kegiatan MRA, AFAS, dan Asia Construct
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 228.135.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
228.135.000,Adapun pelaksanaan kegiatan ini berupa fasilitasi, diantaranya FGD dalam rangka persiapan
mengikuti kegiatan Asia Construct di Singapura, Fasilitasi delegasi untuk mengikuti kegiatan Asia
Construct di Singapura . Selain itu juga dilakukan FGD dalam rangka persiapan study banding
sebagai langkah awal mempersiapkan Asia Construct pada tahun 2013 sebagai host .
7. Sosialisasi Pembentukan Unit Sertifikasi
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 443.277.500,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
412.512.500,Adapun pelaksanaan kegiatan ini Sosialisasi secara regional provinsi mengenai pembentukan Unit
sertifikasi (petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis)
8. Workshop Norma-norma LPJK Nasional
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 1.367.527.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
1.273.182.500,Adapun pelaksanaan kegiatan ini Konsinyering-konsinyering mengenai peraturan lembaga yang
menunjang tugas pokok lembaga dalam menyusun kebijakan lembaga dalam memajukan usaha
jasa konstruksi serta fasilitasi berupa Forum komunikasi publik sebagai sarana dengar pendapat
hasil dari konsinyering peraturan lembaga pada forum kelompok unsur.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

50

9. Fasilitasi Pembentukan Unit Sertifikasi


Pagu kegiatan ini sebesar Rp 542.510.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
446.316.000,Adapun pelaksanaan kegiatan ini adalah fasilitasi Rapat Kelompok Unsur (RKU) Tim Pembentuk
Unsur Pengarah Unit Sertifikasi Badan Usaha & Unit Sertifikasi Tenaga Kerja Nasional. Selain itu
juga pada tahun 2012 ini sudah difasilitasi RKU Tim Pembentuk Unsur Pengarah USBU & USTK
untuk tingkat Provinsi :
a) Bali
b) NTB
c) Kepulauan Riau
d) Sulawesi Tenggara
e) Sumatera Utara
f)

Sumatera Barat

g) Jawa Tengah
h) DKI Jakarta

3.1.6

i)

Jawa Barat

j)

Sulawesi Tengah

Output Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi daerah


Pada output ini pelaksanaan kegiataannya terdapat pada dua satker, yaitu satker Pusat Pembinaan
Usaha dan Kelembagaan dan Satker Kesekretariatan LPJK.
Kegiatan Pada Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output
Pembinaan lembaga dan asosiasi jasa konstruksi Daerah adalah Surveilen Lembaga Dan
Asosiasi Daerah
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 854.186.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
826.917.700,Keluaran dari kegiatan ini adalah :
1.

Hasil kuisioner pencapaian kinerja Lembaga tingkat provinsi dan Asosiasi di tingkat daerah.

2.

Pengumpulan hasil kuisioner dan meresume menjadi laporan kinerja Lembaga tingkat provinsi
dan Asosiasi di tingkat daerah

3.

Evaluasi laporan kinerja Lembaga tingkat provinsi.

4.

Evaluasi kinerja Asosiasi di tingkat daerah.

5.

Kesepakatan rencana tindakan oleh Lembaga tingkat provinsi dan Asosiasi di tingkat daerah
sebagai tindak lanjut dari FGD.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

51

Kegiatan Pada Satker Kesekretariatan LPJK untuk mendukung Output Pembinaan lembaga dan
asosiasi jasa konstruksi Daerah adalah
1. Rapat Koordinasi Nasional LPJK Nasional dan Daerah
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 1.652.116.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
1.643.704.600,Adapun pelaksanaan kegiatan ini dalam rangka Rapat koordinasi antar Pengurus Lembaga
seluruh Indonesia yang diwakili 3 orang pengurus setiap provinsi dan dihadiri seluruh pengurus
lembaga Nasional. Kegiatan ini dilaksanakan 2 kali

dalam setahun, pada tahun 2012 ini

diselenggarakan di D.I. Yogyakarta dan DKI Jakarta. Keluaran kegiatan ini adalah terkait fasilitasi
pemenuhan 5 tugas pokok lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
2. Fasilitasi Manajemen Operasional Badan Pelaksana Nasional
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 6.359.406.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
4.844.419.800,Adapun pelaksanaan kegiatan ini dalam rangka Fasilitasi Manajeman Operasional BApel LPJK
diantaranya adalah melaksanakan RKU dan Fit & Proper Test provinsi tersisa yang tidak dapat
terlaksana di tahun 2011, yakni pada provinsi jawa timur dan Sulawesi Tenggara. Melaksanakan
leveling pengurus lembaga dengan tujuan untuk menyamakan persepsi mengenai tugas pokok
pengurus lembaga. Selain itu dengan berkoordinasi dengan satker Pusat Pembinaan Usaha dan
Kelembagaan dan Instansi lain terkait pembentukan asesor, pada kegiatan fasilitasi manajemen
Bapel LPJK ini juga dilakukan kegiatan Pelatihan Asesor Badan Usaha Dan Pelatihan Asesor
Kemampuan Tenaga Kerja.
3. Fasilitasi Manajemen Operasional Badan Pelaksana Daerah
Pagu kegiatan ini sebesar Rp 4.956.942.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp.
4.912.607.310,Adapun pelaksanaan kegiatan ini dalam rangka Fasilitasi Manajeman Operasional Bapel LPJK
diantaranya adalah melaksanakan Fasilitasi Sosialisasi tata peraturan jasa konstruksi khususnya
tata peraturan terkait Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, Fasilitasi pemberdayaan PJT
Badan Usaha Kualifikasi Kecil di 8 provinsi, dimana pada kegiatan ini berkoordinasi dengan
Bidang Pengembangan Usaha Pada Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan, serta
Fasilitasi Penelitian dan Pengembangan 14 Provinsi sebagai salah satu tupoksi Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

52

3.1.7

Output Pembinaan tatalaksana kelembagaan


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output Pembinaan
Tatalaksana Kelembagaan adalah Penyelenggaraan Forum Jasa Konstruksi Nasional. Pagu
kegiatan ini sebesar Rp 592.050.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp. 575.636.000,Keluaran dari kegiatan ini adalah :
Rumusan aspirasi dari masing-masing unsur masyarakat jasa konstruksi (7 unsur) selanjutnya
dirangkum menjadi rumusan aspirasi umum masyarakat jasa konstruksi sebagai acuan untuk
menumbuhkembangkan jasa konstruksi di Indonesia.

3.1.8

Output kinerja kelembagaan


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output kinerja
kelembagaan adalah Pelatihan Asesor Badan Usaha. Pagu kegiatan ini sebesar Rp
1.502.880.000,- dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp. 1.469.162.700,Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan pelatihan terhadap calon asesor . Sehingga dengan
terciptanya asesor kemampuan badan usaha yang memiliki kompetensi, maka diharapkan dalam penentuan
klasifikasi dan kualifikasi badan usaha dapat lebih akuntabel.

Keluaran dari kegiatan ini adalah jumlah Asesor badan usaha jasa konstruksi yang kredibel dan
kompeten. Adapun pada tahun 2012 ini telah dilakukan kegiatan asesor badan usaha sebanyak 1
angkatan yang menghasilkan 28 Asesor dan telah dilakukan RCC Asesor 4 Angkatan yang
menghasilkan 123 lulus.
3.1.9

Output Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pembinaan usaha dan kelembagaan


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output Pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan pembinaan usaha dan kelembagaan adalah Tatalaksana Pembinaan
Usaha dan Kelembagaan. Pagu kegiatan ini sebesar Rp 700.518.000,- dan

Realisasi

penyerapannya sebesar Rp. 683.762.500,Kegiatan ini dilakukan dalam rangka fungsi manajemen pembinaan jasa konstruksi terutama dari
aspek perencanaan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan evaluasi, guna memberikan
dukungan yang optimal terhadap mekanisme kerja usaha dan kelembagaan jasa konstruksi.
Kegiatan yang dilakukan berupa evaluasi dan rencana kerja pusat pembinaan usaha dan
kelembagaan, Penyusunan SMM Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan, Kegiatan terkait

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

53

Peningkatan kapabilitas dan kompetni SDM, Kegiatan penyusunan stndar Kompetensi dan jabatan
serta kegiatan dalam rangka menunjang Reformasi birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum.
3.1.10

Output NSPK pembinaan dan pengembangan usaha dan kelembagaan


Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk mendukung Output NSPK pembinaan
dan pengembangan usaha dan kelembagaan adalah Penyusunan Peraturan Peraturan Terkait
jasa konstruksi. Pagu kegiatan Penyusunan Peraturan Peraturan Terkait jasa konstruksi.
sebesar Rp 279.920.000 dan Realisasi penyerapannya sebesar Rp. 263.945.000,Keluaran dari kegiatan ini adalah Tersusunnya peraturan-peraturan terkait jasa konstruksi dan/atau
peraturan-peraturan lain sesuai perkembangan

dan kebutuhan. Pada tahun 2012 ini telah

diterbitkan NSPK ;
1.

Permen PU No.08/PRT/M/2012 tentang Petunjuk Teknis Pembentukan Unit Sertifikasi Dan


Pemberian Lisensi

2. Surat Edaran Menteri PU No. 10/SE/M/2012 tentang Pemberlakuan Sertifikat Badan Usaha
(SBU), Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Keterampilan (SKT) Pada Pelaksanaan
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi serta Kualifikasi Penyedia Jasa
Konstruksi untuk Tahun Anggaran 2013
3. Keputusan Menteri PU No. 383/KPTS/M/2012 tentang Pembentukan Tim Penyusun
Pengaturan / Kebijakan Struktur Industri Konstruksi Nasional
Capaian Kinerja Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan tahun anggaran 2012 jika dibandingkan dengan
Kinerja tahun sebelumnya (2011) adalah sebagai berikut ;
a. Secara umum dari sub-output / paket kegiatan yang dilakukan tidak banyak perbedaan, seluruh kegiatan
sesuai dengan TUPOKSI Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
b. Terkait dengan sasaran (outcome) Pusat Pembinaan Usaha Kelembagaan,
I. Kabupaten/kota yang memiliki Perda IUJK dari 30% menjadi 40%, sampai dengan akhir tahun
2012, Kabupaten kota yang memiliki Perda IUJK sesuai dengan Permen PU No.04/PRT/M/2011
tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional sebanyak 4
kab/kota.
II. Produk regulasi di bidang usaha jasa konstruksi pada tahun 2010 sebanyak 3 NSPK, pada tahun
2011 sebanyak 10 NSPK, dan pada tahun 2012 sebanyak 3 NSPK ;
a) Permen PU No.08/PRT/M/2012 tentang Petunjuk Teknis Pembentukan Unit Sertifikasi Dan
Pemberian Lisensi

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

54

b) Surat Edaran Menteri PU No. 10/SE/M/2012 tentang Pemberlakuan Sertifikat Badan Usaha
(SBU), Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Keterampilan (SKT) Pada Pelaksanaan
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi serta Kualifikasi Penyedia Jasa
Konstruksi untuk Tahun Anggaran 2013
c) Keputusan Menteri PU No. 383/KPTS/M/2012 tentang Pembentukan Tim Penyusun
Pengaturan / Kebijakan Struktur Industri Konstruksi Nasional
III. Terbentuknya kepengurusan LPJK sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku (UU 18
tahun 1999, PP 92 tahun 2010 dan Permen 24 tahun 2010) sebanyak 33 provinsi dan 1 nasional.
Sampai dengan akhir tahun 2012 telah terbentuk kepengurusan LPJK Nasional dan 33 LPJK
Tingkat Provinsi.
IV. Jumlah penanggung jawab teknik badan usaha jasa konstruksi tahun 2011 yang diberdayakan
sebanyak kurang lebih 1100 PJT sedangkan pada tahun 2012 telah diberdayakan penanggung
jawab teknik badan usaha jasa konstruksi sebanyak kuranag lebih 900 PJT. Penurunan Jumlah
PJT ini dikarenakan berkurangnya anggaran untuk kegiatan Pemberdayaan Penanggung Jawab
Teknik, namun dialihkan untuk kegiatan Training of Trainer (ToT) yang bertujuan untuk mencetak
para Trainer Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha. Pada Tahun 2010 telah diberdayakan
sebanyak 30 Trainer, pada tahun 2011 telah diberdayakan sebanyak 80 Trainer, dan pada tahun
2012 ini telah diberdayakan sebanyak 40 Trainer
Pencapaian Sasaran (outcome)
Tabel 3.1 Pencapaian Sasaran sampai dengan TA 2012 yang Terkait Langsung dengan TUPOKSI
Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
No

Sasaran

% Pencapaian

Analisa

100 %

Pada tahun anggaran 2012 ini telah terbit 3


NSPK, diantaranya yaitu ;
4. Permen PU No.08/PRT/M/2012 tentang
Petunjuk Teknis Pembentukan Unit
Sertifikasi Dan Pemberian Lisensi
5. Surat Edaran Menteri PU No.
10/SE/M/2012 tentang Pemberlakuan

Meningkatnya Kapasitas dan Kinerja Pembina


Jasa Konstruksi Pusat dan Daerah dan dicapai

melalui sasaran antara: Meningkatnya


pencapaian kondisi struktur usaha konstruksi
yang kokoh, andal, dan berdaya saing tinggi,
dengan Indikator kinerja outcome

1.

Produk regulasi di bidang usaha jasa


konstruksi sebanyak 5 NSPK. (dalam
prosesreviuw renstra menjadi 16
NSPK)
(Untuk tahun anggaran 2012
ditargetkan 1 NSPK)

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

55

Sertifikat Badan Usaha (SBU), Sertifikat


Keahlian
(SKA)
dan
Sertifikat
Keterampilan (SKT) Pada Pelaksanaan
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan
Jasa Konsultansi serta Kualifikasi
Penyedia Jasa Konstruksi untuk Tahun
Anggaran 2013
6. Keputusan
Menteri
PU
No.
383/KPTS/M/2012
tentang
Pembentukan
Tim
Penyusun
Pengaturan / Kebijakan Struktur Industri
Konstruksi Nasional

2.

Meningkatnya kabupaten/kota yang


memiliki Perda IUJK dari 30% menjadi
40%

N/A

Untuk mencapai sasaran ini Pusat Pembinaan


Usaha dan Kelembagaan telah melakukan
berbagai kegiatan yang diharapkan dapat
berkontribusi untuk mencapai target sasaran.
Kegiatan tersebut antara lain penyelenggaraan
Fasilitasi FJKN/FJKD, Bintek Percepatan
Penerbitan Perda IUJK, SIPJAKI, dan Fasilitasi
Pengaturan Pengawasan Jasa Konstruksi.
Sampai dengan akhir tahun 2012, Kabupaten
kota yang memiliki Perda IUJK sesuai dengan
Permen PU No.04/PRT/M/2011 tentang
Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha
Jasa Konstruksi Nasional sebanyak 4 kab/kota.
Dalam kurun waktu 2004-2010, Pusat
Pembinaan Usaha dan Kelembagaan telah
memberdayakan kurang lebih 5725 orang PJT.

3.

Meningkatnya jumlah penanggung


jawab teknik badan usaha jasa
konstruksi dari 5000 menjadi 8000
PJT.

100 %

(untuk tahun 2010 ditargetkan 600


PJT Badan Usaha)

4.

Terbentuknya kepengurusan LPJK


sesuai dengan Peraturan
Perundangan yang berlaku sebanyak
33 provinsi dan 1 nasional.

100 %

Terberdayakannya Penanggung Jawab Teknik


(PJT) badan usaha tidak secara langsung
berkorelasi dengan peningkatan kinerja
penyedia jasa. Namun melalui kegiatan
pemberdayaan PJT, diharapkan PJT dapat
meningkatkan kinerja badan usahanya.
Pada tahun anggaran 2012 ini telah
terberdayakan
sebanyak
900
orang
Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha dan
40 Trainer PJT
Sampai dengan akhir tahun 2012 telah
terbentuk kepengurusan LPJK Nasional dan 33
LPJK Tingkat Provinsi

Kinerja Kegiatan (output)

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

56

Secara keseluruhan kinerja kegiatan Pusat Pembinaan usaha dan Kelembagaan pada TA 2012 dapat dilihat pada
tabel 3.2 dan 3.3
Tabel 3.2 Pencapaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
TA 2012, Pada Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
Output

Pembinaan Manajemen
Usaha

Target
Kinerja (Fisik)

Pencapaian
Kinerja (Fisik)

% Pencapaian
Kinerja (Fisik)

14 Laporan

14 Laporan

100%

6 Laporan

6 Laporan

100%

5 Laporan

5 Laporan

100%

11 Laporan

11 Laporan

100%

Surveilen Unit Sertifikasi

1 Laporan

Penghematan
APBN

NA

Surveilen Lembaga dan Asosiasi


Daerah

33 Laporan

33 Laporan

100%

Forum Jasa Konstruksi Nasional

2 Laporan

2 Laporan

100%

Pelatihan Asesor Badan Usaha

7 Laporan

7 Laporan

100%

Tatalaksana Pembinaan Usaha dan


Kelembagaan

3 Laporan

3 Laporan

100%

Penyusunan Peraturan Peraturan


Terkait jasa konstruksi

1 NSPK

1 NSPK

100%

Kegiatan (Sub-Output)
Pemberdayaan dan TOT PJT Badan
Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi
Kecil
Pemberdayaan PJT Badan Usaha
Jasa Konstruksi Kualifikasi Non Kecil
Kinerja Proyek Konstruksi

Pembinaan sarana
pendukung usaha,
Pembinaan regulasi usaha
dan kelembagaan,

Pembinaan perizinan
usaha,

Forum Pendukungan Usaha Jasa


Konstruksi
Bimbingan Teknis Percepatan
Penerbitan Perda IUJK
Pengaturan dan Pengawasan Jasa
Konstruksi
Monitoring dan Evaluasi Tertib
Perizinan Usaha Jasa Konstruksi
Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan
BUJKA
SIPJAKI

Pembinaan lembaga dan


asosiasi jasa konstruksi
Pusat.
Pembinaan lembaga dan
asosiasi jasa konstruksi
daerah.
Pembinaan tatalaksana
kelembagaan;
Pembinaan kinerja
kelembagaan;
Pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan pembinaan usaha
dan kelembagaan
NSPK pembinaan dan
pengembangan usaha dan
kelembagaan

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

57

Produk kajian, pembinaan


usaha dan kelembagaan

Kajian Struktur dan Perilaku Resiko


Proyek Konstruksi di Indonesia
Studi Struktur Biaya Proyek
Konstruksi di Indonesia
Studi Produktivitas Kontraktor
Nasional dalam Pelaksanaan Proyek
Konstruksi di Indonesia

3 Rekomendasi

3 Rekomendasi

100%

Tabel 3.3 Pencapaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
TA 2012, Pada Satker Kesekretariatan LPJK

Output

Pembinaan lembaga dan


asosiasi jasa konstruksi
Pusat.

Kegiatan (Sub-Output)
Peningkatan Kompetensi Tenaga IT
LPJKN/LPJKD
TOT Admin SIKI.Net BU & TK
LPJKN/LPJKD
Penyempurnaan dan Pengembangan
Sistem dan Update IT LPJKN/LPJKD
Penyusunan Instrumen Monitoring
dan Evaluasi Lembaga
Peningkatan Pemberdayaan SDM
Sekretariat Bapel Nasional/Daerah
Fasilitasi Kegiatan MRA, AFAS dan
Asia Construct

Target
Kinerja (Fisik)

Pencapaian
Kinerja (Fisik)

% Pencapaian
Kinerja (Fisik)

1 Laporan

1 Laporan

98,25%

33 Laporan

33 Laporan

100%

5 rekomendasi

5 rekomendasi

100%

Sosialisasi Pembentukan US
Workshop Norma-norma LPJKN
Fasilitasi Pembentukan US

Pembinaan lembaga dan


asosiasi jasa konstruksi
daerah.

Produk kajian, pembinaan


usaha dan kelembagaan

Rapat Koordinasi LPJK Nasional dan


Daerah
Fasilitasi Manajemen Operasional
Badan Pelaksana Nasional
Fasilitasi Manajemen Operasional
Badan Pelaksana Daerah
Pemetaan Pendayagunaan Tenaga
Kerja Bersertifikat oleh Badan Usaha
Jasa Konstruksi

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

58

Pengukuran Indikator Kepuasan


Pelanggan Terhadap Manajemen
Proyek Konstruksi
Pemetaan Lingkup dan Kinerja
Inovasi Dalam Industri Konstruksi
Nasional
Penilaian Kontribusi Industri
Konstruksi dalam Penanggulangan
Bencana
Pengukuran Kinerja Badan Usaha
Jasa Konstruksi dalam Menerapkan
Keselamatan Konstruksi

Evaluasi kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja kegiatan dengan realisasi kinerja
kegiatan. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam
rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/ kegiatan di
masa yang akan datang. Perhitungan evaluasi kinerja Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan untuk TA
2012 dapat dilihat pada formulir PKK.
Pencapaian kinerja secara Fisik seluruh kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan pada TA 2012
adalah sebesar 98 %, Pengukuran pencapaian kinerja secara fisik dilakukan dengan mengukur kinerja
output fisik pelaksanaan pekerjaan, seperti jumlah penyelenggaraan, jumlah provinsi yang menjadi objek
kegiatan, dan bentuk-bentuk pencapaian fisik lainnya. Pencapaian kinerja Pusat Pembinaan Usaha dan
Kelembagaan antara lain dapat dicapai dengan perencanaan yang komprehensif pada awal tahun anggaran
dengan mempertimbangkan kemampuan SDM internal Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan.
Secara umum target output (kegiatan) dan outcome (sasaran) Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
terealisasi seluruhnya, hanya ada beberapa klarifikasi terkait beberapa output dimana pada output tersebut
digunakan oleh 2 satker pada pusat pembinaan usaha dan kelembagaan, yaitu satker Pusat Pembinaan
Usaha dan Kelembagaan dan Satker Kesekretariatan LPJK. Selain itu juga ada kegiatan yang terlihat
overlapping, namun pada dasarnya kegiatan tersebut saling melengkapi demi sasaran yang telah diperjanjikan
sebelumnya. Berikut ini penjelasannya;

1) Adanya pemotongan Anggaran dalam rangka penghematan


a. Pada Satker Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan Kegiatan Surveilen Unit Sertifikasi tidak
dilaksankan, hal ini juga dengan pertimbangan bahwasanya sampai dengan akhir tahun 2012 Unit

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

59

Sertifikasi baik untuk nasional dan untuk tingkat provinsi belum terbentuk. Selain itu juga dilakukan
penghematan dengan tujuan capaian kegiatan yang lebih optimal.
b. Pada Satker Kesekretariatan LPJK terdapat beberapa penghematan anggaran demi pelaksaan
capaian kegiatan yang lebih optimal.
2) Pada Tahun Anggaran 2012 Kagiatan Asesor Badan Usaha dilakukan oleh satker PPUK dan Satker
Kesekretariatan LPJK, untuk satker PPUK yang difasilitasi adalah untuk kegiatan RCC Asesor Badan
Usaha, sedangkan untuk kegiatan Asesor Badan Usaha dilakukan oleh Satker Kesekretariatan LPJK.
3) Kegiatan Pemberdayaan PJT Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil dilakukan oleh Satker
Pembinaan Usaha dan Kelembagaan sebagai kewajiban dalam rangka pemenuhan TUPOKSI pada bidang
pengembangan usaha, sedangkan Kegiatan tersebut juga dilakukan oleh kesekretariatan LPJK dalam
rangka dukungan fasilitasi pelatihan di daerah. Pada saat pelaksanaan dilakukan koordinasi sehingga tidak
terjadi tumpang tindih antar kegiatan yang dilakukan oleh kedua satker tersebut.

4) Pada output Jumlah NSPK pembinaan dan pengembangan usaha dan Kelembagaan, targetnya adalah 1
NSPK, dan sampai dengan akhir tahun 2012 terealisasi 3 NSPK bidang jasa konstruksi, yaitu;
a. Permen PU No.08/PRT/M/2012 tentang Petunjuk Teknis Pembentukan Unit Sertifikasi Dan Pemberian
Lisensi
b. Surat Edaran Menteri PU No. 10/SE/M/2012 tentang Pemberlakuan Sertifikat Badan Usaha (SBU),
Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Keterampilan (SKT) Pada Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Konsultansi serta Kualifikasi Penyedia Jasa Konstruksi untuk Tahun Anggaran
2013
c. Keputusan Menteri PU No. 383/KPTS/M/2012 tentang Pembentukan Tim Penyusun Pengaturan /
Kebijakan Struktur Industri Konstruksi Nasional

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

60

Tabel 3.4 Pencapaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
s.d 2012, terhadap target 5 tahun (s.d 2014)
OUTPUT/ SUBOUTPUT

PENCAPAIAN

NO.

Pencapaian
S.D. 2012

Target
2013

Target
2014

Pencapaian
S.D. 2014

TARGET
RENSTRA
s/d 2014

Uraian

2010

2011

2012

10

11

Jumlah Pembinaan manajemen


usaha,

14

26

16

10

52

33

Jumlah Pembinaan sarana


pendukung usaha,

15

12

33

33

Jumlah Pembinaan regulasi usaha


dan kelembagaan,

14

21

33

25

Jumlah Pembinaan perizinan


usaha,

11

15

20

10

45

33

Jumlah Pembinaan lembaga dan


asosiasi jasa konstruksi Pusat.

Jumlah Pembinaan lembaga dan


asosiasi jasa konstruksi daerah.

33

33

68

33

33

134

134

Jumlah Pembinaan tatalaksana


kelembagaan;

11

17

33

33

Jumlah Pembinaan kinerja


kelembagaan;

16

13

33

33

Jumlah Pemantauan, evaluasi, dan


pelaporan pembinaan usaha dan
kelembagaan

16

10

10

Jumlah NSPK pembinaan dan


pengembangan usaha dan
kelembagaan

10

13

16

16

11

Jumlah Produk kajian, pembinaan


usaha dan kelembagaan

19

33

30

12

Jumlah Layanan Perkantoran

12

12

12

36

12

12

60

60

Capaian Kinerja Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan Sampai dengan TA 2012 sebagaimana terlihat pada
tabel 3.4 secara umum masih sesuai dengan kinerja output yang direncanakan dalam renstra Pusat Pembinaan
Usaha dan Kelembagaan. Pencapaian sampai dengan 2014 jika sesuai dengan perencanaan maka diharapkan
tidak ada output yang kurang atau lebih rendah dari target output yang tertuang dalam renstra Pusat Pembinaan

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

61

Usaha dan Kelembagaan, bahkan pada beberpa output terdapat capaian yang melebihi target, hal ini dikarenakan
upaya optimalisasi kegiatan sehingga dapat meningkatkan capaian kinerja output yang telah direncanakan.

3.2 EVALUASI DAN ANALISIS ANGGARAN


Tabel 3.4 Pencapaian Kinerja Keuangan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan TA 2012, Pada Satker
Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
Pagu

Penyerapan

% Pencapaian
Kinerja
(Keuangan)

1.960.110.000

1.880.516.000

95.04%

1.369.181.000

1.287.121.350

92.19%

747.125.000

704.231.600

94.26%

1.720.018.000

1.591.895.000

92.55%

1.835.077.000

1.760.179.300

95.92%

1.394.389.000

1.250.526.998

89.68%

184.575.000

178.026.200

96.48%

601.907.000

289.417.000

48.08%

SIPJAKI

1.480.166.000

1.424.824.000

96.26%

Surveilen Unit Sertifikasi

Penghematan
APBN

NA

NA

Surveilen Lembaga dan Asosiasi


Daerah

854.186.000

826.917.700

96.81%

Forum Jasa Konstruksi Nasional

592.050.000

575.636.000

97.06%

Pelatihan Asesor Badan Usaha

1.502.880.000

1.469.162.700

97.76%

Tatalaksana Pembinaan Usaha dan


Kelembagaan

700.518.000

683.762.500

97.61%

Penyusunan Peraturan Peraturan


Terkait jasa konstruksi

279.920.000

263.945.000

94.29%

Output

Kegiatan (Sub-Output)

Pembinaan Manajemen
Usaha

Pemberdayaan dan TOT PJT Badan


Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi
Kecil
Pemberdayaan PJT Badan Usaha
Jasa Konstruksi Kualifikasi Non Kecil
Kinerja Proyek Konstruksi

Pembinaan sarana
pendukung usaha,
Pembinaan regulasi usaha
dan kelembagaan,

Pembinaan perizinan
usaha,

Pembinaan lembaga dan


asosiasi jasa konstruksi
Pusat.
Pembinaan lembaga dan
asosiasi jasa konstruksi
daerah.
Pembinaan tatalaksana
kelembagaan;
Pembinaan kinerja
kelembagaan;
Pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan pembinaan usaha
dan kelembagaan
NSPK pembinaan dan
pengembangan usaha dan

Forum Pendukungan Usaha Jasa


Konstruksi
Bimbingan Teknis Percepatan
Penerbitan Perda IUJK
Pengaturan dan Pengawasan Jasa
Konstruksi
Monitoring dan Evaluasi Tertib
Perizinan Usaha Jasa Konstruksi
Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan
BUJKA

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

62

kelembagaan
Produk kajian, pembinaan
usaha dan kelembagaan

Kajian Struktur dan Perilaku Resiko


Proyek Konstruksi di Indonesia
Studi Struktur Biaya Proyek
Konstruksi di Indonesia
Studi Produktivitas Kontraktor
Nasional dalam Pelaksanaan Proyek
Konstruksi di Indonesia

1.792.097.000

1.792.097.000

100 %

Tabel 3.5 Pencapaian Kinerja Keuangan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan TA 2012, Pada Satker
Kesekretariatan LPJK
Output

Pembinaan lembaga dan


asosiasi jasa konstruksi
Pusat.

Pembinaan lembaga dan


asosiasi jasa konstruksi
daerah.

Produk kajian, pembinaan


usaha dan kelembagaan

Pagu

Penyerapan

% Pencapaian
Kinerja
(Keuangan)

394.825.000

390.324.000

98.86%

353.850.000

339.475.000

95.94%

492.999.000

476.745.000

96.70%

149.055.000

145.255.000

97.45%

665.712.500

664.412.500

99.80%

228.135.000

228.135.000

100%

Sosialisasi Pembentukan US

443.277.500

412.512.500

93.05%

Workshop Norma-norma LPJKN

1.367.527.000

1.273.182.000

93.10%

Fasilitasi Pembentukan US

542.510.000

446.316.000

82.27%

1.652.116.000

1.643.704.600

99.49%

6.359.406.000

4.844.419.800

76.17%

4.956.942.000

4.912.607.310

99.11%

555.952.000

508.592.100

91.48%

Kegiatan (Sub-Output)
Peningkatan Kompetensi Tenaga IT
LPJKN/LPJKD
TOT Admin SIKI.Net BU & TK
LPJKN/LPJKD
Penyempurnaan dan Pengembangan
Sistem dan Update IT LPJKN/LPJKD
Penyusunan Instrumen Monitoring
dan Evaluasi Lembaga
Peningkatan Pemberdayaan SDM
Sekretariat Bapel Nasional/Daerah
Fasilitasi Kegiatan MRA, AFAS dan
Asia Construct

Rapat Koordinasi LPJK Nasional dan


Daerah
Fasilitasi Manajemen Operasional
Badan Pelaksana Nasional
Fasilitasi Manajemen Operasional
Badan Pelaksana Daerah
Pemetaan Pendayagunaan Tenaga
Kerja Bersertifikat oleh Badan Usaha
Jasa Konstruksi

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

63

Pengukuran Indikator Kepuasan


Pelanggan Terhadap Manajemen
Proyek Konstruksi
Pemetaan Lingkup dan Kinerja
Inovasi Dalam Industri Konstruksi
Nasional
Penilaian Kontribusi Industri
Konstruksi dalam Penanggulangan
Bencana
Pengukuran Kinerja Badan Usaha
Jasa Konstruksi dalam Menerapkan
Keselamatan Konstruksi

455.892.000

420.184.000

92.17%

459.492.000

441.726.000

96.13%

485.532.000

443.593.200

91.36%

459.391.000

416.122.200

90.58%

Pencapaian kinerja secara keuangan seluruh kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan pada TA 2012
adalah sebesar 87,33 %.
Pengukuran pencapaian kinerja secara keuangang dilakukan dengan mengukur kinerja penyerapan anggaran pada
suatu kegiatan dimana hal ini juga terkait langsung dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan di lapangan, seperti
jumlah peserta yang hadir, biaya paket meeting, harga tiket pesawat, dan bentuk-bentuk penyerapan dari segi
keuangan lainnya. Adapun alokasi dana yang tidak terserap bukan mengindikasikan target sasaran yang tidak
tercapai, namun dikarenakan beberapa hal sebagai berikut;
-

Penghematan belanja bahan (Optimalisasi penggunaan IKMN)

Penghematan belanja perjalanan dinas (harga tiket dibawah pagu)

Penghematan belanja barang non operasional (penyelenggaraan kegiatan diadakan di tempat dengan
pagu yang lebih rendah)

Penghematan belanja konsultansi

Penghematan secara umum (sisa dana yang diblokir dan revisi anggaran untuk pemanfaatan)

ASPEK KEUANGAN
Anggaran yang teralokasi untuk Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan pada Tahun Anggaran 2012 berasal
dari satu kegiatan DIPA3, Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan dengan alokasi dana setelah penghematan
APBN-P sebesar Rp. 43.024.358.000,- (Empat Puluh Tiga Milyar Dua Puluh Empat Juta Tiga Ratus Lima Puluh
Delapan Ribu Rupiah). Anggaran yang terserap adalah sebesar Rp 37.576.784.357,- (Tiga Puluh Tujuh Milyar Lima
Ratus Tujuh Puluh Enam Juta Tujuh Ratus Delapan Puluh Empat Ribu Tiga Ratus Lima Puluh Tujuh Rupiah) atau
terserap sebesar 87,33%.
3

Nomenklatur DIPA untuk kegiatan adalah kumpulan dari beberapa Mata Anggaran Kegiatan (MAK), di mana
masing-masing MAK ini dijabarkan kembali dalam beberapa paket kegiatan. Hal ini agak berbeda dengan
nomenklatur LAKIP yang memberikan pengertian kegiatan sebagai penjabaran dari program. Secara sederhana,
istilah kegiatan dalam LAKIP sepadan dengan paket kegiatan dalam DIPA.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

64

Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai sasaran Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan pada Tahun Anggaran
2012 ini terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan anggaran ataupun pencapaian secara fisik tidak maksimal,
namun dengan upaya tindak turun tangan serta koordinasi baik dari level pemututs kebijakan hingga ke level
pelaksana, kendala tersebut dapat diatasi sehingga hasil yang dicapai pada akhir tahun anggaran dapat mencapai
optimal serta dapat dipertanggungjawabkan
Adapun dalam pelaksanaan kegiatan Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan TA 2012 terdapat beberapa
kendala, diantaraya ;

Integrasi dan koordinasi antar para pelaku jasa konstruksi masih lemah salah satunya dikarenakan
kurangnya informasi terkait dukungan dari supplier material, Peralatan, dukungan perbankan dan
Penjaminan

Mempertemukan antar pihak2 yang berkepentingan untuk mempersatukan visi dan tujuan tidak mudah

Rekrutmen peserta pemberdayaan maupun sosialisasi yang kurang tepat

Waktu pelaksanaan pemberdayaan maupun sosialisasi yang kurang tepat

Kesiapan dukungan dari daerah

Terkait kegiatan yang bersifat Survey dan pengumpulan data butuh effort yang cukup tinggi

Menyikapi kendala-kendala yang dihadapi kedepannya Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan akan terus
berupaya meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait jasa konstruksi, karena pada dasarnya upaya pembinaan
jasa konstruksi harus dilakukan oleh dan untuk semua sektor. Adapun upaya yang akan dilakukan kedepan dengan
meningkatkan koordinasi dan dukungan baik itu koordinasi dengan Pusat-Pusat di BP Konstruksi, dukungan dari
pemerintah daerah , Dukungan dari LPJK Nasional maupun LPJK Provinsi, serta dukungan dari Balai Pusbin KPK
yang ada di daerah

3.3 HAL-HAL YANG MEMERLUKAN PERHATIAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA


3.3.1

Pembinaan Usaha dan Peran Masyarakat


1. Pembinaan oleh Pemerintah baik Pusat dan Daerah harus dapat mengoptimalkan 5 fungsi
Lembaga sebagaimana diamanatkan dalam UUJK.
2. Pembinaan dalam segi fasilitasi tugas-tugas Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK),
khususnya pada pelaksanaan tugas-tugas lembaga sesuai dengan Peraturan Perundang yang
berlaku, yaitu tugas-tugas berupa;
-

Mendorong Penelitian dan Pengembangan Jasa Konstruksi

Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Jasa Konstruksi

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

65

Registrasi tenaga kerja konstruksi, meliputi klasifikasi, kualifikasi dan sertifikasi


keterampilan dan keahlian kerja

Registrasi Badan Usaha Jasa Konstruksi

Mendorong dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi, dan penilai ahli di bidang Jasa
Konstruksi

3. Kepengurusan Lembaga sebaiknya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan


kinerja Lembaga dari aspek kompetensi SDM, struktur organisasi Lembaga, sumber dan kebijakan
pembiayaan operasional, serta pengawasan yang lebih baik dari Pemerintah, karena secara tidak
langsung akan mempengaruhi kinerja Pemerintah sebagai pembina jasa konstruksi sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 35 Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999.
4. Mewujudkan kemitraan yang sinergis antara penyedia jasa yang berskala besar, menengah dan
kecil, maupun yang berkualifikasi umum, spesialis, dan terampil, serta perlu diwujudkan ketertiban
penyelenggaraan jasa konstruksi untuk menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa
dengan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban.
5. Perlunya peningkatan kapasitas para pejabat maupun staf pendukung di Pusat Pembinaan Usaha
dan Kelembagaan. Secara bertahap dan berkesinambungan melalui paket kegiatan swakelola
kiranya dapat dijadikan training ground dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri no. 08/PRT/M/2010.
6. Sebagai bagian dari fungsi pembinaan secara terintegrasi dan terkoordinasi, Pusat Pembinaan
Usaha dan Kelembagaan telah membangun infrastruktur SDM pembina Jasa konstruksi dengan
terbentuknya Tim Pembina Jasa Konstruksi ditingkat provinsi dan kabupaten/kota, bekerjasama
dengan Departemen Dalam Negeri melalui Surat Menteri Dalam Negeri No. 601 tanggal 13 Maret
2006. Meskipun demikian dalam pelaksanaan pembinaan dan koordinasi tersebut masih belum
secara keseluruhan provinsi maupun kabupaten/kota berjalan dengan baik sebagaimana
diharapkan. Oleh karenanya sebagai salah satu langkah untuk dapat mengintegrasikan tugas
pembinaan sebagaimana diamanatkan dalam PP. No. 30 Tahun 2000 Pusat Pembinaan Usaha
dan Kelembagaan mambangun dan mengembangkan Sistim Informasi Jasa Konstruksi atau
disingkat SIPJAKI sebagai media yang diharapkan dapat lebih cepat untuk optimalisasi tugas
pembinaan dimaksud.
7. Sebagai upaya kesinambungan dari penetapan pengurus LPJK Nasional dan LPJK tingkat
Provinsi yang sesuai dengan aturan pemerintah yang berlaku, sebagai tindak lanjut agar usaha
jasa konstruksi dapat tetap berjalan sebagaimana mestinya, untuk itu perlu dilakukan pembinaan
terhadap LPJK mengenai tugas, hak dan kewajibannya sebagai lembaga pengembangan jasa
konstruksi. Selain itu juga perlu segera dilaksanakan pembentukan unit sertifikasi yang

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

66

kedepannya, unit sertifikasi ini merupakan suatu atribut penting dalam pelaksanaan usaha jasa
konstruksi di Indonesia.
8. Pembinaan yang bersifat kontinuitas dan berkesinambungan terhadap badan usaha jasa
konstruksi serta asosiasi, baik itu asosiasi badan usaha maupun profesi, dimana kedepannya
badan usaha maupun profesi jasa konstruksi dapat menerapkan CPD (Continuous Profesional
Development) untuk profesi dan CBD (Continuous Business Development) untuk badan uasaha
dalam rangka meningkatkan kapabilitas serta kemampuannya baik itu dari segi skill maupun
manajemennya.
3.3.2

Kelembagaan Pembina Jasa Konstruksi


1. Mendorong percepatan pembentukan unit pembina tingkat provinsi dan daerah kabupaten/kota
bagi yang belum melaksanakan perintah Menteri Dalam Negeri tersebut di atas. Pemerintah
provinsi perlu didorong untuk mensosialisasikan tugas-tugas pembinaan kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota.
2. Dalam hal pemberdayaan pembina, disamping masalah-masalah kebijakan nasional, produkproduk hukum jasa konstruksi, sosialisasi tugas-tugas pembinaan lebih berfokus kepada masalah
pelaksanaan teknis di lapangan, sehingga tugas-tugas pembinaan dapat lebih dipahami dan
mudah dilaksanakan di daerah-daerah.
3. Belum efektifnya Tim Pembinaan Jasa Konstruksi di provinsi maupun di kabupeten/kota dari aspek
koordinasi antar instansi didalamnya dalam rangka pembahasan penyelesaian permasalahpermasalahan terkait jasa konstruksi didaerah.
4. Unit Pembina Jasa Konstruksi, meskipun sudah terbentuk di provinsi atau di kabupaten/kota
namun masih belum efektif dalam melaksanakan pembinaan jasa konstruksi didaerahnya
dikarenakan masih minimnya anggaran yang dialokasikan pemerintah daerah untuk pembinaan
jasa konstruksi
5. Izin Usaha Jasa Konstruksi sebagai instrumen pembinaan jasa konstruksi harus sesuai dengan
Permen PU No.04/PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa
Konstruksi Nasional.

3.3.3

Liberalisasi Perdagangan Jasa di sektor Konstruksi


1. Dengan dikeluarkannya Permen PU No.05/PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan
Pemberian Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing pengganti Permen 28/2006 harus
ditindaklanjuti dengan pengawasan yang optimal. Kehadiran BUJK asing harus dimanfaatkan
untuk memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi penyedia jasa nasioanal melalui
transfer of knowledge, capital and human resource sharing, dan kesempatan perluasan kerja.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

67

Agar hal ini dapat berjalan, maka fokus utama Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
kedepan untuk masalah ini adalah melakukan pengawasan yang sistematis dan intensif terhadap
pelaksanaan joint operation antara BUJK asing dengan penyedia jasa lokal. Bentuk pengawasan
antara lain dapat dilakukan dengan persyaratan administrasi yang mewajibkan persyaratan
melampirkan MoU joint operation pada setiap lelang baik pemerintah maupun swasta,
pengawasan langsung ke lapangan, dan memberdayakan masyarakat dalam hal pengawasan.
2. Perkuatan institusi baik di jajaran Pemerintah maupun Swasta melalui Lembaga (LPJK) dan para
Asosiasi Perusahaan serta Asosiasi Profesi perlu berbenah diri untuk menggalang konsep
pembinaan anggotanya dengan meluncurkan berbagai perangkat dalam bentuk rencana strastegi
secara nasional, keijakan, program dan kegiatan sebagai indikator kinerja institusi dimaksud
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Jasa Konstruksi berikut peraturan
pelaksanaannya.
3.4 PENGHARGAAN PIHAK KE-3 KEPADA UNIT KERJA ESELON II
Dalam rangka fasilitasi kegiatan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional dan Provinsi oleh Satker
Kesekretarian LPJK dan dukungan penuh dari Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan. Pusat Pembinaan
Usaha dan Kelembagaan menerima penghargaan dari pihak ketiga yaitu Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Nasional.
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional, menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dalam hal ini adalah
Satker Kesekretarian LPJK Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan, yang telah banyak memfasilitasi dan
memberikan dukungan kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional dalam melaksanakan
tugas lembaga yang meliputi ;
1. Melakukan dan mendorong penelitian dan pengembangan jasa konstruksi
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan jasa konstruksi
3. Melakukan registrasi tenaga kerja konstruksi, yang meliputi klasifikasi, kualifikasi dan sertifikasi
keterampilan dan keahlian kerja
4. Melakukan registrasi badan usaha jasa konstruksi
5. Mendorong dan meningatkan peran arbitrase, mediasi, dan penilai ahli di bidang jasa konstruksi

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

68

BAB IV
PENUTUP
4.1 TINJAUAN UMUM
Dengan tersusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), yang merupakan perwujudan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan pada Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan, maka hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa:
Realisasi anggaran untuk program kegiatan rutin dan kegiatan pembangunan telah terserap sebesar 87%. Secara
umum pencapaian kinerja dari paket-paket kegiatan sudah dapat tercapai dengan baik, walaupun masih terdapat
beberapa kekurangan yang terjadi.
4.2 SARAN TINDAK LANJUT
Dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan, maka terdapat beberapa hal-hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan
hasil kinerja yang lebih baik pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan
menjadi prioritas adalah sebagai berikut:
1. Penerapan Permen PU No.05/PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Perwakilan
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing juga harus ditindaklanjuti dengan pengawasan terhadap Lembaga
untuk masalah proses sertifikasi badan usaha jasa konstruksi asing.
2. Untuk masalah kemitraan, pengawasan harus difokuskan pada pelaksanaan joint operation.
3. Sosialisasi diselenggarakan/dilaksanakan lebih mendasar dengan bahasa yang mudah dipahami dan
sampai kepada masalah yang bersifat teknis.
4. Sosialisasi harus berkelanjutan sesuai visi dan misi Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan dalam
rangka Pembinaaan, sehingga diharapkan ketentuan-ketentuan dalam UUJK 18/1999, PP 28/2000,
29/2000, 30/2000, 4/2010, 92/2010, 59/2010, dan 92/2010 serta Perpres 70/2012 dapat dipahami secara
merata.
5. Dengan telah diterbitkannya PP 04/2010 dan PP 92/2010, maka diperlukan upaya tindak lanjut untuk
menghadapi implementasi dari Peraturan Pemerintah tersebut.
6. Pembinaan oleh Pemerintah harus dioptimalkan dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, maupun
pengawasan sesuai lingkup pembinaan, sejalan dengan meningkatnya perhatian dan harapan berbagai
pihak terhadap jasa konstruksi.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

69

7. Penyamaan persepsi di lintas sektor dalam pembinaan usaha jasa konstruksi, agar pembinaan jasa
konstruksi tidak dipersepsikan secara sempit sebagai bagian dari tugas Kementerian PU semata dan
belum menjadi tanggung jawab semua pihak sesuai tugas dan kewenangannya.
8. Unit struktural pembina jasa konstruksi daerah dan tim pembina jasa konstruksi baik di tingkat pusat
maupun didaerah harus efektif agar pembinaan sektor konstruksi dapat terkoordinasikan dengan baik.
9. Asosiasi konstruksi masih lebih cenderung mengutamakan kepentingan-kepentingan jangka pendek
kelompok masing-masing, sementara forum jasa konstruksi belum efektif dalam menumbuhkembangkan
usaha jasa konstruksi nasional.
10. Meningkatkan profesionalisme industri konstruksi. Termasuk perlunya memperkuat para pelaku usaha
konstruksi kecil dan menengah.
11. Belum tersedianya database peralatan dan material konstruksi di tiap-tiap provinsi secara lengkap.
12. Bantuan Teknis Penyusunan PERDA IUJK harus dilaksanakan secara intensif dengan cara memberikan
suatu standar PERDA penerbitan IUJK yang dapat langsung diadopsi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
13. Berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dalam hal mendorong agar tersedianya anggaran
pembinaan jasa konstruksi yang memadai bagi Unit Pembina Jasa Konstruksi dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan dan program kerja terkait pembinaan jasa konstruksi.
14. Mendorong setiap daerah untuk secara intensif melaksanakan rapat Tim Pembina Jasa Konstruksi dalam
rangka pembahasan masalah-masalah terkait jasa konstruksi yang bersifat lintas sektoral.
15. Sumber Daya Manusia (SDM) jasa konstruksi masih menghadapi permasalahan pada proses sertifikasi
yang masih kurang obyektif dan mahal, sehingga langsung atau tidak langsung menyebabkan tenaga ahli
dan tenaga terampil bidang konstruksi masih jauh dari cukup.
16. Adanya liberalisasi perdagangan di sektor jasa konstruksi.

LAKIP Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 2012

70

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai