I1B108227
Ema Norsantri
I1B108205
Ifa Hafifah
I1B108214
Fatimatuzzahrah
I1B108216
Melissa Effendie
I1B108217
Nurullah Azmy
I1B108220
Devi M. Siagian
I1B108224
Fitri Shoufia
I1B108226
Winda Anggraini
I1B108231
Husnul Khatimah
I1B108233
Raudhatul Jannah
I1B108234
JUDUL PRAKTIKUM :
pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah sebagai berikut :
A. Tujuan Umum :
1. Memahami pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim
B. Tujuan Khusus :
1. Menjelaskan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
2. Menjelaskan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Pipet tetes
2. Tabung reaksi
3. Jam/stopwatch
4. Pipet Ukur 5 ml dan 10 ml
5. Kalorimeter/Spektrofotometer
6. Inkubator
7. Lampu Bunsen
8. Gelas ukur
B. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Larutan enzim E 1 %
2. Larutan NaCl 0,9%
3. Larutan substrat S 1%
4. Larutan penyangga pH 6,5
KJ 5,0 g
KJO3 0,357 g
NaOH 1 N 2,0 ml
Aqua ad 1 iter
Pelaksanaan
1. Isi erlenmeyer dengan 15 mL larutan buffer pH 6,5 + 3 mL larutan substrat
+ 6 mL larutan NaCl 0,9%. Campur hingga homogen, lalu letakkan pada
suhu 0oC (dalam lemari es), 27oC (pada suhu kamar), 37oC (dalam
inkubator), dan 100oC (dalam air mendidih) selama kira-kira 30 menit.
2. Sediakan tabung reaksi, beri tanda 0, 5, 10, 15, dan 20. Isi masingmasing tabung dengan 10 mL larutan HCl 0,05 N.
3. Pipet 1 mL larutan dari erlenmeyer, masukkan ke dalam tabung reaksi
dengan tanda 0. Lalu masukkan 1 mL larutan enzim ke dalam erlenmeyer
(erlenmeyer tetap pada suhu masing-masing). Setelah itu campur dengan
baik dan mencatat waktunya setelah 5 menit (tepat), kemudian pipet
intensitas
warna
yang
timbul
dengan
kalorimeter/
Warna
Agak hitam
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
Agak hitam
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
Absorbansi
0,622
0,154
0,086
0,080
0,052
0,770
0,093
0,073
0,068
0,063
0,034
0,053
0,066
0,067
0,044
1000 C
0
5
10
15
20
Agak hitam
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
Kekuningan
0,730
0,885
0,861
0,938
1,031
Absorbansi
0,806
0,665
10
15
20
0
5
10
15
20
0,561
0,703
0,445
0,784
0,747
0,871
0,857
0,784
=0%
Grafik 1. Hubungan % substrat dan waktu pada pH 4 (harap diganti)!!!!!
B. Pembahasan
Enzim adalah biokatalisator yang dihasilkan oleh sel-sel jaringan yang
dapat meningkatkan laju reaksi kimia yang berlangsung dalam jaringan. Semua
enzim yang diketahui hingga kini hampir semuanya protein, sehingga sifat-sifat
protein dimiliki oleh enzim seperti termolabil dan dapat rusak oleh adanya logam
berat.[1]
Enzim
merupakan
katalisator
protein
yang
mengatur
kecepatan
mengalami perubahan dalam struktur dasarnya. Selain itu, enzim juga mengatur
kecepatan reaksi dalam jalur metabolik tubuh.[3,4]
Percobaan pada praktikum kali ini menggunakan amilum pada saliva.
Komposisi dari saliva manusia terdiri dari bagian : [5]
1. Komponen inorganik dan sekkresi protein saliva dari kelenjar saliva
2. Bacteri oral dan sel serta sisa makanan.
Amilase saliva berperan sebagai substrat dan diamati perbedaan daya kerja
enzim pada beberapa suhu berbeda serta amilase saliva sebagai enzimnya.
Beberapa suhu yang digunakan adalah 0, 5, 10, 15 dan 20. Larutan buffer
yang digunakan adalah yang mempunyai pH 6,5. Penambahan HCl berfungsi
untuk membuat larutan menjadi bersifat asam sebab reaksi akan bekerja dengan
baik dengan penambahan HCl sehingga diharapkan enzim dapat mencapai kerja
optimum. Adapun fungsi NaCl 0,9 % adalah sebagai aktivator enzim amilase
yang terdapat dalam saliva. Oleh karena amilase merupakan enzim yang berasal
dari manusia, maka agar dapat bekerja sebagaimana kerjanya dalam tubuh maka
kondisi larutan harus dibuat sama atau hampir sama dengan kondisi tubuh
sehingga dengan penambahan NaCl 0,9% sebagai larutan isotonis akan dapat
membuat keadaan yang menyerupai keadaan fisiologis. KI-KIO3 merupakan
indikator perubahan warna yang terjadi karena KI-KIO3 dalam suasana asam yang
diciptakan oleh HCl akan melepaskan iod yang dapat berikatan dengan amilum
membentuk warna ungu. Penghitungan absorbansi menggunakan panjang
gelombang 550-560 nm, dengan alasan yaitu menggunakan panjang gelombang
minimuum untuk mendapatkan absorbansi maksimum.[6]
Amilase saliva adalah enzim yang temasuk kelas hidrolisis dan membantu
pemecahan amilum dalam mulut. Tetapi enzim ini tidak memiliki makna fisiologis
yang berarti karena waktu kontak dengan substrat hanya sebentar. Setelah
makanan masuk ke esophagus dan mencapai lambung enzim ini rusak karena pH
asam lambung yang rendah. Enzim ini kemudian digantikan oleh amilase
pankreas.
Amilum yang berfungsi sebagai substrat dalam hal ini akan dipecah
menjadi maltosa dan dekstrin-dekstrin.
Dari hasil praktikum, pada percobaan yang diperlakukan pada semua suhu
pada tabung yang bertanda 0 yaitu pada waktu 0 menit dan tidak diberikan enzim
semua memberikan warna yang sama yaitu ungu tua. Hal ini disebabkan karena
tidak adanya enzim sehingga iodium dapat masuk dalam uliran spiral amilosa dan
memberikan warna ungu.[7]
Pada tabung yang diperlakukan pada suhu 0, 27, 37, 100 dan bertanda
5, 10, 15, dan 20 memberikan hasil yang sama yaitu menunjukkan warna
kuning karena suhu mendukung kerja enzim dalam menguraikan substrat. Dalam
hal ini amilum telah terurai menjadi maltosa dan dekstrin-dekstrin sehingga
iodium tidak dapat lagi bereaksi dengan amilum dan warna yang ditimbulkannya
adalah kuning.
Pada suhu 0oC, enzim menjadi inaktif namun reversible. enzim dalam
keadaan tidak terdenaturasi dan karena suhu yang rendah aktivitas enzim
berkurang bila dibandingkan aktivitas enzim suhu optimum. Oleh karena enzim
menjadi inaktif sehingga tidak ada substrat yang teridrolisis. Hal ini menyebabkan
iod dari KI-KIO3 dapat berikatan dengan semua substrat dan menyebabkan larutan
berwarna biru. Ini tetap terjadi pada setiap waktu. Pada periode 0 pada setiap
suhu, larutan berwarna biru dikarenakan belum adanya enzim yang menghidrolisis
substrat (amilum), sehingga amilum berikatan dengan iod.
Pada suhu 27 kerja enzim dapat dikatakan normal. Pada keadaan ini
enzim telah berikatan sepenuhnya dengan substrat sehingga iodium tidak
mempunyai tempat lagi untuk bereaksi dengan enzim yaitu amilum dan warna
yang dihasilkan kuning.
Pada suhu 37 kerja enzim adalah efektif, hal ini karena suhu 37 adalah
suhu optimum yang sesuai dengan suhu tubuh manusia sehingga enzim pada suhu
ini akan bekerja secara maksimal.
Pada suhu 100 kerja enzim bersifat inaktif dan irreversibel karena pada
suhu ini enzim telah terdenaturasi. Dalam hal ini pengaruh suhu dapat dijelaskan
dengan menguraikan amilum menjadi maltosa, sehingga hanya sedikit iod yang
diabsorpsi oleh amilum. Ion dari iod yang bebas akan berputar-putar di sekitar
larutan amilum yang telah berikatan dengan enzim dan memberikan warna kuning
terang pada larutan. Semakin banyak ion-iod yang terlarut, warna kuning akan
semakin tua yang masing-masing menunjukkan tahapan hidrolisis amilum oleh
enzim -amilase saliva. Enzim -amilase saliva menghidrolisis amilum dan
menghasilkan satuan maltosa kira-kira 60-70 % dari total amilum sedangkan
sisanya sebagai dekstran.[2,8]
Tahapan hidrolisis amilum oleh enzim -amilse saliva tersebut dapat
dilihat pada bagan berikut ini: [7]
Amilum ( dengan I2 berwarna biru )
x
jumlah substrat bekurang (t27oC > t37oC)
3. Pada suhu 37oC
x
Jumlah substrat berkurang (t37oC < t27oC)
Fungsi dari KI-KIO3 adalah sebagai pendonor Iod yang akan dilepaskan pada
suasana asam dan akan memberikan warna biru jika masuk dalam uliran spiral
amilose. Sedangkan fungsi HCl adalah untuk memberikan suasana asam sehingga
KI-KIO3 akan melepaskan iod.
Hasil praktikum menunjukkan pada pH 4 dan 7 sama-sama terbentuk larutan
berwarna biru pada waktu 0. Hal ini karena pada waktu tersebut tidak
ditambahkan enzim amilase yang berfungsi untuk menghidrolisis amilum menjadi
monomernya sehingga iodin berikatan dengan uliran spiral amilosa dan mengubah
warna larutan menjadi biru. Sedangkan pada waktu 5, 10, 15, dan 20 terbentuk
larutan berwarna kuning. Hal ini karena pada larutan ditambahkan enzim amilase
dari saliva yang berfungsi untuk menghidrolisis amilum menjadi senyawa
monomernya, yaitu glukosa.
amilosa menjadi regang, sehingga iodin terlepas dari uliran spiral amilosa.
Larutan berubah menjadi warna kuning karena terdapat iodin bebas pada larutan.
Terdapat penurunan grafik pada menit ke 10 pada pH 4 maupun pH 8.
Seharusnya grafiknya selalu naik karena semakin bertambahnya waktu, semakin
banyaknya substrat yang dicerna. Ini terjadi karena adanya kesalahan praktikan
dan mungkin terjadinya ketidaksterilan alat yang digunakan.
Pada pH 7, yaitu pH dimana enzim mendekati pH optimumnya maka enzim
bekerja secara optimal sehingga substrat yang dicerna menjadi banyak.
Proses pembentukan pH tergantung dari substrat furin oleh perpecahan
selektif pemanfaatan lokasi dengan contoh oleh perpecahan autoproteolytic dari
ini prodomain sekeluarga. Selama pemindahan dari pH netral ER ke keasamasaman. Sistem TGN / endosomal, diorder dan spesifik kompartemen furin
prodomain memproses pemandu pelipatan dari non-aktip proenzyme ke matang,
endoprotease aktif. [10]
Semua enzim yang diketehui hingga kini seluruhnya adalah protein. Berat
molekul enzim sangat beraneka ragam, meliputi rentang nilai yang sangat luas.
Sebagai contoh enzim nibonuklease yang menghidrolisis asam nukleat yang
mengandung ribosa secara nisbi berukuran kecil, karena berat molekulnya kira-
DAFTAR PUSTAKA
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta.
9)
10)
11)
2000.
Dosen Praktikum
Herry Setiawan
NIM. I1B108227
NIP 132064912