Anda di halaman 1dari 11

PELANGGARAN TERHADAP SILA KELIMA

Disusun untuk memenuhi tugas pancasila

Nama:
Andika Dea Saksena (6662150100)
Fauzi Putra Laksana F (6662150090)
Meisya Putri N (6662150116)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG BANTEN
2015

Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Maksudnya yaitu manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk

menciptakan keadilan soial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini
dikembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.

Pelanggaran terhadap sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh


Rakyat Indonesia
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara
lahiriah atapun batiniah.

Bukti pelanggaran terhadap sila kelima Pancasila

Kemiskinan

Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan
alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin.

Ketimpangan dalam pendidikan

Banyak anak usia sekolah harus putus sekolah karena biaya, mereka harus bekerja
dan banyak yang menjadi anak jalanan.

Ketimpangan dalam pelayanan kesehatan

Keadilan dalam kesehatan masih belum dirasakan oleh masyarakat miskin Indonesia.
Didalam hal ini maksudnya adalah belum dirasakan manfaat PJKMM (Program jaminan
kesehatan masyarakat miskin) atau ASKESKIN (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin)
sehingga munculnya anggapan orang miskin dilarang sakit karena biaya berobat di
Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi dan hanya untuk kalangan menengah ke atas

Kasus yang terjadi dari penyimpangan sila kelima ini diantaranya


adalah :

a)

Kehidupan antara warga Jakarta dengan Papua

Kehidupan masyarakat papua dengan masyarakat jakarta tentulah sangat berbeda, yang
penduduknya juga merupakan penduduk Indonesia juga, tetapi kehidupan mereka sangat
jauh berbeda. Masih banyak masyarakat papua yang memakai koteka, pembangunan di
derah tersebut juga tidak merata. Kita bandingkan saja dengan kehidupan masyarakat di

Jakarta, banyak orang-orang memakai pakaian yang berganti-ganti model, banyak


bangunan menjulang tinggi.

Bebas Menikah Hanya bagi yang Berduit;


Pelanggaran Sila ke-5?
Masyarakat Indonesia amat getol dan sangat bersemangat kalau sudah membahas soal hukum, aturan dan
keadilan. Selalu didasari dengan kalimat penegasan seperti "ini negara hukum....", menunjukkan dengan
tegas bahwa pada hakekatnya segenap masyarakat di segala lapisan menginginkan perlindungan hukum
yang maksimal dari negara (pemerintah) secara adil dan merata. Ribut ribut kasus Jonas-Asmirandah
belakangan ini masih saja menghebohkan masyarakat, tak pelak lagi berbagai tulisan di Kompasiana
dipublished, dengan tinjauan dan perspektif dari penulisnya masing masing, yang tentu saja berbeda beda
pendapat. Saya tergerak menulis artikel ini, bukan karena "kepo" dengan urusan percintaan para selebriti.
Dasar artikel ini ditulis karena saya berpendapat bahwa negara lewat pemerintah , berlaku tidak adil kepada
warga negaranya sendiri yang sudah dewasa, yang ingin menikah, tapi beda agama. Memeluk suatu agama
tertentu adalah hak bagi tiap warga negara Indonesia. Soal apakah kemudian seseorang menjalankan dengan
sungguh sungguh atau setengah hati, atau juga berpura pura soleh dihadapan manusia, itu tidak bisa diukur
dari kaca mata manusia. Pertanggung jawabannya kelak ketika masing masing kita dipanggil menghadap
hadirat Tuhan. Apakah selama diberi kesempatan hidup di dunia, kita sudah menjalankan yang baik, sesuai
dengan agama yang kita imani?. Sama dengan hak untuk memeluk agama tertentu, saya berpendapat bahwa
adalah hak masing masing warga negara Indonesia untuk menikah dengan seseorang yang sepakat menikah
dengannya. Ketika seseorang yang sudah dewasa, dengan sadar dan penuh tanggung jawab hendak menikah
dengan pilihan hatinya, dan selama kedua insan ini tidak terikat dalam pernikahan dengan pihak lain, maka
sewajarnya negara sebagai penyelenggara wajib mencatatkan komitmen pernikahan itu secara sah dimata
hukum. Soal apakah itu dianggap sah oleh agama mereka masing masing, itu seharusnya menjadi tanggung
jawab mereka berdua secara vertikal kepada "Tuhan" masing masing. Saya secara pribadi tidak suka dengan
pernikahan campur beda agama. Opini saya selayaknya dalam satu rumah tangga, cukup satu agama, agar
sedari kecil anak anak dididik dengan baik untuk menjalani agama yang diimani orang tuanya, dan mereka
bertumbuh menjadi manusia dewasa yang baik, berakhlak, dan bermoral. Namun demikian, opini pribadi
saya tidak semerta merta bisa dipaksakan dijadikan dasar mengatur orang lain untuk sependapat bahwa
dalam satu ikatan pernikahan, harus seagama. Meski tidak setuju, saya menghargai kehendak dan pendapat
orang lain yang menganggap bahwa masing masing individu dapat menikah dengan yang beda agama dan
tetap mengimani agama yang dianutnya. Soal anak anak mereka nanti, tentu mereka akan membicarakan
lebih dahulu, dan selama mereka sepakat menjalankan komitmen bersama yang dianggap sesuai, itu sah sah
saja dan pantas kita hargai sebagai hak mereka. Merupakan ketidak adilan bagi mereka yang tidak punya
uang untuk keluar negeri dan menikah disana, ketika pasangan beda agama lainnya dapat melakukan hal ini
karena punya uang, dan kemudian kembali ke Indonesia , melaporkan pernikahan mereka dan dianggap sah.
Lalu dimana Pancasila yang kita jadikan dasar negara , yang sama sama kita hormati itu, khususnya sila ke
lima yang berbunyi "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Terlepas dari rasa suka atau tidak,
setuju maupun tidak setuju, selayaknya setiap warga negara Indonesia, manusia dewasa seutuhnya, harus
dihormati haknya untuk mencatatkan pernikahan mereka secara sah dimata hukum. Ketika Nurul ArifinMayong, Lidya Kandou-Jamal Mirdad, Katon Bagaskara-Ira Wibowo, Titi Kamal-Christian Soegiono, dan
pasangan selebriti lainnya yang memutuskan untuk bersatu meskipun beda agama, bisa mencatatkan
pernikahan mereka derngan sah, maka negara seharusnya mensahkan juga pasangan lain yang tidak ternama
dan tidak kaya yang berkehendak menikah meskipun beda agama, tanpa harus keluar negri. Keadilan dan
persamaan hak dimata hukum selayaknya tidak membeda bedakan kepopuleran, status sosial maupun derajat

ekonomi. Cinta bukan semata mata milik mereka yang punya uang yang bisa mensahkan ikatan pernikahan
diluar negri dengan biaya yang mahal, kemudian dicatat/ dilaporkan secara sah di Indonesia. Cinta adalah
urusan pribadi masing masing warga negara, selama itu tidak menginjak hak asasi orang lain, maka tugas
negara adalah mencatat dan menghormati komitmen dua orang dewasa untuk menikah, terlepas apapun
agamanya. Ketika kita mengakui bahwa masing masing warga negara berhak menentukan dan memilih
agamanya, pada saat yang sama kita juga harus menghormati pilihan masing masing warga negara untuk
menikah sesuai dengan pilihannya, tanpa harus "memaksa" dia pindah agama, atau menekankan bahwa
jodoh di tangan Tuhan (selama jodoh itu seagama). (**Orang tua saya menikah di tahun 1969, berbeda
agama dan dicatatkan di catatan sipil. Sebelas tahun kemudian, ibu saya merasa terpanggil dan dengan
kesadaran penuh, dengan keinginannya sendiri mengikuti agama ayah saya. Mereka adalah orang tua teladan
yang mendidik anak anaknya dengan baik, dan hidup bahagia dalam pernikahan yang dijalani selama 33
tahun, sampai ayah saya meninggal di tahun 2001. Sampai saat ini ibu memutuskan tidak menikah lagi.) I
am so proud of my parents.

5. Pelanggaran terhadap sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu
tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah atapun batiniah.
Bukti pelanggaran terhadap sila kelima Pancasila
1. Kemiskinan
Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan alamnya melimpah,
namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin.

2. Ketimpangan dalam pendidikan


Banyak anak usia sekolah harus putus sekolah karena biaya, mereka harus bekerja dan banyak yang menjadi
anak jalanan.

3. Ketimpangan dalam pelayanan kesehatan


Keadilan dalam kesehatan masih belum dirasakan oleh masyarakat miskin Indonesia

1. 1.

Kondisi Kemiskinan di Indonesia

Secara harafiah, kemiskinan berasal lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi
ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap
timbulnya permasalahan sosial. Kemiskinan telah menjadi masalah yang kronis karena berkaitan dengan
kesenjangan dan pengangguran. Jadi pemecahannya pun harus terkait dan juga komprehensif dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Lebih jauh kemiskinan menjadi bukan sekadar masalah ekonomi tetapi
masalah kemanusiaan. Hampir semua negara menghadapi masalah ini. Bahkan Amerika Serikat yang
merupakan negara kaya namun masih menghadapi masalah kemiskinan. Disisi lain bagi negara-negara
berkembang seperti Indonesia, kemiskinan merupakan masalah terberat yang harus dihadapi. Kemiskinan
seakan sudah menjadi bagian dari takdir manusia. Namun menurut Muhammad Yunus (Penerima hadiah
nobel perdamaian tahun 2006) yang ditulis dalam bukunya yang berjudul creating a world without poverty
menjelaskan bahwa dunia bebas dari kemiskinan itu tidaklah mustahil. Kemiskinan bukan diciptakan oleh
masyarakat miskin tapi diciptakan oleh sistem yang ada di masyarakat. Namun apabila kita semua tidak
peduli terhadap kemiskinan berarti kita juga menjadi bagian dari sistem yang menciptakan kemiskinan itu
sendiri.
Di Indonesia sendiri banyak program-program yang telah berhasil mengurangi angka kemiskinan. Jika kita
melihat data jumlah penduduk miskin dari tahun 1976 yang mencapai 54,2 juta (40.1%) menjadi 22,5 juta
(11.3%) pada tahun 1996. Kemudian karena adanya krisis yang mendera bangsa ini efeknya mengakibatkan
bertambahnya jumlah penduduk miskin sebesar 47,9% (23.4%) pada tahun 1999. Era reformasi jumlah
penduduk miskin perlahan-lahan menurun menjadi 36.1 juta (16.7%) ditahun 2004.

Gambar : Jumlah penduduk miskin di Indonesia dari tahun ke tahun (BPS)

Jika kita melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) dimulai dari tahun 2002 jumlah penduduk miskin
(penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan) di Indonesia terus menurun.
Data jumlah penduduk miskin pada periode Maret 2009 sampai Maret 2010 turun dari 32,53 juta (14.15%)
menjadi 31,02 juta (13.33%). Menghilangkan kemiskinan bisa dikatakan sebagai sebuah mimpi tetapi
mengurangi kemiskinan sekecil mungkin bisa dilakukan. Lalu langkah apa sajakah yang dilakukan oleh
pemerintah, rakyat dan semua elemen untuk menanggulangi kemiskinan hingga menuju titik terendah?

1. 2.

Strategi menanggulangi kemiskinan di Indonesia

Dimulai dari awal orde baru, pemerintah telah melakukan berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, baik
melalui pendekatan sektoral, regional, kelembagaan, maupun strategi dan kebijakan khusus. Programprogram tersebut meliputi Program Inpres Desa Tertinggal, Kredit Usaha Tani, UPPKS dan Gerdu Taskin,
serta Program Kredit-kredit Mikro dari BRI.
Sementara di pemerintahan yang sedang berjalan juga menghadapi hal yang sama yaitu strategi atau cara
penanggulangan kemiskinan. Perdebatan mengenai angka kemiskinan yang masih besar dan konsep
penanggulangannya sekarang ini tidak diperlukan lagi. Karena hal tersebut justru akan menghabiskan waktu
dan energi. Rakyat miskin kita tidak membutuhkan perdebatan retorika yang berkepanjangan. Mereka butuh
suatu konsensus kebijakan kemudian diimplementasikan. Maka dari itu hal ini menjadi pekerjaaan rumah
tersendiri bagi pemerintahan yang sedang berjalan. Rakyat mengharapkan suatu penajaman konsep program
Penajaman program bisa juga dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap program dengan
memperhatikan kelemahan-kelemahan yaitu kesulitan yang dihadapi dan kelebihan dari program
penanggulangan kemiskinan tersebut. Tetapi pada intinya penanganan berbagai masalah di atas memerlukan
strategi penanggulangan kemiskinan. Kita banyak melihat bahwa selama ini pemerintahan menyelesaikan
dan mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan. Kemudian hal ini
dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Berikut ini akan dijabarkan beberapa langkah dan strategi cara
penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah :
1. A.

Perbaikan pada Masalah sektor Kesehatan

Masalah kesehatan menjadi sangat vital bagi semua kalangan. Kesehatan adalah kunci hidup nomor satu.
Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Hidup mereka hanya sedikit diatas garis
kemiskinan nasional dan mempunyai pendapatan kurang dari US$2 per hari. Pendapatan itu hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup saja (makan, minum). Sehingga dengan pendapatan yang hanya sebesar
itu tidak akan cukup mengcoverage kebutuhan kesehatan. Di bidang kesehatan diupayakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara makin merata melalui peningkatan jangkauan dan
kualitas pelayanan kesehatan. Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mengatasinya dari
ASKESKIN, JAMKESMAS maupun adanya Pengobatan gratis yang dilakukan rutin. Tetapi yang menjadi
masalah saat ini adalah bagaimana pelayanan masyarakat penggunan ASKESKIN yang sering kurang
diutamakan, sering terjadi pembedaan dan lain sebagainya. Peta pembedaan ini menjadi masalah tersendiri
yang harus segera diselesaikan.
Mungkin kita juga kurang melihat dan mengerti bahwa pada kenyataannya kesehatan masyarakat itu bisa
dilihat dari sistem sanitasi rumahnya. Pemerintah selama ini kurang memperhatikan faktor ini. Hal ini bisa
dilihat dari kasuks krisis penyediaan fasilitas sanitasi. Anggaran dari pemerintah belum bisa menghandle
adanya pembangunan sanitasi yang baik. Efeknya bisa dilihat dari penduduk miskin yang cenderung
menggunakan air dari sungai yang telah tercemar. Bahkan di Ibukota atau di kora-kota besar tempat tinggal
mereka cenderung berada di tempat pembuangan limbah. Maka dari itu ada beberapa pilihan untuk
mengatasinya dari mengadakan suatu konsensus nasional untuk membahas mengenai pembiayaan fasilitas
sanitasi dan mendorong pemerintah daerah untuk membangun fasilitas tersbut melalui dana alokasi
khususnya (DAK) Untuk keseluruhan solusinya harus ada pengkajian ulang mengenai anggaran dan
kebijakan yang fokus pada masalah kesehatan dan sanitasi. Proporsi anggaran APBN harus bisa menjadikan
pemecah masalah ini. Pembangunan sarana-prasarana yang baik sejatinya terus dilakukan dengan diimbangi
dengan kesadaran sosial masyarakat akan arti pentingnya kesehatan.
Dengan peningkatan mutu kesehatan, rakyat lebih mampu berperan serta secara aktif dalam pembangunan
sehingga pendapatannya juga meningkat.
1. B.

Perbaikan pada Masalah Sektor Pendidikan

Salah satu langkah dari strategi dan cara menanggulangi kemiskinan adalah perbaikan atas kualitas
pendidikan. Menurut saya, Indonesia telah mencapai hasil yang memuaskan dalam meningkatkan partisipasi
di tingkat pendidikan dasar 9tahunnya. Hanya saja masih ada keluarga miskin yang terpaksa tidak bisa
melanjutkan sekolah dan efeknya keluar dari sekolah. Penyebab yang utama dari masalah diatas adalah
mahalnya biaya pendidikan yang juga diikuti oleh buruknya kualitas pendidikan. Kedua kondisi itu
merupakan potret nyata dunia pendidikan kita. Lihat saja pada masa 1970-1980an kita mengirim banyak
tenaga ahli ke Malaysia dan Singapura untuk menjadi tenaga pendidik disana. Tetapi kondisi itu berbalik
arah dengan yang terjadi sekarang. Justru orang-orang Singapura dan Malaysialah yang datang ke Indonesia
untuk menjadi tenaga pengajar atau mahasiswa Indonesia yang banyak meneruskan kuliah disana.
Pemerintah dapat memperbaiki kualitas pendidikan dan mencegah terputusnya pendidikan masyarakat
miskin dengan cara
1. Membantu pembiayaan pendidikan yang bertumpu pada peran sekolah. Langkah tersebut bisa
dilakukan melalu penyediaan dana bantuan pendidikan bagi masyarakat miskin. Dana pendidikan
yang berasal dari pemerintah pusat bisa disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan didaerah.
Penyaluran dana itu bisa dalam bentuk dana alokasi khusus (DAK) Peranan ini kemudian menjadi
satu target untuk membantu sekolah-sekolah didaerah yang menyediakan pendidikan bagi
masyarakat miskin serta tidak dapat memenuhi standar yang dibutuhkan. Tetapi harus ada sinergi
antara pemberian dana bantuan dan kondisi perbaikan mutu pendidikan sekolah. Maka dari sinergi
keduanya akan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
2. Penyediaan sarana prasarana pendidikan
Sering kita melihat dilayar televisi banyak gedung sekolah yang kurang terurus padahal anggaran
pendidikan di negara kita mencapai 20%. Banyak berita yang melansir adanya buruknya gedung sekolah,
ambruknya gedung sekolah telah menyadarkan kita. Betapa buruknya kualitas sarana-prasarananya.
Pemerintah hanya mengembar-ngemborkan anggaran pendidikan yang mencapai 20% . Jika melihat gedung
sekolah yang ambruk dan lokasi tak jauh dari Istana presiden itu menjadi tamparan keras bagi pemerintah.
Apa yang salah?
Sekarang kita tidak perlu mencari-cari penyebab kesalahan dari masalah ini. Penyelesaian dan solusi
menjadi hal yang harus kita bicarakan bersama. Banyaknya permasalahan sarana dan prasarana sekolah
harus menjadi fokus utama sekolah. Bangunan sekolah menjadi suatu tempat peneduh bagi para anak
sekolah. Perlunya penanganan dan bantuan perbaikan gedung sekolah seharusnya menjadi prioritas utama.
Tetapi kenyataannya tidak, sekolah yang bangunannya ambruk dan meminta bantuan pada pemerintah
melalui dinas pendidikannya mendapat respon yang lambat. Kalau saja prosedur yang salah atau prosedur
yang complicated? Kenapa hal ini harus terjadi?
Solusi utama adanya pembiayaan sarana dan prasarana juga harus masuk kedalam ranah anggaran
pendidikan. Menurut saya, selama ini yang salah bukan pemerintah. Tetapi sistem yang ada. Misalnya
mengenai sistem dan prosedur meminta bantuan perbaikan sarana prasarana yang seharusnya itu mudah dan
cepat terealisasikan justru malah menjadi sebaliknya dan memunculkan masalah-masalah baru. Pembenahan
pada sistem harus segera dibenahi serta adanya kesadaran dari masing-masing pihak yang kemudian
keduanya menjadi solusi utamanya.
Guna menjamin keberhasilan berbagai program di atas, sarana dan prasarana pendidikan, seperti gedung
sekolah dan laboratorium, terus ditingkatkan dan lebih didayagunakan. Gedung sekolah yang sudah ambruk
sudah sewajarnya diperbaiki melalui dana pemerintah ditambah swadaya masyarakat.
1. Peningkatan kualitas tenaga pengajar

Tenaga pengajar cukup memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan pendidikan di
Indonesia. Adanya tenaga pendidik yang profesional dan kapabel akan memberikan efek positif terhadap
kualitas sumber daya manusiannya. Diantara dari sekian banyak program peningkatan kualitas tenaga
pengajar yang paling penting dan terkenal adalah sertifikasi. Sertifikasi banyak efek positif dan negatifnya.
Tetapi disini saya memandang bahwa sertifikasi itu merupakan stimulus bagi tenaga pendidik untuk menjadi
yang lebih baik. Hal ini bisa dilihat dari syarat untuk sertifikasi, tenaga pendidik yang tidak memenuhi
syarat tersebut tidak akan lolos sertifikasi. Tetapi yang menjadi pertanyaan seberapa signifikankah program
sertifikasi menjadikan peningkatan kualitas tenaga pendidik dalam mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas? Jawabannya adalah tergantung pada masing-masing tenaga pendidik. Sejatinya mereka harus
sadar akan peranan vitalnya nya dalam pembangunan sumber daya manusia. Tanpa menyalahkan program
sertifikasi bahwa hal tersebut merupakan suatu bentuk pemborosan anggaran, tetapi itulah stimulus yang
efektif untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik. Disamping melalui berbagai pendidikan dan latihan
(diklat) tenaga pendidik. Pendidikan dan pembinaan guru serta tenaga pendidikan lainnya, termasuk tenaga
pendidikan di luar sekolah, ditingkatkan mutunya dan pelaksanaannya diselenggarakan secara terpadu
1. C.

Perbaikan Kualitas Jalan dan Listrik Khususnya bagi Pedesaan

Berbagai pengalaman di negara-negara seperti China, Vietnam dan juga di Indonesia sendiri menunjukkan
bahwa pembangunan jalan di area pedesaan merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengurangi
kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi di Indonesia relatif dalam keadaan yang baik. Tetapi, setengah
dari jalan kabupaten berada dalam kondisi yang buruk. Sementara itu lima persen dari populasi, yang berarti
sekitar 11 juta orang, tidak mendapatkan akses jalan untuk setahun penuh. Hal yang sama dapat terlihat pada
penyediaan listrik. Saat ini masih ada sekitar 6000 desa orang belum menikmati tenaga listrik (Data BPS).
Meskipun permasalahan tersebut sangat kompleks dan rumit, namun solusinya bisa terlihat jelas :

1. Menjalankan program skala besar untuk membangun jalan pedesaan dan di tingkat kabupaten.
Program pembangunan jalan tersebut juga dapat meningkatkan penghasilan bagi masyarakat miskin
dan mengurangi pengeluaran mereka, disamping memberikan stimulasi pertumbuhan pada
umumnya. Berbicara mengenai solusi pembiayaannya, program tersebut bisa dibiayai melalui Dana
Alokasi Khusus (DAK). Dana pembangunan yang ada harus ditargetkan pada daerah-daerah yang
mempunyai kondisi dan kualitas jalan yang buruk. Hal ini bisa dilihat dari peta lokasi kemiskinan
dan peta kondisi halan yang keduanya menjadu alat untuk mengidentifikasi peta kondisi jalan. Tidak
luap masyarakat setempat harus dilibatkan agar hasilnya dapat sesuai dengan kebutuhan mereka yang
kemudian menjamin tersedianya pemeliharaan jalan secara lebih baik.
2. Menjalankan strategi pembangunan fasilitas listrik pada desa-desa yang belum menikmati tenaga
listrik.
Kompetisi pada sektor kelistrikan harus ditingkatkan dengan memperbolehkan perusahaan penyedia jasa
kelistrikan untuk menjual tenaga listrik yang mereka hasilkan kepada PLN. Akses pada jaringan yang
dimiliki PLN juga patut dibuka dalam rangka meningkatkan kompetisi tersebut. Penyusunan rencana
pelaksanaan dengan lebih terinci atas dua skema subsidi yang ada sangatlah diperlukan, untuk menjamin
subsidi tersebut tidak menghambat penyediaan listrik secara lebih luas.
1. D. Membangun Lembaga-Lembaga Pembiayaan Mikro yang Memberi Manfaat pada
Penduduk Miskin

Data BPS menunjukkan bahwa sekitar 50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik terhadap
lembaga pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening tabungan. Kondisi ini terlihat
lebih parah di daerah pedesaan. Solusinya bukanlah dengan memberikan pinjaman bersubsidi ataupun
berbiaya. Melihat kenyataannya rakyat miskin cenderung tidak mau meminta pinjaman dari Bank dan justru
meminjam uang dari bank plecit yang transaksinya dilakukan dengan cara door to door. Padahal bank plecit
tersebut biasanya memberikan biaya pinjaman yang lebih tinggi daripada Bank. Maka dari itulah
dibentuklah lembaga pembiayaan mikro (LPM). Solusi yang lebih tepat adalah memanfaaatkan dan
mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial kepada lembaga-lembaga pembiayaan mikro
tersebut. Berbagai langkah penting yang dapat diambil untuk meningkatkan akses penduduk miskin atas
kredit pembiayaan adalah:
1. Membangun hubungan antara sektor perbankan dengan LPM, misalnya dengan memberikan
kesempatan bagi BKD untuk menjadi agen untuk bank-bank komersial dalam menghimpun dan
menyalurkan dana.
2. Mengesahkan revisi Undang-Undang Koperasi guna memberikan kerangka hukum yang lebih baik
untuk pengembangan pembiayaan mikro, termasuk mewajibkan adanya audit dan pengawasan
eksternal bagi koperasi simpan pinjam.
1. E.

Memberikan Lebih Banyak Dana untuk Daerah-Daerah Miskin

Kesenjangan antar daerah di Indonesia sangatlah terasa. Hal tersebut bisa terlihat pada kedua daerah yaitu :
Jakarta dengan Kupang. Kondisi itu menjelaskan adanya pemerintah daerah terkaya di Indonesia
mempunyai pendapatan per penduduk 46 kali lebih tinggi dari pemerintah di daerah termiskin. Akibatnya
pemerintah daerah yang miskin sering tidak dapat menyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Pemberian dana yang terarah dengan baik dapat membantu masalah ini. Untuk
memecahkan masalah tersebut, pemerintah dapat melakukan beberapa langkah (Indonesian Brief Policy)
seperti :
1. Memperbaiki formulasi Dana Alokasi Umum (DAU) agar memungkinkan pemerintah daerah dapat
menyediakan pelayanan dasar yang cukup baik. DAU dimaksudkan untuk membantu kesenjangan
keuangan antar daerah berdasarkan formula yang memperhitungkan tingkat kemiskinan, luas
wilayah, jumlah penduduk, biaya hidup dan kapasitas fiskal. Tetapi pada kenyataannya, dana ini
masih dialokasikan berdasar pola pengeluaran pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu penetapan
besar DAU harus lebih banyak didasarkan formula di atas, bahkan dengan memberikan porsi yang
lebih besar pada tingkat kemiskinan.
1. Meningkatkan pemberian Dana Alokasi Khusus untuk menunjang target program nasional
pengentasan kemiskinan. DAK dapat menjadi insentif bagi pemerintah daerah untuk memenuhi
target penurunan tingkat kemiskinan. Oleh karena itu DAK harus ditingkatkan fungsinya dan
dikaitkan dengan program pengentasan kemiskinan, termasuk infrastruktur di daerah pedesaan,
kesehatan, pendidikan, serta penyediaan air bersih dan sanitasi. Daerah yang lebih miskin harus
dapat menerima DAK yang lebih besar, mengingat DAU belum dapat memperkecil kesenjangan
pembiayaan antar daerah. Peningkatan DAK dapat dilakukan dengan memotong anggaran
pemerintah pusat di daerah melalui departemen teknis, yang selama ini dikenal sebagai Daftar Isian
Proyek (DIP).

1. Merancang Perlindungan Sosial yang Lebih Tepat Sasaran

Program perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin serta subsidi bahan bakar dan
listrik, dapat dikatakan belum mencapai sasaran dengan baik. Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia
mengeluarkan Rp 74 trilliun untuk perlindungan sosial. Angka ini lebih besar dari pengeluaran di bidang
kesehatan dan pendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat dinikmati oleh penduduk miskin,
sementara sekitar Rp60 trilliun lebih banyak dinikmati oleh masyarakat mampu. Secara rata-rata, rumah
tangga miskin hanya memperoleh subsidi sebesar Rp12.000 untuk beras dan Rp 9.000 untuk minyak tanah
setiap bulannya. Pemerintah dapat menjalankan program bantuan dengan menggunakan peta kemiskinan
memberikan informasi mengenai kecamatan-kecamatan termiskin yang patut mendapatkan bantuan.
Bantuan perlindungan sosial bisa berupa 9 kebutuhan pokok atau sembako.
Kesimpulan

Masalah kemiskinan menjadi masalah utama dan penting karena kemiskinan menyangkut kesenjangan dan
pengangguran. Perlu kita ketahui sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara tinggal di Indonesia.
Penanggulangan kemiskinan ditempatkan secara utuh dalam rangka penyelenggaraan pembangunan
nasional. Program penanggulangan kemiskinan harus bertumpu pada peran serta aktif dan produktivitas
rakyat diupayakan untuk menumbuhkan kemandirian penduduk miskin. Pemerintah Indonesia dan berbagai
pihak terkait lainnya patut mendapat acungan jempol atas berbagai usaha yang telah dijalankan dalam
membentuk strategi penanggulangan kemiskinan. Segala program penanggulangan kemiskinan yang telah
dan akan dilakukan pemerintah sudah sepatutnya kita dukung bers ama.

Anda mungkin juga menyukai