Anda di halaman 1dari 32

Daftar Isi

KATA PENGANTAR....................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Manfaat...............................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
ISI..................................................................................................................................4
2.1. Pengertian PKn.................................................................................................4
2.2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan.......................................8
2.3. Relasi Teori Stanley E. Dimond dengan Profesi Dokter.............................12
BAB III........................................................................................................................31
PENUTUP...................................................................................................................31
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................31
3.2 Saran.................................................................................................................31
Daftar Pustaka..............................................................................................................32

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan baik meskipun masih ada kekurangan didalamnya.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca mengenai Relasi Teori Stanley E. Dimond dengan
Profesi Kedokteran. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah yang
telah saya buat.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan penulisan yang kurang berkenan dan saya mohon agar
pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan adalah mata kuliah yang memfokuskan
pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu untuk melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik, cerdas, terampil,
dan berkarakter seperti yang diamanatkan di dalam Pancasila dan UUD 1945.
Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan ini juga sangat penting untuk dipahami
oleh mahasiswa profesi dokter, karena setiap dokter dituntut untuk menjadi warga
negara yang baik, cerdas, dan terampil dimanapun dan kapanpun itu. Seorang dokter
juga harus menguasai ilmu-ilmu lain selain ilmu kedokteran itu sendiri, seperti ilmu
sosial, ekonomi, politik, dll saat terjun ke masyarakat nanti.
Dengan hal tersebut diharapkan setiap calon dokter dapat menumbuhkan
wawasan dan kesadaran untuk menjadi warga negara yang baik, cerdas, terampil, dan
berkarakter seperti yang diamanatkan di dalam Pancasila dan UUD 1945.
1.2 Rumusan Masalah
Membahas 7 ( tujuh ) kriteria warga negara yang memiliki kepribadian baik
menurut Stanley E. Dimond dan relasinya untuk profesi dokter.
1.3 Manfaat
Dapat memahami 7 ( tujuh ) kriteria warga negara yang memiliki kepribadian
baik menurut Stanley E. Dimond dan mengetahui relasinya dengan profesi dokter.

BAB II
ISI

2.1. Pengertian PKn


Secara bahasa, istilah Civic Education pakar diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan. Istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Azra dan
Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negri
(UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di perguruan tinggi.
Penggunaan istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Winaputra dkk
dari tim CICED (Center Indonesia for Civic Education), tim ICCE (2005:6)
Menurut Kerr ( Winataputra dan Budimansyah, 2007: 4), mengemukakan
bahwa Citizenship education or civics education di definisikan sebagai berikut:
Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the
preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and,
in particular, the role of education (trough schooling, teaching, and learning ) in
that preparatory process.
Dari definisi tersebut dapat di jelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan
dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk
mengambil peran dan tanggung jawab sebagai warganegara, dan secara khusus, peran
pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses
penyimpanan warganegara tersebut.
Menurut Zamroni ( Tim ICCE, 2005:7 ) pengertian pendidikan
kewarganegaraan adalah :

Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga


masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan
kesadaran kepada kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan
masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga mayarakat. Diharapkan dapat
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang
kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hakekat NKRI adalah negara kebangsaan modern
Sementara itu, PKn di Indonesia dapat diharapkan mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan
republik Indonesia adalah negara kesatuan modern. Negara kebangsaan adalah negara
yang pembentuknya didasarkan pada pembentukan semangat kebangsaan dan
nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan
bersama dibawah satu negara yang sama, walaupun warga masyarakat itu berbedabeda agama, ras, etnik, atau golongannya.
Pendidikan Kewarganegaraan dijelaskan dalam Depdiknas (2006:49),
Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajiban untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Lebih lanjut Somantri (2001:154)
menyatakan bahwa :
PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan
dan kemampuan dasar yang berkenan dengan hubungan antar warga negara dengan
negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara agar dapat
diandalakan oleh bangsa dan negara.
Menurut Branson (1999:4) civic education dalam demokrasi adalah

pendidikan untuk mengembangkan dan memperkuat dalam pemerintahan otonom


(self goverman). Pemerintah otonom demokratis berarti bahwa negara aktif terlibat
dalam pemerintahannya sendiri mereka tidak hanya menerima dikte orang lain
dengan pengembangan PKn, antara lain.
Beberapa unsur yang terkait dengan pengembangan PKn antara lain
(Somantri, 2001:158) :
1) Hubungan

pengetahuan

interseptif

dengan

pengembangan

ekstraseptif atau antara agama dengan ilmu.


2) Kebudayaan Indonesia dan tujuan pendidikan nasional.
3) Disiplin ilmu atau pendidikan, terutuama psikologi pendidikan.
4) Disiplin ilmu-ilmu sosial, khusnya ide fundamental ilmu
kewarganegaraan.
5) Dokumen negara, khususnya Pancasila, UUD 1945 dan perundangan
negara serta sejarah perjuangan bangsa.
6) Kegiatan dasar manusia.
7) Pengertian pendidikan IPS
Sehubungan dengan itu, PKn sebagai salah satu tujuan pendidikan IPS yang
menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik
dan patriotik, maka batasan pengertian PKn dapat dirumuskan sebagai
berikut (Somantri, 2001:159) :
Pendidikan Kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari disiplin
ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar
manusia, yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan
ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuan pendidikan IPS.
Beberapa

faktor

yang

lebih

menjelaskan

mengenai

pendidikan

kewarganegaraan antara lain (Somantri, 2001: 161) :

1) Pkn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS, yaitu
bahan pendidikan diorganisasikan secara terpadu dari berbagai
disiplin ilmu sosial. Humaniora, dokumen negara, terutama
pancasila, UUD 1945, GBHN, dan perundangan negara, dengan
tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga negara dan bahan
pendidikan yang berkenan dengan bela negara.
2) PKn adalah seleksi dan adaptasi dari berbagai disiplin ilmu sosial,
humaniora, pancasila, UUD 1945 dan dokumen negara lainnya yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk
tujuan pendidikan.
3) PKn dikembangkan secara ilmiah dan psikologis baik untuk tingkat
jurusan PMPKN FPIPS maupun dikembangkan untuk tingkat
pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi.
4) Dalam mengembangkan dan melaksanakan PKn, kita harus berfikir
secara integrative, yaitu kesatuan yang utuh dari hubungan antara
hubungan pengetahuan intraseptif (agama, nilai-nailai) dengan
pengetahuan ekstaseptif (ilmu), kebudayaan Indonesia, tujuan
pendidikan nasional, pancasila, UUD 1945, GBHN, filsafat
pendidikan, psikologi pendidikan, pengembangan kurikulum disiplin
ilmu-ilmu sosial dan humaniora, kemudian dibuat program
pendidikannya yang terdiri atas unsur: (i) tujuan pendidikan, (ii)
bahan pendidikan, (iii) metode pendidikan, (iv) evaluasi.
5) PKn menitikberatkan pada kemampuan ketrampilan berpikir aktif
warga negara, terutama generasi muda, dalam mengintemalisasikan
nilai-nilai warga negara yang baik (good citizen) dalam suasana
demokratis dalam berbagai masalah kemasyarakatan (civic affairs).
6) Dalam keputusan asing PKn sering disebut civic education, yang
salah satu batasnya iakah seluruh kegiatan sekolah, rumah, dan
masyarakat yang dapat menumbuhkan demokrasi.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa betapa pentingnya PKn untuk siswa


sebagai generasi penerus, karena PKn menggiring untuk menjadikan siswa
sadar akan politik, sikap demokratis dan sebagai mata pelajaran yang wajib
dibelajarkan disekolah.
PKn sebagai pendidikan nilai dapat membantu para siswa membantu siswa
memilih sistem nilai yang dipilihnya dan mengembangkan aspek afektif yang akan
ditampilkan dalam perilakunya. Seperti yang diungkapkan Suwarna Al-Muctar dalam
hand out Strategi Belajar Mengajar (2001:33), mengemukakan bahwa:
Pendidikan nilai bertujuan untuk membantu perilaku peserta didik
menumbuhkan

dan

memperkuat

sistem

nilai

dipilihnya

untuk

dijadikan

pengembangan sikap (afektif) oleh karena itu berbeda dengan belajar mengajar
dengan pendidikan kognitif atau psikomotor. Pendidikan nilai secara foral di
Indonesia diberikan pada mata pelajaran PPKn yang merupakan pendidikan nilai
pancasila agar dapat menjadi kepribadian yang fungsional.

2.2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Branson (1997:7) tujuan Civic Education adalah partisipasi yang
bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat
lokal, negara, dan nasional. Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49)
adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut :
1. Berfikir kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab, serta bertindak
secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri


berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia
secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajaran PKn secara umum
mempersiapkan generasi bangsa yang unggul dan berkepribadian, baik
dalam lingkungan lokal, regional, maupun global. Sedangkan tujuan PKn
menurut Djahiri (1994/1995:10) adalah sebagai berikut :
1. Secara umum tujuan PKn ajeg dalam mendukung keberhasilan
pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu : Mencerdaskan kehidupan
bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia yang seuntuhnya.
Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan
berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab masyarakat dan kebangsaan.
2. Secara khusus, tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang
memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan YME dalam
masyarakat yang terdiri dari golonganagama, perilaku yang
mendungkung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama
diatas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan
dan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui
musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk
mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan tujuan PKn yang telah dikemukakan diatas, di asumsikan pada

hakekatnya setiap tujuan membekali kemampuan-kemampuan kepada


peserta didik dalam hal tanggung jawabnya sebagai warga negara, yaitu
warga negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME berfikir kritis,
rasional dan kreatif, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, berbangsa
dan bernegara membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain. Sedangkan menurut
Sapriya (2000: 54), tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah :
Partisipasi yang penuh nalar dan bertanggung jawab dalam
kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsipprinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Paritisipasi warga negara
yang efektif pengetahuan dan keterampilan intelek serta keterampilan untuk
berperan serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun
ditingkatkan lebih lanjut untuk dikembangkan disposisi atau watak-watak
tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam
proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta
perbaikan masyarakat.
Sedangkan tujuan umum pelajaran PKn ialah mendidik warga
negara agar menjadi warga negara yang baik, yang dapat di lukiskan warga
negara yang patiotik, toleran, setiap terhadap bangsa dan negara, beragama,
demokratis pancasila sejati (Somantri, 2001:279). Fungsi dari pelajaran
PKn adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia
dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai
dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
Upaya agar tujuan PKn tersebut tidak hanya bertaha sebagai slogan
saja, maka harus dirinci menjadi tujuan kurikuler (Somantri, 1976:30), yang
meliputi :

10

1. Ilmu pengetahuan, meliputi hirarki: fakta, konsep dan


generalisasi teori
2. Keterampilan intelektual
3. Sikap: nilai, kepekaan dan perasaan. Tujuan PKn banyak
mengandung soal-soal efektif, karena itu tujuan PKn yang
seperti slogan harus dijabarkan
4. Keterampilan sosial: tujuan umum PKn harus bisa di jabarkan
dalam ketermpilan sosial yaitu keterampilan yang dapat
memberikan kemungkinan kepada siswa untuk secra terampil
dapat melakukan dan bersikap cerdas serta bersahabat dalam
pergaulan kehidupan sehari-hari, Dufty (Nauman Somantri,
1975:30 ). Mengkerangkakan agar kita memperoleh bimbingan
dalam merumuskan(a) konsep dasar, generalisasi, konsep atau
topik PKn: (b) tujuan instruksionsal, (c) konstruksi tes beserta
penilaiannya.
Secara umum, menurut Bunyamin M dan Sapriya (2005:30) bahwa :
Tujuan negara mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan
agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to
begood citizens) yakni warga negara yang memiliki kecerdasan
(civics intelegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun
spiritual : memiliki rasa bangga dan tanggung jawab ( civics
responsibility)

dan

mampu

berpartisipasi

dalam

kehidupan

bermasyarakat.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa PKn
sebagai program pengajaran yang tidak hanya sosok programan pola
KBM yang mengaju pada aspek kognitif saja, melainkan secara
utuh dan menyeluruh yakni mencakup aspek afektif dan psikomotor.

11

Selain aspek-aspek tersebut PKn juga mengembangkan pendidikan


nilai.
2.3. Relasi Teori Stanley E. Dimond dengan Profesi Dokter
Menurut Stanley E. Dimond secara terminologis civics diartikan sebagai
studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintah dan hak-kewajiban
warganegara. Stanley E. Dimond menerapkan 7 ( tujuh ) kriteria penting dalam
kualitas Warga Negara Indonesia (WNI), yaitu :
1. Loyal
2. Orang yang Selalu Belajar
3. Seorang Pemikir
4. Bersikap Demokrasi
5. Gemar Melakukan Tindakan Kemanusiaan
6. Pandai Mengatur Diri
7. Sebagai Pelaksana
Ketujuh hal diatas adalah kriteria Warga Negara Indonesia yang baik
menurut Stanley E. Dimond, dan ketujuh kriteria diatas sangatlah penting
dimiliki oleh seorang dokter.
Loyal
Loyal didefinisikan sebagai kesetiaan pada sesuatu dengan rasa cinta,
sehingga dengan rasa loyal yang tinggi seseorang tidak perlu merasa untuk
mendapatkan imbalan dalam melakukan sesuatu untuk orang lain atau institusi
tempat dia meletakan ke-loyalannya.
Jika kita hubungkan dengan profesi dokter, makna yang terkandung dalam
kata loyal adalah kesetiaan pada pengabdian profesi yang penuh akan tanggung
jawab yang sangat berat dan siap untuk berkorban demi pengabdian pada
profesinya.

12

Menurut saya sikap loyal pada sebuah profesi dokter sangatlah penting. Jika
kita menjalankan profesi dokter tidak loyal maka yang akan terjadi adalah kita
akan terkena stress karena menjalakanan pekerjaan tidak dengan kesetiaan dan
rasa cinta. Dan perlu diketahui bahwa seorang dokter harus ikhlas dalam
melakukan pekerjaannya yang banyak menghabiskan energi, waktu, dll. Jadi
dalam menjalankan profesi sebagai dokter, sikap loyal adalah hal terpenting yang
harus kita miliki.
Orang Yang Selalu Belajar
Pengertian belajar menurut para ahli adalah sebuah proses perubahan di
dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan
kemampuan-kemampuan yang lain. Belajar juga sebuah proses yang dilakukan
seseorang untuk mencapai informasi tentang sesuatu yang bersifat baru. Sehingga
informasi atau ilmu orang tersebut akan bertambah lebih banyak.
Beberapa prinsip belajar yang bisa digunakan dalam kehidupan antara lain:

Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas


Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis
Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada hanya menggunakan

hafalan
Belajar merupakan proses yang kontinu
Belajar memerlukan kemauan yang kuat
Belajar ditentukan oleh banyak faktor
Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara terbagi-

bagi
Belajar menggunakan metode yang tepat
Belajar dengan menggunakan kemampuan dalam menangkap intisari
pelajaran itu sendiri
Namun dalam belajar, seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor ,

13

antara lain :

Faktor biologis yang meliputi segala aspek fisik dan jasmani


Faktor psikologis yang meliputi segala aspek mental
Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan sekolah
Faktor lingkungan masyarakat
Faktor waktu

Dari proses belajar kita akan mendapatkan suatu hasil dan manfaat yang
banyak. Berikut adalah beberapa manfaat dari belajar yang kita lakukan seumur
hidup :
1. Manusia akan mendapatkan pengetahuan baru yang belum diketahuinya.
2. Adanya peningkatan kualitas kehidupan manusia yang selalu mau
belajar. Sebagai contoh, penemuan teknologi yang banyak digunakan
manusia, merupakan salah satu hasil yang diperoleh dari sebuah proses
belajar.
3. Hasil belajar yang dimiliki seseorang, bisa digunakan untuk membantu
orang lain yang membutuhkan.
4. Manusia bisa memecahkan masalah yang dihadapinya, jika mau untuk
terus belajar, terutama jika manusia mau belajar dari sesuatu yang pernah
dialaminya di masa lalu.
5. Dengan belajar manusia dapat memanfaatkan semua potensi yang ada
disekelilingnya untuk menunjang kehidupannya sendiri.
Manfaat belajar diatas sangatlah memiliki relasi dengan profesi kedokteran,
karena seorang dokter harus selalu mengetahui hal-hal terbaru mengenai profesinya,
seperti mengetahui kasus penyakit terbaru, peraturan terbaru, dan hal-hal lain yang
terkait dengan profesinya. Jika semua dokter memiliki sikap sebagai orang yang
selalu belajar, maka dokter tersebut memiliki nilai tambah yang sangat penting untuk

14

dirinya.
Seorang Pemikir
Pemikiran manusia telah menjadi objek penelitian para filsuf maupun psikolog
sejak jaman Aristoteles. Sebagai subjek penelitian, pemikirannya agak berbeda dari
kebanyakan topik karena tidak adanya definisi tentangnya.
Bagaimana topik ini dibahas dan dipelajari menunjukan adanya perbedaan
tentang pemikiran manusia. Di antaranya aliran yang tertua dan paling awam bahkan
pemikiran dengan isi kesadaran. Ada tradisi tua dalam filsafat yang berawal dari
Aristoteles sampai Empiris British Locke, Berkeley, Hume, dan Mill yang menganut
perspektif ini dan melahirkan introspeksionisme dimana otak mempelejari dirinya
secara langsung.
Definisi lain dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski,
dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan
konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian.
Berpikir mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang
apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah
pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang
diberikan dikelas.
Berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu
yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam
berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung,
mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau
membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan
yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari
premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.

15

Dokter juga harus bisa berpikir secara kritis. Merujuk pada Moore dan Parker
(1986), Mayer dan Goodchild (1990), serta Feldman dan Schwartzberg (1990),
berpikir kritis didefinisikan sebagai:
...suatu

usaha

yang

aktif,

sistematis

dan

masuk

akal,

mempertimbangkan berbagai sudut pandang untuk memahami dan


mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah
informasi itu diterima, ditolak atau ditangguhkan penilaiannya.
(Takwin, 1997).

Definisi ini meliputi lima pengertian:


1. Berpikir kritis sebagai suatu usaha. Usaha merupakan kegiatan yang
membutuhkan pengorbanan baik tenaga, pikiran maupun materi. Sebagai suatu
usaha, berpikir kritis bukan sesuatu yang langsung memberi hasil. Untuk
menguasai keterampilan berpikir kritis diperlukan pengorbanan. Sebagai suatu
usaha, berpikir kritis pun bukan kegiatan yang mudah dilakukan. Orang perlu
belajar dan berlatih untuk dapat menguasainya. Setelah menguasai keterampilan
berpikir kritis pun, orang perlu menyadari bahwa kegiatan berpikir kritis
merupakan usaha untuk mendapatkan hasilnya. Orang yang berpikir kritis
mengetahui bahwa tidak hanya ada satu cara yang benar untuk memahami dan
mengevalusi informasi yang diterimanya. Ia juga memahami bahwa cara yang
dipilihnya tidak langsung menjamin bahwa ia akan mengerti dan mengevaluasi
secara benar informasi yang diterimanya secara aktif dan sistematis. Berpikir
kritis adalah pendekatan yang umum terhadap masalah, bukan prosedur khusus
yang selalu menghasilkan jawaban benar. Orang yang berpikir kritis harus
berusaha mencoba menggunakan berbagai cara untuk memahami dan
mengevaluasi informasi yang diterimanya.
2. Berpikir kritis sebagai proses yang aktif. Ketika seseorang yang berpikir kritis
menerima informasi baik secara lisan maupun tulisan, ia tidak hanya mendengar

16

atau membaca setiap kata. Secara aktif, ia juga mencari arti dari setiap kata dan
keterkaitannya serta bertanya Apakah informasi ini masuk akal?
3. Berpikir kritis sebagai proses yang sistematis dan masuk akal. Sebagai kegiatan
yang sistematis, berpikir kritis menampilkan rangkaian proses yang tertib, teratur
dan runut, jelas langkah-langkahnya dari awal hingga akhir. Sebagai kegiatan
yang masuk akal, berpikir kritis merupakan kegiatan penyimpulan yang selalu
melibatkan alasan-alasan relevan serta menunjukkan hubungan logis antara alasan
dan kesimpulan. Dalam mencari arti, seseorang yang berpikir kritis menggunakan
prinsip, metode dan teknik berpikir logis. Ia menganalisis informasi yang
diterimanya dengan menggunakan proses yang sistematis. Dalam tahap ini orang
yang berpikir kritis akan bertanya Dengan cara dan aturan apa saya bisa
mengerti apa yang ingin disampaikan si pemberi informasi ini?
4. Berpikir kritis didasarkan atas argumen. Unit dasar analisis dalam berpikir kritis
adalah argumen. Sebuah argumen dimulai dengan penjelasan tentang ciri-ciri
suatu objek (contoh: Salah satu ciri negara demokrasi adalah kekuasaan tertinggi
di tangan rakyat) atau hubungan antara dua objek (contoh: makin tinggi suatu
jabatan dalam sebuah negara demokrasi, makin besar pula pengawasan yang
harus dilakukan terhadapnya). Argumen juga menunjukkan bukti untuk
menunjang dan/atau memperkuat penjelasan (contoh: Indonesia negara demokrasi
karena kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat). Orang yang berpikir kritis
mampu mengenali, memahami, dan menganalisis argumen sehingga ia mampu
menggunakan argumen secara tepat. Ia mampu menemukenali bagian-bagian dari
argumen dan merumuskan argumen pemberi informasi dengan kata-kata sendiri.
Ia merasa perlu menanyakan Apakah argumen dari si pemberi informasi
menunjang informasi yang disampaikannya?
5. Berpikir kritis mencakup pengevaluasian argumen. Orang yang berpikir kritis
tidak hanya memahami argumen si pemberi informasi tetapi juga mampu
memberi kritik terhadapnya. Ia mampu menentukan apakah argumen si pemberi
informasi valid atau tidak. Ia akan memberi pertanyaan pada dirinya Haruskah

17

saya menyetujui argumen ini? dan Adakah kesalahan dalam argumen ini?
Jawaban-jawaban

dari

pertanyaan-pertanyaan

itu

menjadi

dasar

dari

pengevaluasian argumen.
Orang yang berpikir kritis menyelidiki asumsi yang melandasi keputusan,
kepercayaan (belief), dan tindakan mereka. Ketika dihadapkan dengan ide-ide baru
atau argumen yang persuasif, mereka mengevaluasinya secara hati-hati, memeriksa
konsistensi logika yang digunakan, waspada terhadap asumsi-asumsi yang tersirat
yang mungkin mendistorsi gagasan utama. Mereka memberi perhatian kepada
konteks dari penggunaan ide atau tindakan yang ditampilkan. Orang yang berpikir
kritis tidak begitu saja menerima solusi dan pernyataan absolut yang muncul. Mereka
skeptis terhadap jawaban sederhana untuk problem yang kompleks. Alih-alih
menerima jawaban yang tersedia mendadak atau petuah umum yang sudah klise,
mereka lebih mengembangkan cara alternatif dalam memahami situasi dan
mengambil tindakan.
Secara umum berpikir kritis meliputi kegiatan: 1) Memperjelas pernyataan
yang diterima atau diajukan, 2) mencari tambahan informasi, 3) mencari yang tersirat
dari yang tersurat atau maksud-maksud yang tersembunyi, dan 4) mengevaluasi
pernyataan berdasarkan hasil ketiga kegiatan sebelumnya. Pernyataan yang terkena
oleh empat kegiatan tersebut mencakup baik pernyataan orang lain atau pernyataan
diri sendiri. Keempat kegiatan tersebut tidak harus dilakukan secara berurutan.
Seringkali kita dapat maju selangkah ke kegiatan berikut, kemudian mundur kembali
untuk mengulang kegiatan yang sebelumnya telah dilakukan.
Bentuk kongkret dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan
mengajukan pertanyaan, observasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pernyataan,

membandingkan

informasi,

mengajukan

pernyataan

sanggahan,

menyampaikan evaluasi terhadap pernyataan yang disertai hasil analisis serta


pertimbangkan yang berdasarkan pada berbagai sumber.
Yang pertama adalah memperjelas pernyataan. Hal utama yang dialakukan
dalam kegiatan memperjelas pertanyaan adalah membuat jelas sesuatu yang masih
mengandung ketaksaan. Dalam kegiatan ini si penerima informasi memberikan
18

tanggapan yang berusaha memperjelas pernyataan sebelum ia memberikan penilaian.


Tujuannya adalah memastikan bahwa si penerima informasi benar-benar menangkap
apa maksud si penyampai informasi. Contoh:
Pernyataan yang harus ditanggapi: Aborsi adalah perbuatan tercela.
Tanggapannya: Dalam kondisi apa aborsi dikatakan perbuatan tercela?
Apakah semua tindakan aborsi dalam kondisi apapun atau hanya aborsi yang
dilakukan tanpa alasan yang jelas? Jika seorang ibu melakukan aborsi untuk
menyelamatkan dirinya, apakah itu perbuatan tercela?
Tanggapan lain: Aborsi seringkali dilakukan dengan berbagai alasan. Ada
aborsi dengan tujuan menyelamatkan nyawa si ibu, ada aborsi yang dilakukan dengan
tujuan menghindari lahirnya bayi dalam keadaan cacad dan ada yang karena si ibu
tidak mau bertanggung jawab atas kelahiran bayinya. Dalam menanggapi pernyataan
Aborsi adalah perbuatan tercela, kita harus menentukan aborsi dengan tujuan apa
yang dimaksud, semua aborsi-kah atau hanya aborsi tertentu?
Klarifikasi bisa juga dilakukan dengan mendefinisikan hal atau permasalahan
yang akan ditanggapi. Contoh: Aborsi adalah suatu tindakan menghentikan
pertumbuhan janin dalam rahim si ibu. Bisa dilakukan dengan berbagai tujuan dan
alasan. Tujuan dan alasan itu ada yang baik dan ada yang buruk. Tujuan yang baik,
misalnya, Menyelamatkan nyawa si ibu. Alasan yang baik, misalnya,
Pertumbuhan bayi membahayakan nyawa si ibu. Tujuan yang buruk, misalnya,
Membebaskan si ibu dari tanggung jawab mengurus anak. Alasan yang buruk,
misalnya, Karena si ibu tidak siap mengurus anak dan masih ingin bebas.
Lalu mencari tambahan informasi. Dalam mencari informasi si penerima
pesan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang
menunjang kejelasan dan fakta-fakta yang mendukung kebenaran pernyataan yang
sedang ditanggapi. Selain dengan bertanya, pencarian informasi bisa dilakukan
dengan cara melakukan observasi dan melakukan eksperimen untuk membuktikan
kebenaran pernyataan.

19

Seseorang disebut melakukan kegiatan ini jika dalam tanggapannya ia


mencari dan memberikan tambahan informasi atau memberikan pertanyaanpertanyaan untuk mendapatkan informasi yang menunjang kejelasan dari pernyataan
yang di terima. Pertanyaan yang diajukan adalah tentang data-data atau fakta-fakta
yang mendukung kebenaran pernyataan yang diterima. Contoh:
Dalam menanggapi pernyataan Aborsi adalah perbuatan tercela.
1. Banyak ahli kandungan menyatakan, bahwa dalam kondisi tertentu
seorang ibu terancam nyawanya atau paling tidak akan mengalami
kerusakan rahim jika tidak melakukan aborsi. Hal ini ditunjukkan oleh
sejumlah penelitian di ... (menyebutkan nama tempat, nama peneliti, dan
waktu pelaksanaannya) dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya,
yaitu media massa ... (menyebutkan nama media massanya secara jelas dan
spesifik).
2. Menurut pengamatan saya memang ada wanita yang menggugurkan
kandungannya karena tidak mau bertanggung jawab terhadap bayinya.
Tetapi, dari seluruh jumlah wanita yang melakukan aborsi, 74 %
melakukannya karena terancam nyawanya jika tidak melakukan aborsi.
Lalu mencari yang tersirat dari yang tersurat. Apa yang tersurat dari suatu
pernyataan belum tentu sama dengan yang tersirat. Seringkali seseorang
menyampaikan pernyataan-pernyataan yang mengandung makna konotatif sehingga
maksud pernyataan tidak dapat begitu saja diterima secara harafiah. Selain itu, sebuah
pernyataan dapat disertai dengan motif-motif tertentu yang tak terucapkan. Motifmotif uitu bisa saja disembunyikan atau tidak muncul karena si pembuat pernyataan
tidak mampu menyampaikannya. Dalam berpikir kritis si penerima informasi tidak
hanya puas dengan apa yang jelas terungkap tapi selalu mencari apa yang tidak
nampak.
Subyek disebut melakukan kegiatan ini jika dalam tanggapannya ia
menuliskan asumsi-asumsi dan implikasi dari pernyataan yang dikemukakan. Subyek
dapat pula menunjukkan maksud dari pernyataan yang tidak tertulis langsung dalam
pernyataan tapi terkandung di dalamnya; atau jika subyek tidak hanya puas dengan
20

apa yang jelas terungkap tapi selalu mencari apa yang tidak nampak dari pernyataan
yang ditanggapi.
Penafsiran atas apa yang tersirat dari sebuah pernyataan belum tentu sesuai
dengan maksud si pemberi informasi dan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Oleh
karena itu dalam kegiatan mencari yang tersirat dari tersurat harus dilakukan secara
hati-hati. Makna-makna tersirat itu harus diuji kebenarannya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan penjelas, observasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pernyataan, membandingkan informasi, dan mengaitkannya pada konteks yang ada
pada saat pernyataan itu diajukan. Kegiatan memperjelas pernyataan dan mencari
tambahan informasi juga harus dilakukan dalam kegiatan mencari yang tersirat dari
yang tersurat.
Lalu

mengevaluasi

pertanyaan.

Tujuan

dari

berpikir

kritis

adalah

mengevaluasi pernyataan untuk menentukan apakah pernyataan itu ditolak, diterima


atau ditunda vonis-nya. Evaluasi dilakukan dengan melibatkan hasil-hasil yang
diperoleh dari tiga kegiatan berpikir kritis yang disebutkan di atas. Cara mengevaluasi
pernyataan adalah dengan mengujinya. Empat cara berikut ini dapat dilakukan:
1. Menguji apakah pernyataan tersebut bertentangan dengan hasil pengamatan
sendiri.
2. Menguji apakah pernyataaan itu bertentangan dengan latar belakang pengetahuan
penerima.
3. Menguji apakah sumber informasi cukup kredibel (dapat dipercaya).
4. Menguji apakah pernyataan itu bertentangan dengan informasi lain yang
dikemukakan oleh sumber yang setara kredibilititasnya.
Pernyataan dianggap meragukan dan perlu ditolak apabila hasil pengujian
terhadapnya menunjukan hasil yang negatif. Artinya, pernyataan yang diuji
menunjukkan adanya pertentangan-pertentangan terhadap hasil pengamatan, latar
belakang pengetahuan penguji, dan berbagai pendapat para ahli, ditambah dengan
adanya informasi yang menyatakan bahwa si pemberi pernyataan diragukan
kredibilitasnya.

21

Pernyataan dapat diterima apabila pengujian terhadapnya menunjukkan hasil


yang positif. Dengan kata lain pernyataan itu dapat dipercaya kebenarannya apabila
tidak bertentangan dengan hasil pengamatan sendiri, latar belakang pengetahuan, dan
berbagai pendapat para ahli, serta apabila si pemberi pernyataan memiliki kredibilitas
yang tinggi. Jika hanya sebagian dari pengujian yang menunjukkan hasil positif,
maka penerima pernyataan perlu mencari tambahan informasi, memperjelas
pernyataan, dan mengujinya kembali. Sampai pada satu titik tertentu, jika pernyataan
tidak dapat melewati semua pengujian

hanya sebagian saja yang memenuhi

maka keputusan apakah menerima, menolak, atau menunda vonis tergantung pada si
penerima informasi. Berpikir kritis tidak menyediakan jawaban pasti dan memang
bukan jawaban. Berpikir kritis adalah sebuah cara penyelesaian masalah yang
membantu mengarahkan penggunanya kepada jawaban-jawaban yang lebih mungkin
benar.

Setiap orang harus memiliki pemikiran yang kritis terhadap hal-hal yang ada
disekitarnya. Berpikir kritis menurut Mustaji (2012) adalah berpikir dan reflektif
dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis :
1. Membanding dan membedakan
2. Membuat kategori dan meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan
3. Menerangkan sebab
4. Membuat sekuen / urutan
5. Menentukan sumber yang dipercayai, dan
6. Membuat ramalan
Begitupula dengan seorang dokter, seorang dokter harus bisa berpikir secara
kritis dalam membuat diagnosis terhadap kasus-kasus yang dialami oleh

22

pasiennya. Tetapi dokter tidak hanya diwajibkan untuk berpikir kritis di dalam
bidang ilmu kedokteran saja, namun juga pada bidang ilmu yang lainnya seperti,
ilmu politik, ekonomi dan sosial. Dengan berpikir secara kritis dokter-dokter
diharapkan dapat meningkatkan keahliannya dalam mendiagnosis pasiennya dan
juga meningkatkan profesionalisme dokter tersebut.

Bersikap Demokrasi
Bersikap demokratis adalah perilaku yang harus diterapkan dalam bernegara dan
dianggap perlu dalam pembelajaran, karena perilaku demokratis merupakan hal yang
dapat membantu kita dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita.
Demokrasi juga merupakan suatu keyakinan, suatu prinsip pertama dan utama
yang harus dijabarkan dan dilaksanakan secara sistematis dalam bentuk aturan sosial
politik. Demokrasi bukan sekedar bentuk pemerintahan melainkan yang utama adalah
suatu bentuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bentuk kehidupan
yang demokratis akan kokoh bila di kalangan masyarakat tumbuh nilai-nilai
demokrasi. Perilaku demokratis pada umumnya akan muncul dalam bentuk sebagai
berikut :
1. Contoh sikap menerima perlakuan yang demokratis dari orang lain
diantaranya :
a. Menerima kritikan dengan lapang dada
b. Menghargai pendapat orang lain
c. Menyampaikan pendapat dengan arif dan bijaksana
2. Contoh sikap berperilaku demokratis terhadap orang lain diantaranya :
a. Tidak suka memaksakan kehendak
b. Tidak suka memotong pembicaraan orang lain
c. Tidak bersifat egois
d. Santun dan tertib dalam memberikan pendapat dan gagasan

23

Contoh diatas hanya merupakan beberapa contoh perilaku yang mencerminkan sikap
demokratis. Jika dihubungkan dengan profesi kedokteran yang akan turun langsung
ke masyarakat luas, perilaku demokrasi sangatlah penting dimiliki oleh setiap dokter,
karena dengan adanya sikap demokrasi, dokter dapat menerima kritikan-kritikan dari
pasien atau masyarakat. Selain itu dengan adanya sikap demokrasi yang dimiliki
setiap dokter akan membuat dokter tersebut tidak membeda-bedakan setiap pasiennya
dan akan memberikan perlakuan yang sama terhadap semua pasien-pasiennya.
Gemar Melakukan Tindakan Kemanusiaan
Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memiliki
pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, sebagai
pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan negara, sebagai kepribadian
bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang
harus dideskripsikan secara objektif. Selain itu, pancasila secara kedudukan dan
fungsinya juga harus dipahami secara kronologis.
Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana). Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu Panca
artinya Lima dan Sila yang artinya Dasar jadi secara etimologis kata Pancasila
memiliki arti Lima Dasar yang bermakna lima aturan tingkah laku yang penting.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerayakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

24

Dalam hal gemar melakukan tindakan kemanusiaan, kegiatan tersebut


mencerminkan butir-butir pengamalan Pancasila sila kedua dalam kehidupan seharihari. Berikut adalah butir-butir pengamalan Pancasila sila kedua dalam kehidupan
sehari-hari :
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
Dari butir-butir pengamalan Pancasila sila kedua diatas dapat kita lihat bahwa
gemar melakukan kegiatan kemanusiaan sangat penting bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Oleh karena itu manusia sangatlah penting untuk saling menolong,
menghargai, dan peduli satu dengan yang lainnya. Begitupula dengan profesi
kedokteran yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan-kegiatan kemanusiaan.
Diharapkan untuk setiap dokter untuk memiliki sifat gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan seperti pengobatan gratis, menjadi relawan bencana alam, dan

25

melakukan kegiatan sosial lainnya. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut


selain dokter meningkatkan profesionalisme di bidangnya juga dapat meningkatkan
softskill yang mereka miliki.
Pandai Mengatur Diri
Berbagai masalah yang sering muncul dalam kehidupan ini banyak diakibatkan
oleh ketidakmampuan seseorang dalam melakukan pengaturan terhadap dirinya,
mengambil hak orang lain, berkelahi, vandalism, narkoba adalah contoh perilaku dari
ketidakmampuan seseorang dalam mengatur dirinya.
Perkembangan pengaturan diri pada dasarnya sejalan dengan bertambahnya usia
seseorang. Semakin dewasa diharapkan seseorang dapat mengatur dirinya lebih baik
dibandingkan dengan remaja dan anak-anak. Namun beberapa kasus menunjukan hal
yang sebaliknya, dimana beberapa permasalahan tersebut juga dilakukan oleh orang
dewasa. Mahasiswa yang telah beranjak dewasa tentunya diharapkan dapat mengatur
dirinya lebih baik daripada anak SMA.
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002) definisi kontrol diri adalah
kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan
untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan Merbaum
mendefinisikan

kontrol

diri

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menyusun,

membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa


individu kearah konsekuensi positif.
Kontrol diri pada seseorang digunakan pada situasi tertentu. Contohnya adalah seperti
:

Behavioral control, kemampuan untuk mempengaruhi atau memodifikasi suatu


keadaan yang tidak menyenangkan. Adapun cara yang sering digunakan antara
lain dengan mencegah atau menjauhi situasi tersebut, memilih waktu yang tepat
untuk memberikan reaksi atau membatasi intensitas munculnya situasi tersebut

26

Cognitive control, kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak


diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai dan menggabungkan suatu
kejadian dalam sutu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk
mengurangi tekanan. Dengan informasi yang dimiliki oleh individu terhadap
keadaan yang tidak menyenangkan, individu berusaha menilai dan menafsirkan
suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif atau

memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau netral.


Decision control, kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam
menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan,
kebebasan atau kemungkinan untuk memilih berbagai kemungkinan (alternative)

tindakan
Informational control, Kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai
kejadian yang menekan, kapan akan terjadi, mengapa terjadi dan apa
konsekuensinya.

Kontrol

informasi

ini

dapat

membantu

meningkatkan

kemampuan seseorang dalam memprediksi dan mempersiapkan yang akan terjadi


dan mengurangi ketakutan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang tidak
diketahui, sehingga dapat mengurangi stress.
Retrospective control, yakni kemampuan

untuk

menyinggung

tentang

kepercayaan mengenai apa atau siapa yang menyebabkan sebuah peristiwa yang
menekan setelah hal tersebut terjadi. Individu berusaha mencari makna dari setiap
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Hal ini bukan berarti individu
mengontrol setiap peristiwa yang terjadi, namun individu berusaha memodifikasi
pengalaman stress tersebut untuk mengurangi kecemasan

Mengatur diri merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan
individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi
yang terdapat dilingkungan yang berada di sekitarnya, para ahli berpendapat bahwa
mengatur diri dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif selain
dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negatif dari stressor-stressor lingkungan.

27

Disamping itu mengatur diri memiliki makna sebagai suatu kecakapan individu
dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk
mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi
untuk menanmpilkan diri dalam melakukan sosialisasi ( Calhoun dan Acocela, 1990 )
Sangat penting bagi profesi dokter untuk pintar mengatur dirinya. Mengapa
dokter harus pintar mengatur diri? Pertama, mengatur diri berperan penting dalam
hubungan seseorang dengan orang lain (interaksi sosial) dalam hal ini adalah interaksi
dokter dengan pasiennya. Kedua, mengatur diri memiliki peran dalam menunjukan
siapa diri kita (nilai diri). Seringkali seseorang memberikan penilaian dari apa yang
kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan mengatur diri merupakan salah satu
aspek penting dalam mengelola dan mengendalikan perilaku kita. Seorang dokter
yang dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang negatif tentunya akan memperoleh
penilaian yang positif dari dari orang lain (lingkungan sosial). Ketiga, mengatur diri
berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Pengendalian diri dipercaya dapat
membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hal ini dikarenakan
bahwa seseorang yang mampu menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan
diri atau orang lain akan lebih mudah focus terhadap tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, mampu memilih tindakan yang member manfaat, menunjukkan kematangan
emosi dan tidak mudah terpengaruh terhadap kebutuhan atau perbuatan yang
menimbulkan kesenangan sesaat. Bila hal ini terjadi niscaya seorang dokter akan
lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
Sebagai Pelaksana
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan yang
dikemukakan olehAbdullah (1987) bahwa pelaksanaan adalah suatu proses rangkaian
kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas
pengambilan keputusan, langkah yang strategis, maupun operasional atau
kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang
ditetapkan semula.

28

Dari pengertian yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah ditetapkan harus sejalan dengan
keadaan yang ada, baik itu dilapangan maupun di luar lapangan yang mana dalam
kegiatannya melibatkan beberapa unsure disertai dengan usaha-usaha dan didukung
oleh alat-alat penunjang.
Selain itu adanya batasan waktu dan penentuan tata cara pelaksanaan. Berhasil
atau tidaknya proses pelaksanaan, menurut Edward yang dikutip oleh Abdullah
(1987), dipengaruhi oleh faktor-faktor yang merupakan syarat terpenting berhasilnya
suatu proses pelaksanaan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan
dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut
proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi
informasi yang disampaikan.
2. Resources (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen
yaitu terpenuhinya jumlah staff dan kualitas mutu, informasi yang
diperlukan guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang
cukup guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan
fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
3. Disposisi, sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap
program khususnya dari mereka yang menjadi pelaksana program.
4. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standart Operating Procedures) yang
mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak
sulit dalam hasil yang memuskan, karena penyelesaian masalahmasalah akan memerlukan penanganan dan penyelesaian khusus
tanpa pola yang baku.
Keempat faktor diatas dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu proses
pelaksanaan, namun juga adanya keterkaitan dan saling mempengaruhi

antara

29

faktor satu dengan yang lainnya.


Sebagai dokter kita harus dapat menjadi pelaksana sebuah kegiatan medis,
seperti menjadi pelopor tenaga medis di suatu daerah terpencil yang belum ada
puskesmas, dokter, dan peralatan yang memadai, karena dengan menjadi
pelaksana kegiatan kita dapat menambah pengalaman dibidang berorganisasi,
selain itu kita juga dapat menjadi contoh yang baik untuk dokter-dokter yang
lainnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

30

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi dokter


untuk yang baik untuk bangsa Indonesia kita harus memiliki tujuh kriteria seperti
yang dikatakan Stanley E. Dimond. Karena tujuh kriteria tersebut menjadikan
kita sebagai warga negara yang baik.
3.2 Saran
Untuk menjadi dokter yang memiliki perilaku baik sebagai warga negara
Indonesia kita harus memiliki ketujuh kriteria yang disebutkan oleh Stanley E.
Dimond, yaitu loyal, orang yang selalu belajar, seorang pemikir, bersikap
demokrasi, gemar melakukan tindakan kemanusiaan, pandai mengatur diri, dan
sebagai pelaksana. Jika ketujuh kriteria tersebut dapat kita pahami dan jalankan,
maka itu akan meningkatkan profesionalisme kita di dalam bidang kedokteran
dan sosial.

Daftar Pustaka

http://www.untukku.com/artikel-untukku/pengertian-loyalitas-untukku.html
https://id-id.facebook.com/Bahasa.dan.Sastra.Indonesia/posts/754728281214923

31

http://www.anneahira.com/belajar.html
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2012/12/10-definisi-berpikir-kritis.html
http://guru-ppkn.blogspot.co.id/2014/10/perilaku-demokratis.html
https://rahmaaufa.wordpress.com/2013/06/09/sikap-dan-perilaku-demokratis/
https://docs.google.com/document/d/1dB3VPBxT_NMmSiUuU0dgV0auwPScBkV6D8rbFUt2-A/edit
http://pancasila2013.weebly.com/pengertian-pancasila.html
http://garasikeabadian.blogspot.co.id/2013/03/pengendalian-diri-self-control.html
http://ekhardhi.blogspot.co.id/2010/12/pelaksanaan.html
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/10/jhptump-a-ragilsetia-493-2-babii.pdf

32

Anda mungkin juga menyukai