Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur selalu tercurahkan kepada Allah SWT atas Berkat Rahmat dan
Hidayahnya sebagai penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KEWARGANEGARAAN dengan bahasan
“pendidikan kewarganegaraan”. Dari Dosen pembimbing Abd.Azis,Spd.,M.pd.I, Dimana setelah
membahas topik ini, Diharapkan pembaca dapat memahami isi dari pendidikan
kewarganegaraan, makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini di karenakan
keterbatasan yang ada bagi penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritikan,
sekiranya makalah ini banyak manfaat bagi kita semua, sehingga isi dari pendidikan
kewarganegaraan bisa untuk dimengerti, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.

Malang, 4 oktober 2019

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI ….............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………………2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ……………………………………..3

2.2 Embrio materi dan paradigma pendidikan kewarganegaraan……………………………6

2.3 Kedudukan kewarganegaraan dalam system pendidikan nasional ……………………9

2.4 Komponen system pendidikan nasional…………………………………………………………….9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………….10

3.2 Saran ………………………………………………………………………………………………………………..10


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu unsur Negara, perlu memiliki kejelasan status dan peranan didalam
organisasi Negara. Bagi yang tidak memiliki kedudukan yang jelas didalam suatu Negara, bukan
saja menyulitkan Negara dalam memberikan perlindungan kepada anda. sementara itu, baik
secara yuridis, sosiologis, material maupun formal, perilaku anda dalam hubunganya dengan
organisasi Negara anda, hendaknya ditampilkan dalam kapasitas kepribadian yang
baik,demokratis, dan bertanggung jawab. Hal ini menurut adanya warga Negara ( termasuk
saudara ) yang memiliki kepribadian utuh serta wawasan yang luas bagi diri, bangsa,dan
Negara. Kepribadian sebagai warga Negara adalah sebuah taruhan dan modal utama serta
pertama bagi pembangunan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara
demokratis, religious dan menghormati hak-hak asasi manusia serta menjunjung tinggi aturan
permainan sebagai realisasi supremasi hukum di Indonesia.

Dengan pendidikan kewarganegaraan potensi hak yang melekat pada warga Negara
akan disadari dan untuk dikembangkan. Kewajiban yang harus ditampilkan bukan diartikan
sebagai tuntutan, akan tetapi lebih dimaknai sebagai panggilan moral bagi siapa saja yang
disebut sebagai warga Negara. Demi mewujudkan pendidikan kewarganegaraan disusun secara
sistematis dengan menggunakan pendekatan kearah dialogis dan berfikir kritis ( deep dialogue
and critical thinking ). Lewat pemaparan substansi yang disusun secara kronologis saudara
diharapkan memiliki wawasan kenegsraan dan kebangsaan yang tinggi. Dengan wawasan ini
mampu memecahkan persoalan-persoalan diri, masyarakat,bangsa dan Negara secara kritis,
bertanggung jawab dan moral. Oleh karena itu, bagian pertama sampai akhir materi bahan ajar
ini menggunakan kemampuan yang utuh yang perlu dikuasai secara cermat yang pada
gilirannya akan menjadi pelakonan anda dalam kehidupan.

Pada bagian kesatu, diawali dengan pemaparan konsep dasar pendidikan


kewarganegaraan yaitu suatu program pendidikan yang dirancang dalam memberikan bekal
mengenai pengetahuan hubungan antara Negara dengan warga Negara serta pemahaman
terhadap hak dan kewajiban dalam pertahanan keamanan.

Pada bagian kedua, dilanjutkan dengan mendeskripsikan kedudukan pendidikan


kewarganegaraan dalam system pendidikan nasional.

Pada bagian ketiga, diharapkan mampu memahami secara tuntas konsep hak asasi
manusia. Dilibatkan untuk mengkaji sejarah perkembangan hak-hak asasi manusia di dunia.

Pada bagian keempat, diharapkan mampu mengembangkan sikap positif terhadap


Negara kesatuan republik Indonesia ( NKRI ).
Pada bagian kelima, diajak untuk mengkaji mengenai warga Negara dan
kewarganegaraan. Meliputi konsep dasar Negara dan kewarganegaraan, asas
kewarganegaraan, cara-cara memperoleh status kewarganegaraan, kehilangan status
kewarganegaraan, memperoleh kembali status kewarganegaraan.

Pada bagian keenam, saudara diajak konsentrasi untuk mengkaji hubungan antara
warga Negara dan Negara. Bahan yang hendak dikaji adalah seputar etika normative hubungan
hak dan kewajiban termasuk kajian korporatisasi dan legitimasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dalam penulisan
makalah ini kami mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kewarganegaraan?
2. Apa tujuan dari pendidikan kewarganegaraan?
3. Apa pengaruh embrio pendidikan kewarganegaraan ?
4. Apa saja paradigma dari pendidikan kewarganegaraan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan.
2. Mengetahui tujuan pendidikan kewarganegaraan.
3. Mengetahui isi dari paradigma kewarganegaraan.
4. Mengetahui apa saja isi dari pendekatan pendidikan kewarganegaraan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Pendidikan kewarganegaraan

> Sejak kelahiran ( Tahun 1973 ) sampai dengan sekarang, pendidikan kewarganegaraan
dahulu pendidikan kewiraan bahkan pernah berlabel pendidikan kewarganegaraan/kewiraan
mengalami perkembangan yang menentukan bagi perjalanan system pendidikan nasional
Indonesia. Hal ini terbukti bahwa dalam penyelenggaraan kurikulum pendidikan tinggi,
pendidikan kewarganegaraan senantiasa ditemukan sebagai mata kuliah yang berdiri
sendiri.secara akademik, pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang
berfungsi untuk membina kesadaran warga Negara dalam melaksanakan hak dan kewajibanya
sesuai dengan jiwa dan nilai konstitusi yang berlaku UUD 1945. Dalam penjelasan pasal 37(2)
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, ditegaskan bahwa pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Berdasarkan pengertianya dapat ditegaskan bahwa program pendidikan


kewarganegaraan menekankan pada kompetensi (kemampuan) peserta didik subjek belajar
untuk memiliki wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Kompetensi ini merupakan panggilan
kontitusi dan ketentuan perundangan yang harus direalisasi dalam praktik dan kinerja
pendidikan dan pengajaran tidak saja bagi mahasiswa perguruan tinggi, namun disekolah
lanjutan tingkat atas (SLTA), siswa disekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan anak-anak
sekolah dasar (SD).

Pendidikan kewarganegaraan tergolong dalam mata kuliah yang strategis dalam konteks
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dua mata kuliah yang lain yakni pendidikan pancasila dan
pendidikan agama. Pendidikan kewarganegaraan mengemban misi dalam mempersiapkan
bangsa Indonesia yang tangguh dalam mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan (ATHG) yang berperngaruh pada eksistensi dirinya. Kompetensi yang mesti diimbangi
dengan kemampuan berfikir kearah pemahaman dan pengamalan jiwa dan nilai-nilai pancasila
yang dipersiapkan melalui mata kuliah pendidikan pancasila dan pengamalan nilai-nilai ajaran
agama melalui pendidikan agamayang diyakini oleh masing-masing pribadi bangsa Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan termasuk pendidikan untuk menjadi (educational for


becoming) yang menekankan garapannya pada upaya pembentukan manusia yakni, mahasiswa
yang memiliki kesadaran dalam melaksanakan hak dan kewajibanya terutama kesadaran akan
wawasan nasional dan pertahanan keamanan nasional. Program pendidikan kewarganegaraan
dalam pelaksanaanya mengharuskan adanya perhatian yang seksama bagi pembinanya dengan
pemikiran yang cermat diharapkan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan mampu
mencapai misi yang telah ditetapkan.

>Tujuan pendidikan kewarganegaraan

Secara programatik, pendidikan kewarganegaraan ditujukan pada garapan akhir yaitu


pembentukan warga Negara yang baik (good citizen atau good citizenchip) sesuai dengan jiwa
dan nilai pancasila dan UUD 1945. Rasionalnya bahwa pancasila dan UUD 1945 ditempatkan
sebagai norma dan parametrik kehidupan nasional Indonesia dalam wadah NKRI ditinjau dari
cara kerjanya yang bergerak dalam lingkungan pendidikan bertujuan membentuk kualitas
kepribadian (desirable personal qualitity) warga Negara yang baik. Criteria warga Negara yang
baik dapat digali dari beberapa kualitas kepribadian sebagai perwujudkan dari potensi yang
melekat pada diri seseorang warga Negara yang memberikan deskripsi kualitas kepribadian
warga Negara yang baik meliputi:

1. Seseorang yang loyal;

2. Orang yang selalu belajar;

3. Seorang pemikir;

4. Bersikap demokratis;

5. Gemar melakukan tindakan kemanusiaan;

6. Pandai mengatur diri;

7. Seorang pelaksana.

Ada tiga target dari rumusan tujuan itu yang bisa mengantarkan warga Negara memiliki
kualitas pribadi yang baik yakni:

1. Warga Negara yang terinformasi

2. Bersikap analitis

3. Melaksanakan nilai-nilai demokrasi dan aktif dalam kehidupan masyarakat.

Warga Negara yang terinformasi hendaknya memiliki kualitas kepribadian dalam


beberapa hal, yaitu;
a. memiliki pengetahuan dan kecakapan memecahkan masalah

b. memiliki kesadaran akan peranan ilmu pengetahuan kontemporer

c. memiliki kesiapan terhadap efektifitas kehidupan ekonomi.

Warga Negara yang bersikap analitis, palimg tidak memiliki kualitas dalam hal.

1. Kemampuan dalam hal mengambil keputusan terhadap dunia yang senantiasa


berubah

2. penerimaan terhadap fakta-fakta baru, gagasan-gagasan baru dan cara-cara hidup


baru

Sedangkan warga Negara yang mampu melaksanakan nilai-nilai demokrasi dan aktif dalam
kehidupan masyarakat, diharapkan memiliki kualitas kepribadian antara lain;

a) Partisipasi dalam pembuatan keputusan


b) Meyakini akan asas persamaan dan kebebasan
c) Menumbuhkan kebanggaan nasional dan kerja sama internasional
d) Menumbuhkan seni kreatif dan perasaan humanistis
e) Memiliki perasaan kemanusiaan terhadap sesame warga Negara
f) Pengembangan dan aplikasi prinsip-prinsip demokrasi

Cogan (1998), menegaskan bahwa warga Negara yang baik harus memiliki kemampuan untuk

1. Menjawab tantangan global


2. Bekerja sama dengan orang lain
3. Menerima dan toleransi terhadap perbedaan budaya
4. Berfikir kritis dan sistematis
5. Menyelesaikan konflik tanpa kekerasan
6. Mengubah gaya hidup konsumtif guna melindungi lingkungan
7. Kepekaan terhadap hak asasi manusia
8. Partisipasi dalam pemerintahan local,nasional,dan global

Bertolak dari tujuan civic education diatas maka tujuan pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia hendaknya selalu mengacu terhadap tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang
telah diisyaratkan oleh undang – undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional. Dalam penjelasan pasal 37(2) UU nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional, ditegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sebagai
program pendidikan, pendidikan kewarganegaraan tergolong dalam mata kuliah yang strategis
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni pendidikan pancasila dan pendidikan agama.
Pendidikan kewarganegaraan mengemban misi dalam mempersiapkan bangsa Indonesia yang
tangguh yang memiliki kompetensi kognisi(civic knowledge), psikomorik (civic skills) dan
karakter pribadi (civic despositions) yang berkontribusi bagi negara dan bangsanya kompetensi
yang demikian mesti diimbangi dengan kemampuan berfikir kearah pemahaman dan
pengalaman jiwa dan nilai-nilai pancasila dan pengalaman nilai-nilai ajaran agama yang diyakini
oleh masing-masing pribadi bangsa Indonesia.

Target pendidikan kewarganegaraan dalam kerangka system pendidikan nasional,


dipusatkan pada kredibilitas kepribadian warga Negara dan mampu berpartisipasi dalam
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat Indonesia menurut criteria konstitusi.
Pendidikan kewarganegaraan juga bertujuan untuk memperluas wawasan dan menumbuhkan
kesadaran warga Negara, sikap, serta perilaku cinta tanah air, yang bersendikan pada
kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional. Dengan demikian, warga
Negara diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami, menganalisis dan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan Negaranya secara
berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita nasional sebagaimana digariskan dalam
pembukaan UUD 1945.

2.2 Embrio materi Dan Paradigma pendidikan Kewarganegaraan

>Embrio materi

Beranalog dengan konsep dan tujuan pendidikan kewarganegaraan diatas maka embrio materi
pendidikan kewarganegaraan adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban warga Negara dan
Negara. Analisis materi tersebut hendaknya dilakukan melalui dua kajian.

1. Kajian kronologis yang meliputi pengertian hak dan kewajiban, latar belakang
timbulnya hak dan kewajiban, pelaksanaannya dan hambatan-hambatan yang
timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban.
2. Melalui kajian bidang kehidupan yang meliputi hak dan kewajiban warga Negara
dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan.

Perpaduan antara materi kajian kronologis hak dan kewajiban dengan kajian bidang-bidang
kehidupan warga Negara hendaknya selalu dimaknai dalam konteks bernegara. Analisis hak dan
kewajiban sebagai materi pendidikan kewarganegaraan juga diartikan sebagai materi hubungan
ketika warga Negara hendak mengadakan hubungan dengan organisasi negaranya. Dalam
kajian terhadap hak dan kewajiban warga Negara lebih dipusatkan pada upaya memberikan
informasi tentang potensi yang dimiliki (hak) warga Negara dan Negara dan apa-apa yang harus
dilakukan oleh kewajiban. Kajian warga Negara diharapkan mampu mengantarkan keduanya
memjalin hubungan secara wajar, demokratis, transparan, jujur, serta adil. Sedangkan kajian
terhadap bidang-bidang kehidupan warga Negara, dapat digunakan sebagai upaya pembuktian
apakah hak dan kewajiban mereka telah ditampakkan dalam hubungan dialogis dengan Negara
secara wajar, demokratis, transparan, jujur, serta adil. Singkatnya embrio materi hak dan
kewajiban dalam pendidikan kewarganegaraan sudah seharusnya dikembangkan secara luas
dan mendalam, agar mampu memberikan wawasan warga Negara dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.

>Paradigma pendidikan kewarganegaraan

Paradigma adalah kerangka berfikir sistematis yang digunakan sebagai kerangka bertindak. Ada
tiga paradigma baru dalam pendidikan kewarganegaraan yang secara singkat dapat
dideskrisikan sebagai berikut:

1. Paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi


Ideologi dunia juga merambah dikawasan global yang siap menyebarkan virus
perubahan keseluruh penjuru dunia yang meliputi seluruh aspek kehidupan.
Perkembangan informasi dan globalisasi adalah sebuah realitas tak ada satu bangsa
didunia ini yang mampu menolaknya. Dalam kaitan ini sebuah bangsa harus memiliki
kecermatan dan ketegaran dalam menatap kehidupan global dan tuntutan dunia yang
tidak kenak batas itu. Membangun sebuah pendirian nasional ketika isu-isu global mulai
ditawarkan menjadi keperluan yang sangat mendesak bagi bangsa Indonesia, agar jati
diri bangsa tidak terhempas angin dan terkikis oleh arus global. Pendidikan yang
berbasis pada nilai – nilai luhur bangsa Indonesia, hendaknya dijadikan komitmen
bangsa yang mencerminkan identitas nasional.
2. Paradigma reformasi
Perguliran reformasi total tahun 1998 terfokus pada empat agenda besar:
1. Demokratisasi
2. Supremasi hukum
3. Penghormatan hak asasi manusia
4. Pembentukan masyarakat kesederajatan dalam format

Reformasi harus diberi energi dengan berbasis nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
(pancasila), yang telah dijadikan sebagai kepribadian,moral, falsafah pemersatu bangsa,
dan perjanjian luhur bangsa dalam mendirikan Negara. Itulah sebabnya pendidikan
kewarganegaraan tidak bisa ditawar untuk mengandaikan nilai-nilai pancasila tersebut
dan bagaimana merevitalisasi posisi pancasila dalam kerangka pendidikan nasional dan
pendidikan kewarganegaraan.

3. Paradigma nation and character building


Sejak Indonesia berdiri, hari ini dan kedepan, pembangunan karakter bangsa selalu
ditempatkan sebagai prioritas utama. Modal social yang tidak bisa diminimalkan oleh
kepentingan yang bersifat material. Kiranya kredibilitas moral dan karakter bangsa akan
menentukan dan sekaligus menjadi taruhan bangsa ketika bangsa Indonesia memasuki
percaturan global.
Dalam masa transisi atau proses perjalanan menuju format baru dalam bentuk
masyarakat madani. Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu perguruan tinggi
harus mampu menjadi pengawal moral dan karakter bangsa Indonesia selaras dengan
tuntutan dunia yang selalu berubah. Proses pembangunan karakter bangsa sejak
proklamasi kemerdekaan RI. Paradigm baru mengemban tiga fungsi pokok yakni:
1. Mengembangkan kecerdasan warga Negara
2. Membina tanggung jawab
3. Menodorong partisipasi warga Negara

Dalam praktik belajar kewarganegaraan hendaknya diberi tekanan dan nuasa selalu
menggambarkan gerakan social budaya kewarganegaraan yang berbasis nilai- nilai
pancasila

>pendekatan pendidikan kewarganegaraan

Berdasarkan embrio materi dan tujuan yang telah dijabarkan diatas maka pendidikan
kewarganegaraan memerlukan pendekatan yang jelas. Pendekatan pendidikan
kewarganegaraan tidak bisa dipisahkan dengan orientasi garapan akhirnya dalam membina
kepribadian warga Negara yang baik dan bertanggung jawab dengan criteria konstitusi.

1. Pendekatan yuridis
Pendekatan ini mengantarkan warga Negara untuk memahami norma-norma
formal. Penetapan UUD 1945 tesebut sangat logis karena UUD telah dijiwai oleh
nilai-nilai pancasila yang secara yuridis digunakan sebagai sumber hukum di
Indonesia
2. Pendekatan structural fungsional
Pendekatan ini dapat dielaborasi dari tradisi teori sosiologi antara lain yang
dikembangkan oleh emile Durkheim masyarakat dipandang sebagai suatu system
yang didalamnya memiliki bagian-bagian yang saling berhubungan
3. Pendekatkan etika moral
Pendekatan ini dibangun dari sebfuah paradigma definisi social dan perilaku social
yang banyak digali dari tradisi waber dan skinner dalam menganalisis tindakan social
4. Pendekatan psikologis pedagogis
Pendekatan ini lebih menekankan pada latar dunia belajar dan lingkungan dimana
peserta didik melakukan pendekatan yang dilakukan dengan mempertimbamgkan
tingkat perkembangan kejiwaan.

2.3 Kedudukan pendidikan kewarganegaraan dalam system pendidikan nasional

Pendidikan adalah usaha sadar dalam menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pembelajaran, dan pembentukan. Dalam pendidikan ini sering diartikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Dalam konteks Indonesia pendidikan nasional dapat dikatakan sebagian
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Negara Indonesia. Perbedaan
kepribadian falsafah dan pandangan hidup bangsa, dan konstitusi yang digunakan dalam
suatu Negara pendidikan nasional yang diterapkan dinegara lain.dalam konteks
pembangunan dilakukan dengan cara mengadopsi system pendidikan yang diterapkan
dinegara lain.

2.4 komponen sistempendidikan nasional

Sebagai suatu system pendidikan nasional harus dioperasikan secara sistematik


dengan menginteraksikan nilai funfsional melekat pada masing-masing komponen yang
berada didalamnya komponen system pendidikan.

1. Komponen ideologis (pancasila)


Pancasila adalah dasar Negara ideology Negara dan bangsa kepribadian serta
pandangan hidup bangsa yang mampu mengantarkan dan memberi corak
kehidupan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan hidupnya. Hendaknya
diberi motivasi atas dasar ideology.
2. Komponen konstitutif (UUD 1945 )
Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia,
harus memiliki sandaran kontitusi.
3. Komponen perundangan (UU NOMOR 20 TAHUN 2003)
Sebagai konsekuensi logis, bahwa setiap warga berhak mendapatkan
pengajaran maka pemerintah wajib menyelenggarakan system pendidikan .
4. Komponen wawasan ( wawasan nusantara)
Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya yang serba nusantara.
5. Komponen peserta didik (warga Negara Indonesia)
Rasionalnya sdengan jiwa konstitusi bahwa setiap warga Negara berhak
mendapatkan pengajaran (pasal 31 ayat 1 UUD 1945)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Identitas nasional adalah sebuah kesatusan yang terkait oleh wilayah dan selalu
memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah system
hukum/perundang-undang,hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan
profesi.

Pembentukan identitas nasional di Indonesia adalah sejarah perkembangan


bangsa Indonesia, kebudayaan bangsa Indonesia, suku bangsa, agama, dan budaya
unggul.

Identitas nasional Indonesia sebagai filsafat bangsa, hukum dasar, pandangan


hidup, etika politik,paradigma pembangunan.

3.2 SARAN

Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil


manfaat tentang pendidikan kewarganegaraan bagi warga Negara dan Negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) agar warga Negara bisa memahami sehingga kehidupan
berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hakim, S.1984. IImu kewarganegaraan. Departemen pendidikan, Direktorat


jendral pendidikan Tinggi, proyek pengembangan pendidikan diploma kependidikan.
Modul UTPBJJ.
AZyumardi Azra. 2004. Membangun jati diri bangsa Indonesia baru: pendekatan
pendidikan karakter. Malang Universitas Brawijaya.
Borger,p.dan Richard Heuhauss.1977. To Empower people: The Role Mediating
Structure in public policy. washington: American Enter-prise institute for public
research.

Anda mungkin juga menyukai