Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. Ani Mulyani

Umur

: 31 tahun

Alamat

: Kp. Ciganok, Cilawu

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Kiriman dari : Bidan Daerah Setempat


MRS

: 11 April 2013, pukul 03.20

RM

: 01592019

II.

ANAMNESIS
Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir
Anamnesis khusus :
G2P1A0 merasa hamil 8 bulan mengeluh pendarahan jalan lahir sejak 1 jam
SMRS. Pendarahan banyak membasahi 1 kain panjang. Pendarahan ini bukan
merupakan yang pertama kali. Keluhan tidak disertai nyeri perut. Mules mules
semakin sering dan bertambah kuat belum dirasakan ibu. Keluar cairan banyak
dari jalan lahir belum dirasakan ibu, gerak anak masih dirasakan ibu. Riwayat
penyakit jantung, paru, dan darah tinggi tidak ada. Riwayat merokok diakui sejak
muda.

III.

KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah :

: 19 tahun, SD, IRT


: 25 tahun, SD, buruh

Anak I

: Lahir dengan spontan , aterm , 3200 gram ,

KB

: (-)

PNC

: 10x, ke bidan dan puskesmas setiap bulan

HPHT

: 5 September 2012

TP

: 12 Juni 2013

1|Page

Siklus
IV.

: 28 hari, teratur

PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens :
Keadaan Umum
Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 120/80mHg

Nadi

: 80x/menit

Respirasi

: 16x/menit

Suhu

: 36,8 C

Kepala

: Conjunctiva : anemis (-/-)


Sklera

Leher

: Tiroid: t.a.k
KGB

Thoraks

: ikterik (-/-)

: Cor
Pulmo

: t.a.k
: BJ I , BJ II , murni reguler . murmur(-)
: VBS ki=ka . rh(-) wh(-)

Abdomen

: Cembung Lembut

Hepar

: Sulit dinilai

Lien

: Tidak teraba

Edema

: -/-

Varices

: -/-

Berat badan

Tinggi badan

V.

STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Fundus Uteri

: 32cm atas symphisis

Lingkar perut

: 88 cm

Letak anak

: Kepala , puka

BJA

: 136 - 140 x/menit

His

:-

2|Page

TBBA

: 1900 gram

Pemeriksaan Dalam, inspekulo


V/V

: TAK

Fluksus

: positif

VI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
11-04-2013 03:41
Hematologi
Darah Rutin
Hb

: 11,0 gr/dL

Lekosit

: 8.700/mm3

Trombosit

: 378.000/mm3

Eritrosit

: 3,77 juta/mm3

Hematokrit

: 33%

VII.

DIAGNOSIS
G2P1A0 gravida 33-34 minggu + Perdarahan Antepartum dengan susp. Plasenta
previa

VIII.

3|Page

RENCANA PENGELOLAAN
-

Rawat konservatif , pasang infus RL 20 gtt/menit

Nifedipin 3x20 mg

Dexametashone 2x5 gr IM

Rencana USG

Rencana SC , sedia darah

Observasi KU, TNRS, his, BJA

Observasi
Tgl/jam

BJ

HIS

Perdarah
an

11/0413
04.00
05.00
06.00
07.00
08.00

Ket
-infus RL 20gtt/mnt
- Nifedipin 3x10 mg

120/80
110/70
110/70
110/70
110/70

80
80
80
80
80

20
20
20
20
20

142
140
143
144
144

+
+
+
+
+

p.o
- Dexametason 2x5 gr
IM
- foley kateter

Jam 08.00 : Dilakukan USG oleh dokter jaga


Hasil USG

Hamil , Tunggal Hidup

Letak kepala

Usia kehamilan 32-33 minggu

TBBA : 1846 gram

Plasenta Menutupi OUI

Dx

: G2P1AO gravida 32-33 minggu + perdarahan antepartum

ec plasenta previa totalis


Advice

Rawat Konservatif

Dexametasone 2x5 gr

Observasi TNRS , KU, HIS , BJA

Jika perdarahan meningkat --- SC cito

Jam 10.00 : Ibu tiba di ruang OK EMG.


Dilakukan PL :

BJA : 140-144 x/mnt

Dilakukan PD :

v/v : tak
P

4|Page

: tebal lunak

: 1 jari sempit

D/ G2P1A0 Gravida 33-34 minggu + Perdarahan Antepartum ec Plasenta Previa Totalis


Jam 10.13

: Operasi dimulai (Akut)

Operator

: dr. Alif

Ass I

: Zr. Eka

Ahli Anastesi

: dr. Hayati sp.An

Jenis Anastesi: spinal


Jenis Operasi

: SC + IUD

Jam 10:15

: Lahir bayi dengan meluksir kepala menarik kaki


BB = 1800 gr PB = 41 cm

APGAR 1= 3 5=5

Disuntikan oksitosin 10 IU IM. Kontraksi baik.


Pada eksplorasi lebih lanjut, tampak plasenta berinsersi di korpus depan
dan meluas menutupi OUI
Jam 10:17

: Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat


B= 400 gr

Jam 10:35

Uk = 19x19x2 cm

: operasi selesai
Perdarahan selama operasi : + 400 cc
Diuresis selama operasi

: + 200 cc

D/ prabedah : G2P1A0 Gravida 33-34 minggu + Perdarahan Antepartum ec Plasenta Previa


Totalis
D/ pascabedah : P2A0 partus prematurus dengan SC a.i Plasenta Previa Totalis JO
: SCTP + IUD
Laporan Operasi:
-

Dilakukan a dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya

Dilakukan insisi mediana inferior + 10 cm

Setelah peritonium dibuka tampak dinding uterus

5|Page

Plica vesica uterina diidentifikasi, di sayap konkaf ke arah pangkal ligamentum


rotundum kiri dan kanan. Kandug kencing disisihkan ke bawah dan ditahan
dengan retraktor.

SBR disayat konkaf bagian tengahnya, ditembus jari penolong, dan diperlebar ke
kiri dan ke kanan secara tumpul

Jam 10.15 : lahir bayi dengan menarik kaki.


BB: 1800 gr

PB : 41 cm

APGAR : 1= 3 5=5

disuntikan oksitosin 10 IU I.M. kontraksi baik.


Pada eksplorasi selanjutnya tampak plasenta berinsersi di korpus depan
meluas ke bawah menutupi OUE
-

Jam 10:17 : Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat.

Berat : 400gr

Ukuran : 15x15x2 cm

SBR dijahit 2 lapis, lapisan pertama dijahit jelujur interlocking, lapisan kedua
dijahit secara overhecting matras.

Perdarahan dirawat, setelah yakin tidak perdarahan dilakukan reperitonialisasi


dengan kandung kencing.

Abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.

Luka operasi dijahit lapis demi lapis, fascia dijahit dengan lexon II no.I, kulit
dijahit subkutikular.

Perdarahan selama operasi : 400 cc

Diuresis selama operasi : 400 cc

D/ prabedah : G2P1A0 Gravida 33-34 minggu + Perdarahan Antepartum ec Plasenta


Previa Totalis
D/ pascabedah : P2A0 partus prematurus dengan SC a.i Plasenta Previa Totalis
Jenis Operasi : SCTP + IUD

6|Page

7|Page

Follow up jaga
11/04/13

T : 118/71 mmHg

- Metronidazole 3x500 mg iv

Post OP

R : 20x/m

- Cefotaxime 2x1 gr iv

N : 80 x/mnt

- Kaptopren 2x1 supp

S : afebris

- Tirah baring 24 jam

ASI -/-

- Cek darah lengkap, HB

Abdomen datar lembut

- Observasi TNRS

PS/PP (-/-)

NT(-)

DM (-)

BU(-)

Perdarahan (+)
TFU sepusat , kontraksi baik
Luka Operasi : tertutup verband
BAB/BAK (-/-)
12/04/13

Flatus (-)
KU : CM

- Metronidazole 3x500 mg iv

POD I

T : 120/70 mmHg

- Cefotaxime 2x1 gr iv

R : 20x/m

- Kaptopren 2x1 supp

N : 80 x/mnt

- Mobilisasi

S : 37,6O C

- Test Feeding

ASI -/-

- Observasi TNRS

Abdomen datar lembut


PS/PP (-/-)
DM (-)

NT(-)
BU(+)

Perdarahan (+) sedikit


TFU 2 jbspt, kontraksi baik
Luka Operasi : tertutup verband
BAB/BAK (-/+)
13/04/13

Flatus (-)
T : 120/70 mmHg

-Obat ganti oral

POD II

R : 20x/m

- Cefadroxil 2x500 mg

N : 80 x/mnt

- Asam Mefenamat 3x500 mg

S : afebris

- Metronidazol 3x500mg

8|Page

ASI +/+

- Lepas kateter

Abdomen datar lembut

- Lepas Infus

PS/PP (-/-)

- Mobilisasi

NT(-)

DM (-)

BU(+)

- Observasi TNRS

Perdarahan (-)
TFU 3 jbspt, kontraksi baik
Luka Operasi : tertutup verband
BAB/BAK (-/+)
14/04/13

Flatus (+)
T : 110/60 mmHg

- Cefadroxil 2x500 mg

POD III

R : 20x/m

- Asam Mefenamat 3x500 mg

N : 80 x/mnt

- Metronidazol 3x500mg

S : afebris

- Mobilisasi

ASI +/+

- Observasi TNRS

Abdomen datar lembut

- Ganti verband

PS/PP (-/-)

- BLPL

NT(-)

DM (-)

BU(+)

Perdarahan (-)
TFU 3 jbspt, kontraksi baik
Luka Operasi : kering terawat
BAB/BAK (+/+)
Flatus (+)

9|Page

PERMASALAHAN
1. Bagaimana mendiagnosis plasenta previa?
2. Apakah faktor resiko dari pasien ini ?
3. Bagaimana pengelolaan pada pasien ini?
4. Bagaimana fungsi kesehatan reproduksi pada pasien ini?

10 | P a g e

PEMBAHASAN
Pendarahan Antepartum
Definisi
Perdarahan antepartum

adalah

perdarahan

pada

triwulan

terakhir

dari

kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 28
minggu tanpa melihat berat janin, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus.
Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya
daripada sebelum kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang
berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa
hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya
umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa
berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan
antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu,
sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita
agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka
kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat menurun.
Jenis-jenis perdarahan antepartum
Solusio Plasenta
Definisi

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta


dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu

dan sebelum janin lahir.(9) .


Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri

sebelum janin lahir .(1)


Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi
normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila
terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram
(2)

11 | P a g e

Klasifikasi

Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan


plasenta
-

terlepas.
Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan
- Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
- Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi,
-

Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.


Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang

yang

membentuk hematoma retroplacenter


Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong

amnion.
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan
solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
- Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada
tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian
-

permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg%


Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre
renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/42/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.

12 | P a g e

Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda


renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3
bagian atau keseluruhan.

Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi

Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan
eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi
pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang
hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya

hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.(7,8)


Faktor trauma
- Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
- Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa
penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik

keadaan endometrium (7,8)


Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. (2)
Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan
solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang

mengandung leiomioma (1,7)


Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya

plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif


Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus
per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi

13 | P a g e

tipis,

diameter

lebih

luas

dan

beberapa

abnormalitas

pada

mikrosirkulasinya
Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada
kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil

yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta


Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus
pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
kehamilan, dan lain-lain. (8)

Gambaran Klinis
a) Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana
terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila
terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit
sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus
menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus
yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin
tegang karena perdarahan yang berlangsung.
b) Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas
permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta
ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus
menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam.
Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya
mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok,
demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam
keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan
sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi
jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin
telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat
c) Solusio plasenta berat
14 | P a g e

Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.
Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam
tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam
mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar
kemungkinan

telah

terjadi

kelainan

pada

pembekuan

darah

dan

kelainan/gangguan fungsi ginjal


Komplikasi
-

Syok perdarahan
Gagal ginjal
Kelainan pembekuan darah
Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:


-

Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia,


Kematian

Diagnosis
Anamnesis
-

Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut


Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong(nonrecurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna

kehitaman
Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.
Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

Pemeriksaan dalam
-

Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.


Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta

Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)


-

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah
terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta

15 | P a g e

Terapi
a. Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan
berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring
-

dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan. (2)


Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah
luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio
sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk

mempercepat persalinan
b. Solusio plasenta sedang dan berat
- Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di
rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu
-

seksio sesaria
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi
sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan.

Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.


Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah
kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak
berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan, walaupun sudah
dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan

persalinan adalah seksio sesaria


Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi jika
perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka

histerektomi perlu dilakukan.


Plasenta Previa
Definisi
- Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae:
didepan; vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh
atau sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada
dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.
-

(Obsterti Patologi, Edisi 1984).


Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.

16 | P a g e

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya subnormal, yaitu pada


segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian jalan
lahir.

Klasifikasi Plasenta Previa


Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu:
-

Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.


Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh plasenta.
Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringan plasenta.
(Obsterti Patologi, Edisi 1984).
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan pervaginam
yaitu plasenta previa totalis seperti terdapat dalam gambar berikut :

Etiologi
Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade multi para.
Primigravida tua. Bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan
leiomioma uteri.
Anamnesis: Perdarahan jalan lahir berwana merah segar tanpa rasa nyeri. Tanpa
sebab terutama pada multi para.
Faktor Risiko Plasenta Previa
Faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti namun dari
beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi pada
ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya
17 | P a g e

serta gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya
plasenta previa.
a. Faktor predisposisi
Menurut Manuaba (1998), faktor faktor yang dapat meningkatkan
kejadian plasenta previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda < 20
tahun dan pada umur > 35 tahun, paritas yaitu pada multipara, endometrium yang
cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau manual plasenta, perubahan
endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada keadaan malnutrisi karena
plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur, serta bekas
persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan 2 tahun.
Menurut Mochtar (1998), faktor faktor predisposisi plasenta previa
yaitu: 1) Umur dan paritas Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah, di
Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil.
Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana
endometrium masih belum matang. 2) Endometrium yang cacat Endometrium
yang hipoplastis pada kawin dan hamil muda, endometrium bekas persalinan
berulang ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuratage,
dan manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium
belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Hipoplasia endometrium : bila kawin dan
hamil pada umur muda.
b. Faktor pendukung
Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi
plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya : 1)
Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti : fibroid atau jaringan
parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah Caesar atau aborsi). 2)
Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium. Menurut
Sastrawinata (2005), plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar
dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan
multipel. Sebab sebab terjadinya plasenta previa yaitu : beberapa kali menjalani
18 | P a g e

seksio sesarea, bekas dilatasi dan kuretase, serta kehamilan ganda yang
memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena
endometrium kurang subur (Manuaba, 2001).
c. Faktor pendorong
Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan perubahan
atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi
dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari
20 batang sehari)
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa
yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih
besar dibandingkan dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar
dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih
besar dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya
plasenta previa. Melahirkan dengan operasi caesar mengakibatkan parut di
dalam rahim. Kejadian meningkat pada wanita yang sudah melakukan 2
kali atau lebih operasi caesar
Penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah rahim belum diketahui
secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu
penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi
karena proses radang maupun atropi.
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi
desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :

Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek

Mioma uteri

Kuretasi yang berulang

19 | P a g e

Umur lanjut

Bekas seksio sesarea.

Patofisiologi Plasenta Previa


Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada
trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya
segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui
tapak plasenta terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang
tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi
akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan
membuka ada bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh
sebab itu, perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena
segmen bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa
terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek
karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal
Pemeriksaan fisik
-

Pemeriksaan luar, bagian tebawah janin biasanya belum masuk pintu atas

panggul. Ada kelainan letak jain.


Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari usteum uteri eksternum.
Penentun letak plasenta secara lansung baru dikerjakan jika fasilitas lain tidak ada
dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut dalam pemeriksaan dalam
meja operasi

20 | P a g e

Pemeriksaan diagnostic
-

Anamnesis.
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri
terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari

anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.


Pemeriksaan Luar
Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi kepala,
biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul mengelak ke samping

dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.


Pemeriksaan In Spekulo.
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari osteum
uteri eksternum atau dari ostium uteri internum, adanya plasenta previa harus

dicurigai.
Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung.
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan radiografi,
radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan
cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan

janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro, 2005)


Pemeriksaan Ultrasonografi.
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi

plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah.
Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif
Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan perabaan secara langsung
melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada
ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO sebagai
upaya menetukan diagnosis.

Gambaran Kinik
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja
biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal.
Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen
bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti

21 | P a g e

oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan
darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai
serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang
letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena
itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak
rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
Penatalaksanaan
Terapi ekopektif
Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan klinis dipantau secara ketat

dan baik.
Syarat-syarat terapi ekopektif:
Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
Belum ada tanda-tanda inpartu.
Keadaan umum ibu cukp baik.
Janin masih hidup.
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak dan presentasi janin.
Berikan tokolitik jika ada kontaraksi.
- MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6 jam.
- Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada disekitar
ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan
gawat janin.

Terapi aktif

22 | P a g e

Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturnitas

janin.
Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara menyelesaikan persalinan,
setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika:
- Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
- Kehamilan 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.
- Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal:
-

anensefali).
Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah:


1. Seksio sesarea
- Prinsip

utama

dalam

melakukan

seksio

sesarea

adalah

untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak punya


-

harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan.


Tujuan seksio sesarea.
o Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
o Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks

uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.


Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.

Komplikasi
-

Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia

karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.


Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti
Asfiksi berat.

Insertio Velamentosa

23 | P a g e

Insertio velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Insersi
velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali pusat
dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan insersi
funiculus umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena
pembuluh darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara
funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah tersebut
berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa. Vasa previa ini sangat
berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat terkoyak dan
menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah perdarahan segera
setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat
bunyi jantung anak menjadi buruk.
Vasa previa
Definisi
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau
berada di dekat ostium uteri internum (cervical os). Pembuluh darah tersebut berada
didalam selaput ketuban (tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta)
sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah.
Etiologi

24 | P a g e

Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang berada di
depan ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat berasal dari insersio
velamentosa dari talipusat atau bagian dari lobus suksenteriata (lobus aksesorius). Bila
pembuluh darah tersebut pecah maka akan terjadi robekan pembuluh darah sehingga
terjadi eksanguisasi dan kematian janin.
Patofisiologi
Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah janin melintasi
selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Dimana pembuluh darah
tersebut berasal dari insersio velamentosa. Patofisologi pendarahan vasa previa disini
hampir sama dengan etiologinya karena hampir semua berhubungan.
Plasenta Sirkumvalata
Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepitepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih berkesinambungan dengan tepi plasenta
tapi pelekatannya melipat kebelakang pada permukaan foetal.
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin
putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari
vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir plasenta mudah
terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan perdarahan antepartum. Hal
ini tidak dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan.

25 | P a g e

1. Bagaimana mendiagnosis plasenta previa?


Pada pasien ini :

Dari anamnesa didapatkan : keluhan berupa perdarahan dari jalan lahir yang
terjadi pada kehamilan trimester akhir (bulan ke-9), tanpa disertai nyeri dan
perdarahan berulang.

Hasil Inspekulo menunjukkan adanya fluksus dari OUE

Hasil USG menunjukkan adanya plasenta previa totalis

Pemeriksaan dalam, yaitu pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi


dan siap untuk segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam untuk
menegakkan diagnosa pasti, mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi
persalinan.

2. Apakah faktor resiko dari pasien ini ?


Pada pasien ini:
Kemungkinan terbesar dari penyebab terjadinya plasenta previa adalah
keadaan endometrium yang kurang baik akibat dari kebiasaan pasien yang
merokok sejak muda. Zat dalam rokok menyebabkan perubahan inflamasi atau
atrofi pada endometrium, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.
Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20
batang sehari).
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik,yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri
internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas,
seperti pada eritroblastosis, diabetes melitus, atau kehamilan multipel keadaan
endometrium menjadi kurang baik sehingga plasenta harus tumbuh menjadi luas
untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati
atau menutup ostium uteri internum.

26 | P a g e

3. Bagaimana pengelolaan pada pasien ini?


Pada pasien ini :
Dilakukan terminasi karena pasien sudah dalam kehamilan aterm dan
parturien. Dipilih rencana seksio sesarea karena perdarahan yang banyak akibat
plasenta previa totalis dan sesegera mungkin melahirkan janin sehingga uterus
dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Serta menghindarkan
kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam.
Penderita juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan
terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan
intrauterin.
Perlu diperhatikan bahwa sebelum melakukan tindakan apapun pada
penderita plasenta previa, harus selalu tersedia darah yang cukup.
4. Bagaimana fungsi kesehatan reproduksi pada pasien ini?
Haid

: normal

Hamil

: riwayat bekas SC pada pasien menjadi salah satu faktor yang

dapat menajdikan alasan kehamilan selanjutnya dilakukan tindakan SC . plasenta


previa pada pasien ini dapat berulang pada kehamilan berikutnya
Seksual

: pada kehamilan selanjutnya, hubungan seksual saat kehamilan

sangat tidak dianjurkan dikhawatirkan adanya perdarahan yang memicu ke arah


plasenta previa totalis.

27 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G, et al.

2004. Williams Obsetrics 22nd edition. New York.

McGraw-Hill
2. Fadel, H.E. 1982. Diagnosis and Management of Obstetric Emergencies.
California. Addison-Wesley publishing company : 193-213.
3. Thompson, William dan M. Ann Harper. 2002. Postpartum haemorrhage and
abnormalities of the third stage of labour in Turnbulls Obstetrics. 3rd ed. London.
Churchill Livingstone. 619 632.
4. Sastrawinata, Sulaiman, et al. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri
Patologi. Jakarta : EGC: 171 - 178.
5. Wijayanegara, Hidayat, et al. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi RS. DR. Hasan Sadikin. Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi
FKUP/RSHS. Hal 118 121
6. Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279
7. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan
Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8.

28 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai