Anda di halaman 1dari 3

DYSMENORRHEA

http://veniwulandari.blogspot.com/2010/01/dysmenorrhea.html 26=04-2010
Diposkan oleh VENI WULANDARI di 05:55
Nyeri haid atau Dysmenorrhea mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering
menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan,
karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai
Istilah dysmenorrhea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian
hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997). Ada 2
jenis dysmenorrhea, yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder.
Pembagian dismenorea sebagai berikut : pertama dysmenorrhea primer atau esensial,
intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau didapati adanya kelainan
ginekologik yang nyata; yang kedua dismenorea sekunder atau ekstrinsik, yaitu rasa
nyerinya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah pelvis, misalnya
endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD.
menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja hampir semuanya disebabkan
dysmenorrhea primer. Dysmenorrhea primer disebabkan karena gangguan
keseimbangan fungsional, bukan karena penyakit organik pelvis, sedangkan
dysmenorrhea sekunder berhubungan dengan kelainan organik di pelvis yang terjadi
pada masa remaja.
Klasifikasi dysmenorrhea
1) Dysmenorrhea primer
a. Definisi
Dysmenorrhea primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa adanya kelainan
ginekologik yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarke,
biasanya sesudah menarke, umumnya sesudah 12 bulan atau lebih, oleh karena
siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarke biasanya bersifat
anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama
dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa
kasus dapat berlangsung sampai beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang yang
berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat merambat ke
daerah pinggang dan paha. Rasa nyeri dapat disertai rasa mual, muntah, sakit kepala,
diare (Hanafiah, 1997).
b. Etiologi dysmenorrhea primer
Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dysmenorrhea
primer. Menurut Hanafiah (1997), beberapa faktor berikut ini memegang peranan
penting sebagai penyebab dysmenorrhea primer, antara lain:
o Faktor kejiwaan

Gadis-gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapat penerangan yang baik tentang proses menstruasi, maka mudah untuk
timbul dysmenorrhea primer. Faktor ini, bersama-sama dismenorea merupakan
kandidat terbesar untuk menimbulkan gangguan insomnia.
o Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga menurunkan
ketahanan terhadap nyeri, faktor-faktor ini adalah anemia, penyakit menahun, dan
sebagainya.
o Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer
adalah karena terjadinya stenosis kanalis servikalis. Akan tetapi sekarang tidak lagi
dianggap sebagai faktor penting sebagai penyebab dismenorea primer, karena banyak
wanita menderita dismenorea primer tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam
hiperantefleksi, begitu juga sebaliknya. Mioma submukosum bertangkai atau polip
endometrium dapat menyebabkan dismenorea karena otot-otot uterus berkontraksi
kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
o Faktor endokrin
Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea primer
disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena
endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 alfa yang
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 alfa berlebih
dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula efek
umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
o Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dysmenorrhea primer dengan
urtikaria, migren atau asma bronkiale.
c. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya nyeri pada dysmenorrhea primer diterangkan sebagai berikut :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini
akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan
mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan
enzim fosfolipase A2. Fosfolipase ini A2 akan menghidrolisis senyawa fosfolipid
yang ada di membran sel endometrium; menghasilkan asam arakhidonat. Adanya
asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang

kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2
dan PGF2 alfa. Wanita dengan dysmenorrhea primer didapatkan adanya peningkatan
kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium
dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan
terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia.
Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan
selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus
pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia (Sunaryo, 1989).
2) Dysmenorrhea sekunder
a. Definisi
Dysmenorrhea sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organik, seperti
endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau
uterus dan polip uterus. IUD juga dapat merupakan penyebab dismenorea ini.
Dismenorea sekunder dapat disalahartikan sebagai dismenore primer atau dapat
rancu dengan komplikasi kehamilan dini, terapi harus ditunjukkan untuk mengobati
penyakit dasar (Bobak, 2004)
b. Pengobatan
Pengobatan yang sering dipakai adalah golongan NSAID yaitu : aspirin, naproksen,
ibuprofen, indometasin, dan asam mefenamat. Obat-obatan ini sering kali lebih
efektif jika diminum sebelum timbul nyeri.
Karena dismenorea jarang menyertai perdarahan tanpa ovulasi, maka pemberian
kontrasepsi oral untuk menekan ovulasi juga merupakan pengobatan yang efektif

Anda mungkin juga menyukai