Anda di halaman 1dari 6

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Migrasi ikan adalah adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain
yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan untuk eksistensi
hidup dan keturunannya. Ikan mengadakan migrasi dengan tujuan untuk pemijahan, mencari
makanan dan mencari daerah yang cocok untuk kelangsungan hidupnya. Migrasi ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor eksternal (berupa faktor lingkungan yang secara
langsung atau tidak langsung berperan dalam migrasi ikan) maupun internal (faktor yang
terdapat dalam tubuh ikan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi:
Faktor Eksternal
- Bimbingan ikan yang lebih dewasa. Ikan mampu melakukan migrasi untuk kembali ke daerah
asal karena adanya bimbingan dari ikan yang lebih tua. Contoh: migrasi ikan herring Norwegia
atau ikan Cod laut Barents, ikan lebih tua cenderung tiba di tujuan lebih dulu dari pada ikan
muda
- Bau perairan. Ikan anadromous mampu bermigrasi ke daerah asal dengan melalui beberapa
cabang sungai, kemampuan memilih cabang sungai yang benar diduga dilakukan dengan
mengenali bau-bauan bahan organik yang terdapat dalam sungai. Contoh: Ikan salmon mampu
mengenali bau morpholine dengan konsentrasi 1 x 10-6ppm, jika suatu cabang sungai diberi
larutan morpholine, maka ikan salmon akan masuk ke cabang sungai tadi. Hal ini menunjukkan
bahwa

ikan

menggunakan

indera

pencium

untuk

bermigrasi

ke

daerah

asalnya.

- Suhu. Fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting yang merangsang dan
menentukan pengkonsentrasian serta pengelompokkan ikan. Suhu akan mempengaruhi proses
metabolisme, aktifitas erakan tubuh dan berfungsi sebagai stimulus saraf. Contoh: suhu
permukaan yang disukai ikan cakalang berkisar 160-260C, sedangkan suhu tinggi merupakan
faktor penghambat bagi ikan salmon untuk bermigrasi (pada suhu 240C tidak ada ikan salmon
yang

bermigrasi).

- Salinitas. Ikan cenderung memilih medium dengan salinitas yang lebih sesuai dengan tekanan
osmotik tubuh mereka masing-masing. Perubahan salinitas akan merangsang ikan untuk

melakukan migrasi ke tempat yang memiliki salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik
tubuhnya. Contoh: Seriola qiuqueradiata menyukai medium dengan salinitas 19 ppt, sedangkan
ikan

cakalang

menyukai

perairan

dengan

kadar

salinitas

33-35

ppt.

- Arus pasang surut. Arus akan mempengaruhi migrasi ikan melalui transport pasif telur ikan dan
juvenil dari daerah pemijahan menuju daerah asuhan dan mungkin berorientasi sebagai arus yang
berlawanan pada saat spesies dewasa bermigrasi dari daerah makanan menuju ke daerah
pemijahan. Ikan dewasa yang baru selesai memijah juga memanfaatkan arus untuk kembali ke
daerah makanan. Pasang surut di perairan menyebabkan terjadinya arus di perairan yang disebut
arus pasang dan arus surut.
- Intensitas cahaya. Perubahan intensitas cahaya sangat mempengaruhi pola penyebaran ikan,
tetapi respon ikan terhadap perubahan intensitas cahaya dipengaruhi oleh jenis ikan, suhu dan
tingkat kekeruhan perairan. Ikan mempunyai kecenderungan membentuk kelompok kecil pada
siang hari dan menyebar pada malam hari.
- Musim. Musim akan mempengaruhi migrasi vertikal dan horisontal ikan, migrasi ini
kemungkinan dikontrol oleh suhu dan intensitas cahaya. Ikan pelagis dan ikan demersal
mengalami migrasi musiman horisontal, mereka biasanya menuju ke perairan lebih dangkal atau
dekat permukaan selama musim panas dan menuju perairan lebih dalam pada musim dingin.
- Matahari. Ikan-ikan pelagis yang bergerak pada lapisan permukaan yang jernih kemungkinan
besar menggunakan matahari sebagai kompas mereka, tetapi hal ini mungkin tidak berlaku bagi
ikan-ikan laut dalam yang melakukan migrasi akibat pengaruh musim.
- Pencemaran air limbah. Pencemaran air limbah akan mempengaruhi migrasi ikan, penambahan
kualitas air limbah dapat menyebabkan perubahan pola migrasi ikan ke bagian hulu sungai.
Contoh: ikan white catfish pada musim pemijahan banyak terdapat didaerah muara, padahal
biasanya ikan ini memijah di hulu sungai. Tetapi migrasi mereka terhalang oleh air limbah di
hulu sungai.
Faktor Internal

- Kematangan gonad. Kematangan gonad diduga merupakan salah satu pendorong bagi ikan
untuk melakukan migrasi, meskipun bisa terjadi ikan-ikan tersebut melakukan migrasi sebagai
proses untuk melakukan pematangan gonad.
- Kelenjar-kelenjar internal. Migrasi ikan Cod di laut Barent dikontrol oleh kelenjar tiroid yang
berada di kerongkongan, kelenjar tersebut aktif pada bulan September yang merupakan waktu
pemijahan ikan Cod.
- Insting. Ikan mampu menemukan kembali daerah asal mereka meskipun sebelumnya ikan
tersebut menetas dan tumbuh di daerah yang sangat jauh dari tempat asalnya dan belum pernah
melewati

daerah

tersebut,

kemampuan

ini

diduga

berasal

dari

faktor

insting.

- Aktifitas renang. Aktifitas renang ikan meningkat pada malam hari, kebanyakan ikan bertulang
rawan (elasmobranch) dan ikan bertulang keras (teleost) lebih aktif berenang pada malam hari
daripada di siang hari.
Pola distribusi, migrasi, daya pulih dan daya adaptasi ikan terhadap perubahan
lingkungan merupakan landasan bagi upaya pelestarian sumberdaya ikan. Informasi tersebut
dapat digunakan untuk menentukan jumlah beban masukan bahan organik maupun inorganik ke
suatu perairan agar tidak melebihi daya adaptasi dan mengganggu siklus hidup suatu jenis ikan.
http://ihsanulkhairi86saja.wordpress.com/2011/11/15/migrasi-ikan-dan-faktor-faktor-yangmempengaruhinya/

Pola Natalitas Ikan Salmon dan Ikan Sidat

Migrasi atau yang lebih dikenal dengan ruaya merupakan suatu proses perpindahan ikan
dari suatu tempat ke tempat lain yang memungkinkan ikan untuk hidup, tumbuh, ataupun
berkembangbiak. Ruaya ataupun migrasi ini biasanya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu
genetik atau insting, makanan, dan reproduksi serta faktor eksternalnya adalah temperature,

salinitas dan predator. Lucas & Baras (2001) dalam jurnal Fahmi (2010) menyebutkan secara
umum migrasi merupakan pergerakan suatu spesies pada stadia tertentu dalam jumlah banyak ke
suatu wilayah. Ikan yang berangkat dan menuju suatu lokasi yang sama ataupun hampir sama
dengan tempat lahirnya. Migrasi menuju tempat reproduksi umumnya dilakukan setiap tahun
atau setiap musim pemijahan sedangkan migrasi yang dilakukan ikan yang masih kecil (juvenil)
untuk mencari makanan dapat dilakukan berulangkali.
Ikan salmon merupakan ikan yang anadromus yaitu ikan yang beruaya dari perairan laut
menuju ke perairan tawar. Ikan salmon dewasa banyak menghabiskan waktunya di perairan laut
dan akan beruaya ke perairan tawar untuk melakukan pemijahan. Pemijahan ikan salmon ini
terjadi pada musim dingin dan musim gugur di hulu sungai. Setelah pemijahan, larva ikan
salmon akan kembali ke laut untuk mendapatkan makanan, tetapi perjalannya ke laut sangat
tergantung pada ketersediaan makanan disekitarnya. Jones FRH (1970) dalamjurnal Fahmi
(2010) menyatakan bahwa Salmon Atlantik baru akan migrasi setelah satu hingga enam tahun
atau lebih lama dari Salmon Pasifik sekitar 2 3 tahun. Salmon Atlantik dapat melakukan
pemijahan 2 3 kali ke perairan tawar sedangkan Salmon Pasifik hanya melakukan 1 kali setelah
itu mati. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa tingkat homing atau kemampuan ikan
dewasa untuk kembali ke tempat asalnya, untuk kematangan gonad dan reproduksi pada
beberapa jenis ikan salmon yaitu Salmon Oncorhynchus mykiss 94%, Salvelinus fontinalis 99,5%
danSalmotrutta 100%.
Ruaya atau migrasi lainnya adalah yang dilakukan oleh ikan Sidat (Anguilla anguilla).
Ikan Sidat termasuk ikan yang katadromus yaitu ikan yang beruaya dari air tawar menuju air laut
untuk melakukan pemijahan. Ruayanya juga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi proses migrasi ikan sidat adalah faktor genetik yaitu
ekspresi genetic ikan tergantung ikan tergantung pada lingkungan dan stadia perkembangan ikan
yang memberikan respon pada insting dan fisiologi ikan kecil untuk melakukan migrasi menuju
ke area feeding ground dan ikan dewasa oleh instingnya melakukan migrasi ke daerah
pemijahan (spawning ground). Keseimbangan metabolik juga merupakan faktor internal yang
lain karena banyak ikan melakukan migrasi untuk mencari makan dalam hal pemenuhan isi
lambungnya karena kelaparan dan berkaitan dengan keseimbangan metabolism. Pemijahan juga
merupakan faktor internal ikan sidat melakukan migrasi.

Faktor eksternal yang mempengaruhi migrasi ikan sidat adalah terkait dengan intensitas
cahaya. Ikan sidat sebagai ikan nokturnal tidak akan meninggalkan shelter hingga matahari
tenggelam. Ikan sidat akan bergerak cepat menuju hulu pada malam hari karena aktivitas ikan
sidat sangat dipengaruhi oleh cahaya bulan.
Selama proses migrasi ikan sidat dan ikan salmon akan melakukan upaya untuk
mempertahankan hidup diantaranya adalah mengatur tekanan osmotik (osmoregulasi) dan
metabolisme. Osmoregulasi adalah mekanisme atau aktivitas fisiologis hewan yang berkaitan
dengan pengaturan konsentrasi ion dan volume cairan di dalam badan dan luar badan. Untuk
mencapai kondisi isoosmotik maka ikan akan melakukan pengambilan dan pengeluaran ion dari
dalam badan. Ikan migrasi memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan salinitas. Ikan yang
berada di air tawar mengalami hiperosmotik terhadap lingkungan. Untuk mencapai isoosmotik,
ikan akan mengeluarkan ion-ion badan melalui urin dan akan minum banyak untuk mengatur
volume cairan tubuh. Sebaliknya ikan laut mengalami hipoosmotik terhadap lingkungan. Setiap
ikan yang melakukan migrasi akan menyimpan banyak energi saat melakukan ruaya ke tempat
sumber makanan. Selanjutnya energi tersebut akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak untuk
melakukan migrasi ke habitat lain seperti tempat pemijahan. Energi yang dikeluarkan ikan saat
bermigrasi digunakan untuk berenang, osmoregulasi, dan respirasi.
Adaptasi yang dilakukan oleh ikan sidat untuk berkembangbiak dan mempertahankan
hidupnya yaitu adaptasi bentuk badan ikan sidat pertama kali mulai terlihat pada
fase leptocephalus, yaitu bentuk badan yang pipih menyerupai daun karena sangat penting
dimiliki ikan yang akan melakukan migrasi secara pasif mengikuti pola arus., juga memiliki
warna badab yang transparan sebagai upaya adaptasi terhadap serangan predator. Ikan sidat
mulai mengalami metamorfosis pada saat memasuki perairan tawar yaitu bentuk badan berubah
menjadi oval dan panjang. Bentuk ini memudahkannya untuk bergerak/berenang dengan cepat
saat memasuki muara sungai dan melakukan tingkah laku meliang dalam lumpur dan kelenturan
badannya digunakan untuk bersembunyi di balik batu untuk menghindari serangan predator.
Mata ikan sidat akan beradaptasi saat memasuki perairan laut dalam karena komposisi sel retina
akan mengalami perubahan/menyesuaikan intensitas cahaya. Pembesaran mata ikan sidat
mencapai empat kali lipat ukuran normal yaitu untuk meningkatkan kemampuan melihat karena
lingkungan perairan sudah mulai gelap.

Sumber : Jurnal Phenotypic plasticity kunci sukses adaptasi ikan migrasi : studi kasus ikan Sidat
(Anguilla sp.) oleh Melta Rini Fahmi
http://sihombingrukunaquaculture.blogspot.com/2012/12/pola-natalitas-ikan-salmon-danikan.html

Anda mungkin juga menyukai