KONSEP MEDIS
A. Definisi
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari
sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi
dari peradangan akut saluran empedu (Anggunweb, 2010).
Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu abses hati amebik (AHA) dan
abses
hati
pyogenik
(AHP).
AHA merupakan
komplikasi
amebiasis
haemolytic streptococcus sp. Secara historis abses hepar piogenik lebih banyak
menyerang pria daripada wanita (Ilmubedah.info, 2011).
C. Patofisiologi
Jika suatu infeksi terjadi dibagian mana pun di sepanjang saluran cerna,
mikroorganisme penyebab infeksi dapat mencapai hati melalui system bilier,
system vena porta, atau system arterial hepatic atau system limfatik. Sebagian
besar bakteri akan dihancurkan dengan segera, tapi sebagian lagi kadang-kadang
dapat hidup dan tumbuh. Toksin bakteri akan menghancurkan sel-sel hati
disebelahnya, dan jaringan nekrotik yang dihasilkan bekerja sebagai dinding
pelindung bagi mikroorganisme tersebut (Brunner & Suddarth, 2001).
Sementara itu, leukosit akan bermigrasi kedaerah yang terinfeksi. Akibat
bermigrasi ini adalah terbentuk rongga abses yang penuh dengan cairan yang
berisi leukosit yang mati dan hidup, sel-sel hati yang mencair serta bakteri.
Abses piogenik tipe ini dapat soliter, multiple dan berukuran kecil. Contohcontoh penyebab abses piogenik hati adalah kolangitis dan trauma abdomen
(Brunner & Suddarth, 2001).
D. Manifestasi klinik
Gambaran kliniknya berupa sepsis tanpa atau dengan beberapa tanda
yang terbatas. Gejala deman disertai menggigil dan diaphoresis, malaise,
anoreksia, mual, muntah serta penurunan berat badan dapat terjadi. Pasien dapat
mengeluh nyeri tumpul pada abdomen dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen. Hepatomegali, Asites, ikterus, anemia, dan efusi pleura dapat terjadi.
Sepsis dan syok juga dapat terjadi dan menyebabkan kematian (Brunner &
Suddarth, 2001).
Manifestasi sistemik AHP lebih berat dari pada abses hati amebik.
Dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klisik berupa nyeri
spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk kedepan
dengan kedua tangan diletakan di atasnya. Apabila AHP letaknya dekat
digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga terjadi nyeri pada bahu
sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa mual dan muntah,
berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional
(Anggunweb, 2010).
E. Komplikasi
pilihan
dengan
merupakan
derivat
nitroimidazole.
Dosis
yang
dianjurkan untuk kasus abses hati ameba adalah 3 x 750 mg per hari
selama 7 10 hari. Derivat nitroimidazole lainnya yang dapat digunakan
adalah tinidazole dengan dosis 3 x 800 mg perhari selama 5 hari.
Dehydroemetine (DHE, Merupakan derivat diloxanine furoate. Dosis
yang direkomendasikan untuk mengatasi abses liver sebesar 3 x 500 mg
perhari selama 10 hari.
Chloroquin, Dosis yang dianjurkan adalah 1 g/hari selama 2 hari dan
diikuti 500 mg/hari selama 20 hari.
2. Aspirasi
Apabila pengobatan medikamentosa dengan berbagai cara
tersebut di atas tidak berhasil (72 jam atau bila terapi dcngan
metronidazol merupakan kontraindikasi seperti pada kehamilan.
3. Drainase Perkutan
Drainase perkutan berguna pada penanganan komplikasi paru,
peritoneum, dan perikardial.
4. Drainase Bedah
Pembedahan diindikasikan untuk penanganan abses yang tidak
berhasil mcmbaik dengan cara yang lebih konservatif. Juga diindikasikan
untuk perdarahan yang jarang tcrjadi tetapi mengancam jiwa penderita,
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
Data dasar pengkajian pasien dengan Abses Hepar, meliputi. Doenges,E.M
(2000):
Aktivitas/istirahat, menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu
sendiri.
Pernapasan, menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan
spider, eritema.
B. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan yang berlebihan melalui muntah dan diare.
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi
garam empedu dalam jaringan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan
proses penyakit.
f. Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi.
g. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
C. Rencana keperawatan.
DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
Kriteria hasil :
Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat
aktifitas.
Intervensi
Rasional
1. Tingkatkan tirah baring, Meningkatkan ketenangan istirahat dan
ciptakan lingkunga yang menyediakan energi yang digunakan untuk
tenang.
2. Tingkat
penyembuhan.
aktifitas
toleransi
kemampuan.
Ini dapat
terjadi karena
Intervensi
Rasional
1. Awasi keluhan anoreksia, Berguna dalam mendefinisikan derajat
mual/muntah.
2. Awasi
sedikit
frekwensi sering.
rasa
tidak
enak
dan
Penurunan
BB
menunjukkan
tidak
obat
vit.
kompleks,
vit
1.
Berikan
suplemen
protein.
3.
Catat
asupan
haluaran cairan.
4.
Ukur
dan
DX. IV. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi
garam empedu dalam jaringan .
Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh.
Kriteria hasil :
Intervensi
1. Lakukan perawatan kulit Mencegah
dengan
sering,
Rasional
kulit
kering
berlebihan.
sabun alkali.
2. Pertahankan kuku klien Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit
terpotong
Instruksikan
klien
menggaruk.
3. Pertahankan
liner
pakaian kering.
sumber ketidaknyamanan .
1.
Intervensi
Rasional
Kaji
tingkat Mengidentifikasi area kekurangan/salah
pemahaman
penyakit,
proses informasi
dan
memberikan
informasi
/prognosis, kemungkinan
pilihan pengobatan.
2.
Berikan
khusus
Kebutuhan
atau
tentang individu.
Aktifitas perlu dibatasi sampai hepar
kembali normal.
jelaskan
akan
penyakitnya.
3.
rekomendasi
pentingnya
Suhu tubuh 36 37 0C
Intervensi
1. Kaji
adanya
Rasional
keluahan
Peningkatan
suhu
tubuh
akan
suhu tubuh
terdapat
pembulu
darah
sehingga
cepat
memberikan
respon
dalam
Rasional
nyeri
serta
sebagai
dasar
frekuwensi
menujukkan
bahwa
jantungatau
pasien
TD
mengalami
3. Berikan
lembut
dapat
menghilangkan
tindakan ketidaknyamanan
kenyamanan
misalnya
DX. VIII. Pola napas tidak efektif berhubunagn dengan asites dan restriksi
pengembangan toraks akibat asites, distensi abdomen serta adanya
cairan dalam rongga toraks.
Tujuan : Perbaikan status pernapasan
Intervensi
Rasional
tekanan
diafragma
dan
abdominal
pada
memungkinkan
Mengurangi
kebutuhan
metabolic
dan
oksigen pasien.
3. Bantu
menjalani
pasien
atau torakosintesis
DAFTAR PUSTAKA
Anggun.Web. (2011). Abses Hati. Web Paling Anggun. Diakses tanggal 16 Juli 2011.
<http://www.anggun.web.id/abses-hati-liver-abscesses.html>.
Artikel bedah. (2011). Abses Hepar. Ilmubedah.Info. diakses tanggal 16 juli 2011.
<http://ilmubedah.info/Abses-Hepar-20110321.html>.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doenges, E., Moorhouse, MF dan Geissler, A. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Robin S.L. dan Kumar V. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.
Junita, A., Widita, H & Soemohardjo, S. ( 2006). Beberapa Kasus Abses Hati Amuba.
Jurnal Penyakit Dalam. V. 7 (2). p. 121-128