Anda di halaman 1dari 9

LEGENDA SI MBUYAK-BUYAK

Tuan Nahoda Raja Marga Simbolon berangkat dari Samosir menuju si Rintua
Kecamatan Parlilitan. Mereka berangkat tiga orang dengan permaisuri Boru Hotang
dan Boru Limbong. Mereka senang bekerja dan punya keturunan yang terkenal
dengan nama Si Onom Hudon. Menurut legenda kuno bahwa Tuan Nahoda Raja
sebenarnya punya anak Tujuh orang yang pertama adalah si Mbuyak-buyak. Konon
ceritanya karena si Mbuyak-buyaklah dan keturunan satu ibu (Turutan, Pinayungan
dan Nahampun yang dilahirkan boru Limbong kurang beruntung ini, terbukti dari
jarangnya marga tersebut di acara-acara adat khususnya Turutan dan Pinayungan).

Dalam suatu Cerita Tonnel (kira-kira 40 tahun yang lalu atau tahun 1967) di Gaman
pernah diadakan Tonnel Tuan Nahoda Raja karena salah seorang Marga Nahampun
hendak menyelesaikan Perguruan Tinggi di Aceh Namanya Rusli Nahampun dan
untuk memuluskan studinya diadakanlah istilahnya mamurpur sapata dengan tujuan
meringankan hukuman yang pernah dipadankan oleh Ompung si Mbuyak-buyak anak
sulung dari Tuan Nahoda Raja karena ulah dari adek-adeknya yang 6 marga tersebut
di atas.

Dalam cerita : Mereka (Keluarga Besar Tuan Nahoda Raja) tinggal di sebuah Desa
namanya Si Rintua masih dalam Kecamatan Parlilitan, kemudian mereka rukun
dengan anak-anaknya tujuh orang dan satu perempuan namanya Simbntar Daroh
(berdarah putih).

Salah satu anak Tuan Nahoda Raja yaitu Si Mbuyak-buyak punya kekurangan dan
kelebihan. Kekurangannya adalah tidak bisa berjalan kalau siang hari dan kalau
makan sangat kuat sehingga pada saat berdoa semua makanan yang dihidangkan habis
dimakannya sehingga membuat adek-adeknya naik pitam terutama Turutan,
Pinayungan dan Nahampun.

Kelebihannya pada waktu malam hari bisa berjalan keluar jam 19.00 dan kembali jam
04 pagi sehingga tidak ada yang yang mengetahui apa yang dikerjakan pada waktu
tersebut termasuk orangtuanya.

Pada suatu hari mereka bertujuh pindah kampung pisah dari orangtuanya dan si
Mbuyak-buyak digotong oleh adek-adeknya ke lokasi Kuta Napa Dllng Si Jagar
(Perbatasan Manduamas dengan Bungus) kirakira di Siambaton Kecamatan Pakkat,
sementara orangtua mereka tetap di Si Rintua (Antara Huta Godung dengan Si RingoRingo di Kec. Parlilitan).

Ditempat yang baru mereka tinggal di lereng gunung (Dolok Sijagar) dan mata
pencaharian mereka adalah Kapur Barus dengan penghasilan pas-pasan mereka
tidak dapat berkembang bahkan membantu orangtua mereka Tuan Nahoda Raja yang
tinggal di si Rintua pun tidak dapat dipenuhi mereka. Pada suatu hari mereka
mendengar berita yang kurang enak dari orangtuanya, dimana Tuan Nahoda Raja
mempunyai banyak utang, karena sering diajak oleh kerabatnya main judi dan
sejenisnya.

Pada suatu hari si Mbuyak-buyak merenung memikirkan utang orangtuanya. Untuk


itu ada terbenak dipikirannya untuk menyelesaikan utang tersebut. Diperintahkanlah
pada adek-adeknya Tinambunan dan Tumanggor untuk membuat Kulit Gotos (Kayu
Torop, sejenis Kayu Sukun) untuk diserahkan pada si Mbuyak-buyak selama satu

minggu (enam hari) si Mbuyak-buyak terus mamuyu (memintal) Tali Gotos sampai
panjang sekali dan pada suatu malam pada saat adek-adeknya tertidur lelap dia pergi
dan membawa tali yang sudah dipersiapkan.

Dia pergi ke hutan dan menanyakan setiap Kayu Kapur Barus berapa isi mereka ,
selesai dilaksanakan dia pulang ke rumah. Dan semua Kayu Kapur Barus yang berisi
telah diikat dengan tali Gotos.

Pada waktu pagi hari dia memerintahkan kepada adeknya Tinambunan untuk pergi
bersama adek-adeknya yang lain ke hutan dengan petunjuk tali yang sudah diikat pada
setiap pohon dengan perintah sebagai-berikut :

Pergilah kalian ke tombak (hutan) dan ambillah semua Kapur Barus yang sudah saya
ikat dengan tali dan ambillah semua isinya untuk membayar utang orangtua kita
kecuali salah satu Kayu Kapur Barus yang berisi mulai dari akar sampai daunnya,
jangan diambil dulu dan nanti setelah lunas utang orangtua kita baru diambil untuk
biaya pesta kita bersama orangtua.

Kemudian adek-adeknya yang enam orang berangkat ke hutan dan mengambil semua
Kapur Barus yang dipesankan oleh Si Mbuyak-buyak, dengan hasil yang sangat
banyak sekali.

Kemudian mereka melapor pada Si Mbuyak-buyak untuk pergi membawa hasil Kapur
Barus yang diambil dari hutan untuk membayar utang orangtua Tuan Nahoda Raja.

Sebelum mereka pergi membawa Kapur Barus kepada orangtua mereka, si Mbuyakbuyak berpesan kepada mereka demikian : Bayar kalianlah semua utang orangtua
kita sampai lunas, kemudian kita punya durian namanya si jangkawan dan babi
kasing yang sudah besar jangan diambil dulu dan di makan. Kalian harus pulang ke
sini untuk mengambil Kapur Barus yang berisi mulai dari akar sampai daun untuk kita
bawa dan kita akan mengadakan pesta besar untuk menghormati orangtua kita. Dan
mereka semua mengiyakan.

Kemudian mereka pergi dan membawa hasil Kapur Barus kepada orangtua di si
Rintua. Dan Tuan Nahoda Raja sangat senang melihat hasil Kapur Barus yang mereka
bawa sehingga utang mereka bisa lunas dengan hasil tersebut bahkan masih ada sisa
untuk sekedar pesta kecil-kecilan.

Setelah utang orangtua lunas, adek-adek Si Mbuyak-buyak berubah haluan yang


disponsori oleh Turutan, Pinayungan dan Nahampun bahkan Maharaja. Kemudian
Tinambunan dan Tumanggor masih kukuh mempertahankan pesan abangnya si
Mbuyak-buyak untuk pulang dulu mengambil Si Mbuyak-buyak baru sama-sama
mengadakan pesta.

Dengan ajakan secara paksa dari Turutan, Pinayungan dan Nahampun serta Maharaja
ikut-ikutan kepada orangtua mereka Tuan Nahoda Raja untuk mengadakan pesta
karena utang telah lunas. Dengan mengambil durian si jangkawan dan memotong babi
kasing yang sudah besar.

Tinambunan dan Tumanggor tidak setuju diadakan pesta tanpa abangnya si Mbuyakbuyak, tapi kelompok Turutan Cs tetap bersikukuh dan membuat orangtua mereka
mengambil keputusan yang berat mengingat mereka sudah dapat melunasi utangutangnya dan si Mbuyak-buyak dianggapnya tidak berperan dalam mencari Kapur

Barus tersebut karena tidak bisa jalan, padahal semua masalah bisa diatasi adalah
karena hasil karya si Mbuyak-buyak.

Akhirnya sampai pada keputusan dengan 4 (Turutan, Pinayungan, Nahampun dan


Maharaja) lawan 2 (Tinambunan dan Tumanggor) dan orangtua netral diambillah
keputusan dengan membelah durian si jangkawan dan memotong babi kasing dan
jadilah pesta diselenggarakan oleh mereka tanpa kehadiran abang mereka si Mbuyakbuyak. Dan inilah awal bencana bagi mereka yang ingkar tidak setia janji.

Setelah selesai pesta mereka hendak bergegas mengambil Kapur Barus yang berisi
dari akar sampai daun yang pernah dipesankan oleh abang mereka Si Mbuyak-buyak.

Begitu sampai mereka di tempat si Mbuyak-buyak mereka sangat kaget melihat raut
muka Si Mbuyak-buyak yang kurang bersahabat, karena mereka telah
menghianatinya.

Tinambunan dan Tumanggor merasa bersalah karena telah menghianati janji yang
telah mereka buat dan Turutan, Pinayungan, Nahampun dan Maharaja malah tenangtenang saja dan merasa tidak bersalah setelah abang mereka Si Mbuyak-buyak
membuka rahasia mereka terkesima dan kaget melihat kehebatan Si Mbuyak-buyak,
dimana si Mbuyak-buyak berkata kepada mereka bahwa dia telah dihianati. Pada saat
itu mereka belum mengakui kesalahannya tetap mengajak si Mbuyak-buyak untuk
mengambil Kbrruun yang berisi akar sampai daun untuk dibawa ke orangtua Tuan
Nahoda Raja untuk merayakan Pesta.

Kemudian si Mbuyak-buyak pergi ke belakang untuk mengambil bukti kesalahan


mereka dimana pada saat si Mbuyak-buyak pergi ke kali dia melihat ada kulit durian

si Jangkawan dan tetesan darah babi di kulit nya. Dibawalah ke rumah dan itulah
ditunjukkan kepada adek-adeknya semua sehingga mereka tidak bisa lagi berkelit dan
mengakui perbuatan mereka.

Kemudian si Mbuyak-buyak memerintahkan adeknya Tinambunan untuk pergi


mengambil Kapur Barus yang berisi mulai dari akar sampai daun dengan pesan
supaya disisakan 10 Asta (5 meter) batang kayu Kapur Barus tersebut.

Dan dilaksanakan Tinambunan dkk, dibawalah semua hasil Kbrruun itu dan
diserahkan kepada si Mbuyak-buyak yang 5 meter, kemudian si Mbuyak-buyak
mengumpulkan semua adek-adeknya dan mulailah dia Mrpatipatian (memberikan
semacam peringatan dan janji) karena kesalahan yang telah mereka perbuat, karena
sudah tiba saatnya mereka akan berpisah untuk selama-lamanya.

Pertama dipanggil adalah Tinambunan dan Tumanggor saya melihat tingkah laku
kalian sebenarnya dalam hati nuranimu tidak setuju menghianati aku tapi karena
dorongan adek-adekmu kau terpaksa mengikutinya. Maka kalian punya keturunan
banyak dan dapat diandalkan (bisuk).

Kemudian banyak yang saurmatua dan berhasil dalam studinya.

Kepada Maharaja kau tidak mengindahkan abangmu Tinambunan dan Tumanggor


maka keturunanmu sedikit namun bisa terpandang dan bisuk.

Kepada Turutan dan Pinayungan kalianlah sumber semua penghianatan itu sehingga
abangmu adekmu si Nahampun dan bahkan Orangtua kita dapat kalian perdayai untuk
melanggar janji kita maka saya katakan keturunanmu jarang bahkan lahir satu, yang
lainnya meninggal dan hampir tidak pernah kelihatan kalian dalam acara acara adat
abangmu dan adekmu.

Kepada Nahampun kau ikut-ikutan dan tidak pernah menantang ajakan abangmu
Turutan dan Pinayungan untuk membantu abangmu Tinambunan dan Tumanggor
yang seharusnya kau lakukan maka untuk itu keturunanmu banyak namun jarang ada
yang pintar dan kalau ada yang pintar akan cepat meninggal.

Dan hal-hal lain yang saya pesankan adalah : jangan pernah kalian memelihara babi
kasing untuk kepentingan kebutuhanmu, tapi kalau sebelum kasing silahkan dan kalau
kalian harus memelihara nya maka katakan bahwa itu adalah milik borumu atau
perempuan.

Dan untuk membantu kalian pada musim tanam ladang darat atau sawah kira-kira
bulan Mei sampai Juni saya akan mengirimkan burung Pamal sebagai tanda
kecintaanku kepada orangtua dan kalian adek-adekku yang datang ke rumahmu dan
bisa kamu tangkap dan ingat jangan dipelihara harus dibunuh dan dimakan.

Mereka akan tinggal selama lebih kurang 5- 6 bulan bersama kalian sebagai mata
pencaharian tambahan bagi kalian pada saat menanam menunggu hasilnya tiba pada
bulan Desember.

Kemudian setelah semua itu disampaikan tidak ada yang protes dari semua adekadeknya dan selang beberapa jam lagi diperintahkan kepada Tinambunan untuk

mengambil kayu Kapur Barus yang 5 meter untuk diserahkan kepada si Mbuyakbuyak.

Maka pada saat itu si Mbuyak-buyak masuk dalam kayu tersebut dan meluncur
dengan derasnya dari Dllng si Jagar menuju laut Manduamas (sampai sekarang ada
bekasnya di Dllng si Jagar)

Setelah semua kejadian tersebut berlalu pulanglah semua Tinambunan dan adekadeknya ke kampung orangtuanya di si Rintua dan diceritakanlah kejadian tersebut
kepada mereka. Pada saat itu Tuan Nahoda Raja dan istrinya sangat sedih dan
menangis karena berpisah dengan anaknya Si Mbuyak-buyak dan paling sedih adalah
Patipatian yang diberikan oleh si Mbuyak-buyak kepada adek-adeknya dan suka atau
tidak suka harus diterima oleh mereka. (nasi sudah jadi bubur).

Akibat hukuman tersebut maka pada waktu tahun enampuluhan ada generasi penerus
namanya Rusli Nahampun membuat ide mamurpurhon sapata supaya mereka bisa
lanjut sekolah .

Perlu diingat pada saat acara mamurpurhon sapata ni Oppung si Mbuyak-buyak bapak
Rusli Nahampun sedang menyelesaikan skripsi sarjana di Banda Aceh.

Setelah acara mamurpurhon sapata dilaksanakan sampai di Pearaja Sidombilik maka


Bapak Rusli Nahampun berani menyelesaikan studynya untuk meraih gelar sarjana.

Namun untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak tetap berlaku bagi bapak
Rusli Nahampun yang sangat khawatir melanjutkan studinya karena patipatian tadi.

Memang kenyataannya Bapak Rusli berhasil menyelesaikan studinya dan dapat


menggondol gelar sarjana, namun apa yang bisa dikata keesokan harinya dia
berpulang untuk selama-lamanya menghadap Tuhan sang Penciptanya.

Dari cerita itu ada beberapa hal yang menarik untuk direnungkan :

Apakah masih berlaku hukuman (Patipatian) seperti tersebut di atas (Kenyataan ada
dan nyata). Apa yang harus kita ambil dari hikmah kejadian itu. Pelajaran apa yang
dapat diambil dari Legenda tersebut untuk keturunan kita.?

Menurut informasi bahwa kayu Kapur Barus sepanjang 5 meter tersebut ditemukan
oleh seorang ibu-ibu di pantai laut Saudi Arabia. Waktu si ibu hendak memotong
membelah kayu tersebut ada suara burung elang mengatakan agar si ibu mengambil
rambutnya untuk membelah kayu tersebut dan akhirnya kayu tersebut berhasil
terbelah dan alangkah kaget nya si Ibu melihat bayi mungil keluar dari kayu Kapur
Barus tersebut penjelmaan Si Mbuyak-buyak. Dari peristiwa ini si Mbuyak-buyak
bukan manusia biasa, sehingga hampir dipastikan dia adalah anak dari Sileang
Nagurasta (Pahoppu Batara guru di Langitan) dalam cerita tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai