Anda di halaman 1dari 12

1.

Hubungan Nilai Resistansi dengan Nilai Tegangan Dan Arus yang Dipengaruhi Intensitas Cahaya

Photodioda adalah dioda yang bekerja berdasarkan intensitas cahaya, jika photodioda
terkena cahaya maka photodioda bekerja seperti dioda pada umumnya, tetapi jika tidak mendapat
cahaya maka photodioda akan berperan seperti resistor dengan nilai tahanan yang besar sehingga
arus listrik tidak dapat mengalir. Photodioda merupakan sebuah dioda dengan sambungan p-n
yang dipengaruhi cahaya dalam kerjanya. Cahaya yang dapat dideteksi oleh photodioda ini mulai
dari cahaya infra merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X.
Photodiodes dibuat dari semikonduktor dengan bahan yang populer adalah silicon ( Si)
atau galium arsenida ( GaAs), dan yang lain meliputi InSb, InAs, PbSe. Material ini menyerap
cahaya dengan karakteristik panjang gelombang mencakup: 2500 - 11000 untuk silicon,
8000 20,000 untuk GaAs. Ketika sebuah photon (satu satuan energi dalam cahaya) dari
sumber cahaya diserap, hal tersebut membangkitkan suatu elektron dan menghasilkan sepasang
pembawa muatan tunggal, sebuah elektron dan sebuah hole, di mana suatu hole adalah bagian
dari kisi-kisi semikonduktor yang kehilangan elektron. Arah Arus yang melalui sebuah
semikonduktor adalah kebalikan dengan gerak muatan pembawa. cara tersebut didalam sebuah
photodiode digunakan untuk mengumpulkan photon - menyebabkan pembawa muatan (seperti
arus atau tegangan) mengalir/terbentuk di bagian-bagian elektroda.
Photodioda digunakan sebagai komponen pendeteksi ada tidaknya cahaya maupun dapat
digunakan untuk membentuk sebuah alat ukur akurat yang dapat mendeteksi intensitas cahaya
dibawah 1pW/cm2 sampai intensitas diatas 10mW/ cm2 . Photo diode mempunyai resistansi yang
rendah pada kondisi forward bias, kita dapat memanfaatkan photo diode ini pada kondisi reverse
bias dimana resistansi dari photodiode akan turun seiring dengan intensitas cahaya yang masuk.
Sifat dari Photodioda adalah :
1.

Jika terkena cahaya maka resistansi nya berkurang

2.

Jika tidak terkena cahaya maka resistansi nya meningkat.

Gambar rangkaian
Disusun secara seri
Pada gambar rangkaian skematik disamping ini Photodiode dirangkai secara seri
dengan sebuah resistor. Rangkaian ini merupakan rangkaian pembagi tegangan.
Sehingga nilai tegangan akan berubah terhadap perubahan nilai resistansi. Karena
rangkaian ini menggunakan prinsip rangkaian thevenin. Dimana mungkin
mengganti semuanya (terkecuali tahanan beban) dengan sebuah rangkaian ekivalen
yang mengandung hanya sebuah sumber tegangan bebas yang seri dengan sebuah
tahanan; respons yang diukur pada tahanan beban tidak akan berubah. Dengan kata
lain nilai resistor tersebut tidak diganti (nilainya tetap). Jadi hanya nilai resistansi dari
photodiode lah yang mengalami perubahan.
Data Hasil Perhitungan

Pada rangkaian ini tahanan beban yang digunakan sebesar 10K yang konstan, sedang
kan nilai resistansi pada photodiode lah yang akan berubah. Pada perhitungan ini diasumsikan
bahwa nilai perubahan resistansi photodiode adalah kelipatan perkalian 5. Karena rangkaian ini
memiliki prinsip seperti rangkaian thevenin, maka rangkaian ini memiliki nilai I yang tidak
berubah karena disusun secara seri. Karena nilai dari I yang konstan maka ketika nilai R
membesar , maka nilai V akan membesar pula. Namun pada nilai V tidak akan selalu naik ,
namun berdasarkan karakteristiknya nilai V keluarannya akan sampai pada nilai saturasi
sehingga nilainya akan konstan pada nilai tertentu meskipun nilai resistansi bertambah.
Berikut ini adalah gambar grafik hubungan antara tegangan keluaran dengan resistansi yang
dihasilkan oleh photodiode.

Grafik Resistansi Photodiode vs Tegangan Output


12
10
8
Tegangan Output (V)

6
4
2
0

10

Resistansi Photodiode (Ohm)

12

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara resistansi dengan tegangan
adalah eksponensial positif. Saat nilai resistansi membesar , maka nilai tegangan akan membesar
pula, namun nilai tegangan tersebut akan stabil pada nilai tertentu yang merupakan kaakteristik
photodiode tersebut. Nilai resistansi bertambah jika tidak terkena cahaya, sedangkan saat terkena
cahaya nilai resistansinya akan berkurang. Pada rangkaian ini memiliki persamaan yaitu , :
Vout=

R
. Vin
R+Rd

Sebetulnya ada nilai Vin yang terdapat pada rumus tersebut, namun karena kita hanya
menggunakan perbandingan saja, maka nilai dari Vin dapat diabaikan karena nilai Vin adalah
sama.
Disusun Secara Paralel
Data Hasil Perhitungan

Pada perhitungan ini diasumsikan bahwa nilai perubahan resistansi photodiode adalah
kelipatan perkalian 5. Karena rangkaian ini memiliki prinsip seperti rangkaian norton, maka

rangkaian ini memiliki nilai I yang berubah karena disusun secara paralel. Dengan teorema
Norton kita dapatkan sebuah ekivalen yang terdiri dari sebuah sumber arus bebas yang pararel
dengan sebuah tahanan.Berikut ini adalah gambar grafik hubungan antara tegangan keluaran
dengan resistansi yang dihasilkan oleh photodiode.
Dimana nilai tegangan dan arus keluaranya adalah
Vout=

R x Rd
Vin
R+ Rd

I=

Vout
Rd

Dari perhitungan diatas maka didapatkan nilai pada sumbu y nya adalah berupa grafik
linier yang apabila nilai resistansi kecil maka nilai arus nya akan besar. Gambar dibawah ini
adalah grafik hubungan antara tegangan dan nilai resistansi dari photodiode.

Terlihat bahwa nilai resistansi semakin besar maka nilai arusnya akan naik pula, namun
pada nilai tertentu akan mencapai nilai saturasi yang mana nilai nya tidak akan bertambah lagi
meski nilai resistansi nya bertambah. Nilai arus dan tegangan memiliki perbandingan yang sama
jika dilihat dari data perhitungan.
2. Struktur dari Sensor LM35
A. Definisi

Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah
besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. LM35 memiliki keakuratan tinggi
dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga
mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan
mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan
lanjutan.
LM35 adalah komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor (TO-92).
Komponen yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu hingga 100 derajad
Celcius. Dengan tegangan keluaran yang terskala linear dengan suhu terukur, yakni 10 milivolt
per 1 derajat Celcius. Aplikasi-aplikasi seperti termometer ruang digital, mesin pasteurisasi,
atau termometer badan digital.
LM35 dapat disuplai dengan tegangan mulai 4V-30V DC dengan arus pengurasan 60
mikroampere. Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk
mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35
merupakan komponen elektronika berbentuk integrated circuit (IC) dengan 3 pin yang
diproduksi oleh National Semiconductor. Sensor suhu LM35 memiliki keakuratan tinggi dan
kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, sensor suhu LM35
juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat
dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan
penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor suhu LM35 ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang
diberikan ke sensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal
dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 A, hal ini berarti LM35
mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan
kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 C pada suhu 25 C.
B. Struktur Sensor Lm35

Struktur Bagian Luar LM35.

Pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai
tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan
tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran
sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajat celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai
berikut :
VLM35 = Suhu x 10 mV
Macam-macam struktur dan bentuk sensor suhu LM35 ditunjukan seperti pada gambar berikut
ini.

Sedangkan bentuk nyata dari sensor suhu LM35 yang telah diproduksi dan beredar dipasaran
ditunjukan seperti gambar di bawah ini

LM35-DZ berbentuk setengah silinder

LM35-DH berbentuk bulat

LM35-DM berbentuk persegi empat

LM35-DP berbentuk kotak

Sensor suhu LM35 yang mempunyai 3 pin seperti LM35-DZ, LM35-DH dan LM35-DP
setiap pin mempunyai fungsi masing-masing diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber

tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau kaki tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout
dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor
LM35 yang dapat digunakan antara 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar
10 mV setiap derajadcelcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
VLM35 = 10 mV/ C
Sedangkan pin 3 dihubungkan ke body/masa atau ground.
Gambar 6 di bawah ini adalah gambar skematik rangkaian dasar sensor suhu LM35-DZ.
Rangkaian ini sangat sederhana dan praktis. Vout adalah tegangan keluaran sensor yang terskala
linear terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad celcius. Jadi jika Vout = 530mV,
maka suhu terukur adalah 53 C. Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 C.
Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian pengkondisi
sinyal seperti rangkaian penguat operasional (opamp) dan rangkaian filter, atau rangkaian lain
seperti rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-Digital Converter.

C. Prinsip Kerja
Dalam prakteknya proses antarmuka sensor LM35 dapat dikatakan sangat mudah. Pada
IC sensor LM35 ini terdapat tiga buah pin kaki yakni Vs, Vout dan pin ground. Dalam
pengoperasiannya pin Vs dihubungkan dengan tegangan sumber sebesar antara 4 20 volt
sementara pin Ground dihubungkan dengan ground dan pin Vout merupakan keluaran yang akan
mengalirkan tegangan yang besarnya akan sesuai dengan suhu yang diterimanya dari sekitar.

Gambar 2. Rangkaian Dasar LM35

Prinsip kerja alat pengukur suhu ini, adalah sensor suhu difungsikan untuk mengubah
besaran suhu menjadi tegangan, dengan kata lain panas yang ditangkap oleh LM35 sebagai
sensor suhu akan diubah menjadi tegangan. Sedangkan proses berubahnya panas menjadi
tegangan dikarenakan di dalam LM35 ini terdapat termistor berjenis PTC (Positive Temperature
Coefisient), yang mana termistor inilah yang menangkap adanya perubahan panas. Prinsip kerja
dari PTC ini adalah nilai resistansinya akan meningkat seiring dengan meningkatnya temperature
suhu. Resistansi yang semakin besar tersebut akan menyebabkan tegangan output yang
dihasilkan semakin besar.

D. Material Bahan Penyusunnya


Termistor atau thermal resistor adalah suatu jenis resistor yang sensitive terhadap
perubahan suhu. Prinsipnya adalah memberikan perubahan resistansi yang sebanding dengan
perubahan suhu. Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil
menjadikan termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian dan ketepatan
yang tinggi.
Termistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran (sintering mixture),
kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel, berpengaruh terhadap karakteristik termistor,
sehingga Pemilihan bahan oksida tersebut harus dengan perbandingan tertentu.
Termistor dibedakan dalam 2 jenis, yaitu termistor yang mempunyai koefisien negatif,
yang disebut NTC (Negative Temperature Coefisient), temistor yang mempunyai koefisien
positif yang disebut PTC (Positive Temperature Coefisient). kedua jenis termistor ini mempunyai
fungsinya masing masing, tetapi di pasaran, yang lebih banyak digunakan adalah termistor NTC.
Karena termistor NTC material penyusunnya yaitu metal oksida, dimana harganya lebih murah
dari material penyusun PTC yaitu Kristal tunggal.
PTC merupakan termistor dengan koefisien yang positif. Termistor PTC memiliki perbedaan
dengan NTC antara lain:
1. Koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya dalam interfal temperatur
tertentu, sehingga diluar interval tersebut akan bernilai nol atau negatif
2. Harga mutlak dan koefisien temperatur dari termistor PTC jauh lebih besar dari pada termistor
NTC

Jenis jenis PTC


Jenis pertama terdiri dari thermally sensitif silicon resistors, kadang-kadang disebut sebagai
"Silistors". Device ini menunjukkan nilai koefisien suhu positif yang cukup seragam (sekitar
0,77% /C) kebanyakan dari silistor melalui berbagai wilayah/rentang operasional, tetapi dapat
juga menujukkan koefisien suhu negatif di wilayah temperatur yang melebihi 150 C. Device
ini paling sering digunakan untuk kompensasi terhadap device semiconducting silicon dalam
kisaran temperature antara -60 C ke 150.
Jenis kedua merupakan polycrystalline bahan keramik yang biasanya resistivitasnya tinggi tetapi
terbuat dari semiconduktor dengan penambahan dopants. Umumnya dibuat dari campuran
barium, timah dan strontium titanates dengan tambahan seperti yttrium, manganese, tantalum dan
silika. Device ini memiliki daya tahan-suhu karakteristik negatif yang sangat kecil. Koefisien
suhu device ini hingga mencapai suhu yang kritis, yang disebut sebagai "Curie", perubahan atau
transisi suhu. Suhu kritis ini merupakan pendekatan, device ini mulai menunjukkan peningkatan,
resistansi suhu coefficient positif seperti peningkatan resistansi yang besar.
Termistor PTC jenis pertama
Untuk termistor PTC jenis pertama sama dengan profil untuk Semikonduktor intrinsik. Hal ini
berhubungan dengan bahan pembentuk termistor PTC yaitu kristal tunggal silikon, dimana tidak
ada doping yang ditambahkan pada kristal tersebut. Sehingga memiliki konsentrasi hole dan
elektron yang sama.
Termistor NTC dan PTC jenis kedua
Untuk termistor NTC dan PTC jenis kedua, sama dengan profil untuk Semikonduktor ekstrinsik.
Hal ini berhubungan dengan bahan pembentuk dari termistor NTC Yaitu dibuat dari oksida
logam yang terdapat dari golongan transisi, seperti ZrO 2 - Y2P3 NiAI2O3 Mg(Al, Cr,Fe) yang
dapat dirubah menjadi semikonduktor jika didoping dengan unsur lain yang memiliki valensi
yang berbeda. Termistor PTC jenis kedua termasuk semikonduktor ekstrinsik hal ini dikarenakan
PTC dibuat dari bahan polycrystalline bahan keramik yang biasanya resistivitasnya tinggi tetapi
terbuat dari semiconduktor dengan penambahan dopants. Sehingga memiliki konsentarsi hole
dan electron yang berbeda. Maka diperoleh profil pita energy seperti gambar 3.4 dibawah ini:
Untuk semikonduktor
tipe P
Untuk semikonduktor
tipe n
Pita Konduksi
Pita Konduksi
E
E
= Eakseptor
= Edonor
Energi fermi

Energi fermi
Pita valensi

Pita valensi

konduksi model
Termistor NTC banyak yang dibuat dari disk atau chip semikonduktor seperti sintered
metal oksida. yang bertujuan untuk meningkatkan suhu semikonduktor sehingga meningkatkan
jumlah elektron yang dapat bergerak dan loncat ke pita konduksi. Semakin banyak electron yang
loncat, semakin besar arus yang dihasilkan. Hal ini dijelaskan dalam rumus:
I = arus listrik (Ampere)
n = rapat muatan (count / m)
A = luas penampang lintang (m)
v = kecepatan pembawa muatan (m / s)
e = muatan elektron ( e = 1.602 x 10-19 coulomb)
Jika terjadi perubahan suhu yang besar, maka diperlukan kalibrasi. Tapi jika perubahan
suhunya kecil, maka resistivitas bahan linear sebanding dengan suhu. Ada berbagai termistor
semiconduktor dengan berbagai rentang dari sekitar 0,01 kelvin ke 2000 kelvins (-273,14 C to
1700 C).
Kebanyakan termistor PTC, resistansi tiba-tiba meningkat pada suhu kritis tertentu.
Perangkat yang dibuat dari doped keramik polycrystalline yang mengandung barium titanate
(BaTiO3) dan lainnya.

Konstanta dielektrik merupakan bahan ferroelektrik yang bervariasi

terhadap suhu. Di bawah titik suhu Curie, tingginya konstanta dielectric mencegah pembentukan
potensi hambatan antara butir kristal, sehingga resistensi rendah.

Pada saat ini perangkat

memiliki koefisien suhu negatif yang kecil. Pada titik suhu Curie, konstanta dielectric relatif
menurun yang memungkinkan pembentukan potensi hambatan di batas butiran, dan resistivitas
meningkat tajam. Pada suhu lebih tinggi, sifatnya seperti sifat NTC.

Anda mungkin juga menyukai