Anda di halaman 1dari 28

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP
ASIDI ALKALIMETRI

OLEH :
FATIMAH AZZAHRA

(N11111002)

A. ANGGRIANI

(N11111009)

ANUGRAH INSANI

(N11111012)

SITTI KHULIQAT AQNA

(N11111013)

RIFKA NURUL UTAMI

(N11111256)

KELOMPOK 3
GOLONGAN SENIN SIANG
ASISTEN

: ADELIN JUNITA

MAKASSAR
2012

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah

dengan melalui proses titrasi asidi - alkalimetri. Cara ini cukup


menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan
ketepatannya juga cukup tinggi.
Titrasi asidi - alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan
larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya
dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat.
Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi
yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi alkalimetri menggunakan indikator phenopthalein dan metil jingga, hal ini
dilakukan

karena

jika

meggunakan

indikator

yang

lain,

adanya

kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen.


Dalam bidang farmasi, asidi - alkalimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk
mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan
warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.

Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian


terutama untuk reaksi - reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu
asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari.

I.2

Maksud dan Tujuan

I.2.1

Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetuan kadar suatu zat dengan

metode asidimetri dan alkalimetri.


I.2.2

Tujuan Percobaan

a.

Menentukan kadar zat asam borat dan asam salisilat dengan


metode alkalimetri.

b.

Menentukan kadar zat metil paraben dan boraks dengan metode


asidimetri.

I.3

Prinsip Percobaan

A.

Penentuan kadar Asam Borat dengan metode alkalimetri, larutan


baku NaOH 0,1 N sebagai titran dengan menggunakan indikator PP
dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna menjadi
merah muda.

B.

Penentuan kadar Asam Salisilat dengan metode alkalimetri, larutan


baku NaOH 0,1 N sebagai titran dengan menggunakan indikator PP
dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna menjadi
merah muda.

C.

Penentuan kadar Metil Paraben dengan metode asidimetri, larutan


baku HCl 0,1 N sebagai titran dengan menggunakan indikator Metil
Orange dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
menjadi merah.

D.

Penentuan kadar Boraks dengan metode asidimetri, larutan baku


HCl 0,1 N sebagai titran dengan menggunakan indikator Metil
Merah dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
menjadi merah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1

Teori Umum
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan

konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap


dan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur analitis yang
melibatkan titrasi dengan larutan - larutan yang konsentrasinya diketahui
disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi
melibatkan pengukuran yang seksama, volume volume suatu asam dan
suatu basa yang paling tepat saling menetralkan. (1)
Analisis volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi (asam basa)
yang terdiri dari asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri yaitu titrasi dengan
menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa sedangkan
alkalimetri yaitu menggunakan titran larutan standar basa untuk
menentukan asam .(1)
Teori Asam Basa ada 3, yaitu :
Svante August Arrhenius
Asam adalah suatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion hidrogen (H+) atau ion hidronium (H3O+)
Contoh
: HCl (aq)
H+ + ClHNO3 (aq)
H+ + NO3Basa adalah suatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion hidroksida (OH-)
Contoh
: NaOH (aq)
Na+ + OHKOH (aq)
K+ + OHJohanes Bronsted dan Thomas Lowry (Bronsted Lowry)

Asam adalah zat yang bertindak sebagai pendonor proton (memberikan


proton) pada basa.
Basa adalah zat yang bertindak sebagai akseptor proton (menerima
proton) dari asam.
Asam
Basa Konjugasi + H+

Basa + H+

Konjugasi
Contoh :
HCl +
Asam 1

H3O+
Asam 2

H2O
Basa 2

Asam

ClBasa 1

Pasangan asam basa konjugasi

Pasangan asam basa konjugasi


Gilbert Lewis
Asam adalah suatu zat yang bertindak sebagai penerima (akseptor)
pasangan elektron.
Basa adalah suatu zat yang bertindak sebagai pemberi (pendonor)
pasangan elektron.
Indikator merupakan suatu senyawa organik yang kompleks dan
digunakan untuk menentukan titik akhir suatu reaksi netralisasi. Dalam
metode asidimetri dan alkalimetri digunakan indikator fenolftalein dan metil
jingga. Fenolftalein memiliki range PH 8,3 - 10. Penggunaan fenolftalein
dalam metode asidimetri karena dalam metode asidimetri, karena dalam
metode asidimetri yang akan ditentukan adalah kadar basa. Sedangkan
metil jingga memiliki trayek PH 3,1 - 4,4. Penggunaan pada metode

alkalimetri disebabkan karena pada metode ini yang ingin ditentukan


adalah kadar asam.
Perubahan warna suatu indikator tergantung konsentrasi ion
hydrogen (H+) yang ada dalam larutan dan tidak menunjukkan
kesempurnaan reaksi atau ketetapan netralisasi. Indikator PH asam basa
adalah suatu indikator atau zat yang dapat berubah warna apabila PH
lingkungan berubah. Misalnya bromtimol biru (BTB), dilarutkan asam
menjadi warna kuning, tetapi dalam larutan basa menjadi biru. Macammacam indikator yang sering digunakan dalam metode asidi - alkalimetri
adalah sebagai berikut :

Titrasi Langsung Asam Basa Dalam Larutan Air (2)

1.

Titrasi asam kuat/masa kuat

(Perubahan pH selama titrasi 25 mL HCl 1 M dengan NaOH 1 M)


Merupakan kurva titrasi yang diperolaeh dari titrasi asam
kuat (HCl) dengan basa kuat NaOH. Pada awal titrasi perubahan
nilai pH berlangsung lambat sampai menjelang titik ekivalen. Pada
saat titik ekivalen, nilai pH meningkat secara drastis. Untuk
mengamati titik akhir titrasi dapat digunakan indikator atau
menggunakan metode elektrokimia.
2. Titrasi asam lemah dengan basa kuat dan titrasi basa lemah
dengan asam kuat
Jika sejumlah kecil volume asam kuat atau basa kuat ditambahkan
pada basa lemah atau asam lemah maka nilai pH akan meningkat
secara drastis di sekitar 1 unit pH, di bawah atau di atas nilai pKa.
Seringkali pelarut organik yang dapat campur dengan air, seperti
etanol ditambahkan untuk melarutkan analit sebelum dilakukan
titrasi.

(Kurva titrasi 25 mL larutan aspirin 1M (pKa 3,5) yang dititrasi


dengan NaOH 1M)
Merupakan alur pH ketika NaOH 0,1M dtambahkan pada 25
mL larutan asam lemah aspirin 1M. Dalam kasus aspirin, indikator
yang digunakan dibatasi hanya indikator yang terletak pada titik
infleksi pada kurva titrasi. Dengan demikian, PP nerupakan
indikator yang sesuai, sementara metil orange.
Sementara itu, pada titrasi basa lemah kinin dengan asam klorida,
metil orange merupakan inindikator yang sesuai karena terletak
pada titik infleksi pada kurva titrasi, sedangkan PP tidak sesuai.

(Kurva titrasi 25 mL larutan kinin 1M (pKa 8,05) yang ditirasi


dengan HCl 1M)
Semua metode titrimetri tergantung pada larutan standar yang
mengandung sejumlah reagen per satuan volume larutan dengan
ketetapan yang tinggi. Metode volumetri diklasifikasikan menjadi titrasi
asam

basa,

titrasi

redoks,

titrasi

pengendapan

dan

titrasi

kompleksometri. (3)
Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan
HCl yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis
yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir adalah kesalahan
acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan
determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode
potensiometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol. (4)
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode
titrasi asam basanya. Jadi apabila larutan tersebut merupakan larutan
asam maka harus diberikan basa sebagai larutan ujinya. Begitu pula
sebaliknya, pada pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan
metode titrasi asam basa, cara umum yang sering digunakan adalah
dengan di lingkungan yang sebelumnya telah diberi larutan indikator,
dengan larutan uji. Di tetesi hingga terjadi perubahan warna dari larutan
indikator. Apabila terjadi perubahan warna yang disebut titik akhir maka
penetapan larutan uji dihentikan. (5)
Kemudian nilai konsentrasi larutan yang diuji, dihitung berdasarkan
cara yang telah ditetapkan untuk metode titrasi. Pada metode ini, mata

manusia memegang peranan penting dalam pengamatan terjadinya


perubahan warna. Juga dalam pengendalian proses yang berlangsung
dan penentuan nilai konsentrasi larutan, perhitungannya dilakukan secara
manual. Dengan memggunakan cara ini terdapat beberapa kelemahan ,
antara lain :
Kesalahan pada poralaksi dan memerlukan waktu yang relatif lama
untuk perhitungan atau penentuan nilai konsentrasi
individu

yang

lainnya

relatif

berbeda,

dalam

larutan, karena
pengamatan

dan

perhitungannya tergantung pada ketelitian masing masing individu. (6)

II.2.2 Uraian Bahan


1. Asam Borat (7)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun
Syarat kadar
Pemerian

: Acidum Boricum
: Asam borat
: H3BO3/ 61, 83
:
:

tidak kurang dari 99,5% H3BO3


: Hablur, serbuk hablur putih,

kasar, tidak berbau, rasa


agak asam dan pahit kemudian manis
Kelarutan
: larut dalam 20 bagian air, 3 bagian air mendidih, 16
bagian etanol dan 5 bagian gliserol
Penyimpanan : wadah tertutup baik
Kegunaan
: sebagai sampel
2. Asam Salisilat (7)
Nama resmi
: Acidum Salicylidum
Nama lain
: Asam salisilat
RM/BM
: C7H6O3/ 138, 12
Syarat kadar
: tidak kurang dari 99,5% C7H6O3

Rumus bangun :
Pemerian

hablur, ringan, berwarna putih, hampir

Kelarutan

tidak berbau,
rasa agak mais dan tajam
: larut dalam 550 bagian air, 4 bagian etanol, mudah

larut dalam kloroform dan eter


Penyimpanan : wadah tertutup baik
Kegunaan
: sebagai sampel
3. Metil Paraben (7)
Nama resmi
: Methylis Parabenum
Nama lain
: metil paraben, nipagin M
RM/BM
: C8H8O3/ 152, 15
Rumus Bangun :
Syarat kadar

tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari


C8

101,0%
H8O3
serbuk halus, putih, hampir tidak berbau,

Pemerian

Kelarutan

tidak
mempunyai rasa, agak membakar diikuti rasa tebal
: larut dalam 50 bagian air, 20 bagian air mendidih,

Penyimpanan
Kegunaan

3,5 bagian etanol (95%) P, 3 bagian aseton


: wadah tertutup baik
: sebagai sampel

4. Gliserin (7)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun

: Glycerolum
: gliserol
: C3H8O3/ 92,10
:

Pemerian

cairan jernih, tidak berwarna,

Kelarutan

tidak berbau, manis


dapat campur dengan air dan

etanol

Penyimpanan
Kegunaan
5. Fenolftalein (7)
Nama resmi
Nama lain
RM
Rumus bangun

: wadah tertutup baik


: sebagai zat tambahan

Pemerian
Kegunaan
6. Merah metil (7)
Nama resmi
Nama lain
RM
Rumus bangun

: larutan
:

Pemerian

: Phenoftalein
: Fenolftalein
: C20H14O4
:

:
:
:
:

tidak berwarna
sebagai indikator
Metil merah
merah metil
C15H15N3O2

serbuk, merah tua atau

hablur lembayung
Kelarutan
:
agak sukar larut dalam air
Kegunaan
:
sebagai indikator
7. Asam klorida (7)
Nama resmi
: Acidum Hydrochloridum
Nama lain
: asam klorida
RM/BM
: HCl/ 36,46
Rumus bangun :
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
8. Boraks (7)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun
Syarat kadar

cairan, tidak berwarna, berasap, bau

merangsang
:
bercampur dengan air
: wadah tertutup rapat
: sebagai titran
: Natrii Tetraboras
: boraks
: Na2B4O7.10H2O/ 381,37
:
:

tidak

kurang dari 99,0% dan tidak


lebih dari 105,0%
Na2B4O7.10H2O

Pemerian
Kelarutan

: hablur transparan, tidak berbau, rasa asin dan basa


: larut dalam 20 bagian air, 0,6 bagian air mendidih

dan 1 bagian gliserol, praktis tidak larut dalam etanol


Penyimpanan : wadah tertutup baik
Kegunaan
: sebagai sampel
9. Natrium hidroksida (7: 412)
Nama resmi
: Natrii Hydrochloridum
Nama lain
: natrium hidroksida
RM/BM
: NaOH/ 40,00
Pemerian
: hablur batang, keras, rapuh, putih, mudah meleleh
Kelarutan
: sangat mudah larut dalam air dan etanol
Penyimpanan : wadah tertutup baik
Kegunaan
: sebagai titran
II.3

Prosedur Kerja
A. Metil Paraben
1. Timbang seksama 100 mg, didihkan dengan 50 ml NaOH 1N
selama 30 menit, sambil mengganti kehilangan air karena
penguapan. Dinginkan, pindahkan ke dalam labu tersumbat kaca,
tambahkan segera 50 ml brom 0,1N dan 10 ml HCl P. Kocok
kocok berulang ulang selama 15 menit. Biarkan selama 15 menit.
Tambahkan 30 ml KI P. Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1N.
Lakukan penetapan blangko. (7)
I mL brom 0,1 N

2, 536 mg C8H8O3
2. Timbang seksama lebih kurang 2 gr masukkan ke dalam labu,
tambahkan 40 mL naOH 1N dan bilas dinding labu, rehuks selama
1 jam dan dinginkan. Tambahkan 5 tetes bromtimol dan titrasi
kelebihan NaOH dengan H2SO4 1N sampai pH 6,6 dengan
membandingkan warna dapar fosfat pH 6,6 yang mengandung
indikator dengan perbandingan sama. Lakukan penetapan blangko.
(8)

3. Ke dalam 1 gr tambahkan 20 mL NaOH 1M. Panaskan pada suhu


70o C selama 1 jam. Dinginkan pada air dingin. Titrasi pada suhu
kamar. Titrasi NaOH yang tersisa dengan asam sulfat 0,5M.
Lanjutkan titrasi hingga titik kedua infleksi dan tentukan titik akhir
titrasinya. (9)
B. Asam Salisilat
1. Timbang seksama 3 gr. Laturkan dalam 5 ml etanol (95%) P hangat
yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, tambahkan
20 ml air. Titrasi dengan NAOH 0,5N menggunakan indikator
larutan merah fenol P. (7)
1 mL NaOH 0,5N
96,06 mg C7H6O3
2. Timbang seksama lebih kurang 300 mg larutkan dalam 25 ml etanol
encer P yang sudah dinetralkan dengan NaOH 0,1N, tambahkan
PP dan titrasi dengan NaOH 0,1N. (8)
1 mL NaOH 0,5N
96,06 mg C7H6O3
3. Larutkan 0,120 gr dalam 30 ml etanol (96%) P dan tambahkan 20
ml air. Titrasi dengan NaOH 0,1M, menggunakan 0,1 ml larutan
merah fenol sebagai indikator. (10)
1 mL NaOH 0,1N

13,81 mg C7H6O3

C. Asam Borat
1. Timbang seksama 1 gr, larutkan dalam 30 mL air, tambahkan 50 mL
gliserol P yang telah dinetralkan terhadap larutan fenolftalein P.
Titrasi dengan NaOH 1N. (7)
1 mL NaOH 1N

61,83 mg H3BO3
2. Titrasi 25 mL atau 50 mL larutan dengan HCl 0,1M dan metil jingga,
metil jingga indigo karmin, atau bromfenol biru sebagai indikator.
Titrasi 25 atau 50 mL larutan dingin yang lain, encerkan dengan
volume air yang sama, perlahan lahan dengan menggunakan

larutan baku asam, indikator PP atau campuran timol biru merah


kresol. (8)
3. Larutkan 1 gr dengan dipanaskan dalam 100 mL air yang
mengandung 15 gr manitol. Titrasi dengan NaOH 1M menggunakan
0,5 mL PP sebagai indikator, hingga warna merah muda mulai
tampak. (10)
D. Boraks
1. Timbang seksama 3 gr, larutkan dalam 30 mL air, tambahkan
larutan merah metil P. Titrasi dengan HCl 0,5N. (7)
1 mL HCl 0,5N

95,34 mg Na2B4O7
2. Timbang seksama lebih kurang 3 gr, larutkan dalam 50 mL air,
tambahkan larutan merah metil, titrasi dengan HCl 0,5N. (8)
1 mL HCl 0,5N

95,34 mg Na2B4O7
3. Larutkan 20 gr mannitol dalam 100 mL air, panaskan jika
dibutuhkan, dinginkan dan tambahkan 0,5 mL larutan PP, lalu
netralkan dengan NaOH 0,1N hingga muncul warna pink.
Tambahkan 3 gr sambil panaskan hingga pelarutan selesai,
dinginkan kemudian titrasi dengan NaOH 1M sampai warna pink
muncul kembali. (10)
1 mL NaOH 1M

0,1907 gr Na2B4O7

BAB III
METODE KERJA

III.1

Alat dan Bahan

III.1.1 Alat
Alat alat yang digunakan adalah botol semprot, buret, erlenmeyer,
gelas arloji, labu ukur, neraca analitik, pipet skala, sendok tanduk
dan statif dan klem.
III.1.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan adalah akuades, asam borat, asam
salisilat, boraks, fenolftalein, HCl 0,1N, merah metil, metil paraben
dan NaOH 0,1 N.
III.2

Cara Kerja

A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Metil Paraben
Alat dan bahan disiapkan.
Metil paraben 200 mg dilarutkan dengan 15 mL akuades.
Metil paraben dipanaskan sampai larut dalam akuades.
Ditetesi dengan metil orange 3 tetes.
Dititrasi dengan HCl 0,1375N.
Titik akhir titrasi diamati hingga terjadi perubahan warna menjadi

B.
1.
2.
3.
4.
5.

merah.
Asam Salisilat
Alat dan bahan disiapkan.
Asam salisilat 200 mg dilarutkan dalam 15 mL akuades.
Ditetesi dengan PP 3 tetes.
Dititrasi dengan NaOH 0,098N
Titik akhir titrasi diamati hingga terjadi perubahan warna menjadi

C.
1.
2.
3.
4.
5.

merah muda.
Asam Borat
Alat dan bahan disiapkan.
Asam borat dilarutkan 100 mg dalam 10 mL akuades.
Ditetesi dengan PP 3 tetes.
Dititrasi dengan NaOH 0,098N
Titik akhir titrasi diamati hingga terjadi perubahan warna menjadi

merah muda.
D. Boraks

1.
2.
3.
4.
5.

Alat dan bahan disiapkan.


Dilarutkan boraks 200 mg dengan 10 mL akuades.
Ditetesi dengan metil merah 3 tetes.
Dititrasi dengan HCl 0,1375N.
Titik akhir titrasi diamati hingga terjadi perubahan warna menjadi
merah.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN
IV.1

Tabel Pengamatan
V titran
KLP
1
2
3
4
5
6

IV. 2

Sampel
Asam Salisilat
Asam Borat
Metil Paraben
Boraks
Metil Paraben
Asam Borat

Mg
200
100
200
200
200
100

N titran (N)
0,098
0,098
0,1375
0,1375
0,1375
0,098

(mL)
19,1
5,6
0,2
6
0,4
14,9

Reaksi

A. Asam Salisilat
COOH
OH + NaOH
B. Metil Paraben
COOCH3

COONa
OH + H2O
COOCH3

+ HCl

+ H2O

OH

Cl

C. Boraks
Na2B4O7 + 2HCl
2 NaCl + H2B4O7
2 mol HCl setara dengan 1 mol Na2B4O7
BE = BM
D. Asam Borat
H3BO3 + 3 NaOH
Na3BO3 + 3 H2O
IV.3

Perhitungan

A. Asam Salisilat
1. 1 mL NaOH 0,5N
96,06 mg C7H6O3
Vt x Nt x Bst
% kadar =
x 100 %
BS x Fk
13,1 x 0,098 x 69,06
=

x 100 %

200 x 0,5
= 88,66 %
Vt x Nt x BE
2. % kadar =

x 100 %
BS
13,1 x 0,098 x 138,12

x 100 %

200
88,66 %

Bobot Praktek
3. % kadar =

x 100 %
Bobot Teori

13,1 x 0,098 x 138,12


=
=
B. Asam Borat
1. 1 mL NaOH 1N

x 100 %
200
88,66 %

61,83 mg H3BO3

Vt x Nt x Bst
% kadar =

x 100 %
BS x Fk
5,6 x 0,098 x 61,83

x 100 %

100 x 1
= 33,93 %
Vt x Nt x BE
2. % kadar =

x 100 %
BS
5,6 x 0,098 x 61,83

x 100 %

100
= 33,93 %
Bobot Praktek
3. % kadar =

x 100 %
Bobot Teori
5,6 x 0,098 x 61,83

x 100 %

100
= 33,93 %
C. Metil Paraben
1. 1 mL brom 0,1 N

2, 536 mg C8H8O3
Vt x Nt x Bst
% kadar =
x 100 %
BS x Fk
0,2 x 0,1375 x 152,15
=

x 100 %

200 x 0,1
= 20,92 %
Vt x Nt x BE
2. % kadar =

x 100 %
BS
0,2 x 0,1375 x 152,15

x 100 %

200
20,92 %

Bobot Praktek
3. % kadar =

x 100 %
Bobot Teori
0,2 x 0,1375 x 152,15

x 100 %

=
D. Boraks
1. 1 mL HCl 0,5N
% kadar =

200
20,92 %

95,34 mg Na2B4O7
Vt x Nt x Bst
x 100 %
BS x Fk

6 x 0,1375 x 95,34
=

x 100 %

200 x 0,5
= 78,65 %
Vt x Nt x BE
2. % kadar =

x 100 %
BS
6 x 0,1375 x 190,685

x 100 %

200
78,65 %
Bobot Praktek

3. % kadar =

x 100 %
Bobot Teori
6 x 0,1375 x 190,685

x 100 %

200
=
78,65 %
E. Metil Paraben
1. 1 mL brom 0,1 N

2, 536 mg C8H8O3

Vt x Nt x Bst
% kadar =

x 100 %
BS x Fk
0,4 x 0,1375 x 152,15

x 100 %
200 x 0,1

= 41.84 %

Vt x Nt x BE
2. % kadar =

x 100 %
BS
0,4 x 0,1375 x 152,15

x 100 %

200
41.84 %
Bobot Praktek

3. % kadar =

x 100 %
Bobot Teori
0,4 x 0,1375 x 152,15

x 100 %

200
=
41.84 %
F. Asam Borat
1. 1 mL NaOH 1N

61,83 mg H3BO3
Vt x Nt x Bst
% kadar =
x 100 %
BS x Fk

14,9 x 0,098 x 61,83


=

x 100 %

100 x 1
= 90,28 %
Vt x Nt x BE
2. % kadar =

x 100 %
BS
14,9 x 0,098 x 61,83

x 100 %

100
90,28 %
Bobot Praktek

3. % kadar =

x 100 %
Bobot Teori
14,9 x 0,098 x 61,83

x 100 %

100

= 90,28 %

BAB V
PEMBAHASAN
Titrasi atau analisa volumetrik adalah salah satu cara pemakaian
jumlah zat kimia yang yang luas pemakaiannya. Pada dasarnya cara
titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang
dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan
ditentukan. Larutan pereaksi ini biasanya diketahui kepekatannya dengan
pasti dan disebut pentitter atau larutan baku. Sedangkan proses

pembentukan atau penambahan pentitter ke dalam larutan zat yang akan


ditentukan disebut titrasi.
Pada penentuan kadar asam salisilat 200 mg menggunakan
metode alkalimetri dimana menggunakan NaOH 0,098 N dengan indikator
fenolftalein sebanyak 3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasrkan pada
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Volume yang
dipelukan untuk menitrasi asam salisilat 200 mg adalah 19,1 mL. Dari data
tersebut didapatkan kadar sebesar 88,66%. Data ini tidak sesuai dengan
literatur bahwa asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5%.
Pada penentuan kadar asam borat 100 mg menggunakan metode
alkalimetri dimana menggunakan NaOH 0,098 N dengan indikator
fenolftalein sebanyak 3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasrkan pada
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Volume yang
dipelukan untuk menitrasi asam salisilat 100 mg adalah 5,6 ml. Dari data
tersebut didapatkan kadar sebesar 33,93%. Data ini tidak sesuai dengan
literatur bahwa asam borat mengandung tidak kurang dari 99,5%.
Pada penentuan kadar metil paraben 200 mg menggunakan
metode asidimetri dimana menggunakan HCl 0,1375 N dengan indikator
metil orange sebanyak 3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasrkan pada
perubahan warna dari bening menjadi merah. Volume yang dipelukan
untuk menitrasi metil paraben 200 mg adalah 0,2 ml. Dari data tersebut
didapatkan kadar sebesar 20,92%. Data ini tidak sesuai dengan literatur

bahwa metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 101,0%.
Pada penentuan kadar boraks 200 mg menggunakan metode
asidimetri dimana menggunakan HCl 0,1375 N dengan indikator metil
merah sebanyak 3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasrkan pada
perubahan warna dari bening menjadi merah. Volume yang dipelukan
untuk menitrasi boraks 200 mg adalah 6 ml. Dari data tersebut didapatkan
kadar sebesar 78,65%. Data ini tidak sesuai dengan literatur bahwa
boraks mengandung tidak kurang dari 99,0 %.
Pada penentuan kadar metil paraben 200 mg menggunakan
metode asidimetri dimana menggunakan HCl 0,1375 N dengan indikator
metil orange sebanyak 3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasrkan pada
perubahan warna dari bening menjadi merah. Volume yang dipelukan
untuk menitrasi metil paraben 200 mg adalah 0,4 ml. Dari data tersebut
didapatkan kadar sebesar 41,84%. Data ini tidak sesuai dengan literatur
bahwa metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak
lebih dari 101,0%.
Pada penentuan kadar asam borat 100 mg menggunakan metode
alkalimetri dimana menggunakan NaOH 0,098 N dengan indikator
fenolftalein sebanyak 3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasrkan pada
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Volume yang
dipelukan untuk menitrasi asam salisilat 100 mg adalah 14,9 ml. Dari data

tersebut didapatkan kadar sebesar 90,28%. Data ini tidak sesuai dengan
literatur bahwa asam borat mengandung tidak kurang dari 99,5%.
Faktor faktor yang mengakibatkan terjadinya kesalahan yaitu :
a. Proses penitrasian yang salah.
b. Kebersihan

dari

alat-alat

yang

digunakan

saat

melakukan

pentitrasian, masih ada zat lai yang tersisa dan kemudian bereaksi
dengan titran.
c. Kurangnya bobot zat sampel saat penimbangan, sehingga
memengaruhi hasil akhir titrasi.
d. Kesalahan dalam pembacaan volume titrasi.

BAB VI
KESIMPULAN
VI.1

Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan asidi alkalimetri, maka dapat
disimpulkan bahwa :

1. Kadar asam salisilat sebesar 88,65%. Data ini tidak sesuai


dengan literatur bahwa asam salisilat mengandung tidak kurang
dari 99,5%.
2. Kadar asam borat sebesar 90,28% dan atau 37,03%. Data ini
tidak sesuai dengan literatur bahwa asam borat mengandung
tidak kurang dari 99,5%.
3. Kadar metil paraben sebesar 20,92% dan atau 4,1841%. Data
ini

tidak

sesuai

dengan

literatur

bahwa

metil

paraben

mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari


101,0%.
4. Kadar boraks sebesar 78,65%. Data ini tidak sesuai dengan
literatur bahwa boraks mengandung tidak kurang dari 99,0 %.
VI.2

Saran
Asisten dan praktikan diharapkan memiliki komunikasi yang baik di
laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
1. Keenan, C, W, dkk.1998. Kimia Untuk Universitas. Jakarta :
Erlangga.
2. Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar

3. Khoopkar, S, M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI


Press
4. Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press
5. http://www.chem-is-try.org. Diakses : 6 Maret 2012
6. http://www.elektroindonesia.com. Diakses : 6 Maret 2012
7. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI
8. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI
9. Underwood, A.L. 2002. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
10. The Medical Act. 1858. British Pharmacopoeia. London.

Anda mungkin juga menyukai