Macam Macam Teori Hukum
Macam Macam Teori Hukum
PENDAHULUAN
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2008). Hlm. 192.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Teori-teori Yunani
Zaman romawi kuno dianggap sebagai sumber pemikiran tentang hukum dan filsafat,
karena pada zaman ini memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide dan
pendapatnya dan bersifat tidak menerima informasi begitu saja (receptive attitude)
namun dengan sikap senang menyelidiki sesuatu secara kritis (an inquiring attitude),
dengan sikap inilah muncul ahli hukum dan ahli pikir terkenal.
Plato hidup dalam (427-347 SM). Dilahirkan di kota Athena (Yunani) dan
mempunyai murid bernama Aristoteles (384-322 SM) Plato peletak ajaran idealism,
sedangkan Aristoteles mengembangkan ajaran realisme (kenyataan). Dalam pikiran
Aristoteles bahwa hukum harus dibagi dalam dua kelompok, yaitu
1. Hukum alam atau kodrat yang mencerminkan aturan alam. Hukum alam itu
merupakan suatu hukum yang selalu berlaku dan tidak pernah berubah karena
kaitannya dengan aturan alam, dan
2. Hukum positif yang dibuat manusia. Pembentukan hukum ini selalu harus
dibimbing oleh suatu rasa keadilan dengan prinsip equity (kesamaan) yang
kemudian melahirkan keadilan distributif yang kemudian dikembangkan
b. Hukum Alam
Lahirnya hukum alam pada dasarnya merupakan sejarah umat manusia dalam
menemukan absolute justice (keadilan yang mutlak). Aliran hukum alam
menyebutkan hukum itu langsung bersumber dari Tuhan bersifat universal dan
abadi, serta antara hukum dan moral tidak dapat dipisahkan.
Hukum alam sesungguhnya merupakan konsep yang mencakup banyak teori
di dalamnya yang dikemukakan oleh para ahli hukum sehingga terdapat beberapa
perbedaan pandangan, penilaian dalam menafsirkan, dan mengartikan hukum alam
tersebut, berikut adalah pendapat menurut beberapa para ahli hukum.
1. Soedjono Dirdjosisworo menjelaskan, bahwa hukum alam adalah ekspresi
dari kegiatan manusia yang mencari keadilan sejati yang mutlak
2. Surojo Wignjodipuro menjelaskan, bahwa hukum alam adalah hukum yang
digambarkan berlaku adil, sifatnya kekal (tidak dapat diubah), berlaku
dimanapun dan pada zaman apapun juga.
3. Aristoteles mengatakan bahwa hukum alam adalah hukum yang oleh orangorang berpikiran sehat dirasakan sebagai selaras dengan kodrat alam.2
d. Teori Teokrasi
Teori teokrasi berkembang pada zaman abad pertengahan antara abad ke-5
sampai abad ke-15. Teori ini mengajarkan bahwa hukum berasal dari Tuhan Yang
Maha Esa, oleh sebab itu manusia diharuskan tunduk kepada hukum. Perintah
tersebut dituliskan dalam kitab suci. Tinjauan mengenai hukum dikaitkan dengan
kepercayaan dan agama dan ajaran tentang legitimasi kekuasaan hukum didasarkan
atas kepercayaan dan agama.
Teori teokrasi mengajarkan pemimpin negara ditunjuk oleh Tuhan. Raja dan
pemimpin negara hanya bertanggung jawab terhadap Tuhan dan tidak kepada
siapapun, sehingga pelanggaran terhadap kekuasaan raja merupakan pelanggaran
terhadap Tuhan sehingga raja dianggap sebagai wakil Tuhan dan tangan Tuhan di
dunia.
Penganut teori teokrasi ini adalah Agustinus, Thomas Aquinas, dan Marsilius.
Agustinus mengajarkan bahwa yang menjadi waki Tuhan di dunia adalah Paus (dari
Vatikan). Thomas Aquinas mengajarkan bahwa Raja dan Paus mempunyai kekuasaan
yang sama, hanya saja bidangnya berbeda. Raja dalam bidang keduniaan, sedangkan
Paus bertugas dalam bidang keagamaan. Kemudian Marsilius berpendapat bahwa
kekuasaan yag mewakili Tuhan adalah raja.
secara
otomatis
individu
menyerahkan
kebebasan
hak
serta
Teori ini dipelopori oleh Hans Kelsen dalam karyanya berjudul Reine
Rechtslehre, berpendapat hukum adalah tidak lain dari pada kemauan negara (wille
des Staates). Menurut Hans Kelsen, orang taat kepada hukum karena merasa wajib
mentaatinya sebagai perintah negara bukan karena negara menghendakinya.
sumbernya adalah hukum positif yang terpisah dari kaidah sosial, bebas pengaruh
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Aliran posotivisme dirintis oleh John Austin (1790-1859) seorang ahli filsafat
hukum dari inggris dengan teorinya yang bernama Analytical Jurisprudence. Austin
berpendapat bahwa hukum merupakan perintah dari subyek pemegang kekuasan
tertinggi, atau pemegang kedaulatan, juga menganggap hukum sebagai suatu sistem
yang logis, tetap, dan bersifat tertutup. Hukum secara tegas dipisahkan dari keadilan
(dalam arti kesebandingan), dan hukum tidak didasarkan pada nilai-nilai yang baik
atau buruk, namun didasarkan atas kekuasaan yang lebih tinggi.
normative, artinya hukum berada dalam dunia sollen (yang seharusnya menurut
hukum), buakn dalam sein (kenyataan dalam masyarakat).
Kemudian Hans Kelsen membentuk konsep Grundnorm
atau Stufenbau
Theory, yaitu dalil yang menganggap bahwa semua hukum bersumber pada satu
induk. Lebih detailnya dalah semua peraturan hukum diturunkan dari norma dasar
(grundnorm). Norma dasar bersifat abstrak dan mengikat secara umum, yang
kemudian peraturan-peraturan hukum lainnya mengacu pada norma dasar bersifat
konkrit dan mengikat subyek tertentu.
k. Aliran Antropologi
Menurut aliran antropologi, hukum adalah norma yang tidak tertulis yang
tumbuh secara nyata dalam masyarakat seiring dengan perkembangan kebudayaan.
Pencetus aliran ini adalah Sir Hendry Maine (1822-1888), Radcliffe-Brown,
Malinowski, Paul J. Bohanna, dan E.A. Hoebel.
Paul J. Bohanna berpendapat bahwa pada dasarnya hukum adalah suatu
pelembagaan kembali (reinstitutionalization) kebiasaan dalam masyarakat atau juga
l. Aliran Realis
Gerakan aliran realis dalam ilmu hukum muncul di Amerika Serikat dan
Skandinavia, Kaum realis berfikir didasarkan oleh suatu konsepsi radikal mengenai
proses peradilan. Dan menurut aliran realis, hukum apa yang dibuat oleh hakim dan
hakim lebih layak disebut membuat hukum daripada menemukan hukum. Aliran
realis ini menekankan kepada hakikat manusiawi dalam pelaksanaan hukum.
Pencetus aliras realis dari Amerika Serikat adalah Karl Llewellyn (18931962), Jerome Frank (1889-1957), dan Hakim Agung Amerika Serikat Olive Wendell
Holmes (1841-1935). Kemudian dari Swedia dipelopori oleh Hagerstron (1868-1939)
dan dari Denmark adalah Alf Ross.
Esisnsi dari ajaran realisme hukum dari Holmes dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Perkembangan Ilmu hukum terletak pada pengujian-pengujian fakta
2. Kehidupan hukum pada dasarnya bukan logika, melainkan pengalaman (the
life of the law has been not logic, but experience).
3. Yang dianggap sebagai hukum adalah ramalan, dan tidak ada yang lebih
penting dari itu.
BAB III
KESIMPULAN
SARAN
Teori hukum sebaiknya selalu dikembangkan oleh para ahli hukum, karena
kebutuhan dan perubahan nilai-nilai yang hidup dalam kehidupan manusia selalu
berubah-ubah tiap zaman. Hukum selalu dituntut untuk mengikuti perubahan tersebut
ataupun manusia harus dibatasi oleh hukum itu sendiri, semua bergantung pada citacita dan tujuan manusia yang menciptakan teori hukum itu sendiri.
Maka dari itu sebaiknya teori hukum dapat selalu dikembangkan hanya
melibatkan pakar hukum untuk menggali lebih dalam mengenai teori hukum secara
fundamental ataupun melibatkan ahli dari berbagai cabang ilmu pengetahuan agar
jurang antara idealisme hukum itu tercipta dan kenyataan lapangan dimana hukum itu
ditegakan tidak terlalu dalam.
Daftar Pustaka