Epid
Epid
PENDAHULUAN
.1
Latar Belakang
Setiap manusia pasti menginginkan hidupnya selalu sehat, agar mereka dapat
beraktifitas secara normal. Untuk saat ini kesehatan masih kurang di perhatikan oleh
masyarakat, padahal untuk biaya kesehatan sendiri sangat mahal. Sebenarnya sehat dan
sakit merupakan hal yang saling berkesinambungan. Sehat sendiri merupakan suatu
keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis ( Menurut UU N0. 23/1992
tentang kesehatan), sedangkan menurut WHO sendiri sehat keadaan yang sempurna
baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sedangkan sakit ialah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas
termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
Suatu penyakit pasti memiliki proses perkembangan dalam menginfeksi, dari
semula yang masih sehat menjadi sakit. Masing-masing penyakit memiliki perjalanan
alamiahnya sendiri jika tidak di ganggu dengan intervensi medis atau jika penyakit
dibiarkan sampai melengkapi perjalanannya. Proses suatu penyakit dimulai dari
seseorang yang rentan terhadap penyakit dan diserang oleh agen patogenik yang cukup
virulen (ganas) untuk menimbulkan penyakit.
Kejadian penyakit, tidak terkecuali penyakit akut (mendadak) mempunyai masa
perlangsungan tersendiri. Bagaimanapun mendadaknya, perlu waktu, yang memang
mungkin singkat, untuk tercetusnya suatu penyakit. dalam mengetahui keberadaan
(diagnosis) penyakit,
.2
Tujuan
1. Mengetahui pengertian riwayat alamiah penyakit
2. Mengetahui tahapan riwayat alamiah penyakit
3. Mengetahui pola perkembangan penyakit
4. Mengetahui manfaat riwayat alamiah penyakit
5. Mengetahui tindak pencegahan yang harus dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.1 Pengertian Riwayat Alamiah Penyakit
Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit itu tanpa campur
tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara
alamiah (Bustan, 2006)
Perjalanan alamiah penyakit dimulai dari pajanan seseoarang yang rentan
terhadap suatau patogen. Patogen akan memeperbanyak dirimya dan kemudian akan
menyebar di dalam tubuh pejamu. Setiap penyakit, setiap patogen dan setiap pejamu
memiliki perbedaan dalam hal respon pada penyakit, cara penyakit menyebar dan
pengaruh penyakit terhadap tubuh. Perkembangan suatu penyakit sebenarnya dapat di
hentikan dari titik manapun, baik dari respon dari sistem imun alami yang dimiliki
tubuh atau melalui intervensi yang meggunakan antibiotik,terapetik, atau intervensi
media lain. Saat patogen pertama kali masuk kedalam tubuh pertama tubuh akan
merespon biasanya perubahan tidak terdeteksi dan tidak dirasakan. Begitu patogen
memperbanyak diri, pejamu mulai merasakan perubahan yang di tandai dengan
munculnya berbagai gejala, seperti demam, sakit kepala, kelelahan, sakit otot, dan perut
terasa tidak nyaman (Timmreck, 2001).
Gambar
Bagan Riwayat Alamiah Penyakit
Berdasarkan bagan di atas, riwayat perjalanan penyakit dapat dibagi menjadi
lima katagori yaitu:
1. Tahap prapatogenesis
Pada tahap ini manusia (host) masih dalam keadaan sehat, namun pada tahap
ini pula host telah terancam dan beresiko terhadap penyakit yang ada di
sekelilingnya, dikarenakan :
a. Telah terjadi interaksi dengan bibit penyakit (agen)
b. Bibit penyakit yang ada di lingkungan belum masuk ke host
( host/penjamu)
c. Host (manusia) masih dalam keadaan sehat belum ditemukan tandatanda penyakit.
d. Belum terdeteksi baik secara klinis maupun laboratorium.
(Rajab, 2009)
2. Tahap inkubasi
Pada tahap ini bibit penyakit telah masuk kedalam tubuh host, namun belum
terlihat gejala yang tampak. Jika daya tahan tubuh host tidak kuat pasti akan terjadi
gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh (Rajab, 2009).
Ciri-cirinya :
Perubahan akibat infeksi atau paparan masih belum tampak
Terjadi perkembangbiakan mikroorganisme patogen (inkubasi)
Jenis Penyakit
AIDS
Amoebiasis
Anthrax
Botulism
Chikungunya
Kholera
Dipteri
Filariasis
Hepatitis A
Hepatitis B
Leptospirosis
Campak
Poliomyelitis
Tetanus
Masa Inkubasi
2 bulan 10 tahun
2 4 minggu
2 7 hari
12 36 jam
3 12 hari
1 5 hari
2 5 hari
3 12 bulan
15 50 hari
7 26 minggu
4 18 hari
10 -14 hari
5 30 hari
4 21 hari
(Bustan, 2006)
Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh. Pada suatu saat
penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya. Garis yang membatasi
antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut dengan horison klinik
(Azwar, 1999).
3. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan.
Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan
patologis (phatologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik
(stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah
diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini (Bustan, 2006).
5
1. Self limiting disease: proses penyakit berhenti sendiri dan semua fungsi tubuh
normal kembali.
2. Penyakit inapparent : penyakit yang berlangsung tanpa gejala klinis, penderita
penyakit tertentu sudah mulai menularkan penyakit sebelum masa inkubasi
selesai (misal: campak, polio, rubella dan cacar air), atau penderita penyakit
tertentu menularkan penyakitnya setelah gejala klinis muncul misalnya:
filariasis, batuk rejan, dan malaria.
3. Masa laten: masa antara masuknya agent sampai penderita dapat menularkan
penyakitnya.
4. Periode menular: penderita mampu menularkan penyakit ketika keadaan
penderita pulih atau sembuh dan pulih atau sembuh sesudah penyakit tidak
menunjukan gejala klinis (penderita menjadi carrier).
5. Periode akaut: penyakit berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam
beberapa hari atau minggu saja, misalnya, influenza, rabies, cacar, atau
campak.
6. Periode kronis: penyakit berlangsung beberapa tahun misalnya TBC, lepra,
AIDS (Rajab, 2009).
dengan
kumannya
dapat
berpindah
dan
menyebar
kepada
orang
sembuh dengan tiba-tiba, bisa juga disembuh melalui jalur terapi terapi, tetapi tenyakit
bisa kambuh sewaktu-waktu dan parahnya dapat mengakibatkan kematian pada.
Sedangkan untuk penyakit non infeksi biasanya berakibat pada kecacatan yang
permanen serta bisa berakibat pada kematian.
2.
3.
1.
Masa inkubasi atau masa latent, masa atau waktu yang diperlukan selama
2.
3.
4.
menegakan diagnosis.
Lamanya dan beratnya keluhan dialami oleh seorang penderita.
Kejadian penyakit menurut musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuen
5.
kejadiannya.
Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan
6.
penyakit sesuai tahapan di atas. Level & Clark membagi pencegahan penyakit menjadi
lima tingkatan, yaitu:
1. Peningkatan kesehatan
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit
3. Diagnosis dini dan pengobatan cepat dan tepat
9
4. Pembatasan kecacatan
5. Rehabilitasi (pemulihan kesehatan)
(Effendy, 1998)
Pencegahan penyakit bisa di lakukan dengan berbagai hal dan tidak hanya
tertuju pada satu penyakit saja. Di dalam epidemiologi pencegahan penyakit di bagi
dalam tiga kelompok yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan
tersier. Pencegahan primer merupakan pencegahan tingkat pertama dalam upaya
pencegahan seorang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat
menjadi sakit. Segara garis besar, pencegahan primer bisa dilakukan secara umum dan
khusus (Timmreck, 2001).
Pencegahan umum bisa bisa dilakukan untuk mengadakan pencegahan pada
masyarakat umum, misalnya pendidikan masyarakat dan kebersihan lingkungan.
Pencegahan khusus ditujukan pada orang-oarang yang mempunyai risiko dengan
melakukan imunisasi, misalnya imunisasi terhadap:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Diftheritis
Pertusis
Tetanus
Poliomielitis
Morbilli
Hepatitis
Sanitasi lingkungan seperti :
a. Penjenihan air minum
b. Pencegahan terhadap kecelakaan
c. Keselamatan kerja
(Budiarto & Anggraeni, 2002)
yang
telah
sakit
agar
sembuh,
menghambat
progresifitas
penyakit,
Penyaringan
Pengamatan epidemiologis
Survei epidemiologis
Memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada sarana pelayanan umum
atau praktek dokter swasta
10
dengan
demam,
batuk,
konjungtivitis
(peradangan
selaput
ikat
11
waktu 5 - 10 hari
Bercak Koplik
Merupakan bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum pasir
yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih
kelabu. Gambaran ini merupakan salah satu tanda patogmonik morbili.
Beberapa jam sebelum timbulnya rash sudah dapat ditemukan adanya
bercak koplik dan menghilang dalam 24 jam-hari kedua setelah
timbulnya rash
Rash
12
Timbul
setelah
3-4
hari
panas.
Rash
mulai
sebagai
eritema
menghilang.
Mata merah ( conjuctivitis )
Pada periode awal stadium prodormal dapat ditemukan transverse
marginal line injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering
dikaburkan dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan
disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan
adanya peningkatan lakrimasi dan fotophobia. Konjungtivitis akan
menghilang setelah demam turun (Rampengan, 2008).
13
4. Tahap Lanjut
Munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai kecil-kecil
dan jarang kemudian menjadi banyak dan menyatu seperti pulau-pulau. Ruam
umumnya muncul pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera menjalar
menuju dada, punggung, perut serta terakhir kaki-tangan. Pada saat ruam ini
muncul, panas si anak mencapai puncaknya (bisa mencapai 40oC), ingus
semakin banyak, hidung semakin mampat, tenggorok semakin sakit dan batukbatuk kering dan juga disertai mata merah.
Komplikasi dapat terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh
secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak
diinginkan adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian
pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi
sekunder seperti :
- Pneumonia
- Gastroenteritis
- Ensefalitis
- Otitis media
- Mastoiditis
- Laringotrakheobronkitis
- Cervical adenitis
- Purpura tuerkulosis
- Ulkus kornea
- Apendisitis
(Rampengan, 2008)
5. Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit campak dapat berada dalam lima pilihan
keadaan, yaitu:
- Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi
-
hyperpigmentation.
Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih
yang ditimbulkan.
Berakhir dengan kematian
14
Imunisasi
Pencegahan penyakit campak di Indonesia dilakukan dengan vaksinasi
Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 15 bulan. Vaksin
yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang diolah menjadi
lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak
tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati,
penderita leukemia. Vaksinasi bersama rubela dan mumps (MMR) pada usia 15 18 bulan dan ulangan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun (Tuty dan Alan,
2002).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang
ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif.
Tujuan
utama
kegiatan-kegiatan
pencegahan
sekunder
adalah
untuk
mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang
beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit.Memberikan
pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
a. Diagnosa Penyakit Campak
15
Kasus Campak konfirmasi adalah kasus Campak klinis disertai salah satu
kriteria yaitu :
a. Pemeriksaaan laboratorium serologis (IgM positif atau kenaikan titer
antiantibodi 4 kali) dan atau isolasi virus Campak positif.
b. Kasus Campak yg mempunyai kontak langsung dengan kasus
konfirmasi, dalam periode waktu 1 2 minggu.
b. Pengobatan penyakit campak
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat
yang secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan
istirahat di tempat tidur, kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak
harus diberi cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan
dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan
penderita dan berikan vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat
malnutrisi pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari (Tuty dan
Alan, 2002).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan
akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan
dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini
mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien
dengan
dokter
mapupun
antara
16
dokter-dokter
yang
terkait
dengan
juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli
sesama disiplin ilmu (Anindya, 2011).
17
BAB III
KESIMPULAN
Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit itu tanpa campur
tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara
alamiah.
Riwayat perjalanan penyakit dapat dibagi menjadi lima katagori yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Tahap prapatogenesis
Tahap inkubasi
Tahap penyakit dini
Tahap penyakit lanjutan
Tahap akhir penyakit, yang bisa berakhir dalam lima keadaan, yaitu:
a. Sembuh sempurna
b. Sembuh tetapi cacat
c. Karier
d. Kronis
e. Meninggal dunia
Dalam proses perjalanan penyakit, kuman memulai aksinya dengan memasuki
pintu masuk tertentu (portal of entry) calon penderita baru dan kemudian jika ingin
berpindah ke penderita baru lagi akan ke luar melalui pintu tertentu (portal of exit).
Secara garis besar, portal of entry/portal of exit, ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Melalui konjungtiva
Melalui saluran nafas (hidung & tenggorokan
Melalui Pencernaan
Melalui saluran urogenitalia
Melalui luka pada kulit ataupun mukosa.
Secara mekanik
Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit merupakan langkah awal yang
perlu dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek lain yang terkait dengan penyakit.
Dengan mengetahui riwayat alamiah dapat ditarik beberapa manfaat seperti:
1. Untuk diagnostic
2. Untuk pencegahan
3. Untuk terapi
Pencegahan penyakit bisa di lakukan dengan berbagai hal dan tidak hanya
tertuju pada satu penyakit saja. Di dalam epidemiologi pencegahan penyakit di bagi
dalam tiga kelompok yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan
tersier. Pencegahan primer merupakan pencegahan tingkat pertama dalam upaya
18
pencegahan seorang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat
menjadi sakit. Segara garis besar, pencegahan primer bisa dilakukan secara umum dan
khusus
19
DAFTAR PUSTAKA
Anindya, Yudith. 2011. Riwayat Alamiah Penyakit Campak.
http://id.scribd.com/doc/116207201/Riwayat-Alamiah-Penyakit-Campak.
Diakses tanggal 06 Oktober 2013 pukul 18.24
Arias, Kathleen Meehan. 2003. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC
Azrul Azwar. 1999. Pengantar Epidemiologi. Ed Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara
Budiarto, Eko dan Anggraeni, Dewi. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC
Bustan, M N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.
Jakarta: EGC
Noor, N N. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Noor. 1997. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nurani. D. S., Ginanjar, P., Dian S. L. 2012. Gambaran Epidemiologi Kasus Campak di
Kota Cirebon. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol. 1 No. 2 tahun 2012
Rahayu, Tuti dan Alan R. Tumbelaka. 2002. Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut
Pada Anak. Sari Pediatri vol. 4 No. 3, Desember 2002: 104-113
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
EGC.
Rampengan. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC
Timmreck, Thomas C. 2001. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Jakarta : EGC
20