Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
.1

Latar Belakang
Setiap manusia pasti menginginkan hidupnya selalu sehat, agar mereka dapat

beraktifitas secara normal. Untuk saat ini kesehatan masih kurang di perhatikan oleh
masyarakat, padahal untuk biaya kesehatan sendiri sangat mahal. Sebenarnya sehat dan
sakit merupakan hal yang saling berkesinambungan. Sehat sendiri merupakan suatu
keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis ( Menurut UU N0. 23/1992
tentang kesehatan), sedangkan menurut WHO sendiri sehat keadaan yang sempurna
baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sedangkan sakit ialah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas
termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
Suatu penyakit pasti memiliki proses perkembangan dalam menginfeksi, dari
semula yang masih sehat menjadi sakit. Masing-masing penyakit memiliki perjalanan
alamiahnya sendiri jika tidak di ganggu dengan intervensi medis atau jika penyakit
dibiarkan sampai melengkapi perjalanannya. Proses suatu penyakit dimulai dari
seseorang yang rentan terhadap penyakit dan diserang oleh agen patogenik yang cukup
virulen (ganas) untuk menimbulkan penyakit.
Kejadian penyakit, tidak terkecuali penyakit akut (mendadak) mempunyai masa
perlangsungan tersendiri. Bagaimanapun mendadaknya, perlu waktu, yang memang
mungkin singkat, untuk tercetusnya suatu penyakit. dalam mengetahui keberadaan
(diagnosis) penyakit,

diperlukan perhatian dan perhitungan terhadap faktor waktu

perlangsungan penyakit. Untuk setiap penyakit, diinginkan untuk melakukan diagnosis


benar, tepat waktu ataupun secepatnya. Untuk membuat diagnosis, salah satu hal yang
perlu diketahui adalah riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) (Bustan,
2006).

.2

Tujuan
1. Mengetahui pengertian riwayat alamiah penyakit
2. Mengetahui tahapan riwayat alamiah penyakit
3. Mengetahui pola perkembangan penyakit
4. Mengetahui manfaat riwayat alamiah penyakit
5. Mengetahui tindak pencegahan yang harus dilakukan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.1 Pengertian Riwayat Alamiah Penyakit
Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit itu tanpa campur
tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara
alamiah (Bustan, 2006)
Perjalanan alamiah penyakit dimulai dari pajanan seseoarang yang rentan
terhadap suatau patogen. Patogen akan memeperbanyak dirimya dan kemudian akan
menyebar di dalam tubuh pejamu. Setiap penyakit, setiap patogen dan setiap pejamu
memiliki perbedaan dalam hal respon pada penyakit, cara penyakit menyebar dan
pengaruh penyakit terhadap tubuh. Perkembangan suatu penyakit sebenarnya dapat di
hentikan dari titik manapun, baik dari respon dari sistem imun alami yang dimiliki
tubuh atau melalui intervensi yang meggunakan antibiotik,terapetik, atau intervensi
media lain. Saat patogen pertama kali masuk kedalam tubuh pertama tubuh akan
merespon biasanya perubahan tidak terdeteksi dan tidak dirasakan. Begitu patogen
memperbanyak diri, pejamu mulai merasakan perubahan yang di tandai dengan
munculnya berbagai gejala, seperti demam, sakit kepala, kelelahan, sakit otot, dan perut
terasa tidak nyaman (Timmreck, 2001).

.2 Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit

Gambar
Bagan Riwayat Alamiah Penyakit
Berdasarkan bagan di atas, riwayat perjalanan penyakit dapat dibagi menjadi
lima katagori yaitu:
1. Tahap prapatogenesis
Pada tahap ini manusia (host) masih dalam keadaan sehat, namun pada tahap
ini pula host telah terancam dan beresiko terhadap penyakit yang ada di
sekelilingnya, dikarenakan :
a. Telah terjadi interaksi dengan bibit penyakit (agen)
b. Bibit penyakit yang ada di lingkungan belum masuk ke host
( host/penjamu)
c. Host (manusia) masih dalam keadaan sehat belum ditemukan tandatanda penyakit.
d. Belum terdeteksi baik secara klinis maupun laboratorium.
(Rajab, 2009)
2. Tahap inkubasi
Pada tahap ini bibit penyakit telah masuk kedalam tubuh host, namun belum
terlihat gejala yang tampak. Jika daya tahan tubuh host tidak kuat pasti akan terjadi
gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh (Rajab, 2009).
Ciri-cirinya :
Perubahan akibat infeksi atau paparan masih belum tampak
Terjadi perkembangbiakan mikroorganisme patogen (inkubasi)

Pada penyakit non infeksi terjadi perubahan anatomi & histologi.


Ex arterosklerotip pada pembuluh darah koroner mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah.

Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit


ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala
penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit
lainnnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak
sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi
diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi sendiri, dan pengetahuan
masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya (Bustan, 2006).
Berbagai jenis penyakit menular dan masa inkubasinya
-

Jenis Penyakit
AIDS
Amoebiasis
Anthrax
Botulism
Chikungunya
Kholera
Dipteri
Filariasis
Hepatitis A
Hepatitis B
Leptospirosis
Campak
Poliomyelitis
Tetanus

Masa Inkubasi
2 bulan 10 tahun
2 4 minggu
2 7 hari
12 36 jam
3 12 hari
1 5 hari
2 5 hari
3 12 bulan
15 50 hari
7 26 minggu
4 18 hari
10 -14 hari
5 30 hari
4 21 hari

(Bustan, 2006)
Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh. Pada suatu saat
penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya. Garis yang membatasi
antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut dengan horison klinik
(Azwar, 1999).
3. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan.
Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan
patologis (phatologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik
(stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah
diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini (Bustan, 2006).
5

4. Tahap penyakit lanjutan


Tahap lanjut merupakan tahap dimana penyakit bertambah jelas dan mungkin
tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical
disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala klinik yang jelas,
sehingga diagnosis sudah relative mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah
diagnosis di tegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat
lanjut yang kurang baik. Pada penyakit ini penyakit semakin bertambah hebat,
penderita tidak dapat beraktifitas sehingga memerlukan perawatan (Rajab, 2009).
5. Tahap akhir penyakit
Pada tahap ini host berada dalam lima keadaan yaitu
a. Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara
sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan
sebelum menderita penyakit.
b. Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita
sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena
ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat,
tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga
cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.
c. Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena
gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu
masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya
tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini
tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat
sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan
d. Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak
berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah
ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena
pada dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.
e. Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena
sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini
bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan (Noor,
1997).
Walaupun pada umumnya riwayat perjalanan penyakit akan melalui tahap-tahap
seperti bagan di atas, namun ada beberapa penyakit atau kejadian penyakit yang tidak
sesuai dengan bagan di atas sehingga di kenal istilah berikut:

1. Self limiting disease: proses penyakit berhenti sendiri dan semua fungsi tubuh
normal kembali.
2. Penyakit inapparent : penyakit yang berlangsung tanpa gejala klinis, penderita
penyakit tertentu sudah mulai menularkan penyakit sebelum masa inkubasi
selesai (misal: campak, polio, rubella dan cacar air), atau penderita penyakit
tertentu menularkan penyakitnya setelah gejala klinis muncul misalnya:
filariasis, batuk rejan, dan malaria.
3. Masa laten: masa antara masuknya agent sampai penderita dapat menularkan
penyakitnya.
4. Periode menular: penderita mampu menularkan penyakit ketika keadaan
penderita pulih atau sembuh dan pulih atau sembuh sesudah penyakit tidak
menunjukan gejala klinis (penderita menjadi carrier).
5. Periode akaut: penyakit berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam
beberapa hari atau minggu saja, misalnya, influenza, rabies, cacar, atau
campak.
6. Periode kronis: penyakit berlangsung beberapa tahun misalnya TBC, lepra,
AIDS (Rajab, 2009).

.3 Pola Penyebaran Penyakit


Suatu penyakit (menular) tidak hanya selesai setelah membuat seseorang sakit,
tetapi cenderung untuk menyebar. Setelah menyelesaikan riwayatnya pada suatu
rangkaian kejadian sehingga seseorang jatuh sakit, pada saat yang samapenyakit
bersama

dengan

kumannya

dapat

berpindah

dan

menyebar

kepada

orang

lain/masyarakat (Bustan, 2006).


Dalam proses perjalanan penyakit, kuman memulai aksinya dengan memasuki
pintu masuk tertentu (portal of entry) calon penderita baru dan kemudian jika ingin
berpindah ke penderita baru lagi akan ke luar melalui pintu tertentu (portal of exit)
(Bustan, 2006). Secara garis besar, portal of entry/portal of exit, ialah:
1. Melalui konjungtiva, yang biasanya hanya dijumpai pada beberapa penyakit
mata tertentu.
2. Melalui saluran nafas (hidung & tenggorokan): melalui droplet sewaktu
reservoir/ penderita bicara, bersin, atau batuk atau melalui udara pernapasan.
3. Melalui Pencernaan: baik bersama ludah, muntah maupun bersama dengan tinja.
4. Melalui saluran urogenitalia: biasanya bersama-sama dengan urine atau zat lain
yang keluar melalui saluran tersebut.
5. Melalui luka pada kulit ataupun mukosa.
6. Secara mekanik: seperti suntikan atau gigitan pada beberapa penyakit tertentu.
(Noor, 2006)
Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan
potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu lingkaran perjalanan khusus atau suatu
jalur khusus yang disebut jalur penularan (Mode of Transmission). Secara garis
besarnya, jalur penularan (Mode of Transimission) dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Penularan langsung: yakni penularan yang terjadi secara langsung dari penderita
atau reservoir, ke pejamu potensial yang baru, sedangkan
2. Penularan tidak langsung: adalah penularan yang terjadi melalui media tertentu;
seperti media udara (air borne), melalui benda tertentu (vechicle borne), dan
melalui vektor (vector borne).
(Noor, 2006)
Setiap penyakit pasti memiliki akibat, pada penyakit

infeksi penyakit bisa

sembuh dengan tiba-tiba, bisa juga disembuh melalui jalur terapi terapi, tetapi tenyakit
bisa kambuh sewaktu-waktu dan parahnya dapat mengakibatkan kematian pada.
Sedangkan untuk penyakit non infeksi biasanya berakibat pada kecacatan yang
permanen serta bisa berakibat pada kematian.

.4 Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit


Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit merupakan langkah awal yang
perlu dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek lain yang terkait dengan penyakit.
Dengan mengetahui riwayat alamiah dapat ditarik beberapa manfaat seperti:
1.

Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penetuan

2.

jenis penyakit, misalnya jika terjadi KLB (kejadian luar biasa).


Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman pathogen penyebab dan rantai
perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting
dalam upaya pencegahan penyakit. Dengan mengetahui riwayat pencegahan
penyakit dapat terlihat apakah penyakit itu perlangsungannya akut ataukah
kronik. Tentu berbeda upaya pencegahan yang diperlukan untuk penyakit

3.

yang akut disbanding dengan yang kronik.


Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase
paling awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah
duberikan. Lebih awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan.
Keterlambatan diagnosis akan berkaitan dengan keterlambatan terapi
(Bustan, 2006).
Dari riwayat alamiah penyakit diperoleh beberapa informasi penting seperti:

1.

Masa inkubasi atau masa latent, masa atau waktu yang diperlukan selama

2.

perjalanan suatu penyakit untuk menyebabkan seseorang jatuh sakit.


Kelengkapan keluhan (symptom) yang menjadi bahan informasi dalam

3.
4.

menegakan diagnosis.
Lamanya dan beratnya keluhan dialami oleh seorang penderita.
Kejadian penyakit menurut musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuen

5.

kejadiannya.
Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan

6.

mudah dideteksi lokasi kejadian penyakit.


Sifat-sifat biologis kuman pathogen sehingga menjadi bahan informasi untuk
pencegahan penyakit, khususnya untuk pembunuhan kuman penyebab.
(Chandra, 2005)
Berdasarkan riwayat alamiah penyakit muncul usaha dan pencegahan terjadinya

penyakit sesuai tahapan di atas. Level & Clark membagi pencegahan penyakit menjadi
lima tingkatan, yaitu:
1. Peningkatan kesehatan
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit
3. Diagnosis dini dan pengobatan cepat dan tepat
9

4. Pembatasan kecacatan
5. Rehabilitasi (pemulihan kesehatan)
(Effendy, 1998)
Pencegahan penyakit bisa di lakukan dengan berbagai hal dan tidak hanya
tertuju pada satu penyakit saja. Di dalam epidemiologi pencegahan penyakit di bagi
dalam tiga kelompok yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan
tersier. Pencegahan primer merupakan pencegahan tingkat pertama dalam upaya
pencegahan seorang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat
menjadi sakit. Segara garis besar, pencegahan primer bisa dilakukan secara umum dan
khusus (Timmreck, 2001).
Pencegahan umum bisa bisa dilakukan untuk mengadakan pencegahan pada
masyarakat umum, misalnya pendidikan masyarakat dan kebersihan lingkungan.
Pencegahan khusus ditujukan pada orang-oarang yang mempunyai risiko dengan
melakukan imunisasi, misalnya imunisasi terhadap:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Diftheritis
Pertusis
Tetanus
Poliomielitis
Morbilli
Hepatitis
Sanitasi lingkungan seperti :
a. Penjenihan air minum
b. Pencegahan terhadap kecelakaan
c. Keselamatan kerja
(Budiarto & Anggraeni, 2002)

Sedangkan pencegahan sekunder merupakan upaya manusia untuk mencegah


orang

yang

telah

sakit

agar

sembuh,

menghambat

progresifitas

penyakit,

menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidak mampuan. Pencegahan sekunder


dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan mengadakan
pengobatan yang cepat dan tepat. Pendeteksian penyakit secara dini dapat dilakukan
dengan cara:
1.
2.
3.
4.

Penyaringan
Pengamatan epidemiologis
Survei epidemiologis
Memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada sarana pelayanan umum
atau praktek dokter swasta

10

(Budiarto & Anggraeni, 2002)


Mengadakan pengobatan penyakit menular yang terdapat di masyarakat seperti
penyakit akibat hubungan seksual dapat melindungi orang lain terkena penyakit
tersebut. Dengan cara demikian, kita mengadakan pencegahan sekunder bagi penderita
dan pencegahan primer bagi orang yang potensi terkena penyakit. Pencegahan sekunder
biasanya dilakukan pada penyakit-penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes
mellitus (Budiarto & Anggraini, 2002).
Pencegahan tersier biasanya di lakukan untuk mengurangi ketidak mampuan dan
mengadakan rehabilitasi. Pencegahan dapat di lakukan dengan:
1. Memaksimalkan fungsi orang yang cacat
2. Membuat protesa ekstremitas akibat amputasi
3. Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik (Budiarto & Anggraini, 2002).
Berikut salah satu contoh riwayat alamiah penyakit yang terjadi pada penyakit
campak. Penyakit Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang
ditandai

dengan

demam,

batuk,

konjungtivitis

(peradangan

selaput

ikat

mata/konjungtiva) dan ruam kulit (Nurani et al, 2012).


Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD,
meskipun tidak menutup kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah
terkena penyakit ini. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak yaitu virus
rubeola golongan Paramyxovirus dari pada genus Morbillivirus (Bambang dan Lilik,
2007). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun
tenggorokan penderita campak (airborne disease).
Riwayat Alamiah Penyakit Campak
1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit
(stage of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah
terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih
terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh pejamu
dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang
penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan
tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunya lengah ataupun

11

memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi


lingkungan yang kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat
berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya,
tahap patogenesis (Bustan, 2006).
2. Tahap Patogenesis/Subklinis/Pra gejala
Penyakit campak mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, merupakan jangka
waktu dari mulai mendapat paparan sampai munculnya gejala klinik penyakit
(Nurani et al, 2012).
3. Tahap Klinis/Penyakit Dini
Mulai timbulnya gejala dalam waktu 7 - 14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa
(Tuti dan Alan, 2002):
Panas badan
Panas dapat meningkat pada hari ke-5 atau ke-6, yaitu pada saat puncak
timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasik dengan
peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan
periode normal selama satu hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang

cepat sampai 39o-40,6oC saat erupsi rash mencapai puncaknya.


nyeri tenggorokan dan nyeri otot
hidung meler ( Coryza )
Tidak dapat dibedakan dari common cold . Batuk dan bersin diikuti
dengan hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi
profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersama

dengan menghilangnya panas (Rampengan, 2008).


Batuk ( Cough )
Disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernapasan. Intensitas
batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun,
batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam

waktu 5 - 10 hari
Bercak Koplik
Merupakan bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum pasir
yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih
kelabu. Gambaran ini merupakan salah satu tanda patogmonik morbili.
Beberapa jam sebelum timbulnya rash sudah dapat ditemukan adanya
bercak koplik dan menghilang dalam 24 jam-hari kedua setelah

timbulnya rash
Rash

12

Timbul

setelah

3-4

hari

panas.

Rash

mulai

sebagai

eritema

makulopapuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut,


kemudian menyebar ke daerah pipi, leher, seluruh wajah dann dada serta
biasanya dalam 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas dan
selanjutnya ke seluruh tubuh mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat
rash sudah sampai kaki, rash yang timbul duluan mulai berangsur-angsur

menghilang.
Mata merah ( conjuctivitis )
Pada periode awal stadium prodormal dapat ditemukan transverse
marginal line injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering
dikaburkan dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan
disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan
adanya peningkatan lakrimasi dan fotophobia. Konjungtivitis akan
menghilang setelah demam turun (Rampengan, 2008).

13

4. Tahap Lanjut
Munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai kecil-kecil
dan jarang kemudian menjadi banyak dan menyatu seperti pulau-pulau. Ruam
umumnya muncul pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera menjalar
menuju dada, punggung, perut serta terakhir kaki-tangan. Pada saat ruam ini
muncul, panas si anak mencapai puncaknya (bisa mencapai 40oC), ingus
semakin banyak, hidung semakin mampat, tenggorok semakin sakit dan batukbatuk kering dan juga disertai mata merah.
Komplikasi dapat terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh
secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak
diinginkan adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian
pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi
sekunder seperti :
- Pneumonia
- Gastroenteritis
- Ensefalitis
- Otitis media
- Mastoiditis
- Laringotrakheobronkitis
- Cervical adenitis
- Purpura tuerkulosis
- Ulkus kornea
- Apendisitis
(Rampengan, 2008)
5. Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit campak dapat berada dalam lima pilihan
keadaan, yaitu:
- Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi
-

pulih, sehat kembali.


Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah
tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas
gangguan yang permanen berupa bercak-bercak kecoklatan yang disebut

hyperpigmentation.
Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih

tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.


Penyakit tetap berlangsung secara kronik karena berbagai komplikasi

yang ditimbulkan.
Berakhir dengan kematian

14

Upaya Pencegahan Penyakit Campak


1. Pencegahan Primer
a. Penyuluhan
Edukasi campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan
mengenai campak. Di samping kepada penderita campak, edukasi juga diberikan
kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihakpihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan
kepada pasien campak adalah definisi penyakit campak, faktor-faktor yang
berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak,
pengelolaan campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi
campak.
b.

Imunisasi
Pencegahan penyakit campak di Indonesia dilakukan dengan vaksinasi

Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 15 bulan. Vaksin
yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang diolah menjadi
lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak
tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati,
penderita leukemia. Vaksinasi bersama rubela dan mumps (MMR) pada usia 15 18 bulan dan ulangan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun (Tuty dan Alan,
2002).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang
ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif.
Tujuan

utama

kegiatan-kegiatan

pencegahan

sekunder

adalah

untuk

mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang
beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit.Memberikan
pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
a. Diagnosa Penyakit Campak

15

Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnese, gejala klinis dan


pemeriksaan laboratorium (Arias, 2003).

Kasus Campak Klinis

Kasus Campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di


tubuh berbentuk macula popular selama tiga hari atau lebih disertai panas
badan 38C atau lebih (terasa panas) dan disertai salah satu gejala bentuk
pilek atau mata merah.

Kasus Campak Konfirmasi

Kasus Campak konfirmasi adalah kasus Campak klinis disertai salah satu
kriteria yaitu :
a. Pemeriksaaan laboratorium serologis (IgM positif atau kenaikan titer
antiantibodi 4 kali) dan atau isolasi virus Campak positif.
b. Kasus Campak yg mempunyai kontak langsung dengan kasus
konfirmasi, dalam periode waktu 1 2 minggu.
b. Pengobatan penyakit campak
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat
yang secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan
istirahat di tempat tidur, kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak
harus diberi cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan
dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan
penderita dan berikan vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat
malnutrisi pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari (Tuty dan
Alan, 2002).

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan
akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan
dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini
mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien
dengan

dokter

mapupun

antara

16

dokter-dokter

yang

terkait

dengan

komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan


motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit campak. Dalam penyuluhan ini
yang perlu disuluhkan mengenai :
-

Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik

Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan

Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan


keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait

juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli
sesama disiplin ilmu (Anindya, 2011).

17

BAB III
KESIMPULAN

Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit itu tanpa campur
tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara
alamiah.
Riwayat perjalanan penyakit dapat dibagi menjadi lima katagori yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Tahap prapatogenesis
Tahap inkubasi
Tahap penyakit dini
Tahap penyakit lanjutan
Tahap akhir penyakit, yang bisa berakhir dalam lima keadaan, yaitu:
a. Sembuh sempurna
b. Sembuh tetapi cacat
c. Karier
d. Kronis
e. Meninggal dunia
Dalam proses perjalanan penyakit, kuman memulai aksinya dengan memasuki

pintu masuk tertentu (portal of entry) calon penderita baru dan kemudian jika ingin
berpindah ke penderita baru lagi akan ke luar melalui pintu tertentu (portal of exit).
Secara garis besar, portal of entry/portal of exit, ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Melalui konjungtiva
Melalui saluran nafas (hidung & tenggorokan
Melalui Pencernaan
Melalui saluran urogenitalia
Melalui luka pada kulit ataupun mukosa.
Secara mekanik
Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit merupakan langkah awal yang

perlu dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek lain yang terkait dengan penyakit.
Dengan mengetahui riwayat alamiah dapat ditarik beberapa manfaat seperti:
1. Untuk diagnostic
2. Untuk pencegahan
3. Untuk terapi
Pencegahan penyakit bisa di lakukan dengan berbagai hal dan tidak hanya
tertuju pada satu penyakit saja. Di dalam epidemiologi pencegahan penyakit di bagi
dalam tiga kelompok yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan
tersier. Pencegahan primer merupakan pencegahan tingkat pertama dalam upaya

18

pencegahan seorang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat
menjadi sakit. Segara garis besar, pencegahan primer bisa dilakukan secara umum dan
khusus

19

DAFTAR PUSTAKA
Anindya, Yudith. 2011. Riwayat Alamiah Penyakit Campak.
http://id.scribd.com/doc/116207201/Riwayat-Alamiah-Penyakit-Campak.
Diakses tanggal 06 Oktober 2013 pukul 18.24
Arias, Kathleen Meehan. 2003. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC
Azrul Azwar. 1999. Pengantar Epidemiologi. Ed Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara
Budiarto, Eko dan Anggraeni, Dewi. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC
Bustan, M N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.
Jakarta: EGC
Noor, N N. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Noor. 1997. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nurani. D. S., Ginanjar, P., Dian S. L. 2012. Gambaran Epidemiologi Kasus Campak di
Kota Cirebon. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol. 1 No. 2 tahun 2012
Rahayu, Tuti dan Alan R. Tumbelaka. 2002. Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut
Pada Anak. Sari Pediatri vol. 4 No. 3, Desember 2002: 104-113
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
EGC.
Rampengan. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC
Timmreck, Thomas C. 2001. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai