Askep Intoksikasi Organo Fosfat
Askep Intoksikasi Organo Fosfat
Pengertian umum :
Pestisida adalah semua yang dipakai untuk membasmi hama, antara lain terdiri dari :
a. Insektisida
b. Rodentisida
c. Herbisida
Parathion
Basudin
Diazinon
Phosdrin
Systox
Gambaran klinik
Yang
palig
menonjol
adalah
hiperaktivitas
kelenjar-kelenjar
ludah/air
- Nyeri kepala
- Rasa lemah
- Rasa takut
- Tremor lidah
- Nausea
- Muntah-muntah
- Kejang/keram perut.
- Hipersalivasi
- Hiperhidrosis
- Fasikulasi otot
- Diare
- Pupil pin-Point
- Sesak napas
- Sianosos
- Edema paru
- Pupil miosis
b. Keracunan sedang
- Bradikardi
c. Keracunan berat
2.
- Konvulsi
- Koma
- Akhirnya meninggal
- Blokade jantung
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan rutin tidak banyak menolong
b. Pemeriksaan khusus : pengukuran kadar kHE dalam sel darahmerah dan plasma,
penting untuk memastikan diagnosis keracunan akut maupun kronik (menurun
sekian % dari harga normal)
Keracunan akut : ringan 40 70 % N
Sedang 20 % N
Berat < 20 % N
Keracunan kronik : bila kadar KhE menurun sampai 25 50 %, setiap individu yang
berhubungan dengan insektisida ini harus segera disingkirkan dan baru diizinkan
bekerja kembali bila kadar KhE telah meningkat > 75 % N.
3.
Pemeriksaan PA
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas, sering hanya
ditemukan adanya edema paru, dilatasi kapiler dan hiperemi paru, otak dan organ-organ
lain.
Pengobatan
1. Resusitasi
a. Bebaskan jalan napas
b. Napas buatan + O2, kalau perlu gunakan respirator pada kegagalan napas yang
berat.
c. Infus cairan kristaloid.
d. Hindari obat-obatan penekan SSP
2. Eliminasi
Emesis, katarsis, kumbah lambung, keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh
dengan sabun.
3. Antidotum
Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada pada
tempat-tempat penumpukannya.
a. Mula-mula berikan bolus intra vena 1 2,5 mg, pada anak 0,05 mg/kg.
b. Dilanjutkan dengan 05 1 mg setiap 5 10 menit sampai timbul gejala-gejala
atropinisasi (muka merah, mulut kering, takhikardi, midriasis, febris, psikosis.
Pada anak 0,02 0,05 mg/kg iv tiap 10 30 menit.
c. Selanjutnya setiap 2 4 6 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentkan minimal 2 x 24 jam.
e. Penghentian SA yang mendadak dapat menimbulkan rebound efect berupa
edema paru/kegagalan pernapasan akut, sering fatal.
Timbulnya gejala-gejala atropinisasi yang lengkap, dapat dipakai sebagai petunjuk
adanya keracunan atropin.
Reaktivator KhE bekerja dengan memotong ikatan IFO-KhE sehinggatimbul
reaktivitas ensim KhE. Yang terkenal 2 PAM (pyrydin 2 aldoxime
methiodide /methcloride = Pralidoxime = Protopam). Hanya bermanfaat pada
keracunan IFO, kontra indikasi pada keracunan carbamate.
Distress pernapasan
Sianosis
Takipnoe
b. Neurologi
IFO menyebabkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-efeknya termasuk letargi,
peka rangsangan, pusing, stupor & koma.
c. GI Tract
Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus, mual dan muntah.
d. Kardiovaskuler
Disritmia.
e. Dermal
Iritasi kulit
f. Okuler
Luka bakar kurnea
g. Laboratorium
Eritrosit menurun
Proteinuria
Hematuria
Hipoplasi sumsum tulang
h. Diagnostik
Radiografi dada dasar/foto polos dada
Analisa gas darah, GDA, EKG
Intervensi secara umum
Perawatan Suportif
1.
Jalan nafas
2.
Pernapasan
3.
Sirkulasi
Pencegahan Absorbsi
1.
Ipekak dianjurkan pada pasien dalam keadaan sadar dengan ingesti terhadap :
a. Distilat petroleum dalam jumlah yang besar
b. Distilat petroleum dengan adiktif toksik serius (logam berat, insektisida)
c. Hidrokarbon aromatik halogen.
2.
3.
Arang obat
4.
Katartik Saline
Intervensi :
1.
2.
3.
Rasional : Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada
hipordemia.
4.
5.
6.
7.
8.
Diagnosa .2 :
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO, proses
inflamasi.
Tujuan : Pola napas efektif
Kriteria Evaluasi :
-
RR normal : 14 20 x/menit
Intervensi :
1.
Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan
Rasional : Efek IFO mendepresi SSP yang mungkin dapat mengakibatkan hilangnya
kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan, pengkajian yang berulang
kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin berubah-ubah secara
drastis.
2.
3.
4.
5.
6.
Diagnosa .3 :
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam
keterampilan koping menangani masalah pribadi.
Tujuan :
Kriteria Evaluasi :
-
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Diagnosa .4
Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan pribadi
anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
Tujuan : Koping keluarga efektif.
Kriteria Evaluasi :
-
Melakukanperubahan perilaku.
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Diagnosa .5 :
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan dan efek
samping penggunaan obat zat insektisida berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien mempunyai pengathuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan
dan efek samping penggunaan zat insektisida.
Kriteria Evaluasi :
-
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
6.