Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Kerja bagi Manusia


Menurut buku filsafat manusia, Kasdin Sihotang, kerja menyatu dengan keberadaan
manusia. Kerja adalah wadah bagi manusia untuk membentuk dirinya dalam membangun
dunianya. Kehidupan manusia sendiri pun tercermin dari pekerjaan dan hasil-hasil
pekerjaannya. Tanpa kerja manusia tidak hidup dan dunia tidak akan terbentuk.
Pendapat lain menyebutkan bahwa kerja adalah bagian sentral di dalam kehidupan
manusia. Dengan pikiran dan tubuhnya, manusia mengorganisir pekerjaan, membuat bendabenda yang dapat membantu pekerjaannya tersebut, dan menentukan tujuan akhir dari
kerjanya. Dapat juga dikatakan bahwa kerja merupakan aktivitas yang hanya unik (dalam
artian di atas manusia).
Di dalam salah satu tulisannya, Franz Magnis Suseno pernah berpendapat bahwa
refleksi filsafat tentang kerja dapat ditemukan sejak 2400 tahun yang lalu. Walaupun pada
masa itu kerja dipandang sebagai sesuatu yang rendah. Warga bangsawan tidak perlu bekerja.
Mereka mendapatkan harta dari status mereka. Bahkan dapat dikatakan bahwa pada masa itu,
manusia yang sesungguhnya tidak perlu bekerja. Ia hanya perlu berpikir dan menulis di level
teoritis. Semua pekerjaan fisik diserahkan kepada budak. Budak tidak dianggap sebagai
manusia seutuhnya. Pada abad ke-17 dan 18, refleksi filsafat tentang kerja mulai berubah
arah.
Salah seorang filsuf Inggris yang bernama John Locke pernah berpendapat, bahwa
pekerjaan merupakan sumber untuk memperoleh hak milik pribadi.
Hegel, filsuf Jerman, juga berpendapat bahwa pekerjaan membawa manusia
menemukan dan mengaktualisasikan dirinya. Karl Marx, murid Hegel, berpendapat bahwa
pekerjaan merupakan sarana manusia untuk menciptakan diri. Dengan bekerja orang
mendapatkan pengakuan.
Menurut Peter Drucker, kerja adalah sesuatu yang sifatnya impersonal dan obyektif.
Dalam arti ini kerja adalah tugas. Untuk bekerja berarti orang menerapkan logika yang
mengatur arus kerja tersebut. Sebagai contoh seorang penulis, menulis adalah suatu kerja
yang membutuhkan logika untuk mengetik dan membaca tulisan yang telah diketik. Di dalam
tulisan ada aturan dan logika yang harus dipatuhi. Tanpa aturan dan logika tersebut, tulisan
tidak akan dapat dimengerti. Penulis harus menganalisis proses dan hasil tulisannya, membuat
kombinasi yang tepat, serta mengontrol proses penulisan, supaya mendapatkan hasil yang
diinginkan.
Maka kerja adalah sesuatu yang memiliki aturan dan logika tersendiri yang perlu
untuk dianalisis. Para pekerja yang juga berarti setiap manusia perlu untuk memahami prinsip

dasar kerja dalam suatu urutan yang logis, seimbang, dan rasional. Hal ini tidak hanya berlaku
untuk kerja yang menghasilkan barang materi, tetapi juga para pekerja kreatif dan pekerja
pengetahuan yang lebih menghasilkan konsep yang abstrak.
Fungsi dan Dimensi Kerja

Fungsi Kerja
Secara singkat Magnis Suseno menegaskan, bahwa ada tiga fungsi kerja, yakni fungsi
reproduksi material, integrasi sosial, dan pengembangan diri. Yang pertama, dengan bekerja
manusia bisa memenuhi kebutuhannya. Yang kedua dengan bekerja manusia mendapatkan
status di masyarakat. Ia dipandang sebagai warga yang bermanfaat. Dan yang ketiga dengan
bekerja manusia mampu secara kreatif menciptakan dan mengembangkan dirinya.

Dimensi Kerja
1.

Menurut Peter Drucker, ada lima dimensi dari bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

dilakukan oleh pekerja. Manusia adalah makhluk yang bekerja. Kerja adalah tanda dari
kemanusiaannya. Kerja memiliki dinamika dan dimensi yang inheren di dalam dirinya.
a.

Dimensi Fisiologis

Perlu ditekankan bahwa manusia bukanlah mesin. Cara ia bekerja pun berbeda dengan cara
kerja mesin. Mesin bekerja jika hanya mengerjakan satu tugas. Tugas itu haruslah dilakukan
berulang dan haruslah sesederhana mungkin. Untuk mengerjakan tugas rumit, mesin harus
membagi tugas rumit tersebut ke dalam bagian yang lebih sederhana, barulah mesin itu bisa
bekerja. Mesin dapat bekerja dengan baik, jika ritme pekerjaan tersebut tetap dan dengan
stabilitas yang terjamin. Manusia bekerja dengan cara yang berbeda. Jika hanya mengerjakan
satu pekerjaan secara berulang ia dengan mudah menjadi bosan, lelah dan meninggalkan
pekerjaannya itu. Menurut Drucker manusia bekerja secara maksimal jika ia menumpahkan
seluruh dirinya di dalam pekerjaannya itu dan bukan hanya fisiknya semata. Jika ia dipaksa
bekerja seperti mesin, maka baik secara psikologis ataupun fisik ia akan cepat merasa lelah.
Manusia bekerja terbaik di dalam koordinasi dengan manusia lainnya, dan bukan secara
individual. Ia bekerja buruk di dalam ritme yang tetap. Ia harus bekerja di dalam suasana yang
dinamis bersama dengan manusia lainnya. Tidak ada ritme yang universal yang cocok untuk
setiap orang. Setiap orang memiliki ritme bekerjanya masing-masing.
b.

Dimensi Psikologis

Dalam arti ini kerja bisa berarti berkat sekaligus kutuk. Orang perlu untuk bekerja, namun
sering kali juga menjadi beban yang sangat berat. Setiap orang sudah dikondisikan untuk
bekerja sejak mereka menginjak usia 3-4 tahun. Memang mereka belum boleh bekerja secara
resmi di pabrik atau di mana pun. Namun mereka perlu untuk belajar berjalan, berbicara dan
yang terpenting belajar untuk menjadi manusia. Menurut Drucker ini semata untuk
menciptakan kebiasaan bekerja, untuk melakukan sesuatu guna mengembangkan diri. Dapat
dikatakan pula kerja membantu orang untuk menentukan siapa dirinya.
c.

Dimensi Sosial

Kerja menyatukan orang dari berbagai latar belakang untuk bertemu dan menjalin relasi.
Profesi seseorang menentukan tempatnya di masyarakat. Lebih jauh lagi dapat dikatakan
bahwa setiap orang butuh untuk kerja, karena ia memiliki kebutuhan untuk menjadi bagian
dari suatu kelompok dan menjalin relasi yang bermakna dengan orang-orang yang ada di
sana. Aristoteles pernah mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berpolis. Artinya
manusia adalah makhluk yang membutuhkan kelompok untuk menegaskan dirinya. Dan
bekerja adalah cara terbaik untuk menjadi bagian dari suatu kelompok.
d.

Dimensi Ekonomis

Untuk hidup orang perlu bekerja. Drucker mengatakan hal ini berakar dari fakta, bahwa
manusia tidak mampu hidup sendiri. ia tidak mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Maka
ia memerlukan orang lain. Dalam kerangka yang besar manusia yang satu melakukan
perdagangan dengan manusia yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing.
Di satu sisi jaringan ini memperkuat hubungan sosial namun juga memiliki potensi untuk
mendorong terjadinya konflik sosial, sebagai akibat dari perdagangan yang tidak
mencerminkan nilai keadilan.
e.

Dimensi Kekuasaan

Di dalam organisasi selalu ada relasi-relasi kekuasaan, baik secara implisit maupun eksplisit.
Secara eksplisit kekuasaan paling tampak di dalam hubungan antara atasan dan bawahan,
serta hubungan antara konsumen dan prodesen. Di sisi lain ada kekuasaan yang sifatnya
implisit, namun efeknya sangat terasa. Seperti krisis global di pasar internasional, bencana
alam, dan perubahan iklim yang mempengaruhi proses produksi, distribusi ataupun konsumsi.
Drucker berkata masyarakat modern adalah masyarakat pekerja dan akan tetap seperti itu.
Oleh karena itu relasi-relasi kekuasaan di dalam pekerjaan pun tidak akan pernah hilang.
Otoritas adalah sesuatu yang sangat esensial di dalam organisasi modern. Dengan lugas dapat
dikatakan bahwa selama ada otoritas, selama itu pula ada relasi-relasi kekuasaan.
2.

Menurut buku filsafat Kasdin Sihotang ada tiga dimensi kerja, yaitu :

a.

Dimensi Personal

Melalui kerja atau pekerjaan manusia menunjukkan nilai kemanusiaannya. Dan hal inilah
yang dimaksud bahwa kerja sebagai ungkapan pribadi. Dan dapat dikatakan juga bahwa
dengan bekerja manusia membuktikan diri sebagai manusia. Ia tidak ditaklukan oleh kekuatan
alam atau materi, tetapi menaklukannya sesuai dengan kemauannya. Manusia menjadi tuan di
dunia. Melalui kerja manusia mengungkapkan diri. Di sini kerja adalah tindakan pernyataan
diri manusia. Jadi kerja adalah proses subjektivikasi setiap individu. Kerja adalah ungkapan
dari keunikan serta totalitas diri dari setiap pribadi.
b.

Dimensi Sosial

Selain mengungkapkan diri, kerja juga memiliki makna sosial. Hal ini seiring dengan hakikat
manusia sebagai makhluk sosial. Hidup manusia adalah sebuah keterlemparan bersama
dengan orang lain. Ada manusia adalah ada bersama dengan orang lain. Gagasan Heidegger
ini mengandung makna bahwa apa pun yang dilakukan manusia selalu melibatkan orang lain.
Ini adalah kodrat mendasar manusia. Keterlemparan justru membuat manusia harus
melakukan sesuatu sebagai tanda tanggung jawabnya terhadap orang lain. Karena itu kerja
tidak bisa terlepas dari bingkai sosialitas. Itu berarti bahwa kerja tidak hanya sebagai wadah
pernyataan diri, melainkan juga sarana perwujudan kepedulian setiap pribadi kepada orang
lain.
c.

Dimensi Etis

Kerja juga memiliki aspek etis, aspek ini justru memiliki posisi vital karena aspek ini akan
membuat pekerjaan bermakna baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dimensi etis
menandakan bahwa kerja berkaitan dengan nilai moral. Secara positif dapat dikatakan setiap
pekerjaan memuat nilai kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Nilai-nilai tersebut
mencakup, nilai keadilan, nilai tanggung jawab, dan nilai kejujuran.

Anda mungkin juga menyukai