Anda di halaman 1dari 89

Landasan Kehidupan Berbangsa

dan Bernegara: Pancasila dan UUD


Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Pendidikan Anggota Pratama PKS Sumbar
PANCASILA
6
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN IDEOLOGI NEGARA

Dasar dan Ideologi Negara

Filosofische Grondslag
yaitu sebagai
PANDANGAN
fondamen, filsafat, HIDUP
pikiran yang
mendalam PANCASILA (WAY OF LIFE)

PEMERSATU
BANGSA
7
PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN IDEOLOGI NEGARA

Pancasila Sebagai Dasar Negara berarti Pancasila menjadi dasar untuk


mengatur penyelenggaraan negara dan seluruh warga negara Indonesia.

Dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 alinea keempat terdapat rumusan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia. Rumusan sila-sila Pancasila itulah dalam hukum positif Indonesia
secara yuridis-konstitusional sah, berlaku, dan mengikat seluruh lembaga negara,
lembaga masyarakat, dan setiap warga negara, tanpa kecuali.

Pancasila sebagai ideologi negara, dapat dimaknai sebagai sistem kehidupan


nasional yang meliputi aspek etika/moral, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan dalam rangka pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa
yang berlandaskan dasar negara.

Sumber : Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal. 87 - 94
8
PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
SIDANG PERTAMA BPUPKI PANITIA KECIL/PANITIA SIDANG PPKI
(Ir. SOEKARNO SEMBILAN (PANCASILA DALAM
MENAWARKAN 5 PRINSIP (PANCASILA DALAM PEMBUKAAN
DASAR NEGARA YANG PIAGAM JAKARTA) UUD TAHUN 1945)
DIBERI NAMA PANCASILA) 22 JUNI 1945 18 AGUSTUS 1945
1 JUNI 1945

PIAGAM JAKARTA PANCASILA


DASAR NEGARA/PANCASILA
1. Ketuhanan Dengan
Kewajiban Menjalankan 1. Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Kebangsaan Indonesia
Syariat Islam Bagi Pemeluk- 2. Kemanusiaan Yang Adil
2. Internasionalisme Atau Pemeluknya
Dan Beradab
Peri-kemanusiaan 2. Kemanusiaan Yang Adil Dan
3. Persatuan Indonesia
Beradab
3. Mufakat Atau Demokrasi 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan Yang Dipimpin
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
4. Kesejahteraan Sosial
Oleh Hikmat Kebijaksanaan Kebijaksanaan Dalam
5. Ketuhanan Dalam Permusyawaratan / Permusyawaratan /
Perwakilan Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh 5. Keadilan Sosial Bagi
Rakyat Indonesia Seluruh Rakyat Indonesia

Rangkaian dokumen sejarah perumusan Pancasila yang bermula dari 1 Juni 1945, 22 Juni 1945,
hingga teks final 18 Agustus 1945, dapat dimaknai sebagai satu kesatuan dalam proses kelahiran
Pancasila sebagai dasar negara. (Sumber: Buku Empat Pilar MPR, 2012, hal 41)
SEJARAH PEMBENTUKAN 9
BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN
KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI)

Dimasa Akhir Perang Asia Timur Raya Tahun 1945, Pada Tanggal 29 April 1945,
Dibentuk Suatu Badan Yang Diberi Nama BPUPKI Yang Bertugas Untuk
Menyelidiki Hal-hal Penting Yang Berhubungan Dengan Berbagai Hal Yang
Diperlukan untuk Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

SUSUNAN PENGURUS
BPUPKI TERDIRI DARI
69 ORANG + 7
ANGGOTA ISTIMEWA.
KETUA BPUPKI ADALAH
MASA SIDANG I DR. K.R.T RADJIMAN MASA SIDANG II
29 Mei – 1 Juni 1945 WEDIODININGRAT 10 – 17 juli 1945

MEMBICARAKAN MEMBAHAS
PERUMUSAN DASAR RANCANGAN
NEGARA INDONESIA UNDANG-UNDANG
MERDEKA DASAR
10
SUSUNAN PENGURUS BPUPKI
• Ketua : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat
• Ketua Muda : Itjibangase Yosio
• Ketua Muda : Raden Panji Soeroso
Anggota Anggota Anggota Tambahan
No No No
Masa Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) Masa Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) Masa Sidang II
1 A.R. Baswedan 31 Mr. K.R.M.T. Wongsonagoro 61 Abdul Kaffar
2 Abdoel Kadir 32 Mr. Mohammad Yamin 62 B.K.P.A Soerjo Hamidjoyo
3 A. Kahar Moezzakir 33 Mr. R. Ahmad Soebardjo 63 Pengeram Mohammad Noor
4 Abikoesno Tjokrosoejoso 34 Mr. R. Hindromartono 64 K.H. Abdul Fatah Hasan
5 Agus Muhsin Dasaad 35 Mr. R. Mas Sartono 65 Mr. Mas Besar Martokoesoemo
6 Bendoro Pangeran Hario Poeroebojo 36 Mr. R. Pandji Singgih 66 R. Asikin Natanegara
7 Bendoro Pangeran Hario Bintoro 37 Mr. R. Samsoedin
8 R. Boentaran Martoatmodjo 38 Mr. R. Sastromoeljono
9 Dr. Samsi Sastrawidagda 39 Mr. R. Soewandi No Anggota Istimewa
10 Dr. Soekiman Wirjosandjojo 40 Mr. Soesanto Tirtoprojo
11 Drs. K.R.M. Ario Sosrodiningrat 41 Mr. Tan Eng Hoa 1 Ide Teitiro
12 Drs. Mohammad Hatta 42 Ny. Mr. Maria Ulfa Santoso 2 Itagaki Masamitu
13 K.H. Abdoel Wachid Hasyim 43 Ny. R.Soekaptinah S. Mangoenpoespito 3 Masuda Toyohiko
14 H. Agus Salim 44 Oei Tiang Tjoei 4 Matuura Mitikiyo
15 Ir. Ashar Sutedjo Moenandar 45 Oei Tjong Hauw 5 Miyano Syoozoo
16 Ir.R.M.Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo 46 P.F. Dahler 6 Tanaka Minoru
17 Ir. Soekarno 47 Parada Harahap 7 Tokonomi Tokuzi
18 K.H. Abdoel Halim 48 Prof. Dr. Mr. R. Soepomo
19 K.H. Ahmad Sanoesi 49 Prof. Dr. Pangeran Ario Housein Djajadiningrat
20 K.H. Mas Mansoer 50 Prof. Dr. R. Asikin Widjajakoesoema
21 K.H. Masjkoer 51 Prof. Ir. R. Rooseno
22 K.R.M.T. Hario Woerjaningrat 52 R.A.A Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
23 Ki Bagoes Hadikoesoemo 53 R.A.A. Wiranatakoesoemah
24 Ki Hadjar Dewantara 54 R. Abdoelrahim Pratalykrama
25 Lim Koen Hian 55 R.M. Margono Djojohadikoesoemo
26 Mas Aris 56 R.M.T. Ario Soerjo
27 Mas Soetardjo Kartohadiekoesoemo 57 R. Otto Iskandardinata
28 Mr. A.A. Maramis 58 R. Roeslan Wongsokoesoemo
29 Mpt. Dr. R. Koesomaatmadja 59 R. Soedirman
30 Mr. J. Latuharhary 60 R. Soekardjo Wirjopranoto

Sumber : Setjen MPR RI, Konstitusi dan MPR Dalam Lintasan Sejarah, 2014, hal. 61-62
11
PIDATO SOEKARNO 1 JUNI 1945

PANCASILA TRISILA EKASILA

Kebangsaan Sosio
Internasionalisme Nasionalisme
atau
Perikemanusiaan

Sosio GOTONG
Mufakat atau ROYONG
Demokrasi
Demokrasi

Kesejahteraan
Sosial
Ketuhanan
Ketuhanan

(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal 32-33)
PANITIA DELAPAN
12

R. Otto
Ir. Soekarno
Iskandardinata
(Ketua)
(Kebangsaan)

Drs. Moh. M.S


Hatta Kartohadikoesoemoe
(Kebangsaan) (Kebangsaan)

Mr. Moh Ki Bagoes


Yamin Hadikoesoemoe
(Kebangsaan) (Islam)

Mr. A. A
K.H Wachid Hasjim
Maramis
(Islam)
(Kebangsaan)

(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal 35)
13
PANITIA SEMBILAN

Mr. A. Soebardjo
Ir. Soekarno (Ketua) (Kebangsaan)

K.H Wachid
Drs. Moh. Hatta Hasjim (Islam)
(Kebangsaan)
H. Agus Salim
(Islam)
Mr. A.A Maramis
(Kebangsaan) K.H. Kahar
Moezakkir
(Islam)
R.Otto R. Abikoesno
Iskandardinata
(Kebangsaan) Tjokrosoejoso
(Islam)

(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal 36)
14
PIAGAM JAKARTA 22 JUNI 1945
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya , Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
SUSUNAN PENGURUS 15
PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (PPKI)
• Ketua : Soekarno
• Wakil Ketua : Moh. Hatta

NO ANGGOTA
1 Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat
2 Ki Bagoes Hadikoesoema
3 R. Otto Iskandardinata
4 Pangeran Soerjohamidjojo
5 B.P.H. Poeroebojo
6 M. Soetardjo Kartohadikoesoemo
7 Prof. Dr. Mr. Soepomo
8 Abdul Kadir
9 Dr. Yap Tjwan Bing
10 Dr. Mohammad Amir
11 Mr. Abdul Abas
12 Dr. Ratulangi.
13 Andi Pangeran
14 Mr. J. Latuharhary
15 Mr. Pudja
16 A.H. Hamidan
17 R.P. Soeroso
18 K.H. A. Wachid Hasjim
19 Mr. Mohammad Hassan
20 Wiranatakoesoemah (ditambahkan Soekarno)
21 Ki Hadjar Dewantara (ditambahkan Soekarno)
22 Mr. Kasman Singodimedjo (ditambahkan Soekarno)
23 Sajuti Melik (ditambahkan Soekarno)
24 Mr. Iwa Koesoema Soemantri (ditambahkan Soekarno)
25 Mr. Achmad Soebardjo (ditambahkan Soekarno)

Sumber : Mahkamah Konstitusi, Buku I Naskah Komprehensif Perubahan UUD NRI Tahun 1945, hal. 31-35
16
17
PEMBUKAAN UUD TAHUN 1945
(Disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI)

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebagsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

NASKAH PEMBUKAAN UUD TAHUN 1945 TERSEBUT


MERUPAKAN KESEPAKATAN FINAL, SAH DAN MENGIKAT SELURUH RAKYAT DAN BANGSA
INDONESIA. SEJAK DISAHKAN TANGGAL 18 AGUSTUS 1945, PANCASILA RESMI MENJADI DASAR
NEGARA
PRINSIP-PRINSIP DALAM PEMBUKAAN (PREAMBULE) 18
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Pengakuan
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
Kemerdekaan dan
oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
HAM sebagai Hak
karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Universal Segala
Bangsa

Penegasan Tentang Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah


Perjuangan kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
Pergerakan mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Pengakuan Terhadap Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
Eksistensi Bangsa Indonesia
sebagai Negara yang ber oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
Tuhan maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

1. Hakikat Tujuan Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Negara; Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
2. Cara Mencapai darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
Tujuan Negara mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
Melalui Hukum
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Dasar dan
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
Kedaulatan
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
Rakyat;
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
3. Prinsip Dasar beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
Penyelenggaraan kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
Negara. mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
INTISARI NILAI-NILAI 19
YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA

SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang ber-Tuhan dan menolak paham anti
Tuhan (atheisme)

Pada prinsipnya bangsa Indonesia wajib untuk menyembah


Tuhannya dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya
masing-masing secara leluasa, berkeadaban, dan berkeadilan

Pada prinsipnya, bangsa Indonesia melaksanakan perintah


agama dan kepercayaannya masing-masing dengan tetap
mengedepankan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara

Pada prinsipnya bangsa Indonesia menjalankan perintah


agama dan kepercayaannya masing-masing dengan cara
berbudi pekerti luhur dan sikap saling menghormati
20
SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Indonesia adalah


negara bangsa (nation state) yang merdeka, bersatu dan
berdaulat menuju kepada kekeluargaan bangsa-bangsa di
dunia

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia


adalah bangsa yang menghendaki pergaulan bangsa-
bangsa di dunia dengan prinsip saling menghormati nilai-
nilai nasionalisme setiap bangsa yang tumbuh subur
dalam taman sarinya pergaulan bangsa-bangsa di dunia

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia


merupakan bagian dari kemanusiaan universal yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mengembangkan
persaudaraan dunia berdasarkan nilai-nilai keadilan dan
keadaban
21

SILA PERSATUAN INDONESIA

Pada prinsipnya menegaskan bahwa kita mendirikan suatu


Negara Kebangsaan Indonesia untuk seluruh rakyat Indonesia,
bukan negara untuk satu kelompok, maupun untuk satu golongan

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Persatuan Indonesia


bernafaskan semangat kebangsaan yang melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia yang senasib dan
sepenanggungan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Persatuan Indonesia adalah


sikap kebangsaan yang saling menghormati perbedaan dan
keberagaman masyarakat dan bangsa Indonesia

Pada prinsipnya menegaskan kebangsaan Indonesia bukanlah


kebangsaan yang sempit dan berlebihan (chauvinisme),
melainkan kebangsaan yang menghormati eksistensi bangsa-
bangsa lain
22
SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT
KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN

Pada prinsipnya menegaskan bahwa negara Indonesia adalah


negara demokrasi yang mengakui dan menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia


memelihara dan mengembangkan semangat bermusyawarah
untuk mufakat dalam pengambilan setiap keputusan

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia


meyakini jalan musyawarah untuk mufakat dapat menjaga
keselamatan dan keberlangsungan bangsa dan negara

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak


mengenal sistem diktator mayoritas dan tirani minoritas

Pada prinsipnya bangsa Indonesia dalam mengambil keputusan


senantiasa dipimpin oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, dan keadilan dalam semangat hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan untuk mewujudkan keadlian
23
SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA

Pada prinsipnya negara Indonesia didirikan untuk


bersungguh-sungguh memajukan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia baik lahir maupun batin

Pada prinsipnya dalam negara Indonesia setiap warga


negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak, bermartabat dan berkeadilan
bagi kemanusiaan

Pada prinsipnya negara Indonesia wajib menjamin setiap


warga negara untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan
dan penghidupan yang layak, bermartabat dan berkeadilan
24

KESEPAKATAN DASAR
PERUBAHAN UUD 1945

Dari Perubahan pertama sampai dengan perubahan ke-


empat (1999-2002), MPR memiliki kesepakatan dasar
berkaitan dengan perubahan yang mengemuka sejak
Panitia Ad Hoc III (PAH) Badan Pekerja MPR dan
ditegaskan kembali dalam PAH I BP MPR yakni :
1) Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945
2)Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
3)Mempertegas sistem presidensiil
4)Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan
dimasukan ke dalam pasal-pasal
5)Perubahan dilakukan dengan cara “adendum”
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 25
SEBAGAI HUKUM DASAR

UNDANG-UNDANG DASAR
mengatur 4 hal penting :

1. Prinsip kedaulatan rakyat


dan negara hukum.
2. Pembatasan kekuasaan
organ-organ negara.
3. Mengatur hubungan
antar lembaga-lembaga
negara.
4. Mengatur hubungan
kekuasaan antar
lembaga-lembaga negara
dengan warga negara.

Merupakan
Merupakan hukum
hukum dasar
dasar tertulis
tertulis dan
dan tertinggi
tertinggi
serta merupakan puncak dari seluruh
serta merupakan puncak dari seluruh
peraturan
peraturan perundang-undangan.
perundang-undangan.
26
SEJARAH PERJALANAN UNDANG-UNDANG DASAR

KONSTITUSI UUD UUD NRI


UUD 1945 RI SERIKAT SEMENTARA
UUD 1945
Tahun 1945
18 AGUSTUS 1945 1949 1950 Dekrit Presiden Hasil
S.D. 27 DESEMBER
27 DESEMBER 1949 17 AGUSTUS 1950 5 JULI 1959 S.D.
Perubahan
1949 S.D. 5 JULI 1959 TAHUN 1999
S.D. 17 AGUSTUS
1950
1. Masa peralihan 1. Di bagian 1. Perubahan
1. Banyak negara 1. Lembaga konsideran
revolusi fisik pertama tahun
bagian yang konstituante disebutkan bahwa 1999, ditetapkan
belum tuntas Piagam Jakarta
tidak tunduk selama 2,5 Tanggal 19
2. Rongrongan tertanggal 22 juni
kepada Tahun belum Oktober 1999.
penjajah tidak 1945 menjiwai UUD
pemerintah dapat 1945 dan adalah 2. Perubahan kedua
mengakui
federal menyelesaikan merupakan suatu tahun 2000,
kemerdekaan
2. Wibawa tugasnya rangkaian kesatuan ditetapkan
Indonesia dengan Konstitusi
pemerintah 2. Rapat tidak tanggal 18
3. Praktek tersebut
berkurang memenuhi Agustus 2000.
penyelenggaraan 2. Menetapkan UUD
3. Dari 16 negara Kuorum 1945 berlaku lagi 3. Perubahan ketiga
negara
bagian hanya 3 3. Situasi tanah air bagi segenap tahun 2001,
menggunakan ditetapkan
negara bagian semakin genting bangsa Indonesia
sistem dan seluruh tanggal 9
yang tunduk : 4. Tanggal 5 Juli
parlementer tumpah darah November 2001.
negara republik 1959 Presiden
sedangkan UUD Indonesia terhitung
4. Perubahan
indonesia , mengeluarkan mulai hari tanggal
1945 keempat tahun
Indonesia timur, Dekrit untuk penetapan dekrit ini
menggunakan 2002, ditetapkan
dan negara kembali ke UUD dan tidak
sistem berlakunya lagi tanggal 10
sumatera timur 1945
Presidensiil UUDS 1950 Agustus 2002.
PROSES PERUBAHAN
27
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Latar Belakang Tujuan Perubahan
Tuntutan Reformasi Sebelum Perubahan
Perubahan
Menyempurnakan aturan
1. Pembukaan 1. Kekuasaan tertinggi di
Antara lain: dasar, mengenai:
2. Batang Tubuh tangan MPR
1.Amandemen UUD 1945 2. Kekuasaan yang sangat 1.Tatanan negara
- 16 bab 2.Kedaulatan Rakyat
2.Penghapusan doktrin besar pada Presiden
- 37 pasal 3.HAM
3. Pasal-pasal yang terlalu
Dwi Fungsi ABRI - 49 ayat “luwes” sehingga dapat 4.Pembagian kekuasaan
3.Penegakan hukum, HAM, - 4 pasal Aturan menimbulkan multitafsir 5.Kesejahteraan Sosial
dan pemberantasan KKN Peralihan 4. Kewenangan pada 6.Eksistensi negara
- 2 ayat Aturan Presiden untuk mengatur demokrasi dan negara
4.Otonomi Daerah hal-hal penting dengan
Tambahan hukum
5.Kebebasan Pers undang-undang 7.Hal-hal lain sesuai dengan
3. Penjelasan 5. Rumusan UUD 1945
6.Mewujudkan kehidupan perkembangan aspirasi dan
tentang semangat
demokrasi penyelenggara negara kebutuhan bangsa
belum cukup didukung
ketentuan konstitusi

Hasil Perubahan Sidang MPR Kesepakatan Dasar Dasar Yuridis

1.Pembukaan 1. Sidang Umum MPR 1999 1.Tidak mengubah


Pembukaan UUD 1945 1.Pasal 3 UUD 1945
2.Pasal-pasal: Tanggal 14-21 Okt 1999
2.Tetap mempertahankan 2.Pasal 37 UUD 1945
- 21 bab 2. Sidang Tahunan MPR
Negara Kesatuan
- 73 pasal 2000 Republik Indonesia 3.TAP MPR
- 170 ayat Tanggal 7-18 Agt 2000 3.Mempertegas sistem
3. Sidang Tahunan MPR No.IX/MPR/1999
- 3 pasal Aturan Peralihan presidensiil
- 2 pasal Aturan Tambahan 2001 4.Penjelasan UUD 1945 4.TAP MPR
Tanggal 1-9 Nov 2001 yang memuat hal-hal
normatif akan dimasukan No.IX/MPR/2000
4. Sidang Tahunan MPR
2002 ke dalam pasal-pasal 5.TAP MPR
Tanggal 1-11 Agt 2002 5.Perubahan dilakukan
dengan cara “adendum” No.XI/MPR/2001
28
NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang


ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan
Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi
pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana
tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959)

Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 11 Tahun 2006

Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 12 Tahun 2006

Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 13 Tahun 2006

Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2002), sebagaimana
tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 14 Tahun 2006

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu


Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002
Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)
29
BENTUK DAN KEDAULATAN
BAB I

Negara Indonesia ialah Negara


Kesatuan, yang berbentuk Republik
[Pasal 1 (1)]

Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
Negara Indonesia dilaksanakan
adalah negara hukum menurut Undang-
[Pasal 1 (3)***] Undang Dasar
[Pasal 1 (2)***]
PENATAAN KEKUASAAN/LEMBAGA NEGARA 30
PUSAT
UUD NRI TAHUN 1945

kpu BPK bank Presiden DPR MPR DPD MA MK


sentral
KY
kementerian badan-badan lain
negara yang fungsinya
dewan berkaitan dengan
pertimbangan kekuasaan
TNI/POLRI kehakiman

Perwakilan
BPK Provinsi
Pemerintahan Daerah
Provinsi Lingkungan DAERAH
Gubernur DPRD
Peradilan Umum
Lingkungan
`

Peradilan Agama
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota Lingkungan
Peradilan Militer
Bupati/
DPRD
Walikota Lingkungan
Peradilan TUN

Legislatif Eksekutif Yudikatif


DPR Presiden MA MK
Memegang kekuasaan Memegang kekuasaan Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan
membentuk UU pemerintahan peradilan guna menegakkan
Pasal 20 (1)* Pasal 4 (1) hukum dan keadilan
Pasal 24 (1)***
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 31
BAB II

ANGGOTA
ANGGOTA
DPR
DPR

MPR
ditambah dan
UTUSAN ANGGOTA
DAERAH dan DPD
GOLONGAN Dipilih melalui
pemilu

Wewenang Sebelum Perubahan Wewenang Sesudah Perubahan


1. Menetapkan dan mengubah UUD 1945; 1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
[Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ];
2. Menetapkan garis-garis besar daripada haluan
negara; 2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden [Pasal 3
ayat (2)***/**** ];
3. Memilih dan memberhentikan Presiden dan 3. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
Wakil Presiden; dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
4. Membuat Putusan yang tidak dapat dibatalkan Dasar [Pasal 3 ayat (3)***/****];
oleh lembaga negara lainnya; 4. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan
oleh Presiden dalam hal terjadi kekosongan Wakil
5. Memberikan penjelasan/penafsiran terhadap
Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];
Putusan MPR;
5. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan
6. Meminta pertanggungjawaban Presiden. calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
umum sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya
[Pasal 8 ayat (3)****].
32
MEKANISME PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

LEMBAGA YANG
BERWENANG PROSES PERUBAHAN OBJEK PERUBAHAN

Usul perubahan diajukan secara Pasal-Pasal


MPR berwenang diajukan oleh
tertulis dan
Undang-Undang Dasar
mengubah dan sekurang-
ditunjukkan dengan
jelas bagian yang
menetapkan kurangnya 1/3 diusulkan untuk
Undang-Undang dari jumlah diubah beserta
Dasar anggota MPR alasannya Yang tidak dapat
[Pasal 37 (1)****] [Pasal 37 (2)****] dilakukan perubahan
[Pasal 3 Ayat (1)] 1. Pembukaan Undang-
Undang Dasar
Putusan dilakukan (Kesepakatan Dasar)
sidang MPR dihadiri 2. Bentuk Negara
dengan persetujuan
oleh sekurang- Kesatuan Republik
sekurang-kurangnya
kurangnya 2/3 dari Indonesia
50% + 1 anggota
jumlah anggota [Pasal 37 (5)****]
dari seluruh anggota
MPR
MPR
[Pasal 37 (3)****]
[Pasal 37 (4)****]
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 33
BAB VII anggota DPR
dapat
anggota DPR
dipilih melalui
DPR diberhentikan
dari jabatannya,
yang syarat-
memegang
pemilihan umum kekuasaan syarat dan tata
[Pasal 19 (1)**] membentuk UU caranya
[Pasal 20 (1)*] diatur dalam
undang-undang
(Pasal 22B**)

Fungsi, Wewenang, dan Hak


Antara lain tentang:
1. memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan 7. pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**] ; pemberian amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*] ;
2. mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak 8. persetujuan atas perpu [Pasal 22 (2)] ;
menyatakan pendapat [Pasal 20A (2)**] ;
9. pembahasan dan persetujuan atas RAPBN yang
3. pengajuan usul pemberhentian Presiden dan/atau
diajukan oleh Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***] ;
Wakil Presiden [Pasal 7B (1)***] ;
4. persetujuan dalam menyatakan perang, membuat 10. pemilihan anggota BPK dengan memperhatikan
perdamaian dan perjanjian pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***] ;
[Pasal 11 (1) dan (2)****] ; 11. persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh KY
5. pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam [Pasal 24A (3)***] ;
pengangkatan duta [Pasal 13 (2)*] ; 12. persetujuan pengangkatan dan pemberhentian anggota
6. pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam KY [Pasal 24B (3)***] ;
menerima penempatan duta negara lain
[Pasal 13 (3)*] ; 13. pengajuan tiga orang calon anggota hakim konstitusi
[Pasal 24C (3)***] ;
34
MEKANISME PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

Dalam hal RUU


Terkait dengan tidak disahkan
Kewenangan DPD dalam waktu
30 hari, RUU
tersebut sah
menjadi UU
mendapat dan wajib
DPD DPR persetujuan bersama diundangkan
[Pasal 20 (5)**]
dapat memegang
mengajukan RUU kekuasaan RUU dibahas
yang sesuai membentuk oleh DPR dan
Presiden
dengan mengesahkan
UU Presiden untuk UU
kewenangannya berhak
[Pasal 20 (1)*] mendapat [Pasal 20 (4)*]
[Pasal 22D (1)***] mengajukan
persetujuan
RUU
ikut membahas Anggota bersama
[Pasal 5 (1)*]
dan memberikan berhak [Pasal 20 (2)*]
pertimbangan mengajukan tidak boleh
atas RUU yang usul RUU
sesuai dengan
tidak mendapat diajukan lagi
(Pasal 21*) persetujuan bersama dalam
kewenangannya
[Pasal 22D (2)***] persidangan
masa itu
[Pasal 20 (3)*]
35
PENYUSUNAN RANCANGAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
mengajukan
[Pasal 23 (2)***]

RAPBN

memberi
Presiden DPR pertimbangan
[Pasal 23 (2)***]
DPD

TIDAK

membahas Pemerintah Pemerintah


bersama menjalankan menjalankan
[Pasal 23 (2)***]
persetujuan YA
APBN APBN
RAPBN

tahun lalu
[Pasal 23 (3)***]
36
PERATURAN PEMERINTAH SEBAGAI PENGGANTI UNDANG-UNDANG
(PERPU)

setuju menjadi UU

Presiden
Perpu itu
Dalam hal ihwal harus
kegentingan yang mendapat
memaksa, berhak
menetapkan
persetujuan DPR
DPR
Perpu [Pasal 22 (2)]
[Pasal 22 (1)]
tidak harus dicabut
setuju [Pasal 22 (3)]
37
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
BAB VIIA

Anggota DPD dipilih dari


setiap provinsi melalui pemilu Anggota DPD dapat
[Pasal 22C (1)***] diberhentikan dari

DPD
jabatannya, yang syarat-
Anggota DPD dari setiap syarat dan tata caranya
provinsi jumlahnya sama dan
diatur dalam
jumlah seluruh anggota DPD itu
undang-undang
tidak lebih 1/3 jumlah
[Pasal 22D (4)***]
anggota DPR
[Pasal 22C (2)***]
38
KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH

KEWENANGAN DPD
dapat
I. RUU yang berkaitan dapat ikut memberi
melakukan
mengajukan membahas pertimbangan
dengan: pengawasan
1. Otonomi daerah ● ● ●
2. Hubungan pusat dan daerah ● ● ●
3. Pembentukan dan
pemekaran serta ● ● ●
penggabungan
4. Pengelolaan daerah
sumber daya
alam dan sumber daya ● ● ●
ekonomi lainnya
5. Perimbangan keuangan
pusat dan daerah ● ●
6. RAPBN ● ●
7. Pajak ● ●
8. Pendidikan ● ●
9. Agama ● ●
II. Pemilihan anggota BPK ●
SYARAT, MASA JABATAN, WEWENANG, KEWAJIBAN DAN HAK PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN 39
BAB III

Calon Presiden dan calon Wakil Presiden dan Wakil Presiden


Presiden harus seorang warga dipilih dalam satu pasangan
negara Indonesia sejak secara langsung oleh rakyat
kelahirannya dan tidak pernah [Pasal 6A (1)***]
menerima kewarganegaraan
lain karena kehendaknya Presiden/ Presiden dan Wakil Presiden
sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta Wakil Presiden memegang jabatan selama
lima tahun, dan sesudahnya
mampu secara rohani dan dapat dipilih kembali dalam
jasmani untuk melaksanakan jabatan yang sama, hanya
tugas dan kewajiban sebagai untuk satu kali masa jabatan.
Presiden dan Wakil Presiden. (Pasal 7 *)
[Pasal 6 (1)***]

Wewenang, Kewajiban, dan Hak


Antara lain tentang:
1. memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];
2. berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];
3. menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];
4. memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];
5. memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
6. menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****];
7. membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];
8. menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
9. mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];
10. menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];
11. memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];
12. memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];
13. memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;
14. membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;
15. pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
16. pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
17. hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)];
18. pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];
19. peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];
20. penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];
21. pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
22. pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].
PRESIDEN PERLU MENDAPAT PERSETUJUAN DAN PERTIMBANGAN DPR 40
SERTA PERTIMBANGAN MA

DPR Presiden MA

dengan menyatakan perang, membuat perdamaian dan


persetujuan perjanjian dengan negara lain dan internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat
[Pasal 11 (1)**** dan (2)***]

menyatakan keadaan bahaya


(Pasal 12)
dengan
pertimbangan mengangkat dan menerima Duta
[Pasal 13 (2)* dan (3)*]
dengan
memberi grasi dan rehabilitasi pertimbangan
[Pasal 14 (1)*]
dengan
pertimbangan memberi amnesti dan abolisi
[Pasal 14 (2)*]

memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda


kehormatan yang diatur dengan
undang-undang
(Pasal 15 *)
41
KEMENTERIAN NEGARA DAN DEWAN PERTIMBANGAN

Presiden

dibantu
menteri-menteri negara Pembentukan,
membentuk suatu [Pasal 17 (1)]
dewan pertimbangan pengubahan, dan
yang bertugas yang diangkat dan pembubaran
diberhentikan oleh Presiden kementerian negara
memberikan nasihat
[Pasal 17 (2)*] diatur dalam undang-
dan pertimbangan
kepada Presiden membidangi urusan tertentu undang
(Pasal 16) **** dalam pemerintahan [Pasal 17 (4) ***]
[Pasal 17 (3)*]
PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 42

Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu


pasangan secara langsung oleh rakyat
[Pasal 6A (1)***]

diusulkan partai politik atau gabungan partai


politik peserta pemilu sebelum pelaksanaan pemilu
[Pasal 6A (2) ***]

mendapatkan suara >50%


jumlah suara dalam pemilu Presiden
dengan sedikitnya 20% di
Pemilu setiap provinsi yang dan
tersebar di lebih dari 1/2 Wapres
jumlah provinsi
[Pasal 6A (3)***]

Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih

pasangan calon yang


memperoleh suara terbanyak
pertama dalam pemilu pasangan yang
Pemilu memperoleh
pasangan calon yang suara terbanyak
memperoleh suara terbanyak
kedua dalam pemilu [Pasal 6A (4)****]
PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 43
DALAM HAL KEDUANYA BERHALANGAN TETAP SECARA BERSAMAAN

[Pasal 8 (3)****] Presiden


parpol atau gabungan parpol dan
yang pasangan calon Wapres
Presiden dan Wapresnya mengusulkan
meraih suara terbanyak pasangan calon
pertama dalam pemilu Presiden dan
sebelumnya Wapres
MPR
parpol atau gabungan parpol selambat-lambatnya
dalam waktu 30 hari
yang pasangan calon
menyelenggarakan
Presiden dan Wapresnya mengusulkan
sidang MPR untuk
meraih suara terbanyak pasangan calon memilih
kedua dalam pemilu Presiden dan
sebelumnya Wapres

PEMILIHAN WAKIL PRESIDEN DALAM HAL TERJADI KEKOSONGAN WAKIL PRESIDEN

MPR
mengajukan selambat-lambatnya Wapres
dua calon dalam waktu 60 hari
Presiden Wapres menyelenggarakan
terpilih
sidang MPR untuk
memilih Wapres
[Pasal 8 (2)***]
MEKANISME PENGUSULAN PEMBERHENTIAN 44
PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN

DPR
Presiden
MPR dan/atau Wakil
Presiden terus
Pendapat DPR bahwa Presiden DPR menjabat
wajib menyelenggarakan
dan/atau Wakil Presiden telah menyelenggarakan
sidang untuk memutuskan
melakukan pelanggaran hukum sidang paripurna
usul DPR paling lambat 30
ataupun telah tidak lagi untuk meneruskan usul DPR
hari sejak usul diterima
memenuhi syarat usul pemberhentian tidak diterima
[Pasal 7B (6)***]
[Pasal 7B (2)***] kepada MPR
[Pasal 7B (5)***]
Keputusan diambil dalam
Pengajuan permintaan DPR
sidang paripurna, dihadiri
kepada MK hanya dapat
sekurang-kurangnya 3/4
dilakukan dengan dukungan
jumlah anggota, disetujui usul DPR
sekurang-kurangnya 2/3 dari
sekurang-kurangnya 2/3 diterima
jumlah anggota yang hadir
jumlah yang hadir, setelah
dalam sidang paripurna yang
Presiden dan/atau wakil Presiden
dihadiri oleh sekurang-
presiden diberi kesempatan dan/atau Wakil
kurangnya 2/3 dari jumlah
menyampaikan penjelasan
anggota Presiden
[Pasal 7B (7)***]
[Pasal 7B (3)***] diberhentikan

MK terbukti

wajib memeriksa, mengadili,


dan memutus paling lama 90 tidak terbukti
hari setelah permintaan
diterima
[Pasal 7B (4)***]
PEMERINTAHAN DAERAH 45
BAB VI
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten
dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang [Pasal 18 (1)**]

Gubernur,
PEMERINTAHAN DAERAH anggota
Bupati,
DPRD dipilih
Walikota KEPALA PEMERINTAH
melalui
DAERAH DPRD
dipilih secara pemilu
demokratis mengatur dan mengurus sendiri urusan [Pasal 18 (3) **]
[Pasal 18 (4)**] pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (2)**]
menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh
UU ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **]
berhak menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
PEMERINTAHAN DAERAH 46
(Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah)

Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan


daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan
kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah
[Pasal 18 A (1)**]

Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam


dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan
undang-undang
[Pasal 18 A (2)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan


daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan
undang-undang
[Pasal 18 B (1)**]

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat


hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
[Pasal 18 B (2)**]
47
PEMILIHAN UMUM
BAB VIIB

Parpol/ Gabungan Partai Politik Perseorangan


Parpol
[Pasal 22E (3)***] [Pasal 22E (4)***]
[Pasal 6A (2)***]

PEMILIHAN UMUM kpu


“luber jurdil” setiap lima tahun [Pasal 22E (5)***]
[Pasal 22E (1)***]

Presiden dan anggota anggota anggota


Wapres DPR DPRD DPD

[Pasal 22E (2)***]


KEKUASAAN KEHAKIMAN (MAHKAMAH AGUNG) 48
BAB IX

Calon hakim agung


Hakim agung harus
diusulkan oleh Komisi
memiliki integritas
Yudisial kepada DPR
dan kepribadian yang
tidak tercela, adil,
profesional, dan
MA untuk mendapat
persetujuan dan
ditetapkan sebagai
berpengalaman di Pasal 24A *** hakim agung oleh
bidang hukum
Umum Presiden
[Pasal 24A (2)***]
Agama [Pasal 24A (3)***]
Militer
TUN

Kewajiban dan Wewenang


1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang [Pasal 24A (1)***];
2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***];
3. memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan
rehabilitasi [Pasal 14 (1)*].
49
KOMISI YUDISIAL
BAB IX

Anggota Komisi
Yudisial harus
mempunyai Anggota Komisi
pengetahuan dan Yudisial diangkat dan
pengalaman di bidang
hukum serta memiliki KY diberhentikan oleh
Presiden dengan
integritas dan Pasal 24B *** persetujuan DPR
kepribadian yang [Pasal 24B (3)***]
tidak tercela
[Pasal 24B (2)***]

Wewenang
1. mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)***];
2. mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim [Pasal 24B (1)***].
KEKUASAAN KEHAKIMAN (MAHKAMAH KONSTITUSI) 50
BAB IX

Hakim konstitusi
mempunyai
harus memiliki integritas
sembilan orang anggota
dan kepribadian yang
hakim konstitusi yang
tidak tercela, adil,
ditetapkan oleh Presiden,
negarawan yang menguasai
konstitusi dan
ketatanegaraan, serta tidak
MK yang diajukan masing-
masing tiga orang oleh MA,
tiga orang oleh DPR dan tiga
merangkap sebagai pejabat
orang oleh Presiden
negara
[Pasal 24C (3)***]
[Pasal 24C (5)***]

Wewenang dan Kewajiban


1. berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum [Pasal 24C (1)***];
2. wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut Undang-Undang Dasar [Pasal 24C (2)***].
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BAB VIIIA) 51
(Keanggotaan, Tugas, dan Wewenang)

Anggota BPK dipilih Hasil pemeriksaan


oleh DPR dengan keuangan negara
memperhatikan diserahkan kepada
pertimbangan DPD
dan diresmikan
BPK DPR, DPD, dan
DPRD, sesuai
oleh Presiden dengan
[Pasal 23F (1)***] kewenangannya
[Pasal 23E (2)***]

Untuk memeriksa pengelolaan


dan tanggung jawab keuangan
negara diadakan satu Badan Hasil pemeriksaan tersebut
Pemeriksa Keuangan yang ditindaklanjuti oleh lembaga
bebas dan mandiri perwakilan dan/atau badan
[Pasal 23E (1)***] sesuai dengan undang-undang
[Pasal 23E (3)***]
BPK berkedudukan di ibu kota
negara, dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi
[Pasal 23G (1)***]
PAJAK, PUNGUTAN LAIN, MACAM DAN HARGA MATA UANG,
52
DAN HAL-HAL LAIN MENGENAI KEUANGAN NEGARA
Pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara
(Pasal 23A***)

diatur dengan

Undang-Undang
diatur dengan ditetapkan dengan

Hal-hal lain
Macam dan harga
mengenai
mata uang
keuangan negara
(Pasal 23B****)
(Pasal 23C***)
BANK SENTRAL
BAB VIII

bank sentral
Pasal 23D ****

susunan kedudukan kewenangan Tanggung jawab independensi

diatur dengan undang-undang


WARGA NEGARA DAN PENDUDUK 53
BAB X
warga negara
ialah orang-orang Penduduk ialah
bangsa Indonesia warga negara
asli dan orang- WARGA Indonesia dan
orang bangsa lain
yang disahkan NEGARA DAN orang asing yang
bertempat tinggal
dengan undang-
undang sebagai
PENDUDUK di Indonesia
warga negara [Pasal 26 (2)**]
[Pasal 26 (1)]

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya [Pasal 27 (1)]

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan [Pasal 27 (2)]

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara [Pasal 27 (3)**]

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan


dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 28)
HAK ASASI MANUSIA 54
BAB XA

berkewajiban menghargai hak untuk hidup serta membentuk keluarga dan


asasi orang lain serta tunduk mempertahankan hidup melanjutkan keturunan, hak anak atas
kepada pembatasan yang dan kehidupan kelangsungan hidup, tumbuh, dan
ditetapkan Undang-Undang (Pasal 28A) ** berkembang serta perlindungan dari
(Pasal 28J) ** kekerasan dan diskriminasi
(Pasal 28B) **
Perlindungan terhadap perlakuan
diskriminatif, pemajuan, mengembangkan diri, mendapat
penegakan, dan pemenuhan HAM pendidikan, memperoleh manfaat
adalah tanggung jawab negara, dari IPTEK, seni dan budaya,
memajukan diri secara kolektif
terutama pemerintah
(Pasal 28I) **
HAK (Pasal 28C) **
ASASI
hidup sejahtera lahir dan batin, pengakuan yang sama di hadapan
memperoleh pelayanan kesehatan, MANUSIA hukum, hak untuk bekerja, perlakuan
mendapat kemudahan dan perlakuan yang adil dalam hubungan kerja,
khusus untuk memperoleh kesempatan kesempatan yg sama dalam
dan manfaat guna mencapai persamaan pemerintahan, dan berhak atas status
dan keadilan, berhak atas jaminan kewarganegaraan
sosial serta perlindungan hak milik (Pasal 28D) **
pribadi
(Pasal 28H) **
kebebasan memeluk agama,
berkomunikasi,
meyakini kepercayaan, memilih
perlindungan diri pribadi, memperoleh, mencari,
kewarganegaraan, memilih tempat
keluarga, kehormatan, martabat, memiliki, menyimpan,
tinggal, kebebasan berserikat,
harta benda, dan rasa aman serta mengolah dan menyampaikan
berkumpul dan berpendapat
untuk bebas dari penyiksaan informasi,
(Pasal 28E) **
(Pasal 28G) ** (Pasal 28F) **
55

AGAMA
BAB XI

Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa


[Pasal 29 (1)]

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap


penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu
[Pasal 29 (2)]
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
56
BAB XII

Pertahanan dan Usaha pertahanan dan


Keamanan Negara keamanan negara
Tiap-tiap warga negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan
berhak dan wajib ikut TNI (AD, AL, AU) POLRI keamanan rakyat
serta dalam usaha
pertahanan dan semesta oleh TNI dan
sebagai alat negara sebagai alat negara POLRI, sebagai
keamanan negara bertugas yang menjaga
[Pasal 30 (1)**] kekuatan utama, dan
mempertahankan, keamanan dan rakyat, sebagai
ketertiban
melindungi, dan masyarakat bertugas
kekuatan pendukung
memelihara keutuhan [Pasal 30 (2)**]
melindungi,
dan kedaulatan mengayomi, melayani
negara masyarakat, serta
[Pasal 30 (3)**] menegakkan hukum
[Pasal 30 (4)**]

Susunan dan kedudukan TNI, POLRI,


hubungan kewenangan TNI dan POLRI,
syarat-syarat keikutsertaan warga negara
dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara, serta hal-hal yang terkait dengan
pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang
[Pasal 30 (5)**]
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 57
BAB XIII
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang [Pasal 31 (3)****]

Setiap warga negara Negara memprioritaskan anggaran


wajib mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya
pendidikan dasar dan 20% dari APBN dan APBD untuk
pemerintah wajib memenuhi kebutuhan
membiayainya penyelenggaraan pendidikan
[Pasal 31 (2)****] nasional [Pasal 31 (4)****]
PENDIDIKAN
DAN Pemerintah memajukan ilmu
KEBUDAYAAN
pengetahuan dan teknologi dengan
Setiap warga menjunjung tinggi nilai-nilai agama
negara berhak dan persatuan bangsa untuk
mendapatkan pendidikan kemajuan peradaban serta
[Pasal 31 (1)****] kesejahteraan umat manusia
[Pasal 31 (5)****]

Negara memajukan kebudayaan


nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin Negara menghormati dan memelihara
kebebasan masyarakat dalam bahasa daerah sebagai kekayaan
memelihara dan mengembangkan budaya nasional
nilai-nilai budayanya [Pasal 32 (2)****]
[Pasal 32 (1)****]
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL 58
BAB XIV

Bumi dan air dan kekayaan alam


Cabang-cabang produksi yang
yang terkandung di dalamnya
penting bagi negara dan
dikuasai oleh negara dan
menguasai hajat hidup orang
dipergunakan untuk sebesar-besar
banyak dikuasai oleh negara
kemakmuran rakyat
[Pasal 33 (2)]
[Pasal 33 (3)]

diselenggarakan berdasar atas


demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
disusun sebagai usaha bersama PEREKONOMIAN berkelanjutan, berwawasan
berdasar atas asas kekeluargaan NASIONAL lingkungan, kemandirian, serta
[Pasal 33 (1)]
DAN dengan menjaga keseimbangan
KESEJAHTERAAN kemajuan dan kesatuan ekonomi
SOSIAL nasional [Pasal 33 (4)****]

Negara bertanggung jawab


Fakir miskin dan anak-anak atas penyediaan fasilitas
yang terlantar dipelihara Negara mengembangkan sistem jaminan pelayanan kesehatan dan
oleh negara sosial bagi seluruh rakyat dan fasilitas pelayanan umum
[Pasal 34 (1)****] memberdayakan masyarakat yang lemah yang layak
dan tidak mampu sesuai dengan martabat [Pasal 34 (3)****]
kemanusiaan
[Pasal 34 (2)****]
BENDERA, BAHASA, LAMBANG NEGARA, 59
DAN LAGU KEBANGSAAN
BAB XV

1. Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih


(Pasal 35)
2. Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36)
3. Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Pasal 36A) **
4. Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya (Pasal 36B) **

Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan.


(Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009)
ATURAN PERALIHAN 60
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini ****)

Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan
ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-
Undang Dasar ini ****)

Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum
dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung ****)

ATURAN TAMBAHAN
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi
dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ****)

Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal ****)
61
PILIHAN BENTUK NEGARA

Dalam sidang BPUPKI yang membahas rancangan Undang-Undang Dasar,


mengenai pilihan bentuk negara. Ada anggota yang mengusulkan bentuk
Negara Kesatuan (unitarisme) dan ada yang mengusulkan bentuk Negara
Serikat (Federalisme)

Dari risalah sidang BPUPKI tercatat ada 17 (tujuh belas) orang yang
mengusulkan Negara Kesatuan (uni) dan ada 4 (empat) orang yang
mengusulkan Negara Federal

1. Dipilihnya Negara Kesatuan oleh Anggota BPUPKI dikarenakan Negara


Kesatuan dianggap lebih menjamin persatuan yang kuat.
2. Sedangkan bentuk negara federasi adanya syarat membentuk beberapa
negara bawahan terlebih dahulu sebelum membentuk Negara Republik
Indonesia Serikat sebagai negara atasan.
62
BENTUK NEGARA INDONESIA

1. Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan,


yang berbentuk Republik Pasal 1 Ayat (1).

2. Negara Kesatuan Republik Indonesia


merupakan bentuk negara yang dipilih
sebagai komitmen bersama para pendiri
bangsa.

3. Nega­ra kesatuan adalah bentuk yang


ditetapkan sejak awal berdirinya negara
Indonesia dan dipan­dang pa­ling tepat untuk
mewadahi ide persatuan sebuah bang­sa yang
majemuk ditin­jau dari berbagai latar be­
lakang.
4. Negara Kesatuan adalah suatu negara yang
hanya mempunyai satu pusat pemerintahan
yang mengatur seluruh daerah tidak ada
negara dalam negara, satu kepala negara,
satu badan legislatif yang berlaku bagi
seluruh wilayah negara bersangkutan.
63
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BATAS WILAYAH

BATAS ZEE

• 17.508 Pulau
• 3 Zona Waktu
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-
batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang
(Pasal 25A) **
64
WILAYAH NEGARA DAN DEKLARASI JUANDA

1. Tanggal 13 Desember 1957 1. Deklarasi Juanda, Indo­nesia


pemerintah Indonesia menge­ menganut konsep negara
luar­­kan Deklarasi Djuanda kepulauan yang ber­ciri
Pengakuan 2. Penentuan batas laut 12 mil yang Nusantara (archi­pelagic
masyarakat interna­ diukur dari garis-garis yang state).
menghubungkan titik terluar 2. Konsep itu kemu­dian diakui
sio­nal mengenai pada pulau-pulau Negara dalam Konven­si Hukum Laut
batas laut teritorial Republik Indonesia akan
ditentukan dengan Undang-
PBB 1982 (UNCLOS 1982 =
United Nations Convention on
Indonesia hanya undang. the Law of the Sea) yang
ditandatangani di Mon­tego
sepanjang 3 mil 3. Deklarasi Juanda menegaskan
bahwa Indonesia merupakan Bay, Jamaika, tahun 1982.
laut terhitung dari satu ke­sa­tuan wila­yah Nusan­
tara. Laut bukan lagi sebagai
3. Indonesia me­ra­­tifikasi
UNCLOS 1982 tersebut
garis pantai pasang pemisah, tetapi sebagai dengan mener­bitkan Undang-
pemersatu bangsa Indonesia. Undang Nomor 17 Tahun
surut terendah Prinsip ini kemudian ditegaskan 1985.
melalui Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
4. Se­jak itu dunia internasional
Nomor 4/PRP/1960 tentang mengakui Indonesia seba­gai
Perairan Indonesia. negara kepulauan.

Berkat pandangan visioner Deklarasi Djuanda, Bangsa Indonesia


akhirnya memiliki tambahan wila­yah se­luas 2.000.000 kilo meter
persegi, termasuk sumber daya alam yang dikandungnya.
65
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
DALAM UNDANG-UNDANG DASAR

Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik


[Pasal 1 (1)]

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan


daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang.
[ Pasal 18 (1)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang


bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang
[Pasal 18B (1)**]

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat


beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang
[Pasal 18B (2)**]

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang.
(Pasal 25A**)

Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat


dilakukan perubahan.
[Pasal 37 (5)****]
66
ISTILAH DAN PENGERTIAN BHINNEKA TUNGGAL IKA

Istilah Bhinneka Tunggal Ika ditulis oleh Mpu Tantular dalam Kitab Sutasoma yang
terjemahan isinya berbunyi :
“bahwa agama budha dan siwa (hindu) merupakan zat yang berbeda tapi nilai-nilai
kebenaran jina (budha) dan siwa (hindu) adalah tunggal. Terpecah belah tetapi satu jua
artinya tidak ada dharma yang mendua”

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi pembicaraan terbatas pada sidang-sidang
BPUPKI antara Muhammad Yamin, Ir. Soekarno, I Gusti Bagus Sugriwa sekitar dua
setengah bulan sebelum proklamasi

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diusulkan oleh Muhammad Yamin kepada Ir. Soekarno
agar dijadikan semboyan negara.

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua. Bhinneka
Tunggal Ika oleh pendiri bangsa diberikan penafsiran baru karena dinilai relevan
dengan keperluan strategis Bangsa Indonesia, yang memiliki makna, walaupun
di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, budaya, adat, bahasa, dan lain
sebagainya namun tetap satu kesatuan sebangsa dan setanah air.
BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI 67
SEMBOYAN NEGARA
SEMBOYAN
KEANEKARAGAMAN SUMPAH PEMUDA BHINNEKA TUNGGAL
IKA
1. Bangsa yang majemuk 1. Kami putra dan putri 1. Ikrar untuk bersatu padu
memiliki jumlah penduduk mendirikan Negara
Indonesia mengaku
yang cukup besar
bertumpah darah yang Kesatuan Republik
2. Memiliki bahasa daerah yang satu, tanah air Indonesia
berbeda beda
Indonesia
3. Mempunyai suku bangsa yang
beragam 2. Kami putra dan putri 2. Cita-cita membangun
4. Mempunyai agama yang Indonesia mengaku sebuah bangsa Indonesia
berbeda berbangsa yang satu, yang bersatu
5. Warna kulit bermacam macam bangsa Indonesia
3. Semboyan yang
6. Adat istiadat dan mengungkapkan rasa
3. Kami putra dan putri
7. Banyak lagi perbedaaan Indonesia menjunjung persatuan dan kesatuan
lainnya yang berasal dari
bahasa persatuan,
keanekaragaman
bahasa Indonesia

Semboyan adalah Perkataan atau kalimat pendek yg dipakai sebagai dasar tuntunan
(pegangan hidup); inti sari suatu usaha dan sebagainya; slogan; moto.
KEKAYAAN DAN KEBERAGAMAN BANGSA 68

JUMLAH
PENDUDUK
237 JUTA
JIWA (BPS
2010) DAN
SEKARANG +
FLORA DAN 240 JUTA
JIWA 700
FAUNA
BAHASA
BERANEKA
DAERAH
RAGAM

BERAGAM 1128
ADAT SUKU
ISTIADAT BANGSA

BERAGAM
6 AGAMA
BUDAYA
69
BHINNEKA TUNGGAL IKA
DALAM UNDANG-UNDANG DASAR
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari
jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang
tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
[Pasal 6A (3)***]
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang.
[ Pasal 18 (1)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan undang-undang.
[Pasal 18B (1)**]
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
[Pasal 18B (2)**]
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang
batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.
(Pasal 25A**)
Yang menjadi warga negara ialah orang orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
[Pasal 26 (1)**]
Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
[Pasal 29 (2)]
Negara memajukan kebudayaan nasional lndonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
[Pasal 32 (1)****]
Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
[Pasal 32 (2)****]
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
(Pasal 36A**)
70

TENTANG
PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS
HUKUM KETETAPAN MPRS DAN MPR RI
TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002

Ada 139 TAP MPRS & TAP MPR


(1960 s.d. 2002)
“Dikelompokkan Menjadi
6 (enam) Pasal
Berdasarkan
Materi dan Status Hukumnya”
71
DASAR HUKUM PEMBENTUKAN
TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003
1. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
“Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ”

2. Pasal I Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945


“Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini”

3. Pasal II Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945


“Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar
dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”

4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang kelima tahun 2002 tentang Peraturan
Tata Tertib MPR RI

5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003
SUBSTANSI 72

TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003


PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)

PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan)

PASAL 3
TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan)

PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
undang-undang (11 Ketetapan)

PASAL 5
TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan
Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan)

PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih
lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai
dilaksanakan (104 Ketetapan)
73
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN DINYATAKAN
TIDAK BERLAKU

Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:


1. Ketetapan MPRS RI Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Semua Lembaga-Lembaga Negara
Tingkat Pusat dan Daerah pada Posisi dan Fungsi yang Diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
2. Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/1973 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-kerja Lembaga
Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
3. Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden
Republik Indonesia Berhalangan.
4. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja
Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
5. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.
6. Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia.
7. Ketetapan MPR RI Nomor XIV/MPR/1998 tentang Perubahan dan Tambahan atas Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.
8. Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

Kedelapan TAP tersebut telah berakhir masa berlakunya dan/atau telah diatur
di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
74

PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU DENGAN KETENTUAN

Ada 3 (tiga) TAP, yaitu:

1.Ketetapan MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis


Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik
Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk
Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi.
3. Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor Timur.
75
Pasal 2

1.
1. TAP
TAP MPRS
MPRS No.
No. XXV/MPRS/1966
XXV/MPRS/1966

Tentang:
TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:
Pembubaran PKI, Pernyataan Sebagai
Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Seluruh ketentuan dalam Ketetapan
Negara Republik Indonesia bagi Partai MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke
Komunis Indonesia dan Larangan Setiap
Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran dan MENGHORMATI HUKUM, PRINSIP
Komunisme/Marxisme-Leninisme. DEMOKRASI dan HAK ASASI MANUSIA.
76
Pasal 2

2.
2. TAP
TAP MPR
MPR No.
No. XVI/MPR/1998
XVI/MPR/1998

TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:


Pemerintah berkewajiban mendorong
keberpihakan politik ekonomi yang lebih
Tentang: memberikan kesempatan dukungan dan
pengembangan ekonomi, usaha kecil
Politik Ekonomi Dalam Rangka menengah, dan koperasi sebagai pilar
Demokrasi Ekonomi ekonomi dalam membangkitkan terlaksananya
pembangunan nasional dalam rangka
demokrasi ekonomi sesuai dengan hakikat
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
77
Pasal 2

3.
3. TAP
TAP MPR
MPR No.
No. V/MPR/1999
V/MPR/1999

Ketetapan ini tetap berlaku sampai


terlaksananya ketentuan dalam Pasal 5 dan
Tentang: Pasal 6 Ketetapan MPR RI
Penentuan Pendapat di Nomor V/MPR/1999.
(Karena masih adanya masalah-masalah
Timor Timur kewarganegaraan, pengungsian, pengembalian
asset negara, dan hak perdata perseorangan)
78
PASAL 3
TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
PEMERINTAHAN HASIL PEMILU 2004

Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:

1. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004.
2. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan
Otonomi Daerah.
3. Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000.
4. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia
Megawati Soekarnoputri Sebagai Presiden Republik Indonesia.
5. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia.
6. Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001.
7. Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat
Pemulihan Ekonomi Nasional.
8. Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, Dewan Pertimbangan Agung,
Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung pada Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
Kedelapan TAP tersebut tidak berlaku karena Pemerintahan hasil
Pemilu 2004 telah terbentuk
79
PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
UNDANG-UNDANG

Ada 11 (sebelas) TAP, yaitu:


1. TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera.
2. TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,
Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. TAP MPR Nomor III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.
5. TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan Dan Kesatuan Nasional.
6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
7. TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan
10. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan
Pencegahan KKN.
11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
80
Pasal 4

1. TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang


Pengangkatan Pahlawan Ampera

Substansi:
Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat
dalam melanjutkan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa,
dan lain-lain tanda kehormatan.

Hasil Kajian:
Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain
tanda kehormatan SUDAH DISAHKAN (UU No. 20 Tahun 2009) maka ketetapan ini tidak berlaku lagi
81
Pasal 4

2. TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang


Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN

Substansi:
Perlu berfungsinya lembaga-lembaga negara dan penyelenggara
negara, menghindarkan praktek KKN serta upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara
tegas terhadap siapapun juga.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Terlaksananya seluruh ketentuan yang terdapat di dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998.

Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum dilaksanakan dan/atau
dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
82
Pasal 4

3.TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi

Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya


Nasional yang Berkeadilan; Serta Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
Substansi:
Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,
nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan
dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan
serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


undang-undang tentang pemerintahan daerah sebagaimana diamanatkan oleh
Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara RI Tahun 1945.

Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke
dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
83
Pasal 4

4. TAP MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata


Urutan Peraturan Perundang-undangan

TAP MPR RI No. III/MPR/2000 UU No. 10 Tahun 2004 UU No. 12 Tahun 2011
Substansi :
1. Tata urutan peraturan perundang-undangan;
2. Lembaga Negara yang berwenang menguji UUD 1945
UUD
NRI
UUD NRI
Tahun 1945
undang-undang terhadap Undang-Undang Tahun
1945
Dasar; TAP MPR TAP MPR
3. Lembaga Negara yang berwenang menguji UU/
UU UU/PERPU
peraturan perundang-undangan di bawah PERPU

undang-undang terhadap undang-undang. PERPU PP


PP

PP PERPRES
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: PERPRES

KEPRES PERDA PROVINSI


Dibentuknya undang-undang sesuai dengan
substansi TAP MPR RI No. III/MPR/2000. PERDA
PERDA
PERDA
KAB/KOTA

Hasil Kajian:
Dengan telah terbentuknya 3 (tiga) undang-undang yang mengatur 3 (tiga) substansi utama dalam TAP MPR RI No. III/MPR/2000, yaitu:
1. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang di dalamnya diatur tentang Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan;
2. UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK yang mengatur bahwa kewenangan menguji UU terhadap UUD dilakukan oleh MK; dan
3. UU Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang MA yang menegaskan bahwa kewenangan
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang dilakukan oleh MA;
maka Ketetapan ini tidak berlaku lagi.
84
Pasal 4

5. TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang


Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional

Substansi:
Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat
untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai
masalah bangsa mencapai tujuan nasional.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Perlu diwujudkan persatuan dan kesatuan nasional antara lain melalui pemerintahan yang mampu
mengelola kehidupan secara baik dan adil, serta mampu mengatasi berbagai permasalahan
sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan dalam TAP MPR RI No. V/MPR/2000.

Hasil Kajian:
Berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai
pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan maupun penyusunan peraturan perundang-undangan
untuk mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Nasional serta menjamin keutuhan NKRI
maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
85
Pasal 4

6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang


Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia

Substansi:
Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, menentukan peran dan fungsi
masing-masing, serta terwujudnya kerjasama dan saling membantu.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan pemisahan
kelembagaan TNI dan POLRI.

Hasil Kajian:
Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan
UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No.3/2002 tentang Pertahanan Negara, dan
UU No. 34/2004 tentang TNI, namun kerjasama dan saling membantu antara TNI dan POLRI
masih perlu diatur dengan undang-undang maka Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
86
Pasal 4

7. TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang


Peran TNI dan Peran POLRI

Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan,
dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan pasal 5 ayat (4)
dan pasal 10 ayat (2) tentang hak memilih dan dipilih TNI dan POLRI yang disesuaikan dengan
UUD, dan pembentukan undang-undang tentang penyelenggaraan
wajib militer dan yang berkaitan dengan tugas bantuan antara TNI dan POLRI.

Hasil Kajian:
Belum terbentuknya undang-undang mengenai penyelenggaraan wajib militer,
dan tugas bantuan antara TNI dan POLRI maka Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
87
Pasal 4

8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang


Etika Kehidupan Berbangsa
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa, dan
berahklak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika
kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian,
keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Perlu ditegakkan Etika Kehidupan Berbangsa yang meliputi, etika sosial dan budaya, etika politik dan
pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakkan hukum yang berkeadilan dan
berkesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, serta
menjiwai seluruh pembentukan undang-undang.

Hasil Kajian:
Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan
maupun penyusunan peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan
Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara maka Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
88
Pasal 4

9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi


Indonesia Masa Depan

Substansi:
Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga kesinambungan arah penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melalui
visi ideal, visi antara dan visi lima tahunan.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil,
sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan

Hasil Kajian:
Dengan dijadikan TAP MPR RI No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan
sebagai salah satu landasan operasional dari Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, bahkan menjadi sumber inspirasi, motivasi, kreativitas,
serta arah kebijakan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara maka
ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
89
Pasal 4

10. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang


Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan
dan Pencegahan KKN
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas pemberantasan
KKN sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya untuk
percepatan dan efektivitas pemberantasan dan pencegahan KKN sampai
terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini.

Hasil Kajian:
Karena amanat dari TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 belum dilaksanakan
dan/atau dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
90
Pasal 4
11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam

Substansi:
• Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan dengan
penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan
dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum;
• Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal, adil,
berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong pembaharuan agraria dan
pengelolaan sumber daya alam yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM,
supremasi hukum, KESRA, demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi rakyat, keadilan termasuk kesetaraan gender,
pemeliharaan sumber agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini dan generasi
yang akan datang, memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan, keterpaduan
dan koordinasi antar sektor dan antar daerah, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat,
desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah, masyarakat dan individu sesuai dengan
arah kebijakan sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan ini.

Hasil Kajian:
Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan
berbagai undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber
daya alam secara konprehensif. Oleh karena itu Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
91
PASAL 5
TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU
SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN
TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR
HASIL PEMILU 2004

Kelima TAP MPR yang terdapat di dalam Pasal 5 tentang


Peraturan Tata Tertib MPR, yaitu:
1. TAP MPR No. II/MPR/1999
2. TAP MPR No. I/MPR/2000
3. TAP MPR No. II/MPR/2000
4. TAP MPR No. V/MPR/2001
5. TAP MPR No. V/MPR/2002
sudah tidak berlaku lagi
karena telah terbentuknya Peraturan Tata Tertib
MPR hasil PEMILU 2004.
92

PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TIDAK
PERLU LAGI DILAKUKAN TINDAKAN HUKUM LEBIH
LANJUT, BAIK KARENA BERSIFAT FINAL (EINMALIG),
TELAH DICABUT, MAUPUN TELAH SELESAI
DILAKSANAKAN

Ketetapan di dalam pasal ini


berjumlah 104 Ketetapan.

Anda mungkin juga menyukai