Tabel
Derajat
1
LFG (ml/mnt/1,73m2)
90
60-89
3
4
30-59
15-29
< 15
Rencana tatalaksana
Terapi penyakit dasar
Kondisi komorbid
Evaluasi pemburukan
fungsi ginjal
Memperkecil resiko
kardiovaskuler
Menghambat pemburukan
fungsi ginjal
Evaluasi dan terapi komplikasi
Persiapan untuk terapi
pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal
1.
LO 6
Muliady & Roka Amrini
Pembatasan asupan protein mulai dilakukan pada LFG < 60 ml/mnt, sdangkan
diatas nilai tersebut, pembatasan asupan protein tidak selalu dianjurkan. Protein
diberikan 0,6-0,8 gr/kgBB/hari, yang 0,35-0,50 gr diantaranya merupakan protein
nilai biologi tinggi. Jumlah kalori yang diberikan sebesar 30-35 kkal/kgBB/hari.
Bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan kalori dan protein perlu ditingkatkan.
Berbeda dengan lemak dan karbohidrat, kelebihan protein tidak disimpan dalam
tubuh tetapi dipecah menjadi urea dan substansi nitrogen lain, yang terutama
diekskresikan melalui ginjal. Pemberian diet dengan tingi protein pada pasien
penyakit ginjal kronik akan mengakibatkan penimbunan substansi nitrogen dan
ion anorganik lain, dan mengakibatkan gangguan klinis dan metabolic yang
disebut uremia. Dengan demikian, pembatasan asupan protein mengakibatkan
berkurangnya sindrom uremik. Jika terjadi kelebihan protein, akan mengakibatkan
perubahan hemodinamik ginjal berupa peningkatan aliran darah dan tekanan
intraglomerulus, yang akan meningkatkan progesifitas pemburukan fungsi ginjal.
Pembatasan asupan protein juga berkaitan dengan pembatasan asupan fosfat,
karena protein dan fosfat selalu berasal dari sumber yang sama. Pembatasan fosfat
perlu untuk mencegah terjadinya hiperfosfatemia.
Terapi farmakologi
Terapi farmakologi bertujuan untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus.
Pemakaian obat hipertensi sangat penting untuk memperlambat pemburukan
kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi
glomerulus. Beberapa obat antihipertensi terutama ACE inhibitor dapat
memperlambat proses pemburukan fungsi ginjal.
LO 6
Muliady & Roka Amrini
evaluasi terhadap status besi, mencari sumber perdarahan, morfologi eritrosit, dll.
Untuk terapi dapat diberikan eritropoitin (EPO) tetapi harus memperhatikan status
besi karena mekanisme kerja EPO memerlukan besi. Transfusi darah juga harus
dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan indikasi karena dapat
mengakibatkan kelebihan cairan tubuh, hyperkalemia dan pemburukan fungsi
ginjal. Sasaran Hb yang hendak dicapai adalah 11-12 gr/dl
b. Osteodistrofi renal
Penatalaksanaan osteodistrofi renal dilaksanakan dengan cara mengatasi
hiperfosfatemia dan pemberian hormone kalsitriol (1,25(OH)2D3).
Penatalaksanaan hiperfosfatemia meliputi :
Pembatasan asupan fosfat
Asupan fosfat dibatasi 600-800 mg/hari. Pembatasan yang terlalu ketat tidak
dianjurkan karena dapat terjadi malnutrisi.
Pemberian pengikat fosfat
Pengikat fosfat yang banyak dipakai adalah garam kalsium, aluminium
hidroksida, garam magnesium. Garam-garam ini diberikan secara oral untuk
menghambat absorbsi fosfat yang berasal dari makanan.
Cara/bahan
Efikasi
Efek samping
Malnutrisi
Al(OH)3
Bagus
Intoksikasi Al
CaCO3
Sedang
Hiperkalsemia
Ca Asetat
Sangat bagus
Mual, muntah
Mg(OH)2/MgCO3
Sedang
Intoksikasi Mg
LO 6
Muliady & Roka Amrini
B. Pencegahan
Dua penyakit penyebab utama gagal ginjal adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Maka
mencegah dua penyakit ini adalah tindakan mencegah GGK. Berikutnya adalah
mencegah gaya hidup agar ginjal tetap sehat seperti:
Berhenti merokok dan hindari asap rokok serta tidak menggunakan narkoba.
Cukupkan minum dan tidak sering menahan kencing.
Referensi :
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid II. Jakarta :
Interna Publishing. 2009. Hal.1037-40.