Skin Test Tinjauan Baru
Skin Test Tinjauan Baru
Januari 2007
Puncture, prick dan scratch test biasa dilakukan untuk menentukan alergi
oleh karena alergen inhalan, makanan atau bisa serangga.
Tes intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa serangga
Patch test (epicutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada dermatitis
kontak
1
Skin Prick Test adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yang banyak
digunakan oleh para klinisi untuk membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel
mastosit kulit. Terikatnya IgE pada mastosit ini menyebabkan keluarnya histamin dan
mediator lainnya yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah akibatnya timbul flare/kemerahan dan wheal/bentol pada kulit tersebut.1
Kelebihan Skin Prick Test dibanding Test Kulit yang lain : 2
a. karena zat pembawanya adalah gliserin maka lebih stabil jika dibandingkan
dengan zat pembawa berupa air.
b. Mudah dialaksanakan dan bisa diulang bila perlu.
c. Tidak terlalu sakit dibandingkan suntik intra dermal
d. Resiko terjadinya alergi sistemik sangat kecil, karena volume yang masuk ke
kulit sangat kecil.
e. Pada pasien yang memiliki alergi terhadap banyak alergen, tes ini mampu
dilaksanakan kurang dari 1 jam.
alergi
terhadap
makanan.
Dapat
diketahui
makanan
yang
menempatkan
lokasi
cukitan
karena
ada
tempat2
yang
reaktifitasnya tinggi dan ada yang rendah. Berurutan dari lokasi yang
reaktifitasnya tinggi sampai rendah : bagian bawah punggung > lengan
atas > siku > lengan bawah sisi ulnar > sisi radial > pergelangan tangan.
Prosedur Tes Cukit :1,6
Tes Cukit ( Skin Prick Test ) seringkali dilakukan pada bagian volar lengan bawah.
Pertama-tama dilakuakn desinfeksi dengan alkohol pada area volar, dan tandai area yang
3
akan kita tetesi dengan ekstrak alergen. Ekstrak alergen diteteskan satu tetes larutan
alergen ( Histamin/ Kontrol positif ) dan larutan kontrol ( Buffer/ Kontrol
negatif)menggunakan jarum ukuran 26 G atau 27 G atau blood lancet.
Kemudian dicukitkan dengan sudut kemiringan 45 0 menembus lapisan epidermis
dengan ujung jarum menghadap ke atas tanpa menimbulkan perdarahan. Tindakan ini
mengakibatkan sejumlah alergen memasuki kulit. Tes dibaca setelah 15-20 menit dengan
menilai bentol yang timbul.
Mekanisme Reaksi pada Skin Test
Dibawah permukaan kulit terdapat sel mast, pada sel mast didapatkan granulagranula yang berisi histamin. Sel mast ini juga memiliki reseptor yang berikatan dengan
IgE. Ketika lengan IgE ini mengenali alergen (misalnya house dust mite) maka sel mast
terpicu untuk melepaskan granul-granulnya ke jaringan setempat, maka timbulah reaksi
alergi karena histamin berupa bentol (wheal) dan kemerahan (flare).5
Gambar 1.
yang
Derajat bentol + (+1) dan ++(+2) digunakan bila bentol yang timbul besarnya
antara bentol histamin dan larutan kontrol.
Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bento histamin
dinilai ++++ (+4).
Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti dikutip
Rusmono sebagai berikut :1,3
-0
: reaksi (-)
- 1+
- 2+
- 3+
- 4+
Tes kulit dapat memberikan hasil positif palsu maupun negatif palsu karena tehnik
yang salah atau faktor material/bahan ekstrak alergennya yang kurang baik.6
Jika Histamin ( kontrol positif ) tidak menunjukkan gambaran wheal/ bentol atau
flare/hiperemis maka interpretasi harus dipertanyakan , Apakah karena sedang
mengkonsumsi obat-obat anti alergi berupa anti histamin atau steroid.
Obat seperti
Daftar Obat-obatan yang dapat mempengaruhi tes kulit sehingga harus dibebaskan
beberapa hari sebelumnya :2
Antihistamin generasi II
astemizole
antidepresan
klorfeniramin
klemastin
ebastin
hidroksisin
ketotifen
mequisatin
setirisin
loratadin
feksofenadin
desloratadin
dibebaskan
1-3 hari
1-10 hari
3-10 hari
1-10 hari
3-10 hari
3-10 hari
3-10 hari
6 minggu
Imipramin
Fenotiazine
10 hari
Kortikosteroid jangka
pendek
Cimetidin
Ranitidin
Kromolin
B 2 adrenergik agonis
teofilin
< 1 minggu
juga
mempengaruhi
tes kulit
tidak
mempengaruhi
tes kulit.
Ringkasan
1. Tes kulit merupakan alat diagnosis yang paling banyak digunakan untuk
membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit dan memiliki
sensitivitas yang tinggi, mudah murah dan cepat.
2. Efek samping dan resiko skin prick test amat jarang, dapat berupa reaksi alergi
yang memberat dan benjolan pada kulit yang tidak segera hilang. Pemberian oral
antihistamain dan kortikosteroid bisa dilberikan apabila terjadi reaksi yang tidak
diinginkan tersebut.
3. Tes Cukit untuk alergen makanan kurang dapat diandalkan kesahihannya
dibandingkan alergen inhalan seperti debu rumah dan polen. Skin test untuk
alergen makanan seringkali negatif palsu.
4. Pentingnya pemahaman test alergi mengenai indikasi, teknik dan interpretasinya
dapat meningkatkan kemampuan kita dalam menerangkan pasien dan melakukan
terapi selanjutnya.
Daftar Pustaka :
1. Pawarti DR. Tes Kulit dalam Diagnosis Rinitis Alergi, Media Perhati. Volume 10
2004; Vol 10 no 3 :18-23
2. Krouse JH, Marbry RL. Skin testing for Inhalant Allergy 2003 : current strategies.
Otolaryngolo Head and Neck Surgary 2003 ; 129 No 4 : 34-9.
3. Rusmono N. Diagnosis Rinitis Alergi secra invivo dan invitro. Dalam : Kursus
dan Pelatihan Alergi dan Imunologi. Konas XIII Perhati KL. Bali. 2003 ; 56-60
4. Mayo Clinic staff. Allergy skin tests: Identify the sources of your sneezing, Mayo
Foundation for medical education and research, April 2005 ; 1-5
5. Lie P. An Approach to Allergic Rhinitis, Respirology & Allergy Rounds. April
2004; 39-45
6. Nelson HS, Lah J, Buchmeier A, McCormick D. Evaluation of Devices for Skin
prick Testing. J Allergy and Clin Immunol 1998; 101 : 153-6