Anda di halaman 1dari 230

Satu Kotak Kardus

Belum bisa kami mengerti mengapa kami berada disini


Mengarungi jalan dakwah, yang bahkan dulu tak pernah terbayangkan
Ada suka, ada duka
Jalan dakwah ini seperti sebuah perjalanan di kapal berlayar
Sebuah kapal besar dengan impian yang besar
Tegaknya kalimat Allah di seluruh penjuru
Yang hendak kami tuju
Bersama kita telah melaju
Mengarungi arus waktu
Dan perjalanan yang berliku
Alangkah sangat disayangkan jika cerita ini berlalu begitu saja
Kata orang, sesuatu yang ditulis itu akan lebih long lasting
Maka kami menuliskannya karena kami anggap itu penting
Untukmu saudaraku, Keluarga Besar FSI FE UI 2014
Dalam kotak Kardus penuh warna
Cerita ini kami tuliskan

That Great Voyage


The Reflection
By HANDY SUBERLIN

Senja, matahari hampir terbenam, aku merenung dan bingung atas


apa saja yang sudah aku perbuat untuk Kapal besar ini. Semilir angin
pulau Innovacte membuatku sedih dan juga tertawa, semua
perjalanan besar ini ternyata sudah sampai diujung waktu. Para awak
kapal pun sudah mendarat dan siap menyerukan misi kami seperti
apa yang kami lakukan saat perjalanan menuju pulau ini.
Aku merasa masih banyak hal yang belum bisa aku lakukan selama
aku menjadi Kapten Utama Kapal FSI. Antara sedih dan bingung, aku
tidak mengerti mengapa aku belum bisa mencapai target-target yang
aku impikan dengan sempurna dan kini saatnya aku berpisah dengan
kapal FSI. Canda tawa, suka duka, semangat, dan pekikan Rumah
Ukhuwah Kita, Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar! membuatku
selalu teringat masa-masa itu, masa dimana aku dengan modal minim
beserta keyakinan penuh akan petunjukNya memberanikan diri untuk
menjadi Kapten Utama Kapal FSI.

Pelabuhan Oprecto
Hiruk pikuk keramaian pelabuhan Oprecto sudah menjadi hal lumrah
di negeriku, negeri Economicus. Tiap tahunnya setidaknya 14 kapal
mencari awak kapal baru untuk melakukan pelayaran, mulai dari kapal
Executivos, Legislativus, Economicanicus, hingga Islamic Great Ship
yang bernama FSI. Sebagai pendatang baru negeri Economicus, aku
tidak begitu mengerti kapal mana yang harus aku naiki untuk ikut
melaksanakan misi setiap kapal.
Woro-woro, dibutuhkan awak kapal Islamic Great Ship FSI untuk
melaksanakan misi yang sangat penting, menuju pulau Madani
melalui pulau-pulau kecil lain di negeri Economicus, kata Ali sang
daily officer kapal FSI.
Aku tidak mengerti apa itu pulau madani, padahal aku tidak pernah
pula melihatnya di peta Gogol yang selama ini menjadi panutan
banyak orang. Meski aku tidak mengerti, sepertinya aku tertarik
bergabung kapal ini agar aku bisa lebih mengerti bagaimana negeri
kepulauan Economicus ini sebenarnya.
Aku mendaftar! sahutku kepada Ali.
Akhirnya aku bergabung pada kapal besar ini dan masuk kedalam
bidang kerajinan tangan dan publikasi. Dua tahun aku lalui pelayaran
bersama kapal FSI dan aku belum juga menemukan pulau Madani
bersama awak kapal lainnya, hingga pada akhir tahun 2013 kami
berhenti pada pulau Enlightenus. Di Pulau ini, kami harus menentukan

siapa kapten utama yang baru. Pelayaran yang akan dilakukan tahun
2014 akan lebih menantang dengan segala dinamikanya. Dari segala
human resources yang tersedia, aku dan rekan-rekan seperjuanganku
menjadi peserta pemilihan Kapten Kapal FSI untuk pelayaran 2014.
Sebenarnya aku merasa tidak mampu untuk mengikuti proses seleksi
pemilihan Kapten Utama karena aku merasa memiliki banyak sekali
kekurangan dan ketidakmampuan dalam dunia pelayaran menuju
Pulau Madani. Akan tetapi, aku masih merasa dan masih berpikir jika
memang amanah datang, kenapa aku harus kabur? Jika memang
sangat urgent, mengapa tidak aku terima? Dengan segala resiko yang
ada, akhirnya aku dan 5 orang temanku mengikuti seleksi menjadi
Kapten Utama kapal FSI. Proses demi proses kami lewati hingga para
calon kapten utama tinggal 3 orang. Aku, Jazuli, dan Indra adalah tiga
orang yang harus melanjutkan proses selanjutnya.
Pemilihan Nahkoda Baru
Hari Ahad adalah hari penentuan siapa Kapten Utama terpilih, kami
bertiga hanya pasrah akan keputusan Majelis Pertimbangan dan
kapten-kapten sebelumnya untuk menentukan siapa yang seharusnya
menjadi Kapten Utama 2014.
Pengumuman-pengumuman,

dengan

mengucap

Bismillahirrahmaanirrahiim, .... Ketua sidang Musyawarah Besar kapal


FSI mengumumkan siapa kapten utama terpilih. Aku terkejut dan
merasa tidak mengerti ketika ternyata namaku yang keluar menjadi

Kapten Utama 2014. Dengan segala modal yang ada dan kemampuan
yang boleh dibilang minus, aku percaya bahwa Allah pasti memiliki
rencana lain dengan menjadikanku sebagai Kapten Utama kapal FSI
2014.
Berlayar Menuju Pulau Madani
Hingga saat aku terpilih, aku belum mengerti dimana letak pulau
Madani dan bagaimana aku mencapai pulau itu dengan selamat.
Sebelum berlayar aku berdiskusi dan bertanya kepada Kapten utama
sebelumnya tentang hal yang hingga saat itu belum aku dapatkan
makna sebenarnya.
Pulau Madani itu pulau yang sangat indah, dia bisa berada koordinat
manapun, pulau itu berisi orang-orang yang bahagia karena dekat
dengan Rabbnya
Oh, begitu, meski aku belum sepenuhnya mengerti aku catat katakata itu dari kapten Abdillah.
Aku adalah orang yang introvert, public speaking-ku pun buruk, ilmu
pelayaranku masih jauh dari rekan-rekanku yang lainnya, dan secara
materiil aku pun serba kekurangan. Dengan kondisi semacam ini, aku
hanya bisa bilang pada diriku sendiri, semua bisa dikejar dan aku pun
tidak ingin lari dari amanah dan menyesal di kemudian hari. Proses
memantaskan diri sebagai kapten utama pun aku mulai dengan
terbata-bata dan terus berproses hingga saat ini.

Pencarian 9 Kapten dan Awak Kapal


Sebagai kapten utama aku harus mencari kapten-kapten untuk
bidang-bidang lainnya, meski sulit akhirnya aku dapat semua kapten
yang aku butuhkan. Mereka selalu menjadi keluarga kedua ku dalam
mengarungi pelayaran ini. Jazuli, Madin, Novia, Primadini, Bilski,
Sarjono, Umar, Handayani, dan Jauza adalah kapten-kapten khusus
untuk memastikan semua organ kapal FSI berjalan dengan baik dan
benar.Jazuli adalah sang administrator ulung yang dekat dengan
awak-awak kapal lain, meski suka bertele-tele dalam bercakap,

ia

adalah orang yang bisa merangkul awak kapal yang ada. Madin
adalah seorang Muslimah yang serba lembut dalam bertutur kata dan
bertindak meski kadang jiwa samurainya membuat Madin terlihat
seperti Samurai Berhijab. Berbeda dengan Madin, Novia yang
katanya mirip seperti Olive dalam serial Popeye ini tidak suka basabasi. Dia dekat dengan kawan seperjuangannya yaitu kapten Sarjono,
seorang muslimah yang memiliki karakter 11-12 dengan Novia.
Primadini, sang kapten Sosial sangat suka bermain voli ketika kami
beristirahat di pulau-pulau tertentu, dia sangat merindukan adiknya
dan sangat ingin pulang di saat ada kesempatan. Jauza dan
Handayani berasal dari perguruan yang sama, mereka sangat rajin.
Jauza menjadi seorang yang sangat teliti memeriksa dan mengontrol
bagaimana perjalanan Kapal FSI dan apa saja masalah di setiap sendi.
Handayanidengan

logat

pulau

Purworejo-nya

mengawal

perbendaharaan Kapal FSI yang harus dikontrol keluar-masuknya.

Umar menjadi tandem Handayani dalam mengelola keuangan Kapal


FSI, ia menjadi Kapten Treasuri. Bilski dan Umar bagaikan Upin dan
Ipin dalam serial kartun dari benua Malaysian, selera humor, selera
makan, dan selera-selera yang lain hampir semuanya sama. Bilski
bertugas sebagai Kapten Pusat Informasi dan Publikasi.
Meski aku belum memiliki keahlian dalam berlayar, aku tetap
mengerti seluk beluk kapal FSI dan kekurangan-kekurangannya,
sehingga aku mencoba membuat peta beserta strategi menuju pulau
yang aku duga adalah pulau madani sesuai dengan ciri-ciri yang
diberikan kapten Abdillah sebelumnya. Grand Plan pelayaran satu
tahun menuju pulau

madani menjadi pedoman kami untuk

menjalankan misi ini. Kami pun membahas bersama-sama, bagaimana


seharusnya kapal ini berlayar dan benang merah strategi pelayaran
kita menjadi lebih mengerucut, kami hanya ingin dua hal, semua awak
kapal bisa on time setiap melaksanakan tugasnya dan aware tentang
betapa pentingnya mengemban misi ini.
Ternyata memang sudah tradisi di pulau manapun negeri Economicus,
14 kapal besar ini tiap awal tahun selalu mengadakan seleksi awak
kapal untuk berlayar mengemban misi masing-masing. Pulau
Enlightenus memiliki pelabuhan Oprecto II, blok A yang dikhususkan
untuk perekrutan awak kapal baru tiap tahunnya.
This is the great voyage, we wil go to Madani island, the island of
hapiness, the island that we will meet everybody is very close to their

Rabb Bilski mengumumkan dengan gaya bahasa tingginya kepada


khalayak ramai di pelabuhan ini.
Akhirnya, 107 awak kapal beserta para koordinator bidang terpilih
untuk berlayar dan mengemban misi menuju pulau madani. Total 118
awak kapal yang terdiri dari majelis Pertimbangan (Indra), sepuluh
Kapten kapal, 24 koordinator divisi, dan 83 staff siap berlayar
mengarungi semua tantangan dalam menjalankan misi menuju pulau
madani.
Menyatukan Visi
Teman-teman sekalian, kita punya misi yang simpel tapi tidak mudah
untuk kita selesaikan, kita akan menuju pulau Madani, ada yang tau
pulau Madani dimana? tanyaku kepada para awak kapal ketika kami
berkumpul di sebuah gedung tua sebelum kami benar-benar
berangkat menuju pulau Madani.
Semua terdiam dan tidak ada yang menjawab dan aku mencoba
mengingatkan memori mereka akan ucapan Bilski sewaktu di
pelabuhan oprecto II, the island of hapiness, the island that we will
meet everybody is very close to their Rabb, itulah pulau Madani
Aku menjelaskan akan kemana kapal ini berlayar, aku tunjukkan peta
pelayaran 2014 beserta strateginya hingga waktu pun memaksa kami
untuk segera berangkat. 14 kapal berlayar menuju arahnya masingmasing dan berangkatlah the Islamic Great Ship FSI menuju pulau
yang aku duga sebagai pulau Madani.

Badai Pasti Berlalu


Perjalanan ke pulau Madani tidak semudah yang aku bayangkan,
meskipun dulu aku sudah dua tahun ikut dalam misi ini, ternyata
melakukan perubahan dalam sebuah pergerakan memang tidak
mudah. Badai, perompak, hingga konflik antar awak kapal menjadi
dinamika yang tidak terlupa saat aku mengarungi lautan 2014
bersama seluruh awak kapal.
Namanya badai magero dan badai resignito, badai yang sangat
mengganggu arah pelayaran dan seringkali mengganggu kapal-kapal
manapun yang sedang berlayar. Badai yang membuat mesin-mesin
kapal tidak berfungsi dengan baik dan kapal berjalan dengan sangat
lamban. Anehnya dua badai ini, terutama badai resignito membuat
beberapa awak kapal kami meminta untuk pulang ke kampung
halaman. Ketakutan berlebihan menyebabkan mereka ingin pulang
dengan sekoci yang tersedia di kapal kami. Dengan proses yang
panjang, akhirnya mereka yakin kembali bahwa kapal ini akan tetap
kokoh untuk sampai ke pulau Madani.
Selain kedua badai tersebut, kebijakan negeri Economicus terhadap
pelayaran juga menyulitkan kami. Proses birokrasi yang rumit,
membuat kami tersandung masalah ketika kami mencoba memasuki
zona kepulauan Alumnus dengan mengajak warga sekitar kepulauan
tersebut untuk saling terhubung dan berkumpul pada sebuah agenda
silaturrahim di pulau Slashare milik pemerintah Economicus. Kami

tidak diperkenankan mengadakan agenda tersebut di pulau Slashare


karena alasan yang tidak rasional. Perang urat syaraf, hingga perang
argumen, menjadikan kami mundur dari pulau Slashare dan kami
memilih pulau Duos milik asing sebagai tempat pengumpulan warga
kepulauan Alumnus. Agenda silaturrahim ini merupakan agenda yang
sangat penting bagi kami dimana mantan awak kapal besar FSI dan
kapal-kapal lain berada disini, kami berbagi pengalaman, berbagi
cerita, dan tentu saling terhubung untuk terus mencoba menemukan
pulau Madani yang belum ditemukan hingga saat ini.
Berlayar Bersama memang tidak mudah namun lebih tidak mudah
ketika tidak berlayar bersama. Aku belum mengerti secara penuh
tentang bagaimana berlayar bersama, bagaimana natureof berjamaah.
Salah satu sesepuh dari negeri Salam yang bernama Norman,
memberiku pencerahan tentang apa itu berjamaah. Berjamaah itu ya
harus menyesuaikan, kita tidak bisa terlalu cepat dalam berlari dan
ketika jamaah lambat semua harus dipercepat dengan seksama,
tuturnya.
Aku jadi mengerti bahwa memang aku tidak bisa memaksakan
kehendakku atas ide-ide beserta strateginya ketika jamaah belum siap
mengikutinya. Atas dasar analogi itu, aku terus mengusahakan agar
jamaah bisa mengikutinya tanpa menggebu-gebu memaksanya.
Program-program dan strategi yang sudah aku susun pun tidak
berjalan mulus karena sering terganggu badai Magero dan adanya
virus tlate.

Pada akhirnya, aku baru sadar bahwa sebenarnya tidak ada pulau
Madani secara fisik dan titik koordinat yang jelas. Di penghujung
2014, aku dan awak kapal sampai pada pulau Innovacte yang selama
ini aku anggap sebagai pulau Madani.
Aku teringat definisi pulau Madani dari kapten Abdillah dan dokumen
pelayaran yang ada, Pulau Madani itu pulau yang sangat Indah, dia
bisa berada koordinat manapun, pulau itu berisi orang-orang yang
bahagia karena dekat dengan RabbnyaDari definisi tersebut, aku
mengerti bahwa Pulau Madani itu memang bisa ada dimana saja, dan
misi kami memang membuat semua pulau di negeri Economicus ini
menjadi pulau Madani. Perjalananku bersama awak kapal 2014
menjadi perjalanan yang tidak akan pernah terlupa sepanjang masa.
Perjalanan panjang ini membawa kami pada sebuah pergerakan untuk
membuat pulau-pulau di negeri Economicus menjadi pulau Madani.
Pulau Innovacte tempat kami mendarat saat ini adalah pulau yang
belum sepenuhnya menjadi pulau Madani. Dengan pengalaman dan
ilmu yang kami dapat saat perjalanan menuju pulau Innovacte,
perjuangan kami harus berlanjut dimanapun kami semua berada.
Menjadi Dai adalah sebuah kewajiban dari setiap muslim, membuat
negeri Economicus dan benua Indonesia serta dunia menjadi
kumpulan pulau Madani. Cita-cita besar ini akan terus diperjuangkan
pada pelayaran-pelayaran berikutnya.

Mendekati akhir tahun, terdapat sayembara kapten utama 2015.


Sebut saja Ardi, Awan, dan Hendri, mereka adalah orang-orang
terbaik yang akan menggantikanku pada 2015 nanti. Dengan rapat
wanPIs yang begitu alot, terpilihlah Ardi, menjadi kapten utama kapal
besar FSI berikutnya. Selamat!
Aku berikan peta dakwah FSI padanya dan teman-temannya yang
excellent. 10 MegaPIxel namanya (Ardi, Awan, Hendri, Aslamiyah,
Wahyu, Abdur, Subuh, Rahayu, Mustom, Tiwi) dan satu orang tangguh
Anggraini yang senantiasa menemaninya. Merekalah orang-orang
terbaik yang akan menemukan Pulau Madani! Mencari jawaban atas
teka-teki Pulau Madani yang akan terus kami cari sebagai seorang
Muslim.
Di akhir tahun ini, aku dan wanPIs (10 Kapten kapal FSI 2014) akan
berlayar menuju negeri lain dengan misi yang sama dan sudah
saatnya awak kapal lain meneruskan perjalanan menuju Pulau
Madani selanjutnya. Selamat tinggal Kapal FSI, sebuah Rumah
Ukhuwah yang tidak akan pernah aku lupakan, semoga semua
perjuangan

ini

mempertemukan

kita

di

Rumah

kita

sesungguhnya, yakni Surga Allah S.W.T.


------Terima Kasih 117 Saudaraku, Sampai Jumpa ------

yang

GREAT VOYAGE
By Zainullah Jai
Seorang anak kuper, sebut saja Jai, sampailah jua di pelabuhan
Abu. Tampak sangat sumringah wajahnya bak anak kecil menemukan
mainan baru. Disusurinya seisi pelabuhan dari ujung ke ujung. Pelanpelan dia perhatikan semua detail yang ada di pelabuhan. Sesekali,
dia tertawa sendiri. Cukup lama dia habiskan waktu hanya untuk
sekedar memerhatikan sesuatu. Selama itu pula, dia bertemu temanteman baru. Teman-teman yang nantinya membuat Jay merasa betah
di pelabuhan Abu. Maklum, hal ini merupakan sesuatu yang baru buat
Jai yang banyak menghabiskan masa mudanya di kaki gunung
Bromokumbolo bersama keluarga.
Singkat cerita, pelabuhan Abu menyelenggarakan pesta
tahunannya, sangat meriah pestanya. Sebuah pesta di mana semua
kapal berlomba mencari awak-awak kapal terbaik yang bisa diajak
masuk ke kapalnya. Semua orang tampak sibuk menyiapkan diri untuk
ikut dalam pesta itu, termasuk Jai sendiri. Dia tampak sangat
berhasrat untuk menjadi awak kapal x. Dia sudah berlatih sangat
keras untuk itu. Namun, kenyataan harus Jai terima, dia belum pantas
menjadi awal kapal x ini.
Pesta sudah hampir usai, dan Jai hanya duduk terdiam di tepi
pelabuhan sambil melempar batu ke lautan. Sesekali orang
menghampirinya dan menawarinya untuk menjadi awak sebuah kapal,

tapi Jai tidak terlalu suka tampaknya. Takk, bunyi batu lemparan Jai
mengenai sebuah kapal, kapal yang pada akhirnya banyak merubah
Jai nantinya.
Kapal ini unik, dan mungkin hanya satu di pelabuhan Abu ini.
Warna kapalnya simpel tapi tegas, biru dominan dibaluti warna merah
dan kuning. Ukuran kapalnya besar, mungkin yang terbesar di
pelabuhan. Ukurannya nyaris sebesar 2 kapal lain. Suasana kapalnya
pun berbeda. Suasana yang memang Jai rindukan sepertinya.
Senandung yang terdengar bukan seperti nyayian kapal lain, syahdu
dan merdu. Hati Jai mulai tergerak untuk ke sana, sedikit berat di awal
tapi hasrat melautnya sudah terlalu membuncah di dalam dada.
Dilewatinya segala ujian yang ada, fisik dan mental, untuk
membuktikan diri bahwa dia pantas menjadi salah satu awak kapal FSI
ini. Pengumuman pun disebar dan hasilnya Jai masuk menjadi awak
kapal FSI. Dilewatinnya petualangan-petualangan seru yang tak
pernah terpikir sebelumnya. Jai tak menyangka dia bisa bertemu para
penguasa lautan dan samudra yang dulu dia ingat hanya dari gambar
saja Jai lihat. Selain itu, Jai semakin betah dengan kondisi kapal di
mana sang kapten kala itu sangat akrab dengannya dan teman-teman
seawak kapal yang saling mendukung.
2 Tahun berlalu, Jai kini semakin matang dengan 2/3 Lautan
telah ia arungi. Terbesit di pikirannya kala itu, rasa rindu untuk
merasakan nikmatnya berpijak pada tanah bukan sekedar kayu yang

tersusun rapi. Sesekali ia buka lembaran-lembaran peta lautan yang ia


telah buat, jenuh dan lelah jelas ia rasakan kala itu. Semakin besarlah
hasratnya untuk mendarat di sebuah pulau, jauh dari kicauan camar
dan gelombang lautan yang tiada menentu amukannya. Dalam
lamunan itu, Jai tak sadar dek kapal sedang riuh dengan mundurnya
kapten lama. Sang kapten berwasiat untuk menyerahkan mandat
kepada salah satu dari 3 pejuang veteran tersisa, Berlin, Jai dan
Kamilan.
Kapten baru pun terpilih, Berlin, yang akan melanjutkan wasiat
kapten-kapten terdahulu. Sebuah mimpi besar untuk menaklukkan
lautan yang terhampar di depan pandangan. Dan sudah menjadi hal
yang lumrah selepas itu, seorang kapten mencari orang-orang terbaik
untuk menjadi komandan-komandan divisi.
Merapatlah kapal FSI ke pelabuhan Abu. Awak yang ada
bertebaran untuk menyambut pesta tahunan pelabuhan Abu. Begitu
pun Jai, ia memutuskan pergi untuk mencari ketenangan atas
kejenuhan yang ia rasakan. Berdiamlah ia di sebuah rumah sederhana
di belantara hutan, sunyi dan tenang. Tanpa disangka, Berlin
menyambangi Jai. Terkejutlah Jai mengapa sampai Berlin rela menyisir
hutan yang tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya.
Perbincangan sengit pun terjadi dan tanpa disadari waktu
berjalan begitu cepat. Berlin terus membujuk Jai untuk ikut dalam
barisannya, sebagai orang nomor 2 dibelakangnya. Jai yang masih

belum bisa percaya dengan tekad Berlin masih terus mencoba


menolak seraya melamun. Hingga pada akhirnya, Jai pun tak bisa
mengelak dan dia pun menerima pinangan itu. Kembalilah mereka
berdua ke pelabuhan abu untuk mencari 8 komandan divisi lain yang
masih tercerai-berai dengan kesibukannya masing-masing.
Pencarian pun dimulai. Berlin dan Jai menyusuri seisi
pelabuhan untuk mencari orang-orang terbaik untuk dijadikan
komandan divisi. Penolakan memang tak terelakkan. Tapi, itu
memang bagian dari sebuah seleksi alam. Perjuangan mereka pun
pada akhirnya membuahkan hasil. Kemudian, Satu per satu komandan
divisi mengikrarkan janji suci, menjadi orang-orang pertama di
belakang Berlin, kapten kapal kali ini.

Bukan Hanya Pelayaran Biasa, Kawan!


By NURUL MADINIYAH

Chapter 00 Sebuah Keputusan


Akhirnya! Berakhir sudah perjalanan kapal besar ini! Tujuan untuk
singgah di pulau C (baca : svet), yang berarti cahaya. Pulau yang
mungkin terlihat sangat tidak menarik bagi banyak orang, karena
ketandusannya, penuh bebatuan, belum lagi akses pelayaran yang
begitu sulit untuk mencapainya. Namun, pulau tersebut menyimpan

harta karun yang sangat menjanjikan bagi orang-orang yang yakin


dan berani mengambil resiko, kekekalan harta karun tersebut bahkan
lebih bernilai dari dunia dan isinya, bayangkan betapa menggiurkan!
Dan sekali lagi, bagi orang-orang yang meyakininya.
Sebagai anak buah kapal aku

berencana

untuk

tidak

melanjutkan petualangan pelayaran berikutnya. Banyak hal yang


harus aku bereskan di tempatku berasal, lagipula aku belum memiliki
pengalaman dan perbekalan yang cukup untuk berani mengarungi
lautan lagi. Ya, aku hanya seorang perempuan dengan impian tinggi
membangun sebuah peradaban dan kota ilmu, sehingga saat itu aku
hanya berfikir untuk mencapai impianku sendiri.
Sayangnya,

ditengah semakin

tenggelamnya

niat untuk

berlayar, tiba-tiba para kapten kapal tempatku berlayar dulu


memintaku untuk melanjutkan misi khusus yang telah mereka bawa
sebelumnya. Yaitu kembali berlayar menuju pulau menjanjikan
lainnya. Hal yang sulit bagiku ketika itu untuk membuka telinga dan
mendengarkan janji-janji indah dari pelayaran tersebut. Lagipula
bagiku impian besar yg telah ku patri lebih indah, kawan.
Proses negosiasi berjalan alot hingga salah satu kapten kapal
pada saat itu menutup tawaran pelayaran ini dengan membacakan
sebuah surat yang sangat diyakini menjadi petunjuk hidup bagi
seluruh umat manusia.

Diwajibkan

atas

kamu

berperang,

padahal

itu

tidak

menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi


sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui (QS 2 : 216)
Sangat menohok egoku pada saat itu sehingga dalam hitungan
detik setelahnya aku menarik semua alasanku dan berbalik menerima
tawaran tersebut. Ya, benar adanya ini adalah sebuah kondisi terbaik
yang diberikan oleh-Nya, dan aku meyakininya.
Chapter 01 Inilah Para Kapten Kapal!
Aku menjadi bagian dari kapal ini lagi. Bukan menjadi anak buah
kapal ataupun kru khusus seperti dulu. Sang kapten kapal sudah
terpilih dengan proses yang panjang. Aku, dengan sukarela
memberikan raga dan jiwa ini pada misi pelayaran selanjutnya untuk
menjadi salah satu tim khusus dalam jajaran para kapten kapal yang
bertugas menjaga kondisi ruh, semangat dan keyakinan para anak
buah kapal khususnya anak buah kapal wanita.
Pencarian anak buah kapal memakan waktu yang cukup lama
sebelum jangkar diangkat dan layar dikembangkan. Berawal dari
kapten utama, ia bukanlah seseorang yang memiliki pengalaman
untuk berlayar pada kondisi lautan pada jalur pelayaran ini, ragukah?
sedikit. Namun, niat, cita-cita, dan keyakinannya untuk mencapai
segala kebaikan di pulau selanjutnya begitu besar terlihat. Hal itulah

yang membiusku untuk dapat membantu mengarungi samudra.


Hmm, sederhana, dingin dan sedikit selera humor yang dimilikinya.
Bagaimanapun ia, tetaplah kapten kapal terbaik yang telah di
tetapkan, percayalah!
Adapun kapten khusus yang mengurusi prosedur, sistem dan
keteraturan mesin-mesin bekerja sebagaimana mestinya. Sosoknya
yang sok tau! Entahlah, mungkin karena setiap kali responnya yang
bernada menantang, terlalu berkonotasi, membuatku bertanya-tanya,
sebenarnya maunya apa sih ini orang? Jangan terlalu bertele tele lah.
Disisi lan orang ini memang patut diacungi jempol untuk bisa
beradaptasi dalam lingkungan apapun, bisa saja ia mengambil hati
awak kapal dengan tingkahnya yang bocah. Menarik!
Kapten kapal selanjutnya, khusus mengurusi ketersediaan
informasi disepanjang pelayaran. Sebagai otak kapal , ia tak banyak
basa-basi memang, sosok yang lembut, dan cukup kritis dalam
merespon berbagai hal. Cara bicaranya punya tone meninggi
membuat persepsi anak buah kapal bahwa sang kapten orangnya ga
santai, kenyatannya kapten kapal satu ini sangat ringan tangan untuk
membantu. Luar biasa!
Lainnya, kapten kapal yang bertugas untuk memastikan
bagian-bagian inti kapal dan kepekaan para anak buah kapal untuk
saling membantu satu sama lain . Abstrak, spontan, random,
imajinatif! Seorang atlet olahraga yang hebat, namun memiliki trauma

dengan gelombang pasang di lautan apabila menerjang kapal kami.


Karena kami pernah menghadapi gelombang yang menghantam
kapal hingga berotasi 90 derajat! (hahahaha :D). Unik!
Kapten

kapal

selanjutnya

yang

bertugas

memastikan

penampilan kapal selalu menarik dan terjaga, menjaga hubungan


dengan pelayar lainnya. sosoknya yang galak dan suka memerintah
seenaknya, ngajak ribut! Ga mau ribet namun tegas, pekerja keras dan
selalu tulus untuk belajar dari setiap pengalaman. Hebat!
Next, kapten kapal yang bertugas menjaga semangat, ruh dan
keyakinan anak buah kapal terhadap setiap petunjuk pelayaran yang
ada, ia yang menginisiasi untuk mempersiapkan calon-calon kapten
kapal dalam misi selanjutnya. To the point, keras, disiplin, seorang
devil advocate yang selalu berhasil menggali alasan-alasan terdalam
dalam setiap pengambilan keputusan di jajaran kapten kapal. Jangan
coba basa basi dengannya! Haha! Menggebrak!
Kapten kapal lainnya yang bertugas untuk memastikan setiap
kerja-kerja personil kapal sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Sosok yang imut, ulet, dan asik diajak ngobrol.
Wawasannya yang luas dan kecerdasaanya mengagumkan. Baik hati
namun sering menjadi korban bullying dari salah satu kapten kapal
yang selalu ngajak ribut (you know who). Kagum!
Selanjutnya, kapten kapal yang khusus mengurusi pengeluaran
harta dan keuangan kapal dalam setiap transaksi perdagangan yang

kami lakukan. Sosok yang pelupa dan senang sekali menggunakan


jam karet, di sisi lain ia sangat memiliki sikap yang ramah dan manis,
senang

mencoba

hal-hal baru,

telaten, dan

selalu

berusaha

semaksimal mungkin dalam menyelesaikan fungsinya sebagai salah


satu kapten kapal. Mengesankan!
Personil kapten terakhir, yang berfungsi untuk memastikan
persediaan harta dan kelancaran transaksi perdagangan berjalan
dengan mulus. Sosoknya santai dan humble, ia turunan dari keluarga
besar yang terkenal dengan tradisi kekeluargannya yang sangat kuat.
Ia yang berhasil menginisiasi term baru di kapal kami. Kerdus!
Menyenangkan!
Itulah 10 jajaran kapten hebat yang terpilih untuk memimpin
awak kapal dalam mengarungi samudera. Kami bukanlah sosok yang
sempurna, masih ada cacat di sana sini, namun disetiap langkah kami
terhimpun impian besar untuk menaklukan lautan ini hingga akhir,
tidak ada kata menyerah hingga setiap dari kami menjadi bahu tempat
bersandar bagi siapa saja yang kelelahan dan bangkit untuk berlayar
kembali. Hingga tapak kaki mampu menginjak tanah yang dimpikan.
Yakinlah..
Chapter 02 Inilah Perjalanan
Setelah proses yang panjang, aku dan jajaran kapten kapal
lainnya berhasil menemukan kru terbaik kami. Lengkap sudah 118
personil kapal siap mengarungi samudera, menerjang ombak dan

badai, hingga akhirnya nanti menikmati pulau yang akan kita singgahi.
Membawa 118 kepala bukanlah hal yang mudah dengan bermacam
karakter dan keinginan yang dimiliki, belum lagi memastikan setiap
fungsi kapal selalu berjalan baik. Karena ketika salah satu bagian rusak
maka kapal mungkin saja akan tenggelam.
Bahkan karena beberapa hal ada saja personil yang berencana
untuk kabur, melepas diri dari misi ini. Namun, lagi-lagi keyakinanlah
yang menjaga niat dan semangat kita untuk terus berada di kapal ini
hingga akhir. Pelayaran yang jauh membutuhkan perbekalan dan
penjagaan yang sempurna, terkadang kami merasa belum cukup
mampu untuk menghadapi kerasnya ombak, namun ada kekuatan
yang tak terelakan mendorong kami untuk selalu kuat dan saling
menguatkan. Dengan petunjuk yang harus terus di patuhi hingga
akhirnya kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan.
Belum lagi adanya konflik antar awak kapal pun terjadi, bahkan
antar kapten kapal. Aku sadar konflik-konflik tersebut bukanlah hal
yang harus dihindari, konflik adalah cara kita terbentuk untuk
menciptakan ide hebat dalam pelayaran ini. Jadi, tenanglah kawan,
semua baik-baik saja.
Awak kapal mungkin saja merasa kelelahan ditengah pelayaran,
atau pasokan makanan kami habis dan transaksi perdagangan tidak
berjalan

mulus

seperti

yang

direncanakan.

Hal-hal

yang

mengecewakan berdatangangan. Karena itulah kami mendewasa, kita

terbentuk untuk dapat bersabar dan memecahkan setiap masalah


dengan bijak. Kekecewaan itu tidak akan terasa lama jika alasan kita
lillah. Selama kita memberikan upaya terbaik, maka biarkanlah Dia
yang menggerakan hasilnya. kamu percaya ini?
Tahap demi tahap kami belajar untuk menjadi lebih baik dalam
pelayaran ini, kami memahami bagaimana lautan harus ditaklukan,
bagaimana mengantisipasi kerusakan bagian kapal karena gelombang
pasang, dan mengikat kesolidan antar awak kapal agar suasananya
selalu menyenangkan. Kami sudah menaklukan lautan kawan!
Teruslah bertahan dengan usaha terbaik hingga sampai di pulau
nanti. Karena merugilah kita jika harus menyerah di penghujung
perjalanan ini. Dan ingatlah, luruskan niat dan kembalikan keyakinan
kita dalam misi pelayaranan ini.
Di lain hal, kalian tau bagaimana kapal kami?

Suasananya

begitu hangat, menjadi rumah kedua hingga mampu membentuk


pribadi kami untuk menjadi lebih baik. Masing-masing awak kapal
memiliki potensi dan ruh yang membuat iri satu sama lain, sehingga
kami belajar bahwa manusia tidak boleh berpuas diri. Ditengah
luasnya samudera, kami belajar bahwa manusia hanya seonggok
daging yang tak pantas untuk menyombongkan diri dan mendurhakai
petunjuknya.

Kami

sadar,

besar

kemungkinnanya

kapal

kami

kehilangan arah, maka sekali-kali janganlah berlepas dari petunjuk


dan kejernihan hati untuk melihat arah yang tepat.

Kelak aku akan merindukan pelayaran satu ini, merupakan


kesempatan yag berharga disatukan dengan para awak kapal yang
istimewa seperti mereka.
Chapter 03 Misi Selanjutnya, Bersiaplah!
Inilah penghujung perjalanan, sebentar lagi aku akan turun dan
singgah di pulau itu, segala asa, peluh, dan keyakinan mengurat nadi
dalam pelayaran ini. Membentuk memori yang sulit dihapuskan
nantinya. Aku bahagia bertemu kalian para awak kapal, khususnya
para kapten kapal yang aku rindukan nantinya. Tiap langkah yang kita
tapaki adalah bekal di kehidupan lainnya, kekal.
Aku tidak bersedih sebagai kapten kapal untuk melepaskan
misi dan kapal ini nantinya, karena aku telah melihat bintang
gemintang yang akan menggantikan kami. Bersiaplah! Berusaha
memantaskan diri dengan segala potensi yang Ia berikan untuk
menjadikanmu sebagai kapten terhebat untuk menaklukan lautan luas
ini.
Aku hanya mengingatkan, inilah salah satu cara yang Ia
tunjukan untuk menggapai pulau keabadian. Pertanyaan ini harus kita
persiapkan dengan baik jawabannya nanti, Untuk apa masa mudamu
di habiskan?.
Ini bukanlan pelayaran biasa, kawan.
Ini lebih berharga dari dunia dan isinya

Storyline by NOVIA D. PUSPITASARI


Hari itu juga, beberapa jam setelah matahari tenggelam di ufuk
barat, suara terompet dibunyikan dari atas geladak kapal. Suaranya
membahana ke segenap penjuru kota, membuatnya terdengar
semakin gagah membanggakan.
Selepas gema terompet menghilang, layar-layar raksasa
bergegas dipasangkan. Genderang keberangkatan ditabuh. Teriakan
perintah dilafalkan sambung-menyambung bagai deretan kartu
domino yang dirobohkan. Dengan sigap puluhan kelasi melepas sauh,
mengikat

tali-temali,

melepas

ikatan-ikatan,

memasang

layar,

berlarian mengambil posisi masing-masing.


Puluhan prajurit berdiri di geladak kapal, memberikan salut
kepada penduduk kota yang mengantar kepergian mereka dari tepi
pelabuhan. Lilin-lilin yang dinyalakan oleh warga kota bagai ribuan
kunang-kunang di atas dermaga, menambah keagungan bergeraknya
rombongan penjelajah menuju benua nan jauh di sana.
Semua kelasi, prajurit, dan pelaut yang berada di atas kapal
tidak peduli soal lima tanda maut di enam mata dadu itu. Mereka
diliputi oleh rasa kepercayaan dan kebanggaan. Jikalau mereka harus
mati dalam perjalanan tersebut, mereka mati dalam perjalanan gagah
berani. Mati dalam sebuah armada raksasa, mati dalam ekspedisi
menemukan Tanah Harapan. Semua kelasi dan prajurit berseru ke
langit-langit malam, merayakan keberangkatan.
(Disadur dari novel Kisah Sang Penandai karya Tere Liye)

Ya, kisah di atas adalah sebuah perumpamaan yang menawan


untuk menggambarkan bagaimana hebatnya perjalanan kapal ini
dimulai. Meski ragu berkecamuk di hati, meski lelah tak jua menepi,
dan meski hati ini tak kunjung terpatri, namun raga ini tak kuasa
bersembunyi. Bersembunyi dari panggilan Sang Rabbi tuk menunaikan
misi hidup ini. Maka kutetapkan hati, kupantaskan diri, dan
kutekadkan kaki tuk melangkah menaiki geladak kapal ini. Bersama
mereka yang namanya telah terukir indah di lautan dakwah ini.

Malam berlalu,
tapi tak mampu kupejamkan mata dirundung rindu
kepada mereka
yang wajahnya mengingatkanku akan surga.
Wahai fajar terbitlah segera,
agar sempat kukatakan pada mereka
aku mencintai kalian karena Allah.
-Umar ibn Al-KhaththabDan senandung rindu di atas adalah sebuah perumpamaan
yang syahdu atas betapa inginnya ku bertemu dengan kalian. Ya,
kalian yang namanya juga telah terukir indah di lautan dakwah ini.

At the end of this sentence, rain will begin,


At the rains edge, a sail.

Slowly the sail will lose sight of island;


into a mist will go the belief in harbours
of an entire race.
The ten-years war is finished.
Helens hair, a grey cloud.
Troy, a white ashpit
by the drizzling sea.
The drizzle tightens like the stings of a harp.
A man with clouded eyes picks up the rain
and plucks the line of the Odyssey.

(Map of the New World oleh Derek Walcott, 1930. Poems on


the Underground
Dan lagi-lagi. Ya, aku tak mampu menitik kata-kataku sendiri dalam
lembar-lembar

kisah

ini.

Namun

betapapun

demikian,

sudah

kucukupkan keinginan diri dengan membersamai kalian selama ini.


Mengarungi samudera nan luas bersama senyum kalian di tengah
badai yang menerpa. Membantu sang nahkoda menentukan arah
kapal ini tuk berlabuh nantinya. Dan tentu, bersama mereka dan
kalian yang menawariku seberkas cahaya surga.

Pernah ada masa-masa dalam cinta kita,


kita lekat bagai api dan kayu.

Bersama menyala, saling menghangatkan rasanya.


Hingga terlambat untuk menginsyafi
bahwa tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu
-Salim A. FillahYa, kisah ini memang diawali dari temaram senja perjalanan
kapal ini, memasuki kabut dan badai tak terperi. Kita pun pernah
mengecap manisnya kedekatan diri namun tak jarang kita juga sering
menyesap pahitnya. Tapi, inilah kisah kita. Betapapun tak terperinya
sakit di hati, tetap saja bintang di langit takkan berhenti menyinari.
Maka tersenyumlah!

....Dan Allah yang mempersatukan hati para hamba beriman. Jikapun


kau nafkahkan perbendaharaan bumi seluruhnya untuk mengikat hati
mereka, takkan bisa kau himpunkan hati mereka. Tetapi Allah-lah
yang telah menyatupadukan mereka....
Q.s. Al-Anfaal [8]; 63

*Untuk mereka yang namanya tertulis indah di lautan dakwah ini;


Jadilah matahari yang berani terbit dan siap tenggelam, untuk
menyinari dunia ini kembali, esok hari.

Storyline written by DINDHA V PRIMADHINI


Waktu tidak pernah berjalan cepat kecuali ia telah dilalui. Dan malam
ini, 12 November 2014; ketika waktu sudah hampir berakhir, tiba-tiba
semuanya menjadi sangat berarti.
-Pertukaran pelajar ke luar negeri
Paspor sudah jadi, dan sertifikat TOEFL sudah kukantongi, tapi-tiba
datanglah orang ini.
Intinya pada suatu hari aku, Irma dan Handy bertemu di suatu tempat
yang tidak akan pernah terlupakan sama sekali, Skywalk lt 2 FEUI.
Okay! Hari itu akhirnya aku melepaskan keinginan untuk mengikuti
program pertukaran ke luar negeri pada semester 6. Entah padahal
aku sama sekali tidak tertarik dan tidak merencanakan hal itu (baca:
jadi PI); soalnya 2012 dulu aku di SKIS sebagai staff (bareng sama Pita
dong), dan 2013nya masih staff juga (di MP). Jadi ya ga pernah
ngebayangin akan jadi PI, sama sekali ga ngebayangin.Dalam artian
tidak ada pengalaman berada di jajaran BPH sama sekali. Tapi kalo
kata kata Jajang sih kita tlah diikat oleh sesuatu (dengerin lagu
Rumah Ukhuwah by Voice of Ukhuwah). Dan emang hati tidak perlu
memilih, sebab ia selalu tahu kemana harus berlabuh (Dee). Mulai
sekarang hatiku sudah berlabuh di sini, di FSI FEUI (lagi) (lagi) dan
(lagi)

-Di awal, semua terasa menyenangkan dan baik-baik saja, have fun
terus bawaannya- apalagi pas teambuild tuh- seru abis. Asal pada tau
aja, wanpis timbil ke Bandung waktu itu. Udah bayar mahal-mahal
buat masuk ke area Kawah Putih tapi begitu sampe di deket kawah
brush hujan datang keroyokan dan akhirnya aroma belerang bikin
kami kelabakan- sehingga kami putuskan untuk mengunjungi kawah
sebentar dalam hujan, dalam diam (baca: pada pake masker)- dan
langsung pulang.
Kami yang awalnya cuma ber-10, seiring berjalannya mendapatkan
teman yang cukup banyak.Dan kapal kini mengarung lautan. Saat
memutuskan untuk pergi ke Kawah Putih untuk yang kedua kalinya
kupikir akan jadi momen yang sama saja tapi ternyata jauh berbeda.
Adalah saat dimana ketika semua orang sudah naik angkot menuju
kawah tapi aku dan Ina tertinggal di penginapan. Akhirnya kami naik
angkot dengan penumpang yang belum kami kenal, and guess what?
Mereka cukup menyenangkan karena terus berteriak kegirangan
sepanjang jalan.
Di sepanjang jalan,aku menemukan bahwa sesuatu bisa menjadi hal
yang sangat berharga tetapi bukan apa-apa bagi yang lainnya;
sesuatu bisa jadi hanya bercandaan tapi untuk orang yang lain terasa
sangat menyakitkan. Aku menemukan banyak hal yang bisa menjadi

alasan untuk membenci seseorang, tetapi jauh lebih banyak hal yang
bisa menjadi alasan untuk menyayanginya.

Sampai pada saat terakhir; aku menyimpulkan persahabatan sebagai


hal yang sangat berharga
I cant even imagine a world without a friend
And friends, all I can say is I was enchanted to meet you
-16 November 2014
Seperti hatiku, maka kapal kita kini sudah berlabuh. Dont be sad
because it ends but be happy because it is happened. The moment
might end but ukhuwah will remain forever.

RONDE TERAKHIR
By: Muhammad Bilal (Kabid Eksternal)
Kapten Baru, Sejarah Baru
Dengan ini MenyatakanHandy Suberlin Sebagai Kapten
Kapal FSI FEUI 2014, Takbir! Allahu Akbar!. Suasana ruangan
pelantikan kapten kapal yang baru menggemuruh seketika. Handy
yang ditetapkan sebagai kapten kapal yang baru mulai detik itu,

menarik nafas dalam-dalam sambil memegang dadanya. Tubuhnya


terlihat bergetar seolah-olah melihat hidupnya tidak akan sama
seperti dulu lagi. Aku pun juga tidak menyangka bahwa dia yang akan
menjadi kapten kapal yang berikutnya. Sosoknya yang cuek, tidak
peduli dengan perkataan orang lain terhadapnya, suka menggerutu,
dan sedikit sarkas itulah yang membuatku tak pernah berpikir kalau
dia yang pantas menjadi pemimpin kapal ini. Namun aku menyadari
bahwa akhir-akhir ini memang sifatnya sedikit berubah. Ia terlihat
lebih tegar menghadapi masalah-masalahnya. Well, diantara 3
kandidat mungkin memang ia yang paling pantas. Selamat untuk
handy, semoga bisa membawa kapal ini dengan baik pada perjalanan
berikutnya ucapku dalam hati pada saat itu. Aku yang telah 2 tahun
berada dalam kapal ini, berpikir bahwa sudah saatnya untuk turun dari
kapal dan memulai petualangan baru.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kapten kapal yang baru harus
mencari

awak-awak

kapal

yang

tangguh

untuk

melanjutkan

perjalanan. Tentunya hal yang pertama harus ia dapatkan adalah 9


pimpinan utama yang menjadi elemen inti dari kapal tersebut. Handy
kemudian mengajak zain sebagai tangan kanannya. Zain adalah salah
satu dari 3 calon kapten kapal ini. Wujudnya mungkin terlihat seperti
anak kecil tetapi sikapnya, sikapnya pun juga seperti anak kecil.
Namun kinerjanya pada pelayaran sebelumnya membuat ia pantas
menjadi tangan kanan dari kapten Handy. Dalam waktu kurang lebih
satu bulan kapten melengkapi tim utamanya. Nurul dan Dindha

menjadi anggota ke-3 dan ke-4. Nurul adalah sesorang yang sudah
tidak diragukan lagi kelayakannya untuk menjadi salah satu pimpinan
utama kapal ini. Track Recordnya yang sempurna dan sosoknya yang
dapat menjadi contoh yang baik bagi awak-awak kapal perempuan
lain nantinya sangat dibutuhkan. Namun jangan melihat orang dari
sampulnya saja, apabila pedang telah keluar dari sarungnya, maka
Nurul akan menebas segalanya tanpa sisa. Jadi, jangan macammacam dengannya. Sedangkan Dindha merupakan sosok yang ramah
dan cukup unik. Selain itu, Ia juga terlihat ikhlas dalam bekerja.
Mungkin itu menjadi pertimbangan kapten kapal untuk mengajaknya
bergabung.
Last Call
Suatu ketika, aku yang telah siap untuk berpetualang dengan
kapalku sendiri tak sengaja bertemu dengan Handy. Ia kemudian
menemuiku dan mengajakku ke tempat Syarif, temanku yang juga
merupakan seorang saudagar Arab yang kaya raya. Setibanya disana,
selain Syarif

ternyata sudah ada Zain juga. Tanpa basa-basi yang

panjang Handy berkata kepadaku dan Syarif Bergabunglah dengan


kami, mari kita berlayar sekali lagi. Handy menwarkanku posisi
sebagai pimpinan kapal yang bertanggung jawab dalam hubungan
kapal dengan pihak eksternal dan menawarkan Syarif sebagai
bendahara kapal. Sejujurnya aku telah menduga hal ini, bukan
bermaksud sombong, namun memang aku tidak melihat orang lain

yang cukup pantas dalam posisi itu kecuali partnerku dalam pelayaran
yang lalu. Namun, karena suatu alasan ia menghilang entah kemana.
Aku yang sejujurnya masih belum ingin berpisah dari kapal
tersebut tentunya sangat ingin bergabung sekali lagi. Terlebih ini
adalah kesempatan terakhirku berada dikapal itu. Kapal yang selama 2
tahun memberikanku banyak pelajaran berharga, Kapal yang dimana
orang-orang didalamnya adalah satu Keluarga yang telah disatukan
oleh suatu Ikatan. Kemudian aku terdiam sejenak dan berpikir
Apakah ini jalan yang benar, apakah ini pantas untuk diperjuangkan,
bukankah 2 tahun kemarin sudah cukup? begitulah kira-kira
pertanyaan yang muncul dalam diriku. Sebenarnya memang tidak ada
alasan yang berarti untuk menolak ajakan Handy. Aku mempunyai
prinsip akan melakukan apa yang aku suka dan benar menurutku
serta meninggalkan apa yang aku tak suka dan salah menurutku.
Seharusnya memang sudah jelas, aku suka berada di kapal itu dan
menurutku itu adalah hal yang baik. Namun masih ada hal yang
mengganjal dan membuatku tidak yakin bahwa aku orang yang
pantas menjadi salah satu pimpinan kapal itu. Kemudian aku teringat
akan pesan almarhum ayahku, Buang semua hal tak penting yang
hanya akan menjadi penghambat bagimu untuk melakukan apa yang
kau sukai. Kata-kata yang tiba-tiba terdengar kembali di pikiranku itu
membuat aku dengan tegas menjawab Oke, aku terima ajakanmu,
Kapten. Tak lama kemudian, Syarif juga menyatakan kesediaannya
untuk bergabung. Dengan begitu, Aku kembali mendapatkan

kesempatan untuk berada di kapal yang sangat berarti bagiku. Ini


adalah kesempatan terakhir, Ronde terakhir, aku tak akan menyianyiakannya, aku tak boleh membuat kapten dan Dia kecewa.
Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, aku berjalan menuju
kapal tersebut.
Saatnya Berlayar, One Piece!
Beberapa hari kemudian, Kapten kembali mencari anggota
skuad utama dalam perjalanan ini. Pita, Irma, Atina, dan Ria akhirnya
melengkapi posisi pimpinan utama kapal ini. Pita adalah sesorang
pemikir kritis yang cerdas sedangkan Irma merupakan sosok yang
rapih meskipun sedikit lamban dalam beberapa hal. Atina bisa
dibilang salah satu orang yang aku segani. bagaimana tidak,
pembawaannya yang sedikit galak dan selalu serius membuat suasana
pada tim inti ini kadang mencekam. Sedangkan Ria yang merupakan
teman satu divisiku pada saat aku masih menjadi penumpang di
pelayaran pertamaku masih terlihat sama seperti dulu. Ya, terlihat
seperti bocah namun kejeniusannya diatas kami semua, hmm lebih
tepatnya diatas Syarif, Handy, dan Zain, haha.
10 orang yang mengisi posisi tim utama sudah lengkap.
Meskipun kami semua memiliki karakter yang berbeda, namun di
kapal ini, kami semua harus menjadi satu. Dari potongan-potongan
yang banyak, kami harus menjadi satu potongan yang utuh dan tak
mudah terpisahkan. Kami menyebut diri kami sendiri ONE PIECE.

Kapal ini tidak akan berlayar apabila hanya diisi oleh 10 orang
saja, selanjutnya kami mencari awak-awak kapal yang tangguh dan
pemberani. Kami melakukan rekrutmen secara terbuka. Ada 5 orang
yang mendaftar pada bidang yang aku kepalai. 3 orang mendaftar
posisi awak kapal yang bertugas untuk membuat tampilan kapal ini
terlihat indah dan gagah selalu. Sedangkan 2 orang mendaftar
posisiku pada tahun lalu, yaitu awak kapal yang bertugas untuk
menjaga jaringan komunikasi kapal terhadap pihak luar. 3 orang
pertama bernama Ila, Mamduch, dan Reza. Sedangkan 2 orang
berikutnya adalah mantan subordinatku pada pelayaran tahun
sebelumnya, Afif dan Fitri. Semuanya mempunyai kelebihan tersendiri
sehingga

aku

memutuskan

untuk

menerima

mereka

semua.

Selanjutnya mereka berlima mencari anggota dari masing-masing


divisi mereka. Singkat cerita, bergabunglah 11 orang penumpang
kapal baru yang akan membantu pekerjaan mereka berlima.
Awak kapal sudah lengkap, seluruh penumpang baru juga
sudah naik. Maka angkat jangkar, kembangkan layar, Kapal FSI FEUI
siap menempuh perjalanan yang baru.
Hilang Arah
Tak ada perjalanan yang berlalu dengan mulus, itulah hal yang
pasti terjadi. Hal itu juga yang membuat perjalanan ini menarik dan
menantang. Berbagai dinamika didalam kapal terjadi tak terkecuali
pada tim utama itu sendiri. Sering sekali perjalanan kapal ini tak

berjalan dengan lancar dan tidak sesuai dengan rencana. Gagasan


kapten terkadang kurang bisa diterima oleh sebagian dari kami.
Kapten utama Handy dan tangan kanannya Zain sering berbeda
pendapat. Kami selaku pimpinan utama kapal sering membiarkan
kapten bekerja sendirian. Apalagi pada awal perjalanan, sebenarnya
masih banyak urusan-urusan yang belum selesai pada masing-masing
diri kami sendiri. Belum lagi, cuaca yang tidak mendukung serta
ketidak harmonisan atar divisi pada kapal tersebut yang membuat
mereka kehilangan arti sesungguhnya dari perjalanan ini. Masingmasing berjuang untuk kepentingan divisi sendiri saja, mereka
berlomba-lomba menjadi divisi yang baik. Hal itu sebenarnya tidak
masalah ketika memang tetap terjalin koordinasi yang baik.
Suatu ketika badai besar melanda yang membuat kapal ini
mengalami kerusakan di bagian-bagian tertentu. Beberapa orang ada
yang memutuskan untuk turun dari kapal, bahkan ada yang pergi dari
kapal ini tanpa membelikan alasan yang jelas. Ketegangan antar awak
kapal juga terjadi bahkan pada subordinatku sendiri. Kepercayaan
terhadap pimpinan kapal juga berkurang sedikit demi sedikit. Mereka
sering membanding-bandingkan kami dengan pimpinan yang lalu.
Aku sempat berpikir, apa yang salah pada perjalanan ini?. Apakah
kami tidak sebaik pimpinan yang lalu?. Apakah kami telah kehilangan
makna dari perjalanan ini?. Apakah kami pantas berada di kapal ini?.
Kapten Handy sempat hilang arah dan tidak tahu apa yang harus ia
lakukan. Aku sebagai salah satu pimpinan tentunya tidak akan

membiarkan hal ini terus terjadi. Ketika itu kami bersepuluh


berkumpul kembali dan saling merenungkan kembali apa sebenarnya
tujuan dari diadakan perjalanan ini. Ya, itulah yang hilang, kami telah
kehilangan tujuan kami. Kami lupa bahwa perjalanan ini bukan hanya
sebatas sampai kepada tujuan, namun bagaimana perjalanan ini dapat
memberikan manfaat dan kebaikan kepada seluruh awak dan
penumpangnya. Bersama-sama kami mulai mengurangi ego masingmasing yang ada pada diri kami dan melihat apa yang masih kami
punya untuk tercapainya tujuan kapal ini.
Yes, we can make it together!
Kami seharusnya sadar bahwa sebenarnya kami dianugerahi
awak-awak kapal yang luar biasa, kami para pimpinanlah yang tidak
dapat mengeluarkan potensi terbaik mereka. Contohnya pada
bidangku sendiri. Ila mungkin terlihat lemah, namun ketabahan
hatinya lebih kuat dari siapapun. Ia rela melakukan apapun yang ia
bisa dan tetap berusaha tersenyum meskipun sering ditinggal kedua
partnernya. Reza mungkin sering berulah, tetapi kreativitasnya sangat
langka. Mungkin hanya 5 tahun sekali kapal ini akan diisi orang-orang
seperti dia. Mamduch, sosok yang dapat menjadi contoh bagi kita
semua. Ia selalu ingin belajar dan selalu menjaga dirinya dari hal yang
tidak berguna. Afif dan Fitri sudah kuanggap sebagai keluargaku
sendiri pada perjalanan sebelumnya. Afif selalu mempunyai rencanarancana hebat untuk membuat kapal ini terlihat lebih hebat dari kapal
lainnya. Ia juga selalu menyemangati orang-orang disekitarnya.

Sedangkan Fitri selalu All Out dalam bekerja, ia mencintai kapal ini
lebih dari siapapun. Aku sangat beruntung memiliki mereka dalam
timku. Tentunya kami para pemimpin harus mendukung mereka
sekuat tenaga kami.
Pada akhirnya kami berhasil bangkit dari masa-masa yang sulit
dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kami. Memang tak sempurna,
tapi kami para pemimpin tetap melakukan apa yang kami bisa dalam
menjalankan amanah sebagai pimpinan kapal. Mungkin masih sangat
banyak kekurangan kami. Bahkan mungkin masih ada yang merasa
bahwa kami tidak sebaik pemimpin terdahulu. Tapi sedikitpun tak ada
niat kami untuk menghancurkan kapal ini, atau niat untuk bekerja
setengah-setengah dalam diri kita. maka aku rasa mereka tak berhak
menyebut kami One Piece tidak melakukan pekerjaan dengan baik.
Kami berbeda dengan pimpinan terdahulu dan tak akan pernah sama.
Namun kami bangga dengan diri kami sendiri dan bersama-sama
akan selalu memperjuangkan hal yang terbaik untuk kapal ini.
Thanks for being my Home, FSI FEUI
Masa-masa sulit membuat kita semakin mengerti apa yang
salah dalam diri kita. Membuat kita semakin belajar memahami
perasaan orang lain. dan tentunya membuat kita semakin kuat dalam
menghadapi perjalanan ini. Maka sesungguhnya dibalik kesulitan ada
kemudahan, berbagai macam rintangan pada akhirnya berhasil kami

lewati bersama. Dan pelayaran kami pada tahun ini juga akan sampai
pada tujuannya.
Aku sangat bahagia bisa berada di kapal ini untuk yang
terakhir kalinya. Semua terlihat begitu berharga ketika mengetahui
bahwa tidak akan ada lagi pelayaran berikutnya di kapal ini. Aku
merasa beruntung pernah berlayar selama 3 tahun dengan kapal ini.
Semua

berawal

dari

keragu-raguan,

namun

berakhir

dengan

senyuman. Terasa sangat berat ketika harus turun dari kapal ini. Aku
bersyukur telah dipertemukan dengan keluarga baru yang luar biasa
di kapal ini. Aku bersyukur telah mendapatkan pelajaran yang tidak
akan kudapatkan dimanapun. Aku bersyukur karena dapat merasakan
ikatan itu. Ikatan itu adalah Ukhuwah. Ya, ikatan itu begitu indah
karena tak akan hilang dimakan waktu atau tempat yang memisahkan
kita semua. Selamat jalan kapal FSI FEUI. Kapal yang merupakan
Rumah bagiku selama tiga tahun ini. Kelak kapal ini akan tercatat
oleh sejarah sebagai salah satu sumber perubahan dan menjadi salah
satu sumber pemberi kebaikan di dunia ini.
Kuucapkan terimakasih banyak untuk seluruh keluarga besar
FSI FEUI yang telah menemaniku dalam perjalanan ini. FSI FEUI 2012,
2013, 2014. Shine 2012 (Kak Azu, Kak Bintan, Dica, Iwan, Kemal, Reza,
Nizza, Dayah, Rihlah, Nurul H), Humalum 2013 (Ayu, Jajang, Afif,
Septian, Fitri, Mega, Ihsan), OnePiece (Handy, Zain, Syarif, Nurul, Pita,
Dindha, Atina, Irma, Ria), MTI dan Humalum 2014, (Ila, Reza,

Mamduch, Umai, Daul, Trias, Rhifi, Ismi, Alvi, Dissa, Renita, Adhil,
Aufar, Rani). Selamat menempuh petualangan Baru

PEMBELAJARAN
By ATINA HASANAH SARJONO

Seorang perempuan sedang bertanya dalam hatinya, why and when?


Ada kalanya sebuah perjalanan menjadi pelajaran yang sangat
berharga bagi seseorang. Setidaknya bagi perempuan ini.
Ah, betapa sulitnya menuliskan perjalanannya. Mari kita mulai.
Sempat datang keegoisan nakal untuk tidak lagi bergabung menjadi
kru kapal yang akan menuju pada satu titik kehidupan. Satu titik yang
membawa semua yang berada di dalamnya mendapat apa-apa yang
tidak terbayangkan. Terbersit dalam hatinya untuk menolak segala
tawaran untuk berada (lagi) di kapal itu. Pertanyaan pertama terlontar,
why?
Sudah 2 tahun dia mengarungi lautan di kapal yang sama, dengan
pekerjaan yang sama. 2 tahun adalah waktu yang cukup untuk
membuat seseorang bosan. Ya, bosan. Tidakkah ada alasan lain?
Tidak.
Mari bunuh kebosanan.

Singkat cerita, terjadilah juga. Perempuan ini menjadi salah satu kru
kapal. Tidak tanggung-tanggung, menjadi kru utama kapal dengan 9
orang lainnya.
Awalnya terpikir, apakah mereka juga merasakan seperti yang ia
rasakan? Apakah 9 orang ini juga memiliki pertanyaan yang sama
dengannya? Pertanyaan kedua. Well, the story has only just begun
Namanya juga tim, 10 orang ini dituntut untuk lebih dahulu
memanaskan mesin kapal. Sebelum kru lainnya menyusul, 10 orang
ini membentuk banyak kesepakatan tentang awal dan akhir
perjalanan ke pelabuhan selanjutnya. Namanya juga kesepakatan,
prosesnya tidak mudah. Konflik tidak pernah terhindar. Bahkan
perempuan ini yang paling sering memicu. Lagi-lagi namanya juga
tim, kembalilah mereka pada kesepakatan yang telah dibuat, mari
sambut kru baru.
Selama beberapa hari non-stop mereka mulai melakukan seleksi
kepada calon kru kapal. Namanya juga seleksi, ada yang terpilih dan
tersisih. Sayang memang, tapi mau bagaimana lagi. Singkat cerita,
terpilihlah 24 orang dengan semangat luar biasa untuk mengarungi
lautan. Mari menjelajah samudera.
Rasanya kapal sebesar itu dengan misi dan tujuan yang juga besar,
tidak cukup hanya dengan 34 orang. Akhirnya, terpilihlah total 118
orang menjadi kru kapal itu. Bersiap bersama.

Hari-hari di kapal dalam perjalanan 1 tahun lamanya selalu punya


cerita.
Bayangkan, dengan ombak yang tidak menentu, hujan badai kapan
saja, atau mungkin perompak? Masa penyesuaian itu dimulai. And
thats her job. Bersama 9 orang temannya memulai kesepakatan awal,
masa adaptasi pun dimulai.
Setelah melihat 118 orang di dalam kapal, dia bertanya dalam hatinya,
how can we?
Hatinya berdebar, bagaimana caranya menanggung kru kapal
sebanyak ini? 10 orang ini haruslah bertanggung jawab terhadap
seluruh kru kapal. Siaga dalam keadaan apapun.
Masa adaptasi dirasa sudah cukup. Waktunya para kru kapal
dipersiapkan menjalankan tugasnya masing-masing.
Namanya juga perjalanan, tidak ada sejarah nya selalu mulus. Mulai
dari ombak biasa hingga ombak ganas, bahkan badai, setia menanti
untuk menerjang.
Ah, rasanya di bagian ini akan panjang ceritanya. Mari kita persingkat.
Badai.
Badai pertama adalah ketika ada beberapa kru kapal yang
mengutarakan bahwa mereka ingin turun dari kapal saat itu juga.
Dengan berbagai alasan. No matter what. Wait, what?? Are you
serious??

Badai kedua.
We have no logistics. Oh no!
Badai ketiga.
Banyak kru yang mabuk laut. Tentunya ini bukan hal besar, tapi
bayangkan jikalau banyak yang mabuk laut. Pekerjaan terbengkalai.
Huft.
Badai keempat.
When? Pertanyaan ketiga terlontar.
Badai-badai itu pastilah ada artinya. Arti yang tidak semua orang tahu.
Atau mungkin, yang tidak semua orang mau mencari tahu artinya.
Mari kita beralih ke bintang-bintang yang menerangi malam-malam
perjalanan mereka.
Dalam 1 tahun perjalanan, sudah pasti akan ada waktu-waktu di mana
bintang-bintang tertentu muncul. Tidak banyak dari mereka yang bisa
melihatnya. Diperlukan satu alat khusus.
Coba lihat bintang-bintang itu, indah bukan main. Menemani bulan
yang memantulkan cahaya matahari untuk menerangi perjalanan
mereka. Bintang selalu setia di sana, di singgasana nya.
Keegoisan lah satu-satunya yang sanggup menutupi cahaya nya.
Tidak karena langit mendung. Once realized, badai-badai itu sungguh
berarti.

Tentang teman seperjalanan. 10 orang.

Teman seperjuangan

sangatlah penting dalam menemani 1 tahun perjalanan di lautan


lepas. Boredom is coming.
Saling bercerita idealnya menjadi obat pelipur lara. Walaupun yang
terjadi adalah justru sebaliknya. Ppfftt. Satu penderitaan.
Masalah setiap kru memang berbeda, ada yang besar, ada yang kecil.
Tapi mereka adalah tim. Masalah seorang menjadi masalah bersama.
Hari-hari panjang yang dilalui, sedikit banyak menjawab pertanyan
kedua perempuan itu. Senyum-senyum saja :D namanya juga satu
penderitaan.
Oh, dan terima kasih kepada 9 orang ini. Karena mereka lah
perempuan ini mendapat banyak julukan. Galak, jutek, dingin, keras,
dan satu lagi julukan dari si kru terlembut : devil advocate. Cant
believe that. Sometimes shes a good person. Sometimes :p
Senang membersamai mereka
Masih di lautan.
Pertanyaan-pertanyaan lain mulai terjawab satu per satu. Jawaban
yang mengantarkannya pada sebuah kesimpulan. Pembelajaran.
Why? When?
Kenapa dia? Dan kapan berakhir?

Karena Allah sedang memberinya rezeki berupa 117 kru terbaik


dengan visi dan misi yang sama, pantaskan ia menolak?
Bayangkan jika dia tidak melakukan perjalanan ini (lagi), maka dia
tidak akan bertemu kru-kru terbaik yang Allah siapkan untuk
mengarungi lautan ini. Menuju pelabuhan selanjutnya, menuju satu
titik kehidupan.
Bayangkan betapa sedihnya tidak membersamai kru-kru seperti
mereka. Hikmah nya terlalu sayang untuk dilewatkan.
Dan kenapa dia? Karena dia adalah orang yang paling harus belajar.
Belajar tentang perjalanan ini.
Kapan berakhir? Sekarang dia berharap semoga tidak berakhir.
Semoga tidak berakhir hanya di pelabuhan selanjutnya. Semoga tidak
berakhir pilu. Semoga tidak berakhir sia-sia. Semoga tidak berakhir
tanpa pembelajaran.
Satu hal yang pasti, perjalanan ini membuatnya tersenyum. Ya Rabb,
banyak sekali proses pembelajaran yang ia dapat. Sungguh, tidak
pantas jikalau ada yang merasa tidak pantas untuk ada di perjalanan
ini. Satu-satunya jawaban : pantaskan!
Percayalah, tersedih nomor satu adalah ketika kalian tidak dipercaya.
Maka, buktikan!

Semua badai yang terlalui masih menyisakan rasa. Tidak ada yang
benar-benar hilang. Rasa puas karena pernah dikaruniai badai-badai
seperti itu. Sungguh, badai itu menguatkan.
3 tahun membersamai kru-kru terbaik di kapal itu membuatnya
menjadi pembelajar. Tidak akan ada kata bosan jika dibarengi dengan
proses belajar.
Sekarang 10 orang ini telah siap untuk turun di pelabuhan
selanjutnya. Semoga senyum terbaik bisa mereka berikan kepada para
penggantinya. Semoga kesalahan-kesalahan mereka dimaafkan.
Semoga kekeliruan yang mereka ciptakan tidak diulang. Dan semoga,
yang baik tetap tinggal, yang buruk pergilah.
Ada seseorang yang bertanya, apa itu kebahagiaan sejati?
Seseorang yang ditanya menjawab, sederhana, sesederhana ketika
kamu tidak bicara andai begini, andai begitu. We need to move on.
Akhirnya, selamat menemukan proses pembelajaran dalam setiap
perjalanan

Storyline by IRMA HANDAYANIE


Yang ditakutkan dari suatu perjalanan adalah saat kita menemui akhir
perjalanan dan harus menepi, sedangkan hati-hati para awaknya
masih rindu kebersamaan itu..

Adalah suatu kapal, dengan 10 awak kapal yang berasal dari berbagai
perbedaan. Kami akhirnya mengikat diri dalam satu visi. Meskipun
berlatar belakang berbeda, kami yakin saat kami bersama ombak di
lautanpun akan mampu kami lalui. Sebelum bergabung menjadi salah
satu awak kapal saya

meminta lebih banyak waktu serta

mempertimbangkan banyak hal. Berlayar untuk periode satu tahun,


dengan membawa misi dakwah bukanlah hal yang mudah diputuskan.
Saya mungkin akan merindukan kebebasan angkasa ..atau tentang
daratan yang mungkin hanya bisa kupandangi dari kajauhan..tapi
keputusan untuk bergabung dengan mereka pada akhirnya menjadi
keputusan terbaik yang pernah saya lakukan.
Kata Soe Hok Gie, kita berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta.
Sayangnya definisi cinta bagi kami kadang tak sama. Mungkin inilah
salah satu keunikan dari kebersamaan kami. Terlampau banyak
perbedaan

yang

menyita ruang

untuk

berdiskusi,

menyelami

pemikiran masing-masing. Karena kami sadar diam takkan pernah


menyelesaikan persoalan..meskipun begitu, aksi diam menjadi aksi
favorit yang kami gunakan saat benar-benar lelah dalam perjalanan
ini..
O ya kawan, 10 orang awak kapal yang aku bicarakan tadi adalah 9
manusia luar biasa ditambah aku yang biasa saja, bersatu padu
melangkahkan kaki bersama. Mereka terdiri dari manusia-manusia
yang aku hormati, aku segani, bahkan aku takuti..Mereka indah
dengan cara mereka sendiri. Sembilan orang yang telah menggores

bekas hingga saya yakin takkan pernah mampu melupakannya.


Membersamai mereka dalam perjalanan ini adalah sesuatu.
Perjalanan yang kami lalui tak mulus kawan. Tak jarang ombak beriak
menerjang tak hanya kapal namun juga mengintimidasi awak
kapal..hingga masing-masing mungkin pernah merasa lelah hingga
ingin menyerah. Menyaksikan guncangan dari salah satu anggota ke
anggota yang lain. Bahkan beberapa anggota telah lebih dulu
menyerah dan memutuskan kembali ke daratan. Alhamdulillah, 10
orang ini InshaaAllah akan berjuang hingga akhir. Menggunakan
segenap kemampuan untuk menahan orang-orang yang masih setia
menjadi bagian dari kami.
Begini, aku ceritakan saja padamu tentang mereka, 9 orang itu, di
mataku,,,

Kapten kapal.. dia adalah orang paling hemat dalam bersuara.. Beliau
lebih senang bekerja di balik layar, membuat konten tulisan, membuat
desain poster dan hal semacamnya. Perawakannya tinggi kecil, dan
terlihat sekali jiwa pendiamnya. Meski begitu saya yakin, tekadnya
begitu besar untuk menerima amanah sebagai kapten kapal.
Dedikasinya untuk Islam tak perlu diragukan. Terima kasih Kapten !
Selanjutnya, orang ini kadang bisa jadi sangat menyenangkan. Pun tak
jarang mendapatinya sebagai orang yang sangat menyebalkan.. Dia
sosok calon Bapak yang bertubuh kecil namun dengan pemikiran

yang briliant. Meski tak jarang pendapatnya berbeda dengan


pendapat kapten kapal. Namun saya yakin perbedaan itulah yang
membuat semuanya indah, berkesan. Terima kasih luar biasa !
Oh wait.. pernah mendengar kriteria perempuan idaman? Anggun,
cantik, dengan otak briliant, agama cemerlang, serta mempunyai
kekuatan super. Saya melihat itu semua pada kawanku yang satu ini.
Di hadapannya,saya merasa menjadi anak kecil yang harus menggali
banyak ilmu darinya. Hei Syuhada lady..you are amazing !
Kawanku yang satu ini, pemikirannya begitu kritis. Dia tak segan
memberi komentar yang cukup menampar, tegas dan cenderung
galak. Diantara awak kapal yang lain, dia yang paling bisa saya
jadikan tempat membuang unek2. Sudut pandangnya berbeda
dengan sudut pandang saya. Dan yang lebih menyenangkan lagi
adalah dia selalu tertawa meski ceritaku tak lucu. Satu hal yang saya
catat darinya adalah, dia orang yang sangat rasional.. tapi semuanya
hilang saat dia berbelanja. Terima kasih kawankuu !
Dia adalah orang yang pola pikirnya tak pernah bisa saya tebak.
Bahkan saya tidak tahu kapan dia berbicara serius dan kapan dia
bercanda. Sosok periang yang baik hati. Btw, kami memiliki satu baju
yang sama persis. Suatu hari ada pesan masuk darinya, isinya jayus
sekali, irma aku pake baju cokelat yg gambar kucing, km jgn pake baju
itu hari ini yaa.. walhasil dua-duanya tidak ada yang memakai baju
tersebut di hari itu. Thank you kawan..

Orang-orang mengatakan dia orang paling galak dari 10 awak kapal.


Bagi saya dia tidak hanya galak, tapi juga sangar, aneh, baik sekali
(sesekali) dan ontimers.. salah satu pelajaran yg saya ambil darinya
adalah, dia rela berangkat selepas subuh dari rumahnya yang nun
jauh di negara tetangga demi rapat wanPIs, sementara saya datang
terlambat.. kadang menampar memang tidak harus dengan kata2.
Thanks kawan !
This girl.. kritis, cerdas, dan tidak suka bercanda. Pernah sekali dia
bercanda dalam grup, then, semua orang tidak menyadari kalau dia
sedang bercanda. Hal yang saya kagumi adalah, dia memikirkan umat
sangat sangat sangat lebih sering dibanding saya. Bahkan mungkin
dia telah mendedikasikan dirinya untuk umat..luar biasa memang !
Terima kasih teman !
Another girl in this journey..dia berperawakan kecil, namun otaknya
sangat kritis..meski begitu dia tidak bisa galak..rasa sungkan mungkin
yang membuat dia kurang bisa tegas menghadapi orang-orang
disekitarnya..dia tipikal orang yang ramah, rajin, dan pekerja keras. Ah
kamu luar biasa !
Awak kapal yang satu ini, si kerdus, dia partner kerja saya..kami
megelola uang bersama..meski kadang miskom2 tidak jelas,tapi
menyenangkan sekali bekerja dengannya.ritme kerja kami tak sama,
tapi itu yang membuat perjalanan ini lebih berwarna..dan saat saya
kehilangan si kerdus bernama HP, dia menjadi super hero yang

mewakili saya menyampaikan pesan keuangan pada semua lini..haha,


terima kasih kawanku..tetaplah menjadi si kedus yang luar biasa !
Terima

kasih

kawan..berjalan,

berjuang

bersama

kalian..takkan

terlupakan.

Storyline by SYARIEF AWAD UMAR


Aaah.. entah harus darimana perjalanan panjang ini ku
ceritakan. Yang pasti aku berhasil mencapai di pulau idaman para
bajak laut, yakni pulau imonoke. Tahun pertama ku disini aku
mengalami banyak gegar gempita karena perbedaan dari pulau ku
tempati sebelumnya yakni pulau al rahza. Disini aku melihat segala
macam bajak laut dari yang konyol, kerdus dan jenius.
Singkat cerita aku diajak oleh salah seorang temanku untuk
berpetualang ke suatu pulau misterius yang bernama Second untuk
mengantarkan harta karun. Disini aku diamanahkan sebagai navigator
untuk mencari emas demi kelangsungan perjalanan kapal kami untuk
mencapai pulau Second. Dengan penuh rintangan dan kekerdusan
lainnya, kami berhasil mengantarkan harta karun kami, walaupun
kapten kapal kami mengalami luka-luka berat. Atas dasar partisipasiku
tersebut, ditahun berikutnya aku ditawari untuk menjadi ketua pencari
emas dalam suatu ekspedisi selama satu tahun. Sempat ragu
memikirkan, ah tapi ya

sudahlah lebih baik untuk mencari

pengalaman bukan? Lagipula ekspedisi ini banyak berkahnya~ .

Akhirnya sampailah aku pada suatu keputusan untuk menjadi


bagian dari ketua pencari emas. Menjadi ketua pencari emas aku
memutuskan untuk tetap menggunakan trik dagangku yang terbukti
sangat berhasil ketika menjadi navigator pencari emas pulau Second.
Tidak lain tidak bukan trik dagangku ialah menjual Anabas dengan
harga miring. Alhamdulillah dagangan Anabas selalu laku bak kacang
goreng bahkan dari hari sebelumnya sudah dicari-cari oleh penduduk
Imonoke. Selain menjual anabas, ada satu masalah yang diwariskan
dari tahun-tahun sebelumnya. Sebagai ketua pencari emas, kapal ini
memiliki suatu asset yakni toko eeb yang terletak strategis di pulau
Imonoke, Namun asset dari toko Eeb berantakan dan menjual
barang yang bukan keahlianku. Aku menyerahkan bagian toko Eeb
sepenuhnya kepada itnana yang menjadi wakil ketua pencari emas.
Singkat cerita banyak emas yang telah berhasil timku kumpulkan
digunakan untuk membayar sewa kepada pemilik tanah toko Eeb
tanpa return yang sebanding dari toko Eeb. Selain itu, kepemilikan
dengan toko Eeb ternyata dimiliki juga oleh kak VV. Sampai di tahun
akhir jerih payah timku berhasil mencapai target yang aku canangkan
dan tentu saja lebih baik dari tahun sebelumnya.
Tahun terakhir, aku ditawari oleh kapten kapal yang baru untuk
menjadi bendahara emas kapal ini. Sesungguhnya tidak semudah itu
untuk menerima amanah ini. Aku melakukan diskusi dengan
sahabatku yang dahulu menjadi kapten kapal Second. Akhirnya
dengan berbagai pertimbangan aku menyetujui untuk menerima

amanah tersebut. Berat... sungguh berat menyimpan harta emas ini,


berat dalam arti terkadang emasnya tidak ada. Untuk mencari emas
aku mendapatkan ketua pencari emas yang giat yakni Kak Lurun dan
pemuda kerdus yang sebelumnya satu tim denganku yakni Labqi.
Bersama dengan orang- orang ini kami mencari emas dengan cara
yang baru, yang bertujuan untuk mengembangkan skill-skill tim kami.
Ditahun ini aku kapten kapal lain, memutuskan mengambil suatu
keputusan

penting

yakni

melepas

toko

eeb

kepada

alumni

pengendara kapal ini.Selanjutnya atas masukan Kak Lurun aku


menggelontorkan emas untuk mendirikan toko online bernama
etannaj yang diurus oleh Kak Lurun dan Amme. Selanjutnya .
terbentuk tim kecil untuk menuju pulau preneurs yang penuh dengan
ombak,petir, ikan hiu, ikan paus, angin badai, langit gelap,
gurita,cumi-cumi

raksasa

dan

lain-lain

yang

menggambarkan

ganasnya perjalanan untuk mencapai pulau preneurs tersebut.


Ekspedisi tersebut dipimpin oleh anak muda kawakan yakni Ikrid.
Berbagai perjuangan kami lalui hingga akhirnya salah seorang peserta
preneurs memutuskan untuk melompat kedalam laut karena tidak
kuat melanjutkan perjalanan yang penuh dengan bahaya ini. Namun
badai-badai tersebut telah kami lewati, sekarang kami sudah bisa
melihat, pulau preneurs sudah tidak jauh dari pandangan kami.
Satu hal yang dari sejak dulu membuatku bersemangat untuk
berpetualang dengan kapal ini ialah semangat amal jariah yang tidak
bisa ku dapatkan dengan ekspedisi kapal yang lain. Selain itu dikapal

ini dipenuhi oleh orang-orang yang membuatku nyaman sekali


berada disekeliling mereka. Namun satu hal yang pasti, Dikapal ini aku
menemukan suatu peta hidupku, peta yang tidak ternilai harganya
dibandingkan peta harta karun siapapun. Peta yang membuatku
merasa tersadar bahwa tujuan dari dunia ini adalah untuk menggapai
Ridho-Nya.
The Voyage
By JAUZA A RACHMA

Tak pernah terbayangkan atau terpikirkan sebelumnya, aku


akan melangkahkan kaki di kapal ini. Kapal dengan orang-orang yang
sudah lama ku kenal walaupun masih terasa asing layaknya kawan
yang telah lama tidak kujumpai. Awalnya muncul perasaan gelisah,
gundah, dan takut. Berbagai pertanyaan terus menerus muncul dalam
benakku. Apakah ini benar-benar perjalanan yang harus ku tempuh?
Apakah aku akan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi kapal,
dengan para penumpang, dan dengan cuaca tak terduga yang
mungkin akan ku jumpai nantinya? Apakah aku dapat membantu
kelancaran perjalanan ini? Dengan sangat berhati-hati ku yakinkan
diriku

untuk

memasuki

kapal,

mengikuti

pelayaran

ini

dan

mempersiapkan diri menghadapi segala risiko yang akan terjadi nanti


di lautan.

Amanah sebagai salah satu kapten kapal bukanlah sesuatu


yang ringan bagiku. Dalam kapal yang sedikit terasa asing ini, aku
mencoba untuk meraba-raba, sedikit demi sedikit mendalami seluk
beluk kapal, ekspektasi dari kapten-kapten lain dan berbagai
peraturan yang telah ada dalam kapal. Waktu yang hanya beberapa
minggu terasa begitu singkat bagiku untuk mengetahui itu semua.
Hanya dengan bermodalkan pengalaman yang tidak seberapa,
dorongan kawan-kawanku, dan sedikit kenekatan, aku berani
menjalankan amanah ini.
Banyak hal menarik yang kutemui sejak masuk ke dalam
kapal. Para kapten kapal lain adalah orang-orang luar biasa dengan
semangat yang luar biasa pula. Setiap kapten kapal memiliki keunikan
masing-masing, yang jujur selama ini baru kutemui di kapal ini.
Keunikan inilah yang membuat perbedaan pendapat tidak hanya satu
atau dua kali terjadi tetapi itulah yang membuat barisan kapten ini
begitu istimewa. Segala perbedaan pendapat tersebut tidak lain
karena semangat setiap kapten yang selalu ingin memberikan yang
terbaik untuk kapal. Sejak bertemu mereka lah aku mulai menyadari,
perjalanan ini tidak akan menjadi perjalanan yang mudah tetapi
bukan berarti tidak dapat dilalui dan diubah menjadi perjalanan yang
menyenangkan.
Setelah seluruh kapten terkumpul, mulailah kami mencari
para awak kapal. Cukup banyak orang yang ingin menjadi awak kapal.
Setiap calon memiliki karakter yang berbeda-beda dan keahlian-

keahlian yang luar biasa. Akan tetapi karakter dan keahlian bukan
menjadi satu-satunya penentu terpilihnya seorang awak kapal,
kesiapan, ketangguhan, perencanaan dan semangat juga menjadi
salah satu kunci utama untuk dapat masuk menjadi awak kapal. Dari
proses berbagai pertimbangan, terpilih lah 24 awak kapal super
dengan berbagai latar belakang dan kemampuan. Dengan perekrutan
awak kapal ini, setengah persiapan pelayaran telah dilakukan.
Langkah

terakhir

dari

persiapan

pelayaran

adalah

pengangkutan personil. Dari banyaknya calon personil, hanya orangorang yang dianggap tangguh saja yang dapat memasuki kapal. Para
awak kapal dengan semangat yang membara saling mengajak temanteman mereka yang dianggap tangguh untuk mengikuti pelayaran.
Dalam pencarian personil, proses penyeleksian adalah proses yang
paling sulit, rapat besar pun sempat diadakan untuk menentukan
siapa saja yang akhirnya dapat mengikuti pelayaran.
Masuknya para personil adalah proses persiapan terakhir
yang harus dilalui, tetapi tantangan sesuangguhnya baru dimulai,
pelayaran besar ke laut bebas. Ini merupakan pengalaman pertama
bagi seluruh orang yang ada dalam kapal untuk memegang tugas dan
kendali masing-masing. Koordinasi antar para kapten, awak kapal, dan
personil lain menjadi sangat penting. Dengan kondisi laut yang terus
tidak

menentu,

dapat

dipastikan

bahwa

hanya

orang-orang

pemberani, tangguh, dan terpilih lah yang dapat bertahan dan

menyelesaikan pelayaran ini sedangkan sisanya berguguran satu per


satu atau menyerah di tengah jalan.
Dalam pelayaran, aku bertugas untuk memastikan kinerja dari
para personil kapal berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat
mencapai tujuan pelayaran dengan sukses. Seorang awak kapal
menjadi partner yang luar biasa hebat dalam melaksanakan tugasku
tersebut. Sosoknya yang berani, cerdas, baik hati dan pandai
berbicara di muka umum menjadi alasan ia cukup disegani oleh para
personil kapal yang lain. Sesibuk apapun, dia tetap akan memikirkan
tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dan secara aktif
memberikan berbagai masukan yang solutif agar pelayaran dapat
berjalan dengan lebih baik.
Di samping awak kapal tersebut, ada enam orang istimewa
yang juga ikut membantu dalam pelaksanaan tugasku. Pertama kali
bertemu mereka, ada perasaan khawatir yang menyelimuti, bukan
karena kompetensi mereka, jujur mereka sangat kompeten, tetapi
lebih karena karakter mereka yang sangat beragam dan kurangnya
kemampuanku dalam memimpin orang yang begitu beragam.
Sebagai salah satu kapten, banyak hal di luar tugas utamaku yang
harus kulakukan. Tugas yang ku pegang semakin banyak dan besar
sehingga begitu banyak waktu yang tidak sempat kuluangkan untuk
mereka. Hal ini lah yang paling aku sesali selama pelayaran ini.

Hal yang paling aku takutkan ternyata menjadi kenyataan. Di


tengah pelayaran, beberapa personil yang kurang tangguh mulai
berguguran satu per satu. Walaupun orang yang bertahan cukup
banyak, hal ini sungguh sangat disesalkan apalagi ada dua orang
personil yang ikut membantuku yang juga tidak dapat menyelesaikan
pelayaran sampai akhir. Dengan orang-orang yang bertahan, kapal ini
harus

terus

melanjutkan

pelayarannya

sampai

akhir

apapun

konsekuensinya.
Selama perjalanan, tidak jarang kami kekurangan uang dan
tenaga. Dalam keadaan seperti itu orang-orang cenderung menjadi
sensitif. Konflik antar personil juga tidak dapat dihindari. Sepertinya
tidak ada hari yang lepas dari konflik. Akan tetapi di samping itu
semua, kami menjadi jauh lebih dekat satu sama lain. Pelayaran ini
jelas telah memberikan keluarga baru bagi orang-orang yang
mengikutinya.
Satu tahun pelayaran sungguh sangat tidak terasa. Berbagai
suka duka, air mata dan canda tawa, kami bagi bersama. Layaknya
sebuah keluarga, kami bagaikan keluarga yang tidak pernah tenang
dari suatu masalah, hampir selalu saja ada tantangan dan rintangan
dalam setiap tempat yang kami lalui. Tetapi bukankah itu arti keluarga
sebenarnya? Bukan hanya kegembiraan yang kami bagi tetapi juga
kesedihan. Satu hal yang pasti, pelayaran ini telah memberikanku
sebuah pelajaran berarti, pelajaran tentang berbagi dan memahami.

MUHAMAD HARRY KURNIAWAN


People come people go,
People learn people change,
People heart people forgive,
But, never forget
FSI FEUI | Enlighten Up | Allahu Akbar... FSI FEUI | Rumah Ukhuwah
Kita | Allahu Akbar. Ya, itu adalah slogan dua tahun terakhir
kepengurusan sebuah kapal besar yang bernama FSI FEUI. Kapal itu
sederhana, namun di dalamnya terdapat banyak sekali ruangan yang
amat

indah,

interior-nya

berlian,

suasananya

menenangkan,

penghuninya menyenangkan, terasa sekali aroma keberkahan yang


berlapis-lapis tiada batas.
Tak terasa kapal besar ini sebentar lagi akan berlabuh, rasanya seperti
baru kemarin saja ketika Kapten Ariz menyerahkan tampuk nahkoda
baru kepada Kapten Berlin. Ya, tepatnya pada musim dingin tahun
lalu. Gegap gempita itu tak berlangsung lama, Kapten Berlin harus
dengan cepat memilih kelasi kapal untuk kembali berlayar. Tak sampai
sebulan, sang Kapten berhasil membentuk formasi bintang. Belum
selesai sampai disana, persiapan dilanjutkan dengan pencarian awak
kapal dengan spesialisasinya masing-masing. Kapal ini membutuhkan
mereka yang hebat dalam berpikir, berdiskusi, mengelola pundi
secara Islami, mengurus geladak, pandai mengerti orang lain dan

sebagainya. Kemudian para kapten membuka peluang seluas-luasnya


bagi siapapun yang berani mengarungi arus samudera yang tidak
selalu menjamin kebagahagiaan dan ketenangan di dalamnya, namun
tujuan akhirnya menjanjikan buah manis yang hanya dapat dirasakan
bagi mereka yang percaya.
Pintu Masuk
Ketika peluang itu dibuka aku pun dihubungi untuk ikut bergabung
oleh salah satu awak kapal, yaitu Piliv. Petinggi kapal bidang satu
penuh dedikasi yang tahun lalu juga menjadi wakil kepala geladak, oh
ya beliau itu wanita by the way. Aku sempat bingung menentukan, ini
hal yang tidak mudah. Musim sebelumnya aku juga tergabung
bersama mereka, jadi aku mendapat pengalaman berlayar walaupun
hanya sebagai awak kapal. Pada saat ituada beberapa kapal yang juga
melambai-lambaikan kesempatan bergabung. Aku perlu beberapa
hari untuk menentukan pilihan. Di dalam waktu-waktu yang sunyi,
melihat ke dalam diri, kontemplasi arah hidup, menimbang costbenefit, itu merupakan sekelumit cara yang digunakan untuk
menentukan pilihan. Tak hanya itu di dalam pergulatan ini, secara
sadar atau tidak kita bisa lebih memahami preferensi diri sendiri. Aku
menjadi semakin tahu kalau aku adalah tipe yang lebih menyukai
penyeimbangan

pencapaian

terhadap

berbagai

tujuan

bukan

menghilangkan salah satunya dan juga ternyata faktor pendapat


orang masih mengambil proporsi yang cukup besar bagi tindakanku.
Maka aku-pun memutuskan untuk bergabung mengikuti proses

seleksi. Ketat, terdapat tiga orang lain yang ikut serta dua diantaranya
teman satu geladak tahun lalu dan satu lagi bekerja pada geladak lain.
Hanya dua personil yang akan terpilih. Diakhir seleksi diumumkan
ternyata aku diterima sebagai kepala geladak dan satu lagi yang
terpilih adalah, jeng..jeng..jeng dialah Bung Iqi. Di luar dugaan, aku
kira

yang

akan

membersamai-ku

adalah

Mba

Rumi

rekan

seperjuangan musim sebelumnya. Tapi aku yakin pasti ada hikmah


terserak yang aku belum pahami saat itu. Dan pada akhirnya semua
pengurus harian geladak lengkap.
Pelayaran
Kapten Berlin bersama Bung Inul, administratur pendamping Kapten,
segera merapatkan barisan. Di bawah malam yang teduh seluruh
personil kapal berkumpul di sebuah tempat bersahaja bernama MuFe.
Di sanalah awal mula barisan benar-benar merapat dengan rapi.
Rencana pelayaran disusun secara komprehensif. Kemudian saatnya
mengundang staff kapal. Tak perlu waktu yang lama, maka lengkaplah
seluruh personil kapal berjumlah 118. Ada penasihat, petinggi kapal,
pengurus harian geladak dan staff.
Pelayaran panjang-pun dimulai. Penjelasan arah sangat dibutuhkan
untuk menyatukan pandangan, di awal pelayaran para personil harus
paham visi, misi, budaya kapal FSI ini. Aku bersama Iqi mengarahkan
geladak SKIS. Geladak yang berisi staff-staff dengan determinasi dan
pengetahuan level bintang. Ada Baskoro, Jannath, Aziz, Inanoo, Said,

Raul, Ibroh dan Medina. Sebagai geladak yang ditugaskan berpikir,


berdiskusi, bergerak SKIS dipenuhi dengan upaya pencerdasan awak
kapal lain. Sebagai upaya inklusivitas FSI, SKIS berusaha mengundang
kapal-kapal lain untuk bersama menimba pengetahuan keislaman dan
bersama geladak lain membumikan nilai-nilai mulia kepada segenap
penjuru kapal yang berlayarbersama dari pelabuhan FEUI maupun
pelabuhan lain di negara UI.
Gelombang
Pelayaran besar menyajikan pemandangan indah dan tentunya badai
gelombang. Kebersamaan membuat program dakwah yang dijalankan
lebih mudah, terlebih kita bisa mendapat pelajaran. Atmosfir SKIS
dibuat senyaman mungkin, mencoba agar para staff tidak tertekan
dengan amanah namun bisa juga melakukan akselerasi dalam
program yang dijalankan. Sebagaimana kata pepatah pelaut yang
hebat lahir ditengah badai bukan dari pelayaran yang tenang begitu
pula dinamika yang terjadi pada personil SKIS. FSI dituntut untuk
menjadi lembaga yang inklusif, dari sana bersama kita memacu
seluruh potensi mulai dari penamaan acara, pemilihan pembicara,
tempat dan format acara yang kami rasa bisa diterima oleh seluruh
khalayak para pelaut di luar kapal FSI meskipun akibatnya butuh
tenaga lebih, molornya deadline acara dan juga koordinasi yang harus
dicukupkan. Kemudian dinamika personil, yang meminjam istilah
bung Umar(petinggi kapal), kerdus. Ada kalanya personil memiliki

kesibukan tinggi entah dari bidang akademik, sosial atau sebagainya


sehingga tanggung jawab terabaikan.
Sejatinya hampir seluruh masalah dapat kita selesaikan dalam waktu
yang singkat. Hanya saja kerap kita temui keadaan dimana kita
mempersulit diri sendiri, dengan menunda pekerjaan meremehkan
masalah kecil dan ceroboh sehingga kita butuh bantuan orang lain
untuk menyelesaikan masalah. Itu-lah keadaan yang bisa menjadi
cerminan untuk beberapa masalah koordinasi dan keterlambatan di
dalam geladak SKIS, bahkan mungkin juga kapal FSI. Kepala dan wakil
kepala geladak SKIS berusaha seoptimal mungkin dapat mendorong
para awak dapat berkembang seiring dengan berjalannya program
dakwah, bukan hanya sekadar menjalankan tapi mereka juga
melakukan proses learning by doing, kemudian belajar mengambil
keputusan sehingga soft skill dapat terlatih. Meskipun di masa depan
tetap ada evaluasi dengan cara ini agar kualitas pelaksanaan prodak
dapat ikut meningkat lebih cepat.
Akhirnya, kapal FSI musim ini sebentar lagi berlabuh. Sudahkah kapal
ini memberikan harapan para personilnya. Atau jangan-jangan
sebenarnya

yang

harus

dicapai

setiap

musim

adalah

hanya

melengkapi wilayah penaklukkan, wilayah penaklukkanbaru yang


sudah dicapai suatu kapal setiap musimnya. Sehingga pada suatu saat
kelak wilayah itu akan lengkap seluruhnya, sehingga peradaban
dengan nilai-nilai mulia Islam benar-benar disadari dan dilaksanakan.

Sebentar lagi perpisahan itu akan kembali terjadi..


Kisah yang dibangun di dalam kapal ini hampir setahun ke belakang
akan menjadi sejarah. Aku selalu merasa terharu menjelang
perpisahan, banyak sekali evaluasi untuk perjalanan berikutnya. Aku
tidak menyesal, namun mengambil pelajaran bukanlah suatu
kesalahan karena setiap tahun rasanya akan selalu ada pelajaran
dalam setiap pelayaran. Tak mudah rasanya melepaskan lagi apa
yang sudah terbangun ini. Ya kata lagi sebagaimana satu tahun lalu
ketika aku hanya staff kapal yang sudah kerasan berlayar bersama
kapal ini. Apakah di musim depan rasa, jalinan, pelajaran akan sama.
Duh, rasanya tak ingin pelayaran ini cepat berakhir. Tetapi,
sebagaimana kata pepatah ini
People come people go,
People learn people change,
People heart people forgive,
But, never forget
Aku akan terus ingat dengan semua pelajaran dalam pelayaran ini,
aku tak ingin melupakan setiap orang yang sudah kukenal dalam
pelayaran ini. Senang rasanya bila suatu saat kita bisa kembali saling
membantu dalam memudahkan segala urusan dalam hidup ini.
Sekarang saatnya kembali merefleksikan perjalanan berikutnya,
apakah aku masih akan berlayar di kapal yang sama atau harus

berpindah, atau bahkan tak perlu berlayar tapi menggembala, atau


memancing atau menikmati hidup di tempat lain. Sudah ada angin
bertiup yang membuatku melihat keindahan di tempat lain, sudah ada
panorama yang masuk daftar penjelajahan-ku selanjutnya, bahkan
ada lambaian yang menawarkan kemungkinan lain.
Biarlah angin membawa kelak, kearah datangnya pertanda, ke tempat
yang belum ditaklukkan, untuk menuliskan sejarah baru, sementara
itu aku di sini bersiap...

GREAT VOYAGE
Sebuah Cerita Mengarungi Lautan Cinta di Kapal Biru 2013-2014
By Rifqi Hendria
Tersebutlah

seorang

anak

yang

baru

pertama

kalinya

menginjakkan kakinya di pulau yang berpasir abu-abu. Kaka namanya.


Terdengar seperti nama seorang pemain bola? Iya memang. Cerita ini
kan konotasi.
Di pulau berpasir abu-abu itu ia dipertemukan dengan orangorang di dalam sebuah kelompok yang anggota-anggotanya terdiri
dari pendatang-pendatang baru yang sengaja berlayar ke pulau ini
dan berhasil, tidak sengaja menemukan pulau ini, kehilangan arah,
atau bahkan tidak sengaja terdampar di pulau ini. Di antara
pelancong-pelancong di dalam kelompok tersebut, Kaka bertemu

dengan Jangkersseorang yang tega menelan sahabatnya sendiri


karena saking cintanya ia dengan sahabatnya, dan Aa Jimmyaa
yang suka ngelantur, tapi jago taekwondo. Enam bulan setelah
pertemuan perdana mereka itu mereka bersama-sama mengarungi
samudera cinta, dan tidak terasa, mereka telah mengarunginya
bersama-sama selama dua tahun, walaupun berbeda peran, tetapi di
dalam kapal yang sama, kapal biru.
Hari demi hari dilalui oleh Kaka, sampai pada saatnya di pulau
berpasir abu-abu itu sedang mengadakan pendaftaran pelayaran
episode pertama, episode pelayaran pendek. Kaka pun kesana kemari,
celingak celinguk, melihat-lihat, namun tidak memperhatikan. Tidak
ada yang menarik bagi Kaka, ia dulu hanya seorang fanatik salah satu
game sepakbola virtual, tidak peduli dengan kepanitiaan bla bla bla.
Pelayaran Pendek
Interaksi dengan teman-teman, bertukar pikiran, membuat
Kaka tertarik untuk ikut pelayaran pendek itu. Ia pun mendaftar salah
satu pelayaran yang awak-awaknya berseragam merah, namun
kapalnya berwarna hijau. Sementara itu, Kaka juga mempunyai tugas
berlayar di kapal yang lain, kapal biru. Ada seorang kerdus dari Yaman
yang mengajaknya untuk mengikuti pelayaran pendek kapal biru yang
pada edisi pelayaran kali itu, awak kapalnya berseragam putih.
Nakhodanya adalah si kerdus rapper.

Edisi pelayaran pendek pun telah berakhir. Pulau berpasir abuabu pun kembali dimeriahkan dengan episode kedua, episode
pelayaran panjang. Kaka yang tadinya bergabung di pelayaran pendek
kapal hijau tertarik untuk bergabung kembali dengan kapal hijau di
edisi pelayaran panjang kali ini. Namun di lain sisi, si kerdus dari
Yaman tiba-tiba mengajak Kaka untuk bergabung di pelayaran
panjang kapal biru untuk kedua kalinya.
Pelayaran Panjang
Singkat cerita, biar nggak pada mager bacanya, Kaka memilih
untuk melanjutkan pelayaran panjang bersama kapal biru, ia bekerja
sebagai awak kapal yang bertugas mencari harta karun di pelayaran
itu. Ia bekerja bersama bos Yaman kerdus dan wakil bos serta big
boss yang namanya nyerempet, Ananti dan Anti. Tidak lupa pula kita
berikan

credit kepada

Muiqra,

sang diver

yang

kebanyakan

tenggelamnya, yang kini telah terselamatkan dan menjadi wakil bos


pencari harta karun.
Tidak terasa, setahun telah Kaka lalui. Pelayaran itu pun sampai
pada ujungnya. Kapten Fariz Sparrow mentitahkan pelayaran kapal
selanjutnya kepada kapten Handy Suparrow.
Lagi, kapal biru membuka pendaftaran pelayaran panjang yang
kedua kalinya semenjak Kaka menginjakkan kakinya di pulau berpasir
abu-abu itu.

Kaka pun bingung, apakah ia akan mendaftar lagi pada


pelayaran kapal biru untuk kedua kalinya. Apakah ia memang benarbenar butuh berlayar dengan kapal biru itu. Apakah kapal biru itu
akan memberikan pelayaran yang lebih sensasional dan menantang
dibanding pelayaran sebelumnya. Kaka bergumam dalam otak seraya
berpikir keras dalam hati. Kaka kembali celingak-celinguk, melihat
kesana kemari, scroll up scroll down. Hambatan lain yang mencegah
Kaka untuk mendapatkan tiket masuk kapal adalah orangtua Kaka
yang keberatan untuk mengizinkan Kaka mengikuti pelayaran itu
kembali, dikarenakan Kaka pernah sekali terjun bebas tanpa parasut
dari pesawat akademik. Namun, Kaka menjelaskan bahwa ia sangat
butuh pelayaran tersebut untuk memperkaya pengalamannya dalam
hal berenang mengarungi lautan Ilmu Islam, mendapatkan teman dan
lingkungan yang senantiasa menjaga imannya, serta menyelam untuk
menyelamatkan orang-orang yang tenggelam di dasar lautan cinta
dunia. Akhirnya orangtua Kaka pun mengizinkan.
Tiba-tiba Kaka mendapatkan surat wasiat dari wakil bos pencari
harta karun terdahulu. Isi suratnya adalah mengajak Kaka untuk
bergabung kembali di pelayaran yang kedua dengan menjadi bos
atau wakil bos pencari harta karun. Jreng jreng. Kaka kembali galau
seperti butiran debu. Di dalam otaknya ia berpikir, di dalam hatinya ia
berdzikir << inilah yang akan menjadi jargon pelayaran Kaka untuk
setahun ke depan. Ya, setelah berpikir dalam hati dan berdzikir dalam
otak, Kaka memutuskan untuk memilih peran pelayarannya antara

menjadi penggerak utama kapal atau kembali menjadi pengumpul


harta karun. Kaka pun masih bingung, ia membuat Grand Map untuk
kedua peran tersebut. Ia pun kembali berpikir keras dalam hati dan
berdzikir lembut dalam otak, dan memperhatikan dengan seksama
foto dari kapten dan big boss tiap bidang dari kapal biru pada
pelayaran kedua kali ini. Ia pun melihat bahwa si kerdus Yaman
sekarang telah menjadi big boss pengumpul harta karun. Seakan tak
percaya, ia pun mengambil lup, mikroskop elektron, bahkan
menggunakan jasa bantuan pakar telematika Roy Suryo untuk
memastikan apakah foto tersebut asli. Memang si kerdus Yaman
sangat ahli dalam strategi mengumpulkan harta karun, tetapi Kaka
bergumam masa iya gua ketemu si kerdus Yaman lagi, ga bosen
apa? Hahahah damai bang :D . Kaka pun mencari tantangan baru,
tekad bulat Kaka adalah mengikuti pelayaran dengan peran sebagai
wakil bos penggerak utama kapal di subbidang memperluas
pengaruh kapal dan mengkaji badai-badai yang tengah terjadi di
samudera.
Pelayaran Panjang Episode Kedua
Kaka pun bertemu dengan partnernya, Kokoh. Kokoh dan Kaka,
terdengar serasi namun dipaksakan. Mereka berdua mengarungi
pelayaran

sebagai

bos

dan

wakil

bos

di

subbidang

yang

bertugasmemperluas pengaruh kapal dan mengkaji badai-badai yang


tengah terjadi di samudera.

Sampailah pada saatnya pembukaan pendaftaran pelayaran


bagi awak-awak kapal. Kokoh dan Kaka pun memilih siapa awak yang
tepat untuk mengisi peran di bidang yang mereka supervisi.
Dan mereka pun mendapatkan awak-awak kapal tangguh
tersebut, setelah melalui diskusi, pertikaian, dan unjuk rasa yang alot
di antara kedua puluh empat bos dan wakil bos serta sepuluh jajaran
kapten dan big boss pelayaran kapal biru. Awak-awak kapal yang
terpiliih itu ialah Syekh, Omar, Pak Pol, Broh, Raul, Bayi Madinah, MJ,
dan Economics. Awak-awak kapal yang memiliki kepribadian dan
tingkah polah yang berbeda antara satu dengan lainnya.Setelah
melalui pertimbangan berat badan masing-masing, kami memutuskan
untuk mengganti nama kami sebelumnya yaitu SKISers, karena
terdengar seperti nama salah satu pesawat sederhana. Atas usulan
dari MJ, kami menamai diri kami SKISians.
Mereka bersepuluh mulai mengarungi lautan Islam dengan
badai-badai hedonisme yang terjadi di dalamnya. Bidang penggerak
utama kapal ini dipimpin oleh big boss Olive Oil, yang telah
mendapatkan mandat dari Popeye si pelaut. Di bidang penggerak
utama kapal ini juga terdapat subbidang perompak syariah yang
jajaran bosnya adalah Dito, Dedeh, dan Vemo.
Terapung, tenggelam, bahkan melayang pun dilalui oleh
SKISians. Semangat di awal ditandai dengan rapat yang selalu dihadiri
penuh oleh para awak kapal hingga sama sekali tidak pernah full

team. Cahaya SKIS bagi pelayaran kapal biru tampak terang di awal,
ditandai dengan kajian Siroh perdana sukses diselenggarakan.
Badai
Namun, seiring berjalannya kapal mengarungi lautan yang
penuh dengan badai hedonisme, muncul badai-badai lain yang tidak
kalah trengginasnya, mulai dari badai el magero, el ngareto, el
ngilango, hingga el demoto. Cahaya SKIS pun mulai redup, diawali
dengan kelalaian dari sisi permintaan publikasi kepada bidang Mati
Tetap Islam, kurangnya wisatawan yang hadir di museum Siroh dan
Oasis, kotak hitam Oasis interactive yang terdampar entah dimana
setelah kecelakaan pesawat oleh pilot Omar, perginya Bayi Madinah
entah hanyut ke sungai Nil atau Ciliwung, perginya Pak Pol
menunaikan tugas Negara di daerah perbatasan, hingga perginya
Broh menunaikan tugasnya di subbidang perompak syariah.
Kokoh dan Kaka pun mulai pusing, ditambah lagi Kaka yang
sering berulah sehingga malah menambah kepuyengan Kokoh. Kokoh
si pelancong dari planet Bekasi dan barangkali memiliki saudara yang
bernama Basuki dengan kapasitasnya sebagai bos, berinisiatif untuk
kembali menghidupkan cahaya SKIS yang telah redup seredupredupnya, entahlah caranya dengan mengambil cahaya matahari yang
kelewat panas di Bekasi dan menanamkannya di SKIS atau apapun itu.
Kokoh pun kembali menghidupkan cahaya SKIS bekerjasama dengan
Kaka.

Cahaya itu Kembali


Dengan kembalinya para awak kapal, perlahan cahaya SKIS
kembali menerangi pelayaran kapal. Tulisan-tulisan tetap diproduksi
oleh SKISians, kultwit, dan juga konsisten mengadakan open museum
Siroh dan Oasis. Cahaya SKIS juga diterangi oleh diadakannya survey
minat warga pulau berpasir abu-abu terhadap open museum yang
diadakan kapal biru. Cahaya SKIS juga diterangi oleh hati besar yang
berwarna-warni yang tertambat di layar mading kapal biru di gedung
A, hati yang dipenuhi oleh harapan dan cita-cita pribadi dari warga
pulau berpasir abu-abu. Cahaya SKIS kembali diterangi oleh Oasis
Interactive, rutinnya diskusi via WhatsApp yang diisi oleh pelancong
dari penghuni pulau berpasir abu-abu bahkan hingga Negara makara
kuning, bahkan hingga benua Sumatra pun juga ada. WhatsApp
tausiyah serta One Day One Juz (ODOJ) pulau berpasir abu-abu pun
mulai dirintis untuk aktif kembali, tidak lupa pula kotak hitam Oasis
Interactive yang telah ditemukan dan pilot Omar yang dinyatakan
selamat setelah beku selama 100 tahun selayaknya Captain America,
serta kapal biru bersuara pun dapat terselenggara sebanyak 2 kali.
Cahaya

SKIS

juga

diperkuat

brightnessnya

oleh

keberhasilan

kontingen pulau berpasir abu-abu merebut juara umum kedua di


kancah Negara Makara Kuning Quranic Olympiad.
Dan tak terasa pelayaran itu harus berakhir, memang sudah
hukum alam, ada pertemuan dan harus ada perpisahan. Pelayaran itu
tiba di sebuah pulau yang masih berpasir abu-abu, tetapi suasana di

dalamnya terlihat lebih adem, hedonisme walaupun masih ada,


setidaknya perlahan semakin berkurang dengan adanya pelayaran
kapal biru ini.
Berpisah. . .
Betawi Otentik,

Kapten Handy Suparrow,

CakZuli,

si kerdus

Olive Oil,

Atlit Voli,

rapper,
si kerdus Yaman,

Syuhada Lady,

Pembina Umat,

mbak yang seneng manggil orang dengan


dek,

kakak pinter.

Dito,

Dedeh,

Vemo,

Jendral,

MP yang terlahir untuk MP,

DVD yang prihatin, Aa Jimmy,


Si designer tangguh,

si ganteng yang kegalauannya tak

melebihi kegantengannya,
si kerdus kreatif yang paling gokil kekerdusannya,
Bedebidi,

Wahyu,

Miki,

Subuh,

Shafa,
Muslimah,

Nikmah,

Firdaus P. Siagian,
Megu,

Kak Nurul,

Muiqra sang qiyadah,

Jangkers yang rela menelan

sahabatnya sendiri.
Kalian hebat dengan cara kalian masing-masing, terima kasih
telah menjadi nakhoda dan partner dalam pelayaran kapal biru tahun
ini.
SKIS
Awak-awak tangguh itu pun pergi satu demi satu menapaki
jejak impian mereka masing-masing. Entah siapa yang akan kembali
berlayar di pelayaran panjang kapal biru.
Syekh, dengan kerendahan hatinya dan ilmu luas yang
dimilikinya menjadikan kesejukan menghampiri SKIS bahkan bagi
pelayaran kapal biru ini. Kita harus banyak belajar dari beliau.
Omar, dengan niat kuatnya, mengajarkan kita bagaimana
caranya menjadi seorang yang tetap tegar. Walaupun pernah jatuh
kandas menjadi pilot, ia tetap tegar dan kembali bangkit dengan
kekuatannya.
Pak Pol, walaupun pernah menjalani tugas kenegaraan di
daerah perbatasan dan meninggalkan kami sementara waktu, ia
kembali dengan jiwa kepolisian yang dimilikinya membuat SKIS yang
dihuni oleh pria-pria yang tidak seperti dirinya, menjadi SKIS yang
berotot, baik badan, hati, maupun otak.

Broh, si penulis ulung, selain berlayar bersama kapal biru, ia


juga berlayar bersama kapal merah marun. Walaupun sering diterjang
ombak dari salah satu subbidang perompak syariah, ia tetap tegar
untuk berkontribusi di SKIS.
MJ, bukan penyanyi pop kondang yang sudah di alam baka.
Kurang lebih sama seperti Syekh, sosoknya yang kalem, ngomong
seperlunya, patut diacungi jempol atas konsistensinya di pelayaran
kapal biru ini.
Bayi Madinah, walaupun ia sering diterjang badai, ia sangat
berperan sebagai pencatat pengeluaran dari SKIS dan kontribusikontribusi lainnya di setiap open museum dari SKIS. Ia memiliki bakat
di dalam English Debate. Terima kasih sudah menjadi finalis Negara
Makara Kuning Quranic Olympiad.
Raul, bukan pemain sepakbola Spanyol. Sangat berjiwa sosial.
Berperan besar dalam pelayaran kapal biru ini. Pada saat SKIS
kekurangan SDM, ia hadir dengan jiwa sosialnya dengan penuh
pemberian.
Economics. Ia memiliki inisial yang sama persis dengan jurusan
yang ia pilih di pulau berpasir abu-abu. Barangkali ia memang
ditakdirkan begitu. Bersama Pak Pol, sosok yang paling periang,
senyum ditebar, tawa ditebar. Sosoknya yang ramah membuat SKIS
yang dihuni oleh sosok-sosok syahdu menjadi SKIS yang berwarna,
hidup, dan dinamik.

Special thanks to Kokoh. Alien dari Bekasi yang mungkin


kewalahan memiliki seorang wakil seperti Kaka. Jiwa inisiatif sebagai
bos yang dimilikinya mampu membuat SKIS menghalau berbagai
macam ombak dan badai yang ganas. Sosok partner yang serius dan
berintegritas, mampu meredam tingkah polah Kaka yang kebanyakan
ngawur dan bercanda. Saya meminta maaf kepada Kokoh karena
banyak sekali kekurangan-kekurangan yang saya hadirkan untuk
Kokoh sebagai partner kerja sama. Karena seorang Kaka juga
mempunyai kekurangan. Tolong dimaafkan ya Koh.
Terima kasih kepada segenap kru kapal biru yang telah
memberikan pengalaman tak terlupakan, pahit manis pelayaran,
tangis tawa pelayaran. Hanya satu kata lah yang mengikat kita
dimanapun kita berada nantinya, Ukhuwah. Semoga persaudaraan
kita berlanjut hingga di Jannah Allah nanti. Amiin Ya Allah. Kru
InnovAct, kalian luar biasaaa

-Diketik dengan hati, dipikir


dengan tangan-

Bersama Kita Berlayar


By Zaid Abdul Aziz

Masuk ke FEUI sampai sekarang masih menjadi hal yang saya tidak
percayai. Ya, bagaimana bisa, seorang anak lulusan IPA, murni IPA,
saya tak pernah menyentuh buku-buku IPS di SMA karna memang
kurikulum sekolah saya demikian, bisa masuk ke kampus no. 1 di
negeri ini, di jurusan yang katanya penuh persaingan pula, Akuntansi.
Hal lain yang membuat saya tak percaya pula, saya masuk di tahun
kedua setelah kelulusan saya, yang pada waktu yang sama, saya
masih aktif kuliah di kampus biru, kampus yang pelajarannya
bertolak belakang 180 derajat dari kampus ini. memang pernah
tersirat keinginan menjadi seperti ayah, seorang auditor, tapi saya tak
pernah mengira Allah begitu memudahkan jalannya bagi saya.
Memasuki kampus ini, saya sudah menaruh niat untuk terus
berdakwah, dengan sedikt ilmu yang saya punya. Tahun pertama
perkuliahan berjalan, saya masih harus menyesuaikan diri dengan
alam baru saya. Dunia saya di kampus baru ini, berbeda jauh dengan
dunia di kampus yang dahulu. Apalagi untuk orang seperti saya yang
susah gaul dengan orang yang menurut saya terlampau jauh dengan
jalan hidup saya. Itulah mengapa, meski saya tahu disana ada kapal
besar yang bisa menampung orang-orang yang punya tujuan seperti
saya, saya belum bisa memutuskan untuk ikut menumpang di kapal
tersebut, saya masih menimbang, bisakah orang seperti saya, yang tak
ada pengalaman dakwah di dunia real seperti di kampus baru ini, ikut
bergabung dengan kapal besar itu.

Di tahun kedua, barulah saya memutuskan untuk bergabung dengan


kapal besar itu. Tentu kalian sudah tahu, apa yang saya maksud
dengan kapal besar disini, tak perlu saya menyebutnya secara
tersurat. Saya sadar, pelayaran akan lebih efektif dengan kapal besar,
bukan dengan sekoci atau sampan kecil seperti yang saya lakukan
ketika itu. Alhamdulillah-nya, para nahkoda di kapal tersebut mau
menerima saya, orang yang mungkin tak pernah tersebut namanya di
dunia pergaulan kampus ini. Di kapal ini, saya tak merasa sendiri lagi.
Saya tersadar, ada begitu banyak awak kapal yang tulus untuk terus
bersama mengarahkan kapal agar tetap berada di jalurnya, jalur
dakwah. Saya merasa nyaman di kapal ini.
Akhirnya, jangkar kapal itu diangkat, layarnya dibuka dan Sang
Nahkoda telah memberikan aba-aba untuk berangkat. Dalam kapal
ini, saya ditempatkan bersama sebuah tim yang begitu unik. tim yang
dikepalai oleh seorang yang begitu keren dan pendampingnya yang
berapi-api dan selalu semangat. Ada 7 anggota lainnya dalam tim
tersebut, ada si Ibrahim yang pendiam dan misterius, banyak wawasan
tersimpan dalam diamnya, ada Umar si jangkung yang sudah begitu
akrab dengan saya sebelum bergabung dengan kapal ini, entahlah,
saya pun telah lupa, sejak akapan saya akrab dan kenal dengan bocah
ini. Lalu ada si Tito, si tampan bertubuh atletis yang selalu sigap.
Miftah, Ina, Baby dan Israul, adalah 4 anggota lainnya yang semuanya
gadis cerdas, periang dan bersemangat.

Pelayaran sebuah kapal tak mungkin hanya berjalan dengan tenang di


lautan. Pasti adakalanya kapal tersebut diterpa hujan badai, angin
yang tak sesuai dengan tujuan kapal, atau gelimbang yang
mengombang-ambingkan

kapal.

Seperti

itu

pulalah

pelayaran

bersama kapal besar ini. pelayaran tak selamanya berjalan dengan


tenang dan mulus. Adakalanya lekukan wajah kekecewaan, perkataan
ketidakpuasan yang terlontar, atau sikap yang tak disukai muncul dari
perjalan kami selama satu tahun. Tapi itulah bumbu perjalanan, tanpa
tu semua, sebuah perjalan justru tersa hambar dan kurang greget.
Dan dari sana pula lah kami banyak belajar, bagaimana seharusnya
kami saling berkompromi dan memaklumi.
Banyak sekali pelajaran yang saya dapat dari perjalanan selama satu
tahun ini dengan mereka. Dengan kedua sang kapten yang selalu
memberi saya masukan dan arahan, walau semua arahan mereka tak
semuanya bisa dan mampu saya jalankan. Semua anggota tim yang
begitu memberi inspirasi bagi saya.
Dan inilah akhir perjalan itu. Sampai tulisan ini dibuat, saya belum
tahu akankah melajutkan pelayaran dengan kapal besar ini atau tidak.
Bagi saya, melanjutkan atau tidak, jalur saya dan kapal ini tetap sama.
Kenangan-kenangan indah di kapal besar itu tidak akan pernah saya
lupakan, meski nanti saya harus membuntutinya dari belakang, atau
berjalan beriringan di sampingnya untuk satu tujuan yang sama,
dakwah ilallah.

Kalisari, Akhir tahun 2014


Zaid Abdul Aziz

TENTANG KITA
By Miftahul Jannah
Akuntansi, FEUI, tiba-tiba saja melekat padaku. Anak sekolahan
yang dulunya hidup selama tiga tahun di asrama. Memandang Danau
Maninjau dan hamparan perbukitan tiap harinya. Belajar tentang
eksponensial, logaritma, tabel periodik dan rumus-rumus kimia.
Namun kini terdampar di tepi kolam makara, dengan orang-orang
yang sibuk dengan urusannya, membicarakan forecasting, nilai kuis,
rapat ini itu, gaul, dan kurva-kurva. Yeah, inilah FEUI dengan segala
macam simbol hedonismenya. Tapi tak lupa pula ada obrolan tentang
perkumpulan dan organisasi. Yeah, inilah benua abu-abu yang
menyatukan wajah-wajah haus ilmu dari berbagai penjuru.
Ketika masa orientasi mahasiswa baru, dikenalkanlah apa saja
yang ada di FEUI. Segala macam kegiatan ada di sini. Yang suka
olahraga, silahkan. Yang suka seni, difasilitasi. Yang ingin melatih jiwa
kepemimpinan, tersedia. Jika tidak ingin ikut kegiatan apa-apa, juga
siahkan. Menjadi mahasiswa kupu-kupu, belajar siang dan malam,
tidak ada yang melarang. Demikian juga dengan urusan agama. Islam,

Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, terserah. Bahkan jika kau menjadi


agnostik dan atheis pun, tidak ada yang peduli. Tidak akan ada yang
mengganggu privasimu.
Benarkah tidak ada yang peduli? Di saat itulah, aku
menemukan kapal biru FSI FEUI yang berlayar dengan penuh
kedamaian,

mengayomi

mahasiswa

muslim

di

FEUI,

dan

memperjuangkan serta mensyiarkan kalau Islam itu ada di kampus


yang katanya terbaik di negeri ini. Aku sebagai pendatang baru, yang
merasa tersesat di dunia antah berantah yang memiliki banyak sekali
godaan, merasa memerlukan sebuah pegangan. Aku memerlukan
pedoman untuk melangkah di koridor yang benar. Aku memerlukan
teman-teman untuk bersandar, tempat untuk beristirahat ketika lelah
dengan segala tetek bengek benua abu-abu ini. Di lain sisi, aku juga
ingin menjadi bagian dari orang-orang yang menyatakan bahwa Islam
itu ada di sini. Maka saat itulah aku melihat kalau yang peduli itu ada.
Maka aku memutuskan untuk ikut berlayar bersama kapal besar ini,
kapal FSI FEUI.
Di awal pelayaran, aku sangat bahagia bertemu dengan temanteman yang satu visi, satu pandangan, dan satu cita-cita di FSI. Ada si
duo syekh yang kaya ilmu, yang selalu kompak entah sejak kapan.
Yang jelas mereka selalu berkompromi. Ada si Penyair, pujangga
ulung yang pendiam dan kadang misterius, menyembunyikan
segalanya di balik tinta dan kaa-kataya. Ada juga gadis kalem tapi ada
saat dibutuhkan. Ada Pak Komandan yang selalu berapi-api, seperti

gadis periang yang juga menjadi bagian dari kami. Dan tak lupa ada
gadis kritis yang kadang cerewet. Bersama-sama, kami menjadi anak
buah kapal. Kami dipimpin oleh dua orang kapten. Kami adalah anakanak tanpa ibu, dengan dua orang ayah. Kedua orang ayah kami ini
juga selalu kompak dan sabar dalam memberikan instruksi,
menunjukkan arah kepada kami, anak buah kapal yang baru, yang
masih ingusan. Kami adalah sebuah tim yang solid. Di dalam kapal
biru bernama FSI ini, kami menempati geladak bernama SKIS. Di awal
perjalanan, semuanya bersemangat, semuanya menyumbangkan ideide brilian untuk masa depan kapal dan isinya yang lebih baik. Prodak
demi prodak pun terlaksana.
Namun, angin tak selamanya sepoi-sepoi. Ada kalanya ia
menjadi angin ribut. Selama dalam perjalanan, gerimis pun berubah
menjadi hujan deras yang kadang disertai badai. Kami, para awak
kapal biru ini, tidak semuanya tahan dengan cuaca yang kadang tidak
bersahabat ini. Satu persatu, ada yang terserang penyakit karena
cuaca ini. Penyakit apa lagi kalau bukan malas dan kurang peka. Ada
juga

yang

diam-diam

berusaha

menyusup

ke

tempat

lain,

meninggalkan kapal biru begitu saja. Padahal saat itu masih banyak
yang harus dibereskan. Ada pengecatan dinding kapal, ada perbaikan
mesin kapal, dan ada juga yang tengah menyiapkan santapan untuk
semua awak kapal. Aku sebagai anak buah pun mencoba tetap
bertahan, bersama yang lainnya juga yang melakukan hal yang sama.
Kami berharap, anak buah kapal yang lain suatu saat akan kembali,

karena sebenarnya tidak pernah ada yang menyuruh pergi. Kapal ini
selalu terbuka untukku, untukmu, untuk kita, kawan.
Kini di sinilah aku. Memandang lautan lepas dari sisi buritan
kapal. Angin sepoi-sepoi memainkan ujung-ujung jilbabku. Di
kejauhan, nampak sebuah pulau yang menjadi tujuan persinggahan
sementara kapal ini. Pulau Madani-kah itu? Belum, kami masih jauh
dari Pulau Madani. Akan tetapi, kapal perlu berlabuh untuk sesaat,
mengganti dan memperbaiki suku cadang yang rusak, mencari anak
buah kapal yang baru, dan mengisi bahan bakar, agar kembali prima
untuk mengarungi lautan kembali, menelusuri pulau demi pulau,
benua demi benua, hingga nanti suatu saat akhirnya menemukan
Pulau Madani. Angin menghembuskan kabar bahwa perjalanan akan
segera berakhir, sebentar lagi, meski untuk sesaat.
Angin menghembuskan semua kenangan akan kapal ini.
Kuhirup udara dalam-dalam, rakus, seakan ingin menyedot semua
oksigen yang ada, mengisinya penuh ke paru-paruku. Aroma garam
yang kental terasa, sekental keping-keping kenangan yang tiba-tiba
berseliweran tanpa bisa kuhentikan. Kapal ini telah menjadi rumah
ukhuwah bagi kita. Kapal ini telah menjadi saksi bisu bahwa di tengah
ketidakpeldulian dan kerasnya gelombang di luar sana, ada
kelembutan dan cinta yang berdenyut di jantung kapal ini,
mengalirkan energi positif kepada semua penumpangnya. Ah,
semuanya akan segera berlalu. Akhir akan menjadi awal yang baru.

Akankah aku ikut dengan pelayaran berikutnya? Hanya waktu dan


Tuhan yang tahu.
Kawan, ini cerita bukan tentangku atau tentangmu. Sama sekali
bukan. Ini adalah cerita tentang kita, yang telah berjuang mengarungi
lautan bersama-sama. Apalah artinya anak buah kapal tanpa kapten,
nakhoda, dan anak buah kapal lainnya. Aku hanya bisa berharap,
entah akan melanjutkan pelayaran ini atau bukan, kita tetap bisa
menjadi saudara, bersama-sama saling mengingatkan untuk tidak
tergelincir di dunia yang keras di luar sana, dunia yang sebenarnya.
Terima kasih SKISians dan yang lainnya. Terima kasih untuk menjadi
bagian dari cerita kita. Suatu saat, mari kita satukan mozaik cerita kita
menjadi sebuah mahakarya yang disusun atas dasar cinta karena-Nya.

Depok, Desember 2014


Miftahul Jannah

A Shining Sailorship
By Dita Anggraini

Dermaga ini sedang sepi. Seluruh kapal sedang berlayar karena


iklim sedang membawa arus hangat ke tengah samudera dan
mengumpulkan seluruh penghuni alam aquatic di sana. Inilah yang
mengundang para pelayar dan nahkoda seluruh sudut bumi
berduyun-duyun mengarungi samudera nan cantik dan menjanjikan
hasil tangkapan segala spesies ikan yang ada. Sementara di daratan,
dalam cuaca tropis yang setiap sorenya memberikan semburat
jingga,satu kapal besar bertulis Great Voyage masih berlabuh,
menenggelamkan jangkarnya dalam-dalam, masih belum akan
berlayar. Di sudut kanan dermaga, di antara kontainer-kontainer yang
siap diangkut, terbentang spanduk pencarian awak kapal yang
bernama Great Voyage. Seorang kapten dan nahkoda inti lainnya
dengan wajah semangat dan antusias menjelaskan sayembara
Ekspedisi Ukhuwah 14 yang tak lama lagi akan dilayarkan. Terlihat
10 wajah antusias sedang mencari nahkoda-nahkoda spesialis dan
awak kapal yang akan bersama mengarungi samudera. Nahkoda
spesialis itu diperlukan untuk bidang-bidang syiar & keilmuan,
pengabdian dan pelayanan, eksternal, kaderisasi, dan aliansi tanpa
bidang. Sayembara ini mengingatkanku pada sayembara yang sama
persis setahun yang lalu, namun di kapal dan ekspedisi yang berbeda.
Dari kesepuluh wajah bersemangat itu aku kenal semuanya, karena

kami adalah awak pelayaran ekspedisi Ukhuwah 13, ya ekspedisi


tahun lalu. Namun kini mereka adalah kapten dan nahkoda utama
yang akan memimpin Ekspedisi Ukhuwah 14.
Tahun lalu, Ekspedisi Ukhuwah memang memberikan sejuta
impressi bagi seluruh awal kapalnya. Semangat EnlightenUpmenemani
para nahkodan dan awak kapal mengarungi samudera dan badai yang
bisa setiap saat menerjang. Masih teringat saat tahun lalu ada satu
awak yang akhirnya harus hilang karena hujan badai yang hampir
membalikkan kapal 90 derajat. Tahun ini akan berbeda. Kapal yang
siap dilayarkan telah lengkap dengan perangkat mutakhir yang tahan
arus dan badai.
Entah ini saat yang tepat atau tidak mengunjungi dermaga di
saat seperti ini. Keinginan untuk kembali mengikuti ekspedisi muncul,
mengingat Ekspedisi 13 adalah sebuah pengalaman luar biasa maka
Ekspedisi 14 ini akan sangat menantang tentunya. Ah, kecenderungan
itu semakin menjadi saat senja itu aku meninggalkan dermaga. Apa
yang diperoleh dari ekspedisi Ukhuwah tentunya bukan hanya
tentang memecahkan sebuah perjalanan, tapi ini tentang ukhuwah
yang tak pernah bisa diputuskan oleh dimensi ruang dan waktu. Seisi
kota terkadang terasa terlalu hiruk pikuk untuk berkontempelasi,
maka Ekspedisi Ukhuwah ini adalah pilihan terbaik untuk kembali
menemukan jati diri dan mempelajari hakikat sebuah perjalanan
dengan kompas kehidupan.

Proses perekrutan awak kapal dan petugas dek kapal pun terus
berjalan hingga 118 pos terisi. Tiba di hari pertama perngumpulan
seluruh awak terpilih untuk menyatukan visi dan misi Ekspedisi
Ukhuwah 14. Dengan semangat Innovaction seluruh awak siap
berlayar menerjang ombak dalam kegagahan kapal Great Voyage.
Jangkar diangkat, layar dibentangkan, haluan diputar menuju
samudera luas.
Aku bertugas di bidang syiar dan keilmuan. Berada di dek
Shine dengan 2 nahkoda lainnya, Yuki dan Yoga. Yuki tak lain adalah
rekan kerjaku di tahun lalu saat Ekspedisi Ukhuwah 13. Kami
memutuskan untuk kembali menempati dek Shine dan membawa
Ekspedisi Ukhuwah 14 ini dengan warna dari dek Shine yang kami
harapkan semakin bersinar. Sementara Yoga adalah nahkoda baru di
dek Shine. Sebelumnya dia awak Ekspedisi Ukhuwah 13 namun kami
berada di dek yang berbeda.
Sebelumnya tak terpikirkan akan menjadi nahkoda utama dek
Shine ini. Tahun lalu ada banyak awak yang menurutku lebih baik dan
kukira akan kembali mendaftar di ekspedisi tahun ini. Terpilihnya Yoga
untuk bergabung di dek Shine ini juga cukup membawa kontroversi
awak lain, sementara aku dan Yuki mungkin bisa dibilang akan
menjadi partner yang klop, meskipun kami berbeda dari segi ekspresi.
Kami membutuhkan dan merekrut 12 awak untuk membantu
dek kami. Jumlah pendaftar yang melebihi kuota cukup membuat
kami pusing memilih awak-awak yang kami harap akan membawa

kapal ini bersinar lewat dek Shine ini. Satu persatu kami interview dan
seleksi hingga satu hal yang unik dan baru aku sadari di akhir
perekrutan awak adalah sebaian besar yang ditolak adalah awak yang
aku interview secara mandiri, namun sebagian besar yang diterima
adalah mereka yang kami interview bersama.
Inilah nama-nama bersinar yang kami pilih : Syafira, Izuddin,
Sayid, Hillary, Putri, Santoso, Harits, Pertiwi, Alisah, Puspita, Setyo, dan
Maulana. Setiap dari mereka memiliki kelebihan, kekurangan dan
tentunya keunikan masing-masing.
Syafira
Perawakannya tidak terlalu tinggi, pun tidak pendek. Awak
yang satu ini bisa dibilang sebagai kakak bagi awak-awak yang lain
karena usia dan pengalamannya berlayar yang memang terbilang
lebih lama.
Izuddin
Dia adalah awak yang memiliki intonasi paling khas saat
menjawab salam, bak penyanyi dangdut, namun sayang suaranya tak
memiliki cengkok. Izuddin adalah pelayar ganda, dalam satu
pelayaran dia bisa berpindah ke kapal lain yang membutuhkan
manakala kapal kami berpapasan dengan kapal eksekutif.
Sayid
Dek Shine ini tak pernah sepi syair puisi, sajak-sajak pelayaran
tak pernah terlewat kami dengar. Adalah Sayid, awak yang berasal
dari negeri Serambi Mekkah ini piawai dalam menulis bait puisi dan

menampilkannya dalam pertunjukan yang apik. Sayid adalah salah


satu awak yang mengisi kemeriahan pentas seni Great Voyage
manakala kapal sedang berada di arus tropis dan istirahat sejenak di
tengah samudera dengan koordinat antah berantah.
Hillary
Sempat ada kekhawatiran dengan awak yang satu ini.
Kompetensinya yang cukup baik masih tertutupi masa adaptasi di
awal-awal pelayaran. Mabuk laut cukup membuatnya kewalahan.
Namun, setelah melewati beberapa perbincangan dan pelatihan, dia
bisa menunjukan performanya dilengkapi kolaborasi awak Shine lain.
Putri
Putri adalah awak yang memiliki logat bicara paling khas.
Negeri Purworejo tempatnya berasal begitu melekat dalam imagenya.
Awak yang satu ini begitu giat dan mampu merapikan banyak bagian
administrasi dek Shine. Hampir semua riwayat perjalanan kami dia
dokumentasikan.
Santoso
Ahli logistik yang ulung. Kapal ini tidak pernah kekurangan
distribusi sandang dan pangan meskipun kami hidup hampir setahun
di lautan. Koordinasi dan gerak cepat Santoso bisa diandalkan. Kapal
ini bangga memilikinya.
Harits
Tidak ada yang tidak bisa tertawa jika berbincang dengannya.
Siapa yang tahu, dibalik pembawaannya yang santai dan penuh

humor, ia memiliki capaian karir yang baik yakni posisi 3 di ajang


sayembara Ekonomi Islam KIEISECOND 14. Santai humor adalah
kekuatannya.
Pertiwi
Terkadang seru melihat Pertiwi yang akan menampakan wajah
yang khas manakala dia sedang stres namun kemudian bisa
berjingkrak saat masalahnya selesai. Pertiwi bisa sangat diandalkan
dalam hal menjaga perolehan peti harta karun di dek Shine. Dia tidak
akan

membiarkan

siapapun

masuk

mengambil dinar

dengan

seenaknya tanpa otorisasi darinya.


Alisah
Alisah

bertugas

di

bagian

kajian

peta

ekspedisi.

Kemampuannya berdiskusi dengan ahli peta tidak diragukan lagi.


Arah kapal ini semakin jelas dan jarang-jarang koordinat kami
menunjukan kesalahan arah.
Puspita
Awak nan tangguh dibalik kelembutannya. Puspita senang
sekali berdiskusi mencari jalan keluar saat menghadapi masalah.
Sharingadalah salah satu kekuatannya. Dia sendiri terkadang tidak
pernah bisa membayangkan potensi besarnya padahal semuanya luar
biasa!.
Setyo
Diaadalahawak yangmemiliki kemampuan intelektual yang
baik.

Kaca

mata

miopi

yang

digunakan

cukup

menunjukan

kepandaiannya. Urusan penentuan koordinat dan prakiraan cuaca


kami serahkan pada Setyo. Dia adalah peraih skor tertinggi di laga
unjuk kebolehan awak kapal seantero negeri.
Maulana
Pembelajar yang baik. Tidak ada satupun ilmu pelayaran dan
kelautan dia lewatkan, semuanya dia pelajari hingga perbendaharaan
ilmunya tidak pernah tetap, terus bertambah. Sedikit pendiam
memang, namun dibalik itu sejuta ilmu dia serap dan membuatnya
berkembang sepanjang pelayaran.
Dek Shine ini memang dek yang paling penuh. Awak kapal
kami berjumlah terbanyak dibandingkan dek lain. Di sini lebih ramai,
hangat dan mengesankan. Sesekali memang badai datang. Dengan
begitu kami semakin erat, melingdungi satu sama lain dan
memastikan tidak ada satupun yang hilang atau terhempas ke lautan.
Kejadian setahun lalu tidak boleh terulang.
Kini Ekspedisi Ukhuwan 14 sudah akan menepi. Sayembara
kapten untuk ekspedisi tahun depan telah digelar dan menghasilkan
tiga calon kapten. Arus yang kami lewati bisa dibilang semakin
tenang, daratan sudah terlihat batang hidungnya. Namun kita tidak
pernah tahu badai dan arus yang akan menerjang ratusan meter ke
depan. Aku hanya ingin memastikan, dek Shine tetap diisi oleh 3
nahkoda dan 12 awak, hingga saat daratan kami injak, seluruh wajah
teduh yang menyimpan cerita ketangguhan dan garis pantang
menyerah itu tersenyum bahagia karena seluruh tantangan Ekspedisi

Ukhuwah 14 bisa dijalankan dengan sukses. Aku bangga pada


mereka, Rangers Shine.
Dear my rangers, Shineas
I don't know I just wanna say I love you because of Him
Its too short but I'm too sure for having all of you
Finding you wasnt like finding a marine crew
Its such finding complement, more than a team, it is family, what a big
family
I'm afraid of someday
Itll be too excited for me to keep you all then you told the sailorship is
too bored
I'm afraid of someday
Itll be too excited for me to feel that all of you are always ok, however
its not
I'm afraid of someday
I can't let you go for taking your own step and me too
Still, I can imagine in our first meeting when my hands became cold
and theyre too nervous to lead you all in this voyages deck. We call it
Shine and together we made it bright.
I'm afraid of not being someone who can keep her words, her habit and
her doing
I know all of you are tired, all of you still can't feel what the big deal
from what we've done, but this sailorship is too precious to be forgetten
and left without thanking.Allah who always gives us a kind way

Now, all of youll have your own path, but I'm sure it is not about
leaving me, leaving our gang, its because we have to find the new
zone, the zone which direct into the same destination till we meet
again, hopefully Firdaus which will welcome us.
I love you, lillaah
Gang, family, team, Rangers!
Bersinar di Kapal Inovasi-Aksi
Oleh: Mahdiah Aulia Wakadep SHINE 2014

Memasuki tahun 2014, ada suatu pertanyaan yang mengganjal


di hatiku. Rasa takut bercampur dengan harapan akan suatu hal
cukup membuat diri ini cemas akan perjalanan hidup selanjutnya.
Tidak mudah bagiku untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan
yang dilontarkan sebagian orang. Berbagai pertimbangan dan saran
dari sesepuh maupun kawan seperjuangan aku kumpulkan agar dapat
mengambil

keputusan

yang

terbaik;

keputusan

yang

akan

menentukan arah hidupku selanjutnya. Pertanyaan itu adalah,


haruskah aku ikut berlayar menjadi bawahan nahkoda sebuah kapal
yang bernama Inovasi-Aksi?
Ah, alangkah baiknya aku bercerita dulu mengenai perjalanan
hidupku. Negeri Minokoe tempatku berada sekarang sangat luas,
terdiri dari pulau-pulau yang mempunyai keunikan masing-masing.
Pulau pertama terdiri dari orang-orang yang gemar mencatat, pulau

kedua ahli dalam mengelola berbagai hal dan pulau ketiga suka
memikirkan hal-hal yang abstrak. Aku menjadi penduduk pulau
pertama; orang-orang yang melihatku mungkin bisa langsung
menebaknya.
Walaupun begitu, aku suka dengan pelajaran yang ada di
pulau ketiga. Hal yang abstrak, membutuhkan logika dan pemahaman
serta berdampak besar; terlihat sangat menarik. Namun, juga ada
ketertarikan kuat untuk mencari ilmu yang bernafaskan Islam; sedih
rasanya jika waktuku diisi dengan memikirkan hal abstrak yang
terbukti memiliki banyak kecacatan. Aku berusaha menemukan
sebuah tempat dimana kedua passion ini bisa tersalurkan.
Akhirnya keinginanku dikabulkan Allah SWT; aku bergabung
dalam kumpulan orang-orang yang mempelajari ilmu minokoe
berlandaskan syariat Islam. Betapa bahagianya aku bersama dengan
teman-teman seperjuangan melakukan syiar ilmu minokoe Islam.
Namun ternyata tidak semua harapanku terpenuhi; aku tidak merasa
ilmuku cukup dalam bahkan setelah bergabung kurang lebih selama
10 bulan. Diriku telah disibukkan dengan kegiatan lain yang
mengasah kemampuan dalam mengelola berbagai hal, walaupun
masih berhubungan dengan ilmu minokoe Islam. Rasa puas dan
kecewa pun bercampur di akhir masa perkumpulan ini.
Kemudian tawaran itu datang. Di tahun 2014, sebuah kapal
terlihat sedang bersiap-siap untuk berlayar. Kapal Inovasi-Aksi yang

mempunyai bendera bertuliskan motto Inovasi-Aksi. Nahkoda dan


para kepala penanggung jawab kapal sedang mencari anggota untuk
bergabung dalam pelayaran yang disebut Great Voyage. Pelayaran ini
adalah sebuah keberlanjutan dari perkumpulan yang aku ikuti dulu,
sehingga sebuah tawaran untuk menjadi anggota kapal dilayangkan
kepadaku. Ya, tawaran inilah yang membuatku bimbang dan berpikir
keras selama beberapa waktu.
Rasa takut muncul; pantaskah aku menjadi anggota kapal ini?
Posisi yang mungkin aku ambil adalah awak nahkoda yang menjadi
citra kapal dan membawa nilai ilmu minokoe Islam untuk disebarkan
ke pulau-pulau. Wah, berat sekali rasanya tanggung jawab itu. Aku
takut tidak dapat mengemban amanah ini dengan kapasitas diriku
yang masih kurang dalam mempelajari ilmu minokoe Islam. Namun
juga ada harapan; aku dapat menggali lebih dalam ilmu ini jika
bergabung dalam pelayaran. Terlibat dalam kegiatannya serta
tanggung jawab yang akan aku emban dapat menjadi pendorong
agar diri terus belajar. Dan aku juga ingin memperbaiki kekurangan
yang ada di perkumpulan sebelumnya. Ilmu ini sangat bermanfaat,
sehingga

sayang

jika

penduduk

Negeri

Minokoe

tidak

mengetahuinya.
Pada akhirnya, harapan berhasil menjadi pemenang. Aku
mencoba melamar menjadi anggota kapal Inovasi-Aksi. Serangkaian
proses dilewati dengan berbagai hambatan yang muncul diantaranya.
Setelah beberapa waktu, kapal Inovasi-Aksi pun mengumumkan

anggota kapalnya yang terpilih. Aku bersama dua orang partner


terpilih menjadi awak nahkoda yaitu penanggung jawab syiar
minokoe Islam dengan nama divisi Bersinar. Kedua partnerku adalah
Raini yang menjadi ketua penanggung jawab dan Yanto yang juga
menjadi wakil ketua. Mengetahui hal ini, jujur aku merasa pelayaran
kami akan berjalan luar biasa.
Kami bertiga akhirnya mencari awak yang pantas bergabung
dalam divisi Bersinar. Syiar ini membutuhkan banyak awak kapal
namun yang mendaftar untuk bergabung melebihi jumlah yang kami
perlukan. Akhirnya setelah melakukan proses seleksi terpilihlah 12
orang awak kapal divisi Bersinar yang kami yakini memiliki potensi
besar untuk bersinar di kapal Inovasi-Aksi. Jumlah anggota divisi
Bersinar adalah yang paling banyak, sehingga tanggung jawab Raini,
Yanto dan aku juga semakin besar; kami harus mampu memenuhi
ekspektasi para awak mengenai pelayaran ini serta melakukan syiar
ilmu minokoe Islam ke pulau-pulau Negeri Minokoe dan negeri
tetangga lainnya.
Memulai sesuatu yang baru bukanlah hal yang mudah. Aku,
Raini dan Yanto sebagai percontohan bagi awak Bersinar juga
membutuhkan waktu untuk memahami dan melaksanakan tanggung
jawab kami sebaik-baiknya. Lebih dari setengah pelayaran di kapal
Inovasi-Aksi telah kami lalui bersama hingga saat ini. Aku tersenyum
mengingat perjalanan yang telah kami lalui bertiga sebagai
penanggung jawab divisi Bersinar. Ada tawa dan canda serta apresiasi

yang kami berikan satu sama lain, namun diselingi juga dengan rasa
letih, jenuh dan terkadang miskomunikasi melalui percakapan tidak
langsung yang dilakukan (mungkin karena kedua partnerku ini kurang
ekspresif..). Tapi aku sangat bahagia memiliki Raini dan Yanto sebagai
partner karena mereka adalah orang yang bersinar dengan cahaya
masing-masing yang unik. Kekuranganku dapat mereka tutupi dan
begitu juga sebaliknya. Membimbing dua belas awak bukanlah hal
yang mudah; sejujurnya sangat susah. Tapi adanya Raini dengan
semangatnya yang tinggi dan Yanto dengan idenya yang terkadang
aneh namun efektif dapat membuat pelayaran ini tidak kehilangan
arah. Akhir dari pelayaran ini telah dapat kita lihat bersama, dan aku
sadar Bersinar tidak dapat selamat dari badai yang menerpa tanpa
kehadiran mereka berdua sebagai partner yang hebat.
Mengenai para awak divisi Bersinar, ah, betapa bangga aku
melihat mereka semua. Dimulai dari bakmishinta tiga awak
penanggung

jawab

syiar

bulanan

minokoe Islam.

Mengingat

perjuangan mereka mengadakan syiar ini, aku tidak bisa untuk tidak
tersenyum. Ada badai besar menerjang kapal Inovasi-Aksi ketika syiar
ini pertama kali akan dilakukan. Wah, sungguh perjuangan yang berat
untuk dapat melalui badai ini dan semua anggota Bersinar bersamasama berusaha melewatinya. Alhamdulillah, berkat bantuan Allah
SWT, syiar pembuka minokoe Islam dapat dilakukan dengan sangat
baik. Penduduk Negeri Minokoe dan negeri tetangga banyak yang
menyambut dengan bahagia syiar ini. Sudah tiga kali syiar bulanan ini

kami lakukan dan alhamdulillah berjalan dengan baik dengan


perjuangan bakmishinta.
Kemudian alaynyong dua awak kapal yang bertugas menjadi
penghubung kapal Inovasi-Aksi dengan kapal FoSSEI yang bergerak
di syiar minokoe Islam dalam skala lebih besar. Mereka berdua
mempunyai komitmen yang tinggi; berusaha selalu hadir dalam setiap
kegiatan syiar kedua kapal ini. Mengingat perjuangan mereka, aku
menjadi bangga dapat memiliki mereka sebagai awak divisi Bersinar.
Alay dengan kemampuan menggubah dan membaca puisinya adalah
orang yang ekspresif; aku teringat ia mengemukakan ide untuk
mengerjai anggota Bersinar yang sedang berulang tahun dengan
berteriak kalau nyong terjatuh dari kapal dan tercebur ke laut. Nyong
yang telaten mencatat dan sifatnya yang tulus, kehadirannya selalu
menghangatkan pertemuan divisi Bersinar. Aku ingin punya adik
seperti nyong, dan memilikinya sebagai awak kapal Inovasi-Aksi
membuatku bahagia.
Baru lima awak kapal yang aku sebutkan, masih ada tujuh awak
lagi yang telah menjadikan divisi Bersinar menjadi bersinar.
Mari lanjutkan kisah ini dengan perjalanan Debib dua awak
kapal yang menjalankan tugas sangat penting yaitu syiar penulisan
tugas akhir bagi penduduk pulau Negeri Minokoe dan sekitarnya.
Syiar ini seperti yang lainnya juga memakan tenaga dan pikiran
anggota divisi Bersinar, terlebih lagi debib. Mengingat perjuangan

mereka, aku menjadi terharu dan merasa sanggat bangga. Ketika aku
mengikuti rapat mereka untuk membahas syiar ini, terlihat keseriusan
dan niat kuat untuk menjalankan tanggung jawab dengan sebaikbaiknya. Ah, hal ini selalu membuatku tersenyum. Dengan berbagai
tugas syiar lain yang juga mereka emban saat itu, aku merasa senang
karena mereka tetap melakukan yang terbaik. Jujur aku ungkapkan,
debib telah bersinar jauh lebih terang daripada ketika pertama kali
kami bertemu.

Dan dengan perpaduan kinerja mereka aku yakin

kunjungan divisi Bersinar ke kapal lain yang letaknya cukup jauh dari
Negeri Minokoe dapat berjalan dengan bersinar.
Last but not least and also at most, Fardimvinnjunris lima
awak kapal Inovasi-Aksi yang menjalankan syiar minokoe Islam
terbesar divisi Bersinar (sebenarnya semua awak kapal divisi Bersinar
adalah bagian syiar terbesar ini, namun mari kita ringkas agar tidak
terlalu panjang dan sulit menemukan singkatan namanya). Wah,
mereka adalah awak divisi Bersinar yang juga sangat bersinar seperti
yang lainnya. Fardimvin adalah ketiga penanggung jawab utama
untuk syiar ini. Mereka membuat aku bangga dengan kinerja yang
sangat baik sesuai ekspektasi. Far yang mempunyai double job di
kapal lain, alhamdulillah dapat membagi waktu dengan baik. Far aktif
menjadi MC di acara syiar Bersinar, dapat diandalkan dan telah
bersinar. Dim adalah orang yang terlihat pendiam namun sebenarnya
suka untuk bercerita. Tulus aku katakan, bangga melihat dim sekarang
bersinar dengan menjalankan tanggung jawabnya di divisi Bersinar

dan divisi lain di kapal Inovasi-Aksi. Vin adalah teteh kedua di divisi
Bersinar, sangat detail dan ekspresif serta performa kerja yang
membanggakan. Ah, dari sejak awal aku selalu berkata bangga akan
awak divisi Bersinar ya? Tapi memang itulah yang aku rasakan. Njun
merupakan bagian penting dari syiar terbesar ini. Banyak rintangan
dalam melakukan tugas-tugas njun, namun njun berhasil melewatinya
dengan sangat baik. Memang hambatanlah yang akan mendewasakan
kita, dan aku bangga njun telah melakukan yang terbaik hingga dapat
bersinar. Ris adalah awak kapal yang profesional, sering ditugaskan
untuk menyebarkan informasi syiar melalui media karena sifatnya ini.
Sekarang ris melaksanakan tugas yang tahun lalu aku lakukan; jujur
aku merasa lega karena ris yang memegang tugas ini. Aku dapat
melihat ris semakin bersinar dan membanggakan.
Mereka semua luar biasa bersinar.
Memang pelayaran ini bukanlah sesuatu yang mudah dan diisi
sepenuhnya dengan canda tawa. Terkadang ada rasa sedih, jenuh dan
lainnya yang datang menghampiri. Tapi itulah pelayaran divisi
Bersinar di Kapal Inovasi-Aksi yang telah menjadikan kami semua
bersinar seperti sekarang ini. Jika kehilangan salah satu awak divisi
Bersinar, mungkin kita tidak akan dapat bersinar sepenuhnya. Tidak
semua kegiatan syiar yang dilakukan awak divisi Bersinar aku
ceritakan di sini, karena tidak akan cukup untuk dituliskan. Seluruh
anggota divisi Bersinar telah melakukan yang terbaik dan akan tetap
bersama hingga kapal Inovasi-Aksi tiba di pelabuhan tempat

pemberhentian kapal. Kalian semua telah membuatku bahagia berada


di kapal Inovasi-Aksi bersama awak-awak kapal lainnya dalam Great
Voyage ini.
RainiYantoBakmishintaAlaynyongDebibFardimvinnjunrisYuki
Untuk semua Sinar, aku ucapkan terima kasih yang setulustulusnya atas pelayaran yang kita lalui bersama.
Greenland
By Vemasyoga Revyanto
Matahari

mulai

menampakan

kemegahannya

setelah

keindahan malam menemani sebagian dunia. Aku terbiasa melihat


pemandangan indah dan sejuk di sisi kapal kapten Harlin. ini
kulakukan selepas melaksanakan solat subuh. Namun kali ini berbeda
dari hari sebelumnya, perjalanan panjang nan berliku disertai dengan
ombak sebentar lagi akan usai dan bersiap menatap perjalanan baru.
Aku hanya bisa tersenyum menatap kapten, awak-awak, dan
penumpang kapal yang tampak begitu cerah dan semangat. Setelah
senangnya menatap wajah mereka, kembali kulemparkan wajahku
menatap

megahnya

matahari

sambil

mengingat

masa-masa

perjalananku.
I Choose
Baru saja aku mendarat dari sebuah perjalanan nan panjang
yang dipimpin oleh Kapten Rifaz Dil. Perjalanan yang menurutku

cukup melelahkan dan menegangkan namun mengasyikan. Sesampai


di tempat tujuan ada sebagian memilih perjalanan ke pulau Ainud,
pulau Supmak, dan bahkan ada yang pergi ke pulau Nodeh yang
penuh kenikmatan dan gemerlap. Namun, pandanganku tertuju
padakumpulan kapal yang tujuan akhirnya sangat panjang dan butuh
banyak singgah-perjalanan. Kapal-kapal itu mengarah kepada negeri
yang disebut Greenland. Pernah kudengar negeri atau pulau yang
katanya belum pernah ada yang sampai kesana. Namun, disana
banyak sekali keindahan dan kekayaan yang tidak akan pernah bisa
kita bayangkan sebelumnya.
Ada sebagian orang menganggap bahwa Greenland adalah
khayalan. Sebagian lagi ada yang mempercayainya namun enggan
kesana lantaran negeri itu penuh dengan banyak rintangan. Awalnya
aku menjadi awak kapal Kapten Rifaz Dil sangat penasaran dengan
Greenland sehingga aku ikut berpetualangan mengarungi kerasnya
lautan dan samudera. Namun, saat tiba di tempat persinggahan dan
bersiap melakukan perjalanan baru, entah mengapa langkahku
enggan mendaftar di rombongan Greenland. Aku takut negeri yang
belum pernah dikunjungi orang dan penuh banyak rintangan akan
sangat merugikanku. Aku sempat mengalami kebimbangan. Akhirnya
aku memutuskan untuk berbaris di rombongan pulau Ainud.
Entah mengapa rasanya ada suara yang menyuruhku untuk
menoleh ke arah belakang. Ya, tidak lain tidak bukan pada
rombongan Greenland. Suara itu semakin menyengat telingaku

hingga aku memejamkan mata dan menutup kuping. Aku tak tahan
lagi hingga pada akhirnya ku tolehkan pandanganku ke arah
kumpulan kapal Greenland. Tanpa disadari langkahku menuju arah
itu. Dan dalam langka itu aku teringat perkataan Mpu Sakti, guru
tercintaku.
Hei, bocah pergilah kamu ke negeri Greenland. Niscaya kamu
akan bahagia, kekal, dan terhindar dari segala ancaman.

Sontak

perkataan ini mempercepat langkahku ke arah rombongan Greenland.


Aku semakin yakin untuk memilih tujuanku. Dari kapal-kapal yang
tersedia yang sangat kukenal adalah kapal yang dipimpin kapten
Harlin. Akhirnya aku daftar menjadi awak kapalnya. Singkat cerita aku
keterima di battalion Enihs. Sebenarnya ada battalion lain seperti
Samsos, Siks, ITM, Mulamuh, AIS, dan sebagainya. Tapi aku entah
mengapa aku memilih battalion Enihs disamping memang sedang
membutuhkan orang.
Partner ku di Enish, Bro Atid dan Bre Haid, kebutulan kita
sudah saling mengenal. Sesegera mungkin kita diperintahkan oleh
Kapten Harlin dan petinggi lainnya untuk merekrut staf. Pada
akhirnya, kita mendapatkan 12 orang, yaitu Duh, Itkab, Bibah, Samid,
Raples, Sarraf, Atnihs, Aed, Aniv, Itsir, Nuggna, dan Dahni. Mereka
tampak tangguh dan pemberani. Aku, Bro Atid, dan Bre Haid yakin
kita berlima belas ini akan solid membantu kapten Harlin mengarungi
perjalanan yang spektakuler ini.

Semua kumpul (singkat cerita lagi briefing dan lagi ngasih katakata mutiara). (Trus) Jangan lupa untuk tetap membawa dan
membaca kitab suci yang ada di kotak Pandora kalian. Ingat, kita
adalah satu ukhuwah. Saling membantu, tolong menolong, dan
menasehati. Sekian. Kembali ke pos kalian masing-masing Seru
Kapten Harlin.
Kisah sebuah perjalanan: Naga Kerdus Emperor
Dalam perjalanan yang panjang, ada sebuah kejadian yang
menurutku sangat bernilai dan menakjubkan, yaitu ketika melawan
Naga Kerdus Emperor dari Yaman di perbatasan laut SEM dan
Dnoces. Sebenarnya naga ini pernah dikalahkan saat aku menaiki
kapal Kapten Rifaz Dil. Tapi kali ini sepertinya yang muncul adalah
naga Kerdus Emperor jenis lain yang tampaknya lebih kerdus dari
sebelumnya. Pokoknya kerdus, kerdus, dan kerdus.
Suasana saat itu disertai dengan badai dan hujan deras.
Tampaknya semakin sulit untuk mengalahkannya. Semua divisi
diperintahkan oleh kapten Harlin untuk bersiap di pos masingmasing.
Enish segera ke sisi kapal bersama Siks lakukan pertahanan dan
penyerangan formasi syiar! Samsos dan MDSP segera perbaiki layar!
Kapten Kerdus Sarip dan Kapten Amri segera cek persediaan kita!
Yang lain tetap pada posisinya. Semengat semuanya. Takbir!!
Allahuakbar Suasana sangat genting dan Kapten Harlin mencoba

mengatur seluruh awak kapal sembari memberikan semnagat yang


menggebu-gebu. Awak kapal lain membalas sengat Kapten Harlin
dengan takbir juga. Allahuakbar.. Allahuakbar..
Naga Kerdus Emperor. Mulai menyemburkan apinya yang sangat bau.
Ini mengambarkan betapa serakah dan dustanya dia. Sesekali ia
menyerang

denga

tanduk

dan

sayap

yang

menggambarkan

kesombongan dan kemunafikan. Kondisi semakin sulit, live point ku


berkurang dan kupandangi yang lain juga mengalami kesulitan.
Rasanya mustahil mengalahkan naga itu. Stafku juga tampaknya
sudah menyerah.
Sersan Samev, aku kesulitan, apa yang harus kulakukan.. salah
seorang stafku melirih. Aku jadi semakin bingung. Kulihat sekelilingku
sudah sangat kacau, bahkan ada yang saling menyalahkan. Akhirnya
aku memutuskan untuk maelapor Kapten Harlin.
Laper.. Eh maksud saya lapor. Kondisi sudah semakin kacau. Apa
yang harus kita lakukan? laporku sambil bernapas terengah-engah.
Gimana yak? Hmm.. tak ada cara lain. Ikuti aku! Seru kapten sambil
berlari menuju tengah kapal.
Perhatian semua! Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian saling
menyalahkan? Ingat, kita satu ukhuwah. Apakah kalian ingin mati siasia dalam perjalanan ini? Apakah kalian lupa tujuan kalian? Ayo
keluarkan kitab suci yang kalian baca setiap hari. Buka dan bacalah
niscaya power kalian akan berlipat ganda dan bisa mengaktifkan

kekuatan special. Kapten harlin dengan lantang dan tegas kembali


menyemangati seluruh isi kapal. Semua terdiam sejenak dan kembali
semangat. Seluruh awak kapal mengeluarkan kitab suci dari kotak
pandoranya masing-masing. Kemudian membacanya bersama-sama.
Tiba-tiba cahaya keluar dari masing-masing pembaca. Kejadian ini
menunjukkan

bahwa

livepoint

kita

meningkat

dan

kita

bisa

mengaktifkan special effect.


Wah livepoint ku meningkat
Alhamdulillah aku bisa mengeluarkan kekuatan spesialku..
Wah Kapten Maba kau jadi bertambah kuat, sehat, bergizi Semua
tampaksenang dan begitu kuat. Kapten pun segera mengeluarkan
titahnya.
Ayo kita jogres, gabungkan kekuatan kita. Takbir!!
Allahuakbar Semua dengan semangat bertakbir. Dan bersamasama jurus itu dilancarkan sembari cahaya keluar seperti yang ada di
tipi-tipi gitu.
Dengan menyebut nama Allah.. Detart Cosmo Faith!! Bersama
seluruh isi kapal berteriak. Di saat yang bersamaan naga Kerdus
Emperor melancar kekuatan terbaiknya Flash Dark Fire. Serangan yang
sangat berbahaya. Jika terkena serangan ini maka kemaksiatan akan
merajalela di dalam diri kita. Terjadilah hantaman kedua serangan
dahsyat ini. Namun, serangan Detart Cosmo Faith sangat dahsyat

sehingga Flash Dark Fire tak kuasa menahannya. Sang Naga pun
akhirnya hancur dan mengakibatkan ledakan yang sangat dahsyat.
Aku sempat menutup mataku karena saking silaunya ledakan itu.
Namun, tanpa diduga langit memancarkan kecantikannya, ditemani
pelangi yang melebarkan senyuman. Dengan suka cita kulihat senyum
sumringah semua orang dan bersama-sama mengucapkan takbir.
Allahuakbar Allahuakbar.. Allahuakbar..
Sontak Sersan Gnajaj naik ke atas kapal mengajak semuanya
merayakan kemenangan dengan menyanyikan lagu khas kapal ini.
Ayo semuanya.. Bersama kita lewati perjuangan ini..
Aku pun sangat senang masing-masing memancarkan keceriaan dan
kebahagiaan. Aku banyak belajar mengenai arti hidup dan tujuan
perjalanan ini.
Menanti perjalanan selanjutnya
Ya, banyak sekali sebenarnya kejadian menakjubkan lainnya. Cerita
tadi merupakan salah satu yang berakhir indah dan bernilai. Sambil
tetap menatap matahari terbit, aku menyadari perjalanan menuju
Greenland masih sangat panjang sehingga aku harus tetap berjalan
dan berjuang. Mungkin tak bersama mereka lagi. Tapi tujuan kita
tetap sama, yaitu berlabuh di pulau pemilik semesta alam ini.
Fin. Semoga bermanfaat

Storyline by Mohammad Zendra Kumar


Menjadi

seorang

pengelola

dan

pelayan

bagi

seluruh

penumpang dalam sebuah kapal besar merupakan tugas yang sangat


mulia. Memastikan semuanya dapat merasakan keindahan dan
kenyamanan dalam setiap langkah dan pandangan mereka tentang
seisi kapal ini. Ada sebuah hal yang menarik tatkala seseorang
tersebut memutuskan untuk terjun sebagai seorang pengabdi dan
pelayanan bagi semua penumpang, apa motivasi dan kenapa
memutuskan untuk menjadi pengabdi dan pelayan, kenapa tidak
menjadi penjaga atau bahkan nahkoda. Kapal agar bisa berlayar
tentunya harus memiliki mesin penggerak yang kuat, bahan pembuat
kapal yang kokoh dan mengetahui arus yang akan dilewatinya.
Namun itu semua tidak akan membuat penumpang kapal mejadi
nyaman jika mereka tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal
yang dibarengi dengan fasilitas yang lengkap.
Jika kita bayangkan, seorang pengabdi dan pelayan hanya
mengurusi hal hal yang sepele, tidak begitu bersinar bagaikan
gunung es, tidak terasa kerjanya seperti ibu rumah tangga, dan tidak
dapat diukur parameternya seperti ekonometrika. Namun, itulah
pekerjaan seorang pelayan dan pengbdi, tidak kelihatan tapi bisa
membuat seluruh penumpang merasa nyaman dalam beraktifitas di
fasilitas fasilitas kapal yang tersedia. Semangat, istiqomah, lillahi
taala yang akan mengatarkan kami kedepan pintu gerbang pahala
keikhlasan, hanya itu tujuan kami, mencoba membangun keeratan

ukhuwah dalam rajutan dakwah yang sangat indah dalam sebuah


pelayaran besar nan berkah ini.
Semoga apa yang telah kami berikan dalam pelayaran ini
mampu menjadikan diri ini menjadi lebih tawadhu dan menuai benih
benih luasnya lautan keikhlasan dalam hati kami. Seiring berakhirnya
perjalanan kali ini, maka sampailah kami dalam sebuah tatanan yang
sangat indah, mencapai target yang sudah kami buat di awal,
meskipun satu dua bahkan lebih tak dapat kami lakukan dengan
sepenuh hati, tapi ketahuilah bahwa itu adalah pelajaran bagi kami
untuk bermuhassabah dalam renungan ini. Lahir batin mohon maaf
atas segala ketidaknyamanan yang kami perbuat. Sukses adalah buah,
tapi berbuah itu memilki masa yang singkat, tak seperti sesingkat
waktu kita menanam pohon dan menunggunya berbuah, oleh karena
itu janganlah cepat cepat mengharapkan buah dari tanaman kita
jika kita tidak sabar dalam menanam, merawat dan membersihkannya
dari hama.
Best,
Moh. Zendra Kumar ( EIE2012. Dept. Musholla dan Perpustakaan )
Pelayaran Si Otong
By Muhammad Pudjianto

Selembar kertas lipat disodorkan Emak pada Otong


Kenapa bikin kapal, Tong?

Otong mau berlayar, Mak.


Kenapa bukan pesawat, Tong? Truk? Kereta?
Susah, Mak.
Lah, bukannya bikin origami pesawat itu gampang?
Iya, Mak.
Tapi setahu Otong kapal itu angkutan yang paling bisa ke manamana.
Truk dan kereta berhenti ketika di ujung daratan.
Sementara kapal tinggal belok kalau terhalang daratan.
Pesawat bakal jatuh kalau kehabisan bahan bakar.
Kapal tidak tenggelam walau lelah mendayung.
Nyempil di antara daratan pun bisa pakai sampan.
Bahkan ada kapal selam, kapal terbang, kapal ruang angkasa. Itu apa
ya, Mak?
Dari kutub utara sampai selatan, air selalu ada.
Ada yang sedang menjadi es, air, dan uap.
Permukaan bumi, 2/3 adalah air.
Bahkan setiap makhluk hidup ada airnya, Mak.
Kata orang: kita bisa menyelami jiwa, ada airnya, kan, Mak?
Tapi Tong,
Kamu tidak kenal siapa-siapa di pelayaran.
Kalau sudah terlanjur berlayar, kamu tidak bisa batal di tengah
perjalanan. Mau berenang?
Makanya, Mak. Kalau tidak berlayar, Otong hanya kenal Emak.

Dear Emak
Ini surat Otong tulis pas di atas kapal
Di sini orangnya banyak, Mak, rame
Inilah, Mak, yang bikin kapal ini ada yang mau naik, adanya keramaian
ini
Otong sudah pilih yang tempatnya sepi, tapi ternyata masih rame
juga, Mak
Tapi ngga apa, Mak. Kalau semua maunya sepi, nanti dikira kapal
mogok, Mak, ngga ada progress-nya
Oke, Mak. Lain kali Otong kirim lagi
Surat diterima, Tong

Mak, ada gunung es seperti di Tetanik


Nabrak dikit, jadi nambal dulu yang bocor biar tidak tenggelam
Kan repot harus naikin ke permukaan lagi kalau terlanjur tenggelam,
atau ganti kapal
Tadi nambal tempat bocornya rame-rame, Mak, Otong ikutan
Terus Otong kepikiran
Kalau Otong yang sukanya sepi pun ternyata dianggep sama temanteman Otong, kita sama-sama dibutuhkan biar kapal ini tetap berlayar
sampai dermaga
Kita tidak harus berubah menjadi sama, asalkan tanpa berubah berarti
memberi lebih

Seperti hujan tidak perlu menjelma cahaya


Ketika hujan tetap hujan
Cahaya tetap apa adanya
Mereka melahirkan pelangi
Dan tumbuh-tumbuhan tetap bersiklus
Menyediakan oksigen

Sang Awak Kapal Bidang Pengelola Gallery Kapal


By Putri Amalia
Pada suatu hari, disebuah kota yang dipenuhi dengan para
transmigan baru sedang mengadakan pemilihan awak kapal bagi
kapal kapal mereka. Semua jenis pelayaran tersedia di kota itu. Para
transmigran baru mempunyai kesempatan untuk bergabung dalam
pelayaran tersebut. Bila mereka tidak mau bergabung di dalam
pelayaran, maka mereka akan tetap tinggal di kota tersebut,
menunggu sampai dibuka lagi pemilihan awak kapal tahun depan.
Semua koordinator awak kapal berlomba lomba untuk merekrut
para transmigran baru agar mau bergabung dalam pelayaran mereka
dan menjadi awak kapal dibidang masing - masing.
Ketika itu, saya tertarik untuk memilih ikut pelayaran kapal
yang menurut saya berbeda dengan pelayaran kapal lain. Pelayaran di
kapal ini berorientasi tidak hanya untuk saat ini, tapi pelayaran yang

akan membuka mata saya bahwa kita perlu mempersiapkan


perbekalan yang cukup sebelum kita kembali karena sehebat apapun
kapal itu berlayar, toh pada akhirnya kapal itu juga akan tenggelam,
kembali kelautan. Karena pada hakikatnya kapal itu pasti mempunyai
batas kekuatan maksimal dalam berlayar. Dan bila kapal itu sudah
tidak kuat lagi, maka lautlah tempat kita untuk memasrahkan
segalanya.
Tahapan pemilihan awak kapal dimulai dengan pengumpulan
formulir sampai dengan tahap diskusi untuk menentukan siapa calon
awak awak kapal yang memiliki kompetensi dan pantas menjadi
awak kapal dalam pelayaran kapal yang tidak mudah ini.
Hari pengumuman pun tiba. Koordinator awak kapal sesuai bidang
yang saya inginkan pun memberi kabar ke saya bahwa saya mendapat
kesempatan untuk menjadi awak kapal dalam pelayaran ini. Selain itu
betapa senangnya aku, bahwa teman teman ku juga banyak yang
diterima untuk mengikuti pelayaran ini juga, bahkan ada yang satu
bidang juga dengan ku.
Sebelum pelayaran dimulai, nahkoda kapal memberitahukan
aturan aturan kepada semua yang terlibat didalam palayaran ini.
Awalnya aku agak kaget mendengar aturan aturan yang begitu ketat
dari sang nahkoda. Namun aku berusaha untuk mematuhi aturan
aturan itu. Pelayaran ini memakan waktu yang cukup lama, sekitar
satu tahun. Ku siapkan mental dan fisik ku agar aku tidak menyerah

ditengah perjalanan pelayaran nanti. Aku tak ingin menyia nyiakan


kesempatan yang diberikan kepadaku.
Perjalanan pun dimulai. Ditengah perjalanan pelayaran para
koordinator awak bidang rutin membahas apa yang akan dilakukan
bersama para awak bidang masing masing. Setiap awak bidang
masing masing mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan
pekerjaan yang telah ditentukan. Begitu juga dengan pekerjaan yang
telah dipercayakan oleh ku. Awal saat koordinator awak kapal
mengumumkan mengenai pembagian pekerjaan masing masing,
aku sangat senang sekali karena mendapatkan pekerjaan yang sesuai
dengan keinginanku. Aku telah berencana untuk membuat acara
tersebuat sebagus mungkin, lebih dari tahun sebelumnya. Ternyata
beberapa minggu kemudian aku mendapatkan informasi dari
koordinator awak kapal bahwa nahkoda dan para penanggung jawab
lainnya memutuskan bahwa pekerjaan ku digabung dengan pekerjaan
dari bidang lainnya karena pekerjaan kami saling berkaitan. Aku dan
penanggung jawab dari pekerjaan tersebut harus sering sering
berkomunikasi agar pekerjaan kami berjalan lancar. Awal awal
komunikasi

kami

berjalan

lancar,

namun

semakin

lama

dia

menghilang entah kemana. Pekerjaan kami seakan hanya menjadi


tanggung jawab ku seorang. Meskipun aku tahu dia juga memiliki
punya tanggung jawab yang lain, tapi tak pantas rasanya dia
mengabaikan tanggung jawab pekerjaan yang telah dipercayakan
kepadanya.

Hari

pelaksanaan

pekerjaan

kami

semakin

dekat.

Para

penanggung jawab kapal dan koordinator awak kapal yang


berhubungan

dengan

pekerjaan

ini

menanyakan

bagaimana

perkembangan dari pekerjaan kami. Aku pun tak bisa memberikan


jawaban yang memuaskan kepada mereka semua. Sedih rasanya hati
ini, karena ini adalah pengalaman pertama saya benar benar gagal
menjalankan sebuah pekerjaan yang telah dipercayakan kepada saya.
Rasanya diri saya tenggelam didasar samudera. Malu bercampur
sedih, karena khayalan saya membuat pekerjaan ini berhasil dan
membanggakan bagi koordinator awak kapal saya sirna sudah. Para
penanggung jawab kapal dan koordinator awak kapal memutuskan
untuk membatalkan pekerjaan ini. Meski mereka berupaya untuk
membangkitkan saya dari kesedihan ini dengan sangat manis
mengatakan bahwa mereka sudah sangat senang dengan upaya yang
saya lakukan untuk menyukseskan acara ini, toh pada intinya saya
tetap sedih karena pekerjaan ini gagal direalisasikan karena
komunikasi yang kurang baik.
Sebentar lagi, pelayaran ini akan selesai. Begitu banyak yang
saya dapatkan dari keluarga kapal ini, mulai dari mengenal berbagai
macam kepribadian orang sampai bagaimana harus bangkit dari
suatu

kegagalan.

Terimakasih

karena

telah

memberikan

saya

kesempatan untuk ikut menjadi bagian dari pelayaran ini, meskipun


pada akhirnya tidak ada yang bisa saya berikan sesuatu yang berarti
dalam pelayaran ini. Harapan dan doa saya semoga pelayaran

selanjutnya, dengan nahkoda yang baru juga dapat mengantarkan


pelayaran selanjutnya sukses. Berjalan lancar walau bermacam
macam badai siap menghantam kapal kita sewaktu waktu.

Perjalanan dalam Kapal


By R. M. Septian D. M.

Perjalanan hidup seorang muslim dalam menjalani kewajiban


sebagai muslim sehari-hari merupakan sebuah cerita yang dapat
diibaratkan sebagai perjalanan mengarungi sebuah lautan yang
sangat luas. Seorang muslim memiliki tugas hidup di bumi untuk
beribadah kepada tuhannya yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT rabbnya seluruh alam semesta. Perjalanan manusia mengarungi lautan
yang luas ini layaknya perjalanan sebuah kapal yang sudah
mengetahui kemana arah berlayarnya namun di tengah jalan akan
mengalami kesulitan dalam mengarungi lautan karena luasnya dan
terpaan badai di perjalanannya.
Seperti layaknya di film Pirates of Caribbean dimana untuk
menjalankan kapal yang tangguh dan siap mengarungi samudra yang
luas dibutuhkan tim yang solid serta kapal yang bisa menjadi
kendaraan selama perjalanan. Selain untuk beribadah secara pribadi,
sebagi seorang muslim saya menemukan misi baru untuk berdakwah.
Misi ini baru saya dapatkan dan saya sadari saat kaki ini telah
menginjakkan dirinya di dek kapal FSI FEUI yang sudah membawa
saya selama 2 tahun mengarungi laut yang begitu luas. Setiap cerita
dimulai dengan awalan hingga menemukan akhirnya, begitu pula
kisah perjalanan saya saat menaiki kapal FSI FEUI semua ini berawal

dari awal cerita dan berakhir dengan sebuah akhir yang saya
harapkan.
Kapal Terlihat Berlabuh di Dermaga itu
Saat itu, tersebar berita tentang berlabuhnya sebuah kapal
yang akan berlayar dengan misi dakwah menuju lautan penuh rintang
di sebuah wilayah pulang yang kita kenal dengan sebutan FEUI.
Terdengar kabar bahwa kapal ini sedang berlabuh untuk merekrut
awak-awak kapal tangguh yang diuji melalui seleksi yang dijalankan
oleh kru kapal yang sudah berlayar sebelumnya. Mereka mencari para
pemuda dan pemudi Islam yang memiliki semangat untuk berlayar
dan mengarungi laut yang luas. Namun kenyataan yang ada saat itu
pemuda dan pemudi di pulau itu mayoritas enggan untuk berlayar
dan mengarungi lautan, mereka lebih menyukai bekerja di daratan
dan berbaur dengan pesonanya yang memang lebih menyenangkan.
Layaknya pemuda kebanyakan saat itu, tidak pernah terbesit
dalam benak saya akan menjadi seorang awak kapal yang akan
berlayar mengarungi lautan karena pikiran saya saat itu masih serupa
dengan mayoritas pemuda di pulau itu. Namun garis takdir sudah
menuliskan saya tiba-tiba bertemu dengan salah satu kru yang lebih
senior dan memberikan saya tawaran melalui pintu khusus untuk bisa
bergabung menjadi seorang awak kapal, kru tersebut bernama
Muhammad Bilal yang waktu itu menjadi salah satu wakil kepala divisi
(biro) di kapal FSI FEUI. Singkat cerita saya pun bergabung dan

ternyata tidak disangka terdapat salah satu teman saya dari pulau
yang dulu pernah kami tempati sudah bergabung di kapal ini. waktu
berlalu dengan cepat dan tidak terasa saya sudah menjadi awak kapal
selama satu tahun dan kini saatnya saya menjadi salah satu wakil
kepala divisi di kapal ini bersama dengan kru lainnya yang juga
bergabung menjadi awak kapal bersama saya pada tahun 2013 lalu.
Kini tugas saya sebagai salah satu kru yang sudah berlayar mencari
awak baru untuk mengisi perjalanan kapal ini di tahun 2014 akibat
gugurnya sebagian besar awak kapal setelah berlayar selama setahun
bersama.
Pergantian awak kapal di FSI FEUI memang merupakan sebuah
siklus yang pasti akan terjadi setiap tahunnya, besar harapan saya
bahwa kapal ini akan terus mengarungi samudera dakwah dengan kru
yang lebih baik lagi kedepannya. Bagi saya layaknya sekelompok
pelaut dalam film yang dipimpin oleh kapten jack sparrow, kelompok
mereka adalah sekelompok pelaut yang semua orang sudah
mengenalnya begitu juga harapan saya terhadap kapal FSI FEUI. Bagi
saya awak kapal yang cekatan dan handal akan didapatkan oleh kapal
FSI FEUI jika awak saat ini dapat mengarungi samudra dakwah dan
kembali lagi ke dermaga dengan nama besar yang baik dan nuansa
kerja awak kapal yang menyenangkan. Kapten berikutnya seharusnya
terus menjaga keunggulan kapal FSI dengan core kekeluargaan
Islamnya yang erat dan dengan fokus yang jelas dan tidak hanya
mengandalkan orientasi kerja.

Belajar Menjadi Awak yang Handal


Layar berkembang, angin pun bertiup di dek kapal sehingga
membawa saya dalam perjalanan mengarungi samudra dakwah di
FEUI selama dua tahun sudah. Awak yang sudah siap berlayar ditempa
menjadi awak yang tangguh dengan berbagai program yang
meningkatkan skill baik untuk internal awak maupun memberikan
program untuk eksternal awak. Semula awak berlayar tanpa keahlian
apa-apa hingga memiliki bekal untuk mengarungi samudra bersama
atau tanpa kapal FSI FEUI, namun dengan tabiatnya yang beragam
dan menginginkan kebebasan para pelaut yang sudah menaiki kapal
ini tidak semua mengikuti program pengembangan dalam kapal.
Di perjalanan menuju pulau dakwah yang indah kapal ini
mengalami banyak rintangan

yang

menghadang

ditengahnya.

Berbagai badai dan topan di lautan, serangan monster laut serta


kehilangan awak yang dapat mengoperasikan kapal secara penuh
mewarnai perjalanan ini. oleh karena itu tekad yang kuat dan juga skill
berlayar yang memadai adalah kunci kemenangan kapal ini menuju
pulau dakwah.
Ayaaay Kapten!!! Kapal Hampir Karam
Serangan monster laut yang kejam dan hantaman topan badai
dalam perjalanan sempat menghancurkan dan melubangi kapal serta
membuat sebagian awak kapal melarikan diri karena tidak tahan
menghadapi kejamnya laut. Hal ini dapat membuat putus asa seluruh

awak kapal dan membuat mereka merasa kehilangan arah dan tujuan.
Dalam kenyataannya cobaan ini berupa kehidupan yang sulit
diimbangi antara kewajiban untuk berdakwah dan amanat yang di
emban untuk menuntut ilmu di FEUI, serta banyaknya pulau (kegiatan)
lain yang menggoda awak kapal untuk singgah dan tinggal di sana,
awak kapal secara samar mulai berkurang dari jumlahnya semula.
Keyakinan!! Hanya itu yang tersisa dari hantaman rintangan
yang menghadang kapal FSI FEUI ini dan dengan arahan dari sang
kapten sajalah awak kapal mampu bertahan. Dengan sisa tenaga yang
semakin menurun namun tetap tidak mengurangi tekad dan
semangat sebagian awak kapal yang selalu istiqomah dalam kapal FSI
FEUI. Lanjutkan hingga Khusnul Khotimah di Pulau Dakwah
Tim ini membutuhkan sesuatu yang mengeratkannya, yaaa!!
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya keyakinan untuk mencapai
daratan yang lebih indah dan keinginan untuk khusnul khotimah di
perjalanan dakwah menjadi perekat perjuangan kami. Teriakan kapten
kapal untuk membangkitkan semangat kami mengembangkan layar
dan berfokus pada tujuan kami yang mampu mengarahkan kami
untuk berlabuh kembali. Tidak terasa saat ini pulau itu sudah ada di
depan mata, kami hampir sampai di tujuan. Tugas kami kedepan
adalah mencari labuhan yang tepat, menghindar dari karang di sekitar
pulau dan bersiap melemparkan jangkar serta mempersiapkan awak
kapal yang dapat menggantikan kami yang telah gugur. Allahu
Akbar!!

Answer
By Mamduch

23 Januari 1867
Orang

itu

kembali

menghampiriku.

Teman

satu

kamp

pengungsian saat perang masih bekecamuk dua tahun lalu, hanya


berbeda beberapa tenda dari tenda milikku. Tak kusangka sekarang ia
sudah menjadi kapten kapal. Aku sungguh bangga padanya. Ia
menagih jawaban yang telah kujanjikan.
Kapal ini. The Lasting Ukhuwah. Kapal yang membawaku
menjelajahi ruang dan waktu yang berbeda. Sudah satu tahun aku
berada di kapal ini. Teman-teman dekatku, Eyesfour Al Ayyubi
(panggilan: Eyes), salah satu anggota keluarga Al-Ayyubi yang
disegani, dan Baldo El Rozak (panggilan: Baldo), mereka sudah
memutuskan untuk kembali menjelajah. Dengan misi baru, kapten
baru, dan tugas-tugas yang baru mereka siap menempuh pelayaran
berikutnya. Eyes yang menurutku memiliki cukup kekuatan untuk
menerima pekerjaan ini, pekerjaan sebagai biro pengendali system
mekanik dan teknologi informasi kapal, performanya setahun lalu
memang sangat memukau. Ia berhasil mengungguli Aku dan Baldo
dalam banyak hal.
Kami bertiga pernah melakukan percakapan dengan kapten.
Waktu itu, kata-katanya sungguh kuat. Mimpinya akan pelayaran ini
membuatku sangat terkesan. Mimpi tentang dunia yang lebih baik.

Aku yakin Eyes dan Baldo pun merasakan hal yang sama. Ia memang
seseorang yang bervisi besar. Mungkin di masa depan, ia akan
dipercaya memimpin Peace-18 Outstanders, sebuah kapal legendaris
yang sampai sekarang masih berdiri kokoh menaungi kapal-kapal
kecil di negeri ini. Misi pelayarannya pun lebih jauh dan berbahaya.
Seleksi untuk memasukinya sungguh ketat, hanya orang-orang
dengan fisik dan mental di atas rata-rata yang boleh menjadi
penghuni kapal itu. Aku penasaran bagaimana orang-orang disana.
Aku percaya pada kekuatan kalian! Tolong pinjami aku hal itu.,
begitulah kata-kata penutup dari kapten malam lalu. Kemudian ia
pergi, menyisakan tatapan kosong di mataku, Eyes, dan Baldo yang
masih penuh keraguan. Ia memberi kami waktu untuk merenung.
Dan hari ini, kapten meminta jawabanku, jawaban yang sudah
dijanjikan. Sejujurnya aku tak terlalu yakin dengan kapasitas diriku
untuk menerima tawarannya. Namun, ada secercah keyakinan pada
diriku saat mendengarkan kata-katanya. Tentang mimpinya membuat
desa lebih aman dan makmur. Itu yang membuatku yakin. Setelah
satu minggu berpikir, aku menegaskan jawabanku.
Aku ikut berlayar!
***
Voyage

Tidak semudah itu. Bukan berarti kami bertiga bisa diterima


dengan mudah. Kami harus melalui serangkaian ujian untuk dapat

ikut berlayar. Kapten beserta timnya menguji kami dengan berbagai


metode. Mulai dari ujian fisik, mental, intelektual, spiritual, dan lainlain. Kami juga diwajibkan untuk membuat rencana besar dari tim ini.
Beberapa program kerja yang tidak sesuai misi dipangkas dan
beberapa saran ditambahkan untuk menunjang misi pelayaran.
Setelah hampir 1 bulan mengikuti ujian, kami bertiga lulus. Kapten
mengenalkan kami dengan pimpinan kami, The Manggos, aku
memanggilnya pimpinan. Dia seorang yang keras dan kaku. Dengan
pedangnya, dia berani melawan apapun di dunia ini kecuali buah. Ya,
buah.
Kami diharuskan mencari anggota baru. Kami menganalisis
pekerjaan di biro ini, hmm dibutuhkan sekitar 6 orang anggota
dengan kemampuan desain dan teknologi informasi. Selain itu, aku
pun harus mengordinasi beberapa anggota dari departemen lain
untuk menjalankan fungsi dokumentasi pelayaran, baik itu berbentuk
jurnal, lukisan, rekaman, dan lain-lain, intinya semua cerita tentang
pelayaran tahun ini. Pekerjaan baru yang membuat biro ini menjadi
semakin kompleks. Setelah 1 bulan mencari anggota, kami berhasil
menemukan 6 orang berbakat untuk ikut berlayar. Mereka memiliki
sifat-sifat unik yang saling melengkapi. Arufi, Ti-Ar, Ruify, D, Umayo,
dan Izumi. Kami yakin pelayaran tahun ini akan sangat menarik.
***
Kapal pun berlayar. Malam ini, kami melakukan perkumpulan
pertama di bagian utama kapal. Di sana dibahas mengenai misi

pelayaran oleh kapten kapal beserta tim, juga misi dari masingmasing bagian. Ada bagian navigasi, pengelola gallery, bagian
personalia, bendahara, butler, kitchen, dan kami, bagian sistem
mekanik dan jaringan komunikasi kapal. Di sana kami saling mengenal
satu sama lain, baik fungsi tiap bagian maupun orang-orang di
dalamnya.

Keakraban

ini

membuat

suasana

kapal

menjadi

menyenangkan. Aku bisa merasakan semangat dari setiap orang di


sini. Mereka pasti punya impian besar akan pelayaran ini. Masingmasing impian itu menjadi satu di kapal ini, termasuk impianku. Aku
akan kembali membawa sesuatu yang berharga untuk orang-orang
desa, untuk adik-adikku. Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari kapal
ini.
Setelah pembahasan misi kapal, kami melakukan syukuran untuk
keberhasilan kapal. Kami semua berdoa agar pelayaran ini berjalan
dengan baik. Aku bisa merasakan degup jantungku. Suaranya seperti
alunan biola yang indah. Di dalamnya bercampur aduk perasaan yang
tak dapat dijelaskan. Dan ada rasa dingin seperti terikat oleh rantai.
Aku melihat sekeliling, semua tertunduk. Ah, Lasting Ukhuwah,
entah bagaimana kau akan membawa kami di pelayaran kali ini.
Setiap orang ingin kau tetap berlayar dengan gagah, menjaga
harapan orang-orang di dalamnya. Ya, impian-impian itu.
***

Badai

3 Juli 1867
Badai. Bulan ini dipenuhi badai yang berkecamuk. Apa kau
pernah merasakan badai saat kau berlayar? Badai yang membuatmu
merasa lelah dan sedikit putus harapan. Saat pekerjaan begitu banyak
dan tak mampu kau selesaikan dengan baik. Saat kapal rusak di sana
sini dan seakan tak mampu bertahan lagi. Saat orang-orang di
sekitarmu berjalan tanpa semangat, hanya ada tatapan kosong.
Ya, begitulah kondisi saat ini. Kapal ini. Sepertinya akan hancur
jika ada badai besar datang lagi. Aku sudah lelah, kerusakan dari
badai kemarin pun belum sepenuhnya diperbaiki. Sistem mekanik
kapal berjalan terseok-seok. Ditambah lagi beberapa anggota tim
ingin keluar sehingga memperlemah kekuatan tim menanggung
kerusakan kapal ini. Aku berharap mereka mengubah keputusannya
keluar dari tim ini.
Masa-masa ini sungguh sulit. Aku merasa putus asa. Eyes dan
Baldo pun mungkin merasakan hal yang sama, walaupun Eyes selalu
mencoba memberikan semangat pada kami. Ya, dia memang selalu
seperti itu. Aku pun ingin terus bersemangat, mencoba menjaga
anggota tim yang masih ingin bekeja dan tidak menghilang, meski
kadang aku tidak mampu menangani semua ini. Itu membuatku
merasa bersalah pada Eyes, Baldo, Pimpinan, dan Kapten.
Saat banyak hal tak bisa kutanggung, saat beban pikiran sudah
telalu menumpuk. Aku sering diam-diam menuju sudut kapal. Ya, di
sudut kapal ada sebuah ruangan kecil yang digunakan sebagai

gudang. Di ruangan ini aku biasa memetik gitar, mengalunkan nadanada yang bisa sedikit menenangkan. Dalam setiap petikannya, aku
ingin mengirimkan doa untuk seluruh penghuni kapal ini, orangorang yang telah membersamaiku berlayar dan membuat cerita
menarik. Meski sering terlintas dalam pikiranku bahwa aku belum
mampu memenuhi ekspektasi mereka; kapten, pimpinan, dan semua
orang di kapal ini. Lihatlah bagaimana sistem mekanik kapal saat ini,
teknologi informasinya pun semakin memburuk.
***

Tiba-tiba seseorang mendekatiku. Dari siluet kepalanya aku tahu


siapa orang itu.
Handsome, kemana saja kau? Aku butuh bantuan katanya,
membuatku menghentikan petikan gitarku. Gara-gara Baldo aku jadi
mendapat panggilan ini. Ah, anggap saja itu doa.
Maaf pimpinan, aku sedang menenangkan diri. Jawabku
Kembalilah, kau sedang bertugas, Bung!
Aku lelah pimpinan, beberapa hasil pekerjaanku tidak sesuai
dengan perencanaan di awal. Jawabku,
Suasana hening sesaat. Pimpinan berbalik pergi dengan hanya
terdiam. Aku tertunduk.
Kau harus tetap bekerja untuk kapal ini!, kata pimpinan seraya
melemparkan sebuah box ke arahku. Ia pun pergi. Aku mengamati
box itu. Ada tombol. Aku menekannya. Ternyata di dalamnya ada

rekaman kata-kataku saat pertama kali memutuskan bergabung di


kapal ini. Tak kusangka pimpinan merekamnya. Suaranya begitu kuat,
aku bisa merasakan impian-impianku saat itu. Impian bahwa aku akan
bejuang sampai akhir.
Air mataku meleleh.
Terimakasih, Pimpinan
***

Learn

Sudah dua bulan sejak malam itu. Kini semua berjalan dengan
baik. Sedikit demi sedikit perbaikan kapal mulai rampung. Hari ini,
langit terlihat lebih cerah, beberapa burung camar terbang di atas
kapal seolah menyemangati orang-orang di dalamnya. Aku ingin
menyanyikan sebuah lagu dalam hati.

(nada D)
Lasting Ukhuwah, terimakasih
Tuk semua cerita dan impian berharga
Kuharap kau selalu tegar menejang ombak.
Mencerahkan setiap harapan yang memudar. . na na na

Setiap orang di kapal ini, sudah memberikan yang terbaik.


Meski banyak hal tak sesuai harapan, kau harus tetap melangkah

Karena sejatinya, banyak orang membutuhkan kita, di setiap


ruang dan waktu tertentu.
Andai kita bisa melihat lebih jernih,
Di punggung kita ada sepasang sayap. Sayap yang terbuat dari
impian
Ingatlah selalu impian mereka yang berharap padamu
Berharap kau bisa menjadi lebih kuat, dan tersenyum.
Melindungi orang-orang yang kau sayangi
Mengubah masa depan menjadi lebih indah
Sayap itu
yang mengangkatmu ketika lelah, yang memberikan kekuatan
untuk bisa kembali bangkit dan terbang.
Jagalah semua itu, tanpa rasa lelah
Menjaga setiap hal yang harus kau jaga
Lihatlah,
Ingatlah selalu hal itu

...
Dan di setiap jejak waktu
Ku akan terus berjuang
Melindungi dirimu dengan sayapku.

Berlayar Demi Berhijrah


By Adhillah Shofi Assegaf (Abah)
Yuk Mari...

Kembali ke pertengahan februari 2014, saat itu di sebuah Pulau


Economos

sedang

ramai-ramainya

diadakan

sebuah

proses

perekrutan bagi para pencari jati diri ke pelabuhan manakah mereka


akan berlabuh. Bagi seorang Abah,

sebuah keharusan untuk

bergabung ke salah satunya, sempat bimbang untuk memilih


peraduannya, haruskah ia memilih Kapal induk (BEM Economos)
dengan segala aktivitasnya yang mewakili pulau economos di mata
pulau-pulau lainnya atau sebuah kapal besar berisikan para pejuang
islam (FSI Economos).

Dengan segala pertimbangan yang matang dan merunut pada


ambisi di hidupnya, akhirnya pilihan hati abah jatuh ke kapalIslami
bernama

Kapal

Innovact2014yang

dinahkodai

oleh

Kapten

Dylin,motivasi utama bergabung di barisan penumpang adalah untuk


belajar mengembangkan diri menjadi muslim sejati di sebuah kapal
besar yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, ikut berlayar untuk
berdakwah ke penjuru pulau Imub sesuai dengan perintah junjungan
kita Rasulullah SAW. Dengan cinta dan ukhuwah islamiyah yang kuat

didalamnya, ia yakin pilihannya adalah pilihan terbaik yang sudah


ditentukan olehAllah SWT.

Ia

memiliki

harapan

besar

di

Kapal

Innovact

untuk

menanamkan pondasi keislaman, memantapkan diri melaju bersama


orang-orang yang bervisi sama danberlayar secara berjamaah
memperjuangkan nilai-nilai keislaman kepada penduduk bumi.
Alhamdulillah proses perekrutan berjalan dengan lancarhingga
akhirnya

iapun

resmi

bertaglineRumah

menjadi

Ukhuwah

bagian

Kita,

dari

kapal

Allahuakbar!

Innovact

Allahuakbar!

Allahuakbar!. Tagline tersebut terpampang jelas di lambung kapal


dan tertambat di hati para penumpangnya.
Ia resmi bergabung dengan kapal innovactdan menjadi bagian
dari divisi Mulamuh,divisi yang bertugas untuk membangun jaringan
komunikasi kapal dengan pihak luar dan hubungan dengan mantan
awak kapal di masa kapal besar ini pernah berlayar di tahuntahunberlalu. Divisi ini tidak sendiri karena dibantu divisi ITM yang
bertugas sebagai pelaksana sistem kapal, kedua divisi ini bersamasama membangun sinergisitas yang kuat untuk mendukung proses
pelayaran kapal innovact setahun ke depan.
Ia pun dipertemukan dengan kru-kru yang luar biasa, yang
pertama adalah sosok penting dibalik divisi ini adalah Fifa,seseorang
yang diamanahkan untuk memimpin divisi ini dengan ide-ide dan
rencana-rencananya

yang

meyakinkan.

Ia

selalu

berusaha

mengingatkan masing-masing anggota divisi akan tugas-tugas


penting

divisi

mulamuh.Yang

kedua

adalah

seseorang

yang

mendampingi abdur agar divisi ini mampu menjadikan kapal innovact


memiliki image bagus di mata kapal-kapal lainnya, ia adalah Irtif,
sosok wanita yang unik, lucu, heboh dan selalu tampak tegar. Ia
mencintai kapal ini lebih dari apapun hingga ia selalu total dalam
bekerja.
Rekan kerja abah selanjutnya bernama Rafua, seorang double
agent yang juga aktif bekerja mengurus penumpang-penumpang di
kapal

induk.

Rekan

selanjutnya

bernama

Acid,

sosok

yang

menggemaskan ini selalu mencatat segala keperluan dan timeline


kerja divisi ini agar berjalan dengan semestinya. Kemudiansosok yang
selalu mengembangkan senyum di wajahnya melambangkan dirinya
seorang yang menyenangkan, namanya Inar. Terakhir adalah sosok
periang bernama Atiner, yang hasil pekerjaannya selalu memuaskan
sehingga di paruh pertama kapal innovact berlayar, ia dianugerahi
gelar kru terbaik dari divisi Mulamuh.
Akhirnya dengan manusia-manusia terpilih ini, kita bersamasamamemberanikan diri untuk berkomitmen mengikuti proses
pelayaran kapal innovact mengarungi samudera luas yang penuh
tantangan selama setahun.
Badai datang dan berlalu bung...
Selama proses pelayaran samudera yang luas tidak selamanya
tenang, badai menghadang terus datang dan ombak yang menjelang

semakin kentara menghampiri. Ia sempat lama goyah, banyak


pekerjaan yang tidak terselesaikan dengan baik olehnya disebabkan
kesibukannya di luar kapal innovact. Akhirnya ia sendiri menyadari
betapa kinerjanya di mata rekan-rekan yang lain, tetapi ada hal yang
tidak mereka ketahui terkait kondisi dan permasalahan yang dihadapi.
Mereka bukannya tidak perhatian dengannya hanya saja ada
ketidaknyamanan di dalam hatinya untuk menceritakan kondisi yang
dialami, seakan-akan ia tidak all-out dalam bekerja dan itu juga
disadari sendiri olehnya. Meskipun begitu, ia mulai berusaha
meminimalkan aktivitas di luar divisi mulamuh dan mencoba
menyeimbangkannya.

Hari demi hari terus berjalan keadaan mulai membaik dan


perlahan ia muncul kembali di tengah keramaian dan kompleksitas
kapal innovact, ia tersadar dari keasyikannya mengikuti aktivitas di
luar dakwah, ia diingatkan oleh tujuan awalnya bergabung dengan
kapal innovact ikut berlayar untuk berdakwah ke penjuru pulau imub
sesuai dengan perintah junjungan kita Rasulullah SAW
Setelah kembali, ia tetap menyadari bahwa selama ini ia tidak
baik dalam bekerja, tanpa berniat suudzon kepada rekan-rekan yang
lain namun demikianlah penilaian yang ia rasakan sendiri ketika ia
melihat

pandangan

rekan-rekan

di

divisi

Mulamuh

terhadap

dirinya.Hatinya terus berkecamuk bahwa ia sebenarnya mampu


membuktikan diri kepada seluruh penumpang kapal innovact bahwa

ia adalah salah satu orang terpilih yang kelak akan melanjutkan


estafet dakwah kapal innovact. Dengan tekad yang kuat, ia mulai
memperbaiki kinerjanya dan terus mencoba menyelesaikan sisa-sisa
tugas yang dibebankan kepadanya.
Kini, sudah hampir setahun kapal innovact berlayar dan
sampailah kapal innovact di penghujung pelayaran. Banyak pelajaran
dan makna hidup yang ia dapatkan selama berlayar namun tak dapat
dipungkiri lelah hati dan fisik pun ia rasakan. Perjalanan setahun ini
pun ia anggap sebagai proses pembelajaran bagi dirinya. Rasa lelah
yang mendera sama sekali bukan penghalang baginya untuk kembali
berlayar, ia tidak ingin berkecil hati, baginya rasa lelah hanya elemen
kecil dari elemen-elemen dakwah lainnya yang harus diperjuangkan
dengan apapun yang ia miliki. Ia pun bertekad untuk terus belajar
memperbaiki diri, memperbaiki kualitas dirinya dari hari ke hari,ia juga
bertekad untuk kembali mencoba tantangan baru di pelayaran tahun
depan.

Momen itu...
Momen yang tak terlupakan bagi seorang Abah adalah ketika
ia menjadi ketua pelaksana agenda silaturrahim mantan awak kapal
besar innovact dan kapal-kapal lain, agenda bertema Redefining
Ukhuwah 2.0 bertujuan mempererat ikatan silaturahmi mantan awak
kapal innovact dan awak kapal muslim yang berasal dari kapal-kapal
lain serta menguatkan solidaritas keluarga besar mantan awak kapal

di pulau economus sehingga menjadi dasar penyemangat kita dalam


meraih kejayaan Islam.
Agenda yang akhirnya dilaksanakan di Pulau Duo mengalami
proses yang berliku dan tidak mudah, ia memilih Atiner sebagai
wakilnya dan akhirnya kita berdua mengawali proses yang panjang
dari proses perekrutan panitia, merumuskan tema, menentukan
tempat

dan

membuat

komitmen-komitmen

tiap

pekan

agar

dilaksanakan di pekan selanjutnya.


Singkat waktu, masih melekat di pikiran Abah hingga detik ini
adalah proses yang cukup membuat panitia pusing tujuh keliling yaitu
proses menentukan tempat, kita berpindah-pindah dari yang awalawal kita rencanakan di Pulau ESQ yang kemudian karena budget
constraint akhirnya kita berpindah ke Rumah sendiri yaitu Pulau
Economus di sebuah tempat bernama Selosor. Di selosor inilah di
tahun-tahun sebelumnya dijadikan ajang silaturahmi awak kapal FSI
dan awak kapal muslim lainnya dengan jumlah peserta yang fantastis,
pesertanya adalah 50 angkatan awak kapal dari tahun 1960-2010.
Namun ternyatadi selosorkita mengalami permasalahan yang
tidak kalah serius, kita tidak diizinkan mengadakan agenda ini dengan
alasan yang tidak rasional. Saling berdebat argumen dan perang urat
syaraf tak terelekkan diantara petinggi economus dengan panitia.
Kebijakan petinggi economos menyulitkan pelayaran kita hingga
akhirnya abah, kapten dylin, steering commitee yang dianggotai
mantan awak kapal yang terlibat dalam agenda besar ini memutuskan

untuk mundur dan kita semua sepakat memilih Pulau Duo milik pihak
asing sebagai tempat berkumpulnya masyarakat muslim pulau
economus.
Hari besar pun telah tiba, 13 September 2014 agenda
silaturahmi ini terlaksana dan menjadisangat penting karena agenda
ini adalah perekat tali ukhuwah antara awak kapal innovact dengan
mantan awak kapalnya terdahulu yang bersatu dalam naungan pulau
besar economus, disinilah mereka bernostalgia, saling berbagi cerita,
berbagi pengalaman hidup pasca berkarir di luar pulau economus.
Mereka bertekad untuk terus terhubung satu sama lain, menguatkan
tali ukhuwah islamiyah ke seluruh penduduk bumi dan turut berperan
demi cita-cita besar meraih Ultimate Goal yakni kejayaan Islam.

Big thanks to :
Kapten Dylin, kapten Cakjen, kapten Kerdus, Kapten Bilski, kapten
Madin, Kapten Hasjon, Kapten Jauz, Kapten Handay, Kapten Dins.

Thanks,
Cenik-cenik Enihs, Siks, Pm, Samsos, Itm, Mdsp, Dmf, Clm, Ik, Ais.

Thanks,
Yang tercinta Cenik-cenik Mulamuh, Itrifsi akmil cengeng, Fifa si
ngaretos dan wacanos , Rafua MC yang sok imut, Inar si murah

senyum yang keliatan alim dan pendiem, Assidsi endut yang sok kurus
dan Atiner yang ketawanya selalu bikin heboh.

Written by Abah
(Presiden Asrama YKM FEUI)

Storyline written by Nadia Ambarani


Bismillahirrahmanirrahiim
Secuil Background
Berorganisasi. Suatu hal yang baru saya cicipi saat saya menjadi
mahasiswi jurusan Ilmu Ekonomi Islam angkatan pertama Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Saat sekolah di SMP maupun SMA
saya sama sekali tidak tertarik untuk ikut organisasi semacam OSIS
dan sebagainya. Dahulu saya hanya mengikuti ekstra kulikuler yang
memang diwajibkan untuk sekedar menambah nilai di raport (hehe).
Saya lebih senang bermain dengan teman-teman dan tidak suka
terikat oleh berbagai jadwal rapat yang menurut saya kurang penting.
Namun, seiring berjalannya waktu, pemikiran akan kurang pentingnya
berorganisasi pun memudar dan hilang terutama saat menjadi
mahasiswi FEUI. Fakultas Ekonomi yang katanya terbaik di Indonesia
ini

memberikan berbagai fasilitas yang mendukung agar para

mahasiswa/i nya dapat menggali potensi untuk menemukan karakter

yang dimiliki selain ilmu pengetahuan formal yang diajarkan saat


kuliah. Berbagai fasilitas itu salah satunya adalah organisasi.
***
Try and be Brave!
Setelah semester satu usai dan liburan pun berlalu. Saatnya
membuka lembaran baru yaitu semester dua. Kembali menghirup
udara di kampus FEUI setelah satu bulan rehat dari aktivitas kampus
mengingatkan

kembali

akan

tujuan

saya

untuk

mencoba

berorganisasi. Minggu-minggu pertama di semester dua diramaikan


oleh banyak stand OPREC berbagai organisasi di FE. Tapi ada satu
stand oprec yang menarik hati saya yaitu stand OPREC GREAT
VOYAGE yang sedang mencari para awak kapal untuk berlayar
bersama. Kapal yang sedang bersandar itu dijaga oleh mandormandor (BPH) yang mencari awaknya yang kebanyakan sudah tidak
asing bagi saya karena sudah beberapa kali terlibat dalam kegiatan
yang sama. Saya pun tertarik dan melihat-lihat galeri kapal dan
berusaha

memahami

dan

mengerti

peta

(brosur)

yang

ada

didalamnya. Ada banyak divisi dalam kapal tersebut divisi Shine dan
Sosmas adalah divisi yang menarik minat saya untuk bergabung akan
tetapi minat tersebut belum seratus persen yakin, saya masih
bimbang. Saya tertarik dengan Shine sebab Shine merupakan divisi
yang

mengkaji

dan

mempelajari

Ilmu

Ekonomi

Islam,

ilmu

pengetahuan yang sedang saya telusuri dalam pelayaran pribadi saya.

Sedangkan alasan memilih Sosmas karena saya suka dengan kegiatan


sosial dan saya ingin berbagi dan mendapat pengalaman di bidang
sosial seperti mengajar, mengadakan acara-acara sosial dan lain
sebagainya. Saya pun mencari lagi divisi ataupun biro yang sesuai
dengan saya. Akhirnya ada satu biro yang menarik minat saya yaitu
biro Humalum, biro Hubungan Masyarakat dan Alumni. Pada
dasarnya tujuan saya ikut berorganisasi adalah mencari pengalaman,
menambah relasi, dan mengasah skill. Selain itu saya juga mencari
wadah yang beyond dari kebiasaan saya. Saya adalah orang yang
introvert dan saya ingin mengasah keberanian diri. Ekspektasi saya
bila dapat bergabung di Humalum yaitu bisa menambah link atau
relasi tidak hanya dengan pihak internal awak kapal tetapi juga
dengan pihak luar yaitu para awak kapal yang lain (LDF Fakultas lain,
Alumni) dan tentu saja dapat mengasah kemampuan saya dalam
public speaking.
Karena calon awak kapal pada waktu itu diperkenankan untuk
memilih 2 pilihan, akhirnya saya memilih Humalum dan Shine. Tiba
saatnya sesi wawancara, Saat itu saya datang ke kapal GREAT
kemudian saya bertemu dengan vice coo Fitri. Saya pun langsung
disapa dengan sangat ramah kemudian saya diantar menuju
basecamp FSI untuk melakukan wawancara dengan coo Afif.
Wawancara berlangsung sekitar satu jam. Saat wawancara saya
berusaha menjawab apa adanya, tidak lebih dan tidak kurang. Setelah
wawancara, saya kembali pulang ke desa Kuteka tempat tinggal saya

sementara di negeri rantau ini.

Dalam hati saya berharap bisa

bergabung dengan the GREAT VOYAGE, pelayaran yang arahnya


beyond dari pelayaran lain, menuju tujuan hakiki dan hanya
mengharap ridho illahi.
***
Join!
Di sore hari yang sejuk seusai hujan yang turun dengan
derasnya, ketika itu saya sedang mengerjakan tugas tiba-tiba
handphone saya bergetar ada panggilan dari nomor yang tak saya
kenal. Saya angkat telepon itu, dan terdengar suara seorang ikhwan.
Didahului dengan salam. singkat cerita ia adalah kak Afif, coor biro
Humalum, biro dimana saya melamar. Coo Afif memberitahukan
bahwa saya adalah salah satu calon awak kapal yang diterima untuk
ikut bergabung bersama GREAT VOYAGE selama kurang lebih satu
tahun kedepan.
***
Tak kenal maka taaruf !
Tak berapa lama tanda pemberitahuan di Hp saya berbunyi
lagi. Sebuah pemberitahuan bahwa saya telah bergabung dalam grup
whatsapp bersama tujuh orang lainnya yang semuanya belum saya
kenal. Di grup tersebut diumumkan bahwa akan ada team building
seluruh awak kapal baru. Untuk itu ada beberapa persiapan,

diantaranya per divisi/biro harus membawa bahan-bahan perbekalan.


Perjalanan menuju tempat team building pun tiba, saya berkenalan
dengan banyak awak kapal baru. Singkat cerita kami pun tiba di
sebuah villa, disana saya berkenalan dengan kak Renoto dan kak
Jessica (Dissa) yang juga satu kamar dengan saya. Saya memanggilnya
dengan sebutan kakak sebab mereka merupakan kakak tingkat di
perguruan. Kak Renoto merupakan sosok muslimah yang rada
tomboy, suka nyanyi, sering heboh, phobia kodok, tapi totalitas dalam
bekerja, pintar, dan baik hati . Kak Jessica sosok muslimah yang
cantik, imut, gemes, suka ngambek, suka caper (wkwk), selaluu on
time, suka makan (sama kayak saya), detail, dan care.
Keesokan harinya saya juga berkenalan dengan Kak Wahyu, muslimah
yang selalu ngangenin >,< , manis, baik hati, sangat loyal kepada
GREAT VOYAGE, heboh dan selalu rame, menyenangkan .
Kemudian ada kak Afif, ikhwan yang baik, melankolis, terkenal karena
suka nge-MC, doyan makan, lucu, dan hobi ngaret.. hehehe lanjut,
ada syekh Adhil, ikhwan yang berasal dari Indramayu, doyan maen
futsal dan menjadi penghuni asrama YKM, ikhwan yang satu ini suka
memperhatikan penampilannya wkwk Saat itu saya berkenalan
dengan semua awak kapal Humalum kecuali satu orang ikhwan yang
bernama Aufar. Ia tidak ikut karena ada suatu hal kata kak Fitri.
Hmmm, pertama kali bertemu saat merencanakan konsep Open
House GREAT VOYAGE, Aufar adalah ikhwan yang cuek sama
penampilannya, zuper sibuk, konseptor, visioner, dewasa tapi kayak

bocah (bilangnya sih kewibawaannya diminishing?? haha), baik,


cerdas, dan sosok yang bisa menempatkan diri di setiap kondisi
***
Prodak .. Program Dakwah.
Open House, Now Happening, Tribute to Alumni, welcoming
maba, Surfesi, FSI on Sosmed, visitasi, and the greatest event is HBH.
Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Ada
beberapa kendala kecil, sedang maupun besar yang walaupun begitu
Alhamdulillah tidak sampai membuat kami tenggelam. Sepertinya
kami semua sadar bahwa lelah, demot, kecewa, marah, kesal, miscom,
plin plan, wacana..dll itu hal yang biasa. Sehingga untuk memulihkan
itu

kami

hanya

perlu

waktu

untuk

rehat

sejenak

sekedar

menghilangkan penat dan kemudian dapat kembali mengarungi


lautan untuk sampai ke pulau tujuan
Kasih sayang, saling mengerti, saling memahami dan tenggang
rasa diantara kami bagaikan pelampung yang menjaga kami agar
tidak tenggelam. Itulah kunci kekompakan, keceriaan, dan yang
membuat kami selalu bersemangat dalam melaksanakan prodak
demi prodak.
Hey! Did you know that Ive found one of my best friends? yup,
all of you! (kalo kata kak jajang, Di Rumah Ukhuwah ini, ku temukan
sahabat sejati ku.)
***

The End of Humalum 2014


Mengutip kata Bang Andi Azizi, seorang senior yang dermawan
dan baik hati, tempat menampung awak kapal FSI untuk berkonsultasi
dan senantiasa memberi motivasi. Beliau berkata : Adam diciptakan
Allah SWT bukan hanya untuk makan, minum, menikah, kemudian
mencari kekuasaan. Tidak sesederhana itu kawan! Sebab yang seperti
itu tidak ada bedanya dengan hewan. Adam diciptakan untuk menjadi
Khalifah fil-ardh, untuk itu diperlukan ilmu pengetahuan untuk
mengelolanya. Maka, teruslah Belajar dan Mengajar. Ajarkan ilmu
yang kau punya, sebarkan kebaikan, sebarkan dakwah walau hanya
satu ayat. Jangan pernah berhenti, karena berjuang harus sampai
akhir!
Akhir kepengurusan ini, bukan berarti dakwah kita telah usai,
dimanapun kalian berkontribusi, iringilah kontribusi kalian dengan
dakwah, Aamiin, Insya Allah
Dakwah bukan hanya ceramah, tetapi bagaimana kita dapat menjaga
segala sifat, sikap dan perbuatan kita terhadap diri sendiri dan orang
lain.
Jadilah Muslim yang Tangguh, Berpengaruh, dan Tidak mudah
Mengeluh Aamiin ya Rabb.
Wassalam.

KOLASE
By Elsy Shafira Anindya
Disclaimer:Semua peristiwa, penokohan, dalam cerita ini sepenuhnya
merupakan fiksi dari imajinasi penulis. Segala kesamaan dengan
kehidupan nyata merupakan kebetulan belaka.

The End of Journey


Dia berjalan menyusuri dek kapal,menjinjing tas berisi hidupnya
selama 4 bulan terombang ambing disamudera. Hingar bingar
perpisahan masih terdengar diudara, merayakan harta karun yang
telah satu tahun mereka kejar bersama,

namun matanya hanya

tertuju pada pemandangan kota yang semakin jelas terlihat.


Apakah pesta perpisahannya begitu membosankan, Inda?
Inda terkesiap kaget. Ia tidak menyadari kehadiran sosok yang
bersender dipagar disebelahnya. Pemuda berkacamata itu tersenyum.
yo....
Inda membalas tersenyum sambil kembali mengarahkan matanya ke
kota dikejauhan, Hanya rindu rumah, kak...
Tentu saja... Sudah, 4 bulan? Waktu berjalan dengan cepat... Rasanya
baru kemarin kita berkumpul bersama menyusun strategi pelayaran...

Ujar pemuda berkacamata itu sambil tertawa. Jadi... Apakah kamu


akan majuuntuk pelayaran treasure hunt tahun depan?
Inda tertawa kecil, reaksi yang sama setiap kali pertanyaan itu terucap
dari mulut semua orang. Ingin sekali ia katakan pada pemuda itu,
bahwa dirinya sama sekali tidak cocok, tidak cukup baik, untuk
memegang kepercayaan tersebut, tapi Inda menahan diri. Dia yakin,
pada waktunya, seseorang yang istimewa akan maju, memimpin biro
personalia jauh lebih baik daripada yang mungkin dapat ia lakukan.
Suara pengumuman bergema diseluruh sudut kapal. Kapal akan
segera berlabuh, dan penumpang diharapkan bersiap siap untuk
turun dari kapal.
Kalau begitu saya pamit pulang kak, Ujar Inda sambil meraih tasnya
yang tergeletak di lantai kapal.
Baiklah, salam saya untuk keluarga, Pemuda berkacamata itu
terdiam sejenak, Pokoknya harus maju ya...
Inda hanya tersenyum simpul Saya duluan kak
Kakinya menjejak tanah berdebu untuk pertama kali sejak 4 bulan.
Selamat datang dirumah...
***
The Letters

Inda melangkah keluar rumah sambil menggosok-gosok lengan,


melawan dingin pagi yang menusuk kulit. Dia mengambil tumpukan
surat didepan pintu rumahnya, kemudian bergegas menutup pintu.
Sebuah amplop bernuansa biru menarik matanya.

Dari:
F S I
Fortress of the Eyepatches
Pelayaran perdana
KAPAL INNOVACT14
Wanted
KOORDINATOR AWAK KAPAL
Hmmm,saya penasaran siapa saja yang akan maju? Pikirnya sambil
kembali memilah milah surat, mencari lambang FE dengan tulisan
Hasil Akademik, kerja kerasnya selama 4 bulan terakhir.
Fortress of the Eyepatches
HASIL AKADEMIK

Nama

: Anindya

Tahun Akademik

: 2012/2013

Semester

:3

Mata Inda men-scan isi surat tersebut, hingga matanya tertuju pada
nilai akhir dibagian akhir surat.
... ini buruk
***
The Cafe
Gemerincing suara bel terdengar ketika pintu kafe itu dibuka. Sesosok
wanita berkacamata muncul, mengedarkan pandangan ke seisi kafe.
Sesaat suara riuh rendah pelabuhan ikut menyusup masuk, sebelum
hilang ketika pintu ditutup. Wanita itu menghampiri meja disudut
kafe. Disana telah duduk seorang wanita, menatap keluar, larut dalam
fikirannya.
Apa sudah menunggu lama?
Saya baru mau memesan, kak
Jadi, jawaban kamu?
... Saya dengar sudah ada orang lain yang akan mengambil posisi
itu?
Dia mengundurkan diri. Itu mengapa saya menawarkan posisi biro
personalia pelayaran kapal ini pada Kamu. Jadi?
... tapi saya rasa saya tidak siap untuk mengambil posisi itu

Ada kami disini, kita hadapi--- bersama


Inda terdiam, semua alasan berkecamuk dikepalanya, rasa kecewa
mendalam ketika memberikan surat hasil akademik pada ibunya,
menangis sendiri dikeheningan malam setelah hari yang panjang
bekerja

di

beberapa

kapal

sekaligus---

berjanji

untuk

tidak

melakukannya pada dirinya sendiri lagi, segala rasa ragu,takut, ingin,


bercampur jadi satu.
... baiklah, saya bersedia kak.
***
The Grey Area
Sudah 2 hari kapal itu berlayar mengarungi lautan. Ribuan remaja
diatasnya sibuk dengan kegiatan masing masing, mencoba
menangkap sisa sisa liburan yang akan segera berakhir begitu kapal
tersebut berlabuh. Dari kejauhan raksasa abu abu bangun dari laut,
siap menerkam siapa saja yang berani mendekat kesana. Fortress of
the Eyepatches, kastil yang dibangun sepenuhnya dari struktur metal,
menjulang ditengah tengah samudera. Namanya menggelitik rasa
takut dihati banyak orang, tempat para anak anak perompak dilatih
untuk siap mengarungi lautan. Orang orang menyebut daerah
perairan ini The Grey Area, tempat yang harus dihindari, jika ingin
selamat.

Perlahan Kapal tersebut berlabuh, berderet dengan kapal kapal


serupa dihadapan kastil. Ribuan anak berduyun duyun turun dari
kapal kapal tersebut. Semester baru, lembaran baru, akan segera
dimulai.
***
1st Meeting
Kedua orang itu duduk dipojok kafetaria. Keduanya terlihat tidak
nyaman, tidak yakin mengenai apa yang harus dilakukan. Inda telah
mengenal pemuda ini selama setahun, tapi dia baru sadar sedikit
sekali pekerjaan yang pernah dilakukan bersama.
...Jadi, apa yang harus kita lakukan?
... membuat program kerja?
... hahaha pertanyaan bodoh ya? Mungkin lebih baik kita mulai dari
program kerja tahun lalu? Program mana yang mau kita bawa?
Setelah perdebatan panjang mengenai program kerja mana yang
akan dibawa dan mana yang tidak perlu dilanjutkan, Inda merasa
lebih baik. Mungkin, kerjasama partner ini bisa berhasil.
***
Awak Kapal Wanted
Minggu pertama bulan februari, BO dan BSO sibuk merekrut awak
kapal untuk pelayaran yang akan diluncurkan pada tahun tersebut.

Kastil FE diwarnai oleh warna warni stand open recruitment, dibuat


meriah untuk menarik siswa FE bergabung, pertempuran sengit
memperebutkan awak terbaik untuk kapalnya. Tidak jarang ada siswa
FE yang bekerja di beberapa kapal sekaligus, apalagi setiap kapal
memiliki target harta karun yang berbeda.
Setelah mencatat siswa siswa yang ingin bergabung, perdebatan
sengit terjadi didalam masing masing BO dan BSO untuk merekrut
siswa tersebut dalam biro departemennya.
Pokoknya saya mau rekrut dia dalam departemen saya!
Tapi $#%&@............!
Lalu, setelah perdebatan alot, maka terbentuklah satu team yang
utuh, dan untuk FSI tahun ini team itu dinamakan, The Innovact.
***
Welcome to the Innovact
Sebuah kapal bersandar dipelabuhan kastil, terombang ambing oleh
ombak. Tidak ada sumber cahaya disekitar, hanya cahaya rembulan
bersinar terang, menyebabkan bayangan besar kapal terpatri dilautan.
Dibagian paling tinggi kapal, berdiri seorang pemuda, berpakaian
seperti perompak, menyeru pada awak awak kapal yang berkumpul
di geladak.
Setiap tahun, puluhan kapal berlayar dari Grey Area, mengarungi
lautan, membalikan setiap karang, mencari ribuan legenda harta yang

pernah ada di dunia. Tidak sedikit kapal yang digulung ombak--- Tapi!
Tidak sedikit legenda yang telah ditulis ulang! Harta harta yang tidak
lagi hanya menjadi legenda! Apakah kalian siap menulis ulang
sejarah?!
Siap Kapten!! Seru awak awak dengan semangat.
Kalian mungkin pernah mendengar sebuah legenda, tentang harta
berharga yang telah lama terlupakan. Harta yang telah lama hilang,
dicuri, dan disembunyikan, oleh perompak yang iri akan kebersamaan
umat Islam. Apakah kalian pernah mendengar mengenai harta ini--Ukhuwah?
Suasana hening di antara awak kapal dipecah oleh bisikan bisikan,
ukhuwah, harta yang telah lama hilang, yang menurut legenda pernah
membawa Islam menuju kejayaan.
Kita aduk seiisi Lautan! Kita gali setiap jengkal tanah didunia! Kita
temukan kembali Ukhuwah dan kita raih kembali kejayaan Islam!
Teriakan bersemangat pecah dari segala penjuru kapal.
Selamat datang,kawanku, di kapal FSI ke -23 , the Innovact!
***
The 1st Job: Team Building
Bagaimana membangun team, bersama dengan team yang belum
terbangun?

Perkenalkan saya Gita Armelia... hobi saya, hmmm apa ya hobi saya--
Disebuah pulau kecil, kapal Innovact berlabuh.
Saya Chasbi... Kalau makanan favourit saya---
Karena kapal kita tidak dapat berlayar jauh
Halo semua, saya Ratna dari Lombok....
Sebelum kita terpaut menjadi satu.
Waaah team building biro personalia ke Lombok aja yaa kita
numpang dirumah Ratna! Hahaha
Dan disinilah kami, duduk dalam satu lingkaran.
Wah, setuju, setuju! Hahaha... Selanjutnya, hmmm, perkenalkan saya
Fairuz----
Bercengkerama, bercanda, tertawa
Halo perkenalkan saya Meiga. Dulu waktu sma saya adik kelasnya kak
Noto-----Terus terus, waktu itu....
Mencoba memahami, mengerti
Halo perkenalkan, saya Gamal, dipelayaran tahun lalu saya juga
menjadi awak di biro ini, biro personalia-----
Merajut team kami sendiri

Haloo perkenalkan saya Notosaya akan menjadi partner Inda dalam


memimpin biro ini satu tahun kedepan *insert evil laugh* Hmmm, saya
suka sekali makan kecap dan tidak suka sambal---
Sambil mencoba menjalankan tugas kami,
Hai hai, perkenalkan saya Inda---- saya akan menjadi partner Noto
dalam memimpin biro ini satu tahun kedepan. Hmmm, Kebalikan dari
partner saya, kalau saya tidak bisa hidup tanpa sambal----
Mengikat hati kita semua, the innovacts, dalam satu layar
***
The 2nd Training
Ayo semua berdiri!
Suara ramai terdengar dari dalam ruangan student center FE. Training
awak kapal ke 2 yang dilaksanakan biro personalia sedang
berlangsung. Inda duduk termangu didepan didepan ruangan, tidak
ada lagi yang perlu ia lakukan. Tiba tiba saja ia mendapatkan ide.
habis ini kita evaluasinya di kafe aja ya? Sambil makan
Oh? Ayo....
Partnernya baru saja berulang tahun, namun karena banyak hal,
belum sempat dirayakan. Setelah acara selesai dia segera mengajak
Meiga untuk membeli kue ulang tahun. Dia sedang mencoba
menyalakan lilin ketika Gita dan Ratna menghampiri mereka.

Ayo mah, tadi aku liat papah sedang menaruh barang di kapal
Coba liat papah udah di kafe belum?
Eh itu papah datang! Ayo cepat...
1 2 3!
Surprise!! Happy Birthday to You! Happy Birthday to You! Happy
Birthday dear papah! Happy Birthday to You!
Yay!
Happy Birthday Papah!
***
Anchor
Ketika lelah membuncah
Merasuki sudut hati
Memberatkan setiap langkah
Meragu
Apakah
Hati ku

Hati nya
Hati mereka
Terpaut

Di Jangkar yang sama?

***

The Letters, Revisit


Fortress of the Eyepatches
HASIL AKADEMIK

Nama

: Anindya Sugianto

Tahun Akademik

: 2013/2014

Semester

:4

Mata Inda men-scan isi surat tersebut, hingga matanya tertuju pada
nilai akhir dibagian akhir surat.
... Yes!
***
The Meeting, Revisit
Kedua orang itu duduk dipojok perpustakaan. Kertas kertas
bertebaran dihadapan mereka, program biro personalia yang akan
direalisasikan pada paruh terakhir pelayaran.
...Sebelumnya saya minta maaf, kalau saya ada salah.

Inda terdiam, menatap pemuda itu. Dia tidak tahu darimana


pernyataan itu datang... Dalam rangka apa minta maaf?
Dalam rangka menyambut semester baru, sebelum kita mengarungi
satu semester kedepan,
Inda tersenyum. Mungkin, hati mereka memang terpaut di jangkar
yang sama.
Saya juga minta maaf, kalau saya ada salah... Please take care of me...
***
Another Day on The Ship
Matahari bersinar terik, membakar wajah wajah kelelahan, sibuk
dengan tugasnya masing masing menjaga agar kapal tetap berlayar.
Satu hari lagi dikapal. Satu hari lagi mengejar harta dari bisik bisik
yang didengar. Satu hari lagi pulang dengan kecewa, karena
pencarian tak kunjung membuahkan harapan.
Saya tidak mengerti! Seharusnya ada disini! Tepat disini. Pulau tempat
harta itu disembunyikan... Pemuda itu, kapten dari kapal, berhenti
sejenak Atau mungkin, Ukhuwah memang hanya mitos belaka?
Legenda yang dibuat oleh ayah, untuk menjaga semangat dakwah
anaknya? Katakalah wahai sahabatku yang paling bijaksana, apakah
perjuangan kita selama ini hanya sia sia belaka?

Zein, penasihat dari kapal itu, hanya terdiam. Matanya menatap lautan
luas yang terbentang dihadapannya. Benarkan semua ini hanya sia
sia?
Tiba tiba cuaca berubah. Awan tebal muncul dari timur,menutupi
mentari. Angin membawa kabut tebal yang menyelimuti kapal dalam
kegelapan. Kemudian, diantara kabut tersebut, terlihat bayangan
besar, sebuah pulau.
Mungkinkah?
***
Lost and Found
Mereka berjalan dalam barisan tidak teratur, memasuki gua,
bermandikan cahaya lentera yang dibawa beberapa orang diantara
mereka. Aliran air sebatas mata kaki membasahi kaki kaki mereka,
menimbulkan suara riak air disetiap langkah.
Pemuda yang berjalan paling depan, Kapten Kapal Innovact, tiba
tiba berhenti, menyebabkan orang orang dibelakangnya turut
berhenti berjalan.
Jauh didepan mereka, terduduk diatas susunan batu, sebuah peti
besar bertahtakan delima.
Pemuda itu maju sendirian, menghampiri peti tersebut. Semua
rombongan terpaku ditempat mereka, menahan nafas. Dia membuka
peti itu.

Sinar yang sangat terang keluar dari dalam peti, menyelubungi


seluruh rombongan didalam gua dengan cahaya keemasan.
***
Sora wo tobe umi wo nagame kinou made no nayami kumo no ue de
oikakekko
(Fly in the sky, look at the sea and chase yesterdays troubles on the
cloud)

Doko made ikou ka kaze wa tomaranai


(No matter how far we go, the wind wont stop)
Ima kimi mo onaji koto wo kangaeteiru no ka na kaeritakunai to
(Right now, are we thinking the same thing? I dont want to go
home)
Yuuhi ga shizumi hoshizora mieru made nantonaku susunde ikou
(Till the sun sets and the starry sky appears, somehow we made it
forward)

Fune no ikisaki wa bokura no Pleasure


(This ships destination is our Pleasure)

(compass rose) - hey! say! jump

Air pun Berpuisi


By Puji Rahayu
Ia terlahir di sebuah desa di atas bukit di ujung bagian selatan
pulau

ini.

Bertahun-tahun

ia

hidup

damai

bersama

dengan

keluarganya. Sejak kecil ia memang selalu mendapatkan kesempatan


untuk belajar menggubah puisi kepada guru besar di daerahnya. Hal
itu bukan karena ia anak orang terpandang atau karena memiliki
jumlah sumbangan masjid yang terbesar di kota itu. Ia selalu bisa
sampai di manapun yang ia inginkan karena ibunya tak pernah
berhenti berdoa untuknya. Di sinilah ia tak akan pernah lupa kepada
seorang wanita yang telah melahirkan dan selalu memberikan
waktunya untuk berdoa demi kebaikannya. Ibu yang luar biasa. Ia
sudah cukup dewasa untuk mulai mengenal hidup yang sebenarnya.
Ia tak pernah mendengar orang menyebut nama aslinya dengan
benar meskipun nama yang ia miliki sangat singkat. Ia lebih dikenal
dengan nama panggilan kesayangan dari ibunya yang sejak kecil
disematkan padanya. Yaah, orang-orang tidak pernah memanggilnya
Puja, tetapi lebih suka memanggilnya dengan nama Dodoa (artinya:
pengulangan kata doa) . Sejak kecil bahkan ia tidak pernah suka
mengenakan perhiasan. Bahkan, anting yang sejak kecil terpasang di
dua telinganya yang merupakan pembelian ibunya pun ia taruh di
mana saja hingga akhirnya hilang tak bersisa.

Setelah ia melakukan salat selama 7 hari, maka ia mulai


mendapat keyakinan untuk benar-benar mulai mengembara karena
ia memang tak memiliki niat untuk terus tinggal di sana. Ia ingin agar
ia mengunjungi tempat baru hingga belajar banyak hal baru di sana
dan akhirnya ia bisa mengajak ibunya untuk hidup bersamanya di
tempat yang baru yang lebih baik. Tak mudah memang mendapatkan
restu dari sang ibu agar ia bisa pergi ke tempat baru yang
diidamkannya karena ibunya tak yakin akan membiarkan anaknya
tersebut hidup sendirian di tanah orang yang tak tahu bagaimana
kondisinya.

Namun,

berkat

bantuan

guru-guru

yang

selalu

mendampinginya untuk belajar selama ini, meskipun dengan usaha


keras, akhirnya sang ibu pun luluh dan percaya bahwa anaknya akan
mampu bertahan sehingga sang ibu pun memberikan restunya
kepada

anaknya

untuk

mengejar

asanya.

Seharian

sudah

ia

mempersiapkan segala sesuatunya. Akhirnya tiba saatnya ia akan


berpamitan kepada sang ibu untuk benar-benar mengejar asanya.
Ibu, Dodoa akan berangkat untuk mengejar asa Dodoa. Dodoa
mohon Ibu takkan pernah berhenti bangun di kala semua orang
terlelap tidur untuk selalu menyebut namaku di setiap sujudmu
karena

itulah

yang

selalu

membuatku

mampu

menghadapi

semuanya.
Dodoa, tanpa kau minta pun ibu pasti akan selalu mendoakanmu
naak. Untuk apa dan untuk siapa aku berdoa bila bukan untukmu.
Namamu adalah nama yang takkan pernah mampu terhapus dari bibir

ibumu ini nak. Pesan ibu, jangan kau tinggalkan salatmu, jaga dirimu
baik-baik, jangan pernah berhenti untuk berpijak pada bumi.
Ibu, Ibu adalah orang terbaik yang Dodoa miliki. Dodoa janji, Dodoa
akan kembali untuk bisa mengajak Ibu naik haji. Peganglah janji
Dodoa Bu, jarak akan kulangkah dan waktu akan kutuju agar Dodoa
bisa segera kembali ke sini untuk hidup kita yang lebih baik.
Dodoa, hati-hatilah nak. Bawalah dua buah kue kedelai ini untuk
bekalmu di jalan. Tuhan selalu bersama setiap langkah dan detak
jantungku.
Dodoa berangkat Bu. Aku pergi untuk ibu dan kembali pula untuk
Ibu.
Tak terasa mereka melelehkan air bening yang tak tertahan di
kedua pipi mereka. Perpisahan yang tak selamanya, tetapi begitu sulit
dijalani. Layaknya kekasih yang meninggalkan pujaan hatinya dalam
penantian. Dodoa pun segera melangkah meninggalkan bukit tempat
tinggalnya. Ia mulai menyusuri pepohonan dan jalan menuju kota.
***
Dua hari Dodoa berjalan dengan memakan kue yang diberikan
ibunya selama dalam perjalanan, akhirnya ia sampai di kota. Ia melihat
banyak hal baru di sana. Sejauh mata memandang banyak kerumunan
orang yang berjualan ataupun sekadar berjalan dan bergurau.
Akhirnya matanya menangkap sesuatu yang tak asing baginya. Yaah,

puisi. Ia mendengarkan rima yang begitu indah tercipta dan diksi


yang begitu luar biasa. Lebih indah daripada saat ia mendengarkan
puisinya sendiri menurutnya. Ia mendatangi pembaca puisi tersebut.
Seorang wanita setengah baya yang nyaris sempurna lagu dan
iramanya saat membacakan puisinya. Ia memberanikan diri untuk
mendekatinya. Orang itu lantas tersadar atas kedatangan Dodoa.
Salam, aku Dodoa, aku sangat terpesona dengan puisinya. Luar biasa
indah. Kau sudah lama berinteraksi dengan puisi? kata Dodoa saat
sampai di depan wanita itu
Salam, aku Reya. Kau seorang ahli puisi?
Hanya pernah beberapa kali mendapat kesempatan untuk belajar
tentang puisi. Jawabnya sambil menganggukkan kepala.
Wah, pantas kau memahami puisi dengan baik. Kalau boleh tahu,
dari mana kau berasal? Apakah kau berasal dari kota ini?
Hanya sedikit ilmu yang kumiliki tentang puisi. Aku berasal dari Bukit
selatan kota ini. kau sendiri sudah lama berada di kota ini?
Aku sudah tiga bulan berada di kota ini. Aku menunggu suatu hal
yang besar yang akan segera datang.
Kalau boleh aku tahu apa hal besar yang kau tunggu?
Aku menunggu datangnya kapal pesiar yang begitu besar yang akan
membawaku mengelilingi perairan di bumi ini. Aku sudah lama
menantikan hal ini. dan hari itu akan segera tiba. Besok pagi, apa yang

selama ini aku tunggu segera datang. Kapal pesiar itu akan segera
datang.
Aku pun ingin melihat bahwa air pun berpuisi.
Benarkah? Kalau begitu besok pergilah denganku dengan kapal
pesiar itu. kita harus sudah siap di pelabuhan sebelum fajar datang.
Kita harus berangkat setelah subuh agar bisa naik terlebih dahulu
karena pasti akan banyak orang yang ingin naik.
Baiklah, Reya.
***
Setelah mereka melaksanakan salat subuh, mereka segera
bergegas menuju pelabuhan. Benar yang dikatakan Reya, sudah
banyak orang berkumpul di sana. Tak berapa lama kemudian,
terdengar semacam peluit raksasa dibunyikan sebagai tanda bahwa
kapal pesiar yang dinanti-nantikan oleh semua orang telah datang.
Segera Reya menarik tangan Dodoa untuk naik ke kapal. Perjuangan
panjang melewati banyak orang berjejal yang juga ingin masuk ke
kapal pun akhirnya berhasil mereka lalui. Mereka sampai di dalam
kapal di lantai kedua. Mereka duduk di galangan kapal memandang
laut di depan mereka yang semakin terang karena matahari mulai
terbit. Tak sampai berapa lama kemudian, kapal pun mulai diarahkan
nakhkoda untuk meninggalkan pelabuhan. Perlahan tapi pasti kapal
mulai sampai di tengah lautan lepas. Yang bisa dilihat hanyalah lautan
dan ombak yang tenang. Tak henti-hentinya Dodoa maupun Reya

mengagumi indahnya lautan itu. semakin malam pemandangan


semakin indah karena deburan ombak ditemani oleh indahnya langit
yang seolah memberi salam kepada semua penghuni bumi dan
kepada air. Reya sibuk menyusun bait-bait puisi sedangkan Dodoa
masih lebih suka membaca keindahan tak terhingga yang sekarang
ada di hadapannya. Malam semakin larut hingga mereka pun tertidur
diselimuti oleh langit berbintang.
Namun, tiba-tiba mereka terbangun saat badan terasa
diguncang dengan sangat hebat. Mereka pun terbangun. Mereka
merasakan kapal oleng ke kanan dan ke kiri. Mereka segera mencari
pegangan. Tangan mereka menggenggam erat apa yang menurut
mereka bisa menopang tubuh mereka. Hal ini terjadi agak lama, tetapi
kemudian suasana kembali tenang karena guncangan itu hilang.
Menurut penumpang lain yang ikut melihat kejadian yang membuat
kapal tersebut berguncang berkali-kali adalah karena adanya
gerombolan ikan paus yang berada di laut di bawah kapal berada dan
memaksa untuk muncul ke permukaan sehingga menabrak dasar
kapal berkali-kali, tetapi kemudian ahli perikanan mampu membuat
paus tersebut mencari jalan lain untuk muncul ke permukaan.
Tak terasa sudah lebih dari dua bulan mereka berada di kapal
pesiar tersebut dan berteman dengan laut maupun langit. Setiap hari,
bait puisi tak pernah terhenti dibuat dan dibacakan untuk para
penumpang kapal oleh Dodoa dan Reya. Semua orang menyukai puisi
mereka dan mereka merasa terhibur dengan adanya dua orang

tersebut. Hari itu langit begitu cerah. Matahari bersinar terik. Namun,
tiba-tiba keindahan itu musnah saat semua orang berteriak, air
masuk kapal...air masuk kapal... Semua orang mulai panik dengan
keadaan yang terjadi. Banyak orang yang diam saja, menangis,
berdoa, atau bahkan menutup mata mereka. Begitu pula dengan
Dodoa maupun Reya. Saat ini mereka tidak tahu harus berbuat apa
untuk menyelamatkan kapal dari tenggelam karena air mulai masuk
ke kapal. Air yang selama ini menjadi sahabat mereka hari ini tiba-tiba
menyerang mereka. Tidak. Air tidak mungkin memusuhi sahabatnya
sendiri karena kami pun tidak pernah memusuhinya. Kita bersahabat.
Aku harus mengingatkan bahwa kita sahabat dan tidak seharusnya
bermusuhan.

Hatinya

berkata

hal

yang

selama

ini

menjadi

keyakinannya. Akhirnya tanpa berpikir panjang ia turun ke lantai


dasar. Ia berlari menyusuri tangga. Ia segera sampai di tangga menuju
lantai dasar. Ia melihat air sudah setinggi lutut menggenangi lantai
dasar dan semua awak kapal sedang berusaha mengurangi jumlah air
yang semakin meninggi. Dodoa segera masuk ke dalam air dan mulai
melihat air yang mulai membasahi kakinya hingga atas lutut. Ia
berkata dengan lembut kepada air yang berada di hadapannya,
Kawan, sejak dulu aku yakin bahwa kau pun berpuisi. Aku yakin kau
pasti mengetahui puisi terindah sepanjang masa yang takkan pernah
diragukan lagi kebenarannya. Tuhanku dan Tuhanmu telah berpuisi
dalam kitab Al-Quran kita yang suci, Milik-Nyalah kapal-kapal yang
berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung dalam surah Ar Rahman

ayat 24. Maka aku memintamu sebagai sesama makhluk yang samasama berpuisi dengan puisi Tuhan agar kau bersahabat dengan kami
karena kami pun ingin bersahabat denganmu. Tuhan, izinkan kami
bersahabat dan izinkan kapal ini kembali berlayar. Seketika itu pula
seakan air laut memahami Al-Quran dengan baik, maka airpun mulai
surut dengan sendirinya karena kapal yang sedang berlayar tersebut
adalah milik Tuhannya sehingga ia bersedia bersahabat dengan kapal
tersebut dan dengan orang-orang yang ada di dalamnya. Akhirnya
semua orang segera kembali tenang karena air sudah tidak masuk
lagi ke dalam lantai kapal. Dodoa melakukan sujud syukur atas
kebaikan Tuhan yang telah menolong kapal beserta mereka semua
yang berada di dalamnya. Reya menepuk bahu Dodoa dan
mengatakan satu hal padanya Tunjukkan padaku satu hal dan
Dodoa pun menjawab Dengan puisi terhebat yang pernah ada, maka
kita semua berpuisi. Begitu pula dengan lautan, air pun berpuisi.
Kapal pun kembali mengarungi lautan lepas yang kini sudah
menjadi sahabatnya. Kini puisi itu semakin indah dan akan tetap
indah. Di kejauhan sana, tampak daratan menghijau siap menyambut
kapal. Itulah daratan tujuan mereka. Tak lama lagi mereka akan segera
sampai di tempat tujuan mereka. Salam perpisahan pun akan segera
terucap untuk sang sahabat yang kini sudah sangat erat. Air, tetaplah
berpuisi sesuai dengan puisi terindah sepanjang masa
***

My Journey
By Mohamad Jatiardi Fitriantoro
End of The Line
Aku sedang duduk termenung menatap langit yang menyemburkan
cahaya jingga kebiruan. Perpaduan warna sempurna, yang secara tak
langsung mengagungkan pencipta-Nya. Aku tersenyum sesaat, lalu
mengalihkan pandangan. Dari kejauhan, terdengar sayup-sayup suara
orang-orang yang ku kenal, suara-suara itu memanggil nama ku.
Mereka, awak kapal yang telah menemani perjalananku, mereka
melambaikan tangan ke arahku.Betapa kagetnya aku saat mengetahui
teman-temanku, semuanya sudah turun dari kapal. Daratan! pikirku
terkaget-kaget. Saat melihat hamparan pasir tempat teman-temanku
itu menjejakkan kakinya, perasaan senang tak terkira memenuhi
rongga-rongga hati ku. Aku memang sangat merindukan daratan.,
karena, sudah satu tahun aku berlayar di laut lepas. Dan saat melihat
daratan tempatku melangkahkan kaki ke kapal ini setahun lalu, wajar
bila hatiku meloncat-loncat kegirangan.

Tapi, seketika satu

pertanyaan muncul di benakku.Saat aku menginjakkan kaki ku ke


daratan ini, apakah itu artinya ini kali terakhir aku merasakan indahnya
lautan?
Aku berjalan perlahan dengan penuh kepastian. Setiap langkah yang
ku buat mendekatkanku kepada pintu keluar kapal, mendekatkanku
pada suara-suara yang sedari tadi memanggilku untuk turun dan

bersenang-senang. Dan saat aku tiba di gerbang kenyataan itu,


tanpa sadar air mataku menetes.Tampaknya, hati ku masih tak rela
untuk meninggalkan kapal ini. Kapal yang telah membawaku ke sudut
pulau antah berantah, mengajarkanku untuk kuat saat tertimpa badai,
dan memberikanku suatu harta karun yang sangat berharga bernama
keluarga. Aku akan selalu mengingat momen ini. Momen dimana
aku menangisi perpisahanku dengan kapal agung ini. Momen yang
mungkin akan menjadi kali terakhir aku merasakannya.
Saat kedua kakiku ini sudah bertemu dengan tekstur unik dari pasir
pantai yang halus, aku membalikkan badanku. Aku menatap kapal itu
untuk terakhir kalinya sebelum aku bergabung bersama temantemanku. Namun, seketika semua memoriku bersama kapal itu
terbang, dan melesat di kepala ku bertubi-tubi.

Flashback
Saat itu, aku hanya seorang bocah ingusan yang secara kebetulan
terdampar di sebuah pulau asing. Disitu aku bertemu dengan orangorang baru, yang bernasib sama sepertiku. Baru beberapa bulan aku
tinggal di pulau itu, aku hampir saja terhanyut, dengan semua gegap
gempita yang telah mendarah daging dalam diri mereka. Hingga
akhirnya, pertolongan Allah datang kepadaku, melalui orang-orang
itu. Ya, kapten Bilal menawarkanku untuk bergabung dalam suatu tim

yang akan mengadakan ekspedisi pencarian harta karun ke pulau


Madani yang letaknya masih dipertanyakan.
Kapten Bilal dan pasukannya memiliki misi untuk mencegah segala
jenis konflik yang mungkin terjadi dengan bajak laut yang lain. Untuk
itu, semua anak buahnya, tak terkecuali aku, dibekali dengan
pengetahuan untuk bisa melobby, berbicara di depan umum, dan
negosiasi. Tentu saja Kapten Bilal memiliki peranan penting di kapal
itu. Bayangkan, berapa besar kerugian yang harus ditanggung jika kita
tidak bisa menghindari pertempuran di laut yang mahadasyat.
Menjadi garda terdepan di garis pertempuran tentu tak mudah. Tim
kami harus langsung melakukan konfrontasi dan meyakinkan kapal
lain yang berpapasan dengan kapal kami, bahwa kapal kami tidak
menginginkan keributan. Maklum, di dunia yang kami singgahi ini,
perang antar kapal menjadi sesuatu yang awam di kalangan
masyarakat. Ternyata, tugas berbahaya ini menjadikan kami tim yang
solid. Perasaan senasib bahwa suatu saat kami gagal bernegosiasi dan
tertawan membuat kami dekat satu sama lain. Di masa pelayaran itu,
yang merupakan pelayaran pertamaku.Akhirnya, aku menemukan
keluarga baru.
Saat pelayaran pertama usai dan kapal telah berlabuh, tanpa terduga
aku ditawari untuk ikut ekspedisi mencari harta karun yang kedua.
Betapa bahagianya aku, bisa kembali mengulang masa-masa

kegembiraan di dalam kapal, bersama dengan awak-awak kapal yang


sudah kuanggap saudara kandungku sendiri.
Saat itu, aku ditawarkan untuk menjadi wakil kapten di divisi
pengendalian kapal. Kapten Bilal pun ikut berlayar bersamaku. Berkat
jasa-jasa di ekspedisi pertama itu, kapten Bilal sekarang dipromosikan
menjadi Laksamana Hubungan Antar Kapal.Meski berada di divisi
yang berbeda, aku dan Laksamana Bilal masih tetap akrab. Bahkan, di
pulau Transito, tempat dimana semua kapal berkumpul untuk
beristirahat, aku dan Laksamana Bilal menghibur awak kapal kami, dan
awak kapal yang lain dengan penampilan musik. Aku masih ingat jelas
saat-saat di pulau Transito itu. Saat dimana kami bermain musik di
malam hari yang indah, di sisi pantai, dengan bintang-bintang dan
deburan

ombak

menghiasi,

dengan

api

unggun

yang

menghangatkan, dengan senyum dan gelak tawa penonton yang


menggembirakan.
Here Comes The Leader
Tiba-tiba, aku teringat akan Laksamana Handy. Ia adalah nahkoda
kapal, pimpinan tertinggi yang terpilih. Ia adalah sosok pendiam yang
kadang tak bisa di tebak. Kharismanya terpancar dari sifatnya yang
tidak banyak bicara. Mungkin, banyak awak kapal yang tidak paham
betapa besar pengorbanannya untuk kapal kami. Di tengah malam,
saat semua awak tertidur, ia adalah satu-satunya orang yang masih
terjaga. Matanya bergerak kesana kemari. Ia harus waspada, jikalau

malam

yang

gelap

mengantarkan

ombak

besar

yang

bisa

menenggelamkan kapal, atau bajak laut licik yang menggunakan


malam sebagai selimut untuk menyerang. Ia selalu siap melindungi
kita, anak buahnya, tanpa mengharapkan imbalan.
Pernah suatu waktu, saat krisis kepercayaan awak kapal terhadapnya
kian membesar, aku melihatnya tetap kuat.Ia tidak mencoba
menenangkan diri, tidak pula mencoba mengklarifikasi. Ia hanya sibuk
menggerak-gerakkan kemudi kapal. Menghindarkan kapal dari batu
dan halangan, memastikan kapal akan bergerak sesuai tujuan. Ia tidak
pernah mengeluh. Sama sekali.
Di tengah malam, saat semua awak tertidur.Seperti biasa, aku
mengintip

dari

kejauhan.Aku

melihatnya

menangis.Suatu

pemandangan yang MUSTAHIL kulihat jika aku hanya mengandalkan


siangku untuk memperhatikannya. Ia menengadahkan tangannya.
Nampaknya, ia sedang berdoa kepada Allah SWT. Tak lama, jawabanNya seakan turun dari langit. Hujan deras dengan petir yang
menyambar membuat semua awak terbangun dari tidurnya. Tak lama,
ombak besar datang menyerang. Badai laut! Badai laut! Semuanya
harap waspada! Sopana, salah satu anak buahku di divisi
pengendalian

terlihat

menggunakan

pengeras

suara

untuk

mengingatkan seisi kapal. Bocor! Kapal kita bocor! Kita akan


tenggelam! Dikri, salah satu anak buah Iqbal, wakil kapten divisi
penguatan kapal berteriak kebingungan. Tak disangka-sangka, semua
awak kapal kocar-kacir tak karuan. Mereka terlihat kebingungan

dengan apa yang harus mereka perbuat. Aku sendiri langsung berlari
ke arah tepian untuk berpegangan. Saat kepanikan dan ketakutan
menyerang

itu-lah,

sebuah

suara

keras,

tegas,

dan

tenang

menggelegar di penjuru kapal.


Divisi penguatan kapal! Cepat cari semua kebocoran kapal dan
tembel sekarang juga! Siap, Laksamana! jawab mereka seraya
bergegas melakukan apa yang Laksamana Handy perintahkan. Divisi
pengaturan, tidak.. Bidang pengaturan arah kapal! Buka layar
bersayap selebar-lebarnya! Kita butuh itu untuk tetap seimbang!
Terlihat lima orang kapten dari bidang pengaturan kapal sibuk
mengkoordinasikan anak buahnya untuk melakukan apa yang
diperintahkan Laksamana Handy. Divisi pengendalian, cepat coba
pelajari radar, kita akan bergerak ke tempat yang tidak terkena badai!
Mendengar seruan itu aku langsung bergegas ke ruang kerjaku. Di
saat aku berlari, suara Laksamana Handy yang menggelegar masih
terdengar. Semua Laksamana, tolong koordinasikan semua bidang!
Divisi yang lain, kalian bantu kuras air yang memenuhi kapal atau kita
akan tenggelam! Para penumpang cepat ke dalam kabin kapal, jangan
panik!
Semua gemuruh itu telah pergi. Selimut awan tebal perlahan-lahan
menghilang, digantikan oleh mentari yang bersinar terang. Ombak
pun sudah lama tenang. Kami semua, para awak kapal, terduduk tak
percaya. Apa yang telah kita lalui tadi malam sungguh luar biasa!
ucapku dalam hati. Kulihat semua awak kapal termenung, tampaknya

mereka sibuk mengingat kejadian mendadak tadi malam, sampai


akhirnya sebuah suara memecah kesunyian. Gamal, salah satu anak
buah Elsy di divisi personalia kapal berteriak dengan lantang. Kita
telah selamat dari maut! Allah telah menganugerahkan kita seorang
pemimpin yang hebat, Allahu Akbar! Seketika, kita semua, para awak
kapal membalas takbir yang dilontarkan oleh Gamal. Allahu Akbar!
Allahu Akbar! gemuruh takbir sahut menyahut memenuhi seluruh isi
kapal. Tak jarang kudapati awak kapal yang menangis terbawa
euphoria. Tak terkecuali aku. Kulihat Laksamana Handy dilempar ke
angkasa, ditangkap lagi, dan dilemparkan lagi oleh beberapa pemuda
awak kapal kami. Hidup nahkoda kita! Hidup pemimpin kita! Allahu
Akbar!
Should I Say Good Bye?
Banyak sekali pengalaman yang telah aku pelajari dari pelayaran
kedua ini. Ekspedisi pencarian harta karun ke Pulau Madani,
tampaknya telah mengubah diriku dari seorang bocah ingusan,
menjadi bocah yang sedikit memiliki rasa tanggung jawab.
Aku takkan pernah lupa, saat gelak tawa awak kapal membahana,
ketika ada satu pasukan lumba-lumba yang menyapa kami. Mereka
membentuk formasi, mencoba menghibur kami dengan adegan sirkus
yang sangat lucu. Aku juga takkan pernah lupa, saat kita bersamasama menyaksikan matahari terbenam yang sungguh menawan. Saat
itu, seolah semua penat perjalanan kita terbayarkan. Dan juga, saat

kita melihat bintang jatuh di langit malam pulau Prodak, yang pada
saat itu pula, kita mengukir asa pembaharuan dan cita-cita.
Terlebih

lagi,

saat-saat

kebersamaanku

dengan

timku.

Tim

Pengendalian yang amat hebat! Terimakasih, kalian telah menjadi


anak buah terhebatku. Dan Laksamana Jauza adalah partner
terhebatku pula. Pada saat dimana aku mengingat kembali momen
indah ini, ada nama-nama kalian di dalamnya. Ada kehangatan dari
sebuah tim kecil yang aku bina. Ada gelak tawa dan senyum di atas
kesedihan dan juga air mata.
Que Sera Sera
Memori itu, akhirnya meredup, meredup, lalu hilang. Ku balikkan
kembali badanku

yang

mulai rapuh

karena

kesedihan

yang

membebaniku. Kugerakkan kaki ku menjauhi kapal yang sedari tadi


diam membisu. Tiba-tiba kesedihanku sirna, air mataku tak menetes
lagi. Tiba-tiba, suatu keyakinan yang tak terhingga menyinari relungrelung hatiku yang hampa. Hampa karena perpisahan dengan memori
yang tak terlupakan.
Terimakasih kapalku. Terimakasih Laksamana Handy, Laksamana
Jazuli, Laksamana Novia, Laksmana Dhindha, Laksamana Bilal,
Laksamana Atina, Laksamana Nurul, Laksamana Jauza, Laksamana
Irma, dan Laksmana Syarif. Terimakasih semua kapten dan wakil
kapten divisi, serta semua awak kapal. Terimakasih tim kecilku yang

selalu aku banggakan. Sungguh, pengalaman di kapal ini merupakan


suatu pengalaman yang tak akan pernah aku lupakan.
Dimanapun aku nantinya, aku akan selalu merindukan perjalananku,
bersama dengan awak kapal lainnya, mengejar harta karun di pula
Madani itu.Que Sera Sera. Terimakasih atas petualangannya! ^^
By: MJF

Additional story by MJF


Side Story: Langit Bertabur Bintang (Part 3-End)
Seorang pemuda terlihat sedang melongok ke atas dari jendela
kamarnya.Ia memandangi sebuah karpet biru tua besar yang indah,
namun sunyi dan kosong. Mata pemuda itu tampak bergerak-gerak
mencari sesuatu di langit malam itu. Ia berharap, langit sunyi itu
masih mau berbaik hati menyisakan satu bintang untuknya. Sudah
berjam-jam hitam bola matanya bergerak kesana kemari. Sampai
akhirnya ia sadar, di balik rerimbunan hawa biru itu, ada tiga buah
bintang, yang selalu menjauhkannya dari kegelapan malam .
Bintang kecil di langit yang biru
Amat banyak menghias angkasa
Aku ingin terbang dan bermain
Jauh tinggi ke tempat kau berada

Pemuda tersebut tampak tersenyum-senyum kecil, menatap tiga buah


bintang yang bersinar terang di balik jendela kamarnya.Betapa
indahnya ketiga bintang itu ujarnya. Di tengah kekagumannya
dengan ketiga bintang tersebut, air mukanya berubah setelah ia
menyadari bahwa ia tidak bisa selamanya bergantung pada ketiga
bintang tersebut. Esok hari, ia harus melakukan perjalanan ke daratan
antah berantah. Di sana, mungkin saja terdapat awan jahat, atau
rimbun pepohonan yang menghalangi sinar dari ketiga bintang
tersebut. Seketika ia memutuskan untuk tidak tertidur. Ia ingin
menikmati kebersamaannya bersama ketiga bintang ini, sebelum
besok ia melakukan perjalanan jauh.
Benar saja, di daerah antah berantah itu, ia merasa sendiri. Kerumunan
orang tersebut mengacaukan pikirannya.Di tengah keramaian itu, tak
ada satupun orang yang dikenalnya.Membuatnya merasa kesepian
bahkan di kondisi seramai itu. Di malam harinya, benar saja, ia
kehilangan ketiga bintangnya. Awan jahat menyembunyikannya,
membiarkannya dalam ketakutan akan kegelapan malam.
Kondisi itu terus berlanjut setiap harinya. Membuat pemuda itu tak
tahan lagi.Sampai akhirnya, secercah sinar harapan menghampirinya.
Seorang

pemuda

menawarkannya

untuk

bergabung

di

perkumpulannya. Disana pemuda tersebut belajar banyak hal. Ia juga


menemukan

sesuatu

yang

sangat

berharga

dan

tidak

ada

tandingannya di dunia: sebuah keluarga. Ya, teman-temannya di


perkumpulan itu mengajarkan padanya bahwa ia tidaklah sendirian di

dunia

ini.

Pemuda

itu

memiliki

teman-teman

yang

sangat

menyayanginya. Yang membuat pemuda itu harus berpikir dua kali


saat ia beranggapan bahwa malam begitu amat menakutkan.
Belakangan ia menyadari, angin jahat yang menutupi ketiga
bintangnya itu, hanyalah cerminan dari rasa takutnya. Pada saat
ketakutan pemuda itu sirna, pada saat itu pula angin tersebut lenyap
tak berbekas. Membuatnya kembali bisa menikmati sinar ketiga
bintang yang amat disayanginya.
Pemuda itu kembali meneteskan air mata sedih karena kebodohannya
yang larut dalam ketakutannya. Jika saja ia memiliki keberanian untuk
menerima, ia tidak akan merasakan bagaimana gelapnya malam tanpa
bintang. Tapi ia juga tersenyum lega, karena dengan pengalamannya
dalam gelap, ia bisa mensyukuri datangnya terang.

Bintang kecil di langit yang biru


Amat banyak menghias angkasa
Aku ingin terbang dan bermain
Jauh tinggi ke tempat kau berada
Pemuda itu sedang bersenandung di tempat tidurnya. Bukan karena
ketakutannya akan kegelapan, tapi karena sebentar lagi malam tiba.

Waktu dimana ia bisa menyaksikan ketiga bintang yang amat berarti


baginya. Saat matahari mulai letih dan beranjak dari tempat
duduknya, dan saat langit mulai kehilangan sinarnya, bintang-bintang
itu muncul. Betapa kagetnya ia mendapati langit malam itu. Air
matanya

bercucuran.Keringatnya

membasahi

dahinya.Bibirnya

bergetar kegirangan. Karena saat ia menatap hamparan karpet biru


tua itu, dilihatnya, langit bertabur bintang.
By: MJF

SAILING WITH THE INVISIBLE


By Nurul Suaybatul Aslamiyah
Fase 1 : Menetapkan Pilihan
Berada di bagian galangan, buritan, atau bahkan bagian
terluar dari sebuah kapal layar ini pun kau akan tetap memiliki peran
yang sama dalam membantu mensukseskan ekspedisi kapal layar ini
jika memang kau mau berkontribusi untuk mensukseskannya dan kau
membenarkan niatmu dalam membantu mensukseskan ekspedisi itu.
Lihatlah mercusuar itu!! Dia bahkan bukan merupakan bagian dari
kapal ini, tapi tanpa mercusuar itu mungkin kapal ini akan kehilangan
haluannya. Segera putuskan karena kapal harus segera berlayar,
ekspedisi harus segera dimulai, jangan lagi kau ragu. Aku yakin dan
percaya pada keputusanmu.

Terasa dingin angin yang menyentuh pipi malam itu membuat


sejenak logika dan rasioku ikut membeku karena harus memutuskan
untuk memilih menjadi awak kapal pada bagian yang mana, aku
menaruh rasa yang sama pada kedua bagian itu. Beruntung hangat
tatapan seorang kawan dan hangat nasihat serta kepercayaannya
padaku membuat ku dapat kembali menggunakan rasio dan logika
akal sehatku. Ya, aku sudah memutuskan !! kataku mantap pada
kawanku.
Aku memutuskan untuk bergabung menjadi awak kapal
dengan membantu penanggung jawab keuangan kapal dan berperan
sebagai perpanjangan tangannya untuk mengumpulkan barangbarang perbendaharaan kapal yang akan menjadi bekal dalam
ekspedisi kami menuju Pulau Ghaliba, yang dalam Bahasa Indonesia
Ghaliba itu memiliki makna Kejayaan. H-beberapa jam penutupan
perekrutan awak kapal keputusan itu baru kuambil, segera kusiapkan
segala syarat administratif yang diperlukan untuk bisa menjadi bagian
awak

kapal.

Semua

perbekalan

telah

kusiapkan,

niat

telah

kumantapkan, dan kakipun melangkah membawa asa untuk dapat


menjadi bagian dari perjalanan ekspedisi kapal untuk mencapai Pulau
Ghaliba. Meskipun tidak banyak orang yang menyukai ekspedisi
dengan beribu onak duri, berbagai badai dan ombak yang menjadi
tantangan, tapi tekad dan niatku sudah bulat. Ada ridho dan
keberkahan Illahi dalam perjalanan ekspedisi itu, dan aku harus

menjadi bagian dari perjalanan yang penuh dengan ridho dan


keberkahan Illahi itu.
Pertemuanku dengan penanggung jawab keuangan kapal di
hari berikutnya, justru membuat aku tercengang dan membuat niatku
sedikit tergoyahkan. Bagaimana tidak, aku yang hanya berekspektasi
menjadi wakil kepala awak kapal yang merupakan perpanjangan
tangannya justru di tunjuk untuk menjadi kepala awak kapalnya. Sadar
bukan fitrahku untuk bisa menjadi seorang kepala sekaligus sadar
akan kapasitas diri, aku berusaha menolak untuk menjadi kepalanya
dan meminta untuk tetap dijadikan wakil kepalanya saja. Tapi apa
mau dikata, ketika sudah dihadapkan pada kalimat Amanah tidak
akan pernah salah dalam memilih tuannya seperti luluh seketika ego
dan ketidak yakinan dalam diri. Dengan pasrah kuterima keputusan
dan amanah untuk menjadi kepala awak kapal yang bertugas untuk
mengepalai awak yang lain untuk mengumpulkan perbendaharaan
bekal yang sangat dibutuhkan dalam ekspedisi ini.
Belum selesai sampai disitu, aku masih belum tahu siapa yang
akan melengkapi kekuranganku dan menjadi rekan untuk mengurus
awak kapal lain yang bertugas untuk mengumpulkan bekal ekspedisi
ini? Jelas, aku tidak bisa sendirian mengepalai awak yang bertugas
untuk mengumpulkan bekal ekspedisi ini. Tidak lama merisaukannya,
datang secarik pesan yang memberitahukanku dua nama orang yang
akan menjadi rekan kerjaku di bagian ini. Pada bagian akhir pesan
dituliskan bahwa aku harus memilih satu dari dua nama yang

diajukan. Ketidakyakinanku untuk menjadi kepala bagian diawal sudah


terlihat disini, sebagai perempuan tidak bisa aku mengambil
keputusan secara spontan dan secepat itu, baper, banyak mikir,
banyak memasukkan variabel-variabel yang tidak relevan untuk
dijadikan pertimbangan. Untuk mengambil keputusan awal seperti ini
saja aku harus berkonsultasi pada banyak pihak, dan akhirnya nama
yang mereka sebutkan pun menjadi nama yang aku tuliskan pada
balasan pesanku kepada penanggungjawab keuangan kapal. Dua
nama yang membawaku dan penanggungjawab keuangan kapal pada
sedikit perdebatan kecil ketika aku memutuskan memilih satu dari dua
nama itu. Tak lama beradu argumen, penanggungjawab kapal pun
luluh dan memutuskan untuk menjadikan nama yang sudah
kusebutkan sebagai wakil kepala bagian yang akan membantu dan
melengkapi kekuranganku untuk memimpin awak kapal lain di bagian
ini. Kepala bagian awak kapal telah lengkap, telah ditutup sayembara
untuk mengisi posisi sebagai kepala dan wakil kepala bagian awak
kapal. Pencarianpun berlanjut, fase berikutnya untuk menemukan
awak kapal pun dimulai.
Fase 2 : Menemukan Awak Kapal yang Tepat
Telah dibuka !! Sayembara untuk mencari orang-orang yang
tepat untuk menjadi awak kapal yang akan melengkapi ekspedisi
kapal untuk menuju Pulau Ghaliba. Kesempatan untuk mengikuti
sayembara dibuka untuk semua muslim Pulau Imonoke.

Begitulah deklarasi dibukanya sayembara untuk mencari awak


kapal yang akan melengkapi ekspedisi menuju Pulau Ghaliba
dibacakan oleh Sang Kapten dan tersebar ke segala sudut kota di
Pulau Imonoke. Singkat cerita aku bersama dengan wakilku dalam
mengepalai awak kapal pada bagian ini pun telah melengkapi tim
kami dengan 8 orang awak kapal yang unik dan luar biasa
kehebatannya.
Aku ini FMD lho Kak !! kental dengan logat Jawa nya yang
khas, itu yang sering dia ucapkan ketika bertemu dengan para Kepala
Awak Kapal yang lain atau Penanggung Jawab Kapal layar ini. Cerdas,
mampu berfikir taktis, logis, dan selalu tidak dapat menyembunyikan
kata tanya Mengapa ketika dia dihadapkan pada satu kondisi,
statement, atau bahkan teori. Wajar, dia adalah sosok yang
berkeinginan

kuat

untuk

terus

belajar.

Pernah

suatu

ketika,

ketidaktuntasannya dalam menjalankan misi membuat sahabatnya


sedikit menyimpan kekesalan kepadanya. Yaaa,, itulah si ikal dari Ibu
Kota Jawa Timur, brainy !!..
Santai, sering berbeda pendapat, yang aku ingat sosok yang
satu ini sampai mengalihkan perhatian dengan menonton film
ditengah-tengah cerewet dan berisiknya aku menanyainya tentang
konsep dari misi yang ia jalankan. Hahaa, annoying lil boy !!. instead
of being annoying awak yang satu ini selalu memberikan hasil yang
tuntas dari pekerjaannya. Cuek, tengil juga, mungkin bisa dibilang
demikian.

Sahabatnya

mengatakan

itu

padaku,

karena

kebingungannya dengan bagaimana harus berinteraksi dengan dia.


Yaaa, dia itu adalah yang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang
konglomerat muslim, indeed thats a great boy!!
Abang dari Medan ini sangat suka bertanya, polos, dan
memiliki keinginan untuk menjadi sama dengan Kakak-kakaknya.
Menyelesaikan misi dengan tuntas dan selalu memiliki ambisi dengan
misi

yang

dibebankan

padanya.

Cukup

cepat

akselerasi

pembelajarannya. Dan suatu ketika aku pernah mendapatinya dalam


kondisi mood yang tak terkontrol dan membuatnya nampak tidak
bersemangat. Keep being fabulous brother, youll be more than your
sisters. I count on you !
Diam, tenang, dan menenangkan. Paling muda diantara semua
awak kapal ini, kukira ia yang paling dewasa juga diantara semua
awak kapal ini, hmmm. Misi yang lebih besar datang padanya, dan
sayang akhirnya pun dia meninggalkan sahabatnya sendirian
menjalankan misi dari bagian pencarian harta karun ini. Ahh, aku ingat
dia sempat kembali sekali. Tapi setelah itu ya dia menghilang lagi dari
kapal ini. Unable to be predicted. Unpredictable...
Childish, always be the one who always causing laughter,
tingkahnya, celotehnya, selalu bisa menjadi penyegar suasana.
Disamping itu, awak yang satu ini selalu menunjukkan usahanya untuk
belajar menjadi yang lebih dewasa. Terlihat dari kemampuannya
mengesampingkan egonya karena kekesalannya dengan sahabatnya.

Awak yang satu ini selalu menuntaskan apa yang tidak dituntaskan
oleh sahabatnya. Selalu ceria, dan menceriakan suasana. Funny child,
Beta.
Excellent, diam, tenang, rapih, terstruktur, humorous. Diamdiam suka membuat kelucuan juga diantara teman-temannya. Aku
tahu awak yang satu ini memiliki performance yang sama bagusnya
juga dimanapun dia bekerja. Dan misi yang dia kerjakan selalu
complete. Oh iya, satu lagi awak yang satu ini juga pintar, penyayang
binatang (koleksi binatang dirumahnya lumayan katanya). A girl with
outstanding work, Nur.
Awak yang satu ini suka sekali bilang saya pusing Kak, saya
bingung.
Menurutku

Dia mengaku
tidak,

dia

dia gampang pusing


cukup

dewasa

dalam

dan

bingung.

menyelesaikan

permasalahan yang dia hadapi. Dan yang tidak diketahui orang lain,
awak yang satu ini adalah yang paling romantis dibanding awak
perempuan yang lain . Hanya kadang dia kurang percaya diri
dengan dirinya sendiri. Mungkin yang perlu dia perhatikan adalah
mood swing nya. Romantic girl, Jihan.
Awak yang satu ini adalah yang memiliki toleransi dan
pengertian yang paling tinggi terhadap sahabat-sahabatnya, dewasa,
tenang

dalam

bekerja

dan

bersikap.

Kemampuannya

dalam

memahami sahabat-sahabatnya perlu diapresiasi. Awak yang satu ini


selalu memberikan effort paling maksimalnya untuk misi yang dia

jalankan. Meskipun ditengah jalan awak yang satu ini sempat


mengalami guncangan karena ditinggalkan pergi begitu saja oleh
sahabatnya. Aku jatuh cinta pada ketenangannya dan kemampuannya
untuk mengerti dan memahami sahabat-sahabatnya. Sweet girl,
Emma.
Fase 3: Perjalanan telah Selesai
Yaaa, aku menemukan 8 orang itu, instead of satu orang lagi
yang selalu menjadi pelengkap kekuranganku. Kami bersepuluh
adalah satu bagian, bersama menggoreskan tinta menuliskan cerita di
lembar catatan sejarah dunia. Kini, kami telah sampai di ujung dari
perjalanan kami dalam mencapai Pulau Ghaliba. Saatnya kita singgah,
memilih kapten baru, menemukan awak kapal yang baru untuk
menggantikan awak kapal yang berguguran ditengah perjalanan.
Ketika ada sebuah permulaan, maka akan ada sebuah akhir yang
menjadi ujungnya dan sekaligus sebagai titik tolak permulaan yang
baru.
Diujung perjalanan ini, aku menemukan apa yang menjadi
jawaban dari pertanyaan kita selama ini, pertanyaan tentang mengapa
kita menetapkan pilihan hati pada sebuah bagian yang tersembunyi
dan tak nampak dari pandangan mereka yang berada diluar sana.
aku tahu sekali, banyak pilihan yang lebih baik yang
mengelilingimu di luar sana dan bisa kau jadikan sebagai pilihan. Lalu

kenapa kau masih tetap memantapkan hati untuk memilih ku ? tanya


hati pada kita.
andai hati ini bisa memilih. Jawab kita.
Hati pun melanjutkan, dan seandainya pun hati bisa memilih
maka aku akan tetap tak akan mengubah pilihanku. Aku telah yakin
akan ketetapan hatiku, untuk memilihmu.
Dan kita pun menjawab, ya karena itulah ku pilih kau untuk
menyaksikan perjalanan kita. Kita adalah titik-titik yang terhubung
menjadi garis, dan garis itu bergerak sesukanya untuk kemudian
membentuk deretan huruf yang terangkai menjadi kata, terangkai
menjadi kalimat, dan terangkai menjadi sebuah cerita yang membuat
dunia bangga karena cerita kita menjadi bagian yang membuat
catatan sejarah dunia menjadi berwarna. Dunia bangga, karena cerita
kita adalah cerita yang tak biasa. Cerita itu terangkai dari amalan kita.
Amalan yang kuharapkan akan menjadi pemberat timbangan amal
kebaikan kita di yaumil akhir nanti. Cerita yang kuharapkan mampu
dijadikan bukti dari pernyataan pembelaan kita terhadap masingmasing dari kita kepada Nya jika kita tak saling lihat di surga nanti.
Kita yang akan saling memanggil, jika kita tak saling lihat dan
bersama-sama di surga nanti. Karena kita, pernah berjalan bersamasama dengan berharap penuh akan keridhoanNya.
Storyline by M. Iqbal Ramadhan

Berlayar menuju Pulau Madani, bukan suatu hal yang mudah.


Banyak onak dan duri yang harus kita lewati, banyak rintangan dan
serangan dari berbagai pihak yang membenci pelayaran ini. Tidak
semua orang menyukai berada dijalan yang penuh rahmat dan ridho
ini, bahkan tidak sedikit juga yang membenci dan sangat ingin
menghancurkan kapal ini! Tujuan dari kapal ini bukanlah hanya
sekedar mencapai pulai Madani bung! Tapi juga harus bisa membawa
masyarakat sekitar untuk ikut serta menjadi awak dikapal ini walau
hanya menjadi penumpang sekalipun. Kita bawa mereka, kita lindungi
mereka agar mereka nyaman berlayar bersama kita, agar mereka cinta
dan sayang dengan pelayaran kita menuju pulau Madani! Kita ajarkan
mereka bagaimana cara berlayar dilautan yang ganas ini supaya
mereka bisa melanjutkan perjalanan selanjutnya kedepan yang
mungkin mereka akan menemukan lautan yang lebih ganas dari ini!
Ya, perjalanan ini sudah akan berakhir. Seluruh rintangan yang
ada seperti badai, ombak tinggi, dan bajak laut pun sudah berhasil
kita lewati walau di dalamnya terdapat beberapa penumpang yang
tidak kuat berada di dalam kapal ini sehingga memutuskan untuk
tidak melanjutkan perjalanan ini. Tidak lembut dan juga tidak nyaman
berlayar di lautan ini, tapi ukhuwah dan jamaah yang sangat erat
didalamnya lah yang membuat perjalanan ini sangat menyenangkan
untuk dilalui dan tidak mau diakhiri. Tidak terasa perjuangan
perjalanan ini setalah berpuluh tahun yang lama akirnya akan menepi
juga di Pulau Madani, entahlah apakah itu benar Pulau Madani yang

kita tuju seperti tujuan diawal atau hanya sekedar pulau untuk menepi
dan mencari awak kapal baru.
Hidup ini adalah pilihan, pilihan yang semua dari kita
diharuskan untuk memilih. Begitu juga perjalanan saya diawal
pertama ketika dihadapkan pilihan untuk melanjutkan berlayar ke
sebuah samudra yang ganas dengan awak kapal yang baru. Saya
adalah seorang yang biasa saja yang berada pada suatu pulau dimana
semua perjalanan ini dimulai. Pada pelayaran sebelumnya saya adalah
staff awak yang bertugas mencari harta karun untuk persediaan kapal
ini selama berlayar. Setelah perlayaran itu berakhir, dan saya
berencana untuk tidak melanjutkan perjalanan selanjutnya karena
saya pikir masih banyak orang diliuar sana yang lebih cocok untuk
bisa melanjtutkan perjalanan selanjutnya. Tapi ternyata takdir berkata
lain, sayalah salah satu orang yang ditunjuk untuk melanjutkan estafet
pelayaran dakwah ini ke Pulau Madani, secara spontan diawal saya
menolak dengan berbagai alasan. Pada akhirnya malam dimana besok
kapal akan memulai perlayaranya sang pemimpin awak mencoba
meyakinkan saya lagi untuk bergabung bersama Great Voyage,
setelah direnungkan mungkin ini lah jalan yang Allah ridhoi untuk
saya bisa berkembang dan bisa menjadi bagian dari masyarakat
Madani. Pada akhirnya di malam purnama itu saya meyakinkan diri
saya untuk bergabung dalam Kapal Great Voyage dengan niatan
Lillahi Taala. Dengan membaca Bismillah masuklah saya kedalam
Kapal tersebut. Keyakinan lah yang membuat kita kuat dan mampu

untuk berlayar di samudra ini, tidak cukup hanya dengan iya saya
bisa tanpa keyakinan kata itu hanyalah sebuah ucapan tanpa makna.
Dengan keyakinan sayalah yang akhirnya membawa saya
kepada jalan ini, jalan suci yang didalamnya berkumpul orang orang
yang Insya Allah Hanif yang mempunyai ilmu agama dan dunia yang
luar biasa hebat.
Esok harinya perlayaranya pun dimulai, dan para pimpinan
awak pun ditugaskan mencari team untuk membantu tugas kami
selama berada di kapal ini. Satu minggu pun telah kami lewati untuk
mencari orang orang terhebat di dalam team ini dan Alhamdulillah
kami mendapat 8 superhero yang akan membantu perlayaran kami.
Setelah kami semua mempunyai team untuk perlayaran hebat kami
disinilah perjalanan kami dimulai.
Pelayaran kami diawal perkenalan dengan masing-masing
awak. Pertama kita mempunyai Masandi Rahman Rasyid atau biasa
disapa Riwan, seorang pria berumur genap 19 tahun pada tahun 2014.
Dia adalah seorang yang pandai dalam berbicara dan seorang
konseptor yang hebat, walau sibuk diluar tetapi hatinya tetap di
dalam kapal ini. Di bangku lain terlihat seorang pria berbadan besar
menggunakan jaket merah, dia bernama Maruf Saragih. Dengan
kegigihanya dan berbagai macam ide brilliantnya yang bisa
membantu kami dalam menemukan harta karun. Lalu disampingnya
ada pria berlogat jawa kalem namun terlihat lebih dewasa dari

teman2nya yang lain, dia adalah Wahyu Setyo Nugroho. Seorang pria
asal Jawa, dalam diamnya dia mempunyai kebijaksanaan yang luar
biasa. Wahyu adalah salah satu orang yang memegang peranan
penting dalam pelaksanaan satu prodak dalam kapal ini, dengan
kegigihanya prodak ini adalah salah satu yang menghasilkan target
paling besar. Di bangku terakhir sisi Ikhwan ada seorang calon kiayi
Serang banten yang luar biasa, bertubuh tinggi tegap dengan tatapan
yang ganas. Ya, dia adalah Dikri. Nama yang terlihat simple namun dia
adalah seorang yang keras kepala dengan senyum yang manis dan
sifat untuk selalu belajar dan pantang mundur yang luar biasa.
Di ruangan lain ada akhwat akhwat yang luar biasa hebat!
Mereka semua adalah orang orang yang mempunyai jiwa militansi
diatas rata-rata. Di barisan pertama ada Emma Almira Fauni.
Berperawakan tinggi dan sifat easy goingnya yang membuat dia
disegani sama teman temanya, effort dan keinginan yang tinggi yang
membuat dia harus memegang amanah pada salah satu prodak yang
cukup berat. Disebelahnya ada Nur Jihan Atikah, perempuan gigih
yang supel. Banyak pertanyaan yang muncul dari mulutnya, pikiranya
penuh dengan pertanyaan dan tekad yang kuat dalam menjalankan
prodaknya bersama calon kiayi Serang di IPreneur. Selanjutnya ada
Nur, perempuan kalem yang cukup taktis dalam mengerjakan seluruh
prodaknya. Dalam diamnya bukan berarti dia lemah, dia adalah
seorang yang cukup tangguh untuk bisa menghandle teman2nya.
Terakhir ada Farah Beta Maulida, seorang anak yang cukup kekanak

kanakan yang selalu membuat teman-temannya tersenyum dan


heran. Dalam sifatnya tersebut terdapat kekuatan kegigihan yang luar
biasa untuk menjalankan seluruh prodaknya, tidak pantang mundur
walau dalam keadaan buruk.
Berlayar di sebuah samudra yang kejam, terlalu banyak
rintangan untuk dilewati, yang mengharuskan kita menembus
keterbatasan kita semua, melawan semua zona nyaman kita, dan
bahkan menghabiskan banyak waktu dalam hidup kita adalah suatu
perjalanan yang bukan diinginkan oleh orang lain. Tapi kita? Ya, kita
adalah orang orang hebat! Orang orang yang berani! Orang orang
yang Insya Allah dicintai oleh Allah. Dalam perjalanan ini sungguh
banyak dinamika yang terjadi, mulai dari pasang surut semangat
hingga memutuskan untuk berhenti melanjutkan perjalanan ini.
Banyak tantangan yang harus saya

lalui, dan banyak juga

pelajaran hidup yang sangat berharga yang bisa saya ambil. Berbagai
macam cara untuk bisa menghasilkan pundi pundi uang kami lakukan,
kami rela menghabiskan banyak dari waktu kami untuk bisa mencapai
hasil yang terbaik jalan dawah ini. Beruntung kami mempunyai 8
awak kapal yang luar biasa, yang bisa bekerja dengan ikhlas, yang rela
bekerja

tanpa

mengharapkan

imbalan

apapun,

yang

mampu

menemukan harta karun luar biasa dengan effort yang cukup tinggi.
Walau kadang, ukhuwah tidak selamanya berjalan baik. Adakala
dimana kami merasa kehilangan satu sama lain, ketika sapaan itu
merasa menyakitkan dan pemberian terasa seperti bara api yang

menyala. Tapi kami yakin dengan cobaan itu lah ukhuwah kita akan
semakin erat.
Waktu terus berjalan dan tidak bisa diberhentikan, tidak terasa hari
hari yang penuh perjuangan, canda tawa sekarang sudah harus selesai
secara kepengurusan. Terlalu banyak kenangan untuk diakhiri, tapi
setiap awal selalu punya akhir. Tinggal bagaimana cara kita
mengakhiri akhir itu, mau akhir yang baik atau akhir yang buruk. FMD
dan FSI adalah pengalaman organisasi yang luar biasa hebat. Semoga
ini bukanlah akhir dari segalanya, tetapi ini adalah akhir untuk sebuah
awal baru yang akan lebih hebat. Tetap jaga semua yang kita punya di
FSI; ruhiyah kita, teman2 kita, dan terus berkembang terus belajar!
Selamat menjadi Umat yang bermanfaat di masa selanjutnya Kawan!
EKSPEDISI
By EMMA ALMIRA FAUNI
Memilih Kapal
Kapal-kapal telah tiba, para kapten mengundang masyarakat untuk
turut

serta

dalam

pelayarannya

masing-masing.

Ini

adalah

kesempatan yang amat saya tunggu-tunggu sejak kali pertama


menetap di pulau ini. Mengarungi samudera raya adalah hal yang
menantang dan ingin sekali saya tahu rasanya cipratan air laut yang
dingin menusuk itu sesekali menerpa wajah ini. Saya sudah dengar
cerita-cerita pejalanan yang terdahulu. Saya amat mendambakan

petualangan semacam ini. Dan inilah saatnya bagi saya untuk


berangkat.
Animo masyarakat pendatang baru di pulau ini sangat tinggi untuk
mengikuti pelayaran. Antrean panjang manusia menjulur di setiap
jalur masuk menuju kapal. Rupanya kedatangan kapal-kapal itu tidak
serta merta membawa seluruh masyarakat yang berminat berlayar
bersamanya, ada kompetisi yang perlu diperjuangkan di sini.
Orang-orang sudah mengantre dan saya masih memutuskan ingin
pergi kemana. Peta tidak mampu menjawab pertanyaan ini, karena
bukan hanya soal rute dan bagaimana menariknya tempat tujuan
yang memikat hati saya. Setapak demi setapak melangkah, saya
menghitung-hitung perjalanan mana yang paling cocok dengan
selera saya dan paling mendukung kebutuhan saya akan spiritualitas,
juga

menghitung-hitung

seberapa besar peluang saya

untuk

memenangkan tiket masuk ke sana.


Dari sekian banyak kapal yang ada, hati saya menuntun langkah kaki
ini menuju dua kapal yang terparkir bersebelahan. Kapal yang satu
merupakan kapal tua yang megah dan kokoh, warna merah
mendominasi dekorasinya. Track record pelayarannya sangat bagus
dan menantang. Kapal ini memajang selusin nama awak kapal
terdahulu yang sekarang telah menjadi tokoh sukses di bidangnya
dan bahkan sekarang sedang berekspedisi bersama kapal-kapal yang
luar biasa besar di luar sana. Kapal merah ini bergerak di bidang

jurnalistik dan sangat terkenal akan intelektualitas dan budaya


berpikir kritis para anggotanya yang mengagumkan, kapal Economica
namanya. Kapal yang satunya lagi didominasi oleh warna biru yang
amat menyejukkan apabila mata memandang. Auranya terasa sangat
positif. Angin sejuk berhembus di sekitarnya, dan siang hari terasa
begitu teduh di dekatnya. Kapal ini adalah kapal dakwah yang
bernama FSI FEUI. Saya memutuskan untuk mendaftar menjadi awak
kapal bagi keduanya.
Singkat cerita, Allah mengizinkan saya untuk menjadi awak kapal
Economica dan FSI FEUI. Saya lantas berkemas, karena kapal segera
berlayar.
Cerita

ini

rasanya

sulit

menyinggung

logika,

membayangkan

bagaimana saya menjadi penumpang dalam dua kapal yang belayar


di waktu yang sama. Kapal, benda berwujud yang menjadi wadah bagi
awak kapal yang seharusnya bersifat mutually exclusive, rupanya tidak
mampu secara sempurna mengibaratkan sebuah organisasi. Namun,
biarlah cerita ini berlanjut dengan cara ini.
Bismillah.
Berangkat
Awalnya, kapal FSI melaju dengan kecepatan yang tinggi dan stabil,
mengindikasikan kinerja para awak kapalnya yang menggebu-gebu
akibat euforia pasca wellcoming staff. Semangat yang meletup-letup
ini pun juga terjadi pada saya.

Di pelayaran ini, saya berperan sebagai staff dari sebuah divisi yang
amat keren namanya, Finance and Muslimpreneur Development
(FMD). Dalam divisi ini, kami bersepuluh, terdiri atas 2 orang BPH dan
8 orang staff. Kedua orang BPH itu bernama Kak Nurul dan Kak Iqbal.
Ada pula Riwan, Wahyu, Dikri, Maruf, Beta, Jihan, Nur, dan saya
sebagai staf yang menjadi pelaksana lapangan program-program
dakwah FMD.
FMD memiliki program-program dakwah berupa Koko UI, Ipreneur,
Bee Store yang sekarang berganti nama menjadi Jannate, Little Bee,
Event Organizer, Penyewaan LCD dan proyektor, serta Proyek Jaket
FSI. Tahun ini, saya diamanahkan untuk menjadi penanggung jawab
untuk Bee Store yang belakangan punya wajah baru sebagai Jannate
onlineshop.
Semangat

kami

meluap-luap.

Segala

sesuatu

terasa

begitu

menantang untuk dikerjakan.


Badai
Waktu terus berjalan. Dalam sebuah perjalanan, kadang kita
mengalami sebuah kelelahan akibat jauhnya perjalanan yang begitu
menguras tenaga. Badai menghantam, persediaanmenipis, virus
kejenuhan menghinggapi, dan navigator kehilangan arah.
Suatu ketika, saya mengalami perasaan seakan-akan dunia tidak lagi
berputar. Semua berjalan sebagaimana adanya, tapi tidak untuk saya.

SBU Toko Bee yang sudah bertahun-tahun beroperasi, yang tahun ini
saya dan seorang teman diamanahi untuk mengelolanya, kembali
mengalami kondisi tersulitnya setiap tahun. Toko Bee memiliki beban
yang lebih besar dari pada pendapatannya. Dan rasa-rasanya sulit
bagi kami untuk terus mempertahankan toko ini apabila harus
menguras rupiah kita. Maka, dengan berbagai pertimbangan,
diputuskanlah, Toko Bee ditutup tahun ini. Bom waktu meledak di
tangan kami.
Masalah berakhirnya Toko Bee ini tidak berhenti sampai di sini. Kami
membuat ide untuk meneruskan bisnis ini dengan membuat sebuah
online shop yang menjual baju-baju muslimah. Saya, yang tidak
memiliki background yang mapan soal bisnis, online shop, dan
fashion, masih butuh banyak belajar.
Di tengah perjalanan, ada satu kendala lagi. Partner saya dalam
menjalankan amanah ini, adalah seorang anak muda berprestasi sejak
masih duduk di bangku sekolah. Tipe pendiam emas. Ketika berbicara,
dia berwibawa. Kemampuan bersosialisasinya pun juga baik. Oleh
sebab itu, banyak yang membutuhkan dia, hingga pada suatu titik, dia
menjadi begitu sibuk. Fokusnya terhadap tugasnya di sini menjadi
buyar karena ada hal lain yang lebih tinggi yang bertengger di tangga
prioritasnya. Saya, yang tadinya memiliki harapan besar agar partner
saya ini menjadi CEO online shop yang kami rancang, kini menjadi
pincang. Kepengurusan kecil yang saya pimpin ini menjadi rapuh
tanpanya.

Badai menerjang. Kapal nyaris karam. Dia membuat kami tetap


tangguh.
Hari yang Cerah
Hampir setahun kami berlayar. Sudah berlalu badai-badai itu.Matahari
bersinar lebih cerah. Navigator kembali menemukan arah. Mata mulai
sanggup menyaksikan sebuah pesisir pantai yang sudah lama kami
rindukan. Pulau transit sudah semakin dekat. Saatnya kami berkemas.
Ini adalah tahun pertama saya berlayar dengan kapal ini. Luar biasa
sekali rasanya menjadi bagian dari awak kapal ini. Begitu banyak
pelajaran berharga yang saya tidak mampu bayangkanharus sebanyak
apa saya mengucap syukur kepada-Nya, juga terima kasih kepada
para kapten dan BPH karenanya. Dan yang tidak kalah berharganya
lagi adalah perasaan menganggap dan dianggap sebagai teman dan
keluarga besar FSI FEUI 2014. Rasa gembira, kecewa, termotivasi,
takut, berani, cemas, tertantang, terpuruk, semangat, jenuh, tergelitik,
kesal, lega, bahagia. Tiba-tiba semuanya berbaur dan bermuara di
satu titik dalam satu detik ini menjadi rasa haru karena kami sadar
bahwa sebentar lagi kami harus terbiasa dengan anehnya ketiadaan
rasa yang lalu. Perjalanan baru akan menciptakan rasa baru. Memang
seperti inilah sensasi mengabdi.
Saya menengok ke belakang, melihat lautan yang seakan tersenyum
santai memandangi kami yang baru saja tiba di pesisir pantai. Suara
ombak-ombak kecil berdebur dan laut di kejauhan sana terlihat

tenang. Saya amat terkesan bagaimana ganasnya badai yang telah


kami lalui, namun lautan tetap terlihat menantang untuk diarungi.
Perjalanan menuju Pulau Madani itu masih panjang. Sejauh apapun
kita berlayar, kita tidak akan sadar bahwa kita telah sampai atau
bahkan pernah melaluinya. Sekali saja kita berhenti dan merasa telah
sampai di sana, maka sama dengan kita meniadakan pulau itu.
Pulau Madani adalah sebuah pulau yang akan kita cari dan kita tuju
selamanya.
*****
Cerita ini saya dedikasikan untuk:
Kapten Handy dan Kapten Syarif yang tidak berhenti menaruh
kepercayaannya pada saya di saat saya tidak mampu lagi memercayai
diri sendiri;
Kak Nurul si wanita inspiratif yang tidak henti-hentinya membuat saya
terkesan;
Kak Iqbal yang amat progresif, selalu sabar menghadapi tingkah laku
kami, dan menghibur kami dengan candanya;
Beta yang lucu seperti anak bayi, namun luar biasa setia di seluruh
fase naik turun perjalanan kami;
Nur yang loyal, memiliki pemikiran-pemikiran yang dalam nan jenius,
serta pola tawa yang unik;
Jihan yang selalu mendukung saya dengan ide-idenya yang luar biasa
cemerlang;
Dikri yang kaya akan gagasan fantastis, langka, dan kadang
menyimpang, juga selera humornya yang ajaib;
Riwan yang super kritis dan fundamentalis, serta karismatik;

Maruf yang berjiwa muda, semangat, ambisius, dan tulus mengajari


kami pelajaran kuliah;
Wahyu yang selalu kami tunggu-tunggu;
Serta segenap keluarga besar FSI FEUI 2014 yang senantiasa
membuat organisasi ini terasa seperti rumah.

Sebuah Perjalanan
By Siti Nur Rosifah
Salah satu dari proses panjang yang harus dilewati oleh seorang anak
manusia baru saja selesai ku lalui. Proses untuk menapaki perjalanan
hidup yang tidak ku ketahui akhirnya ini kembali ku mulai dengan
penuh semangat. Setelah berhasil mendarat di Pulau Harapan, FEUI,
aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ini.
Sungguh pulau ini begitu asing bagiku. Tidak ada siapa-siapa. Bukan
karena tidak ada orang lain di sini. Bukan juga karena pulau ini
kosong. Pulau ini sangatlah ramai dengan penumpang lain yang juga
ingin melanjutkan perjalanan hidupnya. Tapi di sini aku melihat
penumpang-penumpang lain sudah memiliki partner yang bisa
dijadikan panutan dalam menjalani berbagai pilihan yang ada di
depan. Sedangkan aku? Ya, aku sendiri saat itu. Tidak ada teman yang
berasal dari tempat di mana aku berasal.

Sejenak aku berpikir. Mungkin memang di tempat ini tidak aku


temukan orang-orang yang telah bersama-sama dengan ku di
perjalanan sebelumnya. Tapi ini lah hidup, akan ada awal yang baru di
setiap akhir. Dan inilah awal yang harus ku hadapi di akhir perjalannku
yang sebelumnya. Aku menyadari bahwa memang setiap orang
memiliki tujuannya masing-masing yang tidak mungkin sama. Aku
sadar bahwa aku harus menemukan sendiri tujuan hidupku, termasuk
tujuan yang sudah membawaku sampai di Pulau Harapan ini. Bahkan
ketika sampai di Pulau Harapan ini pun aku mendapati orang-orang
dengan berbagai tujuan.
Tibalah saat itu. Saat dimana aku benar-benar harus memilih sarana
untuk sampai dengan selamat di tujuan berikutnya. Banyak tiket
penawaran perjalanan mendarat di tanganku. Sungguh semua
penawaran itu membuatku semakin bingung untuk menentukan
pilihan. Semua menawarkan berbagai fasilitas yang unik untuk
mengantarkanku sampai ke tujuan nanti. Perjalananku kali ini akan
memakan waktu yang cukup panjang, aku tidak akan membiarkan
waktu perjalanan yang panjang itu berlalu sia-sia tanpa ada hal yang
bisa bermanfaat untuk perjalananku yang berikutnya. Dan setelah
melaui pemikiran yang cukup mendalam, akhirnya aku memutuskan.
Kapal FSI FEUI lah yang akhirnya ku pilih. Terlihat dalam kapal ini ada
sesuatu yang berbeda dengan kapal maupun sarana transportasi
lainnya. Di kapal ini aku berharap bisa menjadi sosok yang jauh lebih
baik, tentunya bersama-sama dengan 118 awak dan penumpang

kapal lainnya. Aku tidak ingin dalam perjalanan panjang yang akan ku
tempuh nanti, aku hanya berkembang sendiri saja. Aku ingin bisa
bermanfaat untuk semua orang yang ada di kapal ini. Lebih dari itu,
aku juga ingin kehadiranku di kapal ini tidak hanya sebagai seorang
penumpang yang memang hanya ada karena tujuan tertentu saja.
Aku ingin keberadaanku dan orang lain dalam kapal ini akan jauh
lebih baik setelah bersama-sama melewati perjalanan panjang
bersama di kapal ini hingga sampai pada tujuan kita masing-masing.
Di awal pelayaran ini, aku bertemu 9 orang yang mungkin mempunyai
tujuan sama denganku. Aku ingin bermanfaat bersama 9 orang ini
dengan membantu kapal memenuhi kebutuhan nya agar mampu
terus berlayar. Hari demi hari ku lewati bersama para pencari harta
karun ini. Berbagai strategi dan perencanaan yang cukup matang
kami lakukan. Berbagai target juga kami tetapkan. Visi dan misi pun
kami samakan. Kami sadar bahwa semua itu memang mutlak
diperlukan demi tercapainya tujuan kami.
Selain 9 orang itu, aku juga menemui 108 orang lainnya yang juga
berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu, yang semuanya itu aku
yakin akan membantu pelayaran ini agar tidak berlalu begitu saja. Aku
merasa yakin bahwa seluruh penumpang dan awak kapal FSI FEUI ini
merupakan

orang-orang

yang

mempunyai

kemauan

untuk

menjadikan diri mereka bermanfaat tidak hanya untuk diri mereka


sendiri. Sistem pelayaran yang ku temui di sini cukup berbeda dengan
apa yang aku rasakan di perjalananku sebelumnya. Berbagai aturan

dan standar yang ditetapkan mengikuti standar yang Allah tetapkan.


Walau memang belum sempurna, upaya perbaikan terlihat dalam
proses ini.
Singkat cerita, aku dan 9 orang pencari harta karun itu mengalami
jatuh bangun dalam usaha kami. Namun jatuh bangun tersebut
ternyata mampu menguatkan ukhuwah di antara kami. Berbagai
kegiatan kami lalui bersama, tangis, tawa, canda, dan air mata. Semua
itu kami rasakan bersama dalam mengarungi perjalanan bersama di
kapal yang seringkali diguncang oleh ombak ini.
Suatu ketika, ombak besar membuat kapal ini goyah. Salah satu
strategi yang kami namakan Bee Store ini mengalami kehancuran
hingga dengan berat hati harus kami lepaskan. Beberapa strategi
yang biasa kami lakukan pun mulai dipangkas karena dianggap
membahayakan kelangsungan pelayaran ini. Tersisalah beberapa
strategi dan 1 tambahan startegi yang menurut awak kapal lebih
bermanfaat. Di tengah perjalanan, kami sudah memutuskan strategistrategi baru yang akan kami lakukan hingga akhir pelayaran. Dengan
berbekal semangat dan pelajaran dari evaluasi yang telah kami
lakukan, kami memulai perjalanan baru dengan hanya 9 orang saja.
Ya, ombak telah membuat salah satu dari kami harus berhenti
mengikuti pelayaran yang cukup panjang ini. Berbagai upaya telah
kami lakukan untuk membuat teman kami itu kembali. Hingga di satu
ketika ia kembali berkumpul bersama-sama kami. Sempat kami
berpikir bahwa ia akan sama-sama berjuang mencari harta karun

bersama kami lagi. Namun hingga saat ini kami masih berjuang ber-9
saja. Itu pun kami tidak selalu bisa berkumpul full team. Sedih
memang, tapi perjalanan ini harus tetap berlanjut. Kapal FSI FEUI ini
masih membutuhan kami untuk tetap bisa berlayar hingga bisa
mengantarkan 118 orang ini ke tujuan. Dengan sisa-sisa tenaga yang
ada, aku dan teman-teman di sini harus benar-benar membuktikan
kesungguhan kami berjuang mencapai satu tujuan yang telah kami
sepakati bersama di awal untuk berjuang bersama.
Beberapa saat lagi, perjalanan panjang di kapal ini akan segera
berakhir. Ingatlah teman-teman, perjuangan kita tidak boleh berakhir
seiring dengan berakhirnya kebersamaan kita. Jangan jadikan akhir ini
benar-benar akhir dari segalanya. Tetaplah jaga ukhuwah yang telah
sama-sama kita bangun untuk memenuhi kebutuhan kapal FSI FEUI.
Hingga masing-masing dari kita sampai di tujuan yang sesungguhnya,
yaitu bertemu dengan Allah. Jadikan pertemuan itu sebagai
pertemuan terbaik. Pertemuan yang kalian persiapkan dengan baik
bekalnya. Tetaplah semangat dalam mengarungi perjalanan hidup
yang panjang di depan sana. Ingat selalu kalian memiliki kawan yang
siap membantu kapanpun kalian membutuhkan, Finance and
Muslimpreneur Development Forum Studi Islam FEUI.
Terakhir, setelah pelayaran ini selesai, kalian bisa memilih untuk
kembali membantu kapal ini berlayar ke tujuan yang lebih jauh atau
memilih sarana lain yang memang sesuai dengan rencana hidup
kalian. Tetap lakukan yang terbaik yang bisa kalian lakukan di setiap

momen hidup ini karena kalaupun kalian tidak melakukan yang


terbaik, waktu yang kalian habiskan adalah sama. Nilai 100 itu ada
karena memang kalian mampu mencapainya. Sesuatu itu ada karena
memang sesuatu itu bisa kalian gapai. Dan perjalanan ini, biarlah ia
menjadi saksi bahwa kalian telah memberikan semua hal terbaik yang
kalian miliki untuk Kapal FSI FEUI ini.

Pengalaman Pertama Berlayar


By Farah Beta Maulida
Awalnya tidak percaya saya Farah Beta Maulida, seorang anak
yang tergolong biasa-biasa saja ketika di SMA bisa diizinkan masuk ke
sebuah pulau hebat yang bernama FEUI, bisa masuk ke pulau ini
rasanya seperti mimpi. Dulu kakak saya pernah berpesan, bahwa saya
harus mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dengan mengikuti
berbagai kegiatan karena itu akan sangat berguna nantinya, maka
dari itu saya memutuskan untuk mencari pengalaman saya itu dengan
ikut berlayar dengan kapal FSI FEUI, saya memantapkan diri saya
untuk mendaftar sebagai awak kapal di bidang perbendaharaan kapal.
Alasan lain mengapa saya ingin bergabung menjadi awak kapal di FSI
FEUI adalah memang sebelumnya saya sudah pernah menjadi
penumpang di kapal ini, melihat awak kapal yang begitu ramah dan
juga kekeluargaannya yang terlihat begitu erat, sehingga lingkungan
seperti itu yang saya inginkan, dan tidak ada alasan untuk saya tidak
mendaftar sebagai awak kapal FSI FEUI. Dulu saya pesimis apakah bisa
diterima atau tidak karena seperti yang saya ceritakan bahwa saya
anak yang tergolong biasa-biasa saja dan tidak memiliki pengalaman
apa-apa jika dibandingkan dengan yang lain.
Di hari pengumuman yang sudah ditentukan siapa saja yang
diterima untuk ikut berlayar di FSI FEUI sebagai awak kapal, saya
menunggu pengumuman tersebut hingga hampir tengah malam,

setelah teman seperjuanganku di pulau ini ada yang sudah menerima


pengumuman itu dan diterima di bidang yang dia pilih, sedangkan
saya belum menerima pengumuman atas diterima atau tidaknya saya.
Dan.hitungannya

di

tenagh

malam

hari

berikutnya,

Alhamdulillah saya dinyatakan diterima sebagai awak kapal di bidang


perbendaharaan kapal yang namanya begitu keren yaitu FMD
(Finance and Muslimpreneur Development). Saya masih sangat ingat
ketika di malam saya diterima menjadi awak kapal, bahwa memang
Koordinator

Awak

Kapal

saya

ini

sengaja

memberikan

pengumumannya di tengah malam, mengapa? Karena menurut


Koordinator Awak Kapal saya hal ini dilakukan supaya terlihat
SURPRISE ketika bangun pagi esok harinya, tetapi gagal karena
masih banyak yang belum tidur pada jam tersebut.
Saya bergabung bersama tim yang anggotanya sangat keren
dengan berbagai pengalaman hebat yang telah mereka miliki,
berbeda dengan saya yang tidak memiliki banyak pengalaman.
Koordinator Awak Kapal di bidang saya ada Kak Nurul dan Kak Iqbal,
dengan awak kapalnya yaitu saya, Jihan, Nur, Emma, Dikri, Maruf,
Riwan dan Wahyu. Semua anggota memiliki kelebihan masingmasing, saling berbagi pengalaman, masukan-masukan, dan banyak
pelajaran serta pengalaman yang bisa saya ambil dari mereka. Banyak
sekali yang saya hadapi di pelayaran ini, sesuai namanya bahwa FMD
merupakan tim yang membantu Kak Syarif untuk mencari harta karun.
Banyak sekali titik-titik dimana harta karun bisa kami temukan, yaitu

ada di bukit KOKOUI, di Gurun IPRENEUR, di kutub JAKET FSI, di laut


BEE yang sekarang menjadi JANNATE, dan selain pemasukan
perbendaharaan kapal berasal dari hasil pencarian harta karun, kami
juga mencari di bidang yang lain yaitu dengan membantu di pulau
yang lain dengan EO, memasok makanan untuk awak yang lain
dengan LITTLE BEE, dan menyediakan berbagai perlengkapan berlayar
dengan SOUND SYSTEM & PROYEKTOR. Dan semuanya merupakan
pengalaman luar biasa yang saya dapatkan dari pelayaran ini.
Tenggelam merupakan hal yang biasa terjadi ketika kita yang
tidak mengetahui apa-apa mengenai cara berlayar, dan ketika kita
tenggelam maka kita berusaha untuk mencari bantuan untuk tetap
bisa bertahan dan kembali berlayar, bukan menyerah dan hilang
tenggelam di tengah lautan. Dan tenggelam merupakan hal yang
sering saya alami di awal-awal pelayaran bahkan hingga sekarang,
tetapi saya berusaha untuk tetap bisa bertahan. Apa saja yang
menyebabkan

saya

sering

tenggelam?

Salah

satunya

adalah

kurangnya pengalaman saya, yang membuat saya bingung harus


berbuat apa ketika kapal tidak seimbang, selain itu saya adalah orang
yang sulit untuk bisa berkonsentrasi sehingga ketika ada banyak
ombak maka saya akan ikut terombang-ambing di dalamnya. Selain
itu awak kapal yang dilatarbelakangi dengan budaya & pemikiran
yang berbeda pendapat membuat adanya perbedaan sehingga sulit
menentukan arah yang tepat untuk mencapai harta karun tersebut.

Saya sangat bersyukur memiliki Koordinator Awak kapal yang


begitu pengertian dan sangat baik, bagaimana tidak, saya sebagai
awak kapal yang baru pertama kali berlayar di kapal dengan serius
memiliki banyak masalah, mungkin saya yang paling banyak
merepotkan Koordinator Awak kapal yaitu Kak Nurul dan Kak Iqbal.
Bukan hanya merepotkan tetapi mungkin paling banyak yang
membuat kesalahan atau membuat Koordinator Awak kapal saya
kesal (mungkin). Tetapi mereka tetap sabar menghadapi saya,
membantu saya dan menuntun saya. Sedangkan awak kapal yang
lain? Ya, mereka juga selalu membantu dan menuntun saya di kala
saya akan tenggelam. Selain itu dukungan dari teman-teman terdekat
saya dan juga dari ibu saya ketika ombak begitu besar dan tinggi
menerjang saya. Walaupun semangat saya seringkali naik turun, tetapi
saya berpegang teguh pada komitmen saya untuk terus melanjutkan
pelayaran ini hingga sampai pada tujuan.
Tidak terasa pelayaran ini sudah hampir sampai, tidak
terbayangkan bahwa akan terasa secepat ini, saya sangat bersyukur
bisa ikut bergabung pada pelayaran ini, dengan lingkungan yang baik
dan selalu membantu saya ketika mengalami kesulitan. Waktu terasa
cepat berlalu karena saya merasa sangat nyaman di pelayaran ini
dengan dikelilingi oleh orang-orang yang baik. Saya juga ingin
meminta maaf kepada Koordinator Awak kapal saya, jika salah satu
awak kapalnya ini (saya) selalu menyusahkan, merepotkan, tidak
mengerjakan tugasnya dengan baik, semangat yang sering naik turun,

dan sering melakukan kesalahan. Terima kasih karena telah selalu


membimbing, mengarahkan, membantu salah satu awak kapalnya ini
(saya). Dan pelayaran ini merupakan pengalaman dan pembelajaran
yang begitu berarti untuk saya dan akhirnya pelayaran sudah hampir
sampai pada tujuan, dan mudah-mudahan yang lain juga merasakan
kenangan bahwa kita (kami) pernah berlayar bersama-sama adalah
kenangan yang tidak terlupakan.

The Island of Hope


By Uliyatun Nikmah
The Island of Hope, what a beautiful goal waiting to be explored
Great Voyage - take 01
Aku sedang menghabiskan waktu dengan keluarga tercinta yang
moments-nya jarang sekali bisa kudapatkan, jadi aku sangat
menikmati waktu-waktu berharga ini. Ditengah-tengah waktu luang
yang kumiliki, saat itu terdengar kabar bahwa suatu armada kapal
yang sangat besar sedang mencari awak kapal yang akan dibawa
untuk mengarungi samudera dalam waktu yang tidak singkat,
bayangkan, satu tahun lamanya kapal ini akan berlayar hingga
akhirnya dapat berlabuh ke pulau yang dituju, The Island of Hope
(Pulau Harapan). Pulau tersebut merupakan pulau misterius yang

telah diarungi banyak armada kapal lainnya karena kandungan harta


karun di dalamnya yang sangat melimpah dan tidak akan pernah
habis selamanya. Pulau tersebut terletak sangat jauh dari tempat yang
aku tinggali saat ini sehingga membutuhkan banyak awak kapal agar
perjalanan ini dapat berhasil. Saat itu jajaran pimpinan inti kapal yang
terdiri dari seorang Kapten dan 9 orang Wakil Kapten melakukan
perekrutan besar-besaran di daratan dan memilih 107 awak kapal.
Pada waktu itu aku memiliki beberapa pilihan : untuk tetap tinggal,
mengikuti pelayaran lain yang mungkin membutuhkan waktu yang
lebih cepat sampai ke tujuan dan juga lebih termasyhur namanya di
kalangan masyarakat, atau ikut berjuang mengarungi samudera
dengan Kapal Marion dan bersama-sama para awak kapal yang luar
biasa menghadapi ombak besar menuju Pulau Harapan. Akan tetapi
tujuan dari pelayaran ini sangatlah menggiurkan, harta karun yang
abadi. Akhirnya aku putuskan untuk mengajukan diri mendaftar
sebagai salah satu bagian dari kapal itu, dan ternyata aku pun terpilih
menjadi koordinator dalam bidang administrasi dan pengadaan
barang agar seluruh awak kapal dapat menjalankan tugasnya dengan
baik. Tidak berat pekerjaan yang aku pikul memang, akan tetapi aku
merasa menjadi bagian yang sangat penting dalam pelayaran ini.
Dengan perekrutan tadi selesai, lengkaplah 118 orang yang dipastikan
akan ikut mengarungi ombak yang kencang dan banyak tantangan
lainnya yang tidak pernah bisa diprediksi. Dalam bidang yang aku
bawahi,

aku

mendapatkan

partner

kerja

yang

juga

seorang

perempuan, yang memiliki semangat sangat tinggi untuk menuliskan


karyanya di atas tinta dengan bakat kreatifitas yang ia miliki. Orang
yang sangat cerdas dan bersemangat dalam kesehariannya serta
miliki tanggung jawab dalam mengemban tugasnya, one word to
describe her : Gorgeous. Bergabung di dalam divisi yang kami bawahi,
terdapat 4 orang awak kapal yang menakjubkan, dua lelaki dan dua
perempuan. Awak kapal pertama sangatlah pendiam dan pemalu, tapi
selalu mengerjakan tugasnya dengan baik tanpa banyak bicara. Sweet,
really love that side of him. Awak lain memiliki kepribadian yang cukup
bertentangan dengan awak pertama dengan keunikannya yang
explosive, jujur mengatakan apapun yang terlintas di pikirannya, dan
selalu rewel kalau menyangkut soal makanan hehe, very enchanting.
Wanita satu ini semangatnya tinggi, walaupun pemalu tetapi dia
sosok yang sangat caring kepada orang-orang terdekatnya, so lovely.
Dan awak kami terakhir adalah sosok yang periang, serta menyukai
hal-hal yang berbau kreatifitas, but Im not sure more than that. Empat
orang inilah yang melengkapi jumlah crew di bidang yang aku pimpin
dan tak lupa supervisor yang selalu memberikan advises-nya bagi
kami, seorang yang cheerful and has many interesting sides of him
yang selalu bisa mencairkan suasana. Tim kami mempunyai tugas
untuk men-support awak kapal lainnya dalam menjalankan pekerjaan
mereka seperti dalam administrasi pelayaran, procurement persediaan
barang-barang di dalam kapal, mengelola hasil tangkapan kapal,

menyebarkan informasi yang dibutuhkan semua awak kapal, dan


beberapa pekerjaan lainnya.
Take 02
Semua hal yang kami lakukan terasa menyenangkan karena dilakukan
bersama-sama. Setengah tahun telah berlalu tidak terasa dan segala
hal berjalan dengan lancar. Tim yag terdiri dari anggota-aggota yang
baru pada awalnya sedikir demi sedikit dapat mengenal satu sama
lain dengan lebih baik, saling menyesuiakan, saling bertukar cerita,
giving out surprises, humours, twists, and many more. Rasanya
melegakan karena walaupun hanya terdiri dari beberapa orang saja
dan terkenal sebagai tim dengan jumlah crew paling sedikit,
setidaknya kami menjadi lebih dekat and everything goes well.
Take 03
Pelayaran kapal berjalan dengan mulus di awal, akan tetapi seperti
peleyaran-pelayaran lain sebelumnya, terdapat banyak rintangan
terjadi yang harus kami hadapi selama pelayaran berlangsung seperti
angin kencang dan badai serta ombak besar yang menjadikan kapal
terombang-ambing di saat-saat tertentu, khususnya saat memasuki
pertengahan pelayaran hingga sampai ke destinasi akhir kami, Pulau
Harapan. Namun semua awak kapal pantang menyerah dan berhasil
mengatasi rintangan tersebut satu persatu karena tujuan yang telah
dibentangkan dari awal yaitu harta yang abadi. Rintangan besar yang
harus kami hadapi bersama ialah di pertengahan pelayaran terdapat

beberapa awak kapal yang menyerah dan akhirnya memutuksan


untuk kembali ke daratan, kembali ke tempat semula kami berangkat.
Hal itu juga terjadi di dalam bidang yang aku pimpin dimana satu
orang awak meninggalkan kapal sehigga pekerjaan yang ia tinggalkan
terbengkalai. Awak kapal yang sebelumnya berjumlah empat yang
merupakan jumlah awak kapal paling sedikit dibandingkan dengan
bidang lainnya, saat itu berkurang hingga hanya menjadi tiga awak.
Berbagai cara yang bisa kulakukan kucoba untuk dapat menghubungi
awak tersebut dan berusaha membujuknya agar bisa kembali
mengikuti pelayaran, tetapi nampaknya tidak membuahkan hasil yang
baik. Mulai dari titik itu pekerjaan yang ada dipikul lebih berat bagi
setiap awak, termasuk aku yang pada akhirnya justru cenderung
bekerja sendirian. Setelah kehilangan tenaga satu awak inti, di
tengah-tengah pelayaran partner kerjaku di dalam tim tiba-tiba harus
melakukan perjalanan ke tujuan lain sehingga terpaksa meninggalkan
pekerjaannya dan mencoba menyelesaikan tugas melalui komunikasi
yang dilakukan dengan jarak jauh. Sebelumnya juga aku telah
mengetahui bahwa ia telah mendaftarkan diriya untuk pergi ke Negeri
Ginseng, dan ia sangat bersemangat akan hal itu karena pergi ke
negara tersebut merupakan salah satu mimpinya. Dan sudah menjadi
suatu konsekuensi bahwa dengan kepergiannya ke negeri yang baru,
maka tim kami kehilangan satu awak kapal vital lagi, walaupun hanya
secara fisik. Akupun juga menolak ide untuk mengantikan posisinya
dengan orang lain, karena kurasa pekerjaan kami akan tetap berjalan

dengan baik asalkan komunikasi kami dapat dijaga dengan baik.


Memang cukup sulit pada awalnya, tapi akhirnya kami terbiasa
bekerja dengan hanya bermodalkan tenaga 4 orang termasuk diriku.
Setelah peristiwa itu terjadi, supervisor kami yang merupakan salah
satu anggota inti dari awak pendukung pekerjaan nahkoda kapal
mulai lebih sering berinteraksi dengan tim kami sehingga pkerjaan
yang kami lakukan dapat dievaluasi dengan lebih baik. Karang-karang
yang kami lalui tersebut walaupun memberikan guncangan bagi kapal
tidak menghentikan semangat kami dalam menyelesaikan tugas yang
kami emban. Because in this voyage, the key is that we have to survive
no matter what happens, since our goal is really incredible.
Take 04
Tak ku sangka, ternyata perjalanan ini akan segera berakhir dan kapal
yang kami tumpangi selama satu tahun ini akan berlabuh di tempat
tujuan, Pulau Harapan, semoga dengan selamat tentunya, dengan
segala pengalaman dan pembelajaran yang aku dapatkan selama ini.
Terima kasih yng sebesar-besarnya bagi seluruh awak kapal yang
meramaikan pelayaran panjang ini, khususnya bagi SIA Family yang
tak kenal lelalh menjalankan amanah yang diberikan dan permohonan
maaf yang sebesar-besarnya pula karena selama pelayaran ini sebagai
seorang pimpinan tim aku masih kurang berkompeten, kurang
profesional dalam menyelesaikan amanah yang diberikan, dan
kekurangan-kekurangan lainnya yang mungkin kulakukan pada para
awak Kapal Marion. Semoga armada kapal baru yang akan

melanjutkan misi yang kami bawa untuk pelayaran selanjutnya dapat


mengambil pelajaran dari pelayaran kami dan menoreh prestasi yang
lebih cemerlang, Amin Ya Rabbal Alamin. Always be Innovact 2014
FSI FEUI Rumah Ukhuwah Kita, Alahu Akbar 3x!!!

Awak Yang Hilang


By Mega Puspita Pertiwi
Malam datang lebih cepat. Matahari kini tenggelam di jam yang
hampir sama dengan tempatku berasal. Hanya saja, di sini tidak ada
lantunan adzan yang indah menari di telingaku. Hanya jadwal sholat
yang ada di laptopku lah cukup membuatku tahu kapan aku harus
bersujud kepada-Nya.
Kubuka balkon apartemenku di lantai tujuh. Udara dingin kontan
menyapa. Namun aku tetap berdiri di sana. Memandangi kota Seola
yang mulai berkerlip-kerlip. Bagaimana kabar saudara-saudaraku di
sana? Bagaimana dengan pelayaran kita?Apakah semua baik-baik
saja? Aku tak tahu.Aku tahu, namun tak benar-benar memahaminya.
Karena aku tak ada di sana. Karena aku telah memutuskan untuk
turun dari kapal dan pergi ke negeri Han, Negeri yang begitu jauh
dari Negara kita, Nusantara.
Kupejamkan mataku dan ingatanku kembali ke awal tahun 2014. Ke
suatu hari di mana aku melihat sahabat-sahabatku berkemas-kemas

untuk pelayaran besar mengelilingi Nusantara untuk menuntut ilmu


dan menyebarkan ilmu untuk membuat Nusantara menjadi negeri
Madani.
Setahun sebelum hari itu aku sudah pernah merasakan perjalanan itu.
Namun perjalanan itu tak berhenti begitu saja karena Kapten Kapal
berganti dan beberapa awak harus diganti awak yang baru. Masih ada
banyak perjalanan lain yang harus dijalani. Dan di tahun ini, perjalanan
akan dilakukan di laut. Karena banyak pulau-pulau di Nusantara yang
belum terjamah ilmu.
Madina, kamu ikut pergi berlayar kan? tanya sahabat-sahabatku
yang melanjutkan pelayaran sambil mengemasi barang-barang
mereka.
Aku hanya diam. Tak tahu harus menjawab apa. Setiap kali pertanyaan
itu dilontarkan padaku, aku ingin menangis. Aku ingin berlayar. Aku
ingin bersama mereka. Tapi ada hal lain yang harus kulakukan. Aku
tidak

ingin

menyusahkan

sahabat-sahabatku

dalam

pelayaran

mereka.Aku tidak ingin menjadi kurang fokus. Dan akhirnya aku pun
memutuskan untuk tidak ikut dalam pelayaran itu.
Aku berlari menjauhi pelabuhan. Aku bersembunyi di rumahku,
memandangi foto-fotoku bersama sahabat-sahabatku di perjalanan
sebelumnya. Aku hanya bisa terisak. Maafkan aku, tapi ada jalan lain
yang ingin kuarungi saat ini.

Dua hari sebelum kapal mereka berlayar, seseorang mengetuk pintu


rumahku. Dinia, Qabil, dan Juli. Aku terkejut bukan main. Kubiarkan
mereka masuk dan duduk. Dinia duduk sebelahku. Sementara Qabil
dan Juli duduk di tempat yang agak jauh.
Madina, apakah kamu benar-benar tidak bisa ikut?
Pertanyaan itu benar-benar menusuk-nusuk hatiku. Aku telah berlari
menjauhi mereka, namun mereka masih beritikad baik untuk
mengajakku.
Dinia, andai aku bisa. Aku ingin.Tapi di tengah perjalanan nanti,
mungkin aku harus pergi. Aku tidak bisa pergi bersama kalian sampai
pelayaran ini selesai.Aku punya rencanalain di pertengahan tahun ini.
Aku akan pergi ke Han Land. Aku mungkin akan tinggal di sana mulai
Agustus nanti hingga tahun 2014 berakhir. Itu berarti, jika aku ikut
bersama kalian mungkin aku akan pergi meninggalkan kalian di
tengah pelayaran. Aku bersedia ikut, tapi apakah kau bisa
menerimaku jika situasinya seperti ini?
Dinia memelukku.Aku tidak tahu.Aku senang jika kau bisa ikut.Tapi
kurasa kami harus pergi menemui Kapten Han untuk membicarakan
ini. Aku akan kembali besok. Jika semua tidak keberatan, apakah kau
mau ikut bersama kami?
Masih dalam isakan, aku mengangguk.

Di hari berikutnya, mereka kembali datang. Dinia membuka tasnya. Ia


mengambil sebuah baju berwarna biru dan memberikannya padaku.
Selamat datang di Great Voyage 2014, Madina. Ini seragam
pelayaranmu. Berkemaslah.
Dan aku pun mengemasi barang-barangku, meninggalkan rumahku
dan naik ke sebuah kapal besar yang ditumpangi oleh sahabatsahabatku yang baik dan hangat, sahabat-sahabat yang selalu
mengingatkanku, membantuku, di saat suka maupun duka.

Aku dan Nikma bekerja di bagian administrasi bersama dengan empat


staff. Saminda, Salima, Rahman, dan Ladu. Aku sudah cukup mengenal
Saminda sebelumnya. Aku juga sudah pernah bertemu Rahman.
Namun Salima dan Ladu benar-benar sahabat baru bagiku. Aku
belum pernah bertemu mereka.
Di tim kami yang kecil, kami punya manager yang baik dan kocak.
Namanya Juli. Ya, dialah yang datang ke rumahku bersama Dinia dan
Qabil.
Hari demi hari berlalu. Awalnya kami masih belum saling mengenal,
namun kini perlahan-lahan kami semakin dekat dan kompak. Satu
tugas selesai berganti tugas lain. Gelombang laut dan terik matahari
kadang melemahkan semangat kami. Demotivasi pun menggelitiki
hati. Namun kami berusaha kembali lagi, menyemangati diri sendiri
dan kawan-kawan yang lain.

Suatu siang, aku menerima sebuah surat yang dikirim ke Pulau


Makara, pulau yang sedang kami singgahi sejak sebulan terakhir.
Surat itu berasal dari Miss Lee dari Negara Han. Mereka benar-benar
memanggilku. Itu berarti aku akan segera pergi. Aku mulai gundah.
Aku tahu Nikma sudah mengerti tentang hal ini tapi tetap saja aku
tidak enak padanya.
Aku tidak bisa menghalangi keputusanmu, Madina. Jalanmu adalah
jalanmu. Jika Allah telah menghendakimu untuk pergi ke sana,
pergilah. Kepergianmu bukan berarti kau akan meninggalkan kami
selamanya. Kau hanya berlayar di tempat yang berbeda, kata Nikma
begitu aku menceritakan kedatangan surat dari negeri Han itu.
Setelah ini aku harus memberi tahu Manajerku, Juli dan Kapten Han.
Kukumpulkan keberanianku untuk menemui Juli.
Waaaah asikk!!! begitu seru Juli kegirangan begitu membaca surat
dari Negeri Han itu. aku mengernyit. Dia tampak senang-senang saja.
Lalu Great Voyage 2014 bagaimana, Juli? Apa yang harus
kulakukan?
Oiya, benar. Mmm aku sih tidak masalah kalau kau pergi. Aku tidak
marah. Tapi kurasa aku harus melihat peraturan dalam Statuta
Pelayaran yang mengatur masalah ini. Aku tidak ingat, tapi mungkin
kau harus mencari pengganti yang baru di pulau ini. Dan.. Tidaaak!
Aku

tidak

ingin

mengatakan

ini.

Mungkin.

Kau

harus

mengembalikan baju pelayaran itu. Tapi ini masih mungkin ya.

Mungkin aku salah. Hehehe. Kamu sebaiknya bilang ke Kapten Han


terlebih dulu.
Aku pun ke menemui Kapten Han yang menurutku cukup misterius
meski beberapa misteri tentang dirinya mulai terkuak sedikit demi
sedikit dan sekarang tingkat kemisteriusannya sudah berkurang.
Bagus. Selamat ya. Semoga ilmu yang kita dapat di sini bisa kamu
amalkan di sana. Pelayaran ini tidak terbatas di kapal kita saja. Tapi
mungkin kau harus menaiki kapal lain. Lagipula, kita masih bisa tetap
menjalin komunikasi dengan teknologi yang ada sekarang.
Terima kasih, Kapten!
Di akhir musim panas itu aku berangkat menuju negeri yang jauh.
Negeri yang memiliki banyak perbedaan dengan negeri tempat kami
berasal. Pelayaran di negeri itu akan sangat berat namun mungkin
juga menyenangkan.
Pelayaranku di sana hanya berlangsung selama empat bulan. Ada
banyak hal yang kudapat di negeri itu.Namun banyak juga tantangan
dan godaan yang harus dihadapi. Aku bersyukur karena ilmu yang
kudapat

di

kapal

sebelumnya

bersama

sahabat-sahabatku

membuatku mampu lebih mengontrol diriku dalam menghadapi


cobaan dan godaan yang ada. Jika aku tak pernah berlayar di kapal
sebelumnya, mungkin pelayaran baruku di negeri asing ini akan
mengubahku menjadi orang lain yang mungkin kurang baik. Di kapal
yang baru ini aku belajar betapa berharganya ajaran yang diajarkan di

pelayaran lamaku.Dan betapa pentingnya ajaran tersebut untuk


diajarkan dan disampaikan kepada lebih banyak masyarakat. Negeri
baru yang menjadi tempat pelayaranku merupakan sebuah negeri
kecil namun penuh keteraturan dan indah. Namun seindah apapun
negeri baru ini, aku menyadari bahwa suatu hari aku harus kembali ke
negeriku dan mengunjungi sahabat-sahabatku di kapal itu untuk
saling membagikan ilmu dan pengalaman serta membangun negeri
kami.
Desember 2014 hampir berakhir. Saatnya aku pulang dari pelayaran
baru ini. Meski hanya sejenak, aku menemukan sahabat-sahabat baru
di negeri ini. Rasanya berat tapi aku memang harus pulang. Pada 30
Desember 2014, aku kembali menginjakkan kakiku di dermaga Great
Voyage berada. Kulihat sahabat-sahabatku. Aku benar-benar pulang!
Aku benar-benar berada di Rumah Ukhuwah Kita! Aku bahagia karena
bisa melihat mereka. Karena mengenal mereka membuatku belajar
banyak dan berubah. Berubah menjadi lebih baik. Menjadi bagian dari
mereka

adalah

salah

satu

hal

paling

membahagiakan

dan

membanggakan yang pernah kualami.


Storyline by Tri Endah Setiasih
Awalnya sempat terselip rasa ragu dan gundah untukku ingin ikut
pergi berlayar di kapal FSI FEUI sebagai seorang awak kapal di kapal
besar ini. Sambil memantaskan diri dan mempertimbangkan dari
berbagai aspek, saya sempat membandingkan diri saya dengan para

penumpang yang lain, yang menurut saya lebih pantas untuk


mendapatkan tiket untuk menaiki kapal besar tersebut apakah bisa
orang seperti saya dapat ikut berlayar di kapal FSI ini? itulah
pertanyaan yang terlitas di dalam benakku. Namun, apabila saya terus
memantaskan diri dan membandingkan dengan yang lainnya, maka
pemikiran itu tidak akan pernah ada selesainya. Untuk itu saya
memutuskan

untuk

mencoba

mengikuti

sayembara

untuk

mendapatkan tiket berlayar menjadi salah satu awak kapal di kapal


FSI. Dan saya pun mendapatkan tiket tersebut dan memutuskan untuk
ikut berlayar....
Didalam pelayaran ini saya merasa sangat beruntung memiliki
keluarga kecil yang terdiri dari 6 orang yaitu Kak Uliya, Kak Mega,
Ayat, Dendy dan Nissa. Ya memang keluarga yang sangat kecil
apabila dibandingkan dengan jumlah yang lainnya. Ditengah
pelayaran saya sedih karena kehilangan satu anggota SIA Family
yang entah tidak tahu dimana keberadaannya. Keluarga kecil ini
semakin terlihat kecil karena berkurangnya satu anggota keluarga.
Kesedihan tersebut semakin bertambah ketika Kak Mega memutuskan
untuk berlayar sementara waktu ke negeri seberang untuk menuntut
ilmu. Kini SIA Family hanya tinggal empat orang saja. Suasana ketika
berkumpul semakin terasa sepi, namun hal tersebut dapat diwarnai
oleh Ayat, Dendy, Kak Uliya di setiap pertemuan kami, Bang Zain pun
turut meramaikan suasana perkumpulan...

Semua tugas dapat kami kerjakan bersama-sama, sesuai dengan


tanggung jawab yang telah diamanahkan kepada kami. Dalam
menyelesaikan semua itu Kak Uliya selalu mengingatkan dan
membantu kami dalam proses pengerjaan tugas yang diamanahkan.
Banyak suka dan duka yang menjadi sebuah pengalaman sekaligus
pembelajaran selama kami melakukan pelayaran. Mulai dari perayaan
ulang tahun anggota keluarga, makan bareng, rapat bareng, bersihbersih bareng dan ditutup dengan rekreasi akhir tahun yang sangat
berkesan. Ya disini saya mendapatkan banyak hal yang sangat
bermanfaat dan dapat dijadikan pelajaran untuk berbuat lebih baik
lagi dengan segala perbekalan yang telah saya dapatkan selama
pelayaran di Kapal FSI ini. Terima kasih SIA Family dan seluruh
keluarga besar FSI setelah selama satu tahun berlayar bersama-sama.
Dimanapun nantinya kalian berada, saya berharap agar kita akan
selalu menjadi keluarga karena FSI FE UI akan selalu menjadi Rumah
Ukhuwah Kita, Allahu Akbar 3x :) :)
Storyline by Dendi Putra Ladumei
Assalamu'alaykum Wr Wb
Alhamdulillah sudah satu tahun dakwah kita berlalu dalam usaha kita
para awak dan Kapten - Wakil Kapten di ruang mesin, bersama
dengan yang lain menegakkan tiang kapal bersama, mengembangkan
layar lebar bersama, mengkoordinasikan dan menjaga mesin-mesin
untuk terus bekerja menggerakkan kapal menuju destinasi akhir dan

juga pelabuhan terdekat. Awal mula tekad murni yang kumiliki untuk
turut ikut berlayar dalam kapal biru ini adalah untuk memperkuat diri
dengan ilmu yang terbilang baru dan berharap bisa menjadikan diri
lebih prima untuk bekal perjalanan mengarungi lautan di luar sana.
Karena, beratnya perjalanan untuk mengarungi lautan luas terasa
mustahil tanpa adanya kekuatan yang cukup untuk melalui ombak,
badai, dan tempat-tempat baru yang misterius diluar sana. Diluar itu
pula, tujuan awal mengikuti pelayaran ini adalah untuk mengisi ruang
pundi-pundi harta yang dikelola oleh para ahli pendanaan kapal dan
mengambil ilmu yang diminati awak kapal ini pada awalnya. Akan
tetapi, diri ini akhirnya lebih sesuai dan merasakan dirinya sendiri
menjadi lebih memberi manfaat dalam mengleluarkan tenaganya
untuk sedikit membantu ruang permesinan di balik kabin kapal yang
bernama ruang mesin SIA.

Tadinya awak kapal ini mengira perjalanan akan mudah-mudah saja,


akan tetapi pada kenyataannya ternyata berbeda di beberapa waktu.
Ketika pelayaran kapal ini terseok-seok di dalam sisi ruang mesin, di
sana terdapat dua sosok perempuan teramat tangguh yang
mengatasi rusak parahnya keadaan mesin di ruangan ini. Mereka
berdua adalah Kapten Wanita Uliyatun Nikmah dan Wakil Kapten
Wanita Mega Puspita Pertiwi, hormat yang teramat besar kepada
kedua sosok luar biasa yang memimpin ruang mesin yang fungsinya
vital dalam kapal yang melegenda ini. Tanpa kedua sosok Pemimpin

kami ini, tidak ada yang dapat kami pelajari dan kami dapatkan
sebagai bekal hidup di perjalanan selanjutnya, terimalah ucapan
terimakasih yang setulusnya dari diri awak kapal kalian berdua ini.
Selama satu masa pelayaran awak kapal ini ditemani sesamanya tiga
orang sebagai awak ruang mesin yang awalnya sama-sama kurang
berpengalaman dalam menjalankan mesin-mesin di dalam ruang
mesin SIA yang vital. Mereka adalah Awak Ayat, Awak Endah, serta
Awak Nisa. Kebersamaan kami di ruangan mesin SIA terasa sangat
tidak terlupakan, banyak diantaranya yang berharga bagi awak kapal
ini pribadi dan berharap semoga tidak terlupakan selama-lamanya.
Maaf yang terlampau besar atas ketidakprofesionalan awak kapal
yang satu ini, maaf apabila terdapat banyak kesalahan pada kalian kedua Kapten Wanita dan Wakil Kapten Wanita hebat yang baru-baru
ini awak kapal kenal dengan baik. Maafkan karena tidak bisa
memberikan semua waktu yang layak untuk tiap rapat kordinasi awak
mesin di ruang kabin SIA. Terimakasih atas kesempatan yang
diberikan selama setahun ini dengan semua pengalaman dan ilmu
mesin yang berharga ini.

Pada akhirnya, ketika kapal sudah hampir diakhir pelabuhan akhir


tahun ini, kami ber-enam tetap memberikan tenaga terbaik meskipun
tidak dalam keadaan selalu full team di dalam ruang mesin. Harapan
yang terbaik, semoga kami ber-enam dapat terus bersama di
kesempatan-kesempatan yang lain, melanjutkan perjuangannya di

pelayarannya masing-masing dengan tenaga yang terbaik, dan dapat


terus berada di dalam tekad kuat menuju Kampung Halaman bersama
hingga kami semua dapat dipertemukan kembali bersama-sama di
Surga-Nya dan bahagia selamanya disana, Aamiin Ya Allah.
Sekian storyline ini saya tujukan untuk kalian semua,
Wassalamu'alaykum Wr Wb

The Ending and The Beginning


Akhirnya, perjalanan kami di kapal ini telah usai
Menyisakan kisah yang tak terlupa
Ada yang meneruskan di kapal ini, ada pula yang mencari kapal
lainnya
Sesungguhnya kami tetap dalam satu Kapal
Yakni Kapal Dakwah
Entah dimana kami berada nanti
Dakwah tetaplah berjalan hingga habis waktu kami

Kapal besar ini memang selalu memuat orang-orang terbaik di


masanya
2015 siap membuat sejarah!
FSI FE UI
Rumah Ukhuwah Kita!
Allahuakbar! Allahuakbar! Allahuakbar!

Anda mungkin juga menyukai