No Diagnosa
Keperawatan
1
Gangguan
sensori
2
3
4
5
6
7
8
9
persepsi:
halusinasi
Perilaku
kekerasan
Gangguan
proses pikir:
waham
Risiko bunuh1. Aktif mencoba 1. Aktif memikirkan 1. Mungkin sudah
diri
bunuh diri dengan rencana bunuh
memiliki ide untuk
cara:
diri, namun tidak mengakhiri
a. Gantung diri
disertai dengan
hidupnya, namun
b. Minum racun
percobaan bunuh tidak disertai dengan
c. Memotong urat
diri.
ancaman dan
nadi
a. Mengatakan ingin percobaan bunuh
d. Menjatuhkan diri bunuh diri namun diri.
dari tempat yang tanpa rencana
2. Mengungkapkan
tinggi
yang spesifik
perasaan seperti rasa
2. Mengalami
b. Menarik diri dari bersalah/ sedih/
depresi
pergaulan sosial
marah/ putus asa/
3. Mempunyai
tidak berdaya.
rencana bunuh
3. Mengungkapkan haldiri yang spesifik
hal negatif tentang
4. Menyiapkan alat
diri sendiri yang
untuk bunuh diri
manggambarkan
(pistol, pisau,
harga diri rendah
silet dll)
4. Mengatakan;
Tolong jaga anakanak karena saya
akan pergi jauh!
atau Segala sesuatu
akan lebih baik
tanpa saya.
Panik
Gejala putus
zat
Over dosis
zat adiktif
Defisit
perawatan
diri
Isolasi sosial
Secara umum klien yang dirawat di PICU adalah klien dengan kriteria:
Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan kejadian akut dan atau suatu perubahan alam
perasaan atau perilaku yang menetap.
b. Penyalahgunaan NAPZA atau kedaruratan yang berhubungan dan berlangsung relatif
singkat
Sedangkan berdasarkan masalah keperawatan maka klien yang perlu dirawat di PICU
adalah klien dengan masalah keperawatan sebagai berikut:
a. Perilaku kekerasan
a.
b.
1)
2)
3)
a)
b)
c)
d)
3.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
4.
a.
b.
c.
5.
a.
1)
a)
b)
2)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
b.
1)
2)
3)
c.
1)
2)
3)
6.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Observasi ketat
Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan, minum, perawatan diri)
Manajemen pengamanan klien yang efektif (jika dibutuhkan)
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik.
Evaluasi: dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi klien memungkinkan
untuk dipindahkan ke ruang intensif II.
Bila kondisi klien diatas 10 skala RUFA maka klien dapat dipindahkan ke intensif II.
Fase intensif II (24-72 jam)
Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)
Mempertahankan pencegahan cedera pada klien, orang lain dan lingkungan
Indikasi: klien dengan skor 11-20 skala RUFA
Intervensi
Intervensi untuk fase adalah:
Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah dari fase intensif I
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik dan terapi olahraga
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi klien memungkinkan
untuk dipindahkan ke ruang intensif III
Bila kondisi klien di atas skor 20 skala RUFA, maka klien dapat dipindahkan ke intensif III,
bila dibawah skor 11 skala RUFA maka klien dikembalikan ke fase intensif I.
Fase intensif III (72 jam-10 hari)
Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)
Memfasilitasi perawatan mandiri klien.
Indikasi: klien dengan skor 21-30 skala RUFA
Intervensi
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi dilakukan secara minimal
Klien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik, terapi olahraga,
dan life skill therapy.
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi klien memungkinkan
untuk dipulangkan.
Bila kondisi klien diatas skor 30 skala RUFA maka klien dapat dipulangkan dengan
mengontak perawat CMHN terlebih dahulu. Bila dibawah skor 20 skala RUFA klien
dikembalikan ke fase intensif II, dan bila dibawah skor 11 RUFA klien dikembalikan ke fase
intensif I.
Ketenagaan
Menurut Rollesby (2009), adapun ketenagaan yang terlibat di ruang PICU adalah
sebagai berikut:
Psikiater konsultan
Perawat terampil
Pekerja sosial
Occupation terapist
Instruktur teknis
Psikolog