Budidaya Burung Walet
Budidaya Burung Walet
Aman yaitu bebas dari gangguan, terlindung dari terpaan angin, terik matahari,
hujan dan cahaya yang terang.
Nyaman yaitu tempat sesuai habitatnya. Tempat yang sesuai dengan habitat walet
adalah bersuhu 26-29 0 C, berkelembaban 80-90 dan dekat dengan tempat ia
mencari makan.
Sehingga walet memilih gua-gua alam dan bangunan tertentu sebagai tempat
pengembangan populasinya. Semakin aman dan nyaman tempatnya maka semakin
bertambah pula jumlah populasinya.
Oleh sebab itu diperlukan suatu perlakuan khusus untuk memancing walet atau menjaga
dan mengembangkan populasi walet pada bangunan yang sudah dimasuki walet.
Perlakuan khusus itu pada dasarnya adalah membuat bangunan yang sesuai dengan
habitat walet.Secara teori , perlakuan khusus itu seperti: ukuran bangunan, bak tampung
air, lubang ventilasi, ukuran lubang, pemberian tanah merah, bau-bauan, hujan buatan,
pemberian serangga dari makanan yang dibusukkan, suara walet dan lainnya. Semua teori
itu adalah benar untuk memancing atau menjaga dan mengembangkan populasi walet
karena memang bertujuan untuk membuat bangunan agar sesuai dengan habitat walet.
HAMA DAN CARA MENGATASI
Berikut adalah hewan hewan yang menjadi musuh atau hama bagi burung walet serta
langkah langkah mengatasinya :
HAMA
CARA MENGATASI
Tikus
Tikus memakan telur, anak burung
walet / swallow bahkan sarangnya.
Perusak ini juga mendatangkan suara
dan kotoran yang merusakkan kondisi
rumah walet
Semut
Semut api dan semut gatal memakan Cara pemberantasan dengan memberi
anak walet dan mengganggu burung umpan agar semut-semut yang ada di luar
walet yang sedang bertelur.
sarang mengerumuninya. Setelah itu semut
disiram dengan air panas.
Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan
sarang walet. Tokek dapat memakan
anak burung walet. Kotorannya dapat
mencemari raungan dan suhu yang
ditimbulkan karena hal ini dapat
mengganggu ketenangan burung
walet.
Sebelum membangun rumah walet, peminat budidaya walet perlu mengerti perilaku dan
sifat biologis burung walet. Burung walet tidak tahan dingin, tidak menyukai suhu yang
berubah-ubah, sangat peka terhadap bau asap belerang, gas, bensin, asap rokok, cat, dan
bau pestisida. Lokasi rumah walet harus tenang, bebas kebisingan, terhindar dari
gangguan binatang atau manusia. Sekali saja terganggu, mereka akan pergi tak kembali
lagi.
Walet biasanya berburu makanan (serangga) mulai pukul 05.00 pagi sampai jam 11.00
lalu mencari kawasan perairan untuk minum hingga
pukul 15.00. Kemudian berburu lagi sampai sore lalu
pulang sekitar jam 18.00.
Ada tiga daerah yang cocok untuk membangun rumah
walet, yaitu: :
1. Daerah hunian walet: terdapat banyak rumah
walet, minimal 3-5 rumah
2. Daerah perburuan: terdapat banyak sumber
makanan dan air
3. Daerah lintasan terbang walet dari sarang ke lokasi perburuan dengan frekuensi
minimal 10 ekor per menit.
Rancangan bangunan rumah walet harus sesuai dengan kebiasaan walet. Suasana
ruangannya dibuat seperti kondisi gua sarang walet yang alamiah. Kelembaban ruangan
sekitar 80-95%, suhu sekitar 26-28C, berbau dan gelap. Dengan demikian, walet akan
betah menghuni rumahnya
Kedua jenis pesawat terbang di atas membutuhkan kecepatan tinggi ketika terbang, tetapi
juga kemampuan untuk memperlambat kecepatannya ketika hendak mendarat, tanpa
kehilangan ketinggian, atau lebih baik dikatakan tanpa kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan ketinggian yang tepat, sebab mengurangi kecepatan berarti mengurangi
daya dorong ke atas dari udara. Pernahkah anda memperhatikan seekor burung ketika
hendak mendarat atau hinggap di cabang pohon? Itu juga adalah salah satu dari rahasia
burung walet yang akan diungkap di sini.
Sejak tahun 1996, para ilmuan sudah tahu bahwa serangga menggunakan gejala tornado
yang disebut vortex, yaitu aliran udara yang berputar, untuk terbang. Tetapi,
menghubungkan bentuk khas sayap burung dengan vortex-nya serangga adalah sesuatu
hal yang hampir mustahil untuk diperagakan dan diamati.
Sekitar tahun 2004, para ilmuan membuat model sayap burung walet dan
menempatkannya di dalam lorong air yang berfungsi seperti lorong udara (air-tunnel).
Air sengaja diberi warna agar aliran air yang timbul bisa lebih mudah diamati. Ternyata,
model sayap walet dengan bentuk khusus ini menimbulkan semacam aliran vortex di
bagian atas model sayap tersebur. Seperti pada tornado, tekanan rendah di dalam vortex
seperti menghisap sayap burung walet ke atas.
Vortex yang terlihat di dalam percobaan water-tunnel tersebut menghasilkan dua hal,
masing-masing daya angkat yang besar dan hambatan yang besar untuk semua
kecepatan. Ketika terbang cepat, baik burung maupun pesawat jet dengan swept-wings
akan melipat sayapnya ke belakang. Ketika akan tinggal landas atau mendarat, sayap
dibentangkan kembali untuk mendapatkan daya angkat udara yang lebih besar.
Sama halnya, baik F-14 Tomcat maupun burung walet mampu membelok tajam ke atas
dengan mengatur sayapnya untuk menghasilkan tornado yang menariknya ke atas.
Kemampuan maneuver semacam inilah yang memampukan burung walet untuk
menyambar serangga di udara. Ketika burung walet hendak mendarat, hambatan udara
yang dihasilkan memperlambat terbangnya, tetapi daya angkat udara yang dihasilkan
menahannya untuk tidak jatuh ke tanah karena kecepatan yang rendah, tetapi bisa
mencapai dahan pohon yang ditujunya. Hal ini juga memberikan penjelasan, bagaimana
kira-kira burung yang lain mendarat.
Lebih dari sayap serangga atau sayap pesawat jet tempur, sayap burung terdiri dari dua
bagian. Bagian yang dekat ke badannya adalah arm-wing yang berfungsi untuk
menghasilkan tekanan udara ke atas secara konvensional seperti layaknya sayap pesawat
terbang. Bagian sebelah luar disebut hand-wing, yang memiliki sisi depan yang tajam,
sehingga mampu menghasilkan tornado dalam posisi sedikit miring. Sementara sayap
serangga harus membentuk kemiringan sebesar 25o untuk menghasilkan vortex, sayap
burung walet hanya membutuhkan kemiringan 5 10o saja.
Selain burung albatross dan burung laut raksasa (giant petrel), semua burung memiliki
konstruksi sayap yang kurang-lebih-sama. Oleh sebab itu, teknik terbang burung walet ini
dapat diterapkan ke burung-burung tersebut juga.
Penjelasan di atas ini pasti akan mengubah pengertian banyak orang dalam hal bagaimana
burung terbang. Tetapi haruslah diingat bahwa alam selalu berada di depan para insinyur/
teknisi dan ilmuan. Di dalam hal penggunaan teknik tornado atau vortex di dalam tebang
akrobatik burung walet, para ilmuan hanya baru mengupas bagian permukaan dari
keseluruhan rahasia alam burung-burung. Ada banyak hal yang masih harus diungkap
dan salah satunya adalah, bagaimana burung walet mengatur sayapnya untuk
meningkatkan kemampuan terbangnya. Dengan terungkapnya kontrol terbang
burung walet, mungkin saja terjadi bahwa di masa depan nanti, para insinyur akan dapat
menciptakan semacam alat terbang dengan
kecepatan, kelincahan, efisiensi dan jarak lepaslandas dan mendarat yang pendek seperti yang
dimiliki serangga dan burung. Siapa tahu?
pola panen yang baik harus memperhatikan waktu yang tepat agar walet tidak mengalami
stress. ada 4 cara memanen walet yaitu panen tetasan, panen rampasan, panen buang
telur, dan panen pilihan.
1. Panen tetasan : panen tetasan dilakukan setelah sarang terbentuk sempurna dan
telur telah menetas. sarang di petik setelah anak walet sudah bisa terbang.
Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari
oleh kotoran dan bulu walet. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet
dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat
meningkat.
2. Panen rampasan : Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk
bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai
keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total
produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik
dalam pelestaraian burung walet karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah
karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu
istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi
air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan
bertelur.
3. Panen Buang Telur : Cara ini di lakukan setelah burung membuat sarang dan
bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola
ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4
kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal.
Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan
telurnya. dan populasi walet menjadi lambat karena penambahan walet hanya
bergantung pada walet baru hasil pancingan
4. Panen pilihan : adalah cara panen yang paling disarankan cara panen ini memilih
memanen sarang yang tidak ada telur walet dan menyisakan sedikit sarang untuk
membuat walet lebih betah dan akan kembali lagi ke sarang, dan tidak
membiarkan walet untuk bertelur berulang ulang dalam satu sarang yang sama.
Jangka waktu panen juga mempengaruhi hasil panen, waktu panen bisa dilakukan
pemanenan setahun sekali, enam bulan sekali, tiga bulan sekali atau dua bulan sekali
tergantung banyaknya sarang yang telah dihasilkan. tetapi jangka waktu panen yang ideal
adalah panen 6 bulan sekali, karena burung walet mempunyai waktu untuk lebih
mendekati waktu berkembang biak yang alami, sehingga terjadi regenerasi walet yang
akan menambah populasi walet lebih cepat. yang harus di waspadai dalam panen 6 bulan
sekali adalah dapat memancing datangnya pencuri walet. untuk panen dua bulan sekali
juga dapat di lakukan asalkan walet tetap di berikan kesempatan untuk berkembang biak.
Saat panen usahakan tidak dilakukan pada malam hari, karena dapat menggangu walet,
saat mengambil walet usahakan ada sebagian sarang yang ditinggalkan agar walet betah
dan akan kembali nantinya. lakukan kontrol dan pengawasan terhadap hama di dalam
gedung walet. sebelum di petik lakukan penyemprotan dengan air pada sarang yang akan
dipetik agar sarang tidak pecah dan rusak. dan disayat dengan menggunakan pisau
dengan hati hati.
dilakukan di dalam gedung walet, tetapi juga dapat di tempatkan di luar gedung ,
atau daerah arena bermain walet atau rooving area. caranya dengan memasukkan
dedak yang telah di pilih ke dalam karung atau ember karet dan jangan di tutupi
akan tetapi jangan sampai terkena air karena dedak akan menggumpal dan kutu
tidak bisa tumbuh.
setelah dua minggu bila sukses maka akan muncul kutu kecil berwarna coklat yang
beterbangan yang nantinya akan memancing walet untuk datang ke lokasi tersebut.
untuk lebih maksimal sebaiknya membuat beragam jenis kutu, dengan cara
menambahkan gaplek yang dipotong kecil kecil lalu di taburkan di atas dedak.
cara ini dilakukan untuk menghasilkan serangga serangga dalam waktu yang lama dan berkelanjutan. cara
ini juga dapat mengatasi kurangnya ketersediaan makanan dari alam saat memasuki musim kemarau. cara
ini dapat dilakukan dengan cara menanam tanaman tumpang sari, membuat kolam dan budi daya serangga.
Dengan menggunakan cara jangka panjang maka hasil yang akan kita dapatkan lebih maksimal dan dapat
membuat burung walet lebih betah di rumah walet milik anda, dan hal yang perlu diperhatikan adalah
memperhatikan masalah kesehatan kita dan cara tersebut sebaiknya tidak di jalankan di sekitar kawasan
pemukiman padat penduduk, karena dapat mengganggu warga lain
Untuk cara terbaik membudidayakan serangga sebagai makanan walet akan saya bahas di artikel berikutnya
mengenai CARA BUDIDAYA SERANGGA SEBAGAI PAKAN WALET
Ekspansi usaha restoran dan toko sarang walet tersebut dipadu dengan tempat wisata
yang menyediakan miniatur rumah walet dan proses pengolahan sarang walet, di lokasi
yang masih tergolong alami.
Bupati Bima, Ferry Zulkarnain ST, yang menjalin kerja sama dengan King`s Nest,
sempat mengunjungi rumah makan sarang walet terpadu di Kuta tersebut.
Melalui rintisan usaha baru itu, Benny Koesno berharap kelak akan mampu membangun
kesan atau brand image bahwa sarang walet merupakan produk Indonesia.
Hal itu mengingat selama ini produk sarang walet lebih dikenal sebagai milik masyarakat
Hongkong, padahal sekitar 80 persen kebutuhan sarang walet dunia dipasok dari
Indonesia.
Produksi sarang walet dari berbagai wilayah Indonesia, terutama kini dari rumah-rumah
walet yang tersebar di perkotaan maupun pedesaan, diperkirakan mencapai 20 ton per
bulan.
Eksportir dan pedagang sarang burung walet pun bertebaran di berbagai daerah,
pula terjadinya tingkat penilaian harga yang cukup besar bagi setiap kilogram produk
sarang burung walet yang dijual oleh peternak walet di berbagai daerah. Kenyataan di
pasaran menunjukkan, bahwa perbandingan harga sarang dapat berkisar antara satu untuk
sarang berkualitas rendah dan tujuh kali lipat harganya bagi sarang berkualitas tinggi.
Dengan kata lain semakin rendah kualitas sarang walet yang dijual, maka semakin rendah
pula kemampuan tawar (bargaining power) peternak walet dalam melakukan transaksi
dengan pedagang.
Selama ini yang terjadi pada usaha sarang burung walet di berbagai daerah adalah bahwa
para peternak walet kurang mampu meraih nilai tambah tertinggi dari produk sarang
burung yang dihasilkannya, semua ini berkaitan dengan tingkat performansi (penampilan)
sarang burung walet yang dihasilkan tersebut kurang mampu memenuhi syarat-syarat
kualitas tertinggi.
Sebenamya produk sarang burung walet di indonesia banyak yang memiliki potensi besar
untuk menjadi sarang berkualitas bagus degan harga jual yang tinggi bila dibersihkan dan
diproses terlebih dahulu sebelum dijual, karena pada umumnya air liur burung walet yang
dipakai untuk menyusun sarang tersebut terbentuk dan serangga pakan walet yang jumlah
dan macamnya sangat besar di berbagai daerah sentra budidaya walet,
Namun karena pola panen sarang burung walet yang dipakai oleh kebanyakan peternak
adalah " Pola Panen Tetasan", maka sarangnya menjadi tercemar baik oleh bulu maupun
kotoran yang terdiri dari debu, bekas hama pengganggu dan lain sebagainya. Hal ini
karena sarang walet tersebut sebelum dipanen, telah digunakan oleh burung walet itu
untuk mengerami dan menetaskan telurnya serta mengasuh anak-anaknya. Sehingga
akibatnya sarang walet itu mengalami perubahan warna (tidak putih bersih lagi) karena
dipenuhi oleh bulu dan kotoran dari walet itu sendiri.
Pola panen ini secara umum diterapkan oleh para peternak walet di daerah dengan tujuan
untuk mengembangkan populasi burung walet sebanyak-banyaknya sebelum nantinya
digunakan pola panen lainnya. Namun konsekuensi dari pola panen seperti ini adalah
kualitas sarangnya menjadi rendah, yang berarti pula harganya pun menjadi berkurang
banyak.
biasanya para peternak walet saat melakukan transaksi di pasaran, para peternak walet itu
selalu posisi penawarannya lebib rendah dibanding posisi pedagang sarang burung walet.
Hal ini karena para pedagang pengumpul biasanya selalu lebih banyak tahu tentang
berbagai kualitas sarang burung dibanding para peternak walet. Selain itu, penentuan
harga harus mengikuti klasifikasi mutu yang ditetapkan oleh para pedagang pengumpul.
Akibatnya, seringkali harga yang diterima peternak sangat rendah, karena para pedagang
berdalih bahwa kualitas produk sarang tersebut kurang baik. Cara transaksi seperti
disebutkan di atas, juga berlaku bagi semua jenis komoditi sarang walet.
di saat penjualan hasil panen, para peternak walet biasanya langsung menjual begitu saja
produknya kepada pedagang pengumpul, atau para eksportir tanpa melakukan
pembersihan serta pemrosesan bentuk terlebih dahulu, sehingga otomatis harga per
Sarang burung walet di Kabupaten daerah pada umumnya tercemar dan dipenuhi
kotoran karena dihasilkan dari "Pola panen tetasan". Tercemarnya sarang ini
karena sarang tersebut telah digunakan oleh burung walet untuk mengerami dan
menetaskan anak-anaknya, sehingga sarang tetasan dipenuhi oleh kotoran anakan
walet, juga dipenuhi pula oleh bekas-bekas kotoran dan hama pengganggu, seperti
kecoa, kutu busuk atau air kencing kelelawar, sehingga warnanya tidak putih lagi.
Pola panen tetasan ini terpaksa harus dilakukan oleh peternak walet di Kabupaten
Jember dengan tujuan agar burung walet mempunyai kesempatan cukup untuk
beregenerasi dan meningkatkan populasi.
Banyaknya bulu yang melekat pada sarang burung walet hasil dari para peternak
walet yang meskipun berbentuk besar dan berserat baik, tetapi masih dihargai
rendah di pasaran karena dianggap kurang baik (mengingat bulunya sulit hilang).
Walaupun sebenarnya produk sarang walet itu mempunyai potensi besar untuk
mendapatkan harga lebih tinggi apabila diproses terlebih dahulu sebelum dijual.
Berubahnya warna sarang walet bila disimpan lama serta mudah terserang jamur,
Sehingga kualitasnya dapat berkurang. Hal ini karena sarang walet tersebut sudah
mengalami pencemaran sejak diambil dari asalnya, Sehingga dalam tempat
penyimpanan, sarang itu mengalami proses perubahan warna karena sudah
mengandung spora jamur sejak dipetik dari rumah walet.
Tujuan dari kegiatan yang dilakukan adalah merancang alat pembersih dan pemroses
sarang burung walet, agar dapat meningkatkan kualitas sarang burung walet hasil
budidaya walet para peternak di Kabupaten Jember, sehingga nilai tambah tertinggi dan
komoditas sarang walet di Kabupaten Jember dapat diraih.
BAHAN DAN METODE CUCI SARANG BURUNG WALET
Di artikel saya terdahulu telah di jelaskan cara pencucian walet yang umumnya
dilakukan oleh peternak yang memiliki liur walet dalam skala kecil, yang artinya hanya
untuk mencuci walet milik sendiri, anda bisa melihat artikelnya di sini dan untuk metode
pencucian liur walet skala besar bisa anda lihat di artikel ini dan dibawah ini adalah
gambar skema pelaksanaannya.
Kipas pemutar air yang terdiri dari dua plat baja dipasang pada
bagian as poros putamya dengan baut, agar dapat dilepas bila
drum hendak dibersihkan, juga dimaksudkan untuk dapat lebih
dibengkokkan atau dibuat lebih datar agar kecepatan putaran
kipas pemutar air dapat diatur lebih cepat atau lambat sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkan. Hal ini karena kalau jumlah
sarang walet yang akan dibersihkan cukup banyak dan kondisinya
sangat kotor, maka diperlukan putaran air yang lebih cepat.
Ruang Kipas pemutar air yang berada di bagian dasar dari drum
dipisahkan dari ruang atas drum dengan saringan logam yang
berlobang-lobang dengan diameter lobang 4 cm, agar supaya
gerakan putaran kipas pemutar air dalam ruang bawah drum
dapat menyebabkan putaran air pada ruang bagian atas dari
drum sekaligus memutar sarang walet kotor yang berada dalam
air tersebut. Dengan cara ini kotoran, bulu dan debu yang
menempel pada sarang itu menjadi lepas.
Setelah alat pencuci sarang walet tersebut selesai dirancang dan dibuat, maka alat tersebut
dicobakan langsung pada komoditas sarang hasil dari para peternak walet di Kecamatan Tanggul
Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil pencucian sarang yang dilakukan tersebut dapat diperoleh
beberapa data tentang gambaran efektivitas pembersihan sarang walet dengan menggunakan alat
yang dirancang.
Pembersihan sarang walet dengan memakai alat tersebut dilakukan dengan mencuci sarang walet
dari kualitasnya berbeda (5 macam kualitas) atas dasar banyaknya bulu dan kotoran.
Berdasarkan kualitasnya, 5 macam sarang walet tersebut adalah:
Sarang bulu berat : yaitu sarang walet yang tercemar oleh bulu
dan kotoran baik di bagian dalam maupun luarnya, lebih dari 50%
permukaannya.
Sarang goa : yaitu sarang yang berasal dari goa yang warnanya
kusam kehitaman dan penuh dengan bulu.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa penggunaan alat cuci sarang burung dapat meningkatkan pendapatan
peternak walet rata-rata 3.576 juta rupiah. ini berarti penggunaan alat tersebut dapat
meningkatkan nilai tambah dan efisiensi pekerjaan pencucian sarang walet, karena hanya
membutuhkan waktu rata-rata 7.4 menit.
Dari hasil pengamatan uji coba alat tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni
tentang kapasitas alat. Alat ini memiliki kapasitas maksimum 3 kg, sehingga pekerjaan harus
dilakukan secara bertahap apabila produk yang harus dibersihkan melebihi kapasitas tersebut.
Kapasitas alat yang hanya 3 kg disesuaikan dengan kapasitas hasil panen dari peternak walet di
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, yang rata-rata sekali petik hasilnya kurang lebih 3 kg. Di
masa datang perlu dirancang alat dengan kapasitas yang lebih besar.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian alat tersebut di kalangan peternak walet di
Kecamatan Tanggul cukup populer, karena 70% dari seluruh peternak walet yang tergabung
dalam paguyuban pewalet Tanggul Raya (23 orang dari 33 orang peternak walet yang ada), telah
tertarik menggunakan model alat tersebut untuk mencuci hasil sarangnya. Para peternak walet
itu pada akhirnya mampu membuat sendiri alat pencuci sesuai dengan model yang dirancang
tetapi dengan bahan logam yang lebih baik.
Pengaruh positif lainnya dari penggunaan alat tersebut di tingkat peternak adalah bahwa
regenerasi walet dalam budidaya walet di rumah peternak menjadi terjamin. Hal ini tidak lain
karena peternak walet yang tadinya enggan melakukan siklus petik "panen tetasan" (yaitu sarang
walet dipetik setelah sarang walet dipakai untuk mengerami dan menetaskan telurnya), karena
hasil sarang tetasan adalah berkualitas rendah, tetapi setelah tersedianya alat cuci tersebut.,
maka peternak tidak segan-segan lagi untuk melakukan panen tetasan yang merupakan bagian
dari upaya menjaga azas kelestarian populasi burung walet yang dipeliharanya.
Demikian pula dengan adanya alat tersebut, peluang kerja yang ada di pedesaan juga menjadi
bertambah, karena ada peluang untuk bekerja sebagai tenaga pembersih, pencetak dan pengering
sarang walet yang selama ini tidak pernah dilakukan. Adanya pekerjaan pencucian sarang
tersebut juga menambah penghasilan peternak walet, karena air cucian sarang laku dijual Rp.
15.000.- / 3 liter untuk mengolesi seluruh dinding rumah walet baru agar suasananya disukai
oleh burung walet.
Dari sisi lain, alat tersebut masih dapat disempurnakan lagi dalam hal pengaturan tingkat
kecepatan kipas pemutar air, agar bekerja secara otomatis. Hal ini dapat dilakukan dengan
menyediakan beberapa tingkat kecepatan putaran sesuai dengan kondisi kekotoran sarang walet.
Hal ini dapat dilakukan bila kondisi sarang walet hasil para peternak walet itu dapat
diidentifikasikan berbagai tingkat kekotorannya. Tetapi karena hasil sarang dari para peternak
walet itu selama ini cukup beragam kualitasnya, maka untuk sementana ini sulit diidentifikasi.
Karena itu, solusinya adalah bahwa kipas putaran air dari alat yang dirancang tersebut dilengkapi
dengan mur dan baut, yang dapat dicopot sewaktu-waktu, sehingga kipasnya dapat dirubah
kemiringannya untuk mengatur kecepatan putaran kipas sesuai dengan kondisi kekotoran sarang
walet.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat melalui perancangan alat pencuci
sarang burung walet tersebut, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai
berikut:
http://warungsingkawang.wordpress.com