Anda di halaman 1dari 18

Anemia Pernisiosa (Defisiensi Vitamin B12)

oleh sitesinbahasa pada September 19, 2011


PENGERTIAN
Kurangnya sel darah merah yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.
Kekurangan vitamin B12 juga mempengaruhi jaringan-jaringan lain dengan tingkat turnover
tinggi.
Seks
terutama mempengaruhi orang dewasa antara 50 dan 60 tahun.
Jarang terjadi pada anak.
PENYEBAB
Tidak adanya faktor intrinsik, bahan kimia yang disekresikan oleh membran mukosa lambung,
yang memfasilitasi penyerapan vitamin B-12.
Tidak ada yang tahu alasan untuk tidak adanya faktor intrinsik, meskipun mungkin karena
kekurangan genetik atau penyakit autoimun.
Mengurangi produksi asam klorida, terutama setelah pembedahan perut atau dikombinasikan
dengan kurangnya faktor intrinsik (asam klorida juga diperlukan untuk penyerapan vitamin B12).
GEJALA
Kelemahan, terutama di lengan dan kaki.
Bahasa Scot.
Mual, kehilangan nafsu makan dan berat badan.
Pendarahan gusi.
Mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki.
Sulit untuk menjaga keseimbangan.
Bibir, lidah dan gusi pucat.
Mata dan kulit kuning
Sesak napas.
Depresi.
Kebingungan dan demensia.
Sakit kepala.
Kehilangan ingatan.
FAKTOR RESIKO
Pola makan yang buruk, khususnya vegetarian tanpa suplemen vitamin B12.
Kondisi tiroid.
Operasi perut sebelumnya, kanker perut atau gastritis.
Bulimia atau anoreksia nervosa.
Riwayat keluarga anemia pernisiosa.

Faktor genetik. Penyakit ini adalah umum di Eropa utara dan langka dalam ras-ras hitam dan
Asia.
PENCEGAHAN
Jika perut telah dioperasikan atau menderita maag, maka suntikan vitamin B-12 secara teratur.
DIAGNOSA DAN PENGOBATAN
Diagnosis:
Riwayat pemeriksaan fisik oleh dokter.
Tes darah.
Studi spesifik, seperti menentukan konsentrasi vitamin B12 dalam darah atau tes Schilling,
radiasi vitamin B-12 .
Analisis sumsum tulang.
PENGOBATAN:
Langkah-langkah Umum
Hindari air yang sangat panas dan bantalan pemanas.
Sistem saraf Anda mungkin tidak dapat mendeteksi berbahaya suhu tinggi.
Obat
Dokter mungkin meresepkan suntikan vitamin B-12. Kekuatan dan frekuensi ini tergantung pada
luasnya penyakit.
Dosis biasa adalah penyuntikan setiap hari selama 7 hari setelah penuntikan mingguan untuk satu
bulan dan satu suntikan perbulan untuk seterusnya.
Pelajari cara untuk menyuntikkan vitamin B-12, karena suplemen oral tidak cukup.
Pengobatan sangat penting bagi kehidupan karena, bahkan dengan pengobatan, kapasitas
penyerapan vitaminaB-12 tidak akan berjalan normal.
Aktivitas
Tidak ada pembatasan.
Diet
Tidak ada persyaratan khusus.
Tidak direkomendasikan untuk mengkonsumsi daging mentah atau hati.
Suplemen zat besi mungkin diperlukan.
Periksakan ke dokter jika gejala-gejala tidak membaik setelah 2 minggu pengobatan.
KEMUNGKINAN KOMPLIKASI
Gagal jantung kongestif.
Visi ganda.
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
Pria impotensi.
PRAKIRAAN
Saat ini, penyakit ini dapat disembuhkan.
Namun konsumsi rutin vitamin B-12 akan mengontrol gejala dan komplikasi yang benar tanpa

batas.
Setelah pengobatan dimulai, gejalanya dapat hilang dalam waktu 6 bulan.
About these ads

http://kesehatansaya.com/2011/09/19/anemia-pernisiosa-defisiensi-vitamin-b12/

Anemia Sebagai Akibat Kekurangan Vitamin B12


Anemia karena kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama Anemia pernisiosa. Anemia
Pernisiosa adalah anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Anemia
megaloblastik paling sering disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam folat dalam
makanan atau ketidakmampuan untuk menyerap vitamin tersebut. Kadang anemia ini disebabkan
oleh obat-obat tertentu yang digunakan untuk mengobati kanker.
Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel
darah merah. Jika kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi anemia megaloblastik. Kekurangan
vitamin B12 biasanya disebabkan karena kurang baiknya penyerapan dan kekurangan dalam
makanan yang dikonsumsi.
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa, suatu penyakit yang mungkin
disebabkan oleh keturunan, yaitu karena faktor intrinsik tidak diproduksi oleh tubuh, dan
akibatnya vitamin B12 tidak dapat diserap. Sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel eritrosit
yang normal, tetapi memproduksi dan memasukkan sel makrosit ke dalam saluran darah. Karena
itu daya angkut hemoglobin menjadi sangat terbatas.
Akibatnya timbul anemia, pucat, gangguan perut, kurang berat, dan glositis. Biasanya
kekurangan vitamin B12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin untuk anemia.
Selain mengurangi pembentukan sel darah merah, kekurangan
sistem saraf dan menyebabkan:
1. Kesemutan ditangan dan kaki.

vitamin B12 juga mempengaruhi

2. Hilangnya rasa ditungkai kaki dan tangan.


3. Pergerakan yang kaku.
4. Lidah seperti terbakar.
5. Penurunan berat badan.
6. Warna kulit menjadi lebih gelap.
Pada contoh darah yang diperiksa dibawah mikroskop, tampak megaloblas, dapat dilihat
perubahan sel darah putih dan trombosit, terutama jika penderita telah menderita anemia dalam
jangka waktu yang lama. Jika diduga terjadi kekurangan, maka dilakukan pengukuran kadar

vitamin B12 dalam darah. Jika sudah pasti terjadi kekurangan vitamin B12, bisa dilakukan
pemeriksaan untuk menentukan penyebabnya.
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan
menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Komponen pembentuk darah antara lain: sel
darah merah, hematokrit, hemoglobin, sel darah putih, komponen sel darah putih dan
trombosit/platelet. Terjadinya anemia dideteksi dengan menggunakan komponen sel darah
merah, hematokrit dan hemoglobin.
Sel darah merah merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter darah. Setiap
orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya.
Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah
rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada penghitungan sel darah merah, akan dinilai
jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Bentuk sel darah merah pun dilihat di bawah
mikroskop. Informasi mengenai jumlah, ukuran dan bentuk sel darah merah akan digunakan
untuk mendiagnosa jenis anemia yang diderita berikut kemungkinan penyebabnya.
Biasanya pemeriksaan dipusatkan kepada faktor intrinsik:
1. Contoh darah diambil untuk memeriksa adanya antibodi terhadap faktor intrinsik.
Biasanya antibodi ini ditemukan pada 60-90% penderita anemia pernisiosa.
2. Pemeriksaan yang lebih spesifik, yaitu analisa lambung.
Dengan cara dimasukkan sebuah selang kecil ( selang nasogastrik) melalui hidung, melewati
tenggorokan dan masuk ke dalam lambung. Lalu disuntikkan pentagastrin (hormon yang
merangasang pelepasan faktor intrinsik) ke dalam sebuah vena.
Selanjutnya diambil contoh cairan lambung dan diperiksa untuk menemukan adanya faktor
intrinsik.
Jika penyebabnya masih belum pasti, bisa dilakukan tes Schilling:
1. Diberikan sejumlah kecil vitamin B12 radioaktif per-oral (ditelan) dan diukur penyerapannya.
2. Kemudian diberikan faktor intrinsik dan vitamin B12, lalu penyerapannya diukur kembali. Jika
vitamin B12 diserap dengan faktor intrinsik, tetapi tidak diserap tanpa faktor intrinsik, maka
diagnosisnya pasti anemia pernisiosa.
Prinsip pengobatan anemia pernisiosa adalah untuk mencukupi kebutuhan vitamin B12 yang
kurang dalam tubuh. Sedangkan tujuan pengobatannya adalah untuk menyembuhkan anemia
yaitu melalui pemberian vitamin B12 agar mencegah timbulnya komplikasi, seperti kerusakan
jantung atau syaraf dan mengobati penyakit dasarnya jika anemia pernisiosa disebabkan oleh
penyakit tertentu.

Jika anemia pernisiosa disebabkan oleh infeksi usus, biasanya penderita akan diberi antibiotik.
Jika ada gangguan di usus halus, mungkin dibutuhkan pembedahan. Tetapi, jika anemianya
terjadi akibat kurang makan makanan bervitamin B12, maka pola makan harus diperbaiki dan
penderita harus mengkonsumsi tambahan vitamin B12 sepanjang hidupnya.

http://kelompok16bgr.wordpress.com/anemia-karena-kekurangan-vitamin-b12/

Anemia Karena Kekurangan Vitamin B12


16th December 2011 | Author: admin
Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah
yang sehat. Sel darah merah menyediakan oksigen ke jaringan tubuh.
Anemia karena kekurangan vitamin B12 adalah sel darah merah yang rendah
karena kekurangan vitamin B12.
Penyebab, insiden, dan faktor-faktor risiko
Tubuh Anda membutuhkan vitamin B12 untuk membuat sel darah merah. Dalam
rangka untuk menyediakan vitamin B12 sel-sel Anda:
Anda harus makan cukup makanan yang mengandung vitamin B12, seperti
daging, unggas, kerang, telur, dan produk susu.
Tubuh Anda harus menyerap cukup vitamin B12. Tubuh Anda menggunakan protein
khusus, yang disebut faktor intrinsic, dirilis oleh sel-sel di perut. Kombinasi dari
vitamin B12 melekat intrinsic faktor diserap dalam bagian terakhir dari usus
kecil.Kekurangan vitamin B12 dalam makanan mungkin disebabkan oleh:

Vitamin B12
Diet Makanan vegetarian

Diet yang buruk di masa kanak-kanak


Nutrisi rendah selama kehamilan
Sejumlah masalah dapat membuat sulit bagi tubuh Anda untuk menyerap
cukup vitamin B12:
Alkohol kronis
Penyakit Crohn, penyakit celiac, infeksi cacing ikan, atau masalah lain yang
membuatnya sulit bagi tubuh Anda untuk mencerna makanan
Karena pernicious anemia, yang terjadi ketika tubuh Anda menghancurkan sel-sel
yang membuat intrinsic faktor. Faktor intrinsic diperlukan untuk menyerap vitamin
B12.
Operasi yang menghapus bagian-bagian tertentu dari perut atau usus kecil, seperti
beberapa operasi penurunan berat badan
Menggunakan antasid dan obat-obatan mulas lainnya untuk jangka waktu lama
waktu
Gejala

Orang-orang dengan anemia ringan mungkin tidak ada gejala, atau gejala mungkin sangat ringan.
Gejala yang lebih khas vitamin B12 kekurangan anemia meliputi:
Sembelit atau diare
Kelelahan, energi, atau pusing ketika berdiri atas atau dengan pengerahan tenaga
Kehilangan nafsu makan
Kulit pucat
Masalah yang terkonsentrasi pada :
Sesak napas, sebagian besar selama latihan
Bengkak merah lidah atau bleeding gums
Gejala dari kerusakan saraf yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12
yang telah hadir selama waktu yang lebih lama termasuk:
Kebingungan atau perubahan mental status (demensia) dalam kasus-kasus yang
parah
Depresi
Kehilangan keseimbangan

Terasa Tebal dan kesemutan tangan dan kaki


Tanda-tanda dan tes
Ujian fisik dapat menunjukkan masalah dengan refleks atau refleks Babinski yang
positif. Pengujian berikut dapat dilakukan:
CBC
Retikulosit count
Diciptakannya test (jika karena pernicious anemia diduga)
Serum LDH
Tingkat vitamin B12 serum dan serum folat tingkat
Esophagogastroduodenoscopy (EGD) untuk memeriksa perut, atau enteroscopy
untuk memeriksa usus kecil dapat dilakukan.
Sumsum tulang biopsi dilakukan hanya ketika diagnosis ini tidak jelas.
Perawatan
Perawatan tergantung dari penyebab B12 kekurangan anemia. Karena pernicious
anemia memerlukan penggantian seumur hidup vitamin B12, paling sering
menggunakan suntikan. Beberapa pasien bisa cukup suplemen dengan dosis tinggi
tablet oral vitamin B12.
Orang-orang dengan anemia berkat kurangnya diet vitamin B12 be told to
mengambil vitamin suplemen dan mengikuti diet seimbang lebih. Perawatan
mungkin mulai dengan suntikan vitamin B12. Anemia disebabkan oleh pencernaan
yang buruk dan penyerapan diperlakukan dengan suntikan vitamin B12 sampai
sembuh. Gambar ini diberikan setiap hari dan kemudian setiap minggu pada
awalnya, dan kemudian setiap bulan. Banyak orang mungkin perlu tembakan ini
sebulan sekali selama sisa hidup mereka. Gambar mungkin tidak lagi diperlukan
setelah penyakit Crohn, penyakit celiac, atau alkoholisme dirawat dengan
baik.Harapan (prognosis)
Pengobatan untuk bentuk anemia ini biasanya efektif.
Kerusakan saraf mungkin permanen, terutama jika perawatan tidak dimulai dalam 6
bulan ketika gejala mulai.
Komplikasi
Vitamin B12 mempengaruhi sel yang membentuk permukaan luar tubuh dan garis
jalan batin (sel epitel). Oleh karena itu, kurangnya B12 dapat menyebabkan palsu
abnormal Pap smear.

Memanggil perawat kesehatan


Hubungi penyedia layanan kesehatan Anda jika Anda memiliki gejala anemia.
Pencegahan
Anda dapat mencegah anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12
dengan mengikuti diet seimbang. Vitamin B12 suntikan dapat mencegah anemia
setelah operasi yang diketahui menyebabkan kekurangan vitamin B12. Pengobatan
diagnosis dan prompt awal dapat membatasi keparahan dan komplikasi anemia ini.
Posts related to Anemia Karena Kekurangan Vitamin B12

Rendahnya Vitamin D Terindikasi Diabetes Tipe 2 Untuk Anak Obesitas

Menurunkan Berat Badan dengan Permen Karet

Diet Kaya Kolin Membuat Memori Otak Lebih Tajam

Gaya Hidup Penyebab Diabetes


http://armanefendi.com/kesehatan/anemia-karena-kekurangan-vitamin-b12.html

Vitamin B 12 dan Asam Folat: Esensial Vitamin untuk Pencegahan Anemia


Banyak orang tanpa disadari mengalami hidden hunger atau kekurangan vitamin dan mineral
tanpa disadari. Defisiensi ini tidak menimbulkan perut buncit atau kaki yang sangat kurus seperti
gambaran tipikal gizi buruk, namun ia dapat membawa dampak buruk bagi tubuh. Salah satunya
yang dapat jelas terlihat adalah anemia.
Defisiensi vitamin B kompleks memiliki spektrum luas. Biotin atau asam pantotenat merupakan
vitamin esensial, namun tidak pernah dijumpai keadaan defisiensi biotin karena jumlah zat gizi
ini bahkan dalam asupan makanan yang buruk sekalipun sudah melebihi kebutuhan tubuh.
Asupan makanan yang buruk dapat menyebabkan defisiensi tiamin menyebabkan penyakit beriberi, defisiensi niasin menyebabkan pellagra, defisiensi piridoxal menyebabkan anemia
sideroblastik, defisiensi riboflavin menyebabkan ariboflavinosis. Namun yang paling penting
dari vitamin B kompleks adalah vitamin B12 yang metabolismenya berlangsung bersama asam
folat.
Asam folat berperan untuk sintesis DNA, yaitu materi genetik yang diturunkan dari sel ke sel,
dan berperan penting dalam produksi sel darah merah. Vitamin B12 dibutuhkan untuk produksi
sel darah dan menjaga sel saraf agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Asam folat dan
B12 bersama dengan besi merupakan kombinasi yang sangat baik untuk menjaga produksi sel
darah merah. Tabel 1 menunjukkan kebutuhan B12 dan asam folat harian.
Vitamin

Dewasa Ibu hamil

Vitamin B12

2,4 g

2,4 g

Asam folat

400 g

600 g

Defisiensi vitamin B12 dan asam folat menimbulkan gangguan dalam biosintesis purin dan
pirimidin. Kemampuan sel mensintesis DNA dan pembelahan sel paling mudah terlihat pada
sintesis sel darah merah. Sel darah berukuran lebih besar sehingga disebut sebagai anemia
megaloblastik. Namun sebenarnya, gangguan sintesis DNA terjadi pada seluruh sel tubuh.
Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi pada keadaan di bawah ini:

Kurangnya asupan vitamin B12 dalam makanan.

Gangguan pencernaan penyakit peradangan usus seperti Crohns disease dapat


menghambat penyerapan vitamin B12.

Kekurangan faktor intrinsik Faktor intrinsik merupakan zat yang membantu penyerapan
vitamin B12. Zat ini berkurang atau hilang pada mereka yang menjalani operasi
pengangkatan lambung.

Defisiensi asam folat dapat terjadi pada keadaan di bawah ini:

Kurangnya asupan asam folat Ini terjadi jika Anda kurang mengonsumsi buah dan
sayur atau minum terlalu banyak alkohol.

Gangguan pencernaan Crohns disease atau infeksi usus lainnya dapat mengganggu
penyerapan asam folat.

Konsumsi obat-obatan Beberapa obat terutama antikejang dapat mengganggu


penyerapan asam folat.

Defisiensi vitamin B12 akibat pola makan vegetarian atau kurangnya asupan vitamin B12 dapat
diatasi dengan suplementasi vitamin atau makanan yang diperkaya vitamin B12 bisa merupakan
terapi yang efektif. Namun jika defisiensi terjadi aibat malabsorpsi karena kekurangan faktor
intrinsik, maka vitamin B12 harus diberikan intravena.
Vitamin B12 banyak terdapat dalam sumber makanan hewani seperti ikan, daging sapi, daging
ayam, telur, susu, dan produk susu. Sedangkan asam folat banyak terdapat pada buah, sayuran
berdaun hijau, dan berbagai makanan yang telah diperkaya asam folat seperti roti, sereal, tepung,
pasta, dan produk gandum lainnya. Pola makan yang seimbang dapat mencukupi kebutuhan
vitamin B12 dan asam folat bagi sebagian besar orang. Namun, ibu hamil perlu mendapat
perhatian khusus karena membutuhkan asam folat yang lebih tinggi. WHO merekomendasikan
setiap ibu hamil mengonsumsi suplemen asam folat 400 g untuk mencegah cacat bawaan pada
janin.
Referensi:
1. World Health Organization and Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Vitamin and Mineral Requirements in Human Nutrition. 2nd ed. 2004.
2. Kraemer K, Zimmerman MB. Nutritional anemia. Sight and Life, 2007.
3. National Institute of Health, Office of Dietary Supplements. Dietary Supplement Fact
Sheet: Folate
4. National Institute of Health, Office of Dietary Supplements. Dietary Supplement Fact
Sheet: Vitamin B12
http://www.inspirasisehat.com/sangobion-healthy-guides/508-anemia-and-nutrition-vitamins

ANEMIA DEFISIENSI VITAMIN B12


A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Anemia pernisiosa adalah anemia makrositik normokromik yang terjadi akibat defisiensi vitamin
B12. Vitamin B12 penting untuk sintesis DNA di dalam sel darah merah dan untuk fungsi saraf.
Vitamin B12 terdapat dalam makanan dan diserap melalui lambung ke dalam darah. Suatu
hormon lambung, faktor intrinsik, penting untuk penyerapan vitamin B12.
2. ETIOLOGI
Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Kekurangan
vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorpsi vitamin yang merupakan
penyakit herediter autoimun, sehingga pada pasien mungkin dijumpai penyakit-penyakit
autoimun lainnya. Pengangkatan sebagian atau seluruh lambung secara bedah juga akan
menyebabkan defisiensi faktor intrinsik. Kekurangan vitamin B12 karena faktor intrinsik ini
tidak dijumpai di Indonesia. Yang lebih sering dijumpai di Indonesia adalah penyebab intrinsik
karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat.
3. MANIFESTASI KLINIK
Didapatkan adanya anoreksia, diare, dispepsia, lidah yang licin, pucat, dan agak ikterik. Terjadi
gangguan neurologis, biasanya dimulai dengan parestesia, lalu gangguan keseimbangan, dan
pada kasus yang berat terjadi perubahan fungsi serebral, demensia, dan perubahan
neuropsikiatrik lainnya.
4. KOMPLIKASI
Anemia berat dapat menyebabkan gagal jantung, terutama pada orang tua.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sel darah merah besar-besar (makrositik), MCV > 100 fmol/l, neutrofil hipersegmentasi.
Gambaran sum-sum tulang megaloblastik. Sering ditemukan dengan gastritis atrofi (dalam
jangka waktu lama dikaitkan dengan peningkatan risiko karsinoma gaster), sehingga
menyebabkan aklorhidria. Kadar vitamin B12 serum kurang dari 100 pg/ml.
6. PENATALAKSANAAN

Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12. vegetarian dapat dicegah atau
ditangani dengan penambahan vitamin per oral atau melalui susu kedelai yang diperkaya.
Apabila, defisiensi disebabkan oleh defek absorpsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik, dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Pada awalnya, B12 diberikan tiap hari, namun kemudian kebanyakan pasien dapat ditangani
dengan pemberian vitamin B12 100 g IM tiap bulan. Cara ini dapat menimbulkan penyembuhan
dramatis pada pasien yang sakit berat. Hitung retikulosit meningkat dalam satu minggu dan
hitung darah menjadi normal dalam beberapa minggu. Lidah akan membaik dalam beberapa hari.
Manifestasi neurologis memerlukan waktu lebih lama untuk sembuh; apabila terdapat neuropati
berat, paralisis dan inkontinensia, pasien mungkin tidak dapat sembuh secara penuh.
Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat dikoreksi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
Gejala: Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktivitas; penurunan semangat
untuk bekerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda: Takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat, letargi, menarik diri, apatis, lesu,
dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan kekuatan, ataksia, tubuh
tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunjukkan keletihan.
Sirkulasi
Gejala: Riwayat kehilangan darah kronis, mis: perdarahan GI kronis, angina, CHF (akibat kerja
jantung berlebihan), riwayat endokarditis infektif kronis, palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda: TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi
postural. Disritmia: abnormalitas EKG, mis: depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan membran mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (Catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan); kulit seperti berlilin, pucat. Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi). Rambut: kering, mudah
putus, menipis; tumbuh uban secara prematur.
Integritas ego
Gejala: Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis: penolakan transfusi
darah.
Tanda: Depresi.
Eliminasi
Gejala: Riwayat pielonefritis, gagal ginjal, hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare

atau konstipasi, penurunan haluaran urine.


Tanda: Distensi abdomen.
Makanan/cairan
Gejala: Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring), mual/muntah, dispepsia,
anoreksia, adanya penurunan berat badan.
Tanda: Lidah tampak merah daging/halus, membran mukosa kering, pucat, stomatitis dan
glositis.
Higiene
Tanda: Kurang bertenaga, penampilan tak rapih.
Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan berkonsentrasi,
insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah; parestesia tangan/ kaki; klaudikasi, sensasi menjadi dingin.
Tanda: Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis. Mental: tak mampu berespons
lambat dan dangkal. Oftalmik: hemoragis retina. Gangguan koordinasi, ataksia: penurunan rasa
getar dan posisi, tanda Romberg positif, paralisis.
Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen samar.
Pernapasan
Gejala: Riwayat TB, abses paru, napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda: Takipnea, ortopnea, dan dispnea.
Keamanan
Gejala: Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis: benzen, insektisida, fenilbutazon,
naftalen. Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan. Riwayat
kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas. Transfusi darah sebelumnya,
gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda: Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Seksualitas
Gejala: Hilang libido (pria dan wanita), impoten.
Tanda: Serviks dan dinding vagina pucat.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Kecenderungan keluarga untuk anemia. Penggunaan antikonvulsan masa lalu/saat ini,
antibiotik, agen kemoterapi (gagal sumsum tulang), aspirin, obat antiinflamasi, atau
antikoagulen. Penggunaan alkohol kronis. Riwayat penyakit hati, ginjal; masalah hematologi;
penyakit seliak atau penyakit malabsorpsi lain; enteritis regional; manifestasi cacing pita;
poliendokrinopati; masalah autoimun (mis: antibodi pada sel parietal, faktor intrinsik, antibodi
tiroid dan sel T). Pembedahan sebelumnya, mis: splenektomi; eksisi tumor; penggantian katup

prostetik; eksisi bedah duodenum atau reseksi gaster, gastrektomi parsial/total. Riwayat adanya
masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan; infeksi kronis, (RA), penyakit
granulomatus kronis, atau kanker (sekunder anemia).
Perimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,6 hari.
Rencana pemulangan: Dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan (injeksi); aktivitas
perawatan diri dan/atau pemeliharaan rumah, perubahan rencana diet.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
2. Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
4. Risiko kerusakan integritas kulit b/d gangguan mobilitas dan perubahan sirkulasi dan
neurologis (anemia).
5. Diare b/d perubahan proses pencernaan.
6. Risiko infeksi b/d pertahanan utama dan sekunder tidak adekuat.
7. Kurang pengetahuan b/d salah interpretasi informasi.
III. INTERVENSI
1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
Tujuan : Menunjukkan perfusi adekuat, mis: tanda vital stabil; membran mukosa warna merah
muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat; mental seperti biasa.
Intervensi :
1) Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku.
R/ Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menentukan kebutuhan intervensi.
2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
R/ Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
Catatan: kontraindikasi bila ada hipotensi.
3) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
R/ Vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/kebutuhan
rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus
vasodilatasi (penurunan perfusi organ).
4) Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan
termometer.
R/ Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
5) Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk
komplikasi transfusi.
R/ Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defisiensi untuk menurunkan risiko
perdarahan.

6) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.


R/ Memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.
2. Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
Intervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/AKS normal, catat laporan kelelahan,
keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
R/ Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2) Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respons terhadap aktivitas
(mis: peningkatan denyut jantung/TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya).
R/ Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
3) Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi
pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan.
R/ Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
4) Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat
dengan periode aktivitas.
R/ Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada sistem jantung dan
pernapasan.
5) Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu, memungkinkan pasien untuk
melakukannya sebanyak mungkin.
R/ Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.
6) Gunakan teknik penghematan energi, mis: mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan
tugas-tugas.
R/ Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan
mencegah kelemahan.
7) Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek,
kelemahan, atau pusing terjadi.
R/ Regangan/stress kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan
dekompensasi/kegagalan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.
Intervensi :
1) Observasi dan catat masukan makanan pasien.
R/ Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
2) Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
R/ Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah
distensi gaster.
3) Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.

R/ Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.


4) Konsul pada ahli gizi.
R/ Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
5) Pantau pemeriksaan laboratorium, mis: Hb/Ht, BUN, albumin, protein, transferin, besi serum,
B12, asam folat, TIBC, elektrolit serum.
R/ Meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
6) Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas, atau terlalu asam sesuai
indikasi.
R/ Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi pasien.
7) Berikan obat sesuai indikasi, vitamin dan suplemen mineral, mis: sianokobalamin.
R/ Kebutuhan penggantian dan diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi.
4. Risiko kerusakan integritas kulit b/d gangguan mobilitas dan perubahan sirkulasi dan
neurologis (anemia).
Tujuan : Mempertahankan integritas kulit.
Intervensi :
1) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritema,
ekskoriasi.
R/ Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi
rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
2) Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau di
tempat tidur.
R/ Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi
hipoksia seluler.
3) Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
R/ Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan
organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan
iritasi.
4) Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif.
R/ Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
5) Gunakan alat pelindung, mis: kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air, pelindung
tumit/siku, dan bantal sesuai indikasi.
R/ Menghindari kerusakan kulit dengan mencegah/menurunkan tekanan terhadap permukaan
kulit.
5. Diare b/d perubahan proses pencernaan.
Tujuan : Fungsi usus kembali ke pola normal.
Intervensi :
1) Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah.
R/ Membantu mengidentifikasi penyebab/faktor pemberat dan intervensi yang tepat.
2) Auskultasi bunyi usus.
R/ Bunyi usus secara umum meningkat pada diare.
3) Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan.
R/ Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi

defisiensi diet.
4) Dorong masukan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
R/ Membantu dalam mempertahankan status hidrasi.
5) Hindari makanan yang membentuk gas.
R/ Menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen.
6) Berikan obat antidiare, mis: difenoxilat hidroklorida dengan atropin (Lomotil) dan obat
pengabsorpsi air, mis: Metamucil.
R/ Menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
6. Risiko infeksi b/d pertahanan utama dan sekunder tidak adekuat.
Tujuan : Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
Intervensi :
1) Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka.
R/ Menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
2) Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
R/ Menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
3) Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
R/ Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/ pengobatan.
4) Amati eritema/cairan luka.
R/ Indikator infeksi lokal. Catatan: pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
5) Berikan antiseptik topikal; antibiotik sistemik.
R/ Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan
proses infeksi lokal.
IV. EVALUASI
1. Menunjukkan perfusi adekuat, mis: tanda vital stabil; membran mukosa warna merah muda,
pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat; mental seperti biasa.
2. Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
3. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.
4. Mempertahankan integritas kulit.
5. Fungsi usus kembali ke pola normal.
6. Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.


Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta.
Share this article :

Posted by Ngek_Ngok at 2:57 AM


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Labels: Askep Anemia Defisiensi Vitamin B12

http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-anemiadefisiensi.html

Anda mungkin juga menyukai