Faktor genetik. Penyakit ini adalah umum di Eropa utara dan langka dalam ras-ras hitam dan
Asia.
PENCEGAHAN
Jika perut telah dioperasikan atau menderita maag, maka suntikan vitamin B-12 secara teratur.
DIAGNOSA DAN PENGOBATAN
Diagnosis:
Riwayat pemeriksaan fisik oleh dokter.
Tes darah.
Studi spesifik, seperti menentukan konsentrasi vitamin B12 dalam darah atau tes Schilling,
radiasi vitamin B-12 .
Analisis sumsum tulang.
PENGOBATAN:
Langkah-langkah Umum
Hindari air yang sangat panas dan bantalan pemanas.
Sistem saraf Anda mungkin tidak dapat mendeteksi berbahaya suhu tinggi.
Obat
Dokter mungkin meresepkan suntikan vitamin B-12. Kekuatan dan frekuensi ini tergantung pada
luasnya penyakit.
Dosis biasa adalah penyuntikan setiap hari selama 7 hari setelah penuntikan mingguan untuk satu
bulan dan satu suntikan perbulan untuk seterusnya.
Pelajari cara untuk menyuntikkan vitamin B-12, karena suplemen oral tidak cukup.
Pengobatan sangat penting bagi kehidupan karena, bahkan dengan pengobatan, kapasitas
penyerapan vitaminaB-12 tidak akan berjalan normal.
Aktivitas
Tidak ada pembatasan.
Diet
Tidak ada persyaratan khusus.
Tidak direkomendasikan untuk mengkonsumsi daging mentah atau hati.
Suplemen zat besi mungkin diperlukan.
Periksakan ke dokter jika gejala-gejala tidak membaik setelah 2 minggu pengobatan.
KEMUNGKINAN KOMPLIKASI
Gagal jantung kongestif.
Visi ganda.
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
Pria impotensi.
PRAKIRAAN
Saat ini, penyakit ini dapat disembuhkan.
Namun konsumsi rutin vitamin B-12 akan mengontrol gejala dan komplikasi yang benar tanpa
batas.
Setelah pengobatan dimulai, gejalanya dapat hilang dalam waktu 6 bulan.
About these ads
http://kesehatansaya.com/2011/09/19/anemia-pernisiosa-defisiensi-vitamin-b12/
vitamin B12 dalam darah. Jika sudah pasti terjadi kekurangan vitamin B12, bisa dilakukan
pemeriksaan untuk menentukan penyebabnya.
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan
menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Komponen pembentuk darah antara lain: sel
darah merah, hematokrit, hemoglobin, sel darah putih, komponen sel darah putih dan
trombosit/platelet. Terjadinya anemia dideteksi dengan menggunakan komponen sel darah
merah, hematokrit dan hemoglobin.
Sel darah merah merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter darah. Setiap
orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya.
Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah
rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada penghitungan sel darah merah, akan dinilai
jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Bentuk sel darah merah pun dilihat di bawah
mikroskop. Informasi mengenai jumlah, ukuran dan bentuk sel darah merah akan digunakan
untuk mendiagnosa jenis anemia yang diderita berikut kemungkinan penyebabnya.
Biasanya pemeriksaan dipusatkan kepada faktor intrinsik:
1. Contoh darah diambil untuk memeriksa adanya antibodi terhadap faktor intrinsik.
Biasanya antibodi ini ditemukan pada 60-90% penderita anemia pernisiosa.
2. Pemeriksaan yang lebih spesifik, yaitu analisa lambung.
Dengan cara dimasukkan sebuah selang kecil ( selang nasogastrik) melalui hidung, melewati
tenggorokan dan masuk ke dalam lambung. Lalu disuntikkan pentagastrin (hormon yang
merangasang pelepasan faktor intrinsik) ke dalam sebuah vena.
Selanjutnya diambil contoh cairan lambung dan diperiksa untuk menemukan adanya faktor
intrinsik.
Jika penyebabnya masih belum pasti, bisa dilakukan tes Schilling:
1. Diberikan sejumlah kecil vitamin B12 radioaktif per-oral (ditelan) dan diukur penyerapannya.
2. Kemudian diberikan faktor intrinsik dan vitamin B12, lalu penyerapannya diukur kembali. Jika
vitamin B12 diserap dengan faktor intrinsik, tetapi tidak diserap tanpa faktor intrinsik, maka
diagnosisnya pasti anemia pernisiosa.
Prinsip pengobatan anemia pernisiosa adalah untuk mencukupi kebutuhan vitamin B12 yang
kurang dalam tubuh. Sedangkan tujuan pengobatannya adalah untuk menyembuhkan anemia
yaitu melalui pemberian vitamin B12 agar mencegah timbulnya komplikasi, seperti kerusakan
jantung atau syaraf dan mengobati penyakit dasarnya jika anemia pernisiosa disebabkan oleh
penyakit tertentu.
Jika anemia pernisiosa disebabkan oleh infeksi usus, biasanya penderita akan diberi antibiotik.
Jika ada gangguan di usus halus, mungkin dibutuhkan pembedahan. Tetapi, jika anemianya
terjadi akibat kurang makan makanan bervitamin B12, maka pola makan harus diperbaiki dan
penderita harus mengkonsumsi tambahan vitamin B12 sepanjang hidupnya.
http://kelompok16bgr.wordpress.com/anemia-karena-kekurangan-vitamin-b12/
Vitamin B12
Diet Makanan vegetarian
Orang-orang dengan anemia ringan mungkin tidak ada gejala, atau gejala mungkin sangat ringan.
Gejala yang lebih khas vitamin B12 kekurangan anemia meliputi:
Sembelit atau diare
Kelelahan, energi, atau pusing ketika berdiri atas atau dengan pengerahan tenaga
Kehilangan nafsu makan
Kulit pucat
Masalah yang terkonsentrasi pada :
Sesak napas, sebagian besar selama latihan
Bengkak merah lidah atau bleeding gums
Gejala dari kerusakan saraf yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12
yang telah hadir selama waktu yang lebih lama termasuk:
Kebingungan atau perubahan mental status (demensia) dalam kasus-kasus yang
parah
Depresi
Kehilangan keseimbangan
Vitamin B12
2,4 g
2,4 g
Asam folat
400 g
600 g
Defisiensi vitamin B12 dan asam folat menimbulkan gangguan dalam biosintesis purin dan
pirimidin. Kemampuan sel mensintesis DNA dan pembelahan sel paling mudah terlihat pada
sintesis sel darah merah. Sel darah berukuran lebih besar sehingga disebut sebagai anemia
megaloblastik. Namun sebenarnya, gangguan sintesis DNA terjadi pada seluruh sel tubuh.
Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi pada keadaan di bawah ini:
Kekurangan faktor intrinsik Faktor intrinsik merupakan zat yang membantu penyerapan
vitamin B12. Zat ini berkurang atau hilang pada mereka yang menjalani operasi
pengangkatan lambung.
Kurangnya asupan asam folat Ini terjadi jika Anda kurang mengonsumsi buah dan
sayur atau minum terlalu banyak alkohol.
Gangguan pencernaan Crohns disease atau infeksi usus lainnya dapat mengganggu
penyerapan asam folat.
Defisiensi vitamin B12 akibat pola makan vegetarian atau kurangnya asupan vitamin B12 dapat
diatasi dengan suplementasi vitamin atau makanan yang diperkaya vitamin B12 bisa merupakan
terapi yang efektif. Namun jika defisiensi terjadi aibat malabsorpsi karena kekurangan faktor
intrinsik, maka vitamin B12 harus diberikan intravena.
Vitamin B12 banyak terdapat dalam sumber makanan hewani seperti ikan, daging sapi, daging
ayam, telur, susu, dan produk susu. Sedangkan asam folat banyak terdapat pada buah, sayuran
berdaun hijau, dan berbagai makanan yang telah diperkaya asam folat seperti roti, sereal, tepung,
pasta, dan produk gandum lainnya. Pola makan yang seimbang dapat mencukupi kebutuhan
vitamin B12 dan asam folat bagi sebagian besar orang. Namun, ibu hamil perlu mendapat
perhatian khusus karena membutuhkan asam folat yang lebih tinggi. WHO merekomendasikan
setiap ibu hamil mengonsumsi suplemen asam folat 400 g untuk mencegah cacat bawaan pada
janin.
Referensi:
1. World Health Organization and Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Vitamin and Mineral Requirements in Human Nutrition. 2nd ed. 2004.
2. Kraemer K, Zimmerman MB. Nutritional anemia. Sight and Life, 2007.
3. National Institute of Health, Office of Dietary Supplements. Dietary Supplement Fact
Sheet: Folate
4. National Institute of Health, Office of Dietary Supplements. Dietary Supplement Fact
Sheet: Vitamin B12
http://www.inspirasisehat.com/sangobion-healthy-guides/508-anemia-and-nutrition-vitamins
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12. vegetarian dapat dicegah atau
ditangani dengan penambahan vitamin per oral atau melalui susu kedelai yang diperkaya.
Apabila, defisiensi disebabkan oleh defek absorpsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik, dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Pada awalnya, B12 diberikan tiap hari, namun kemudian kebanyakan pasien dapat ditangani
dengan pemberian vitamin B12 100 g IM tiap bulan. Cara ini dapat menimbulkan penyembuhan
dramatis pada pasien yang sakit berat. Hitung retikulosit meningkat dalam satu minggu dan
hitung darah menjadi normal dalam beberapa minggu. Lidah akan membaik dalam beberapa hari.
Manifestasi neurologis memerlukan waktu lebih lama untuk sembuh; apabila terdapat neuropati
berat, paralisis dan inkontinensia, pasien mungkin tidak dapat sembuh secara penuh.
Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat dikoreksi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
Gejala: Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktivitas; penurunan semangat
untuk bekerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda: Takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat, letargi, menarik diri, apatis, lesu,
dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan kekuatan, ataksia, tubuh
tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunjukkan keletihan.
Sirkulasi
Gejala: Riwayat kehilangan darah kronis, mis: perdarahan GI kronis, angina, CHF (akibat kerja
jantung berlebihan), riwayat endokarditis infektif kronis, palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda: TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi
postural. Disritmia: abnormalitas EKG, mis: depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan membran mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (Catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan); kulit seperti berlilin, pucat. Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi). Rambut: kering, mudah
putus, menipis; tumbuh uban secara prematur.
Integritas ego
Gejala: Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis: penolakan transfusi
darah.
Tanda: Depresi.
Eliminasi
Gejala: Riwayat pielonefritis, gagal ginjal, hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare
prostetik; eksisi bedah duodenum atau reseksi gaster, gastrektomi parsial/total. Riwayat adanya
masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan; infeksi kronis, (RA), penyakit
granulomatus kronis, atau kanker (sekunder anemia).
Perimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,6 hari.
Rencana pemulangan: Dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan (injeksi); aktivitas
perawatan diri dan/atau pemeliharaan rumah, perubahan rencana diet.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
2. Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
4. Risiko kerusakan integritas kulit b/d gangguan mobilitas dan perubahan sirkulasi dan
neurologis (anemia).
5. Diare b/d perubahan proses pencernaan.
6. Risiko infeksi b/d pertahanan utama dan sekunder tidak adekuat.
7. Kurang pengetahuan b/d salah interpretasi informasi.
III. INTERVENSI
1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
Tujuan : Menunjukkan perfusi adekuat, mis: tanda vital stabil; membran mukosa warna merah
muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat; mental seperti biasa.
Intervensi :
1) Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku.
R/ Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menentukan kebutuhan intervensi.
2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
R/ Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
Catatan: kontraindikasi bila ada hipotensi.
3) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
R/ Vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/kebutuhan
rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus
vasodilatasi (penurunan perfusi organ).
4) Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan
termometer.
R/ Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
5) Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk
komplikasi transfusi.
R/ Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defisiensi untuk menurunkan risiko
perdarahan.
defisiensi diet.
4) Dorong masukan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
R/ Membantu dalam mempertahankan status hidrasi.
5) Hindari makanan yang membentuk gas.
R/ Menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen.
6) Berikan obat antidiare, mis: difenoxilat hidroklorida dengan atropin (Lomotil) dan obat
pengabsorpsi air, mis: Metamucil.
R/ Menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
6. Risiko infeksi b/d pertahanan utama dan sekunder tidak adekuat.
Tujuan : Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
Intervensi :
1) Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka.
R/ Menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
2) Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
R/ Menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
3) Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
R/ Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/ pengobatan.
4) Amati eritema/cairan luka.
R/ Indikator infeksi lokal. Catatan: pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
5) Berikan antiseptik topikal; antibiotik sistemik.
R/ Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan
proses infeksi lokal.
IV. EVALUASI
1. Menunjukkan perfusi adekuat, mis: tanda vital stabil; membran mukosa warna merah muda,
pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat; mental seperti biasa.
2. Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
3. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.
4. Mempertahankan integritas kulit.
5. Fungsi usus kembali ke pola normal.
6. Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-anemiadefisiensi.html