Sopir Angkot
"Kakak Markus, kemudian langsung menuju ke rumah sakit untuk mengecek kondisi istri saya yang
ternyata dirawat di ruang bersalin. Markus pun bertanya ke istri saya penyakitnya apa sehingga harus
dirawat di ruang bersalin? Istri saya kemudian menjawab kalau sakit kepala dan ulu hati. Karena curiga,
kemudian Markus pun menanyakan hal tersebut ke perawat rumah sakit, tapi oleh perawat mengatakan
yang berhak memberi informasi hanya dokter di Puskesmas Noemuti yang merujuk istri saya ke rumah
sakit," jelas Krisantus.
Tambah Krisantus, sehari kemudian kakaknya Markus pun bertemu dengan sang dokter di Puskesmas
Noemuti dan meminta dokter untuk membuat surat keterangan. Dan dokter kemudian membuat surat
keterangan yang membenarkan kalau pasien atas nama istrinya itu pada 4 Agustus 2012 pukul 18.30 Wita
mendatangi klinik bersaliin Puskesmas Noemuti dengan keluhan pervaginam dan kesakitan. Terdapat
plasenta belum lahir setelah beberapa jam sebelumnya (janin sudah lahir di rumah) sehingga diagnosa
dokter waktu itu umur kehamilan 21 minggu dengan abortus.
"Setelah mendapat surat keterangan dokter, kakak Markus kemudian menelepon saya untuk segera pulang
kembali ke Kefamenanu karena istri saya aborsi. Mendengar informasi itu, saya jadi stres berat sampai
semua barang yang ada di sekitar saya langsung saya rusaki, kok kenapa istri saya begitu tega
mengkhianati saya," kata Krisantus.
Tiba di Kefamenanu, Krisantus kemudian langsung mencari istrinya di rumah mertuanya, namun dia tidak
berhasil mendapati istrinya karena sedang di rumah keluarga istrinya di kefamenanu. "Saat bertemu
dengan istri, saya pun bertanya kepadanya kalau selama ini dia sakit apa? Pertanyaan saya itu dijawabnya
dengan hanya menangis terus tanpa henti. Karena terus didesak, istri saya pun langsung mengaku kalau
telah dihamili oleh pria lain. Mendengar itu, hati saya jadi panas, namun saya mampu kendalikan emosi
dan saya kemudian minta pamit pergi," kata Krisantus.
Menurut Krisantus, pihak keluarga besarnya kemudian berembuk dan bersepakat agar masalah tersebut
diselesaikan secara kekeluargaan dan secara adat orang Timor. Namun setelah menunggu sampai tujuh
kali, ternyata keluarga istrinya pun tidak punya inisiatif untuk mendatangi rumah Krisantus sebagai
bentuk permintaan maaf ala orang Timor.
Akhirnya Krisantus pun melaporkan istrinya ke polisi setempat. Setelah mendapat laporan Krisantus,
polisi yang dipimpin oleh Kepala Polisi Sektor (Kapolsek) Noemuti, Inspektur Satu Damasus Wahang,
kemudian langsung mendatangi rumah Ignasia dan memeriksa janin yang dikubur persis di samping
rumah, sekaligus rumah itu diberi police line.
Sementara itu, Ignasia baru dijemput polisi di rumah keluarganya di sekitar Kefamenanu. Terkait dengan
itu, Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Polres TTU, Inspektur Dua Zefnat S.Y Tefa, mengatakan
kasus tersebut masih sementara dalam pemeriksaan di bagian Reskrim, termasuk Krisantus dan istrinya.
Ilustrasi (AFP)
Kabul, Sedikitnya 400 wanita Afghanistan harus mendekam di penjara karena terlibat kasus-kasus yang
dianggap sebagai kejahatan moral. Kejahatan moral yang dimaksud adalah perzinahan, kabur atau kawin
lari dan mereka yang melakukan hubungan seks di luar nikah.
"Cukup mengejutkan bahwa 10 tahun setelah penggulingan Taliban, kaum wanita dan remaja putri masih
tetap dipenjara hanya karena melarikan diri dari kekerasan dalam rumah tangga atau karena dipaksa
menikah," ujar Direktur Eksekutif Human Rights Watch (HRW), Kenneth Roth, seperti dilansir oleh AFP,
Rabu (28/3/2012).
Hal tersebut disampaikan dalam laporan program kampanye HRW di Kabul, Afghanistan, yang diberi
judul 'I Had to Run Away'. Menurut laporan tersebut, Presiden Afghanistan Hamid Karzai telah gagal
memenuhi kewajibannya untuk menjalankan hukum HAM internasional.
Dalam laporan itu disebutkan, total ada 400 wanita maupun remaja putri Afghanistan yang ditahan di
penjara karena melakukan kejahatan moral. Misalnya, melarikan diri dari rumah, baik karena dipaksa
menikah maupun karena menghindari kekerasan dalam rumah tangga. Padahal diketahui bahwa perbuatan
tersebut bukanlah tergolong sebagai tindakan kriminal dalam undang-undang yang berlaku di
Afghanistan.
"Beberapa wanita dan remaja perempuan tersebut menjalani hukuman karena zinah, seks di luar nikah,
karena diperkosa atau dipaksa untuk menjadi pekerja seks komersial," demikian bunyi laporan tersebut.
"Hakim seringkali menjatuhkan hukuman semata-mata hanya berdasar 'pengakuan' yang diberikan tanpa
kehadiran pengacara dan 'menandatangani' tanpa membacakan isinya kepada wanita yang sebenarnya
tidak bisa membaca atau menulis. Setelah dinyatakan bersalah, wanita biasanya menjalani masa hukuman
yang panjang, dalam beberapa kasus bahkan lebih dari 10 tahun," demikian laporan HRW tersebut.
Posisi kaum wanita di Afghanistan sebenarnya meningkat cukup pesat usai jatuhnya Taliban. Saat itu,
jumlah wanita yang menempuh pendidikan melesat. Namun sayangnya awal bulan ini, Presiden Karzai
mendukung maklumat yang dikeluarkan otoritas Islam tertinggi, Dewan Ulama Afghan, yang menyatakan
bahwa wanita tidak lebih berharga dari pria.
Dalam maklumat tersebut juga disebutkan bahwa wanita seharusnya bisa menghindari berbaur dengan
kaum pria dalam sejumlah kegiatan kemasyarakatan, seperti pendidikan, bazaar, kantor dan sebagainya.
Menurut HRW, hal ini berarti wanita Afghanistan sama sekali tidak diperkenankan untuk bersekolah
maupun bekerja.
MAKASSAR- Seorang siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) asal Kota Makassar ditangkap
petugas Reskrim Polres Takalar Sulawesi Selatan karena melakukan aborsi. Selain siswi SMA
tersebut, tiga orang warga selaku Dukun Beranak serta pemilik rumah juga langsung diamankan
AF, siswi SMA dari Makassar yang masih duduk dibangku kelas tiga ini hanya bisa tertunduk
malu dan pasrah saat di jemput petugas reskrim di kelurahan Parang Luara Kabupaten Takalar
Sulawesi Selatan. AF ditangkap selang beberapa jam setelah melakukan aborsi, Kamis
(28/7/2011).
Sebelumnya polisi menemukan sebuah bayi yang sudah jadi yang diduga hasil aborsi.
Penangkapan pelaku berawal dari laporan warga yang melihat para pelaku menggali tanah di
sekitar rumah dukun beranak.
Dihadapan petugas, Daeng Jintu, dukun beranak yang juga ikut menguburkan hasil aborsi
tersebut mengaku baru sekali melakukan aborsi di rumahnya.
Sementara itu pelaku aborsi yang masih duduk di bangku SMA ini langsung diistirahatkan di
Mapolres Takalar sambil menunggu kondisinya pulih untuk diperiksa.
Kasat Reskrim Polres Takalar AKP Badollahi mengatakan pelaku terancam pasal 348 KUHP
dengan ancaman kurungan lima setengah tahun penjara.