Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Klorofil merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di
lautan. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi
oseanografi suatu perairan. Beberapa parameter fisika kimia yang mempengaruhi sebaran
klorofil-a adalah intensitas cahaya dan nutrien. Perbedaan parameter tersebut menjadi penyebab
bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut (Samawi, 2007).
Pengukuran klorofil sangat penting dilakukan karena kadar klorofil dalam suatu volume
air laut tertentu merupakan suatu ukuran bagi biomassa tumbuhan yang terdapat dalam air laut
tersebut. Klorofil dapat diukur dengan memanfaatkan sifatnya yang dapat berpijar bila
dirangsang dengan panjang gelombang cahaya tertentu atau mengekstraksi klorofil dari
tumbuhan dengan menggunakan aseton untuk menghitung produktivitas primernya. Berbagai
metode dari yang paling sederhana sampai yang cukup kompleks telah dikembangkan untuk
menentukan kandungan klorofil fitoplankton di suatu perairan. Metode tersebut antara lain
adalah

kolorimetri,

spektrofotometri,

fluorometri

dan

chromatography-paper

(kertas

kromatografi). Metode spektrofotometri merupakan metode yang paling umum digunakan saat
ini. Pengukuran klorofil kali ini juga menggunakan metode spektrofotometri.
a. Pengukuran Konsentrasi Klorofil a
Kandungan klorofil-a diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 750, 664, 647, dan 630 nm. Metode analisa yang digunakan adalah Aseton
Spetrofotometrik (APHA, 1992) dengan prosedur analisis sebagai berikut :
1. Mengambil sampel air laut pada permukaan sebanyak 2 liter menggunakan botol sampel.
2. Sampel air laut disaring dengan menggunakan filter holder yang dilengkapi dengan kertas
saring selulosa yang dihubungkan dengan vacuum pump, kemudian ditambahkan 3-5
tetes MgCO3 pada hasil saringan diatas kertas saring tersebut.
3. Kertas saring dibiarkan kering kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
diekstraksi dengan 15ml Aseton 90% lalu dikocok, kemudian disimpan ke dalam
refrigenerator selama 24 jam.
4. Setelah 24 jam, hasil saringan disentrifuge selama kurang lebih 15 menit. Kemudian
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 665 nm, 647 nm, dan 630 nm dengan
menggunakan spektrofotometer.

5. Perhitungan kandungan klorofil dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut


(APHA, 1992) :
Klorofil-a (mg/l) =

(11.85xE664 1.54xE647 0.08xE630) x Va


Vxl

Keterangan :
Va = volume aseton yang digunakan untuk ekstrask (ml)
V

= volume air yang disaring (l)

= panjang kuvet (cm)

E664 = Absorsi pada panjang gelombang 664 nm dikurangi dengan absorbansi pada
panjang gelombang 750 nm.
E630 = Absorbansi pada panjang gelombang 630 nm dikurangi dengan absorbansi pada
panjang gelombang 750 nm.
E647 = Absorbansi pada panjang gelombang 647 nm dikurangi dengan

absorbansi

pada panjang gelombang 750 nm.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh :
Stasiun \ P. Gel (nm) 630
647
664
1
0,006
0,008
0,019
4
0,009
0.011
0,018
Tabel. 1 Nilai absorbansi setiap stasiun pada panjang gelombang berbeda
Stasiun
V (l)
Va (ml) l (cm)
E664
1
1,75
10
1
0,013
4
2
10
1
0,010
Tabel. 2 Nilai klorofil-a pada setiap stasiun

E647
0,002
0,003

E630
0
0,001

750
0,006
0,008

Klorofil-a (mg/l)
0,863
0,569

PEMBAHASAN
Menurut Hatta (2002), umumnya sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi di
perairan pantai, sebagai akibat dari tingginya suplai nutrien yang berasal dari
daratan melalui limpasan air sungai, dan sebaliknya cenderung rendah di

daerah lepas pantai. Meskipun demikian pada beberapa tempat masih


ditemukan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi, meskipun jauh dari daratan.
Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang
memungkinkan terangkutnya sejumlah nutrient dari tempat lain, seperti yang
terjadi pada daerah upwelling. Perairan laut tropis pada umumnya memiliki
kandungan klorofil-a rendah karena keterbatasan nutrien dan kuatnya stratifikasi
kolom air.

DAPUS
APHA. 1992. Standart Methods For The Examination of Water and Wastewater Including
Bottom Sediment and Sludges. American Public Health Asociation Inc. New York
Hatta, Muh. 2002. Hubungan Antara Klorofil-a dan Ikan Pelagis dengan Kondisi Oseanografi
di Perairan Utara Irian Jaya. IPB. Bogor.
Samawi, MF. 2007. Hubungan Antara Konsentrasi Klorofil-a dengan Kondisi Oseanografi di
Perairan Pantai Kota Makasar. Unhas. Makasar

Anda mungkin juga menyukai