Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS INSTRUMENTASI
PERCOBAAN III
PENENTUAN KADAR ASAM SALISILAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER VISIBEL

Nama : Haiga Sophia Gunawan

NIM : V3720027

Tanggal Praktikum : 30 September 2021

Asisten Praktikum : Niki Putri Anjani

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS INSTRUMENTASI
PERCOBAAN III
PENENTUAN KADAR ASAM SALISILAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER VISIBEL

I. Tujuan
 Dapat melakukan preparasi sampel dalam analisis kandungan asam
salisilat menggunakan spektrofotometer Visibel
 Dapat menentukan kandungan asam salisilat menggunakan
spektrofotometer visibel dalam sampel tablet

II. Tinjauan Pustaka


Asam salisilat merupakan zat anti jerawat sekaligus keratolitik yang lazim
diberikan secara topikal adapun struktur molekulnya pada gambar 1.
Bekerjanya dengan memecah struktur desmosom pada korneosit dengan cara
menghilangkan ikatan kovalen lipid intraselular disekitar keratinosit.
Pemakaian asam salisilat pada konsentrasi tinggi juga sering mengakibatkan
iritasi lokal dan peradangan akut (Hadisoebroto dan Budiman, 2019).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spectrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari
spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang. Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis
spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)
ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan
memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisa kuantitatif
dibandingkan untuk analisa kualitatif (Putri, 2017).
Penentuan kadar asam salisilat dapat dilakukan menggunakan metode
spektrofotometri UV- Vis karena asam salisilat memiliki gugus kromofor dan
ikatan rangkap sehingga bisa ditentukan kadarnya dengan menggunakan alat
spektrofotometri UV- Vis. Penggunaanmetode Spektrofotometri UV-Vis
merupakan suatu metode penetapan kadar yang memiliki sensitivitas yang
tinggi dan dapat memberikan hasil yang akurat. Prinsip kerja dari
instrumentasi Spektrofotometri UV-Vis ini adalah pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu laju larutan yang memiliki gugus kromofor pada
panjang gelombang spesifikdengan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor futube (Feladita dkk., 2019).
Absorbansi larutan standar diukur pada λ maksimum yang telah ditentukan
yang kemudian dibuat persamaan garis kurva kalibrasinya. Kurva kalibrasi
dibuat melalui hubungan serapan panjang gelombang (absorpsi) terhadap
konsentrasi dari beberapa larutan standar yang dibuat satu seri larutan baku
asam salisilat dengan konsentrasi bertingkat. Diukur serapaan konsentrasi
pada panjang gelombang masing-masing (Fatmawati dan Herlina, 2017).

III. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Timbangan analitik 4 digit (1)
2. Timbangan digital 3 digit (1)
3. Spektrofotometer UV Vis (1)
4. Labu takar (jumlah) (1)
5. Pipet tetes (1)
6. Labu ukur 50 ml, 250 ml, 500 ml, dan 100 ml (masing-masing 1)
7. Pipet ukur 1 ml, 5 ml, dan 10 ml (masing-masing 1)
8. Gelas piala 150 ml, 250 ml, 600 ml (masing-masing 1)
9. Erelenmeyer 250 ml (1)
10. Dragball (1)
11. Cawan arloji (5)
1. Bahan Serbuk asam salisilat (1,1 gram)
2. Larutan etanol 96% (20 ml)
3. Aquadest (qs)
4. Asam salisilat standar (100 ml)
5. Larutan FeCl3 0,02 M (10 ml)
B. Gambar Alat

Timbangan analitik Spektrofotometer uv vis labu ukur

Pipet ukur Pipet tetes gelas piala

Erlenmeyer Dragball Cawan arloji


Kuvet
C. Mekanisme Alat Utama

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis


dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. 2. Monokromator
berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya
yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya
monokromatis. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel
UV, VIS dan UV- VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet
biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas. 4. Detektor berfungsi menangkap
cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik.
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detector (Putri, 2017).
IV. Cara Kerja
V. Hasil
1. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum
2. Penetapan Waktu Reaksi (Operating time)

3. Pembuatan Kurva Kalibrasi

4. Pengukuran Kadar Asam Salisilat dalam Sediaan Serbuk


VI. Pembahasan
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spectrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari
spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang. Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis
spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)
ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan
memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisa kuantitatif
dibandingkan untuk analisa kualitatif (Putri, 2017).
Dibandingkan dengan metode yang lain, metode spektrofotometri UV-
Visible lebih spesifik, karena dapat mengukur kadar dengan skala yang lebih
kecil, pengukurannya langsung terhadap contoh, kesalahan dalam pembacaan
kecil, kinerjanya cepat dan pembacaannya otomatis. Untuk menentukan kadar
asam salisilat dalam anti acne dengan metode spektrofotometri UV-Visible
terlebih dahulu dilakukan operating time karena sifat dari asam salisilat tidak
stabil dalam bentuk larutan sehingga perlu dilakukan operating time.
Penentuan operating time untuk menentukan waktu kestabilan reaksi yang
terbentuk dalam larutan atau berapa lama reaksi tersebut dapat stabil.
memberikan hasil yang akurat. Prinsip kerja dari instrumentasi
Spektrofotometri UV-Vis ini adalah pengukuran serapan sinar monokromatis
oleh suatu laju larutan yang memiliki gugus kromofor pada panjang
gelombang spesifikdengan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor futube (Feladita dkk., 2019).
Asam Salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
101,0%, C-H603, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus, putih; rasa agak
manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau.
Jika dibuat dari metilsalisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah
muda dan berbau lemah mirip mentol. Kelarutan Sukar larut dalam air dan
dalam benzen, mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air
mendidih; agak sukar larut dalam kloroform. (Depkes RI,1979). Penentuan
kadar asam salisilat dapat dilakukan menggunakan metode spektrofotometri
UV- Vis karena asam salisilat memiliki gugus kromofor dan ikatan rangkap
sehingga bisa ditentukan kadarnya dengan menggunakan alat spektrofotometri
UV- Vis.
Pada pengukuran panjang gelombang, larutan standar asam salisilat
memberikan serapan tertinggi pada panjang gelombang (λ) 537 nm dengan
absorbansi (A) 0,970 (Ulfa dan Novita, 2016). Alasan mengapa harus
menggunakan panjang gelombang maksimum. Pada panjang gelombang
maksimal kepekaannya juga maksimal. karena pada panjang gelombang
maksimal tersebut, berubah absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah
yang paling besar, di sekitar panjang gelombang maksimal bentuk kurva
absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum lambert-Beer akan
terpenuhi, jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan
oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali. Pengukuran
konsentrasi asam salisilat pada sampel dilakukan dengan membuat kurva
kalibrasi. Kurva kalibrasi dapat terbentuk dengan menggunakan larutan
standar yang telah dibuat pengenceran dengan panjang gelombang (λ) 537.
Berdasarkan pengukuran larutan seri konsentrasi didapatkan hasil kurva
kalibrasi dengan persamaan Y = 0,0282x + 0,0663 Persamaan tersebut
menunjukkan hubungan kelinieran antara absorban dengan sampel yang
dimana jika semakin besar absorban maka semakin besar juga konsentrasinya.
Hasil panjang gelombang yang diperoleh telah sesuai dengan teori karena
menurut Ulfa dan Nofita (2016), pada pengukuran panjang gelombang
maksimum, larutan standar asam salisilat memberikan serapan tertinggi pada
panjang gelombang 537nm, Namun nilai absorbansi yang diperoleh tidak
masuk dalam rentang nilai absorbansi daerah berlakunya hukum Lamber-
Beer. Nilai absorbansi larutan daerah berlakunya hukum lamber-beer untuk
spektro visibel antara 0.2-0.8. Nilai absorbansinya 0.970 yang mana tidak
memenuhi rentang 0.2-0.8. Jika larutan terlalu pekat, dapat dilakukan
pengenceran kembali pada hingga didapatkan nilai absorbansi pada rentang
0,2 - 0,8. Operating Time memiliki tujuan untuk mengetahui waktu
pengukuran suatu senyawa yang diperoleh saat absorbansi paling stabil.
Operating time dilakukan dengan mengukur antara waktu pengukuran dengan
absorbansi larutan. Penetapan operating time perlu dilakukan untuk
meminimalkan terjadinya kesalahan pengukuran (Suharyanto dan Prima,
2020). Operating time dilakukan pada menit ke 15. Dilihat dari hasil
absorbansinya menunjukkan absorbansi yang paling tinggi. Pada menit
sebelum menit ke-15 dikhawatirkan masih ada asam salisilat yg belum
bereaksi dengan FeCl3, jadi tidak terbaca. Apabila di atas menit ke 15
reaksinya yangg terjadi sudah kembali alias ikatan FeCl3 akan terlepas dan
larutan akan kembali menjadi tidak berwarna dan hasil analisisnya juga
menjadi kurang tepat.
Larutan blanko adalah larutan yang tidak berisi analit, larutan blanko
dibuat untuk tujuan kalibrasi sebagai lar pembanding. contoh lar blanko
adalah reagen warna. FeCl3 berguna untuk mengetahui apakah gugus OH
fenolik masih terdapat dalam struktur senyawa hasil sintesis. Uji ini dilakukan
dengan diteteskan FeCl3, bila larutan berubah warna menjadi ungu/biru tua,
maka senyawa tersebut memiliki gugus OH fenolik pada strukturnya (Warrier
R et al.,2013). Penambahan FeCl3 berfungsi sebagai reagen pembentuk warna
yang memberikan hasil spesifik dengan asam salisilat yaitu terbentuknya
larutan berwarna ungu (Ulfa dan Nofita 2016). Asam salisilat akan berubah
menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat mempunyai
gugus fenol, seperti terlihat pada gambar menjadi ungu karena terjadinya
pembentukan kompleks antara Fe dengan OH- yang masih terikat pada
benzena. Uji dengan FeCl3 berguna untuk mengetahui apakah gugus OH
fenolik masih terdapat dalam struktur senyawa hasil sintesis (Fitriyanti dkk.,
2018).
Efek penggunaan asam salisilat berlebih bisa mengakibatkan iritasi pada
permukaan kulit dan menyebabkan efek farmakologi lainnya. seperti efek
keratoplastik, efek anti- pruritis, efek anti–inflamasi, efek bakteriostatik, efek
fungistatik, efek tabir surya. Sehingga konsumen sebaiknya lebih
memperhatikan produk kosmetik yang akan dibeli untuk pemakaian. Terutama
memperhatikan kandungan yang ada didalam sediaan kosmetika tersebut dan
mencantumkan kadar % dalam komposisi. Agar keamanan dari suatu produk
kosmetik tersebut terjamin (Feladita dkk., 2018). Pada perhitungan diperoleh
kadar asam salisilat 0,006392% sedangkan kandungan asam salisilat dalam
bedak menurut BPOM adalah tidak lebih dari 2%, jadi bedak tersebut aman
digunakan.
VII. Kesimpulan
Penentuan kandungan asam salisilat dengan spektofotometer visibel
dimulai dengan pembuatan larutan stol standar asam salisilat dengan
menggunakan timbangan analitik 4 digit, kemudian dilakukan penetapan
panjang gelombang maksimum larutan standar asam salisilat memberikan
serapan tertinggi pada panjang gelombang 537nm, dilakukan penetapan waktu
reaksi (operating time), yaitu pada menit 15, selanjutnya dilakukan pembuatan
kurva kalibrasi dan yang terakhir adalah penetapan kadar asam salisilat pada
sediaan serbuk. Pada perhitungan diperoleh kadar asam salisilat 0,006392%
sedangkan kandungan asam salisilat dalam bedak menurut BPOM adalah tidak
lebih dari 2%, jadi bedak tersebut aman digunakan.
VIII. Daftar Pustaka
Fatmawati, F., dan Herlina,L. 2017. Validasi Metode dan Penentuan Kadar
Asam Salisilat Bedak Tabur dari Pasar Majalaya. EduChemia
(Jurnal Kimia dan Pendidikan), 2(2): 141-150.
Feladita, N. Retnaningsih, A., dan Puji Santoso. 2019. Determination of
Salicylic Acid’s Level in Acne Cream Which Sold in Kemiling
Using Spektrofotmetry Uv Vis. Jurnal Analis Farmasi, 4(2): 101 –
107.
Fitriyanti, A., Sari, F., dan Martha, R.D. 2018. Uji Sifat Fisik dan Analisis
Asam Salisilat Sediaan Shampo Anti Ketombe di Pasaran. Prosiding
Seminar Nasional Sains, Teknologi dan Analisis Ke-1, 181-187.
Hadisoebroto, G., dan Budiman,S. 2019. Penetapan Kadar Asam Salisilat pada
Krim Anti Jerawat yang Beredar di Kota Bandung dengan Metode
Spektrotometri Ultra Violet. J. Kartika Kimia, 2(1):51-56.
Putri, L.E. 2017. Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 dengan
Metoda Spektroskopi UV Visible. Natural Science Journal, 3(1):
391-398.
Ulfa, A.M., dan Nofita. 2016. Analisa Asam Benzoat Dan Asam Salisilat
Dalam Obat Panu Sediaan Cair. Jurnal Kebidanan, 2(2): 51-59.
Suharyanto, dan Prima, D.A.N. 2020. Penetapan Kadar Flavonoid Total pada
Juice Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) yang Berpotensi
Sebagai Hepatoprotektor dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis.
Cendekia Journal of Pharmacy, 4(2): 110-119.
IX. Lampiran
1. Kurva hubungan absorbansi dengan konsentrasi
2. Perhitungan
3. Jawaban Tugas
4. Dokumentasi
5. Abstrak Jurnal dan bagian yang disitasi

Mengetahui Surakarta, 7 Oktober 2021


Asisten Praktikum, Praktikan,

(Niki Putri Anjani) (Haiga Sophia Gunawan)


Lampiran
Kurva hubungan absorbansi dengan konsentrasi

Perhitungan
Hubungan absorbansi dengan konsentrasi
a. Persamaan kurva kalibrasi
y = 0,0282x + 0,0663
b. Rata-rata absorbansi sampel

= 0,517

c. Konsentrasi sampel

y = 0,0282x + 0,0663

0,517 = 0,0282x + 0,0663

x =

x = 15,9822

d. Konsentrasi sebelum diencerkan


15,98 x = C ppm

= 63,92 ppm
e. Satuan diubah
63,92 ppm = 63,92 mg / 1000 ml = 0,06392 mg/ml
f. Dikalikan volume pelarut
0,06392 mg/ml x 100 ml = 6,392 mg
g. Presentase kadar asam salisilat
6,392/ 1.000 = 0,006392%

Jawaban Tugas

a. Presentase kadar asam salisilat


6,392/ 1.000 = 0,006392%
b. Pereaksi: Larutan FeCl3 1 %. Cara melakukan: Sedikit sampel
padat atau 1 tetes larutan sampel dalam air atau alkohol (pada plat
tetes), tambahkan 1 tetes pereaksi, akan terbentuk warna-warna(
merah ungu, ungu, biru atau hijau dll). Beberapa hasil yang
spesifik antara lain: Turunan Salisilat → ungu Vitamin B6 →
merah

Dokumentasi
Abstrak jurnal dan bagian yang disitasi urut berdasarkan urutan daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai