Anda di halaman 1dari 2

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Dengan Cara Penyulingan

A. Penyulingan/Destilasi Air (Perebusan)


Dengan tipe penyulingan air ini, bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air
mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang atau mengapung di atas air atau
terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air
dapat dididihkan dengan api secara langsung. Metode ini disebut juga metode perebusan. Ketika
bahan direbus, minyak atsiri akan menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui
kondensor untuk dikondensasi. Alat yang di gunakan untuk metode ini disebut alat suling
perebus. Contoh bahan yang diproses dengan netode ini : bunga mawar, bunga-bunga jeruk.
Destilasi air dapat dijalankan pada tekanan di bawah 1 atmosfir sehingga air bisa mendidih pada
suhu yang lebih rendah dari 1000C. Biasanya dilakukan bila bahan atau minyak atsiri rentan
terhadap suhu. Contoh : neroli.
B. Penyulingan Uap dan Air (Pengukusan)
Bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam wadah yang konstruksinya hampir sama
dengan dandang pegukus, sehingga metode ini disebut juga pengukusan. Air dididihkan pada
bagian bawah alat . Minyak atsiri akan ikur bersama aliran uap yang kemudian dialirkan ke
kondensor. Alat yang digunakan dalam metode ini disebut alat suling pengukus. Temperatur
steam harus dikontrol agar hanya cukup untuk memaksa bahan melepas minyak atsirinya dan
tidak membakar bahan. Uap yang dipakai bertekanan > 1 atm dan bersuhu > 1000C, sehingga
waktu distilasi bisa lebih cepat mengurangi kemungkinan rusaknya minyak atsiri. Cara ini
menghasilkan minyak atsiri dengan mutu yang tinggi.
C. Penyulingan / Destilasi Uap Langsung
Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari suatu pembangkit uap. Uap yang dihasilkan lazimnya
memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer. Uap yang dihasilkan kemudian
dialirkan kedalam alat penyulingan sehingga minyak atsiri akan enguap terbawa oleh aliran uap
air yang dialirkan ke kondensor untuk dikondensasi. Alat yang digunakan dalam metode ini
disebut alat suling uap langsung.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan mencolok pada ketiga alat penyulingan tersebut. Namun
pemilihan tergantung pada metode yang digunakan, karena reaksi tertentu dapat terjadi selama
penyulingan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrodestilasi adalah:
1. Difusi atau perembesan minyak atsiri oleh air panas melalui selaput tanaman yang disebut
hidrodifusi
2. Hidrolisis terhadap komponen tertentu dari minyak atsiri.
3. Peruraian terjadi oleh panas.
D. Kohobasi
Sistem Kohobasi adalah proses penyulingan yang diulang kembali, artinya air keluaran sisa ini
dimasukkan ke ketel lagi untuk diproses ulang menjadi kukus, kemudian kukus dilewatkan pipa
ke tabung destilasi. Dalam tabung destilasi kontak dengan bahan baku menghasilkan kukus air
dan minyak atsiri, kemudian dipisahkan oleh separator menghasilkan minyak atsiri dan air
limbah (sisa).
Bila rose oil dipungut dengan cara water distillation, maka phenyl ethyl alcohol yang
dikandungnya akan larut dalam air. Senyawa ini tidak ikut bersama minyak atsiri. Bau minyak

atsiri menjadi berbeda disebut incomplete oil . Untuk mendapatkan minyak atsiri yang lengkap
(complete oil), phenyl ethyl alcohol dipisahkan dari air dengan cara distilasi kemudian
ditambahkan ke dalam incomplete oil dengan perbandingan yang tepat. Rose oil yang lengkap ini
disebut Rose Otto.
E. Rektifasi
Bila Essential oil hasil distilasi mengandung impurities (pengotor), dapat dimurnikan dengan redistilasi memakai steam atau vacuum. Pemurnian dengan cara ini disebut rectification. Ct.
eucalyptus oil, dijual sbg double distilled.
F. Destilasi Fraksinasi
Proses distilasi normal tetetapi minyak atsiri dikumpulkan secara batch (menurut fraksinya).
Contohnya Ylang-ylang.

Penetapan kadar minyak atsiri dengan cara Destilasi Air ada 2 cara:
-Cara I
Campur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyulin, pasang alat, isi buret dengan
airhingga penuh, panaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung dengan
lambat tetetapi teratur. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama tidak kurang dari 15 menit,
catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b.
-Cara II
Dilakukan menurut cara yang tertera pada Cara I. Sebelum buret diisi penuh dengan air, lebih
dahulu diisi dengan 0,2 mL xilena P yang diukur seksama. Volume minyak atsiri dihitung dengan
mengurangkan volume yang dibaca dengan volume xilena.

- Prinsip penetapan kadar eugenol dalam minyak cengkeh:


Dilakukan penyulingan air atau penyulingan uap kuncup Eugenia caryophyllus yang telah
dikeringkan. Kadar eugenol tidak kurang dari 85,0 % v/v dan tidak lebih dari 90,0 % v/v.

- Prinsip penetapan kadar Sitronelal dan Geraniol dalam minyak sereh:


Dilakukan penyulingan uap daun Cymbopogon nardus, Cymbopogon winterianus , atau varietas,
dan kedua hibrida tersebut. Kadar sitronelal lebih kurang 35 %, kadar geraniol tidak kurang dari
35 % dan tidak lebih dari 40%.

- Prinsip penetapan kadar mentol bebas dan ester dalam minyak permen:
Dilakukan penyulingan air pucuk berbunga Mentha piperita yang segar, jika perlu dimurnikan.
Kadar ester, dihitung sebagai mentil asetat tidak kurang dari 4,0% dan tidak lebih dari 9,0 %.
Kadar mentol bebas tidak kurang dari 45,0 %.
- Prinsip penetapan kadar sineol dalam minyak kayuputih:
Dilakukan penyulingan air atau penyulingan uap daun dan ranting Melaleuca leucadendra dan
Melaleuca minor yang segar. Kadar sineol tidak kurang dari 50,0 % dan tidak lebih dari 65,0 %.

Anda mungkin juga menyukai