Reproduksi
SEKILAS ISI
PENDAHULUAN
I
I
I
I
I
I
I
I
I
Spermatogenesis
Pubertas
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
Siklus haid
Pubertas; menopause
Fertilisasi
lmplantasi;plasentasi
Gestasi
Persalinan
Laktasi
PENDAHULUAN
Tema sentral buku ini adalah proses-proses fisiologik
yang ditujukan untuk memperrahankan homeostasis
penting dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh, cara bagaimana orang berhubungan sebagai
makhluk seksual berperan signifikan dalam perilaku
psikososial dan memiliki pengaruh besar pada bagaimana orang memandang
membatasi reproduksi.
Kemampuan reproduksi bergantung pada hubungan rumir antara hipotalamus, hipofisis anterior,
organ reproduksi, dan sel sasaran hormon seks.
811
I Sistem reproduksi
jenis,
masing-
1.
2.
Sistem reproduksi pria dan wanita dirancang untuk memungkinkan penyatuan bahan genetik dari dua pasangan
seksual, dan sistem wanita dilengkapi untuk menampung
dan memelihara keturunan hingga tahap perkembangan
rongga abdomen dalam suatu kantung beriapis kulit, skrotum, yang berada di sudut antara kedua tungkai. Sistem
reproduksi pria dirancang untuk menyalurkan sperma ke
di lingkungan eksternal.
Organ reproduksi primer, atau gonad, terdiri dari sepasang testis pada pria dan sepasang ovarium pada wanita.
Pada kedua jenis kelamin, gonad matur melaksanakan dua
fungsi yaitu (1) menghasilkan gamet (gametogenesis), yaitu
spermatozoa (sperma) pada pria dan ovum (sel telur) pada
wanita, dan (2) mengeluarkan hormon seks, secara spesifik,
testosteron pada pria dan estrogen serta progesteron pada
wanita.
Selain gonad, sistem reproduksi pada kedua jenis kelamin mencakup saluran reproduksi yang mencakup suatu
sistem duktus yang khusus mengangkut atau menampung
gamet setelah dibentuk, plus kelenjar sels alsesorius (tambahan) yang mengosongkan isinya ke dalam saluran-saluran
tersebut. Pada wanita, payudara juga dianggap sebagai organ
seks aksesorius. Bagian sistem produksi yang terletak eksternal dan terlihat disebut genitalia eksterna.
Menghasilkansperma (spermatogenesi)
Menyalurkan sperma ke wanita
di
luar
ej akulatorius.
(uas)
Pasangan-pasangan saluran
WANITA
Peran wanita dalam reproduksi lebih rumit daripada peran
esensial sistem reproduksi wanita mencakup
yang berikut:
pria. Fungsi
KARAKTERISTI K SEKS SEKU NDER
tidak
8'12 Bab
20
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menerima sperma
Mengangkut sperma dan ovum ke tempat penyatuan
(fertilisasi, atau konsepsi atau pembuahan)
srsu (laktasi)
masa ges-
Kolumna vertebralis
Kandu
kemih
Ureter
Rektum
pubis
Vesikula seminalis
Duktus
deferens
Duktus ejakulatorius
Kelenjar prostat
Kandung kemih
Vesikula
seminalis
Genjel
jaringan
erektil
Kelenjar bulbouretra
Glans
penis
Kelenjar prosta
Epididimis
Kelenjar
bulbouretra
Skrotum
(a)
Duktus deferens
Epididimis
Testis
Gambar 20-1
Sistem reproduksi pria. (a) Panggul pada potongan sagital.
(b) Pandangan posterior organ reproduksi. Bagian-bagian
dari sebagian organ telah disingkirkan.
reproduksi wanita terdiri dari komponen-komponen berikut. Dua oaiduct (tuba uterina atau Fallopii), yang berkaitan erat dengan kedua ovarium, mengambil ovum saat
ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan berfungsi sebagai
tempat fertilisasi. Uterus yang berongga dan berdinding tebal
terutama berperan memelihara janin selama masa perkembangannya dan mengeluarkannya pada akhir kehamilan.
Vagina adalah saluran yang berotot dan dapat teregang yang
menghubungkan uterus dengan lingkungan eksternal. Bagian
terbawah uterus, serviks (leher rahim), menonjol ke dalam
vagina dan mempunyai satu saluran kecil, kanalis servikalis.
Sperma diendapkan di vagina oleh penis sewaktu hubungan
seks. Kanalis servikalis berfungsi sebagai jalur bagi sperma
untuk mencapai tempat pembuahan di tuba uterina melalui
uterus dan, ketika mengalami pelebaran hebat sewaktu per-
Glans
penis
(b)
vulva.
.n..
i.rr.
r'+ri r
i'r.i
Kolumna vertebralis
Tuba uterina
Ovarium
Fimbria
Serviks
Kandung
kemih
Rektum
Tulang
pubis
Vagina
Uretra
Klitoris
Labium
minus
Labium
mayus
(a)
Fimbria
Ovarium
Miometrium
Kanalis servikalis
Klitoris
Lubang
uretra
Labium
Himen
minus
(b)
Lubang
Labium
mayus
vagina
Gambar 20-2
Sistem reproduksi wanita. (a) Panggul dalam potongan
sagital. (b) Pandangan posterior organ reproduksi. (c)
Pandangan perineal genitalia eksterna.
814
Bab 20
(c)
I Sel reproduksi
masing-masing mengandung
separuh set kromosom.
sel
jumlah kromosom haploid yang unik. Ketika terjadi pembuahan, saru sperma dan ovum menyatu untuk membentuk
satu individu baru dengan 46 kromosom, satu anggota dari
setiap pasangan kromosom berasal dari ibu dan anggota yang
lain dari ayah (Gamba r 20-3) .
Ayah
mengalami satu replikasi kromosom diikuti oleh dua pembelahan nukleus. Pada pembelahan meiotik pertama, kromo-
Ovum haploid
(23 kromosom)
Sperma haploid
(23 kromosom)
masing pasangan homolog yang berasal dari ibu dan ayah terdistribusi ke sel-sel anak dalam susunan acak yang mengan-
Gambar 20-3
Distribusi kromosom pada reproduksi seksual
termasuk pasangan kromosom seks. Ketika pasangan kromosom seks XY terpisah saat pembentukan sperma, separuh
sperma menerima kromosom X dan separuh lainnya menerima kromosom Y. Sebaliknya, pada oogenesis, setiap ovum
menerima satu kromosom X, karena pemisahan kromosom
seks )O( menghasilkan hanya kromosom X. Sewaktu fertilisasi, kombinasi sebuah sprma yang mengandung X dengan
ovum yang mengandung X menghasilkan wanita genedk,
)O(, sementara penyatuan sperma yang mengandung Y
dengan ovum yang mengandung X menghasilkan pria genetik, XY. Karena itu, jenis kelamin genetik ditentukan pada
saat konsepsi dan bergantung pada jenis kromosom seks apa
yang terkandung di dalam sperma yang membuahi.
2o-4).
815
Bab 20
Wanita
I
Sex-determining region kromosom Y
(SRY) merangsang pembentukan
antigen H-Y di membran plasma
gonad yang belum berdiferensiasi
I
Antigen H-Y mengarahkan
diferensiasi gonad menjadi testis
I
Testis mengeluarkan testo$teron
dan Mullerian-inhibiting factor
,---) t--Testosteron
Miillerian-inhibiting factor
Diubah
menjadi
Degenerasi
duktus Miilleri
Dihidrotestosieron
Mendorong perkembangan
genitalia eksterna mengikuti
garis pria (mis. penis,
skrotum)
Lrfinlffifir
Degenerasi
duktus Wolffii
dLP-4
Diferensiasi seksual
wanita ditentukan oleh ada tidaknya dua hormon yang dikeluarkan oleh testis janin-testosteron dan M,illlerian-inhibiting
facror (Gambar 20-4). Suatu hormon yang dikeluarkan oleh
korion manusia (human chorionic gonadotropin), merupakan perangsang bagi sekresi resris dini ini. Tesplasenta, gonadotropin
ternal menjadi penis dan skrotum. Semenrara itu, M'illlerianinhib iting factor menyebabkan regresi duktus
Mtilleri.
berdiferensiasi
Pada
{--t
tl
u:r
l.-;;=j
t:
Tuberkulum genital
Lipatan uretra
Tonjolan genital (geniial swelling)
Lubang anus
Tuberkulum genital
Lipatan uretra
Lt
1.1
Tonjolan genital
Genitalia
pria
Genitalia
wanita
Klitoris yang
sedang terbentuk
Lipatan uretra
Tonjolan
genital (skrotum)
Tonjolan genital
(labia)
Lubang uretra
Glans penis
Menjelang aterm
Prepusium
Klitoris
Batang penis
Labia minora
Skrotum
Lubang uretra
Vagina
Labia mayora
Anus
Gambar 20-5
Diferensiasi seksual genitalia eksterna
eks-
818
Bab 20
CATAIAN KLINIS. Jenis kelamin genetik dan jenis kelamin fenotipe biasanya sesuai; yaitu, pria genetik
secara
Duktus Miilleri
Duktus Wolffii
mengalami
Sffi*.
degenerasi #'
Fimbria
"1i@
fu
Duktus Miilleri
mengalami
degenerasi
Epididimis
Qo*r,"r"Q
Tuba uterina
(tuba Fallopii)
Vesikula
seminalis
Gambar 20-6
Diferensiasi seksual saluran reproduksi
mentara turunan testosteron DHT berperan untuk maskulinisasi genitalia eksterna, maka defisiensi genetik enzim yang
Meskipun waktunya agak bervariasi namun penurunan testis biasanya selesai pada bulan ketujuh gestasi.
Karena itu, penurunan sudah selesai pada 98olo bayi lakilaki aterm.
CATAIAN KLINIS. Namun, pada sebagian bayi lakilaki prematur testis masih berada di dalam kanalis inguinalis saat lahir. Pada kebanyakan kasus testis yang tertahan,
penurunan terjadi secara aiami sebelum pubertas atau dapat
dirangsang dengan pemberian resrosteron. Meskipun jarang, testis dapat tetap tidak turun hingga masa dewasa,
suatu keadaan yang disebut kriptorkidismus ("testis tersembunyi").
h.769).
Kadang-kadang ketidakcocokan antara jenis kelamin
genetik dan jenis kelamin yang tampak ini belum diketahui
sekresi
hormon
maskulinisasi testosteron.
Testis memiliki fungsi ganda yaitu menghasilkan sperma dan
mengeluarkan testosteron. Sekitar 80% dari massa testis terdiri
menghasilkan testosteron-sel Leydig atau sel interstisialterletak di jaringan ikat (jaringan interstisial) antara tubulustubulus seminiferus (Gambar 20-7b). Karena itu, bagianbagian testis yang menghasilkan sperma dan mengeluarkan
testosteron secara struktural dan fungsional terpisah.
Testosteron adalah suatu hormon steroid yang berasal
LAHIR
Pubertas adalah periode kebangkitan dan pematangan sistem
reproduksi yang semula nonfungsional, serta memuncak pada kematangan seksual dan kemampuan bereproduksi. Masa
ini biasanya dimulai sekitar usia 10 sampai 14 tahun; secara
adalah konsep yang lebih luas yang merujuk kepada keseluruhan periode transisi antara anak dan dewasa, bukan
sekedar pematangan seks.
Pada pubertas, sel-sei Leydig mulai mengeluarkan testosteron kembali. Testosteron berperan dalam pertumbuhan
dan pematangan keseluruhan sistem reproduksi pria. Di bawah pengaruh lonjakan sekresi testosteron selama pubertas,
testis membesar dan mulai menghasilkan sperma untuk pertama kalinya, kelenjar seks tambahan membesar dan menjadi
sekretorik, sementara penis dan skrotum membesar.
820
Bab 20
ha1
agingmales (ADAM).
CATAIAN KLINIS. Setelah kastrasi (pengangkatan testis secara bedah) atau kegagalan testis akibat penyakit, organorgan seks lain mengalami penurunan ukuran dan fungsi.
EFEK TERKAIT REPRODUKSI LAINNYA
Testosteron mengarur perkembangan libido seks saar puber-
llabel20-1
Efek Testosteron
tubuh pria
Efek nonreproduktif
Epididimis
Duktus
deferens
Sitoplasma
sel Sertoli
Spermatozoa
Ekor spermatozoa
{3
c
l
Jp
i[T o
ile: a
$F.
s=
i.4. ri
s#9
"$.!
w6
lestis
(a)
Berbagai tahap
pembentukan sperma
Sel Leydig
(b)
.,i
'
Tubulus seminiferus
,i:ii-j
Lumen
'i
tubulus
seminiferus
Ekor spermatozoa
Spermatozoa
b
6
J
o
o
c
L
Sel Sertoli
c
o
o
a
Spermatid
a- .;
Spermatosit
sekunder
.ti
+e
t[i
Spermatosit
primer
t0a
aP
OI
Taut erat
Berbagai tahap
pembentukan sperma
Sel Leydig
(c)
Spermatogonium
(d)
Anatomi testis yang menggambarkan tempat spermatogenesis. (a) Potongan longitudinal testis yang memperlihatkan lokasi
dan susunan tubulus seminiferus, bagian testis penghasil sperma. (b) Foto mikroskop cahaya potongan melintang sebuah
tubulus seminiferus. 5el-sel germinativum yang belum berdiferensiasi (spermatogonia) terletak di perifer tubulus, dan
spermatozoa yang telah berdiferensiasi berada di lumen, dengan berbagai tahap pembentukan sperma terletak di antaranya.
(c) Foto mikroskop elektron memperlihatkan potongan melintang sebuah tubulus seminiferus. (d) Hubungan sel Sertoli dengan
sel sperma yang sedang terbentuk.
seks
ada-
- :r.r
l:
:;
l-.i
{i:!i"5i
'r,2
il
EFEK NONREPRODUKTIF
Testosteron memiliki beberapa efek penting yang tidak berkaitan dengan reproduksi. Hormon ini memiliki efek anabolik (sintesis) protein umum dan mendorong pertumbuhan
I Spermatogenesis menghasilkan
sperma yang
sangat khusus dan dapat bergerak dalam jumlah
besar.
Pemeriksaan mikroskopik tubulus seminiferus memperlihatkan lapisanJapisan sel germinativum dalam suaru progresi anatomik pembentukan sperma, dimulai dari yang
paling kurang berdiferensiasi di lapisan luar dan bergerak
PADA PRIA
Meskipun testosteron secara klasik dianggap sebagai hormon
pria dan estrogen hormon seks wanita, namun perbedaan
sejelas seperti diduga semula. Selain sejumlah kecil
estrogen yang dihasilkan oleh korteks adrenal (lihath.767),
sebagian dari testosteron yang dikeluarkan oleh testis diubah
menjadi estrogen di luar testis oleh enzim aromatase, yang
tersebar luas. Karena perubahan ini, kadang-kadang sulit
dibedakan antara efek testosteron itu sendiri dan testosteron
yang berubah menjadi esrrogen di dalam sel. Sebagai contoh,
para ilmuwan baru-baru ini mempelajari bahwa penurupan
lempeng epifisis pada pria diinduksi bukan oleh restosteron
tetapi oleh resrosreron yang diubah menjadi estrogen oleh
aromatisasi. Estrogen juga diproduksi di jaringan lemak
kedua jenis kelamin. Reseptor esrrogen dapat ditemukan di
testis, prostat, tulang, dan bagian lain tubuh pria. Temuantemuan terakhir mengisyaratkan bahwa estrogen berperan
penting dalam kesehatan rbproduksi pria; misalnya, penring
dalam spermatogenesis dan, yang mengejutkan, ikut memberi kontribusi dalam heteroseksualitas pria. Estrogen juga
kemungkinan besar berperan dalam homeostasis tulang (lihat
h. 795). Kedalaman, luas, dan mekanisme kerja estrogen
pada pria baru akhir-akhir ini mulai diselidiki. (Demikian
seks
ini tidak
822
Bab 20
secara acak.
PROLIFERASI MITOTIK
Spermatogoniayang terletak di lapisan terluar tubulus terusmenerus bermitosis, dengan semua sel anak mengandung
komplemen lengkap 46 kromosom identik dengan sel induk.
Proliferasi ini menghasilkan pasokan sel germinativum baru
yang terus-menerus. Setelah pembelahan mitotik sebuah
spermatogonium, salah satu sel anak tetap di tepi luar tubulus sebagai spermatogonium tak berdiferensiasi sehingga turunan sel germinativum tetap terpelihara. Sel anak yang lain
mulai bergerak ke arah lumen sembari menjalani berbagai
tahap yang dibutuhkan untuk membentuk sperma, y^ng
kemudian akan dibebaskan ke dalam lumen. Pada manusia,
sel anak penghasil sperma membelah secara mirotis dua kali
lagi untuk menghasilkan empar spermatosit primer identik.
Setelah pembelahan mitotik terakhir, spermatosit primer masuk ke fase istirahat saar kromosom-kromosom terduplikasi
dan untai-untai rangkap rersebur terap menyatu sebagai
persiapan untuk pembelahan meiotik perrama.
MEtOSTS
PENGEMASAN
diploid 46 kromosom rangkap) membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing dengan jumlah haploid 23
Setelah tahap spermatogenesis ini tidak terjadi pembelahan lebih lanjut. Setiap spermatid mengalami remodeling
menjadi spermatozoa. Karena setiap spermatogonium secara
bahwa komplemen kromosomnya kini hanya separuh. Pembentukan spermatozoa yang sangat khusus dan bergerak dari
Kromosom
Tahap
di setiap sel
mffiil
Spermatogonium
I
Satu sel anak tetap di batas
Proliferasi
mitotik
Pembelahan
meiotik pertama
'"-\
Meiosis
Spermatosit
sekunder
Pembelahan
meiotik reAua
@
-\
-\
@@ @@ @@
t
(
tunggal)
[;ffi;I
I
Spermatosit
primer
untai
untai
tunggal)
[;ffi;I
I
untai
ganda)
-\
@=@
AA AA AA AA
Ga;;t
I
untai
ganda)
,f
Spermatid
@
@@@@
@@@re @E@@@ @@@@ @@@@
I
I
[;ffiI
I
untai
tunggal)
'l
Pengemasan
Sp"rr.to.o" ffi
untai
tunggal)
Gambar 20-8
Spermatogenesis
karena kromosom X, tetapi bukan kromosom Y, mengandung gen-gen yang menyandi produk-produk sel yang esensial bagi pembentukan sperma. (Sementara kromosom X
besar mengandung beberapa ribu gen, kromosom Y yang kecil hanya memiliki beberapa lusin, dengan yang terpenting
adalah gen SRY dan gen-gen lain yang berperan penting
dalam fertilitas pria). Selama meiosis, separuh sperma menerima satu kromosom X dan separuh lainnya satu kromosom Y. Thnpa adanya hubungan sitoplasma tersebut sehingga
semua sel haploid mendapat produk-produk yang disandi
oleh kromosom X sampai pembentukan sperma selesai maka
sperma yang mengandung kromosom Y tidak dapat terbentuk dan bertahan hidup.
I Sepanjang perkembangannya,
sperma tetap
berhubungan erat dengan sel Sertoli.
Tirbulus seminiferus mengandung sel Sertoli selain spermatogonia dan sel-sel sperma yang sedang terbentuk. Sel Sertoli
terletak berjqar dan membentuk suatu cincin yang terbentang dari permukaan luar tubulus ke lumen. Setiap sel Sertoli
terbentang memenuhi seluruh jarak dari membran permukaan luar tubulus seminiferus hingga ke lumen yang berisi
cairan (Gambar 20-7b dan d). Sel-sel Sertoli yang berdekatan
l
LG
E
I
p
o
o
o
(a)
Akrosom
t,/
I
Mikrotubulus
Mitokondria
,//
ruk "/
'1:."
/
Nukleus
i{e;,rl !a
kor
!*.1i9[ijfl
tng;ria
(b)
Membran plasma
1.
Nukleus
Sentriol
(c)
{3ainr*ar
l3.S-S
"samping".
824 Bab20
2.
minativum
spermatogenesis.
4.
6.
pertahankan produksi sperma. Protein pengikat androgen diperlukan untuk menahan restosteron dalam lumen, karena hormon steroid ini larut lemak dan dapat
dengan mudah berdifusi menembus membran plasma
dan meninggalkan lumen.
Sel Sertoli adalah tempat kerja untuk kontrol spermatogenesis oleh tes toster o n dan fo I li c le + timu lat i ng lt o rm o n e
(FSH). Sel Sertoli itu sendiri mengeluarkan hormon
lain, inhibin, yang bekerja secara umpan balik negatif
untuk mengatur sekresi FSH.
Hipotalamus
Gonadotropin-releasing hormone
.r-)
=.
Hipofisis anterior
Sel penghasil FSH
Sel penghasil LH
LH dan
+tI
(^,-_]
tSett
I
Sertoli
Testis
l-<--
lLr
I
')
I
l+
FSH
Gambar 2*-1ft
Kontrol fungsi testis
kompleks dengan protein pengikat androgen yang dikeluarkan oleh sel Sertoli. Hanya dengan konsentrasi testosteron
testis yang tinggi ini produksi sperma dapat dipertahankan.
latonin. Pada banyak spesies yang berkembang biak secara musiman, penurunan keseluruhan sekresi melatonin pada hari-hari
yang siangnya lebih lama daripada malamnya memicu musim
kawin. Sebagian peneliti menyatakan bahwa penurunan dalam
laju keseluruhan sekresi melatonin saat pubertas pada manusiaterutarna saat malam hari, ketika puncak-puncak sekresi GnRH
pertama kali terjadi-adalah pemicu dimulainya pubertas.
Dengan selesainya pembahasan tentang fungsi testis,
sekarang kita akan mengalihkan perhatian pada peran kom-
I Saluran reproduksi
ke
ini melakukan
kedua kemampuan tersebut sewaktu mengalir melalui epididimis. Proses pematangan ini dirangsang oleh testosteron
yang tertahan di dalam cairan tubulus dalam keadaan terikat
ke protein pengikat androgen. Kapasitas sperma untuk membuahi ovum semakin ditingkatkan oleh pajanan ke sekresi
saluran reproduksi wanita. Peningkatan kemampuan sperma
di saluran reproduksi pria dan wanita ini dikenal sebagai
kapasitasi. Para ilmuwan percay^balwa defensin, suatu protein yang dikeluarkan oleh epididimis yang menahan sperma
dari serangan mikroorganisme, mungkin berfungsi juga sebagai penguat motilitas sperma. Epididimis juga memekatkan sperma beberapa ratus kali dengan menyerap sebagian
besar cairan yang masuk dari tubulus seminiferus. Sperma
secara lambat didorong bergerak melewati epididimis ke
dalam duktus deferens oleh kontraksi ritmik otot polos di
dinding saluran-saluran ini.
VASEKTOMI
CATAIAN KLINIS.
lisasi umum pada pria, satu segmen kecil dari kedua duktus
826
Bab 20
Pada
deferens (alias vas deferens, sehingga muncul nama uasektomi) serelah keluar dari tesris retapi sebelum masuk ke kanalis
inguinalis diangkat secara bedah sehingga sperma dari testis
berperan membentuk
lenjar seks tambahan lainnya, helenjar bulbouretra, mengalirkan isinya ke dalam uretra setelah uretra melewati kelenjar
Di sepanjang
uretra juga terdapat banyak keienjar penghasil mukus.
SEMEN
Sewaktu ejakulasi, kelenjar seks tambahan menghasilkan sekresi yang menunjang kelangsungan hidup sperma di dalam
saluran reproduksi wanira. Sekresi ini membentuk sebagian
besar dari semen (air mani), yaitu campuran sekresi kelenjar
seks tambahan, sperma, dan mukus. Sperma hanyalah sebagian kecil dari cairan ejakulat total.
fibrinolisin, suatu enzim pengurai fibrin dari prosrar sehingga sperma dapat bergerak bebas di dalam saluran reproduksi wanita.
I Selama rangsangan seksual, kelenjar bulbouretra
mengeluarkan bahan mirip mukus yang menghasilkan pelumas untuk hubungan seks.
Tabel20-2 meringkaskan lokasi dan fungsi komponen sistem
reproduksi pria.
I Prostaglandin
di tubuh.
enzim terikat membran dan kemudian diubah menjadi prostaglandin, yang bekerja secara parakrin di dalam atau sekitar
sistem
arteri sistemik
Prostaglandin dinamai sesuai golongannya yang terdiri
dari tiga kelompok-PGA, PGE, dan pGF-berd"r"rk ., u"riasi struktural di cincin lima karbon yang terdapat di salah
satu ujungnya (Gambar 20-ll). Di dalam setiap kelompok,
prostaglandin diidentifikasi lebih lanjut oleh jumlah ikatan
rlngkap yang terdapat di dua rantai samping yang menonjol
dari struktur cincin (misalnya, PGE, memiliki satu ikatan
rangkap dan PGE, memiliki dua ikatan rangkap).
Tabel 20-2
Lokasi dan Fungsi Berbagai Komponen Sistem Reproduksi Pria
KOMPONEN
FUhIGSI
Testis
Menghasilkan sperma
Men gel uarkan testosteron
Epididimis dan
Duktus Deferens
Vesikula
seminalis
Kelenjar prostat
Kelenjar
bulbouretra
Nama huruf
(PGA, PGE, PGF)
menunjukkan variasi
struktural di cincin
lima karbon
Gambar 20-t
Nama angka
(mis. PGE,, PGEr)
menunjukkan jumlah ikatan
rangkap yang terdapat di
dua rantai samping
828
Bab 20
demam dan meredakan nyeri. Efek prostaglandin juga dihambat secara terapetik pada pengobatan sindrom prahaid
dan kram haid. Selain itu, prostaglandin-prostagiandin spesifik digunakan secara medis dalam beragam situasi misalnya menginduksi persalinan, mengobati asma, dan mengatasi tukak lambung.
Selanjutnya, sebelum kita membahas secara rinci sistem
reproduksi wanita, kita akan meneliti car^-c ra pria dan
wanita bersatu untuk melakukan reproduksi.
se-
dap']
Tabel 20-3
Kerja Prostaglandin
TUBUH
Sistem
Reproduksi
KERJA PROSTAGLANDIN
"rt..iol-arteriol
jaringan erektil
terisi oleh darah
sehingga penis bertambah panjang dan besar serta menjadi
Sistenn
Pernapasan
5istem
Pencernaan
Sistem Saraf
tubuh
Meningkatkan sensasi nyeri
SistemEndokrin Meningkatkansekresikortisol
Mempengaruhi kepekaan jaringan
terhadap hormon
SistemSirkulasi Mempengaruhiagregasitrombosit
Metabolisme Lemak
Sistem
Pertahanan
1.
Fase eksitasi
perasaan seksual.
2.
Fase
AKTIVITAS
SISTEIVI
..kr,
ini
penis tertekan secara mekanis oleh pembengkakan dan ekspansi rongga-rongga vaskular ini sehingga aliran keluar vena
berkurang dan hal ini ikut berkontribusi dalam penumpukan
darah, atau uasokongesti. Respons vaskular lokal ini mengubah penis menjadi organ yang mengeras dan memanjang
yang mampu menembus vagina.
REFLEKS EREKSI
Refleks ereksi adalah suatu refleks spinal yang dipicu oleh
stimulasi mekanoreseptor yang sangat peka di glans penis,
yang menutupi ujung penis. Di medula spinalis bagian ba_
misalnya peningkatan kecepatan jantung, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot.
3.
kan vasokonstriksi dan penurunan aktivitas simpatis menyebabkan vasodilatasi (lihat h. 385). Stimulasi parasimpatis
dan inhibisi simpatis secara bersamaan pada arteriol penis
menyebabkan vasodilatasi yang lebih cepar dan kuat diban-
4.
Fase resolusi,
pat aliran darah ke dalam penis yang efisien ini, penis dapat
mengalami ereksi sempurna hanya dalam hitungan 5 sampai
respons
ini, ditambah
Respons seks manusia adalah suatu pengalaman multikomponen yang, selain berbagai fenomena fisiologik di atas,
Tabel 20-4
Komponen Tindakan Seks Pria
KOMPONEN
TINDAKAN SEKS
PRIA
Ereksi
DEFINISI
BAGAIMANA TERCAPAINYA
Ejakulasi
Fase emisi
seks
Fase ekspulsi
seks
Saraf parasimpatis
ke kelenjar bulbouretra
dan uretra
Saraf parasimpatis
ke arteriol penis
Saraf simpatis
ke arteriol penis
[il-]
I
F;;;l
--
Vena tertekan
Gambar 20-12
Refleks ereksi
DISFUNGSI EREKSI
CATAIAN KLINIS. Kegagalan mencapai atau memPertahankan ereksi yang sesuai untuk hubungan seksual-disfungsi erelsi atau impoterisi-dapat disebabkan oleh faktor
psikologik atau fisik. Mengalami kegagalan ereksi sesekali
bukan berarti impotensi, tetapi seorang pria yang terlalu
cemas tentang kemampuannya melakukan tindakan seks
mungkin akan benar-benar mengalaminya secara kronik.
Rasa cemas dapat menyebabkan disfungsi ereksi, yang semakin menambah tingkat kecemasan pria yang bersangkutan
830
Bab 20
lingkungan:
(berlanjut)
832
Bab 20
. Ovarium, sebagai organ reproduksi primer wanira, melakukan fungsi ganda menghasilkan ovum (oogenesis) dan
mengeluarkan hormon seks wanita, estrogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini bekerja sama untuk mendorong ferti-
memelihara mudigah/janin serta berperan dalam kemampuan payudara untuk menghasilkan susu.
Seperti pada pria, kemampuan reproduksi dimulai saat
pubertas pada wanita, tetapi tidak seperti pada pria, yang
memiliki potensi reproduksi seumur hidupnya, potensi reproduksi wanita terhenti selama usia pertengahan saat menopause.
Oogenesis sangat berbeda dari spermatogenesis dalam beberapa aspek penting, meskipun tahap-tahap identik replikasi
dan pembelahan kromosom berlangsung selama produksi
gamet pada kedua jenis kelamin. Sel germinativum primordial yang belum berdiferensiasi di ovarium janin, oogonia
(sebanding dengan spermatogonia), membelah secara mirotis
untuk menghasilkan 6 juta sampai 7 juta oogonia pada bulan
kelima gestasi, saat proliferasi mitotik terhenti.
mosom replikasi, yang dikumpulkan ke dalam pasanganpasangan homolog tetapi tidak memisah. Oosit primer tetap
berada dalam keadaan rneiotic anest ini selama bertahuntahun sampai sel ini dipersiapkan untuk ovulasi.
Sebelum lahir, setiap oosit primer dikelilingi oleh satu
lapisan sel granulosa. Bersama-sama, satu oosit dan sel-sel
granulosa di sekitarnya membentuk folikel primer. Oosit
yang tidak membentuk folikel kemudian mengalami kerusakan melalui proses apoptosis (lihat h. 132). Saat lahir
hanya sekitar 2 juta folikel primer yang tersisa, masingmasing mengandung satu oosit primer yang mampu menghasilkan satu ovum. Pandangan tradisional menyatakan bah-
834
Bab 20
wa tidak ada oosit atau folikel baru yang muncul setelah lahir,
folikel yang sudah ada di ovarium saat lahir berfungsi sebagai
reservoar yang men jadi asal bagi semua ovum sepanjang masa
subur wanita yang bersangkuran. Namun, para peneliti baru-
anovulatorik (yaitu tanpa pembebasan ovum). Dari cadangan total folikel, hanya sekitar 400 akan matang dan
mengeluarkan ovum; 99,980/o tidak pernah berovulasi dan
mengalami atresia pada suatu tahap perkembangannya. Saat
menopause, yang rerata terjadi pada usia 5O-an awal, hanya
beberapa folikel primer yang tersisa yang tidak pernah berovulasi atau mengalami atresia. Sejak tahap ini, kapasitas
teproduksi wanita yang bersangkutan berhenti.
Potensial gamer yang terbatas pada wanita ini sangat
berbeda dari proses spermatogenesis pada pria yang terusmenerus dan berpotensi menghasilkan beberapa ratus juta
kromosom ayah dari sperma yang masuk untuk menuntaskan pembuahan. Jika badan polar pertama belum berdegenerasi maka sel ini juga mengalami pembelahan meiotik
kedua pada saat yang sama ketika oosit sekunder yang di-
pembelahan meiotik kedua. Oosit sekunder yang tidak dibuahi tidak pernah menyelesaikan pembelahan final ini.
Selama pembelahan ini, separuh set kromosom bersama
dengan sedikit sitoplasma dikeluarkan sebagai badan polar
kedua. Separuh set lainnya (23 kromosom tak berpasangan)
tetap tertinggal dalam
dinamai ovum ma^payangsekarang
tang. Dua puluh tiga kromosom ibu ini menyatu dengan 23
Stadium
Kromosom di
masing-masing sel
oosonia
46
Iumah diploid;
untai tunggal)
@@@@@@@@@@@@@@@@
Setelah pubertas, satu oosrt primer mencapai
kematangan dan diovulasrkan sekitar sekali
sebulan sampai terjadi menopause
_t
*1
ffi
Lw./
(Terhenti
pada pembelahan
meiotik
pertama)
oosit primer
yans diperbesar
46
(jumlah diploid;
untai ganda)
46
(jumlah diploid;
untai ganda)
Oosit
sekunder
23
(jumlah haploid;
untai ganda)
23 fiumlah haploid;
untai tunggal) dari
ovum plus
23 fiumlah haploid;
untai tunggal) dari
sperma untuk
menghasilkan ovum
diploid yang telah
dibuahi dengan
46 kromosom
Gambar 20-13
Oogenesis. Bandingkan dengan Gambar 20-8, h. 823, spermatogenesis.
satu yang ditakdirkan menjadi or'um yang menerima sitoplasma. Distribusi sitoplasma yang ddak merata ini penting
karena ovum, selain menyumbang separuh gen, juga menyediakan semua komponen sitoplasma yang dibutuhkan untuk
menunjang perkemban$an awal ovum yang telah dibuahi.
Ovum yang besar dan relatif belum berdiferensiasi ini
mengandung banyak nutrien, organel, serta protein struktural dan enzimatik. Ketiga sel anak lainnya yang kekurangan
sitoplasma, atau badan polar, cepat berdegenerasi dan kromosomnya menjadi tersia-siakan.
Pertama, satu lapisan sel granulosa pada folikel primer berproliferasi untuk membentuk beberapa lapisan yang mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa ini mengeluarkan "kulit" kental
mirip gel yang membungkus oosit dan memisahkannya dari
sel granulosa sekitar. Membran penyekat ini dikenal sebagai
zona pelusida.
I Siklus ovarium
ini.
Molekul-molekul pembawa
utama.
PEMBENTUKAN ANTRUM
matang.
nya pembesaran dan pengembangan kemampuan sekresi selsel folikel, mengubah folikel primer menjadi folikel sekun-
Fase
mulai berkembang. Namun, hanya folikel yang melakukannya selama fase folikular, saat lingkungan hormonal tepat
untuk mendorong pematang nnya, yang berlanjut melewati
tahap-tahap awal perkembangan. Folikel yang lain, karena
tidak mendapat bantuan hormon, mengalami atresia. Selama
pembentukan folikel, seiring dengan pembentukan dan pe-
836
Bab 20
Folikel primer
Zona
pelusida
(40 pm)
Folikel
sekunder
Diferensiasi
Folikel
pnmer
jaringan ikat
ovarium sekitar
meniadi sel
teka /-
Satu lapisan
sel granulosa
Awal
pembentukan
antrum
Folikel sekunder
yang sedang
_--
#
#
Sel teka
Sel granulosa
t'\
,
\".
tO
d
,,Iri1r:"i,
KorPus
.-_ - #.
#,, ".*'.' ...#
,
.d f
-.*:,'
,F*ru,'
I
'i.,t
"1i.fu
,o
terbentuk
,,t''i\
'.":::':" r't'
fi./
"\/
i,
luteum o#
(d)
r'
&'
(oosit primer)
,...r
l:.g
.ui.,
'i:
:::
,t
":t
ii
rl
# i.
Ovum Yang
Ovum
,,.1r..r..,r.
Korpus
yang berdegenerasi
(oosit
ii
./$
r'-rii.:ri .luteum
:s:-:'i--':r-1$"i.l"];:'"':\
\,.,.*t'''"'*'
\,.r
,r.-:,i,r;.,.
dikeluarkan". :'l
sekunder)
--'l*"""''
"
'
J#
fi
P:::
*T,
I
I
, ,''\'jn;::"
Korpus
luteurg
-'
:.
sedang .'t
terbentuk
(b)
(a)
, i,r'#
(c)
Gambar 20-14
Pembentukan folikel, ovulasi, serta pembentukan dan degenerasi korpus luteum. (a) Stadium-stadium dalam perkembangan
folikel dari folikel primer hingga folikel matang. (b) Pecahnya folikel matang dan pelepasan sebuah ovum looiit sekundel saat
ovulasi. (c) Pembentukan korpus luteum dari sel-sel folikel lama setelah ovulasi. (d) Degenerasi korpus luteum jika ovum yang
dibebaskan tidak dibuahi. (e) Ovarium (ukuran sebenarnya), yang memperlihatkan perkembangan sebuah foli-kel, ovulasi serta
pembentukan dan degenerasi korpus luteum.
ini
terkumpul di
sampai 16 mm sesaar sebelum ovulasi. Sebagian dari pertumbuhan folikel ini disebabkan oleh proliferasi berkelanjutan sel granulosa dan sel teka, tetapi sebagian besar dise-
Antrum
Sel teka
lt
fase
c
6
o
o
o
o
Ovum
(oosit
primer)
o
!
c
o
o
G
o
L
o
Sel
granulosa
DAN PROGESTERON
Gambar 20-15
Foto iiikqrskop elektron memperl ihatkan sebuah I olikel,...'
sekunder ylngqedan g terbentu k
Sel-sel folikel lama ini segera mengalami transformasi struktural drastis untuk membentuk korpus luteum, suaru proses
yang dinamai luteinisasi (Gambar 20-l4c dan e). Sel-sel
folikel yang berubah menjadi sel luteal ini membesar dan
berubah menjadi jaringan yang sangat aktif menghasilkan
hormon steroid. Banyaknya simpanan kolesterol, molekul
meiotik pertamanya. Ovum (oosit sekunder), masih dikelilingi oleh zona pelusida yang lekat dan sel-sel granulosa (kini
dinamai korona radiata, yang berarti "mahkota memancar"),
tersapu keluar folikel yang pecah ke dalam rongga abdomen
838
Bab 20
korpus luteum kehamilan, menetap sampai kehamilan berakhir. Struktur ini menghasilkan hormon-hormon yang esensial untuk mempertahankan kehamilan sampai plasenta yang
yang kompleks.
trasi estrogen. Juga berbeda dari pria, FSH tidak sematamata bertanggung jawab untuk gametogenesis, demikian
juga LH tidak hanya menentukan sekresi hormon gonad.
Kita akan membahas kontrol fungsi folikel, ovulasi, dan korpus luteum secara terpisah, dengan menggunakan Gambar
20-16 sebagai cara untuk memadukan berbagai aktivitas
yang berlangsung sepanjang siklus. Untuk mempermudah
pengorelasian antara gambar yang tampak "sulit" ini dengan
penjelasan teks siklus kompleks ini yang menyertainya,
angka-angka dalam lingkaran di gambar dan penjelasannya
bersesuaian dengan angka-angka dalam lingkaran di teks.
KONTROL FUNGSI FOLIKEL
fase
*.
Faktor-
faktor yang memulai pembentukan folikel masih belum dipahami. Thhap-tahap awal pertumbuhan folikel pra-anrrum
dan pematangan oosit tidak memerlukan rangsangan gonadotropik. Namun diperlukan dukungan hormon untuk pembentukan antrum, perkembangan folikel i, dan sekresi estrogen 3. Estrogen, FSH 4, dan LH g; semuanya dibutuhkan.
Pembentukan antrum diinduksi oleh FSH. Baik FSH mau-
folikular ti. Estrogen sisanya tetap berada di dalam folikel, ikut membentuk cairan antrum dan merangsang profase
LH yang
diinduksi oleh estrogen berperan, paling tidak sebagian, dalam menyebabkan kadar FSH plasma, tidak seperti konsentrasi LH plasma, rurun selama fase folikular ketika kadar
estrogen naik 6. Faktor penunjang lain yang menyebabkan
turunnya FSH selama fase folikular adalah sekresi inhibia
oleh sel-sel folikel. Inhibin terutama menghambat sekresi
FSH dengan bekerja pada sel hipofisis anterioq seperti yang
terjadi pada pria. Penurunan sekresi FSH menyebabkan
atresia semua folikel yang sedang berkembang kecuali satu
yang paling matang.
Berbeda dari FSH, sekresi LH terus meningkat perlahan
selama fase folikular 7 meskipun terdapat inhibisi sekresi
GnRH (dan karenanya, secara tak langsung terhadap LH).
Hal yang tampaknya paradoks ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa estrogen saja tidak dapat secara penuh menekan
Konsentrasi hormon
Ovarium
Pembentukan folikel
fi+
,i.*j r#,
,,,_*.f
Ovulasi
Pembentukan
korpus luteum
J4il"F to
.ii{
{t
%-#
*i/'.r
Degenerasi
korpus luteum
t,-..j"e.*.
_!
.."f.r.
i n
.';
I..'.-jl
tr,,,, l,'. ts
1"
r-i
,l'l
"*tt..i;
+i',.i.*',;l'
(ketebalan endometrium)
Fase
oroliferasi
ase haid
Fase
uterus
Fase sekretorik,
atau progestasional
Fase
haid
baru
Fase
Fase
Fase folikular
ovarium
llt
o2
tltl
4b
Fase luteal
Ovulasi
@
lltt
8
12 14
baru
ltlltt
10
folikular
tltltttl
16
18 20 22
24
lrlt
26282
Hari siklus
KONTROL OVULASI
Ovulasi dan selanjutnya luteinisasi folikel yang pecah dipicu
oleh peningkatan sekresi LH yang mendadak dan besar $.
Lonjakan LH ini menyebabkan empat perubahan besar
dalam folikel:
840
Bab 20
1.
${.
2.
Gambar 20-16
Korelasi antara kadar hormon dan perubahan siklik ovarium dan uterus. Selama fase folikular (paruh pertama siklus ovarium lil;
folikel ovarium 3 mengeluarkan estrogen 3 di bawah pengaruh FSH *, LH 5. dan estrogen 3 itu sendiri. peningkatan sedang
kadar estrogen (1) menghambat sekresi FSH, yang menurun selama bagian terakhir fase folikular 6, dan (2) menekan secara tJk
sempurna sekresi tonik !H, yang terus meningkat sepanjang fase folikular 7. Ketika produksi estrogen folikel mencapai
puncaknya 8, kadar estrogen yang tinggi ini memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus g. Lonjakan LH ini
menyebabkan ovulasi folikel matang S0. Sekresi estrogen merosot ?1 ketika folikel mengalami kematian saat ovulasi.
Sel-sel folikel lamaberubahmenjadi korpusluteum 12,yangmengeluarkanprogesteron llssertaestrogen ii*selamafase
luteal paruhterakhirsiklusovarium {5. ProgesteronmenghambatdengankuatFSH.i..6danLH.lT,yangterusmenurun
sepanjang fase luteal. Korpus luteum berdegenerasi $6 dalam waktu sekitar dua minggu jika ovum yang dibebaskan tidak
dibuahi dan terimplantasi di uterus. Kadar progesteron 119 dan estrogen & turun tajam ketika korpus luteum berdegenerasi,
sehingga pengaruh inhibitorik pada FSH dan LH lenyap. Sewaktu kedua hormon hipofisis anterior ini mulai kembali meningkat
*$, 8* akibat tidak adanya inhibisi, perkembangan kelompok baru folikel-folikel kembali dimulai seiring dengan masuknyjfase
folikular pada 9,
&
Fase-fase uterus yang bersamaan mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium pada uterus. Pada awal fase folikular;
lapisan endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dan kaya nutrien terlepas (fase haid uterus) 9?. pelepasan ini
terjadi karena terhentinya pengaruh estrogen dan progesteron *,$, Xl ketika korpus luteum berdegenerasi pada akhir fase
luteal 3lS. Pada akhir fase folikular; peningkatan kadar estrogen S menyebabkan endometrium menebal (faie proliferasi uterus)
**. Setelah ovulasi 1ffi, progesteron dari korpus luteum {3 menimbulkan perubahan-perubahan vaskular dan sekretorik pada
endometrium yang telah dipersiapkan oleh estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang sesuai untuk implantasi (fase
sekretorik, atau progestasional uterus) AS. Jika korpus luteum berdegenerasi 13, maka fase folikular uterus baru l!, & dan fase
haid uterus ti3 kembali dimulai.
3.
janin.
Hal ini memicu pembentukan prostaglandin kerja lokal,
yang memicu ovulasi dengan mendorong perubahan
vaskular yang menyebabkan pembengkakan cepat foli-
LH
LH
FSH
*1.
*1.
Sel granulosa
Sel teka
*1.
(Berdifusi dari
sel teka ke dalam
(diubah
[^*;ameniadi)f ',.,6-,,'!f
0
0
o
o
o
o
$
se|sranu'osaFGi;f
*1.
(diubah
men
jadi)ffi.fffi
o-
Eil;k;l
I k" dul"r
oaran
L-
)o
t--_--;-t----__-l
I
I
I
rerap
berada
di folikel
I
I
I
F;i'b..ilr..,"1
efek di
I seluruh
I tubuh
I
E;;-l
I
membentuk
antrum
Gambar 20-17
Produksi estrogen oleh folikel ovarium
kadar estrogen yang lumayan tinggi selama fase luteal ini memicu lonjakan LH lain? Progesteron. Meskipun estrogen
LH namun progesteron'
yang mendominasi fase luteal, dengan kuat menghambat sekresi LH serta sekresi FSH ,1'7, ,16 (Gambar 20-20).Inhibisi
FSH dan LH oleh progesteron mencegah pematangan folikel
Di
bawah pengaruh
progesteron, sistem reproduksi dipersiapkan untuk menunjang ovum yang baru saja dibebaskan, seandainya ovum
tersebut dibuahi, dan bukan mempersiapkan pelepasan ovum
lain. Tidak ada inhibin yang disekresikan selama fase luteal.
Korpus lutem berfungsi selama rerata dua minggu
kemudian berdegenerasi jika tidak terjadi fertilisasi,lrS. Mekanisme yang mengatur degenerasi korpus luteum belum sepenuhnya diketahui. Menurunnya kadar LH ,17, yang didorong oieh efek inhibitorik progesteronJ jelas berperan
dalam degenerasi korpus luteum. Prostagiandin dan estrogen
yang dikeluarkan oleh sel luteal itu sendiri juga mungkin
berperan. Matinya korpus luteum mengakhiri fase luteal dan
menyiapkan tahap baru untuk fase folikular berikutnya.
Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, kadar progesteron 19
dan estrogen }0 plasma turun cepat) karena kedua hormon
siklus haid, atau siklus uterus. Karena mencerminkan perubahan hormon selama siklus ovarium maka siklus haid berlangsung rerata29 hari, seperti halnya siklus ovarium, meskipun
bahkan pada orang normal dapat terjadi variasi yang cukup
bermakna dari rerata ini. Manifestasi nyata perubahan siklik di
uterus adalah perdarahan haid sekali dalam tiap siklus haid
(yaitu sekali sebulan). Namun, perubahan yang relatif kurang
jelas berlangsung sepanjang siklus, sewaktu uterus bersiap untuk
implantasi seandainya ovum yang dibebaskan dibuahi, kemu-
ii
UTERUS
842
Bab 20
Hipotalamus
Hipotalamus
F*-l
Gonadotropin-releasing hormone
(GnRH)
.Hipofisis anterior
=.
Sel penghasil
Sel penghasil
FSH
LH
lT-
-1.
tt
lrsHllLHl
-=
Hipofisis anterior
Sel penghasil
FSH
Sel penghasil
LH
Ovarium
I.-.,;-ll
l'l
(-;;--l
=
Gambar 20-19
Kontrol lonjakan LH saat ovulasi.
Gambar 20-18
Kontrol umpan balik sekresi
folikular.
FSH
FASE HAID
haid adalah fase yang paling jelas, ditandai oleh pengeluaran darah dan sisa endometrium dari vagina. Berdasarkan
Fase
Hipotalamus
Hipofisis anterior
Ovarium
rlll:l
=
Gambar 20-20
ffi
844
Bab 20
lrbih
I Perubahan
duksi secara otomatis mengalami feminisasi, tanpa memerlukan adanya hormon seks wanita. Sistem reproduksi wanita
tetap inaktif dari lahir hingga pubertas, yang terjadi pada
usia sekitar 12 tahun kedka aktivitas GnRH hipotalamus
meningkat untuk pertama kali. Seperti pada pria, mekanisme
sekresi
melatonin.
gonadotropik hipofisis anterior, yang selanjutnya merangsang
aktivitas ovarium. Sekresi esrrogen oleh ovarium yang aktif
memicu pertumbuhan dan pematangan saluran reprodulai
sekunder
wanita. Efek nyata estrogen pada yang terakhir adalah mendorong pengendapan lemak di lokasi-lokasi strategik, misalnya payudara, bokong, dan paha, menghasilkan figus khas
wanita yang berlekuk. Pembesaran payudara saat pubertas
disebabkan terutama oleh pengendapan lemak di jaringan
payudara, bukan pembentukan fungsional kelenjar payudara.
Peningkatan estrogen masa pubertas juga menyebabkan penutupan lempeng epifisis, menghentikan pertambahan tinggi
lebih lanjut, serupa dengan efek testosteron yang berubah
menjadi estrogen pada pria. Tiga perubahan pubertas lain
pada wanita-pertumbuhan rambut ketiak dan pubis, lonjakan pertumbuhan masa pubertas, dan timbulnya libidoberkaitan dengan lonjakan sekresi androgen adrenal saat
pubertas, bukan dengan estrogen.
846
Bab 20
dilapisi oleh silia-tonjolan halus mirip rambut yang berdenyut dalam gelombang-gelombang mengarah ke interior
tuba uterina-yang ikut menjamin mengalirnya ovum ke dalam tuba uterina (lihat h. 45). Di dalam tuba uterina, ovum
cepat didorong oleh kontraksi peristaltik dan gerakan silia
ampula.
Tuba
Waktu
Tempat
fertilisasi
(sepertiga ata
tuba uterina)
Uterus
Kanalis
servikalis
,. Ampula
." tuba uterina
\sperma
ejakulasi)
-lt
lltt
titl
|
ll o,
teG6o
o oo1
rc-zo
l|l
tllt
I r-s ll a
tllt
I o
ll
1oo
mengelilingi
ovum
.\
/\
Uterus
/
Ovarium
f,
l'I
:.
Ovum yang
diovulasikan
.ri
' .- .--Kanalis
-Didasarkan pada
data dari hewan.
..
'Fimbria
servikalis
j
t. , ,
180 juta sperma
" e" -Vagina
diletakkan
-d
.r-ts';= '"'
{I i;;:+S .--Penis
r:
Gambar 20-2I
Transpor ovum dan sperma ke tempat pembuahan.
CA'TAIAN KLINIS. Kadang-kadang ovum gagal disalurkan ke tuba uterina dan tetap berada di rongga peritoneum. Meskipun jarang, ovum ini dapat mengalami pembuahan dan menyebabkan kehamilan ektopik abdomen, di
mana relur yang telah dibuahi tertanam di anyaman pembuluh darah ke organ-organ pencernaan dan bukan di tempat
lazimnyadi uterus (ebtopib arrinya "salah tempat"). Kehamilan abdomen ini sering menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa karena aliran darah organ pencernaan tidak
dipersiapkan untuk berespons secara tepat terhadap implantasi selayaknya endometrium. Jika kehamilan tak lazim ini
dibiarkan berlanjut hingga aterm, maka bayi harus dilahirkan
secara bedah karena tidak tersedia pintu keluar normal. Kemungkinan penyulit pada ibu saat lahir sangat besar karena
pembuluh darah pencernaan tidak dirancang untuk "menambal sendiri" setelah persalinan seperti halnya endometrium.
waktu ovulasi.
Setelah sperma masuk ke uterus, konrraksi miometrium
mengaduk-aduk sperma seperti "mesin cuci,, dan dengan cepat menyebabkan sperma tersebar ke seluruh rongga uterus.
Ketika mencapai tuba uterina, sperma t.rdorongL tempat
pembuahan di ujung atas tuba uterina oleh kontraksi otot
polos tuba urerina yang mengarah ke atas. Kontraksi mio-
Bahkan di sekitar waktu ovulasi, saat sperma dapat menembus kanalis servikalis, dari ratusan juta sperma yang diletakkan dalam satu kali ejakulasi, hanya beberapa ribu yang
dapat mencapai tuba uterina (Gambar 20-21). Sedemikian
kecilnya persentase sperma yang diletakkan yang dapat men-
FERTILISASI
I Blastokista
ini
sebagai
di
Gambar 2O-22
Foto mikroskop elektron memperlihatkan sperma yang
berkerumun di permukaan sebuah sel telur.
848
Bab 20
Korona radiata
Zona pelusida
Spermatozoa
Membran plasma
ovum
Akrosom
berisi enzim
1i:,
Kepala spermatozoa
yang mengandung
nukleus
'rgL
}fri
r#
Spermatozoa yang
telah menyelesaikan
fertilisasi
Gambar 20-23
Proses fertilisasi. (a) Gambaran skematik sperma yang menembus sawar-sawar yang mengelilingi ovum. (b) Foto mikroskop
elektron memperlihatkan sebuah spermatozoa dengan membran akrosom yang telah rusak dan enzim-enzim akrosom
vaskularisasi.
CATAIAN KLINIS. Kadang-kadang morula gagal turun ke dalam uterus dan terus berkembang dan tertanam di
lapisan dalam tuba uterina. Hal ini menyebabkan kehamilan
ektopik tuba, yang harus diakhiri. Sembilan puluh lima
persen kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba. Kehamilan
seperti
Blastokista adalah suatu bola berongga berlapis tunggal dan terdiri dari sekitar 50 sel mengelilingi sebuah rongga
Blastokista
(potongan melintang)
Pembelahan
Morula
ffi
Spermatozoa Ovum(potongan
ffi
W
| ,. -/
n,
///
Trofoblas
Menyelesaikan
implantasi dan
berkembang
menjadi plasenta
bagian janin
'
':=!::l::,::rr'---fu.
.,'l.n't.
.,i,,-i;i!r$tr
l.
,-w
//
z/-:
#'.,
.,*
.1.,
,"y.1 , 1,.\\
:i"l
Fertilisasi
I
,4F -::'En:
#i'
melintang)
r.'$. - ;z Oosit
../
sekunder
"==,
,/
.,,
(ovum)
i'/
Ovulasi
lmplantasi
\Ov arium
Endometrium
uterus
skala.
Ukuran sebenarnya
Gambar 20-24
Tahap-tahap awal perkembangan dari fertilisasi sampai implantasi. Perhatikan bahwa ovum yang dibuahi secara progresif
membelah dan berdiferensiasi menjadi blastokista selagi bergerak dari tempat fertilisasi di tuba uterina bagian atas ke tempat
implantasi di uterus
di
trium,
sedang
berkembang sewaktu tonjolan-tonjolan trofoblastik menguraikan jaringan endometrium kaya nutrien. Dinding sel-sel
trofoblas yang masuk ke endometrium luruh, membentuk
sinsitium multinukleus yang akhirnya akan menjadi plasenta
bagian janin.
Jaringan endometrium di tempat kontak, y^Lg tetangsang oleh invasi trofoblas, mengalami perubahan drastis yang
850
Bab 20
yang berimplantasi. Sebagai respons terhadap pembawapembawa pesan kimiawi yang dibebaskan oleh blastokista,
sel-sel endometrium mengeluarkan prostaglandin, yang secara lokal meningkatkan vaskularisasi, menimbulkan edema,
dan meningkatkan simpanan makanan. Jaringan endometrium yang mengalami modifikasi sedemikian rupa di tempat
implantasi disebut desidua. Ke dalam jaringan desidua yang
sangat kaya inilah blastokista terbenam. Setelah blastokista
membuat terowongan ke dalam desidua oleh aktivitas trofoblas, suatu lapisan sel endometrium menutupi permukaan
lubang, mengubur total blastokista di dalam lapisan dalam
uterus (Gambar 20-25,langkah $). Lapisan trofoblas terus
mencerna sel-sel desidua sekitar, menghasilkan energi untuk
mudigah sampai plasenta terbentuk.
Endometriurn-
%
,Ss
terhindar dari penolakan sistem imun. Peneliti lain mendapatkan bahwa plasenta bagian janin yang.berasal dari tro-
Rongga uterus
*
t<apiter
--*-.: Q- :*
Tonjolan
sel trofoblas
Trofoblas
@.
(lapisan
.4f
permukaan sel
blastokista)
q'
I
Lapisan dalam uterus
blastokista yang mengapung
@ f"tit
bebas" melekat ke lapisan endometrium,
Lapisan
i
dalam uterus
d u a -------------..:=
]:ij''""
___---
*:^
Rongga
amnion
"- +_",
trofoblastik
KONTRASEPSI
menembus endometrium.
Des
antara darah
AMNION
Gambar 20-25
lmplantasi blastokista
Endometriurrr- T;
*
Rongga uterus
dq.
ranirer
--ff, *$
Trofoblas
(lapisan
permukaan sel
blastokista)
&
Lapisan
dalam uterus
Rongga
amnion
trofoblastik
terhindar dari penolakan sisrem imun. Peneliti lain mendapatkan bahwa plasenta bagian janin yang berasal dari trofoblas, menghasilkan suatu enzim, indolamin 2,3-dioksigenase (IDO), yang merusak triptofan. Triptofan, suatu asam
amino, adalah faktor penring dalam pengaktifan sel T sitotoksik ibu. Karena itu, mudigah/janin, melalui hubunganhubungan trofoblastiknya, dipercayai mempertahankan diri
dari penolakan dengan meredam aktivitas sel T sitotoksik
ini.
Selain
itu, penelitian-
antara darah
AMNION
brio
Gambar 20-25
lmplantasi blastokista
;;i:t
ffi
4minssu
rI
:i.-"
.t+l.l:,.tLeh
-1i:-::il
.-:;
'1
="
'l:.:+;:rJ,'l',i
' .' i ,' :.rJ
,l
ft:*';:#'
8 minggu
i' i-'
qt.rr
*r4
c-'i - '-'.:','' ti
-".i.
.
i.:.
'i.
ii
:'i''.i
;i f
-,' ilqii*rt.ti:
-:.\.t'1;
1 l1r'
'
i,.
12
minggu
u,'il
J.
.,
/,-
Korda umbilikalis
(tali pusat) Cairan amnion
T,s. :_.1{,
,.-.'3"":''
Vilus plasenta
Ruang antarvilus
Jaringan desidua
UteTUS
Arteriol ibu
r,'.::'li . "'
. -=
Venula ibu
K."
'{,'--: .
Pembuluh janin
Aterm
Jaringan korion
(a)
umbilikalis umbilikalis
Korion/
Amnion
Gambar 20-25
Plasentasi. (a) Hubungan antara janin yang sedang berkembang dan uterus seiring dengan kemajuan kehamilan. (b) Gambaran
skematik struktur ibu dan janin yang saling terkait yang membentuk plasenta. Tonjolan-tonjolan jaringan korion (anin)
berbentuk jari membentukvilus plasenta, yang menjulur ke dalam genangan darah ibu. Dinding kapiler desidua (ibu)
diruntuhkan oleh korion yang meluas sehingga darah ibu merembes melalui ruang-ruang antara vilus-vilus plasenta. Kapiler
plasenta janin bercabang-cabang dari arteri umbilikalis dan menjulur ke dalam vilus plasenta. Aliran darah janin yang melewati
pembuluh ini dipisahkan dari darah ibu hanya oleh lapisan korion tipisyang membentukvilus plasenta. Darah ibu masuk melalui
arteriol ibu, lalu mengalir membentuk genangan darah di ruang antarvilus. Di sini, terjadi pertukaran antara darah janin dan ibu
sebelum darah janin mengalir melalui vena umbilikalis dan darah ibu keluar melalui venula ibu.
(Sumber'. Bagian (a) diadaptasi dari Cecie Slarr, Biology: Concepts and Applications,4th ed., Gbr.38.25b, h.655. Hak cipta @ 2000
Brooks/Cole).
852
Bab 20
Tidak ada
20-30
Kontrasepsi oral
2-2,5
23
20
10-15
Kontrasepsi implan
KB,
yang
90
pil
AN G KA KEGAGALAN RATA-RATA
(KEHAMILAN SETAHUN/1 OO WANITA)
Pencegahan Ovulasi
Kontrasepsi oral, alau
METODE KONTRASEPSI
eksterna.
(berlanjut)
telah dibuahi.
lmplantasi juga dapat dihambat oleh
apa yang disebut sebagai morningafter pill, yang juga disebut kontrasepsi darurat. lstilah pertama sebenarnya adalah salah kaprah, karena pil
ini dapat mencegah kehamilan jika
diminum dalam 72 jam setelah,
bukan hanya pada pagi hari setelah
854
Bab 20
otot,
melakukan pembuahan.
Pengakhiran Kehamilan yang Tak
Diinginkan
I Jika metode kontrasepsi gagal atau
tidak digunakan dan terjadi
kehamilan yang tidak diinginkan,
wanita yang bersangkutan sering
beralih ke aborsi untuk mengakhiri
kehamilan. Lebih dari separuh dari
janin
hamil harus sangat berhati-hati terhadap kemungkinan pajanan dari bahan apapun yang berpotensi merugikan.
Piasenta juga memiliki fungsi penring lain-plasenta
adalah organ endokrin temporer selama kehamilan, suatu
topik yang kini akan kita bahas.
uterina.
Sementara itu, selama waktu implantasi dan awal perkembangan plasenta, massa sel dalam membentuk rongga
amnion berisi cairan di antara korion dan bagian massa sel
dalam yang ditakdirkan menjadi janin. Lapisan epitei yang
membungkus rongga amnion disebut kantung amnion, atau
amnion. Seiring dengan perkembangannya, kantung amnion
akhirnya menyatu dengan korion, membentuk satu membran kombinasi yang mengelilingi mudigah/janin. Cairan di
rongga amnion, cairan amnion (air ketuban), y"ng komposisinya serupa dengan CES normal, mengelilingi dan menjadi
bantalan bagi janin sepanjang kehamilan (Gambar 20-25,
20-26. dan 20-27).
FUNGSI PLASENTA
Selama kehidupan intrauteri, plasenta melakukan fungsi sis-
rit
:*li:
@'j;:
Itrr:-
{
Gambar 2O-27
Janin manusia dikelilingi oleh kantung amnion. Janin
menjelang akhir trimester pertama kehamilan
secara fungsional
Stimulasi oleh hCG diperlukan untuk mempertahankan korpus luteum kehamilan karena LH, yang memperrahankan korpus luteum selama fase luteal normal siklus haid,
ditekan oleh umpan balik negatif kadar progesteron yang
tinggi.
Pemeliharaan kehamilan normal bergantung pada konsentrasi progesteron dan estrogen yang tinggi. Karena itu,
produksi hCG sangat penting selama trimester pertama untuk mempertahankan produi<si hormon-hormon ini oleh
ovarium. Pada janin lakilaki, hCG juga merangsang prekursor sel Leydig di testis janin untuk mengeluarkan tesrosreron,
yang menyebabkan maskulinisasi saluran reproduksi.
Laju sekresi hCG meningkat pesat selama awal kehamilan untuk menyelamatkan korpus luteum dari kematian.
Sekresi puncak hCG terjadi sekitar 60 hari setelah akhir siklus haid terakhir (Gambar 20-28). Pada minggu ke-10 kehamilan, pengeluaran hCG turun ke tingkat rendah yang
berlangsung sepanjang kehamilan. Tirrunnya hCG terjadi pa-
*iger
zone
Tabel 20-5
Hormon Plasenta
r-roRMoN
i4 u ma
FU[IGSI
Meningkatkan kadar Ca2* plasma ibu untuk digunakan dalam kalsifikasi tulang
janin; jika diperluka.n, mendorong disolusi lokal tulang ibu, memobilisasi simpanan
Ca'z* mereka untuk digunakan oleh janin yang sedang berkembang
855
Eab 20
ini.
PERAN ESTROGEN DAN PROGESTERON DALAM
KEHAMILAN
Seperti telah disebutkan, diperlukan konsenrrasi estrogen
dan progesteron yang tinggi untuk mempertahankan kehamilan normal. Estrogen merangsang pertumbuhan miometrium, yang ukurannya bertambah besar sepanjang keha-
di
kelenjar mamaria,
=
(E
o)
c(g
(o
(o
(E
ol:r
/
Fertilisasi
2 3 4 s 6 7 8 etlo
Brlan setelah awal haid
terakhir
persalinan
Gambar 20-28
Laju sekresi hormon plasenta.
glukosa oleh ibu dan mobilisasi asam lemak bebas dari simpanan lemak ibu, serupa dengan efek hormon pertumbuhan
(lihat h. 741) (Pada kenyataannya, hCS memiliki struktur
terhadap
peningkatan kebutuhan selama kehamilan.
Darah ibu
Kolesterol
+'
-
Plasenta
Darah janin
Kolesterol
Kolesterol
Kolesterol
I
I
t
Progesteron
Progesteron
I
I
I
I
DHEA+-
DHEA<--
(DHEA)
Estrogen
----+
I
Deh idroepiandrosteron
+-
Estrogen
Gambar
20-2g
Sekresi estrogen dan progesteron oleh plasenta. Plasenta mengeluarkan, dalam jumlah yang semakin banyak, progesteron dan
estrogen ke dalam darah ibu setelah trimester pertama. Plasenta itu sendiri dapat mengubah kolesterol menjadi progesteron
tidak memiliki sebagian dari enzim yang dibutuhkan untuk mengubah kolesterol menjadi estrogen. Namun,
plasenta dapat mengubah DHEAyang berasal dari kolesterol di korteks adrenal janin menjadi estrogen ketika DHEA mencapai
plasenta melalui darah janin Qalur biru).
Qalur hijau) tetapi
hormon plasenta lainnya yang serupa dengan hormon paratir oid, 1t arathyro id b o nn one-re late d p Et tide (PTH rp), memobilisasi Ca2- dari tulang ibu untuk menjamin kalsifikasi
tulang-tulang janin (Thbel 20-5).
I Perubahan
Persalinan (partus, pelahiran) memerlukan (1) dilatasi kanalis servikalis ("pembukaan') untuk mengakomodasi lewatnya janin dari uterus melalui vagina ke lingkungan luar dan
efek inhibitorik progesteron kadar tinggi pada otot miometrium. Namun, selama trimester terakhir, uterus menjadi
semakin peka rangsang sehingga kontraksi ringan
(kontaksi
Braxton-Hiclrs) dapat dialami dengan kekuatan dan frekuensi yang bertambah. Kadang kontraksi ini menjadi cukup
teratur sehingga disangka sebagai awitan persalinan, suatu
fenomena yang dinamai "persalinan palsu'.
Selama gestasi, pintu keluar uterus tetap tertutup oleh
servils yang kaku dan tertutup rapat. Seiring dengan mendekatnya persalinan, serviks mulai melunak (atau "matang")
akibat disosiasi serat jaringan ikatnya yang kuat (kolagen).
Karena perlunakan ini rnaka serviks menjadi lentur sehingga
dapat secara bertahap membuka pintu keluarnya sewaktu
janin yang secara paksa didorong menekannya saat persalinan. Perlunakan serviks ini terutama disebabkan oleh
relaksin, suatu hormon pepdda yang dihasilkan oleh korpus
luteum kehamilan dan plasenta. Faktor lain juga berperan
daiam periunakan serviks ini. Relaksin juga melemaskan jalan
858
Bab 20
dan 20-30). Pertama, esrrogen kadar tinggi mendorong sintesis konekson di dalam sel-sel otot polos uterus. Hampir
sepanjang kehamilan sel-sel miometrium ini tidak secara
fungsional berkaitan. Konekson yang baru terbenruk disisip,
kan di membran plasma miometrium untuk membentuk
taut celah yang secara elektris menyatukan sel-sel otot polos
uterus sehingga mereka mampu berkontraksi secara terkoordinasi (lihath. 77).
Secara bersamaan, estrogen kadar tinggi secara drastis
dan progresif meningkatkan lionsentrasi reseptor oksitosin di
miometrium. Bersama-sama, perubahan-perubahan miome-
trium ini menyebabkan responsivitas uterus terhadap oksitosin meningkat yang akliirnya memicu persalinan.
Selain mempersiapkan uterus untuk persalinan, estrogen kadar tinggi juga mendorong pembentukan prostaglandin lokal yang berperan dalam pematangan serviks dengan
merangsang enzim-enzim serviks yang secara lokal menguraikan serat kolagen. Selain itu, berbagai prostaglandin itu sendiri meningkatkan responsiviras urerus terhadap oksitosin.
PERAN OKSITOSIN
tangan paru janin. Secara spesifik, kortisol merangsang sintesis surfaktan paru, yang mempermudah ekspansi paru dan
mengurangi kerja bernapas (lihat h. 513).
Peningkatan Iaju sekresi DHEA oleh korteks adrenal
sebagai respons terhadap CRH plasenta menyebabkan peningkatan kadar sekresi esrrogen plasenta. Ingatlah bahwa
plasenta mengubah DHEA dari kelenjar adrenal
.ianin menjadi estrogen, yang kemudian masuk ke dalam aliran darah
ibu (Gambar 20-29). Jika sudah cukup tinggi, estrogen ini
mengaktifkan proses-proses yang memulai persalinan. Karena itu, durasi kehamilan dan persalinan ditentukan terutama oleh kecepatan produksi CRH plasenta. Demikianlah,
"jam plasenta" menandai rentang waktu hingga persalinan.
Saat persalinan telah ditentukan sejak awal kehamilan,
dengan pelahiran pada titik akhir proses pematangan yang
terjadi sepanjang proses gestasi. Detik jam plasenta diukur
oleh laju sekresi plasenta. Seiring dengan kemajuan kehamilan, kadar CRH dalam plasma ibu meningkat. para pene-
liti
PERAN PERADANGAN
Yang menarik, riset-riset terakhir menunjukkan bahwa peradangan berperan sentral dalam proses persalinan, baik pada
awitan persalinan aterm maupun persalinan prematur. Kunci
C--'a*'t"-_l
+
a'lTc*r*.-f
i1
+ {
f-Hii--fl---i-g.t
d- l
___,r9rr_____
+
t--lAE --_-]
fTM"*'"r"s
l-
++
-- 9r!19ry! -,
@"kJ"""rfi)
--1rL-18--_l
trlrr.*lp-_gl tr"i:ffifis
/------:-----
+l
-'------}
_!111:T___,
r-
-Pb*"ntr
+
ft ____!gru _J
F"rub"h"" DllEl-l
ls"-f_"llrrrar.-'f"rtan---l
F"r"tt
Memicu
awitan
persalinan
.--
menjadi estrogen
f-JrL I
s""j-p*;-l
I sebagai persiapan
I untuk menghirup
I
l
I
udara
(_-
-'l
ft-r-rt-"bh
antara sel-sel
I
t rlrqrul
-____l
f-t1"":e,a.--.l
f;;;l
o' .-l
prostaqlandin
I .l'9r!.
t
)
-t t
oKsrtosrn
F'"fi;;
+
I kontraksi sebagai
suatu kesatuan
I
+
+
Gambar 20-30
lnisiasi dan perkembangan persalinan.
860
Bab 20
+
J
I
Responsivitas
uterus terhadap
kadar rendah
oksitosin
Berperan
dalam kemajuan
persalinan
I Persalinan
balik positif.
Setelah estro$en kadar tinggi dan berbagai sitokin inflamasi
meningkatkan kepekaan uterus terhadap oksitosin hingga ke
TAHAP PERSALINAN
Persalinan dibagi menjadi tiga tahap: (1) dilatasi serviks, (2)
pelahiran bayi, dan (3) pelahiran plasenta (Gambar 20-31).
Pada permulaan persalinan atau suatu waktu pada tahap
15 sampai 30 menit setelah bayi lahir. Setelah plasenta dikeluarkan, kontralai miometrium yang berkelanjutan menyebabkan pembuluh darah uterus yang mengalir ke tempat
perlekatan plasenta terjepit untuk mencegah perdarahan.
INVOLUSI UTERUS
Setelah pelahiran, uterus menciut ke ukuran pragestasinya,
suatu proses yang dikenal sebagai involusi, yang berlangsung
empat sampai enam minggu. Selama involusi, jaringan endo-
metrium yang tertinggal dan tidak dikeluarkan bersama plasenta secara bertahap mengalami disintegrasi dan terlepas,
menghasilkan duh vagina yang disebut lokia dan terus keluar
selama tiga sampai enam minggu setelah persalinan. Setelah
periode ini, endometrium pulih ke keadaan sebelum hamil.
I Laktasi memerlukan
hormon.
Sistem reproduksi wanita menunjang kehidupan bayi sejak
konsepsi, semasa gestasi, hingga tahap awal kehidupan di
luar rahim. Susu (atau ekivalennya) merupakan nuffien esensial bagi kelangsungan hidup bayi. Karena itu, selama gestasi
Plasenta
Tulang
pubis
Kandung
kemih
Uretra
Vagina
--.j
.;:;.
Serviks
Rektum
"l
Serviks yang melebar parsial
Plasenta Uterus
Tahap kedua persalinan:
Pengeluaran bayi
Tali pusat
Pelahiran plasenta
(b)
Gambar 20-31
Tahap-tahap persalinan. (a) Posisi janin menjelang akhir kehamilan. (b) Tahap-tahap persalinan.
tinggi merangsang pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin (suatu hormon hipofisis anterior
Di
bawah pengaruh lingkungan hormonal yang terdapat selama kehamilan, kelenjar mamaria mengembangkan struktur
dan fungsi kelenjar internal yang diperlukan untuk menghasilkan susu. Payudara yang mampu menghasilkan susu
memiliki anyaman duktus yang semakin kecil yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobulus (Gambar
20-32a). Setiap lobulus terdiri dari sekelompok kelenjar mirip kantung yang dilapisi oleh epitel dan menghasilkan susu
serta dinamai alveolus. Susu dibentuk oleh sel epitel kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus, lalu dialirkan
oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan puting payudara (Gambar 20-32b).
Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong
perkembangan ekstensif duktus, sementara progesteron kadar
862
Bab 20
Jaringan lemak
Tabel 2o-5
Kerja Estrogen dan Progesteron
ESTROGEN
telur
Penyemprotan
(b)
Gambar 20-32
Anatomi kelenjar mamaria. (a) Struktur internal kelenjar
mamaria, pandangan lateral. (b) Gambaran skematik struktur
mikroskopik sebuah alveolus di dalam kelenjar mamaria.
Sel-sel epitel alveolus mensekresikan susu ke dalam lumen.
Kontraksi sel mioepitel sekitar menyemprotkan susu keluar
melalui duktus.
La i n
nya
Nonreproduktif
servikalis
medula spinalis ke hipotalamus. Hipotalamus, setelah diaktifkan, memicu pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosin, selanjutnya, merangsang kontraksi sel mioepitel di payudara untuk penyemprotan susu. Milb letdnun
ini berlanjut selama bayi terus menyusui. Dengan cara ini,
refleks penyemprotan susu menjamin bahwa payudara
mengeluarkan susu hanya ketika dan dalam jumlah yang
dibutuhkan oleh bayi. Meskipun alveolus mungkin penuh
susu namun susu tersebut tidak dapat dikeluarkan tanpa
oksitosin. Namun, refleks ini dapat terkondisi oleh rangsangan di luar hisapan. Sebagai contoh, tangisan bayi dapat
memicu milk letdoun, menyebabkan susu keluar dari puting.
Sebaliknya, stres psikologis, yang bekerja melalui hipotalamus, dapat dengan mudah menghambat penyemprotan
susu. Karena itu, sikap positif terhadap menyusui dan lingkungan yang santai adalah esensial bagi keberhasilan proses
menyusui.
I Pelepasan prolaktin dan sekresi susu. Penghisapan tidak
saja memicu pelepasan oksitosin tetapi juga merangsang produksi prolaktin. Pengeluaran prolaktin oleh hipofisis anterior
dikontroi oleh dua sekresi hipotalamusi Prolactin-inhibiting
hormone (PIH) dan prolactin-releasing bormone (PRH).
PIH sekarang diketahui merupakan dopamin, yang juga ber-
I Menyusui menguntungkan
maupun ibunya.
l\,4ekanoreseptor di puting payudara
Dari segi gizi, susu terdiri dari air, lemak trigliserida, kar-
l.
Hipofisis posterior
Hipofisis anterior
Selain nutrienJ susu mengandung sejumlah sel imun, antibodi, dan bahan senyawa lain yang membantu melindungi
bayi terhadap infeksi sampai ia dapat membentuk sendiri
respons imun yang efektif beberapa bulan setelah lahir.
Kolostrum, susu yang diproduksi selama lima hari pertama
setelah persalinan, mengandung sedikit lemak dan iaktosa
l*
Kontraksi sel
mioepitel yang
mengelilingi alveolus
I
Gambar 20-33
Refleks penghisapan
864
Bab 20
l.
r@
Sebagian komponen dalam ASI, misalnya mukus, melekat ke mikroorganisme yang berpotensi menjadi patogen,
mencegahnya melekat ke dan menembus mukosa usus.
I Lahtoferin adalah konstituen ASI yang menghambat
pertumbuhan bakteri berbahaya dengan mengurangi ketersediaan besi, suatu minerai yang dibutuhkan untuk perkembangbiakan patogen-patogen ini (lihat h. 453).
I Fahtor bif.dus pada ASI, berbeda dari laktoferin, mendorong multiplikasi mikroorganism nonparogen Lactobacillus btfdus di saluran cerna bayi. Pertumbuhan bakteri tak
berbahaya ini membantu mendesak pertumbuhan bakteri
yang berpotensi merugikan.
I Komponen-komponen lain dalam ASI mendorong pematangan sistem pencernaan bayi sehingga bayi lebih tahan
terhadap bakteri dan virus penyebab diare.
I Masih ada faktor-faktor lain dalam ASI yang belum
diketahui yang mempercepat perkembangan kemampuan
sistem imun bayi.
baru.
Reproduksi adalah topik yang tepar untuk mengakhiri pembahasan kita tentang fisiologi dari sel hingga sistem. Sel
tunggal yang terbentuk dari penyatuan gamet pria dan wanita membelah secara mitotis dan berdiferensiasi menjadi
individu multisel yang terbentuk dari sejumlah sistem tubuh
berbeda yang berinteraksi secara kooperatif untuk memper,
tahankan homeostasis (yaitu, stabilitas lingkungan internal).
Semua proses homeostatik yang bersifat menunjang kehidupan yang disajikan di buku ini akan kembali berulang
pada permulaan sebuah kehidupan baru.
gangguan pencernaan.
PERSPEKTIF BAB
HOMEOSTASIS
Sistem reproduksi wanita mengalami perubahan kompleks yang bersifat siklik buianan. Selama paruh pertama
siklus terjadi penyiapan saru ovum nonmoril untuk dibebaskan. Selama paruh kedua, sistem reproduksi diarahkan untuk
mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk menunjang
ovum jika terjadi fertilisasi (penyatuan dengan spermatozoa).
Jika tidak terjadi pembuahan maka lingkungan suportif yang
telah dipersiapkan di dalam uterus akan terlepas, dan daur
kembali diulang seiring dengan penyiapan sebuah ovum
untuk dibebaskan. Jika fertilisasi terjadi maka sistem reproduksi wanita akan menyesuaikan diri untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan individu baru sampai ia dapat
bertahan hidup sendiri di lingkungan luar.
RINGKASAN BAB
Pendahuluan (h. Slf -819)
I
I
I
I
I
bar
20-4).
Istilah diferensiasi seks merujuk kepada perkembangan gonad, saluran reproduksi, dan genitalia eksterna masa mudigah mengikuti garis pria atau wanita, yang menghasilkan jenis kelamin anatomik yang dapat dilihat. Dengan
855
Bab 20
Spermatogenesis (pembentukan sperma) terjadi di tubulus seminiferus tesris yang merupakan saluran yang sangar
20-/.
Testosteron disekresikan sebelum lahir untuk memaskulinisasi sistem reproduksi yang sedang terbentuk; kemudian sekresinya berhenti sampai pubertas, saat sekresi
kembali dimulai dan berlanjut seumur hidup. Gstosteron
berperan dalam pematangan dan pemeliharaan keseluruh-
Hormon-hormon gonadotropik ini, selanjutnya, dikonuol oleh gonadotropin-releasing hormone (GnRH) hipotalamus. (Lihathh Gambar 20-10).
Gambar 20-8).
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang berisi
DNA
striksi menjepit penis, semenrara bagian atas mengembang membentuk ruang unruk menampung sperma.
Fisiologi Reproduksi Wanita (h. 833-866)
I Dalam keadaan tidak hamil, fungsi reproduksi wanita
dikontrol oleh sistem kontrol umpan balik negatif yang
kompleks dan siklik antara hipotalamus (GnRH), hipofisis anterior (FSH dan LH), dan ovarium (estrogen, progesreron, dan inhibin). Selama kehamilan, hormon,
hormon plasenta menjadi faktor pengonrrol urama.
Epididimis dan duktus deferens menyimpan dan memekatkan sperma serta meningkarkan morilitas dan fertili-
20-n.
I
I
I
I
luteum berdegenerasi. Hilangnya dukungan hormon untuk lapisan dalam endomerrium yang telah berkembang
penuh ini menyebabkan lapisan tersebut berdisintegrasi
fase
l4
dan 20-16).
esensial
normal.
20-9.
SOAL LATIHAN
Pertanyaan Obyektif (Jawaban di h. A-61)
1. Sekresi testosteron pada hakikatnya berhenti dari lahir
sampai pubertas. (Benar atau salah?)
2. Seorang pria genetik mungkin saja memiliki penampakan anatomik wanita. (Benar atau salah)
3. Prostaglandin berasal dari asam arakidonat yang terdapat di membran plasma. (Benar atau salah)
4. Sebagian besar pelumasan selama hubungan seks dihasilkan oleh wanita. (Benar atau salah?)
5. \Tanita tidak mengalami ereksi. (Benar atau sahh?)
6. Kadar estrogen yang meningkat sedang menghambat
sekresi tonik LH, sementara kadar estrogen yang dnggi
merangsang lonjakan LH. (Benar atau salah?)
7. Jika sebuah folikel tidak mencapai kematangan selama
satu siklus ovarium maka folikel tersebut dapat.menyelesaikan pematangannya pada siklus berikutnya. (Benar
atau salah?)
858
Bab 20
8.
9.
...
testis, dirang-
t0
... di bawah
I2
jadi estrogen.
Sumber estrogen dan progesteron selama 10 minggu
pertama gestasi adalah ...
Mana dari pernyataan berikut mengenai distribusi kromosom yang tidah tepat?
Semua sel somatik manusia mengandung 23 pasangan kromosom untuk jumlah diploid total 46
kromosom.
b. Setiap gamet mengandung 23 kromosom, saru anggota dari masing-masing pasangan kromosom.
a.
c.
b.
c.
d.
e.
14.
drastis
sekresi FSH dan LH mulai meningkat karena efek
inhibisi steroid gonad telah hilang
endometriumterlepas
baik (a) maupun (b)
semua benar
Dengan menggunakan kode jawaban di kanan, tunjukkan kapan masing-masing kejadian berlangsung selama
siklus ovarium:
1. pembentukan folikel
a. terjadi selama
antrum
fase folikular
2. sekresi progesteron b. terjadi selama
fase luteal
3. haid
4. sekresi estrogen
c. terjadi baik
5. perbaikan dan proliferasi pada fase
endometrium
folikular
6. peningkatan vaskularisasi maupun luteal
dln penyimpanan
glikogen di endomerrium
15. Cocokkan yang berikut:
tempat penyimpanan
sperma
2.
memekatkan sperma
serarus
3.
4.
5.
kali lipat
a. epididimis dan
'
duktus deferens
b. kelenjar prostat
c. vesikula
menyediakan enzim
pembekuan
mengeluarkan cairan
d. kelenjar
basa
e. penis
seminalis
bulbouretra
mengandung jaringan
erektil
meningkatkan motilitas
dan fertilitas sperma
7. menghasilkan fruktosa
8. mengeluarkan fibrinogen
6.
9.
mengeiuarkan
prostaglandin
Pertanyaan Esai
1. Apa organ reproduksi primeg gamer, ir,rruron seks, saluran reproduksi, kelenjar seks tambahan, genitalia eksterna, karakteristik seks sekunder pada pria dan wanita?
2. Tirliskan fungsi-fungsi reproduktif esensial pria dan
wanita!
3. Bahaslah perbedaan antara pria dan wanita dari aspek
jenis kelamin genetik, gonad, dan fenotipe!
4. Bagian mana dari sistem reproduksi pria dan wanita
yang berkembang dari masing-masing struktur berikut:
5.
6.
7. Jelaskan tiga tahap
UNTUK DIRENUNGKAN
(Penjelasan di h. A-6f )
l. Hipotalamus mengeluarkan GnRH secara pulsatil (berdenyut) sekali setiap dua sampai tiga jam, tanpa sekresi
di antaranya. Konsentrasi GnRH darah bergantung pada frekuensi letupan sekresi ini. Saat ini sedang dilakukan suatu penelitian tentang metode kontrasepsi baru
2.
yang normal).
Tirmor testis yang terbentuk oleh sel interstisial Leydig
kadang mengeluarkan resrosreron dalam jumlah 100
kali daripada normal. Jika tumor semacam ini timbul
pada anak, maka anak tersebut akan tumbuh jauh lebih
pendek daripada potensi genetiknya. Jelaskan mengapal
Gejala apa lagi yang dapat ditemukan?
3.
5.
Gejala menopause kadang diterapi dengan suplemen estrogen dan progesteron. Mengapa terapi dengan GnRH
atau FSH dan LH tidak efektiP
4.
KASUS KLINIS
(Penjelasan di h. A-62)
http://biology.brooliscole.com/sherwoodhp6
Pilihlah Chapter 20 dari ment drop-down atau klik salah
satu dari banyak pilihan, termasuk Case Histories, yatg
memperkenalkan aspek-aspek klinis fisiologi manusia. Untuk
bab ini periksalah: Case History 23: Pregnancy 7bst.
870
Bab 20
http://infotrac.thomsonlearning.com