Anda di halaman 1dari 59

Sistem

Reproduksi

SEKILAS ISI

PENDAHULUAN

I
I

Anatomi sistem reproduksi pria dan wanita


Penentuan dan diferensiasi jenis kelamin

FISIOLOGI REPRODUKSI PRIA

I
I
I
I
I
I
I

Lokasi testis di skrotum


Sekresi testosteron

Spermatogenesis
Pubertas

Saluran reproduksi pria


Kelenjar seks aksesorius pria
Prostaglandin

HUBUNGAN SEKS ANTARA PRIA DAN WANITA

I
I

Tindakan seks pria


Tindakan seks wanita

FISIOLOGI REPRODUKSI WANITA


Fungsi ovarium

I
I
I
I
I
I
I
I

Siklus haid

Pubertas; menopause
Fertilisasi

lmplantasi;plasentasi
Gestasi

Persalinan
Laktasi

PENDAHULUAN
Tema sentral buku ini adalah proses-proses fisiologik
yang ditujukan untuk memperrahankan homeostasis

agar kelangsungan hidup individu ter.iamin. Kini


kita akan keluar dari tema ini untuk membahas sistem reproduksi, yang rerurama berfungsi untuk melanlutkan keberadaan spesies.
Meskipun sistem reproduksi tidak berperan dalam homeostasis dan tidak esensial bagi kelangsungan hidup seseorang namun sistem ini tetap berperan

penting dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh, cara bagaimana orang berhubungan sebagai
makhluk seksual berperan signifikan dalam perilaku
psikososial dan memiliki pengaruh besar pada bagaimana orang memandang

diri mereka sendiri dan


bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain.
Fungsi reproduksi juga memiliki efek besar pada
masyarakat. Organisasi universal masyarakat menjadi satuan-satuan keluarga menghasilkan lingkungan yang stabil dan kondusif bagi keberlangsungan
kita. Di pihak lain, ledakan populasi dan
akibatnya berupa terkurasnya sumber daya alam
akhir-akhir ini menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia dan mendorong dicarinya cara-cara unruk
spesies

membatasi reproduksi.
Kemampuan reproduksi bergantung pada hubungan rumir antara hipotalamus, hipofisis anterior,
organ reproduksi, dan sel sasaran hormon seks.

ini menggunakan banyak mekanisme


regulatorik yang digunakan oleh sistem tubuh lain
untuk mempertahankan homeostasis, misalnya kontrol umpan balik negatif, Selain proses-proses biologik dasar ini, perilaku dan sikap seksual sangat
dipengaruhi oleh faktor emosi dan moral sosiokultuHubungan

ral masyarakat rempar seseorang berada. Kita akan


berkonsentrasi pada fungsi seksual dan reproduksi
dasar yang berada di bawah kontrol saraf dan hormon sefia tidak akan mengulas aspek psikologis dan
sosial perilaku seksual.

811

I Sistem reproduksi

mencakup gonad, saluran


reproduksi, dan kelenjar seks aksesorius.

pria dan wanita memang berfungsi menarik lawan

jenis,

tetapi ketertarikan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh


kompleksitas masyarakat dan perilaku kultural manusia.

Reprodulisi bergantung pada penyatuan gamet pria dan

wanita (sel reproduktif, atau germinativum).

masing-

masing dengan separuh set kromosom, untuk membentuk


individu baru dengan set kromosom lengkap. Tidak seperti
sistem tubuh lain, yang pada hakikatnya sama di kedua jenis
kelamin, sistem reproduksi pria dan wanita sangat berbeda,

SEKILAS FUNGSI DAN ORGAN REPRODUKSI PRIA


Fungsi esensial sistem reproduksi pada pria adalah sebagai
berikut:

sesuai peran mereka yang berbeda dalam proses reproduksi.

1.
2.

Sistem reproduksi pria dan wanita dirancang untuk memungkinkan penyatuan bahan genetik dari dua pasangan
seksual, dan sistem wanita dilengkapi untuk menampung
dan memelihara keturunan hingga tahap perkembangan

rongga abdomen dalam suatu kantung beriapis kulit, skrotum, yang berada di sudut antara kedua tungkai. Sistem
reproduksi pria dirancang untuk menyalurkan sperma ke

yang memungkinkannya bertahan hidup secara independen

di lingkungan eksternal.
Organ reproduksi primer, atau gonad, terdiri dari sepasang testis pada pria dan sepasang ovarium pada wanita.
Pada kedua jenis kelamin, gonad matur melaksanakan dua
fungsi yaitu (1) menghasilkan gamet (gametogenesis), yaitu
spermatozoa (sperma) pada pria dan ovum (sel telur) pada
wanita, dan (2) mengeluarkan hormon seks, secara spesifik,
testosteron pada pria dan estrogen serta progesteron pada
wanita.
Selain gonad, sistem reproduksi pada kedua jenis kelamin mencakup saluran reproduksi yang mencakup suatu
sistem duktus yang khusus mengangkut atau menampung
gamet setelah dibentuk, plus kelenjar sels alsesorius (tambahan) yang mengosongkan isinya ke dalam saluran-saluran
tersebut. Pada wanita, payudara juga dianggap sebagai organ
seks aksesorius. Bagian sistem produksi yang terletak eksternal dan terlihat disebut genitalia eksterna.

Menghasilkansperma (spermatogenesi)
Menyalurkan sperma ke wanita

Organ penghasil sperma. testis, tergantung

di

luar

saluran reproduksi wanita daiam suatu cairan pembawa,


semen, yang kondusif bagi viabilitas sperma. Kelenjar seks
tambahan pria utama, yang sekresinya membentuk sebagian
besar semen, adalah uesibula seminalis, kelenjar prostat, dan
kelenjar bulbouretra (Gambar 20-1). Penis adalah organ yang

digunakan untuk meletakkan semen pada wanita. Sperma


keiuar dari masing-masing testis melalui saluran reproduksi

pria, yang masing-masing terdiri dari epididimis, duktus


deferens, dan duktus

ej akulatorius.

(uas)

Pasangan-pasangan saluran

reproduksi ini mengosongkan isinya ke sebuah uretra, saluran


yang berjalan di sepanjang penis dan mengosongkan isinya
ke luar. Bagian-bagian dari sistem reproduksi pria ini akan
dijelaskan secara lebih lengkap ketika membahas fungsinya.

SEKILAS FUNGSI DAN ORGAN REPRODUKSI

WANITA
Peran wanita dalam reproduksi lebih rumit daripada peran
esensial sistem reproduksi wanita mencakup
yang berikut:

pria. Fungsi
KARAKTERISTI K SEKS SEKU NDER

Karakteristik sels sekunder adalah ciri-ciri eksternal yang

tidak

secara langsung berkaitan dengan reproduksi yang

membedakan pria dan wanita, misalnya konfigurasi tubuh


dan distribusi rambut. Pada manusia, sebagai contoh, pria

memiliki bahu lebih lebar, sementara wanita memiliki


panggul yang lebih berlekuk; dan pria memiliki janggut
sementara wanita tidak. Testosteron pada pria dan estrogen
pada wanita mengatur pembentukan dan pemeliharaan berbagai karakteristik ini. Progesteron tidak memiliki pengaruh

pada karakteristik seks sekunder. Meskipun pertumbuhan


rambut ketiak dan pubis pada kedua jenis kelamin didorong
oleh androgen-testosteron pada pria dan dehidroepiandrosteron adrenokorteks pada wanita (lihat h. 767)-pertumbuhan rambut ini bukan karakteristik seks sekundeq karena
kedua jenis kelamin memperlihatkan gambaran ini. Karena
itu, yang menentukan gambaran nonreproduktif pembeda
pria dan wanita adalah testosteron dan estrogen.
Pada sebagian spesies, karakteristik seks sekunder sangat
penting untuk menarik lawan jenis dan pada perilaku kawin;
sebagai contoh, jengger ayam jantan menarik perhatian
betinanya, dan tanduk menjangan digunakan untuk mengusir jantan lain. Pada manusia, tanda-tanda pembeda antara

8'12 Bab

20

1.
2.
3.

Membentuk ovum (oogenesi)

4.

Memelihara janin yang sedang tumbuh sampai janin


dapat bertahan hidup di dunia lluar (gestasi, aau kehamilan), mencakup pembentukan plasenta, organ pertukaran antara ibu dan janinnya.
Melahirkan bayi (persalinan, partus)
Memberi makan bayi setelah lahir dengan menghasilkan

5.
6.

Menerima sperma
Mengangkut sperma dan ovum ke tempat penyatuan
(fertilisasi, atau konsepsi atau pembuahan)

srsu (laktasi)

Hasil pembuahan dikenal sebagai mudigah (embrio)


selama dua bulan pertama pembentukan intrauteri ketika
diferensiasi jaringan sedang berlangsung. Setelah periode ini,

makhluk hidup yang sedang terbentuk ini dapat dikenaii


sebagai manusia dan disebut

janin (fetus) selama

masa ges-

tasi sisanya. Meskipun tidak lagi terjadi diferensiasi jaringan


lebih lanjut selama masa kehidupan janin, namun masa ini
adalah saat berlangsungnya pertumbuhan dan pematangan
jaringan yang luar biasa.

Ovarium dan saluran reproduksi wanita terletak di


dalam rongga panggul (Gambar 20-2a dan b). Saluran

Kolumna vertebralis
Kandu
kemih

Ureter

Rektum

pubis

Vesikula seminalis

Duktus
deferens

Duktus ejakulatorius

Kelenjar prostat

Kandung kemih

Vesikula

seminalis
Genjel

jaringan
erektil

Kelenjar bulbouretra
Glans
penis

Kelenjar prosta

Epididimis

Kelenjar
bulbouretra

Skrotum
(a)

Duktus deferens

Epididimis

Testis

Gambar 20-1
Sistem reproduksi pria. (a) Panggul pada potongan sagital.
(b) Pandangan posterior organ reproduksi. Bagian-bagian
dari sebagian organ telah disingkirkan.

reproduksi wanita terdiri dari komponen-komponen berikut. Dua oaiduct (tuba uterina atau Fallopii), yang berkaitan erat dengan kedua ovarium, mengambil ovum saat
ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan berfungsi sebagai
tempat fertilisasi. Uterus yang berongga dan berdinding tebal
terutama berperan memelihara janin selama masa perkembangannya dan mengeluarkannya pada akhir kehamilan.
Vagina adalah saluran yang berotot dan dapat teregang yang
menghubungkan uterus dengan lingkungan eksternal. Bagian
terbawah uterus, serviks (leher rahim), menonjol ke dalam
vagina dan mempunyai satu saluran kecil, kanalis servikalis.
Sperma diendapkan di vagina oleh penis sewaktu hubungan
seks. Kanalis servikalis berfungsi sebagai jalur bagi sperma
untuk mencapai tempat pembuahan di tuba uterina melalui
uterus dan, ketika mengalami pelebaran hebat sewaktu per-

Glans
penis
(b)

salinan, berfungsi sebagai saluran bagi pengeluaran bayi dari


uterus.

Lubang vagina terletak di daerah perineum antara


lubang uretra di anrerior dan lubang anus di posterior
(Gambar 20-2c). Struktur ini ditutupi secara parsial oleh
suatu membran mukosa tipis, himen (selaput dara), yang
biasanya mengalami robekan fisik saat hubungan seks pertama. Lubang uretra dan vagina dikelilingi oleh dua pasang
lipatan kulit di lateral, labia minora dan labia mayora. Labia
minora yang lebih kecil terletak di sebelah medial dari labia
mayora yang lebih menonjol. Klitoris (kelentit), suatu
struktur erotik kecil yang terdiri dari jaringan serupa dengan
yang terdapat di penis, terletak di ujung anterior lipatan labia

minora. Genitalia eksterna wanita secara kolektif disebut


sebagai

vulva.

Sistem Reproduksi 813

.n..
i.rr.

r'+ri r

i'r.i

Kolumna vertebralis

Tuba uterina
Ovarium
Fimbria

Serviks
Kandung
kemih
Rektum
Tulang
pubis

Vagina

Uretra

Klitoris
Labium

minus
Labium
mayus

(a)

Fimbria
Ovarium

Miometrium
Kanalis servikalis

Klitoris
Lubang
uretra

Labium

Himen

minus
(b)

Lubang

Labium
mayus

vagina

Gambar 20-2
Sistem reproduksi wanita. (a) Panggul dalam potongan
sagital. (b) Pandangan posterior organ reproduksi. (c)
Pandangan perineal genitalia eksterna.

814

Bab 20

(c)

I Sel reproduksi

juga diperbesar oleh pindah silang. Pindah silang merujuk


kepada pertukaran fisik bahan kromosom.antara pasangan-

Molekul-molekul DNA yang membawa kode genetik

pasangan homolog sebelum pemisahannya pada pembelahan


meiotik perrama (lihat h. A-31).
Karena itu, sperma dan ovum masing-masing memiliki

masing-masing mengandung
separuh set kromosom.
sel

tidak secara acak dijejalkan ke dalam nukleus retapi tersusun


secara tepat membentuk kromosom (lihat h. A-22). Masingmasing kromosom terdiri dari sebuah molekui DNA yang
mengandung set unik gen-gen. Sel somatik (badan) mengandrng 46 kromosom (jumlah diploid), yang dapat disortir
menjadi 23 pasangberdasarkan berbagai gambaran pembeda.
Kromosom-kromosom yang membentuk satu pasangan disebut kromosom homolog, saru anggota dari masingmasing pasangan berasal dari ibu dan anggota lainnya dari
ayah. Gamet (yaitu, sperma dan ovum) mengandung hanya
satu anggota dari masing-masing pasangan homolog untuk
total 23 kromosom (jumlah haploid).

I Gametogenesis dilakukan dengan cara


meiosis.
Sebagian besar sel di tubuh manusia memiliki kemampuan
bereproduksi sendiri, suaru proses yang penting dalam pertum-

buhan, penggantian, dan perbaikan jaringan. Pembelahan sel


mencakup dua komponen: pembelahan nukleus dan pembelahan sitoplasma. Pembelahan nukleus di sel somatik dicapai
dengan mitosis. Pada mitosis, kromosom mengalami replikasi
(membuat salinan duplikat mereka sendiri); kemudian kromosom-kromosom yang identik terpisah sehingga set lengkap
informasi genetik (yaitu, jumlah diploid kromosom) terdistribusi ke masing-masing dua sel anak. Pembelahan nukleus pada
gamet dilakukan dengan meiosis, yaitu hanya separuh set informasi genedk (jumlah haploid kromosom) yang terdistribusi
ke masing-masing empat sel anak (lihat h. A-31).

jumlah kromosom haploid yang unik. Ketika terjadi pembuahan, saru sperma dan ovum menyatu untuk membentuk
satu individu baru dengan 46 kromosom, satu anggota dari
setiap pasangan kromosom berasal dari ibu dan anggota yang
lain dari ayah (Gamba r 20-3) .

Jenis kelamin individu ditentukan oleh

kombinasi kromosom seks.


Apakah seseorang ditakdirkan untuk menjadi pria atau
wanita adalah suatu fenomena genetik yang ditentukan oleh
kromosom-kromosom seks yang mereka miliki. Sewaktu 23
pasangan kromosom terpisah saat meiosis, setiap sperma atau
ovum hanya menerima saru anggota dari setiap pasangan
kromosom. Dari pasangan-pasangan kromosom tersebut, 22
adalah kromosom otosom yang menyandi karakteristik
umum manusia serta sifat spesifik misalnya warna mata.
Pasangan kromosom sisanya adalah kromosom sels, yang
terdiri dari dua tipe yang secara generis berbeda-kromosom
X yang lebih besar dan kromosom y yang lebih kecil.

Orang tua dengan


sel somatik diploid (46 kromosom)
lbu

Ayah

Selama meiosis, suatu sel germinativum diploid khusus

mengalami satu replikasi kromosom diikuti oleh dua pembelahan nukleus. Pada pembelahan meiotik pertama, kromo-

som-kromosom yang mengalami replikasi tidak memisah


menjadi dua kromosom individual identik tetapi tetap terhubung. Kromosom ganda tersebur menyortir diri menjadi
pasangan-pasangan homolog, dan pasangan-pasangan tersebut memisah sehingga masing-masing dari dua sel anak
menerima separuh set dari kromosom ganda. Selama pembelahan meiotik kedua, kromosom ganda di masing-masing
dari kedua sel anak tersebut memisah dan terdistribusi menjadi dua sel, menghasilkan empat sel anak yang masingmasing mengandung separuh set kromosom, satu anggota
untuk setiap pasangan. Selama proses ini, kromosom masing-

Ovum haploid
(23 kromosom)

Sperma haploid
(23 kromosom)

Ovum yang dibuahi,


diploid (46 kromosom)

masing pasangan homolog yang berasal dari ibu dan ayah terdistribusi ke sel-sel anak dalam susunan acak yang mengan-

dung satu anggota dari setiap pasangan kromosom tanpa


dipengaruhi oleh asal aslinya. Jadi, tidak semua kromosom
yang berasal dari ibu pergi ke satu sel anak dan kromosom
yang berasal dari ayah ke sel anak yang lain. Dapat dihasilkan
lebih dari 8 jrta (223) campuran berbeda dari 23 kromosom
ayah dan ibu. Pencampuran genetik ini menghasilkan kombinasi-kombinasi baru kromosom. Keberagaman generik

Anak dengan sel somatik


diploid (46 kromosom)

Gambar 20-3
Distribusi kromosom pada reproduksi seksual

Sistem Reproduksi 815

'Penentuan jenis kelamin bergantung pada kombinasi


kromosom-kromosom seks: Pria genetik memiliki satu kromosom X dan satu Y; wanita genetik memiliki dua kromosom X. Karena itu, perbedaan gnetik yang menentukan
semua perbedaan anatomik dan fungsional antara pria dan
wanita adalah kromosom Y. Pria memilikinya, wanita tidak.

Akibat meiosis selama gametogenesis, semua pasangan


kromosom mengalami pemisahan sehingga masing-masing
sel anak

mengandung hanya satu anggota dari setiap pasangan,

termasuk pasangan kromosom seks. Ketika pasangan kromosom seks XY terpisah saat pembentukan sperma, separuh
sperma menerima kromosom X dan separuh lainnya menerima kromosom Y. Sebaliknya, pada oogenesis, setiap ovum
menerima satu kromosom X, karena pemisahan kromosom
seks )O( menghasilkan hanya kromosom X. Sewaktu fertilisasi, kombinasi sebuah sprma yang mengandung X dengan
ovum yang mengandung X menghasilkan wanita genedk,
)O(, sementara penyatuan sperma yang mengandung Y
dengan ovum yang mengandung X menghasilkan pria genetik, XY. Karena itu, jenis kelamin genetik ditentukan pada
saat konsepsi dan bergantung pada jenis kromosom seks apa
yang terkandung di dalam sperma yang membuahi.

I Diferensiasi seksual mengikuti garis pria atau


wanita bergantung pada ada tidaknya penentupenentu maskulinisasi.
Perbedaan antara pria dan wanita terletak di tiga tingkat: jenis kelamin genetik, gonad, dan fenotipe (anatomik) (Gambar

2o-4).

JENIS KELAMIN GENETIK DAN GONAD


Jenis kelamin genetik, yang bergantung pada kombinasi
kromosom-kromosom seks pada saat konsepsi, selanjutnya,
menentukan jenis kelamin gonad, yaitu, apakah yang terbentuk testis atau ovarium. Ada tidaknya sebuah kromosom
Y menentukan diferensiasi gonad. Untuk satu setengah bulan
pertama gestasi semua mudigah memiliki potensi untuk berdiferensiasi mengikuti garis pria atau wanita, karena jaringan
reproduksi di kedua jenis keiamin identik dan indiferen.
Spesifisitas gonad muncul selama minggu ketujuh kehidupan
intrauteri ketika jaringan gonad indiferen pada pria genetik
mulai berdiferensiasi menjadi testis di bawah pengaruh regio
penentu jenis kelamin kromosom Y (SR!, gen tunggal
penentu jenis kelamin. Gen ini memicu serangkaian reaksi
yang menyebabkan pembentukan fisik pria. SRY "memaskulinkan' gonad (memicu perkembangannya menjadi testis)
dengan merangsang produksi antigen H-Y oleh sel gonad
primitif. Antigen H-Y, suatu protein membran plasma spesifik yang hanya terdapat pada pria, mengarahkan diferensiasi
gonad menjadi testis.
Karena wanita genetik tidak memiliki gen SRY dan
karenanya tidak menghasilkan antigen H-Y maka sel-sel
gonad mereka tidak pernah menerima sinyal untuk membentuk testis sehingga selama minggu kesembilan jaringan
gonad mulai berkembang membentuk ovarium.

815

Bab 20

JENIS KELAMIN FENOTIPE


Jenis kelamin fenotipe, jenis kelamin anatomik yang terlihat
pada individu, bergantung pada jenis kelamin gonad yang

telah ditentukan secara genetis. Istilah diferensiasi seksual


merujuk kepada perkembangan genitalia eksterna dan saluran reproduksi mudigah mengikuti garis pria atau wanita.
Seperti gonad yang belum berdiferensiasi, mudigah dari
kedua jenis kelamin memiliki pot.tr.i untuk berkembang
membentuk genitalia eksterna dan saluran reproduksi pria
atau wanita. Diferensiasi menjadi sistem reproduksi tipe pria
diinduksi oleh androgen, yaitu hormon maskulinisasi yang
disekresikan oleh testis yang sedang terbentuk. Testosteron
adalah androgen yang paling poten. Tidak adanya hormon
testis ini pada janin wanita menyebabkan terbentuknya sistem reproduksi tipe wanita. Pada minggu ke-10 sampai 12
gestasi, jenis kelamin dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan penampilan anatomik genitalia eksterna.

DIFERENSIASI SEKSUAL GENITALIA EKSTERNA


Genitalia eksterna pria dan wanita berkembang dari jaringan
mudigah yang sama. Pada kedua jenis kelamin, genitalia
eksterna yang belum berdiferensiasi terdiri dari tuberhulum
genital, sepasang lipatan uretra (urethral fold) yang mengelilingi satu alur uretra, dan, di sebelah lateral, tonjohn genital
(la b i o s k ro tum; ge n ita I s w e I li ng) (Gambar 2 0- 5 ). Tuberkulum
genital menghasilkan jaringan erotik yang sangat peka-pada
pria glans penis (topi di ujung distal penis) dan pada wanita
klitoris. Perbedaan utama antara glans penis dan klitoris adalah ukuran klitoris yang lebih kecil dan penetrasi glans penis
oleh lubang uretra. lJretra adalah saluran tempat mengalirnya
urin dari kandung kemih keluar dan juga berfungsi sebagai
saluran untuk mengeluarkan semen melalui penis ke lingkungan luar. Pada pria, lipatan uretra menyatu mengelilingi
alur uretra untuk membentuk penis, yang mengelilingi

uretra. Tonjolan genital juga menyatu untuk membentuk


skrotum dan prepusium, suatu lipatan kulit yang meluas di
atas ujung penis dan sedikit banyak menutupi glans penis.
Pada wanita, Iipatan uretra dan tonjolan genital tidak menyatu di garis tengah tetapi masing-masing malah berkembang men.jadi labia minora dan labia minora. Alur uretra
tetap terbuka, memberi akses ke interior melalui lubang
uretra dan lubang vagina.

DIFERENSIASI SEKSUAL SALURAN REPRODUKSI

Meskipun genitalia eksterna pria dan wanita berkembang


dari jaringan mudigah yang sama, namun hal ini tidak berlaku untuk saluran reproduksi. Di semua mudigah terdapat
dua sistem duktus primitif-duktus \Wolffii dan duktus
Miilleri. Pada pria, saluran reproduksi berkembang dari
duktus Wolffii dan duktus Miilleri berdegenerasi, sementara
pada wanita duktus MiiLlleri berdiferensiasi menjadi saluran
reproduksi sedangkan duktus Wolffii mengalami regresi
(Gambar 20-6). Karena kedua sistem duktus terdapat sebelum terjadi diferensiasi seksual maka mudigah pada tahap
dini memiliki potensi untuk membentuk saluran reproduksi
pria atau wanita.

Ovum dengan kromosom seks X

Wanita

Sperma dengan kromosom seksY

Mudigah dengan kromosom seks XY

I
Sex-determining region kromosom Y
(SRY) merangsang pembentukan
antigen H-Y di membran plasma
gonad yang belum berdiferensiasi

Tidak ada krorncsom,Y sehingg.,ffi


ada SRY dan tidak ada,atttigea H!V:.1:'

I
Antigen H-Y mengarahkan
diferensiasi gonad menjadi testis

I
Testis mengeluarkan testo$teron
dan Mullerian-inhibiting factor

,---) t--Testosteron

Miillerian-inhibiting factor

Diubah
menjadi
Degenerasi
duktus Miilleri

Dihidrotestosieron

Mendorong perkembangan
genitalia eksterna mengikuti
garis pria (mis. penis,
skrotum)

Lrfinlffifir

Degenerasi
duktus Wolffii

Mengubah duktus Wolfiii


menjadi saluran reproduksi
pria {mis. epididimis, duktus
deferens, duktus ejakulatorius, vesikula seminalis)

dLP-4

Diferensiasi seksual

Pembentukan saluran reproduksi mengikuti garis pria atau

wanita ditentukan oleh ada tidaknya dua hormon yang dikeluarkan oleh testis janin-testosteron dan M,illlerian-inhibiting
facror (Gambar 20-4). Suatu hormon yang dikeluarkan oleh

korion manusia (human chorionic gonadotropin), merupakan perangsang bagi sekresi resris dini ini. Tesplasenta, gonadotropin

tosteron memicu pembentukan duktus tVolffii menjadi saluran


reproduksi pria (epididimis, duktus deferens, dan vesikula seminalis). Hormon ini, setelah diubah menjadi dihidrotestosteron

(DHT), juga berperan

menyebabkan diferensiasi genitalia eks-

ternal menjadi penis dan skrotum. Semenrara itu, M'illlerianinhib iting factor menyebabkan regresi duktus

Mtilleri.

Tanpa adanya resrosreron dan M,iillerian-inhibiting


factor padawanita, duktus Wolffii mengalami regresi sedangkan duktus Miilleri berkembang menjadi saluran reproduksi
wanita (tuba uterina, uterus, dan bagian atas vagina), dan genitalia eksterna berdiferensiasi menjadi klitoris dan labia.
Perhatikan bahwa jaringan reproduksi mudigah yang
belum berdiferensiasi secara pasif berkembang menjadi
struktur wanita kecuali jika secara aktif mendapat pengaruh

Sistem Reproduksi 8'lV

Genitalia yang belum

berdiferensiasi
Pada

{--t
tl

u:r
l.-;;=j
t:

Tuberkulum genital
Lipatan uretra
Tonjolan genital (geniial swelling)
Lubang anus

Tuberkulum genital
Lipatan uretra

Lt
1.1

Tonjolan genital

Genitalia
pria

Genitalia

wanita

Pada minggu ke-10

Pada minggu ke-10

Penis yang sedang


terbentuk
Lipatan uretra
(sebagian menyatu)

Klitoris yang
sedang terbentuk
Lipatan uretra

Tonjolan
genital (skrotum)
Tonjolan genital
(labia)

Lubang uretra
Glans penis

Menjelang aterm

Prepusium
Klitoris

Batang penis

Labia minora

Skrotum

Lubang uretra

Vagina
Labia mayora
Anus

Gambar 20-5
Diferensiasi seksual genitalia eksterna

dari faktor-faktor maskulinisasi. Tanpa adanya hormon testis

pria, akan terbentuk saluran reproduksi dan genitalia

eks-

terna wanita tanpa bergantung pada jenis kelamin generik


individu yang bersangkutan. Untuk feminisasi jaringan genitalia janin, ovarium bahkan tidak dibutuhkan keberadaannya. Pola kontrol untuk menentukan diferensiasi seksual
semacam ini adalah tepat karena janin dari kedua jenis kelamin terpajan ke hormon-hormon seks wanita dalam konsentrasi tinggi sepanjang kehamilan. Jika hormon seks wanita
mempengaruhi perkembangan saluran reproduksi dan genitalia eksterna maka semuajanin akan mengalami feminisasi.

KESALAHAN DALAM DIFERENSIASI SEKSUAL

818

Bab 20

Jika testis pada seorang pria genetik gagal berdiferensiasi


dengan benar dan mengeluarkan hormon maka akibatnya

adalah pembentukan genitalia wanita pada pria generik


yang, tentu saja, akan steril. Demikian juga, pria genetik
yang sel-sel sasarannya tidak memiliki reseptor unruk testosteron akan mengalami feminisasi, meskipun testis mereka
mengeluarkan tesrosreron dalam jumlah memadai (lihat h.
7

CATAIAN KLINIS. Jenis kelamin genetik dan jenis kelamin fenotipe biasanya sesuai; yaitu, pria genetik

anatomis akan tampak sebagai pria dan berfungsi sebagai


pria, dan hal yang sama juga berlaku untuk wanita. Namun,
kadang-kadang terjadi ketidakcocokan anrara jenis kelamin
genetik dan anatomik akibat kesalahan dalam diferensiasi
seksual, seperti yang digambarkan oleh contoh berikut:

secara

30, sindrom feminisasi testis).

Karena testosreron bekerja pada duktus -Wolfii untuk


mengubah saluran ini menjadi saluran reproduksi pria se-

masalah. Karena itu, setiap masalah dalam diferensiasi seks

perlu didiagnosis sejak masa bayi. Jika jenis kelamin telah


ditetapkan maka hal tersebut dapat diperkuat, jika diperlukan, dengan terapi bedah dan hormon sehingga perkembangan psikoseksual dapat berlangsung senormal mungkin.
Kasus-kasus diferensiasi seks yang lebih ringan sering
muncul sebagai masalah sterilitas.

Duktus Miilleri
Duktus Wolffii

Sistem reproduksi yang


belum berdiferensiasi
Duktus Wolffii

mengalami

Sffi*.
degenerasi #'

Fimbria

"1i@
fu

FISIOLOGI REPRODUKSI PRIA

Duktus Miilleri
mengalami
degenerasi

Epididimis

Qo*r,"r"Q
Tuba uterina

(tuba Fallopii)

Vesikula

seminalis

Duktus Wolffi; berdiferensiasi


menjadi saluran reproduksi pria
Duktus Miilleri
(diperlihatkan sebelum testis
berdiferensiasi menjadi
turun ke dalam skrotum)
saluran reproduksi wanita

Gambar 20-6
Diferensiasi seksual saluran reproduksi

mentara turunan testosteron DHT berperan untuk maskulinisasi genitalia eksterna, maka defisiensi genetik enzim yang

mengubah testosteron menjadi DHT menghasilkan pria


genetik dengan testis dan saluran reproduksi pria tetapi

Pada mudigah, testis berkembang dari gonadal ridge yang


terletak di bagian belakang rongga abdomen. Dalam bulanbulan terakhir kehidupan janin, testis mulai turun secara perlahan, menelusuri rongga abdomen melalui kanalis inguinalis ke dalam skrotum, satu restis jatuh ke masing-masing
kantung skrotum. Testosteron dari testis janin memicu turunnya testis ke dalam skrotum.
Setelah tesris rurun ke dalam skrotum, lubang di dinding abdomen rempar kanalis inguinalis lewat menutup erat
di sekitar duktus penyalur sperma dan pembuluh darah yang
berjalan dari masing-masing testis ke dalam rongga abdor.nen.
Penutupan tak sempurna atau ruptur lubang ini memungkinkan visera abdomen keluar, menimbulkan hernia inguinalis.

Meskipun waktunya agak bervariasi namun penurunan testis biasanya selesai pada bulan ketujuh gestasi.
Karena itu, penurunan sudah selesai pada 98olo bayi lakilaki aterm.
CATAIAN KLINIS. Namun, pada sebagian bayi lakilaki prematur testis masih berada di dalam kanalis inguinalis saat lahir. Pada kebanyakan kasus testis yang tertahan,
penurunan terjadi secara aiami sebelum pubertas atau dapat
dirangsang dengan pemberian resrosteron. Meskipun jarang, testis dapat tetap tidak turun hingga masa dewasa,
suatu keadaan yang disebut kriptorkidismus ("testis tersembunyi").

dengan geniralia eksterna wanita.


I Kelenjar adrenal dalam keadaan normal mengeluarkan

suatu androgen lemah, dehidroepiandrosteron, dalam jum-

lah yang tidak memadai untuk memaskulinisasi wanita.


Namun, sekresi patologis hormon ini yang berlebihan
pada janin yang secara genetis wanita selama tahap kritis
perkembangan menyebabkan diferensiasi menuju saluran
reproduksi dan genitalia pria (lihat sindrom adrenogenital,

h.769).
Kadang-kadang ketidakcocokan antara jenis kelamin
genetik dan jenis kelamin yang tampak ini belum diketahui

hingga pubertas, saat penemuan tersebur menimbulkan


krisis identitas jender yang secara psikologis traumarik.
Sebagai contoh, seorang wanita generik dengan ovarium
yang mengalami maskulinisasi tetapi dengan genitalia eksterna tipe pria mungkin dibesarkan sebagai anak laki-laki
sampai pubertas, ketika pembesaran payudara (akibat sekresi
estrogen oleh ovarium yang mulai bangkit) dan tidak ada-

nya pertumbuhan janggut (karena tidak adanya

sekresi

testosteron karena tesris ridak ada) mengisyaratkan adanya

I Lingkungan yang lebih dingin pada skrotum


merupakan lokasi testis yang esensial bagi
spermatogenesis.
Suhu rerata di dalam skrotum beberapa derajat Celcius lebih
rendah daripada suhu tubuh (inti) normal. Penurunan restis
ke dalam lingkungan yang lebih dingin ini adalah hal esensial
karena spermatogenesis bersifat peka suhu dan tidak dapat
terjadi pada suhu tubuh. Karena itu, pengidap kriptorkidismus ddak dapat menghasilkan sperma hidup.
Posisi skrotum dalam kaitannya dengan rongga abdomen dapat diubah-ubah oleh mekanisme refleks spinal yang
berperan penting dalam mengatur suhu testis. Kontraksi refleks otot-otot skrotum pada pajanan ke lingkungan dingin
mengangkat kantung skrorum agar restis menjadi lebih dekat
ke abdomen yang hangat. Sebaliknya, relaksasi otot pada
pajanan ke panas menyebabkan kantung skrotum menjadi
lebih jauh dari tubuh yang bersuhu inti lebih tinggi.

Sistem Reproduksi 819

I Sel Leydig testis mengeluarkan

hormon

maskulinisasi testosteron.
Testis memiliki fungsi ganda yaitu menghasilkan sperma dan
mengeluarkan testosteron. Sekitar 80% dari massa testis terdiri

dari tubulus seminiferus yang berkelok-kelok dan menjadi


tempat berlangsungnya spermatogenesis. Sel-sel endoftrin yang

menghasilkan testosteron-sel Leydig atau sel interstisialterletak di jaringan ikat (jaringan interstisial) antara tubulustubulus seminiferus (Gambar 20-7b). Karena itu, bagianbagian testis yang menghasilkan sperma dan mengeluarkan
testosteron secara struktural dan fungsional terpisah.
Testosteron adalah suatu hormon steroid yang berasal

dari molekul prekursor kolesterol, demikian juga hormon


seks wanita, estrogen dan progesteron. Setelah diproduksi,
sebagian testosteron disekresikan ke dalam darah untuk di-

angkut, terutama daiam bentuk terikat ke protein plasma, ke


tempat kerjanya. Sebagian dari testosteron yang baru dibentuk mengalir ke lumen tubulus seminiferus, rempat hormon ini berperan penting dalam produksi sperma.
Sebagian besar, tetapi tidak semua, kerja testosteron
akhirnya berfungsi untuk menjamin penyaluran sperma kepada wanita. Efek testosteron dapat dikelompokkan menjadi
lima kategori: (1) efek pada sistem reproduksi sebelum lahir;
(2) efek pada jaringan spesifik seks setelah lahir; (3) efek
terkait reproduksi lainnya; (4) efek pada karakteristik seks
sekunder; dan (5) efek nonreproduksi (Thbel 20-1).
EFEK PADA SISTEM REPRODUKSI SEBELUM LAHIR
Sebelum lahir, sekresi testosteron oleh testis janin menyebabkan maskulinisasi saluran reproduksi dan genitalia eksterna serta mendorong turunnya testis ke dalam skrotum,
seperti telah dijelaskan. Setelah lahir, sekresi testosteron berhenti, dan testis serta sistem reproduksi lainnya tet?.p kecil
dan nonfungsional sampai pubertas.
EFEK PADA JARINGAN SPESIFIK SEKS SETELAH

LAHIR
Pubertas adalah periode kebangkitan dan pematangan sistem
reproduksi yang semula nonfungsional, serta memuncak pada kematangan seksual dan kemampuan bereproduksi. Masa
ini biasanya dimulai sekitar usia 10 sampai 14 tahun; secara

rerata, pubertas dimulai sekitar dua tahun lebih awal pada


wanita daripada pria. Pubertas, yang biasanya berlangsung
tiga sampai lima tahun, mencakup rangkaian kompleks
proses-proses endokrin,

fisik, dan perilaku. Masa remaja

adalah konsep yang lebih luas yang merujuk kepada keseluruhan periode transisi antara anak dan dewasa, bukan
sekedar pematangan seks.

Pada pubertas, sel-sei Leydig mulai mengeluarkan testosteron kembali. Testosteron berperan dalam pertumbuhan
dan pematangan keseluruhan sistem reproduksi pria. Di bawah pengaruh lonjakan sekresi testosteron selama pubertas,
testis membesar dan mulai menghasilkan sperma untuk pertama kalinya, kelenjar seks tambahan membesar dan menjadi
sekretorik, sementara penis dan skrotum membesar.

820

Bab 20

Sekresi testosteron yang terus-menerus adalah

ha1

esensial bagi spermatogenesis dan pemeliharaan saluran re,


produksi pria selama masa dewasa. Sekresi testosteron dan
spermatogenesis, sekali dimulai saat pubertas, akan berlanjut

seumur hidup. Namun, efisiensi testis secara bertahap turun


setelah usia 45 sampai 50 tahun meskipun pria pada usia 70an dan sesudahnya dapat terus menikmati kehidupan seks
aktif, dan sebagian bahkan menjadi ayah pada usia setua ini.
Penurunan gradual kadar testosteron dalam darah dan produksi sperma tidak disebabkan oleh penurunan stimulasi
testis tetapi mungkin karena perubahan degeneratifyang berkaitan dengan penuaan yang terjadi di pembuluh-pembuluh
darah testis. Penurunan bertahap ini sering disebut "menopause pria" atau "andropause", meskipun proses ini tidak secara spesifik terprogram seperti halnya menopause wanita.
Istilah terkini yang lebih tepat untuk menggambarkan penurunan androgen pada pria adalah androgen deficiency in

agingmales (ADAM).

CATAIAN KLINIS. Setelah kastrasi (pengangkatan testis secara bedah) atau kegagalan testis akibat penyakit, organorgan seks lain mengalami penurunan ukuran dan fungsi.
EFEK TERKAIT REPRODUKSI LAINNYA
Testosteron mengarur perkembangan libido seks saar puber-

tas dan membantu memelihara dorongan seks pada pria


dewasa. Stimulasi perilaku ini oleh tesrosreron penring unruk
mempermudah penyaluran sperma kepada wanira. Pada manusia, libido juga dipengaruhi oleh banyak faktor emosional
dan sosial yang saiing berinteraksi. Jika libido telah terbentuk

llabel20-1
Efek Testosteron

Efek sebelum Lahir


Memaskulinisasi saluran reproduksi dan genitalia eksterna
Mendorong turunnya testis ke dalam skrotum
Efek pada Jaringan Spesifik Seks setelah Lahir
Mendorong pertumbuhan dan pematangan sistem
reproduksi saat pubertas
Penting bagi spermatogenesis
Memelihara saluran reproduksi sepanjang masa dewasa
Efek Terkait Reproduksi Lainnya

Membentuk dorongan seks saat pubertas


Mengontrol sekresi hormon gonadotropin
Efek pada Karakteristik Seks Sekunder
Memicu pola pertumbuhan rambut pria (mis. janggut)
Menyebabkan suara lebih berat karena menebalnya lipatan
pita suara
Mendorong pertumbuhan otot yang membentuk pola

tubuh pria
Efek nonreproduktif

Memiliki efek anabolik protein


Mendorong pertumbuhan tulang saat pubertas
Menutup lempeng epifisis setelah diubah menjadi estrogen
oleh aromatase

Mungkin memicu perilaku agresif

Epididimis

Duktus
deferens

Sitoplasma
sel Sertoli

Spermatozoa
Ekor spermatozoa

{3

c
l

Jp
i[T o
ile: a
$F.

s=
i.4. ri
s#9

"$.!

w6
lestis
(a)

Berbagai tahap
pembentukan sperma

Sel Leydig

(b)

.,i

'
Tubulus seminiferus

,i:ii-j

Lumen

'i

tubulus
seminiferus

Ekor spermatozoa

Spermatozoa

b
6

J
o
o
c
L

Sel Sertoli

c
o
o
a

Spermatid

a- .;

Spermatosit
sekunder

.ti

+e
t[i

Spermatosit
primer

t0a

aP
OI

Taut erat
Berbagai tahap
pembentukan sperma

Sel Leydig

(c)

Spermatogonium

(d)

Anatomi testis yang menggambarkan tempat spermatogenesis. (a) Potongan longitudinal testis yang memperlihatkan lokasi
dan susunan tubulus seminiferus, bagian testis penghasil sperma. (b) Foto mikroskop cahaya potongan melintang sebuah
tubulus seminiferus. 5el-sel germinativum yang belum berdiferensiasi (spermatogonia) terletak di perifer tubulus, dan
spermatozoa yang telah berdiferensiasi berada di lumen, dengan berbagai tahap pembentukan sperma terletak di antaranya.
(c) Foto mikroskop elektron memperlihatkan potongan melintang sebuah tubulus seminiferus. (d) Hubungan sel Sertoli dengan
sel sperma yang sedang terbentuk.

maka testosteron tidak lagi diperlukan secara mutlak untuk


mempertahankanya. Pria yang telah dikastrasi sering tetap
aktifsecara seksual tetapi dengan derajat yang lebih rendah.
Pada fungsi terkait reproduksi lainnya, testosteron ikut

serta dalam kontrol umpan balik negatif normal sekresi


hormon gonadotropin oleh hipofisis anteriot suatu topik
yang akan dibahas lebih dalam kemudian.

EFEK PADA KARAKTERISTIK SEKS SEKUNDER

Pembentukan dan pemeliharaan semua karakteristik

seks

sekunder pada pria bergantung pada testosteron. Karakteris-

tik pria nonreproduktifyang dipicu oleh resrosteron ini

ada-

lah (1) pertumbuhan rambut berpola pria (misalnya, rambut


dada dan janggut dan, pada pria dengan predisposisi genetik,

- :r.r

l:

:;

l-.i

{i:!i"5i

'r,2

il

kebotakan); (2) suara berat akibat membesarnya laring dan


menebalnya lipatan pita suara; (3) kulit tebal; dan (4) konfigurasi tubuh pria (misalnya, bahu lebar serta otot lengan

dan tungkai besar) akibat pengendapan protein. Pria yang


dikastrasi sebelum pubertas (seorang kasim) tidak mengalami
pematangan seksual dan tidak membentuk karakteristik seks
sekunder.

EFEK NONREPRODUKTIF
Testosteron memiliki beberapa efek penting yang tidak berkaitan dengan reproduksi. Hormon ini memiliki efek anabolik (sintesis) protein umum dan mendorong pertumbuhan

tulang, yang berperan menghasilkan fisik lebih berotot dan


lonjakan pertumbuhan masa pubertas. Yang ironis, testosteron tidak saja merangsang pertumbuhan tulang tetapi akhirnya mencegah pertumbuhan lebih lanjut dengan menurup
ujung-ujung tulang panjang yang sedang tumbuh (yaitu,
osifikasi, atau "penutupan' lempeng epifisis; lihat h. 742).
Testosteron juga merangsang sekresi minyak oleh kelenjar
sebasea. Efek ini paling nyata selama lonjakan sekresi testosteron masa remqa sehingga pria muda rentan mengalami
akne.
Pada hewan, testosteron memicu perilaku agresif, tetapi

juga, selain hormon androgen lemah DHEA yang dihasilkan


oleh korteks adrenal pada kedua jenis kelamin, ovarium pada
wanita mengeluarkan sejumlah kecil testosieron yang fungsinya masih belum jelas).
Kini kita mengalihkan perhatian dari sekresi restosreron
ke fungsi lain restis-produksi sperma.

I Spermatogenesis menghasilkan

sperma yang
sangat khusus dan dapat bergerak dalam jumlah
besar.

Di dalam restis terkemas sekitar 250 m (800 kaki) tubulus


seminiferus penghasil sperma (Gambar 20-7a). Di tubulus

ini terdapat dua jenis sel yang secara fungsional penting:


sel germinativum, yang sebagian besar berada dalam
berbagai tahap pembentukan sperma, dan sel Sertoli, yang
memberi dukungan penting bagi spermatogenesis (Gambar 20-7b, c, dan d). Spermatogenesis adalah suaru proses
kompleks di mana sel germinativum primordial yang
relatif belum berdiferensiasi, spermatogonia (masingmasing mengandung komplemen diploid 46 kromosom),
berproliferasi dan diubah menjadi spermarozoa (sperma)
yang sangat khusus dan dapat bergerak, masing-masing

tidak diketahui apakah hormon ini mempengaruhi perilaku


manusia di luar perilaku seksual. Meskipun sebagian atlet

mengandung set haploid 23 kromosom yang terdistribusi

dan binaragawan yang memakai steroid androgenik anabolik


mirip testosteron untuk meningkatkan massa otot diamati
memperlihatkan perilaku yang lebih agresif (lihat h. 303),
masih belum jelas sampai seberapa jauh perbedaan perilaku
umum antara pria dan wanita dipicu oleh hormon atau hasil
dari pengaruh sosial.

Pemeriksaan mikroskopik tubulus seminiferus memperlihatkan lapisanJapisan sel germinativum dalam suaru progresi anatomik pembentukan sperma, dimulai dari yang
paling kurang berdiferensiasi di lapisan luar dan bergerak

PERUBAHAN TESTOSTERON MENJADI ESTROGEN

PADA PRIA
Meskipun testosteron secara klasik dianggap sebagai hormon
pria dan estrogen hormon seks wanita, namun perbedaan
sejelas seperti diduga semula. Selain sejumlah kecil
estrogen yang dihasilkan oleh korteks adrenal (lihath.767),
sebagian dari testosteron yang dikeluarkan oleh testis diubah
menjadi estrogen di luar testis oleh enzim aromatase, yang
tersebar luas. Karena perubahan ini, kadang-kadang sulit
dibedakan antara efek testosteron itu sendiri dan testosteron
yang berubah menjadi esrrogen di dalam sel. Sebagai contoh,
para ilmuwan baru-baru ini mempelajari bahwa penurupan
lempeng epifisis pada pria diinduksi bukan oleh restosteron
tetapi oleh resrosreron yang diubah menjadi estrogen oleh
aromatisasi. Estrogen juga diproduksi di jaringan lemak
kedua jenis kelamin. Reseptor esrrogen dapat ditemukan di
testis, prostat, tulang, dan bagian lain tubuh pria. Temuantemuan terakhir mengisyaratkan bahwa estrogen berperan
penting dalam kesehatan rbproduksi pria; misalnya, penring
dalam spermatogenesis dan, yang mengejutkan, ikut memberi kontribusi dalam heteroseksualitas pria. Estrogen juga
kemungkinan besar berperan dalam homeostasis tulang (lihat
h. 795). Kedalaman, luas, dan mekanisme kerja estrogen
pada pria baru akhir-akhir ini mulai diselidiki. (Demikian
seks

ini tidak

822

Bab 20

secara acak.

masuk melalui berbagai tahap pembelahan ke lunren, tempat


sperma yang telah berdiferensiasi siap untuk keluar dari testis

(Gambar 20-7b, c, dan d). Spermatogenesis memerlukan


waktu 64 hari untuk pembentukan dari spermatogonium
menjadi sperma matang. Setiap hari dapat dihasilkan beberapa ratus juta sperma matang. Spermatogenesis mencakup
tiga tahap utama: proliferasi mitotik, meiosis, dan pengemasan
(Gambar 20-8).

PROLIFERASI MITOTIK
Spermatogoniayang terletak di lapisan terluar tubulus terusmenerus bermitosis, dengan semua sel anak mengandung
komplemen lengkap 46 kromosom identik dengan sel induk.
Proliferasi ini menghasilkan pasokan sel germinativum baru
yang terus-menerus. Setelah pembelahan mitotik sebuah
spermatogonium, salah satu sel anak tetap di tepi luar tubulus sebagai spermatogonium tak berdiferensiasi sehingga turunan sel germinativum tetap terpelihara. Sel anak yang lain
mulai bergerak ke arah lumen sembari menjalani berbagai
tahap yang dibutuhkan untuk membentuk sperma, y^ng
kemudian akan dibebaskan ke dalam lumen. Pada manusia,
sel anak penghasil sperma membelah secara mirotis dua kali
lagi untuk menghasilkan empar spermatosit primer identik.
Setelah pembelahan mitotik terakhir, spermatosit primer masuk ke fase istirahat saar kromosom-kromosom terduplikasi
dan untai-untai rangkap rersebur terap menyatu sebagai
persiapan untuk pembelahan meiotik perrama.

MEtOSTS

PENGEMASAN

Selama meiosis, setiap spermatosit primer (dengan jumlah

Bahkan setelah meiosis, spermatid secara struktural masih

diploid 46 kromosom rangkap) membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing dengan jumlah haploid 23

mirip spermatogonia yang belum berdiferensiasi, kecuali

kromosom rangkap) selama pembelahan meiosis pertama,


akhirnya menghasiikan empat spermatid (masing-masing
dengan 23 kromosom tunggal) akibat pembelahan meiotik
kedua.

Setelah tahap spermatogenesis ini tidak terjadi pembelahan lebih lanjut. Setiap spermatid mengalami remodeling
menjadi spermatozoa. Karena setiap spermatogonium secara

mitotis menghasilkan empat spermatosit primer dan setiap


spermatosit primer secara meiotis menghasilkan empat spermatid (calon spermatozoa), maka rangkaian spermatogenik
pada manusia secara teoritis menghasilkan 16 spermatozoa
setiap kali spermatogonium memulai proses ini. Namun,
biasanya sebagian sel lenyap di berbagai tahap sehingga
efsiensi produksi jarang setinggi ini.

bahwa komplemen kromosomnya kini hanya separuh. Pembentukan spermatozoa yang sangat khusus dan bergerak dari

spermatid memerlukan proses remodeling, atau pengemasan


ekstensif elemen-elemen sel, suatu proses yang dikenal sebagai spermiogenesis. Sperma pada hakikatnya adalah sel
yang "ditelanjangi" di mana sebagian besi.r sitosol dan semua
organel yang tidak dibutuhkan untuk menyampaikan informasi genetik sperma ke ovum telah disingkirkan. Karena iru
sperma dapat bergerak cepar, hanya membawa serta sedikit
beban untuk melakukan pembuahan.
Spermatozoa memiliki empar bagian (Gambar 20-9):
kepala, akrosom, bagian tengah, dan ekor. Kepala rerurama
terdiri dari nukleus, yang mengandung informasi genetik
sperma. Akrosom, vesikel berisi enzimyangmenutupi ujung
kepala, digunakan sebagai "bor enzim" untuk menembus

Kromosom

Tahap

di setiap sel

mffiil

Spermatogonium

I
Satu sel anak tetap di batas

Proliferasi
mitotik

Satu sel anak bergerak ke arah


lumen untuk menghasilkan
spermatozoa

Pembelahan
meiotik pertama

'"-\

Meiosis

Spermatosit

sekunder
Pembelahan

meiotik reAua

@
-\

-\

@@ @@ @@
t
(

tunggal)

[;ffi;I
I

Spermatosit
primer

untai

untai

tunggal)

[;ffi;I
I

untai

ganda)

-\

@=@

AA AA AA AA

Ga;;t
I
untai

ganda)

,f

Spermatid

llll llrr Ilt lft


lllr

@
@@@@
@@@re @E@@@ @@@@ @@@@
I
I

[;ffiI
I

untai

tunggal)

'l

Pengemasan

PPPq @@@@ @@@@ @@@w ffiffiil


I
5511
ryryryry

Sp"rr.to.o" ffi

l)ll Ilr) )lll

untai

tunggal)

Gambar 20-8
Spermatogenesis

Sistem Reproduksi 823

ovum. Alrosom dibentuk oleh agregasi vesikel-vesikel yang


diproduksi oleh kompleks retikulum endoplasma/Golgi sebelum organel ini disingkirkan. Mobilitas spermatozoa dihasilkan oleh suatu ekor panjang mirip cambuk yang gerakannya dijalankan oleh energi yang dihasilkan oleh mitokondria
yang terkonsentrasi di b.gr* tengah sperma.
Sampai pematangannya lengkap, sel-sel germinativum
yang sedang berkembang dan berasal dari satu spermatosit
primer tetap dihubungkan oleh jembatan sitoplasma. Hubungan ini, yang terjadi karena pembelahan sitoplasma yang
tak sempurna, memungkinkan empat sperma yang sedang
terbentuk saling bertukar sitoplasma. Hubungan ini penting

karena kromosom X, tetapi bukan kromosom Y, mengandung gen-gen yang menyandi produk-produk sel yang esensial bagi pembentukan sperma. (Sementara kromosom X
besar mengandung beberapa ribu gen, kromosom Y yang kecil hanya memiliki beberapa lusin, dengan yang terpenting
adalah gen SRY dan gen-gen lain yang berperan penting
dalam fertilitas pria). Selama meiosis, separuh sperma menerima satu kromosom X dan separuh lainnya satu kromosom Y. Thnpa adanya hubungan sitoplasma tersebut sehingga
semua sel haploid mendapat produk-produk yang disandi
oleh kromosom X sampai pembentukan sperma selesai maka
sperma yang mengandung kromosom Y tidak dapat terbentuk dan bertahan hidup.

I Sepanjang perkembangannya,

sperma tetap
berhubungan erat dengan sel Sertoli.

Tirbulus seminiferus mengandung sel Sertoli selain spermatogonia dan sel-sel sperma yang sedang terbentuk. Sel Sertoli
terletak berjqar dan membentuk suatu cincin yang terbentang dari permukaan luar tubulus ke lumen. Setiap sel Sertoli
terbentang memenuhi seluruh jarak dari membran permukaan luar tubulus seminiferus hingga ke lumen yang berisi
cairan (Gambar 20-7b dan d). Sel-sel Sertoli yang berdekatan

l
LG

saling berhubungan melalui raut erat di titik yang berada


sedikit di bawah membran luar (lihat h. 66). Sperma yang
sedang terbentuk berada di antara sel-sel Sertoli, dengan
spermatogonia berada di perimeter luar tubulus, di luar taut
erat (Gambar 20-7b dan d). Selama spermatogenesis, sel-sel

E
I

p
o
o
o
(a)

Akrosom

t,/
I

Mikrotubulus

Mitokondria

,//

ruk "/

'1:."

/
Nukleus

i{e;,rl !a

kor

!*.1i9[ijfl

tng;ria

(b)

Membran plasma

sperma yang sedang terbentuk dan berasal dari aktivitas


mitotik spermatogonia berjalan menembus taut erat, yang
sesaat membuka untuk memberi jalan sei-sel tersebut,
kemudian bermigrasi ke arah lumen dalam hubungan yang
erat dengan sel-sel Sertoli sekitar sembari menjalani pembelahan lebih lanjut selama migrasi ini. Sitoplasma sel Sertoii
membungkus sel-sel sperma yang bermigrasi ini, yang tetap
terbenam di dalam sitoplasma sel Sertoli sepanjang pembentukannya. Pada setiap tahap pematangan spermatogenik,
sperma dan sel Sertoli saling berkomunikasi melalui pengikatan langsung antarsel dan melalui sekresi parakrin (lihat
h. 123). Terdapat suatu karbohidrat di membran permukaan
sperma yang memungkinkan sei ini berikatan dengan sel penunjang Sertoli.
Sel Sertoli melaksanakan fungsi-fungsi penting bagi
spermatogenesis sebagai berikut:

1.

Nukleus

Sentriol
(c)

{3ainr*ar

l3.S-S

Anatomi sepuah spermatozoa. (a) Foto mikroskop fase


kontras spermatozoa manusia. (b) Gambaran skematik sebuah
spermatozoa dalam pandangan "frontal". (c) Potongan
longitudinal bagian kepala spermatozoa dalam pandangan

"samping".

824 Bab20

Thut erar antara sel-sel Sertoli yang berdekatan membentuk


sawar darah-testis yang mencegah bahan-bahan di dalam
darah melewati celah antarsel untuk masuk ke lumen tu-

bulus seminiferus. Berkat sawar ini maka hanya molekul


tertentu yang dapat melewati sel Sertoli dan mencapai
cairan intratubulus. Karena itu, komposisi cairan intratubulus cukup berbeda dari komposisi darah. Komposisi
unik cairan yang membasahi sel-sel germinatimm ini
sangat penting b"gt tahap-tahap akhir pembentukan
sperma. Sawar darah-tesris juga mencegah sel penghasil
antibodi di CES mencapai pabrik sperma di tubulus ini
sehingga tidak terbentuk antibodi terhadap spermatozoa.

2.

Karena sel-sel sperma tidak memiliki akses langsung ke


nutrien-nutrien dalam darah maka sel Sertoli-lah yang

memberi mereka nutrien.


3.

Sel Sertoli memiliki fungsi fagositik yang pendng. Sel


ini menelan sitoplasma yang dikeluarkan dari spermatid
selama proses remodeling, dan menghancurkan sel ger-

minativum

catyang gagal menyelesaikan semua tahap

spermatogenesis.
4.

Sel Sertoli mengeluarkan cairan tubulus seminiferus

ke dalam lumen, yang "menggelonror" sperma dari


tubulus ke dalam epididimis untuk disimpan dan diproses lebih Ianjut.
5.

Salah satu komponen penting sekresi sel Sertoli adalah

protein pengikat androgen. Seperti yang diisyaratkan


oleh namanya, protein ini mengikat androgen (yaitu,
testosteron) sehingga kadar hormon ini di dalam lumen
tubulus seminiferus tetap tinggi..Konsentrasi testosreron
kali

di dalam cairan tubulus seminiferus adalah 100

dibandingkan konsentrasinya di darah. Konsentrasi


testosteron lokal yang tinggi ini esensial unruk mem-

6.

pertahankan produksi sperma. Protein pengikat androgen diperlukan untuk menahan restosteron dalam lumen, karena hormon steroid ini larut lemak dan dapat
dengan mudah berdifusi menembus membran plasma
dan meninggalkan lumen.
Sel Sertoli adalah tempat kerja untuk kontrol spermatogenesis oleh tes toster o n dan fo I li c le + timu lat i ng lt o rm o n e
(FSH). Sel Sertoli itu sendiri mengeluarkan hormon
lain, inhibin, yang bekerja secara umpan balik negatif
untuk mengatur sekresi FSH.

melalui dua jalan. Efek umpan balik negatif predominan


testosteron adalah mengurangi pelepasan GnRH dengan
bekerja pada hipotalamus sehingga secara tak langsung
mengurangi pengeluaran FSH dan LH oleh hipofisis anterior. Selain itu, testosteron bekerja secara langsung pada hipofisis anterior untuk menurunkan responsivitas sel sekretorik
LH terhadap GnRH. Efek yang terakhir ini menjelaskan
mengapa efek inhibisi restosteron terhadap sekresi LH lebih
besar daripada terhadap sekresi FSH.

Sinyal inhibisi dari testis yang secara spesifik ditujukan

untuk mengontrol sekresi FSH adalah hormon peptida


inhibin, yang dikeluarkan oleh sel Sertoli. Inhibin b&er|"
secara langsung pada

hipofisis anterior untuk menghambat


sekresi FSH. Inhibisi umpan balik FSH oleh produk sel
Sertoli ini merupakan hal yang sesuai karena FSH merangsang spermarogenesis dengan bekerja pada sel Sertoli.
PERAN TESTOSTERON DAN FSH DALAM
SPERMATOGENESIS

Baik testosteron maupun FSH berperan penting dalam


mengontrol spermarogenesis, masing-masing menimbulkan
efek dengan bekerja pada sei Sertoli. Testosteron esensial bagi

mitosis dan meiosis sel-sel germinativum sementara FSH


diperlukan l.nttk remodeling spermatid Konsenrrasi testos-

Hipotalamus

Gonadotropin-releasing hormone

.r-)

tr LH dan FSH dari hipofisis anterior mengontrol


sekresi testosteron dan spermatogenesis.
Testis dikontrol oleh dua hormon gonadotropik yang dikeluarkan oleh hipoffsis anrerior, luteinizing hormone (LH)
dan fo IIic le -stimu latin g b o rm o n e (F SH), yan g dinamai ber,
dasarkan fungsinya pada wanita (lihat h. 735).

=.

Hipofisis anterior
Sel penghasil FSH

Sel penghasil LH

KONTROL UMPAN BALIK FUNGSITESTIS

LH dan FSH bekerja pada komponen-komponen testis yang


berbeda (Gambar 20-10). LH bekerja pada sel Leydig (interstisial) untuk mengarur sekresi testosteron sehingga nama
alternatifnya pada pria adalah interstitial cell-stimulating hormone (ICSH). FSH bekerja pada tubulus seminiferus, khususnya sel Sertoli, untuk meningkatkan spermatogenesis.
(Tidak ada nama alrernatif untuk FSH pada pria). Sekresi
LH dan FSH dari hipofisis anterior dirangsang oleh satu
hormon hipotalamus, gonadonopin-releasing hormone
(GnRH) (lihat h. 73s).

Meskipun GnRH merangsang sekresi

LH dan

+tI

(^,-_]
tSett
I

Sertoli

Testis

l-<--

lLr
I

')
I

l+

FSH

namun konsentrasi kedua hormon gonadotropin ini dalam


darah tidak selalu paralel satu sama lain karena terdapat dua
faktor regulatorik lain di Iuar GnRH -testlstron dan inhibinmempengaruhi secara berbeda laju sekresi LH dan FSH.
Testosteron, produk stimulasi LH pada sei Leydig, bekerja
secara umpan balik negatif untuk menghambat sekresi LH

Gambar 2*-1ft
Kontrol fungsi testis

5i5tem Reproduksi 82S

ini terdiri dari (1) selang


(saluran
reproduksi) berkelok-kelok yang
atau tabung
mengangkut sperma dari testis keluar tubuh; (2) beberapa

teron iauh lebih tinggi di testis daripada di darah karena


cukup banyak dari hormon yang diproduksi lokal oleh sel
Sertoli ini ditahan di dalam cairan intratubulus dalam bentuk

wanita. Pada hakikatnya, bagian

kompleks dengan protein pengikat androgen yang dikeluarkan oleh sel Sertoli. Hanya dengan konsentrasi testosteron
testis yang tinggi ini produksi sperma dapat dipertahankan.

kelenjar seks tambahan, yang ikut membentuk sekresi yang


penting bagi daya hidup dan motilitas sperma; dan (3) penis,
yang dirancang untuk menembus dan meletakkan sperma di
dalam vagina wanita. Kita akan meneliti masing-masing
bagian ini secara lebih detil, dimulai dari saluran reproduksi.

Aktivitas gonadotropin-releasing hormone


meningkat pada pubertas.

KOMPONEN SALURAN REPRODUKSI PRIA

Meskipun testis janin mengeluarkan testosteron, yang meng-

Epifidimis yang berbentuk koma melekat secara longgar

arahkan pembentukan sistem reproduksi ke arah maskulin,


narnun setelah lahir testis menjadi dorman sampai pubertas.
Selama periode prapubertas, LH dan FSH tidak dikeluarkan
dalam kadar yang memadai untuk merangsang aktivitas testis. Grtundanya kemampuan reproduksi oleh periode prapubertas memberikan waktu bagi individu untuk mengalami
pematangan fisik (meskipun tidak selalu disertai pematangan
psikologis) agar dapat membesarkan anak. (Pematangan fisik
ini sangat penting pada wanita, yang tubuhnya harus menopang kehidupan janin).
Selama periode prapubertas, aktivitas GnRH terhambat.
Proses pubertas dipicu oleh peningkatan aktivitas GnRH antara usia 8 dan 12 tahun. Pada awal pubertas, sekresi GnRH
hanya berlangsung pada malam hari, menimbulkan peningkatan nokturnal singkat selresi LH dan, karenanya, sekresi
testosteron. Derajat sekresi GnRH secara bertahap meningkat
seiring dengan perkembangan pubertas hingga tercipta pola
sekresi GnRH, FSH, LH, dan testosteron dewasa. Di bawah
pengaruh kadar testosteron yang meningkat selama pubertas,
perubahan-perubahan ftsik yang mencakup karakteristik seks
sekunder dan pematangan reproduksi menjadi jelas.
Faktor-faktor yang berperan memicu pubertas pada manusia masih belum diketahui pasti. Gori yang banyak dianut
berfokus pada kemungkinan peran hormon melntonin, yang
dikeluarkan oleh kelenjar pineal di dalam otak (hhat h. 749).
Melatonin, yang sekresinya menurun selama pajanan ke cahaya
dan meningkat selama pajanan ke keadaan gelap, memiliki efek
antigonadotropik pada banyak spesies. Sinar yang mengenai
mata menghambat jalur-jalur saraf yang merangsang sekresi me-

latonin. Pada banyak spesies yang berkembang biak secara musiman, penurunan keseluruhan sekresi melatonin pada hari-hari
yang siangnya lebih lama daripada malamnya memicu musim
kawin. Sebagian peneliti menyatakan bahwa penurunan dalam
laju keseluruhan sekresi melatonin saat pubertas pada manusiaterutarna saat malam hari, ketika puncak-puncak sekresi GnRH
pertama kali terjadi-adalah pemicu dimulainya pubertas.
Dengan selesainya pembahasan tentang fungsi testis,
sekarang kita akan mengalihkan perhatian pada peran kom-

ponen-komponen lain sistem reproduksi pria.

I Saluran reproduksi

ke

permukaan belakang testis (Gambar 20-1, h. 813 dan 20-7a,


h. 821). Setelah diproduksi di tubulus seminiferus, sperma
disapu ke dalam epididimis akibat tekanan yang diciptakan
oleh sekresi terus-menerus cairan tubulus oleh sel Sertoli.
Duktus-duktus epididimis dari masing-masing testis menyatu untuk membentuk sebuah duktus besar, berdinding
tebal, dan berotot yang disebut duktus (vas) deferens.
Duktus deferens dari masing-masing testis berjalan ke atas
keluar dari kantung skrotum dan berjalan balik melalui
kanalis inguinalis ke dalam rongga abodmen, tempat duktus
tersebut akhirnya bermuara ke dalam uretra di leher kandung
kemih (Gambar 20-l). Uretra membawa sperma keluar penis
sewaktu ejakulasi, semburan kuat semen dari tubuh.

FUNGSI EPIDIDIMIS DAN DUKTUS DEFERENS


Kedua duktus

ini melakukan

beberapa fungsi penting. Epi-

didimis dan duktus deferens berfungsi sebagai jalan keluai


sperma dari testis. Sewaktu meninggalkan testis, sperma belum mampu bergerak atau membuahi. Sel ini memperoleh

kedua kemampuan tersebut sewaktu mengalir melalui epididimis. Proses pematangan ini dirangsang oleh testosteron
yang tertahan di dalam cairan tubulus dalam keadaan terikat
ke protein pengikat androgen. Kapasitas sperma untuk membuahi ovum semakin ditingkatkan oleh pajanan ke sekresi
saluran reproduksi wanita. Peningkatan kemampuan sperma
di saluran reproduksi pria dan wanita ini dikenal sebagai

kapasitasi. Para ilmuwan percay^balwa defensin, suatu protein yang dikeluarkan oleh epididimis yang menahan sperma
dari serangan mikroorganisme, mungkin berfungsi juga sebagai penguat motilitas sperma. Epididimis juga memekatkan sperma beberapa ratus kali dengan menyerap sebagian
besar cairan yang masuk dari tubulus seminiferus. Sperma
secara lambat didorong bergerak melewati epididimis ke
dalam duktus deferens oleh kontraksi ritmik otot polos di
dinding saluran-saluran ini.

Duktus deferens berfungsi sebagai tempat penting bagi


penyimpanan sperma. Karena sperma yang terkemas rapat relatif
inaktif dan karenanya keburuhan metaboliknya rendah, maka
sel ini dapat disimpan di duktus deferens selama berhari-hari
meskipun tidak mendapat pasokan nutrien dari darah dan
hanya diberi gula sederhana yang berasal dari selresi tubulus.

menyimpan dan memekatkan

sperma serta meningkatkan kesuburannya.

VASEKTOMI

Bagian dari sistem reproduksi pria lainnya (selain testis)

CATAIAN KLINIS.

dirancang untuk menyalurkan sperma ke saluran reproduksi

lisasi umum pada pria, satu segmen kecil dari kedua duktus

826

Bab 20

Pada

vasektomi, suatu prosedur steri-

deferens (alias vas deferens, sehingga muncul nama uasektomi) serelah keluar dari tesris retapi sebelum masuk ke kanalis
inguinalis diangkat secara bedah sehingga sperma dari testis

tidak dapat keluar. Sperma yang menumpuk di belakang


duktus yang telah dipotong dan diikat tersebut kemudian
disingkirkan dengan fagositosis. Meskipun menghambat
keluarnya sperma, prosedur ini tidak mengganggu aktivitas
testosteron karena sel Leydig mengeluarkan testosteron ke
dalam darah, bukan melalui duktus deferens. Karena itu,
maskulinitas atau libido yang dependen testosteron tidak
berkurang setelah vasektomi.

I Kelenjar seks tambahan

berperan membentuk

sebagian besar semen.


Beberapa kelenjar sefts tambahan-vesikula seminalis dan
prostat-mengalirkan isinya ke dalam sistem duktus sebelum
duktus menyatu dengan uretra (Gambar 20-1, h. S13). Sepasang uesikula seminalis yang berbentuk kantung mengalirkan isinya ke dalam bagian terakhir kedua duktus deferens,
satu di masing-masing sisi. Segmen pendek duktus yang
berjalan setelah titik masuk vesikula seminalis ke uretra diseblt duktus ejakulatorius. Prosrat adalah suatu kelenjar
tunggal besar yang mengelilingi secara lengkap duktus ejaku-

latorius dan uretra. Pada sejumlah pria, prostar membesar


pada usia pertengahan sampai usia lanjut. Sering terjadi kesulitan berkemih sewaktu prostat yang membesar menekan
bagian uretra yang berjalan menembus prosrar. Sepasang ke-

lenjar seks tambahan lainnya, helenjar bulbouretra, mengalirkan isinya ke dalam uretra setelah uretra melewati kelenjar

prostat dan tepat sebelum masuk ke penis.

Di sepanjang
uretra juga terdapat banyak keienjar penghasil mukus.
SEMEN
Sewaktu ejakulasi, kelenjar seks tambahan menghasilkan sekresi yang menunjang kelangsungan hidup sperma di dalam
saluran reproduksi wanira. Sekresi ini membentuk sebagian
besar dari semen (air mani), yaitu campuran sekresi kelenjar
seks tambahan, sperma, dan mukus. Sperma hanyalah sebagian kecil dari cairan ejakulat total.

FUNGSI KELENJAR SEKS TAMBAHAN PADA PRIA


Meskipun sekresi kelenjar seks tambahan tidak mutlak dibutuhkan untuk pembuahan namun sekresi tersebur sangar
mempermudah proses:

Vesikula seminalis (1) menghasilkan fruktosa, yang


berfungsi sebagai sumber energi primer untuk sperma; (2)
mengeluarkan prostaghndin, yang merangsang kontraksi
otot polos di saluran reproduksi pria dan wanira sehingga
transpor sperma dari tempat penyimpanannya di pria ke
tempar pembuahan di tuba uterina wanita lebih mudah; (3)
membentuk lebih dari separuh cairan semen, yang membantu membilas sperma ke dalam uretra serra melarutkan
massa kental sperma, memungkinkan sel ini bergerak; dan
(4) mengeluarkan fibrinogen, suatu prekursor fibrin, yang
membentuk anyaman bekuan (lihat h. 435).

I Kelenjar prostat (1) mengeluarkan cairan basa yang


menetralkan sekresi vagina yang asam, suatu fungsi penring
karena sperma lebih dapat hidup di lingkungan yang sedikii
basa; dan (2) menghasilkan enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen
dari vesikula seminalis untuk menghasilkan fibrin, yang
"membekukan" semen sehingga sperma yang diejakulasikan
tetap berada di saluran reproduksi wanita ketika penis dikeluarkan. Segera sesudahnya, bekuan ini diurailan oleh

fibrinolisin, suatu enzim pengurai fibrin dari prosrar sehingga sperma dapat bergerak bebas di dalam saluran reproduksi wanita.
I Selama rangsangan seksual, kelenjar bulbouretra
mengeluarkan bahan mirip mukus yang menghasilkan pelumas untuk hubungan seks.
Tabel20-2 meringkaskan lokasi dan fungsi komponen sistem
reproduksi pria.

Sebelum beralih ke tindakan penyaluran sperma ke


saluran reproduksi wanira (hubungan seks), kita akan secara
singkat membahas berbagai peran prostaglandin, yang pertama kali ditemukan di dalam semen tetapi banyak diiemukan di seluruh tubuh.

I Prostaglandin

adalah pembawa pesan kimiawi


yang bekerja lokal dan ditemukan di mana-mana.
Meskipun prostaglandin perrama kali diidentifikasi di da_
lam semen dan dipercayai berasal dari kelenjar prosrat (se.
hingga diberi nama demikian, meskipun sebenainya bahan
ini disekresikan ke dalam semen oleh vesikula seminalis),
produksi dan efek senyawa ini tidak terbatas di sistem reproduksi. Turunan asam lemak 20 karbon ini adalah salah
satu pembawa pesan kimiawi yang paling banyak ditemukan

di tubuh.

Prostaglandin dibentuk oleh hampir semua ja_

ringan dari asam arakidonat, suatu konstituen asam lemak


fosfolipid di membran plasma. Oleh rangsangan yang sesuai,
asam arakidonat dilepaskan dari membran plasma oleh suatu

enzim terikat membran dan kemudian diubah menjadi prostaglandin, yang bekerja secara parakrin di dalam atau sekitar

tempat produksinya (lihat h. 123). Setelah bekerja, prosra_


glandin cepat diinaktifkan oleh enzim-enzim lokal sebelum
bahan ini memperoleh akses ke darah; atau jika berhasil mencapai sistem sirkulasi maka akan cepat diuraikan saar pertama

kali melewati paru sehingga tidak tersebar melalui

sistem

arteri sistemik
Prostaglandin dinamai sesuai golongannya yang terdiri

dari tiga kelompok-PGA, PGE, dan pGF-berd"r"rk ., u"riasi struktural di cincin lima karbon yang terdapat di salah
satu ujungnya (Gambar 20-ll). Di dalam setiap kelompok,
prostaglandin diidentifikasi lebih lanjut oleh jumlah ikatan
rlngkap yang terdapat di dua rantai samping yang menonjol
dari struktur cincin (misalnya, PGE, memiliki satu ikatan
rangkap dan PGE, memiliki dua ikatan rangkap).

Prostaglandin dan turunan-turunan asam arakidonat


lainnya yang terkait erat-yaitu, prosrasiklin, tromboksan,
dan leuhotrien-secata kolektif dinamai eikosanoid dan
merupakan salah satu senyawa yang paling aktif secara

Sistem Reproduksi 927

Tabel 20-2
Lokasi dan Fungsi Berbagai Komponen Sistem Reproduksi Pria

KOMPONEN

JUMLAH DAN LOKASI

FUhIGSI

Testis

Sepasang; terletak di dalam skrotum, suatu kantung terbungkus

Menghasilkan sperma
Men gel uarkan testosteron

Epididimis dan
Duktus Deferens

Vesikula
seminalis

kulit yang tergantung di sudut antara kedua tungkai


Sepasang; satu epididimis melekat ke bagian belakang masingmasing testis; satu duktus deferens berjalan dari masing-masing
epididimis naik dari kantung skrotum melalui kanalis inguinalis
dan bermuara ke dalam uretra di leher kandung kemih
Sepasang; keduanya bermuara ke dalam bagian terakhir duktus
deferens, satu di masing-masing sisi

Berfungsi sebagai rute keluar sperma


dari testis
Berfungsi sebagai tempat pematangan
sperma untuk motilitas dan kesuburan
Memekatkan dan menyimpan sperma
Menghasilkan f ruktosa untuk memberi
makan sperma yang diejakulasikan
Mengeluarkan prostaglandin yang
merangsang motilitas untuk membantu
transpor sperma di dalam saluran
reproduksi pria dan wanita
Membentuk sebagian besar semen
Menghasilkan prekursor untuk
pembekuan semen
Mengeluarkan cairan basa yang
menetralkan sekresi vagina yang asam

Kelenjar prostat

Tunggal; mengelilingi secara lengkap uretra di leher kandung


kemih

Kelenjar

Sepasang; keduanya bermuara ke dalam uretra, satu di

Memicu pembekuan semen agar sperma

bulbouretra

masing-masing sisi, tepat sebelum uretra masuk ke dalam penis

tetap berada di dalam vagina ketika


penis dikeluarkan

Mengeluarkan mukus untuk pelumas

Nama huruf
(PGA, PGE, PGF)
menunjukkan variasi
struktural di cincin
lima karbon

Gambar 20-t

Nama angka
(mis. PGE,, PGEr)
menunjukkan jumlah ikatan
rangkap yang terdapat di
dua rantai samping

Struktur dan tata nama prostaglandin.

biologis yang diketahui. Prostaglandin memiliki beragam


efek. Variasi kecil dalam struktur prostaglandin menyebabkan perbedaan besar dalam efek biologis dan molekul
prostaglandin yang sama bahkan dapat menimbulkan efek
berbeda di jaringan yang berbeda. Selain meningkatkan
transpor sperma di dalam semen, pembawa pesan kimiawi
ini diketahui atau dicurigai memiliki efek lain pada saIuran reproduksi wanita serta pada sistem pernapasan,
kemih, cerna, saraf, dan endokrin, selain mempengaruhi
agregasi trombosit, metabolisme lemak, dan peradangan
(Tabel 20-3).
CATAIAN KLINIS. Dengan semakin diketahuinya
beragam efek prostaglandin, terbuka kesempatan dikembangkannya beragam cara baru untuk memanipulasi senyawa ini untuk kepentingan pengobatan. Contoh klasik
adalah pemakaian aspirin, yang menghambat pengubahan
asam arakidonat menjadi prostaglandin, untuk mengurangi

828

Bab 20

demam dan meredakan nyeri. Efek prostaglandin juga dihambat secara terapetik pada pengobatan sindrom prahaid
dan kram haid. Selain itu, prostaglandin-prostagiandin spesifik digunakan secara medis dalam beragam situasi misalnya menginduksi persalinan, mengobati asma, dan mengatasi tukak lambung.
Selanjutnya, sebelum kita membahas secara rinci sistem
reproduksi wanita, kita akan meneliti car^-c ra pria dan
wanita bersatu untuk melakukan reproduksi.

h{UffiU${ffiAru 5ffiK5 &NTAF.AA PffiEA


mAhl WAf\Ef;T&
pria dan wanita untuk melaksanakan reproduksi pada manusia mengharuskan penyaluran semen yang mengandung sperma ke dalam vagina
Pada akhirnya, penyatuan gamet

wanita melalui suatu tindakan seks, yang juga dikenal


bagai hubungan seks, koitus, atau kopulasi.

fl Tindakan seks pria ditamdai oleh erelcsf


ejakulasi.

se-

dap']

Tindakan seks pria melibatkan dua komponen: (1) ereksi,


atau mengerasnya penis yang normalnya lunak agar penis

dapat masuk ke dalam vagina, dan (2) ejakulasi, atau


penyemprotan kuat semen ke dalam uretra dan keluar dari
penis (Tabel 20-4). Selain komponen-komponen yang berkaitan erat dengan reproduksi ini, siklus respons selis mencakup respons fisiologik yang lebih luas yang dapat dibagi
menf adi empat fase:

dibentuk oleh tiga koiom rongga-rongga vaskular mirip

Tabel 20-3

spons yang terdapat

Kerja Prostaglandin

TUBUH

Sistem

Reproduksi

KERJA PROSTAGLANDIN

rongga vaskular ini berkonstriksi. Akibatnya penis tetap kecil

Meningkatkan transpor sperma oleh


kerja otot polos di saluran reproduksi
pria dan wanita

"rt..iol-arteriol
jaringan erektil
terisi oleh darah
sehingga penis bertambah panjang dan besar serta menjadi

Berperan dalam ovulasi


Berperan penting dalam haid
lkut serta mempersiapkan bagian
maternal plasenta

kaku. Vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan erektil

Berperan dalam persalinan


Sebagian berperan dalam
bronkodilatasi, yang lain dalam

Sistenn

Pernapasan

bron koko nstri ksi


Sistem Kernih

5istem
Pencernaan

Sistem Saraf

Meningkatkan aliran darah ginjal


Meningkatkan ekskresi air dan garam
Menghambat sekresi HCI oleh lambung
Merangsang motilitas usus
Mempengaruhi pelepasan dan kerja
neurotransm iter
Bekerja sebaga i "termostat,,
hipotalamus untuk meningkatkan suhu

tubuh
Meningkatkan sensasi nyeri
SistemEndokrin Meningkatkansekresikortisol
Mempengaruhi kepekaan jaringan
terhadap hormon
SistemSirkulasi Mempengaruhiagregasitrombosit
Metabolisme Lemak

Menghambat penguraian lemak


Mendorong banyak aspek peradangan,
termasuk timbulnya demam

Sistem

Pertahanan

1.

Fase eksitasi

yang mencakup ereksi dan meningkatnya

perasaan seksual.

2.

Fase

di sepanjang organ ini(Gambar 20-1, h.


3). Tanpa rangsangan seks, jaringan erektil hanya mengan-

dung sedikit darah karena arteriol yang mendarahi rongga-

AKTIVITAS
SISTEIVI

plato yang ditandai oleh intensifikasi

dan lunak. Selama rangsangan

..kr,

ini

secara refleks melebar dan

penis tertekan secara mekanis oleh pembengkakan dan ekspansi rongga-rongga vaskular ini sehingga aliran keluar vena
berkurang dan hal ini ikut berkontribusi dalam penumpukan

darah, atau uasokongesti. Respons vaskular lokal ini mengubah penis menjadi organ yang mengeras dan memanjang
yang mampu menembus vagina.

REFLEKS EREKSI
Refleks ereksi adalah suatu refleks spinal yang dipicu oleh
stimulasi mekanoreseptor yang sangat peka di glans penis,
yang menutupi ujung penis. Di medula spinalis bagian ba_

ini ditemukan. adanya pusat pembentuk


ereksi. Melalui pusat ini, stimulasi taktil pada glans akan
secara refleks mmicu peningkatan aktivitas vasodilatasi parasimpatis dan penurunan aktivitas vasokonstriksi simpatis
ke arteriol-arteriol penis. Akibatnya adalah vasodilatasi hebat
dan cepat arteriol-arteriol tersebut dan ereksi (Gambar 20wah baru-baru

12). Selama lengkung refleks spinal utuh maka ereksi tetap


dapat terjadi bahkan pada pria yang lumpuh akibat cedeia
medula spinalis yang lebih tinggi.
Vasodilatasi yang dipicu oleh aktivitas parasimpatis ini

adalah contoh utama kontrol parasimpatis langsung atas


diameter pembuluh darah di tubuh. Stimulasi parasimpatis
menyebabkan relaksasi otot polos arteriol penis oleh nitrat
oksida, yang menyebabkan vasodilatasi arteriol sebagai respons terhadap perubahan jaringan lokal di bagian lain tubuh
(lihat h. 382). Arteriol biasanya hanya disarafi oleh sistem
simpatis, dengan peningkatan aktivitas simpatis menyebab-

misalnya peningkatan kecepatan jantung, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot.

3.

kan vasokonstriksi dan penurunan aktivitas simpatis menyebabkan vasodilatasi (lihat h. 385). Stimulasi parasimpatis
dan inhibisi simpatis secara bersamaan pada arteriol penis
menyebabkan vasodilatasi yang lebih cepar dan kuat diban-

Fase orgasme yang mencakup ejakulasi serta respons lain


yang menjadi puncak eksitasi seksual dan secara kolektif

dingkan yang mungkin terjadi di arteriol lain yang hanya


mendapat persarafan simpatis. Melalui cara peningkaran ce-

4.

Fase resolusi,

dialami sebagai kenikmatan fisik yang intens.


yaitu kembalinya genitalia dan sistem tubuh ke keadaan sebelum rangsangan.

pat aliran darah ke dalam penis yang efisien ini, penis dapat
mengalami ereksi sempurna hanya dalam hitungan 5 sampai

respons

ini, ditambah

responsrespons yang lebih menyeluruh

Respons seks manusia adalah suatu pengalaman multikomponen yang, selain berbagai fenomena fisiologik di atas,

mencakup faktor emosi, psikologis, dan sosiologis. Kita


hanya akan membahas aspek fisiologik seks.

Ereksi terjadi karena vasokongesti


penis.

Erelai dicapai melalui pembengkakan

penis oleh darah.


Penis hampir seluruhnya terdiri dari jaringan erektil yang

10 detik. Pada saat yang sama, impuls parasimpatis men_


dorong sekresi mukus pelumas dari kelenjar bulbouretra dan
kelenjar uretra sebagai persiapan untuk koitus.
Berbagai riset terakhir memperlihatkan adanya banyak
daerah di otak yang dapat mempengaruhi respons seks pria.
Bagian-bagian di otak yang mempengaruhi ereksi ,"-p"Ly"

saling berkaitan erar dan berfungsi sebagai .u"tu k.s"tuan


untuk mempermudah atau menghambat refleks ereksi spinal
dasar, bergantung pada situasi sesaat. Salah saru contoh
fasilitasi, rangsangan psikis, misalnya melihat sesuaru yang
merangsang syahwat, dapat memicu ereksi meskipun tidak
terjadi stimulasi taktil sama sekali pada penis. Seb"liknya,

Sistem Reproduksi 829

Tabel 20-4
Komponen Tindakan Seks Pria

KOMPONEN

TINDAKAN SEKS

PRIA

Ereksi

DEFINISI

BAGAIMANA TERCAPAINYA

Mengerasnya penis yang dalam keadaan


normal lunak agar dapat masuk ke dalam
vagina

Pembengkakan jaringan erektil penis oleh darah akibat


vasodilatasi hebat arteriol-arteriol penis yang dipicu
oleh rangsang parasimpatis dan penekanan mekanis
vena

Ejakulasi
Fase emisi

Pengosongan sperma dan sekresi kelenjar


tambahan (semen) ke dalam uretra

seks
Fase ekspulsi

Ekspulsi kuat semen dari penis

Kontraksi otot polos di dinding duktus dan kelenjar


tambahan yang dipicu oleh rangsang simpatis

seks

Kontraksi otot rangka di pangkal penis yang dipicu

oleh neuron motorik

Saraf parasimpatis
ke kelenjar bulbouretra
dan uretra

Saraf parasimpatis
ke arteriol penis

Saraf simpatis
ke arteriol penis

[il-]
I
F;;;l

--

Arteriol penis melebar

Vena tertekan

Gambar 20-12
Refleks ereksi

kegagalan mengalami ereksi meskipun mendapat rangsangan


yang sesuai dapat disebabkan oleh inhibisi refleks ereksi oleh
pusat-pusat yang lebih tinggi di otak. Marilah kita bahas
disfungsi ereksi secara lebih detll.

DISFUNGSI EREKSI

CATAIAN KLINIS. Kegagalan mencapai atau memPertahankan ereksi yang sesuai untuk hubungan seksual-disfungsi erelsi atau impoterisi-dapat disebabkan oleh faktor
psikologik atau fisik. Mengalami kegagalan ereksi sesekali
bukan berarti impotensi, tetapi seorang pria yang terlalu
cemas tentang kemampuannya melakukan tindakan seks
mungkin akan benar-benar mengalaminya secara kronik.
Rasa cemas dapat menyebabkan disfungsi ereksi, yang semakin menambah tingkat kecemasan pria yang bersangkutan

830

Bab 20

sehingga masalah menjadi semakin parah. Impotensi juga


dapat ditimbulkan oleh keterbatasan fisik, termasuk kerusakan saraf, obat tertentu yang mengganggu fungsi otonom, dan gangguan aliran darah ke penis.
Disfungsi ereksi banyak dijumpai. Lebih dari 50o/o pria
berusia antara 40 dan 70 tahun sedikit banyak mengalami
impotensi, dan angka ini naik mendekati 70o/o pada usia 70
tahun. Karena itu, tidak mengherankan bahwa lebih banyak
resep dituliskan untuk obat terkenal sildenafil (Viagra) selama
tahun pertama obat tersebut dipasarkan setelah disetujui
pada tahun 1998 untuk mengobati disfungsi ereksi dibandingkan dengan semua obat baru dalam sejarah. Sildenafil
tidak menimbulkan ereksi tetapi obat ini memperkuat dan
memperlama respons ereksi yang dipicu oleh rangsangan
biasa. Inilah cara bagaimana obat tersebut bekerja. Nitrat
oksida yang dibebaskan sebagai respons terhadap stimulasi

Konsep, Tantangan, dan Kontroversi


"Estrogen" Lingkungan: Kabar Buruk Bagi Sistem Reproduksi
Tanpa diketahui. selama 50 tahun
terakhir kita manusia telah mengotori

lingkungan dengan bahan kimia


sintetik perusak endokrin sebagai efek
samping industrialisasi yang tak
disengaja. Polutan mirip hormon ini,
yang d isebut endocri ne disrupters,
berikatan dengan reseptor yang
normalnya disediakan untuk hormonhormon alami. Bahan-bahan ini dapat
menyerupai atau menghambat
aktivitas hormon, bergantung pada
bagaimana mereka berinteraksi
dengan reseptor. Sebagian besar
endocrine disrupter menimbulkan efek
feminisasi. Banyak dari kontaminan
lingkungan ini mirip dengan atau
mengubah kerja estrogen, hormon
steroid feminisasi yang diproduksi oleh
ovarium wanita. Meskipun belum
dipastikan namun penelitian di
laboratorium dan lapangan mengisyaratkan bahwa estrogen disrupters ini
mungkin berperan dalam beberapa
kecenderungan mencemaskan dalam
masalah kesehatan reproduksi,
misalnya turunnya hitung sperma pada
pria dan meningkatnya insidens kanker
payudara pada wanita.
Polutan estrogenik terdapat di
mana-mana. Bahan ini mencemari
makanan, air minum, dan udara kita.
Senyawa sintetik yang terbukti
menyebabkan feminisasi mencakup
(1) insektisida dan pembasmi gulma
tertentu, (2) produk penguraian

diperkirakan sudah terdapat 87.000


jenis bahan kimia sintetik. Para

terlalu kecil. Kelainan reproduksi


serupa juga dapat dijumpai pada

sama dengan saat sejumlah besar

polutan diperkenalkan ke dalam


lingkungan kita. lni adalah contoh
disfungsi reproduksi pria yang
mungkin secara tak langsung berkaitan
dengan pajanan ke estrogen disrupter

lingkungan:

Turunnya jumlah sperma. Hitung


sperma rerata turun dari 1 l3 juta/ml
semen pada tahun 1940 menjadi 66
juta/ml pada tahun 1990. Yang
memperparah keadaan, volume
satu kali ejakulat telah turun dari
3,4 ml menjadi 2,75 ml. Hal ini
berarti bahwa pria, secara rerata,
kini mengeluarkan kurang dari
separuh jumlah sperma
dibandingkan dengan 50 tahun
yang lalu-suatu penurunan dari
lebih 380 juta sperma menjadi
sekitar 180 juta sperma per ejakulat.
Selain itu, jumlah sperma motil juga
merosot. Yang utama, hitung
sperma selama periode yang sama
tidak turun di bagian-bagian dunia
yang tidak tercemar.
Meningkatnya insidens kanker testis
dan prostat. Kasus kanker testis

telah meningkat tiga kali sejak


tahun 1940, dan terus meningkat.
Kanker prostat juga meningkat
selama periode waktu tersebut.

deterjen tertentu, (3) produk sampingan bensin yang terdapat di asap


knalpot, (4) pengawet makanan umum
yang digunakan untuk mencegah
tengik, dan (5) pelembut yang
menyebabkan plastik lentur. Pelembut
plastik ini sering ditemukan dalam
kemasan makanan dan mudah
merembes ke dalam makanan yang
berkontak dengannya, terutama
sewaktu pemanasan. Bahan-bahan ini
juga dapat ditemukan merembes ke
dalam liur dari beberapa mainan
plastik untuk bayi. Mereka ditemukan
di banyak produk medis, misainya
kantung darah. Pelunak plastik adalah
salah satu pencemar lingkungan yang
paling banyak ditemukan.
Para peneliti baru mulai mengidentifikasi dan memahami dampak
terhadap kesehatan reproduksi
berbagai bahan kimia sintetik yang
telah menjadi bagian integral dalam
kehidupan modern. Di lihgkungan kita

hermafrodit (memiliki struktur


reproduksi jantan dan betina) dan
buaya jantan dengan penis yang

ilmuwan mencurigai bahwa bahan


kimia mirip estrogen yang terdapat di
antaranya mungkin mendasari
berbagai gangguan kesehatan
reproduksi yang telah meningkat sejak
50 tahun terakhir-periode waktu yang

Meningkatnya jumlah kelainan


bawaan saluran reproduksi pria.
lnsidens kriptorkidismus (testis yang
tidak turun) hampir meningkat dua
kali lipat dari tahun 1950-an ke
1970-an. Jumlah kasus hipospadia,
suatu malformasi penis, meningkat
lebih dari dua kali lipat antara
pertengahan tahun 1950-an dan
pertengahan tahun 1 990-an.
Hipospadia terjadi jika lipat uretra
gagal menutup sewaktu
perkembangan janin laki-laki.
Adanya bukti kelainan jender pada
hewan. Sebagian ikan dan populasi

hewan liaryang banyakterpajan ke


estrogen lingkungan-misalnya yang
hidup di atau dekat air yang
tercemar berat oleh bahan-bahan
kimia mirip hormon-memperlihatkan angka kecacatan sistem
reproduksi yang tinggi. Contohnya
adalah ikan jantan yang

mamalia darat- Diperkirakan


pajanan estrogen lingkungan yang
berlebihan menyebabkan populasi
hewan ini "terkebiri".

Menurunnya kelahiran bayi


Iaki-laki. Banyak negara melaporkan

penurunan ringan rasio bayi


laki-laki terhadap bayi perempuan
yang dilahirkan. Meskipun beberapa penjelasan coba diajukan
namun banyak peneliti mengaitkan
kecenderungan kelainan perkembangan janin laki-laki dengan
estrogen lingkungan. Dalam satu
bukti tak langsung yang meyakinkan, orang yang secara tidak
sengaja terpajan ke endocrinedisrupting agent dalam kadar tinggi
pada suatu kecelakaan industri
memiliki hanya anak perempuan
tanpa anak laki-laki, sementara
yang terpajan ke kadar rendah
memiliki rasio anak perempuan
terhadap anak laki-laki yang
normal.
Estrogen lingkungan juga diduga
berperan dalam peningkatan insidens
kanker payudara pada wanita. Saat ini
kanker payudara lebih prevalen 25%
sampai 30% dibandingkan dengan
pada

tahun 1940-an. Banyak faktor

risiko untuk kanker payudara yang


sudah dipastikan, misalnya mendapat
haid lebih dini dan mengalami
menopause belakangan, berkaitan
dengan peningkatan umur total
terpajan ke estrogen. Karena peningkatan pajanan ke estrogen alami
meningkatkan risiko kanker payudara
maka pajanan berkepanjangan ke
estrogen lingkungan dapat berperan
meningkatkan prevalensi keganasan
ini pada wanita (dan pria).
Selain esfrogen disrupter, para
ilmuwan baru-baru ini menemukan
suatu golongan baru bahan kimia
pengganggu-a nd rogen d isru pter y ang
menyerupai atau menekan efek
hormon pria. Sebagai contoh, studistudi mengisyaratkan bahwa bakteri
dalam air buangan dari pabrik pulp
dapat mengubah sterol dalam bubur
kayu pinus menjadi androgen.
5ebaliknya, senyawa antiandrogen
ditemukan dalam senyawa fungisida
yang sering disemprotkan ke berbagai

(berlanjut)

832

Bab 20

. Ovarium, sebagai organ reproduksi primer wanira, melakukan fungsi ganda menghasilkan ovum (oogenesis) dan
mengeluarkan hormon seks wanita, estrogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini bekerja sama untuk mendorong ferti-

lisasi ovum dan mempersiapkan sistem reproduksi wanita


untuk kehamilan. Estrogen pada wanita mengatur banyak
fungsi serupa dengan yang dilakukan oleh testosteron pada
pria, misalnya pematangan dan pemeliharaan keseluruhan
sistem reproduksi wanita dan membentuk karakteristik seks
sekunder wanita. Secara umum, kerja estrogen penting pada
proses-proses prakonsepsi. Estrogen penting bagi pematangan dan pembebasan ovum, pembentukan karakteristik fisik
yang menarik secara seksual bagi pria, dan transpor sperma
dari vagina ke tempat pembuahan di tuba uterina. Selain itu,
estrogen ikut berperan dalam perkembangan payudara dalam
antisipasi menyusui. Steroid ovarium lainnya, progesteron,
penting dalam mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk

memelihara mudigah/janin serta berperan dalam kemampuan payudara untuk menghasilkan susu.
Seperti pada pria, kemampuan reproduksi dimulai saat
pubertas pada wanita, tetapi tidak seperti pada pria, yang
memiliki potensi reproduksi seumur hidupnya, potensi reproduksi wanita terhenti selama usia pertengahan saat menopause.

Tahap-tahap gametogenesis sama di kedua jenis


kelamin, tetapi waktu dan hasil akhirnya sangat
berbeda.

Oogenesis sangat berbeda dari spermatogenesis dalam beberapa aspek penting, meskipun tahap-tahap identik replikasi
dan pembelahan kromosom berlangsung selama produksi
gamet pada kedua jenis kelamin. Sel germinativum primordial yang belum berdiferensiasi di ovarium janin, oogonia
(sebanding dengan spermatogonia), membelah secara mirotis
untuk menghasilkan 6 juta sampai 7 juta oogonia pada bulan
kelima gestasi, saat proliferasi mitotik terhenti.

PEMBENTUKAN OOSIT PRIMER DAN FOLIKEL


PRIMER
Selama bagian terakhir kehidupan janin, oogonia memulai
tahap-tahap awal pembelahan meiotik pertama tetapi tidak
menuntaskannya. Oogonia tersebut, yang kini dikenal sebagai oosit primer, mengandung jumlah diploid 46 kro-

mosom replikasi, yang dikumpulkan ke dalam pasanganpasangan homolog tetapi tidak memisah. Oosit primer tetap
berada dalam keadaan rneiotic anest ini selama bertahuntahun sampai sel ini dipersiapkan untuk ovulasi.
Sebelum lahir, setiap oosit primer dikelilingi oleh satu
lapisan sel granulosa. Bersama-sama, satu oosit dan sel-sel
granulosa di sekitarnya membentuk folikel primer. Oosit
yang tidak membentuk folikel kemudian mengalami kerusakan melalui proses apoptosis (lihat h. 132). Saat lahir
hanya sekitar 2 juta folikel primer yang tersisa, masingmasing mengandung satu oosit primer yang mampu menghasilkan satu ovum. Pandangan tradisional menyatakan bah-

834

Bab 20

wa tidak ada oosit atau folikel baru yang muncul setelah lahir,
folikel yang sudah ada di ovarium saat lahir berfungsi sebagai
reservoar yang men jadi asal bagi semua ovum sepanjang masa
subur wanita yang bersangkuran. Namun, para peneliti baru-

baru ini menemukan, paling tidak pada mencit, bahwa oosit


dan folikel baru dapat diproduksi setelah lahir dari sel punca
ovarium, yang sebelumnya tidak diketahui mampu menghasilkan sel germinativum primordial atau oogonia. Meskipun pada manusia mungkin terdapat sel punca penghasil
ovum namun cadangan folikel tersebut secara bertahap me-

nyusut akibat proses-proses yang "menghabiskan" folikel


yang berisi oosit.
Reservoar folikel primer tersebut perlahan menghasilkan folikel yang sedang berkembang secara terus-menerus.
Sekali terbentuk, folikel ditakdirkan mengalami satu dari
dua nasib: mencapai kematangan dan berovulasi, atau berdegenerasi untuk membentuk jaringan parut, suatu proses
yang dikenal sebagai atresia. Sampai masa pubertas, semua
folikel yang mulai berkembang mengalami atresia pada
tahap-tahap awal tanpa pernah berovulasi. Bahkan selama
beberapa tahun pertama pubertas, banyak dari siklus bersifat

anovulatorik (yaitu tanpa pembebasan ovum). Dari cadangan total folikel, hanya sekitar 400 akan matang dan
mengeluarkan ovum; 99,980/o tidak pernah berovulasi dan
mengalami atresia pada suatu tahap perkembangannya. Saat
menopause, yang rerata terjadi pada usia 5O-an awal, hanya
beberapa folikel primer yang tersisa yang tidak pernah berovulasi atau mengalami atresia. Sejak tahap ini, kapasitas
teproduksi wanita yang bersangkutan berhenti.
Potensial gamer yang terbatas pada wanita ini sangat
berbeda dari proses spermatogenesis pada pria yang terusmenerus dan berpotensi menghasilkan beberapa ratus juta

itu, dibandingkan dengan


spermatogenesis, pada oogenesis banyak terjadi pemborosan
kromosom, seperri yang akan kita lihat.
sperma dalam sehari. Selain

PEMBENTUKAN OOSIT SEKUNDER DAN FOLIKEL


SEKUNDER
Oosit primer di dalam folikel primer masih merupakan suatu
diploid yang mengandung46 kromosom ganda. Dari pubertas sampai menopause, sebagian dari kumpulan folikel ini
mulai berkembang menjadi folikel sekunder (antrum) secara
sik.lis. Belum diketahui mekanisme
yang menentukan
^pa
folikel mana dari reservoar tersebut akan
berkembang pada
suatu siklus. Pembentukan folikel sekunder ditandai oleh
pertumbuhan oosit primer dan oleh ekspansi serta diferensel

siasi lapisan-iapisan sel sekitar.

Oosit membesar sekitar seribu

kali lipat. Pembesaran oosit ini disebabkan oleh penimbunan


bahan sitoplasma yang akan dibutuhkan oleh mudigah.
Tepat sebelum ovulasi, oosit primer, yang nukleusnya
mengalami meiotic arrest (penghentian proses meiosis) selama
bertahun-tahun, menyelesaikan pembelahan meiotik pertamanya. Pembelahan ini menghasilkan dua sel anak, masingmasing menerima set haploid 23 kromosom ganda, analog
dengan pembentukan spermatosit sekunder (Gambar 20-13).

Namun, hampir semua sitoplasma retap berada di salah satu


sel anak, yang sekarang dinamai oosit sekunder dan di-

takdirkan untuk menjadi ovum. Kromosom sel anak yang


lain bersama dengan sedikit sitoplasmanya membentuk badan polar pertama. Dengan cara ini, calon ovum kehilangan
separuh kromosomnya untuk membentuk gamet haploid
tetapi mempertahankan sitoplasma yang kaya nutrien. Badan

kromosom ayah dari sperma yang masuk untuk menuntaskan pembuahan. Jika badan polar pertama belum berdegenerasi maka sel ini juga mengalami pembelahan meiotik
kedua pada saat yang sama ketika oosit sekunder yang di-

buahi membagi kromosomnya.

polar yang kekurangan sitoplasma tersebut segera mengalami


degenerasi.

PERBANDI NGAN LANG KAH-LANGKAH DALAM


OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS

PEMBENTUKAN OVUM MATANG


Sebenarnya oosit sekunderlah, bukan ovum marang, yang diovulasikan dan dibuahi, tetapi telah menjadi kebiasaan untuk
menyebut gamet wanita yang sedang terbentuk sebagai ouum
bahkan dalam stadium oosit primer dan sekunder. Masuknya
sperma ke dalam oosit sekunder dibutuhkan untuk memicu

pembelahan meiotik kedua. Oosit sekunder yang tidak dibuahi tidak pernah menyelesaikan pembelahan final ini.
Selama pembelahan ini, separuh set kromosom bersama
dengan sedikit sitoplasma dikeluarkan sebagai badan polar
kedua. Separuh set lainnya (23 kromosom tak berpasangan)
tetap tertinggal dalam
dinamai ovum ma^payangsekarang
tang. Dua puluh tiga kromosom ibu ini menyatu dengan 23

Tfiap-tahap yang terjadi dalam distribusi i<romosom selama


oogenesis analog dengan yang terjadi pada spermatogenesis,
kecuali bahwa distribusi sitoplasma dan rentang waktu penyelesaiannya sangar berbeda. Seperti halnya pembentukan
empat spermatid haploid oleh setiap spermatosit primer, setiap oosit primer (jika badan polar pertama tidak mengalami
degenerasi sebelum menuntaskan pembelahan meiotik ke-

duanya) juga menghasilkan empat sel anak haploid. Dalam


spermatogenesis, masing-masing sel anak berkembang menjadi spermatozoa moril yang sangar khusus dan tidak dibebani oleh sitoplasma dan organel yang tidak esensial serta
semata-mata bertugas memberikan separuh gen ke individu
baru. Namun, dalam oogenesis, dari keempat sel anak hanya

Stadium

Kromosom di
masing-masing sel

oosonia

46

Iumah diploid;
untai tunggal)

@@@@@@@@@@@@@@@@
Setelah pubertas, satu oosrt primer mencapai
kematangan dan diovulasrkan sekitar sekali
sebulan sampai terjadi menopause

_t
*1

ffi

Lw./

(Terhenti
pada pembelahan
meiotik
pertama)

oosit primer
yans diperbesar

46
(jumlah diploid;
untai ganda)

46
(jumlah diploid;
untai ganda)

(Pembelahan meiotik pertama selesai


tepat sebelum ovulasi)
Badan polar
pertama

Oosit
sekunder

23

(jumlah haploid;
untai ganda)

23 fiumlah haploid;
untai tunggal) dari
ovum plus
23 fiumlah haploid;
untai tunggal) dari
sperma untuk
menghasilkan ovum
diploid yang telah
dibuahi dengan
46 kromosom

Gambar 20-13
Oogenesis. Bandingkan dengan Gambar 20-8, h. 823, spermatogenesis.

Sistem Reproduksi 835

satu yang ditakdirkan menjadi or'um yang menerima sitoplasma. Distribusi sitoplasma yang ddak merata ini penting
karena ovum, selain menyumbang separuh gen, juga menyediakan semua komponen sitoplasma yang dibutuhkan untuk
menunjang perkemban$an awal ovum yang telah dibuahi.
Ovum yang besar dan relatif belum berdiferensiasi ini
mengandung banyak nutrien, organel, serta protein struktural dan enzimatik. Ketiga sel anak lainnya yang kekurangan

nyimpanan bahan oleh oosit primer untuk digunakan jika


dibuahi, terjadi perubahan-perubahan penting di sel-sel yang
mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel
telur dari ovarium (Gambar 20-l4a).

sitoplasma, atau badan polar, cepat berdegenerasi dan kromosomnya menjadi tersia-siakan.

Pertama, satu lapisan sel granulosa pada folikel primer berproliferasi untuk membentuk beberapa lapisan yang mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa ini mengeluarkan "kulit" kental
mirip gel yang membungkus oosit dan memisahkannya dari
sel granulosa sekitar. Membran penyekat ini dikenal sebagai
zona pelusida.

Perhatikan juga perbedaan besar dalam waktu untuk


menyelesaikan spermatogenesis dan oogenesis. Diperlukan
waktu sekitar dua bulan bagi spermatogonia untuk berkembang menjadi spermatozoa sempurna. Sebaliknya, perkembangan oogonia (terdapat sebelum lahir) menjadi ovum matang memerlukan wakru antara 11 tahun (permulaan ovulasi

pada awal pubenas) hingga 50 tahun (akhir omlasi pada


permulaan menopause). Panjang sebenarnya dari tahaptahap aktif meiosis pada pria dan wanita sama, tetapi pada
wanita sel telur mengalami penghentian meiotik untuk
waktu yang berbeda-beda.

CATAIAN KLINIS. Semakin tuanya usia ovum yang


dibebaskan oleh wanita pada usia akhir 30-an dan 40-an
diperkirakan berperan menyebabkan peningkatan insidens
kelainan genetik, misalnya sindrom Down, pada anak yang
lahir dari ibu dalam kisaran usia tersebut.

PROLIFERASI SEL GRANULOSA DAN

PEMBENTUKAN ZONA PELUSIDA

Para ilmuwan baru-baru ini menemukan adanya taut


celah yang menembus zona pelusida dan terbentang anrara

oosit dan sel-sel granulosa sekitar di folikel yang sedang


berkembang. Ion dan molekul kecil dapat melewati saluran
penghubung ini. Ingatlah bahwa taut celah antara sel-sel
peka rangsang memungkinkan penyebaran potensial aksi
dari satu sel ke sel berikutnya sewaktu ion-ion mengalir
melalui saluran-saluran penghubung ini (lihat h. 66). Sel-sel
di folikel yang sedang berkembang bukan sel peka rangsang
sehingga taut celah di sini memiliki fungsi di luar penyalur
aktivitas listrik. Glukosa, asam amino, dan molekul penting
lain disampaikan ke oosit dari sel granulosa melalui saluransaluran ini, memungkinkan sel telur menumpuk bahan,

bahan nutrien penting

I Siklus ovarium

terdiri dari fase folikular dan

luteal yang bergantian.


Setelah pubertas dimulai, ovarium secara terus-menerus
mengalami dua fase secara bergantian: fase folikular, yang
didominasi oleh keberadaan folihel matang; dan fase luteal,
yang ditandai oleh adanya korpus luteum (akan segera diuraikan). Dalam keadaan normal siklus ini hanya terinterupsi jika terjadi kehamilan dan akhirnya berakhir pada menopause. Siklus ovarium rerata berlangsung 28 hari, tetapi hal
ini bervariasi di antara wanita dan di antara siklus pada wanita yang sama. Folikel bekerja pada paruh pertama siklus
untuk menghasilkan telur matang yang siap untuk berovulasi
pada pertengahan siklus. Korpus luteum mengambil alih
selama paruh terakhir siklus untuk mempersiapkan saluran
reproduksi wanita untuk kehamilan jika terjadi pembuahan

ini.

Molekul-molekul pembawa

sinyal juga dapat melewati saluran ini dalam kedua arahnya


sehingga perubahan-perubahan yang terjadi di oosit dan selsel sekitar dapat dikoordinasikan selagi keduanya mengalami
pematangan dan bersiap untuk ovulasi.

PROLIFERASI SEL TEKA; SEKRESI ESTROGEN


Pada saat yang sama ketika oosit sedang membesar dan selsel granulosa berproliferasi, sel-sel jaringan

ikat ovarium khuberkontak dengan sel granulosa berproliferasi dan


berdiferensiasi membentuk suatu lapisan luar sel teka. Sel
teka dan sel granulosa, yang secara kolektif dinamai sel
folikel, berfungsi sebagai satu kesaruan untuk mengeluarkan
estrogen. Dari tiga estrogen yang penting secara faafi-estradiol, esnon, dan estriol-estradiol adalah estrogen ovarium
sus yang

utama.

telur yang dibebaskan tersebut.

PEMBENTUKAN ANTRUM

Lingkungan hormon pada fase folikular mendorong terjadi-

folikular ditandai oleh pembentukan folikel

matang.

nya pembesaran dan pengembangan kemampuan sekresi selsel folikel, mengubah folikel primer menjadi folikel sekun-

Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer

estrogen. Selama tahap perkembangan folikel

Fase

mulai berkembang. Namun, hanya folikel yang melakukannya selama fase folikular, saat lingkungan hormonal tepat
untuk mendorong pematang nnya, yang berlanjut melewati
tahap-tahap awal perkembangan. Folikel yang lain, karena
tidak mendapat bantuan hormon, mengalami atresia. Selama
pembentukan folikel, seiring dengan pembentukan dan pe-

836

Bab 20

der, atau folikel zrntrum, yang mampu mengeluarkan


ini, terbentuk
suatu rongga berisi cairan, antrum, di bagian tengah sel-sel
granulosa (Gambar 20-l4a dan 20-15). Cairan folikel sebagian berasal dari transudasi (mengalir melalui pori kapiler)
plasma dan sebagian dari sekresi sel folikel. Sewaktu sel folikel mulai mengeluarkan estrogen, sebagian dari hormon ini
disekresikan ke dalam darah untuk disebarkan ke seluruh

Folikel primer
Zona
pelusida

(40 pm)

Folikel
sekunder

Diferensiasi

Folikel
pnmer

jaringan ikat
ovarium sekitar
meniadi sel

teka /-

Satu lapisan

sel granulosa

Awal
pembentukan
antrum

Folikel sekunder
yang sedang

_--

#
#

Sel teka
Sel granulosa

t'\
,

\".

tO

d
,,Iri1r:"i,

KorPus

.-_ - #.
#,, ".*'.' ...#
,
.d f
-.*:,'
,F*ru,'
I
'i.,t
"1i.fu
,o

terbentuk

,,t''i\

'.":::':" r't'

fi./
"\/

i,

luteum o#
(d)

r'
&'

(oosit primer)

,...r

l:.g

.ui.,

'i:

:::

,t

":t

ii

rl

# i.

Ovum Yang
Ovum

,,.1r..r..,r.

Korpus
yang berdegenerasi

(oosit

ii

./$

r'-rii.:ri .luteum
:s:-:'i--':r-1$"i.l"];:'"':\
\,.,.*t'''"'*'
\,.r
,r.-:,i,r;.,.

dikeluarkan". :'l

sekunder)
--'l*"""''

"

'

J#
fi

"l .-..--- Korona


"l
radiatas
.i,i -Korona
I

P:::
*T,
I
I

, ,''\'jn;::"
Korpus

luteurg
-'

:.

sedang .'t
terbentuk

(b)

(a)

, i,r'#

(c)

Gambar 20-14
Pembentukan folikel, ovulasi, serta pembentukan dan degenerasi korpus luteum. (a) Stadium-stadium dalam perkembangan
folikel dari folikel primer hingga folikel matang. (b) Pecahnya folikel matang dan pelepasan sebuah ovum looiit sekundel saat
ovulasi. (c) Pembentukan korpus luteum dari sel-sel folikel lama setelah ovulasi. (d) Degenerasi korpus luteum jika ovum yang
dibebaskan tidak dibuahi. (e) Ovarium (ukuran sebenarnya), yang memperlihatkan perkembangan sebuah foli-kel, ovulasi serta
pembentukan dan degenerasi korpus luteum.

tubuh. Namun, sebagian dari estrogen

ini

terkumpul di

cairan antrum yang kaya hormon.


Oosit telah mencapai ukuran penuh saat antrum mulai
terbentuk. Perubahan ke folikel anrrum ini memicu suatu
periode pertumbuhan folikel yang cepat. Selama periode ini,
garis tengah folikel meningkat, kurang dari I mm menjadi l2

sampai 16 mm sesaar sebelum ovulasi. Sebagian dari pertumbuhan folikel ini disebabkan oleh proliferasi berkelanjutan sel granulosa dan sel teka, tetapi sebagian besar dise-

babkan oleh pembesaran dramatik antrum. Seiring dengan


tumbuhnya folikel, produksi estrogen juga meningkat.

PEMBENTUKAN FOLIKEL MATANG


Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada yang
lain, berkembang menjadi folikel matang (praovulasi, tersier, atau Graafl dalam waktu sekitar 14 hari setelah dimulainya pembentukan folikel. Pada folikel matang, anrrum

Sistem Reproduksi 837

ovum yang dibuahi yang membelah sempurna pada awal


masa perkembangannya menjadi dua mudigah yang secara
genetis identik.
Pecahnya folikel saat ovulasi menandakan berakhirnya

Antrum

Sel teka

lt

fase

folikular dan dimulainva fase luteal.

c
6
o
o

o
o

Ovum

(oosit
primer)

o
!
c
o
o
G
o
L

o
Sel

I Fase luteal ditandai oleh keberadaan korpus


luteum.
Folikel yang pecah yang rertinggal di ovarium setelah menge"
luarkan ovum segera mengalami perubahan. Sel-sel granulgsa
dan sel teka yang tertinggal di sisa folikel mula-mula kolaps
ke dalam ruang antrum yang kosong dan telah terisi sebagian
oleh bekuan darah.

granulosa

PEMBENTUKAN KORPUS LUTEUM: SEKRESI


,ESTROGEN

DAN PROGESTERON

Gambar 20-15
Foto iiikqrskop elektron memperl ihatkan sebuah I olikel,...'
sekunder ylngqedan g terbentu k

rnenempati sebagian besar ruang. Oosit, yang dikelilingi oleh


zona pelusida dan satu lapisan sel granulosa, tergeser asimetris ke salah satu sisi folikel, dalam suatu gundukan kecil yang
menonjol ke dalam antrum.
OVULASI

Folikel matang yang telah sangat membesar ini menonjol


dari permukaan ovarium, menciptakan suatu daerah tipis
yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat orrrlasi. Pecahnya folikel ditandai oleh pelepasan enzim-enzim
dari sel folikel untuk mencerna jaringan ikat di dinding
folikel. Karena itu dinding yang menonjol tersebut melemah
sehingga semakin menonjol hingga ke tahap di mana dinding
tersebut tidak lagi mampu menahan isi folikel yang cepar
membesar.

Sel-sel folikel lama ini segera mengalami transformasi struktural drastis untuk membentuk korpus luteum, suaru proses
yang dinamai luteinisasi (Gambar 20-l4c dan e). Sel-sel
folikel yang berubah menjadi sel luteal ini membesar dan
berubah menjadi jaringan yang sangat aktif menghasilkan
hormon steroid. Banyaknya simpanan kolesterol, molekul

prekursor steroid, dalam butir-butir lemak di dalam korpus


luteum menyebabkan jaringan ini tampak kekuningan sehingga dinamai demikian (korpus artinya "badan'; luteum
artinya "kuning").
Korpus luteum mengalami vaskularisasi hebat seiring
dengan masuknya pembuluh-pembuluh darah dari daerah
teka ke daerah granulosa yang mengalami luteinisasi. Perubahan-perubahan ini sesuai untuk fungsi korpus luteum:
mengeluarkan banyak progesteron dan sedikit estrogen ke
dalam darah, Sekresi esrrogen pada fase folikular diikuti oleh
sekresi progesteron pada fase luteal penring untuk mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum yang dibuahi. Korpus

luteum berfungsi penuh dalam empat hari setelah ovulasi,


tetapi struktur ini terus membesar selama empat sampai lima
hari berikutnya.

Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan

meiotik pertamanya. Ovum (oosit sekunder), masih dikelilingi oleh zona pelusida yang lekat dan sel-sel granulosa (kini
dinamai korona radiata, yang berarti "mahkota memancar"),
tersapu keluar folikel yang pecah ke dalam rongga abdomen

oleh cairan antrum yang bocor (Gambar 20-14b). Ovum


yang dibebaskan ini cepat tertarik ke dalam tuba uterina,
tempat fertilisasi dapat terjadi.

Folikel-folikel lain yang sedang berkembang namun gamencapai


kematangan dan berovulasi kemudian menggal
alami degenerasi dan tidak pernah menjadi aktif kembali.
Kadang-kadang dua (atau mungkin lebih) folikel mencapai
kematangan dan berovulasi hampir secara bersamaan. Jika
keduanya dibuahi maka dihasilkan kembar saudara (faternal twins). Karena kembar saudara berasal dari ovum yang
berbeda dan dibuahi oleh sperma yang berbeda maka mereka
sama seperti saudara kandung namun dengan tanggal lahir
yang sama. Kembar identik, sebaliknya, berasal dari satu

838

Bab 20

DEGENERASI KORPUS LUTEUM


Jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan ddak terjadi

impiantasi maka korpus luteum akan berdegenerasi dalam


waktu sekitar 14 hari setelah pembentukannya (Gambar 2014d). Sel-sel luteal berdegenerasi dan difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan jaringan ikat segera masuk untuk membentuk massa jaringan fibrosa yang dikenal sebagai korpus
albikans ("badan putih'). Fase luteal kini usai, dan satu siklus ovarium telah selesai. Suatu gelombang baru pembentukan folikel, yang dimulai ketika degenerasi korpus luteum
selesai, menandai dimulainya fase folikular baru.
KORPUS LUTEUM KEHAMILAN
Jika pembuahan dan implantasi terjadi maka korpus luteum
terus tumbuh serta meningkatkan produksi progesteron dan
estrogennya. Struktur ovarium ini, yang sekarang dinamai

korpus luteum kehamilan, menetap sampai kehamilan berakhir. Struktur ini menghasilkan hormon-hormon yang esensial untuk mempertahankan kehamilan sampai plasenta yang

kemudian terbentuk mengambil alih fungsi penting ini.


Anda akan mempelajari'lebih lanjut peran struktur-struktur
ini kemudian.

menjadi estrogen memerlukan sejumlah langkah berurutan,


dengan yang terakhir berupa konversi androgen menjadi estrogen (lihat Gambar 4-23,h. 126). Sel-sel teka cepat menghasilkan androgen tetapi kurang kemampuannya untuk
mengubah androgen ini menjadi estrogen. Sel granulosa,
sebaliknya, mengandung enzim aromarase sehingga dapat

I Siklus ovarium diatur oleh interaksi hormon

dengan mudah mengubah androgen menjadi estrogen, tetapi


sel ini tidak dapat membentuk androgen. LH bekerja pada sel
teka untuk merangsang produksi androgen, sementara FSH

yang kompleks.

bekerja pada sel granulosa untuk meningkatkan konversi

Ovarium memiliki dua unit endokrin yang berkaitan: folikel


penghasil esffogen selama paruh pertama siklus dan korpus
luteum, yang menghasilkan progesteron dan estrogen selama
paruh terakhir siklus. Unit-unit ini secara berurutan dipicu
oleh hubungan hormonal siklik kompleks antara hipotalamus, hipofisis anterior, dan kedua unit endokrin ovarium
ini.
Seperti pada pria, fungsi gonad pada wanita dikontrol
secara langsung oleh hormon-hormon gonadotropik hipofi sis
anterior, yaitu follicle+timulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini, sebaliknya, diatur
oleh gonadotropin-releasing hormone (GnRH) hipotalamus
serta efek umpan balik hormon-hormon gonad. Namun,
tidak seperti pada pria, kontrol gonad wanita diperumit oleh
sifat fungsi ovarium yang siklik. Sebagai conroh, efek FSH
dan LH pada ovarium bergantung pada stadium sildus ovarium. Selain itu, estrogen menimbulkan efek umpan balik
negatif selama paruh tertentu siklus dan efek umpan balik
positif pada paruh siklus lainnya, bergantung pada konsen-

trasi estrogen. Juga berbeda dari pria, FSH tidak sematamata bertanggung jawab untuk gametogenesis, demikian
juga LH tidak hanya menentukan sekresi hormon gonad.
Kita akan membahas kontrol fungsi folikel, ovulasi, dan korpus luteum secara terpisah, dengan menggunakan Gambar
20-16 sebagai cara untuk memadukan berbagai aktivitas
yang berlangsung sepanjang siklus. Untuk mempermudah
pengorelasian antara gambar yang tampak "sulit" ini dengan
penjelasan teks siklus kompleks ini yang menyertainya,
angka-angka dalam lingkaran di gambar dan penjelasannya
bersesuaian dengan angka-angka dalam lingkaran di teks.
KONTROL FUNGSI FOLIKEL

Kita mulai dengan

fase

folikular siklus ovarium

*.

Faktor-

faktor yang memulai pembentukan folikel masih belum dipahami. Thhap-tahap awal pertumbuhan folikel pra-anrrum
dan pematangan oosit tidak memerlukan rangsangan gonadotropik. Namun diperlukan dukungan hormon untuk pembentukan antrum, perkembangan folikel i, dan sekresi estrogen 3. Estrogen, FSH 4, dan LH g; semuanya dibutuhkan.
Pembentukan antrum diinduksi oleh FSH. Baik FSH mau-

pun estrogen merangsang proliferasi sel-sel granulosa. FSH


dan LH diperlukan untuk sintesis dan sekresi estrogen oleh
folikel, tetapi kedua hormon ini bekerja pada sel yang berbeda dan pada tahap yang berbeda dalam jalur pembentukan

estrogen (Gambar 20-17). Baik sel granulosa maupun sel


teka ikut serta dalam produksi esrrogen. Perubahan kolesterol

androgen teka (yang berdifusi ke dalam sel granulosa dari sel


teka) menjadi esrrogen. Karena kadar basal FSH yang rendah
fi sudah memadai untuk mendorong konversi akhir menjadi
estrogen ini, maka laju sekresi estrogen oleh folikel terurama
bergantung pada kadar LH dalam darah, yang terus meningkat selama fase folikular X. Selain itu, seiring dengan
semakin tumbuhnya folikel, lebih banyak estrogen diproduksi karena sel folikel penghasil estrogen bertambah.
Sebagian dari estrogen yang dihasilkan oleh folikel yang
sedang tumbuh dikeluarkan ke dalam darah dan merupakan
penyebab terus meningkatnya kadar estrogen plasma selama

folikular ti. Estrogen sisanya tetap berada di dalam folikel, ikut membentuk cairan antrum dan merangsang profase

liferasi lebih lanjut sel granulosa (Gambar 20-17).


Estrogen yang dikeluarkan, selain bekerja pada jaringan
spesifik seks misalnya uterus, menghambat hipotalamus dan
hipofisis anterior secara umpan balik negatif (Gambar 2018). Kadar estrogen yang meningkat sedang dan menandai
fase folikular bekerja secara langsung pada hipotalamus untuk menghambat sekresi GnRH sehingga pelepasan FSH dan
LH dari hipoftsis anrerior yang dipicu oleh GnRH tertekan.
Namun, efek primer esrrogen adalah langsung pada hipofisis
itu sendiri. Estrogen menurunkan kepekaan sel yang menghasilkan hormon-hormon gonadotropik, khususnya sel penghasil FSH, terhadap GnRH.
Perbedaan kepekaan sel-sel penghasil FSH dan

LH yang

diinduksi oleh estrogen berperan, paling tidak sebagian, dalam menyebabkan kadar FSH plasma, tidak seperti konsentrasi LH plasma, rurun selama fase folikular ketika kadar
estrogen naik 6. Faktor penunjang lain yang menyebabkan
turunnya FSH selama fase folikular adalah sekresi inhibia
oleh sel-sel folikel. Inhibin terutama menghambat sekresi
FSH dengan bekerja pada sel hipofisis anterioq seperti yang
terjadi pada pria. Penurunan sekresi FSH menyebabkan
atresia semua folikel yang sedang berkembang kecuali satu
yang paling matang.
Berbeda dari FSH, sekresi LH terus meningkat perlahan
selama fase folikular 7 meskipun terdapat inhibisi sekresi
GnRH (dan karenanya, secara tak langsung terhadap LH).
Hal yang tampaknya paradoks ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa estrogen saja tidak dapat secara penuh menekan

LH tonik (kadar rendah, rerus-menerus); untuk


menghambat secara toral sekresi tonik LH maka diperlukan
baik estrogen maupun progesreron. Karena progesteron belum muncul sampai fase luteal siklus maka kadar basal LH
dalam darah secara perlahan meningkat'selama fase folikular
di bawah inhibisi tak sempurna esrrogen.
sekresi

Sistem Reproduksi 839

Konsentrasi hormon

Ovarium
Pembentukan folikel

fi+
,i.*j r#,
,,,_*.f

Ovulasi

Pembentukan
korpus luteum

J4il"F to

.ii{

{t

%-#

*i/'.r

Degenerasi
korpus luteum

t,-..j"e.*.

_!

.."f.r.
i n

.';

I..'.-jl
tr,,,, l,'. ts

1"
r-i

,l'l

"*tt..i;

+i',.i.*',;l'

(ketebalan endometrium)

Fase
oroliferasi

ase haid
Fase

uterus

Fase sekretorik,
atau progestasional

Fase
haid
baru
Fase

Fase

Fase folikular

ovarium

llt

o2

tltl
4b

Fase luteal

Ovulasi

@
lltt
8

12 14

baru

ltlltt

10

folikular

tltltttl

16

18 20 22

24

lrlt
26282

Hari siklus

KONTROL OVULASI
Ovulasi dan selanjutnya luteinisasi folikel yang pecah dipicu
oleh peningkatan sekresi LH yang mendadak dan besar $.
Lonjakan LH ini menyebabkan empat perubahan besar
dalam folikel:

840

Bab 20

1.

Hal ini menghentikan sintesis esrrogen oleh sel folikel

${.
2.

Hal ini memulai kembali meiosis di oosit folikel yang


sedang berkembang, tampaknya dengan menghambat
pelepasan suatx oo cJrte maturation- inhi b iting s ub stance

Gambar 20-16
Korelasi antara kadar hormon dan perubahan siklik ovarium dan uterus. Selama fase folikular (paruh pertama siklus ovarium lil;
folikel ovarium 3 mengeluarkan estrogen 3 di bawah pengaruh FSH *, LH 5. dan estrogen 3 itu sendiri. peningkatan sedang
kadar estrogen (1) menghambat sekresi FSH, yang menurun selama bagian terakhir fase folikular 6, dan (2) menekan secara tJk
sempurna sekresi tonik !H, yang terus meningkat sepanjang fase folikular 7. Ketika produksi estrogen folikel mencapai
puncaknya 8, kadar estrogen yang tinggi ini memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus g. Lonjakan LH ini
menyebabkan ovulasi folikel matang S0. Sekresi estrogen merosot ?1 ketika folikel mengalami kematian saat ovulasi.
Sel-sel folikel lamaberubahmenjadi korpusluteum 12,yangmengeluarkanprogesteron llssertaestrogen ii*selamafase
luteal paruhterakhirsiklusovarium {5. ProgesteronmenghambatdengankuatFSH.i..6danLH.lT,yangterusmenurun
sepanjang fase luteal. Korpus luteum berdegenerasi $6 dalam waktu sekitar dua minggu jika ovum yang dibebaskan tidak
dibuahi dan terimplantasi di uterus. Kadar progesteron 119 dan estrogen & turun tajam ketika korpus luteum berdegenerasi,
sehingga pengaruh inhibitorik pada FSH dan LH lenyap. Sewaktu kedua hormon hipofisis anterior ini mulai kembali meningkat
*$, 8* akibat tidak adanya inhibisi, perkembangan kelompok baru folikel-folikel kembali dimulai seiring dengan masuknyjfase

folikular pada 9,

&

Fase-fase uterus yang bersamaan mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium pada uterus. Pada awal fase folikular;
lapisan endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dan kaya nutrien terlepas (fase haid uterus) 9?. pelepasan ini

terjadi karena terhentinya pengaruh estrogen dan progesteron *,$, Xl ketika korpus luteum berdegenerasi pada akhir fase
luteal 3lS. Pada akhir fase folikular; peningkatan kadar estrogen S menyebabkan endometrium menebal (faie proliferasi uterus)
**. Setelah ovulasi 1ffi, progesteron dari korpus luteum {3 menimbulkan perubahan-perubahan vaskular dan sekretorik pada
endometrium yang telah dipersiapkan oleh estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang sesuai untuk implantasi (fase
sekretorik, atau progestasional uterus) AS. Jika korpus luteum berdegenerasi 13, maka fase folikular uterus baru l!, & dan fase
haid uterus ti3 kembali dimulai.

yang dihasilkan oleh sel granulosa. Bahan ini dipercayai

berperan menghentikan meiosis di oosit primer setelah


oosit ini terbungkus oleh sel-sel granulosa di ovarium

3.

janin.
Hal ini memicu pembentukan prostaglandin kerja lokal,
yang memicu ovulasi dengan mendorong perubahan
vaskular yang menyebabkan pembengkakan cepat foli-

kel sembari menginduksi digesti enzimatik dinding


folikel. Bersama-sama, berbagai efek ini menyebabkan
pecahnya dinding yang menutupi tonjolan folikel ;!lS.
4. Hal ini menyebabkan diferensiasi sel folikel menjadi sel
luteal. Karena lonjakan LH memicu ovulasi dan luteinisasi, maka pembentukan korpus luteum secara otomatis mengikuti ovulasi J:!. Karena itu, lonjakan sekresi
LH di pertengahan siklus merupakan titik dramatik
dalam siklus; hal ini mengakhiri fase folikular dan memulai fase luteal $*.

Dua cara sekresi LH yang berbeda-sekresi tonik LH 7


yang menyebabkan sekresi hormon ovarium dan lonjakan
LH $ yang menyebabkan ovulasi-tidak saja terjadi dalam
waktu yang berbeda dan menghasilkan efek berbeda pada
ovarium tetapi juga dikontrol oleh mekanisme yang berbeda.
Sekresi tonik LH ditekan secara parsial F oleh efek inhibitorik kadar sedang estrogen 0 selama fase folikular dan ditekan
total it,ff oleh peningkatan kadar progesreron selama fase luteal {$,. Karena sekresi tonik LH merangsang sekresi estrogen
dan progesteron maka hal ini merupakan sistem kontrol
umpan balik negatif yang tipikal.
Sebaliknya, lonjakan LH dipicu oleh efeh umpan balih
positzf. Sementara kadar estrogen yang meningkat dan moderat pada awal fase folikular menghambat sekresi LH, kadar
estrogen yang tinggi selama puncak sekresi estrogen pada
akhir fase folikular $ merangsang sekresi LH dan memulai
lonjakan LH (Gambar 20-19). Karena itu, LH meningkatkan produksi estrogen oleh folikel, dan konsentrasi estrogen
yang memuncak merangsang sekresi LH. Konsentrasi estrogen dalam plasma yang ringgi bekerja langsung pada hipo-

talamus untuk meningkatkan GnRH sehingga sekresi LH


dan FSH meningkat. Hal ini juga secara langsung bekerja
pada hipoftsis anterior untuk secara spesifik meningkatkan
kepekaan sel penghasil LH terhadap GnRH. Efek yang
terakhir ini berperan dalam Ionjakan sekresi LH yangjauh
lebih besar daripada peningkatan sekresi FSH pada pertengahan siklus 9. Sekresi inhibin yang berlanjut oieh sel
folikel juga cenderung iebih menghambat sel penghasil FSH,
menahan kadar FSH untuk tidak naik setinggi kadar LH.
Beium diketahui apa peran peningkatan sedang FSH pada
pertengahan siklus yang menyertai lonjakan LH. Karena
hanya folikel marang praovulasi, bukan folikel pad.a tahap
awal perkembangan, yang dapat mengeluarkan estrogen da-

lam jumlah banyak sehingga dapat memicu lonjakan LH,


maka ovulasi baru terjadi sampai folikel mencapai ukuran
dan kematangan yang sesuai. Karena itu, dapat dikatakan
bahwa folikel "memberi tahu" hipotalamus kapan ia siap
dirangsang untuk berovulasi. Lonjakan LH berlangsung selama sekitar sehari pada pertengahan siklus, tepat sebelum
ovulasi.

KONTROL KORPUS LUTEUM

LH

"memelihard' korpus luteum; yaitu, setelah memicu


pembentukan korpus lureum, LH merangsang sekresi berkelanjutan hormon steroid oleh struktur ovarium ini. Di
bawah pengaruh LH, korpus luteum mengeluarkan progesteron :$$ dan estrogen $$, dengan progesteron merupakan
produk hormon yang paling banyak. Kadar progesteron plasma meningkat untuk perrama kali selama fase luteal. Tidak
ada progesteron yang dikeluarkan selama fase folikular. Karena itu, fase folikular didominasi oleh estrogen dan fase
luteal oleh progesreron.
Pada pertengahan siklus terjadi penurunan sesaat kadar
estrogen darah $$ karena folikel penghasil estrogen mati
saat ovulasi. Kadar estrogen kembali naik selama fase luteal
karena aktivitas korpus luteum, meskipun tidak mencapai
kadar yang sama ketika fase folikular. Apa yang mencegah

Sistem Reproduksi 841

LH

FSH

*1.

*1.
Sel granulosa

Sel teka

*1.

(Berdifusi dari
sel teka ke dalam

(diubah

[^*;ameniadi)f ',.,6-,,'!f

0
0
o
o
o
o
$

se|sranu'osaFGi;f

LH merangsang sel teka di folikel ovarium.


Akibat stimulasi, sel teka mengubah kolesterol menjadi androgen.
Androgen berdifusi dari sel teka ke dalam sel granulosa sekitar.

*1.
(diubah
men

jadi)ffi.fffi

o-

Eil;k;l
I k" dul"r

FSH merangsang sel granulosa di folikel ovarium.

oaran

L-

)o

t--_--;-t----__-l

I
I
I

rerap

berada
di folikel

I
I

Akibat stimulasi ini, sel granulosa mengubah androgen menjadi estrogen


Sebagian estrogen disekresikan ke dalam darah, tempat hormon ini
menimbulkan efek sistemik
Senagian estrogen tetap berada di dalam folikel dan berperan dalam
pembentukan. antrum

e.trog"n lokal, bersama dengan FSH, merangsang proliferasi sel granulosa

I
F;i'b..ilr..,"1
efek di
I seluruh
I tubuh
I

E;;-l
I

membentuk

antrum

Gambar 20-17
Produksi estrogen oleh folikel ovarium

kadar estrogen yang lumayan tinggi selama fase luteal ini memicu lonjakan LH lain? Progesteron. Meskipun estrogen

kadar tinggi merangsang sekresi

LH namun progesteron'

yang mendominasi fase luteal, dengan kuat menghambat sekresi LH serta sekresi FSH ,1'7, ,16 (Gambar 20-20).Inhibisi
FSH dan LH oleh progesteron mencegah pematangan folikel

baru dan ovulasi selama fase luteal.

Di

bawah pengaruh

progesteron, sistem reproduksi dipersiapkan untuk menunjang ovum yang baru saja dibebaskan, seandainya ovum
tersebut dibuahi, dan bukan mempersiapkan pelepasan ovum
lain. Tidak ada inhibin yang disekresikan selama fase luteal.
Korpus lutem berfungsi selama rerata dua minggu
kemudian berdegenerasi jika tidak terjadi fertilisasi,lrS. Mekanisme yang mengatur degenerasi korpus luteum belum sepenuhnya diketahui. Menurunnya kadar LH ,17, yang didorong oieh efek inhibitorik progesteronJ jelas berperan
dalam degenerasi korpus luteum. Prostagiandin dan estrogen
yang dikeluarkan oleh sel luteal itu sendiri juga mungkin
berperan. Matinya korpus luteum mengakhiri fase luteal dan
menyiapkan tahap baru untuk fase folikular berikutnya.
Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, kadar progesteron 19
dan estrogen }0 plasma turun cepat) karena kedua hormon

I Perubahan siklik uterus disebabkan oleh


perubahan hormon selama siklus ovarium.
Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron selama siklus ovarium
menimbulkan perubahan mencolok di uterus, menghasilkan

siklus haid, atau siklus uterus. Karena mencerminkan perubahan hormon selama siklus ovarium maka siklus haid berlangsung rerata29 hari, seperti halnya siklus ovarium, meskipun
bahkan pada orang normal dapat terjadi variasi yang cukup
bermakna dari rerata ini. Manifestasi nyata perubahan siklik di
uterus adalah perdarahan haid sekali dalam tiap siklus haid
(yaitu sekali sebulan). Namun, perubahan yang relatif kurang
jelas berlangsung sepanjang siklus, sewaktu uterus bersiap untuk
implantasi seandainya ovum yang dibebaskan dibuahi, kemu-

dian pembersihan lapisan tersebut (haid) jika implantasi tidak


terjadi, hanya untuk memulihkan dirinya dan kembali bersiap
untuk onrm yang akan dibebaskan pada siklus berikutnya.
Kita akan secara singkat membahas pengaruh estrogen
dan progesteron pada uterus dan kemudian mengulas efekefek fluktuasi siklik hormon-hormon ini pada struktur dan
fungsi uterus.

ini tidak lagi diproduksi. Hiilangnya efek inhibisi kedua


hormon ini pada hipotalamus memungkinkan sekresi FSH

PENGARUH ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA

ii

UTERUS

dan sekresi LH tonik 22 kembali meningkat moderat. Di


bawah pengaruh hormon-hormon gonadotropik ini, kelom-

Uterus terdiri dari dua lapisan utama: rgiometrium, lapisan

pok baru folikel piimer 2 kembali diinduksi untuk matang

otot polos luar; dan endometrium, lapisan dalam yang

seiring dengan dimulainya fase folikular baru,1.

mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar. Estrogen

842

Bab 20

Hipotalamus

Hipotalamus

F*-l

Gonadotropin-releasing hormone
(GnRH)

.Hipofisis anterior

=.

Sel penghasil

Sel penghasil

FSH

LH

lT-

-1.

tt
lrsHllLHl

-=

Hipofisis anterior

Sel penghasil
FSH

Sel penghasil
LH

Ovarium

I.-.,;-ll

l'l

(-;;--l
=

Gambar 20-19
Kontrol lonjakan LH saat ovulasi.

Gambar 20-18
Kontrol umpan balik sekresi
folikular.

FSH

dan LH tonik selama fase

merangsang pertumbuhan miometrium dan endometrium.


Hormon ini juga menginduksi sintesis resepror progesteron di

endometrium. Karena itu, progesteron dapat berefek pada


endometrium hanya setelah endometrium "dipersiapkan' oleh
estrogen. Progesteron bekerja pada endometrium yang telah
dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi lapisan yang ramah dan menunjang pertumbuhan o\um yang
dibuahi. Di bawah pengaruh progesreron, jaringan ikat endometrium menjadi longgar dan edematosa akibat akumulasi
elektrolit dan ait memfasilitasi implantasi ovum yang dibuahi.
Progesteron menyiapkan endometrium lebih lanjut untuk menampung mudigah dengan mendorong kelenjar endometrium
mengeluarkan dan menyimpan glikogen dalam jumlah besar
serta merangsang pertumbuhan besar-besaran pembuluh darah endometrium. Progesteron juga mengurangi kontraktilitas
uterus agar tercipta iingkungan yang renang untuk implantasi
dan pertumbuhan mudigah.
Siklus haid terdiri dari tiga fase: fase haid, fase proliferatif,
dan fase sehretorik, atau, progestasional.

FASE HAID

haid adalah fase yang paling jelas, ditandai oleh pengeluaran darah dan sisa endometrium dari vagina. Berdasarkan
Fase

perjanjian, hari pertama haid dianggap sebagai permulaan


siklus baru. Saat ini bersamaan dengan pengakhiran fase luteal ovarium dan dimulainya fase folikular 23, Gambar 2016. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan selama
siklus sebelumnya :118, kadar progesteron dan estrogen darah
turun tajaml:1:9, ?0. Karena efek akhir progesreron dan estrogen adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi
ovum yang dibuahi maka terhentinya sekresi kedua hormon
ini menyebabkan lapisan dalam uterus yang kaya vaskular
dan nutrien ini kehilangan hormon-hormon penunjangnya.

Turunnya kadar hormon ovarium juga merangsang


pembebasan suatu prostaglandin uterus yang menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh-pembuluh endometrium, menghambat aliran darah ke endometrium. Penurunan penyaluran O, yang terjadi kemudian menyebabkan kematian endometrium, termasuk pembuluh darahnya. Perdarahan yang
terjadi melalui kerusakan pembuluh darah ini membilas
jaringan endometrium yang mati ke dalam lumen uterus.
Sebagian besar lapisan dalam uterus terlepas selama haid
kecuali sebuah lapisan dalam yang tipis berupa sel epitel dan
kelenjar, yang menjadi asal regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus yang sama juga merangsang kontraksi ritmik
ringan miometrium uterus. Kontraksi ini membantu mengeluarkan darah dan sisa endometrium dari rongga urerus
keluar melalui vagina sebagai darah haid. Kontraksi uterus
yang terlalu kuat akibat produksi berlebihan prostaglandin

Sisterh Reproduksi 843

pengaruh FSH dan LH, folikel-folikel yang baru berkembang


telah menghasilkan cukup estrogen i}. untuk mendorong per-

Hipotalamus

baikan dan pertumbuhan endometrium.


FASE PROLIFERATIF

Hipofisis anterior

Kemudian, darah haid berhenti, dan fase prolitFeratif siklus


uterus dimulai bersamaan dengan bagian terakhir fase folikular
ovarium ketika endometrium mulai memperbaiki diri dan berproliferasi S$ di bawah pengaruh esuogen dari folikel-folikel
yang baru berkembang. Saat aliran darah haid berhenti, yang
tersisa adalah iapisan endometrium tipis dengan ketebalan kurang dari 1 mm. Estrogen merangsang proliferasi sel epitel, ke-

Ovarium

rlll:l

lenjar, dan pembuluh darah di endometrium, meningkatkan


ketebalan lapisan ini menjadi 3 sampai 5 mm. Fase proliferatif
yang didominasi oleh esuogen ini berlangsung dari akhir haid
hingga orulasi. Kadar puncak estrogen I memicu lonjakan LH
,9

yang menjadi penyebab ovulasi iSS.

FASE SEKRETORI K ATAU PROG ESTASIONAL

=
Gambar 20-20

ffi

Kontrol umpan balik selama fase luteal

menyebabkan kram haid (dismenore) yang dialami oleh sebagian wanita.


Pengeluaran darah rerata selama satu kali haid adalah
50 sampai 150 ml. Darah yang merembes pelan melalui
endometrium yang berdegenerasi membeku di dalam rongga
uterus, kemudian diproses oleh fibrinolisin, suatu pelarut
fibrin yang menguraikan fibrin pembentuk anyaman bekuan.
Karena itu, darah haid biasanya tidak membeku karena telah
membeku di dalam uterus dan bekuan tersebut telah larut
sebelum keluar vagina. Namun, jika darah mengalir deras
melalui pembuluh yang rusak maka darah menjadi kurang
terpajan ke fibrinolisin sehingga jika darah haid banyak maka
dapat terlihat bekuan darah. Selain darah dan sisa endometrium, darah haid mengandung banyak leukosit. Sel-sel
darah putih ini berperan penring dalam mencegah infeksi
pada endometrium yang "terbuka' ini.
Haid biasanya berlangsung selama lima sampai tujuh
hari setelah degenerasi korpus luteum, bersamaan dengan
bagian awal fase folikular ovarium ?i$i, {'. Penghentian efek
progesteron dan estrogen :{*, gg akibat degenerasi korpus
luteum menyebabkan terkelupasnya endometrium (haid) _*ii
dan terbentuknya folikel-folikel baru di ovarium *;, 2 di bawah pengaruh hormon gonadotropik *L & yangkadarnya
meningkat. Turunnya sekresi hormon gonad menghilangkan
pengaruh inhibitorik dari hipotalamus dan hipofisis anrerior
sehingga sekresi FSH dan LH meningkai dan fase folikular
baru dapat dimulai. Setelah lima sampai tujuh hari di bawah

844

Bab 20

Setelah onrlasi, ketika terbentuk korpus luteum baru,12, uterus


masuk ke fase sekretorik, arau progestasional, yang bersarnaan

waktunya dengan fase luteal ovarium 95, tS$. Korpus luteum


mengeluarkan sejumlah besar progesteron *3 dan estrogen lllf.
Progesteron mengubah endometrium tebal yang telah dipersiapkan estrogen menjadi jaringan kaya vaskular dan glikogen.
Periode ini disebut/are sehretorih, karena keienjar endometrium
aktif mengeluarkan glikogen, atau fase progestasional ("sebelum
kehamilan'), merujuk kepada lapisan subur endometrium yang
mampu menopang kehidupan mudigah. Jika pembuahan dan
implantasi tidak terjadi maka korpus luteum berdegenerasi dan
fase folikular dan fase haid baru dimulai kembali. (Untuk efek
olahraga pada siklus

ini, lihat fitur penyerta dalam boks,

lrbih

Dekat dengan Fisiologi Olahraga).

I Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron


menimbulkan perubahan siklik pada mukus serviks.
Perubahan akibat pengaruh hormon juga terjadi di servik
Di bawah pengaruh estrogen selama
fase folikular, mukus yang disekresikan oleh serviks menjadi
banyak, encer, dan jernih. Perubahan ini, yang paling mencolok ketika estrogen berada pada puncaknya dan menjelang
ovulasi, mempermudah lewatnya sperma melewati kanalis
servikalis. Setelah ovulasi, di bawah pengaruh progesteron
dari korpus luteum, mukus menjadi kental dan lengket, pada
hakikatnya menutup lubang serviks. Sumbatan ini pendng
sebagai mekanisme pertahanan, mencegah bakteri (yang dapat mengancam kehamiian) masuk uterus dari vagina. Sperma
juga tidak dapat menembus sekat mukus kental ini.
selama sildus ovarium.

I Perubahan

pubertas pada wanita serupa dengan


yang terjadi pada pria.
Siklus haid terarur tidak terjadi pada remaja atau wanita lansebab yang berbeda. Sistem reproduksi

jut usia, tetapi karena

Lehih Dekat dengan Fisiologi Olahraga


Ketidakteraturan Haid: Ketika Atlet Wanita Berhenti Haid
Sejak

tahun 1970-an, seiring dengan

meningkatnya keikutsertaan wanita


dalam berbagai olahraga yang
memerlukan rejimen latihan berat,
para peneliti mulai menyadari bahwa
banyak wanita tersebut mengalami
perubahan siklus haid akibat partisipasi
atletik tersebut. Perubahan-perubahan
ini disebut athletic menstrual cycle
irregularity (AMl). Disfungsi siklus haid
dapat bervariasi keparahannya dari
amenorea (penghentian siklus haid)
hingga oligomenorea (haid yang tidak
teratur atau jarang) hingga siklus yang
lamanya normal tetapi anovulatorik
(tanpa ovulasi) atau yang fase
lutealnya singkat atau inadekuat.
Pada berbagai studi lama yang
menggunakan survei dan kuesioner
untuk menentukan prevalensi masalah
ini, frekuensi gangguan terkait olah
raga ini bervariasi dari2% sampai
51%. Sebaliknya, angka kejadian
disfungsi siklus haid pada wanita usia
subur dalam populasi umum adalah
2Vo sampai 5%. Masalah utama dalam
penggunaan survei untuk menentukan
frekuensi kelainan siklus haid adalah
dipertanyakannya keakuratan daya
ingat tentang haid-haid sebelumnya.
Selain itu, tanpa uji darah untuk
menentukan kadar hormon sepanjang
daul seorang wanita tidak akan
mengetahui apakah ia anovulatorik
atau mengalami pemendekan fase
luteal. Studi-studi di mana kadar
hormon ditentukan sepanjang siklus
haid memperlihatkan bahwa daur
yang tampak normal pada atlet sering
memiliki fase luteal yang singkat
(kurang dari dua hari dengan kadar
progesteron rendah).
Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan untuk menentukan apakah
olahraga berat yang berlangsung
hingga dua kali siklus haid akan
memicu gangguan haid, 28 mahasiswi
non-atlet dengan ovulasi dan fase
luteal normal ikut serta sebagai subyek.
Mereka melakukan program latihan 8
minggu yang awalnya lari 4 mil per
hari ditingkatkan menjadi 10 mil per
hari pada minggu kelima. Mereka

diharapkan ikut serta dalam olahraga


intensitas sedang 3,5 jam sehari.
Selama masa latihan hanya empat
wanita yang memiliki siklus haid
normal. Kelainan yang terjadi akibat
latihan tersebut mencakup perdarahan
abnormal, keterlambatan haid,
kelainan fungsi Iuteal. dan hilangnya
lonjakan LH. Semua wanita tersebut
kembali mengalami siklus normal
dalam enam bulan setelah latihan.
Hasil dari penelitian ini mengisyaratkan
bahwa frekuensi AMI dengan olah
raga berat mungkin jauh lebih besar
daripada yang diperlihatkan oleh
kuesioner saja. Dalam penelitianpenelitian lain yang menggunakan
rejimen olahraga intensitas rendah,
AMI jauh lebih jarang dijumpai.
Mekanisme penyebab AMI belum
diketahui saat ini, meskipun studi-studi
mengisyaratkan bahwa penurunan
berat yang cepat, berkurangnya
persentase lemak tubuh, insuf isiensi
makanan, riwayat disfungsi.haid, stres,
usia saat mulai latihan, dan intensitas
latihan sebagai faktor yang berperan.
Para ahli epidemiologi menunjukkan
bahwa jika seorang wanita melakukan
olahraga berat sebelum menarke
(periode menstruasi pertama) maka
menarke akan tertunda. Secara rerata,
atlet mendapat haid pertama mereka
tiga tahun lebih lambat daripada
non-atlet. Selain itu, wanita yang ikut
serta dalam olahraga sebelum
menarke tampaknya mengalami
peningkatan frekuensi AMI sepanjang
karir atletik mereka daripada mereka
yang berlatih setelah menarke.
Perubahan hormon yang dijumpai
pada atlet wanita mencakup (1)
penurunan hebat kadar FSH, (2)
peningkatan kadar LH, (3) penurunan
progesteron selama fase luteal, (4)
penurunan kadar estrogen pada fase

folikular, dan (5) lingkungan F5H-LH


yang sama sekali tidak seimbang
dibandingkan dengan wanita non-atlet
seusia. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa siklus haid kembali ke
normal setelah olahraga berat
dihentikan.

Masalah utama yang berkaitan


dengan amenorea atletik adalah
berkurangnya densitas mineral tulang.
Studi-studi telah menunjukkan bahwa
densitas mineral di tulang belakang
bagian bawah pada mereka yang
mengalami amenorea atletik lebih
rendah daripada atlet dengan siklus
haid normal dan lebih rendah daripada
non-atlet seusia. Namun, pelari dengan
amenorea memiliki densitas mineral
tulang yang lebih tinggi daripada
non-atlet dengan amenorea, mungkin
karena rangsangan mekanis olahraga
membantu menahan pengeroposan
tulang. Studi-studi telah memperlihatkan bahwa atlet amenorea berisiko
besar mengalami fraktur stres daripada
atlet dengan siklus haid normal. Satu
penelitian, sebagai contoh, mendapatkan fraktur stres pada 6 dari 1 1 pelari
dengan amenorea tetapi hanya 'l dari
6 pelari dengan siklus haid normal.
Mekanisme kerapuhan tulang ini
mungkin sama seperti yang ditemukan
pada osteoporosis pascamenopausekurangnya estrogen (lihat h. 796).
Masalah ini cukup serius sehingga atlet
dengan amenorea perlu membahas
kemungkinan terapi sulih estrogen
dengan dokter mereka.
Mungkin terdapat beberapa
manfaat positif dari disfungsi haid

atlet. Suatu studi epidemiologi


baru-baru ini untuk mengetahui
apakah kesehatan umum dan reproduksi jangka panjang wanita yang
pernah menjadi atlet semasa mahasiswa berbeda dari mereka yang bukan
atlet, memperlihatkan bahwa mantan
atlet menunjukkan angka kejadian
kanker sistem reproduksi kurang dari
separuh dan kanker payudara separuh
dibandingkan dengan non-atlet.
Karena keduanya adalah kanker yang
peka hormon, maka penundaan
menarke dan kadar estrogen yang
lebih rendah yang dijumpai pada atlet
wanita mungkin berperan besar dalam
menurunkan risiko kanker sistem
reproduksi dan payudara.

wanita belum aktif sampai pubertas. Tidak seperti testis


janin, ovarium janin tidak perlu berfungsi karena tanpa
adanya sekresi testosteron janin pada wanita, sistem repro-

yang mengatur awitan pubertas belum diketahui dengan jelas

duksi secara otomatis mengalami feminisasi, tanpa memerlukan adanya hormon seks wanita. Sistem reproduksi wanita
tetap inaktif dari lahir hingga pubertas, yang terjadi pada
usia sekitar 12 tahun kedka aktivitas GnRH hipotalamus
meningkat untuk pertama kali. Seperti pada pria, mekanisme

GnRH mulai merangsang pelepasan hormon-hormon

tetapi dipercayai melibatkan kelenjar pineal dan

sekresi

melatonin.
gonadotropik hipofisis anterior, yang selanjutnya merangsang
aktivitas ovarium. Sekresi esrrogen oleh ovarium yang aktif
memicu pertumbuhan dan pematangan saluran reprodulai

wanita serta perkembangan karakteristik seks

sekunder

Sistem Reproduksi 845

wanita. Efek nyata estrogen pada yang terakhir adalah mendorong pengendapan lemak di lokasi-lokasi strategik, misalnya payudara, bokong, dan paha, menghasilkan figus khas
wanita yang berlekuk. Pembesaran payudara saat pubertas
disebabkan terutama oleh pengendapan lemak di jaringan
payudara, bukan pembentukan fungsional kelenjar payudara.
Peningkatan estrogen masa pubertas juga menyebabkan penutupan lempeng epifisis, menghentikan pertambahan tinggi
lebih lanjut, serupa dengan efek testosteron yang berubah
menjadi estrogen pada pria. Tiga perubahan pubertas lain
pada wanita-pertumbuhan rambut ketiak dan pubis, lonjakan pertumbuhan masa pubertas, dan timbulnya libidoberkaitan dengan lonjakan sekresi androgen adrenal saat
pubertas, bukan dengan estrogen.

I Menopause unik bagi wanita.


Berhentinya siklus haid seorang wanita pada menopause
ketika usia antara45 dan 55 tahun secara tradisional dikaitkan
dengan terbatasnya pasokan folikel yang ada sejak lahir.

Menurut pandangan ini, jika reservoar ini telah habis maka


siklus ovarium, dan karenanya siklus haid, berhenti. Karena
itu, pengakhiran potensi reproduksi pada wanita usia pertengahan "telah diprogram" sejak lahir. Namun, bukti-bukti
terakhir mengisyaratkan bahwa perubahan hipotalamus pada
usia pertengahan dan bukan penuaan ovarium yang memicu
awitan menopause. Dari segi evolusi, menopause mungkin
berkembang sebagai mekanisme yang mencegah kehamilan
pada wanita melewati masa saat mereka masih dapat memelihara anak sebelum kematian mereka.
Pria tidak mengalami penghentian total fungsi gonad
seperti yang dialami oleh wanita, karena dua alasan. Pertama,
pasokan sel germinativum pria tak terbatas karena aktivitas
mitotik spermatozoa terus berlanjut. Kedua, sekresi hormon
gonad pada pria tidak bergantung pada gametogenesis, seperti
pada wanita. Jika hormon seks wanita diproduksi oleh jaringan tersendiri yang tidak berkaitan dengan jaringan yang
mengatur gametogenesis, seperti pada hormon seks pria,
maka sekresi estrogen dan progesteron tidak akan berhenti
secara otomatis ketika oogenesis berhenti.

Menopause didahului oleh suatu periode kegagalan


ovarium progresifyang ditandai oleh peningkatan daur ireguler dan kemerosotan kadar estrogen. Periode transisi keseluruhan dari kematangan seksual hingga terhentinya kemampuan reproduksi ini dikenal sebagai klimakterils atau
perimenopause. Produksi estrogen ovarium menurun dari
sebanyak 300 mg per hari menjadi hampir nol. Namun,
wanita pascamenopause bukannya tidak memiliki estrogen
sama sekali, karena jaringan lemak, hati, dan korteks adrenal
terus menghasilkan hingga 20 mg estrogen per hari. Selain
berakhirnya daur ovarium dan haid, hilangnya estrogen
ovarium setelah menopause menimbulkan banyak perubahan
fisik dan emosional. Perubahan-perubahan ini mencakup kekeringan vagina,yargdapat menimbulkan rasa tidak nyaman
selama hubungan seks, dan atrofi bertahap organ genital.
Namun, wanita pascamenopause tetap memiliki hasrat seks,
karena pengaruh androgen adrenal mereka.

846

Bab 20

CATAIAN KLINIS. Karena esrrogen memiliki efek


fisiologik yang luas di luar sistem reproduksi maka penurunan drastis estrogen ovarium pada menopause mempengaruhi sistem tubuh lain, terutama tulang dan sistem
kardiovaskular. Estrogen membantu pembentukan tulang
yang kuat, melindungi wanita pramenopause dari osteoporosis yang menyebabkan penipisan tulang (lihat h. 795). Penurunan estrogen pascamenopause meningkatkan aktivitas
osteoklas pelarut tulang dan menurunkan aktivitas osteoblas
penghasil tulang. Akibatnya adalah berkurangnya kepadatan
tulang dan meningkatnya insidens fraktur tulang.
Estrogen juga membantu memodulasi efek epinefrin
dan norepinefrin pada dinding arteriol. Berkurangnya estrogen pada menopause menyebabkan kontrol aliran darah
menjadi tak stabil, rerurama di pembuluh kulit. Peningkatan
transien aliran darah hangat melalui pembuluh-pembuluh
superfisial ini merupakan penyebab "hotflashes" yang sering
menyertai menopause. Stabilitas vasomotor secara bertahap
pulih pada wanita pascamenopause sehingga hot flashes ini
akhirnya mereda.
Kini anda telah mempelajari proses-proses yang berlangsung jika tidak terjadi fertilisasi. Karena fungsi utama
sistem reproduksi, tentu saja, adalah reproduksi, maka selanjutnya kita akan mengalihkan perhatian pada rangkaian kejadian yang berlangsung ketika terjadi pembuahan.

Tuba uterina adalah tempat pembuahan.

Fertilisasi (pembuahan), penyatuan gamet pria dan wanita,


dalam keadaan normal terjadi di ampula, sepertiga atas tuba
uterina (Gambar 20-2f). Karena itu, baik ovum maupun
sperma harus diangkut dari tempat produksi mereka di gonad
ke ampula.

TRANSPOR OVUM KETUBA UTERINA

Ketika dibebaskan saar ovulasi, ovum segera diambil oleh


tuba uterina. Ujung tuba uterina yang melebar menjulrtr
membungkus ovarium dan mengandung ffmbria, tonjolan
mirip jari yang berkontraksi dengan gerakan menyapu untuk
menuntun ovum yang baru dibebaskan ke dalam tuba uterina (Gambar 20-2b,h.814, dan20-21). Selair itu, fimbria

dilapisi oleh silia-tonjolan halus mirip rambut yang berdenyut dalam gelombang-gelombang mengarah ke interior
tuba uterina-yang ikut menjamin mengalirnya ovum ke dalam tuba uterina (lihat h. 45). Di dalam tuba uterina, ovum
cepat didorong oleh kontraksi peristaltik dan gerakan silia
ampula.

Konsepsi dapat terjadi selama renrang waktu yang


sangat terbatas dari setiap siklus (masa subur). Jika tidak dibuahi, ovum mulai mengalami disintegrasi dalam 12 sampai

24 jam lalu difagosit oleh sel-sel yang melapisi bagian dalam


saluran reproduksi. Karena itu, fertilisasi harus terjadi dalam
24 jam setelah ovulasi, ketika ovum masih hidup. Sperma
biasanya bertahan hidup sekitar 48 jam tetapi dapat tetap
hidup hingga lima hari di dalam saluran reproduksi wanita,
sehingga sperma yang diletakkan lima hari sebelum ovulasi

uterina Tempat optimal


\ \ tertilisasi

Tuba

Waktu

kemunculan Persen dari


Lokasi

Tempat

fertilisasi
(sepertiga ata

tuba uterina)
Uterus

Kanalis

servikalis

,. Ampula
." tuba uterina
\sperma

(menit setelah sperma yang


diejakulasikan

ejakulasi)

-lt

lltt
titl
|
ll o,
teG6o

o oo1

rc-zo

l|l
tllt
I r-s ll a
tllt
I o
ll

1oo

mengelilingi
ovum

.\
/\

Uterus

/
Ovarium

f,

l'I

Sperma dan ovum diperbesar.

:.

Ovum yang
diovulasikan

.ri

' .- .--Kanalis

-Didasarkan pada
data dari hewan.

..

'Fimbria

servikalis

j
t. , ,
180 juta sperma
" e" -Vagina
diletakkan
-d
.r-ts';= '"'

{I i;;:+S .--Penis
r:

Gambar 20-2I
Transpor ovum dan sperma ke tempat pembuahan.

hingga 24 jam setelah ovulasi dapat membuahi ovum yang


dibebaskan, meskipun waktu-waktu ini dapat sangat'bervariasi.

CA'TAIAN KLINIS. Kadang-kadang ovum gagal disalurkan ke tuba uterina dan tetap berada di rongga peritoneum. Meskipun jarang, ovum ini dapat mengalami pembuahan dan menyebabkan kehamilan ektopik abdomen, di
mana relur yang telah dibuahi tertanam di anyaman pembuluh darah ke organ-organ pencernaan dan bukan di tempat
lazimnyadi uterus (ebtopib arrinya "salah tempat"). Kehamilan abdomen ini sering menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa karena aliran darah organ pencernaan tidak
dipersiapkan untuk berespons secara tepat terhadap implantasi selayaknya endometrium. Jika kehamilan tak lazim ini
dibiarkan berlanjut hingga aterm, maka bayi harus dilahirkan
secara bedah karena tidak tersedia pintu keluar normal. Kemungkinan penyulit pada ibu saat lahir sangat besar karena
pembuluh darah pencernaan tidak dirancang untuk "menambal sendiri" setelah persalinan seperti halnya endometrium.

TRANSPOR SPERMA KE TUBA UTERINA


Setelah diendapkan di vagina saat ejakulasi, sperma harus
berjalan meiewati kanalis servikalis, lalu uterus, dan kemu-

dian sampai ke sel telur

di sepertiga atas tuba uterina


(Gambar 20-21). Sperma pertama tiba di tuba uterina setengah jam setelah ejakulasi. Meskipun sperma dapat bergerak melalui kontraksi mirip pecut ekornya, namun 30 menit adalah waktu yang terlalu singkat bagi mobiliras sperma
untuk membawa diri mereka sendiri ke tempat pembuahan.
Untuk menempuh perjalanan jauh ini, sperma memerlukan
bantuan saluran reproduksi wanita.
Hambatan perrama adalah meiewati kanalis servikalis.
Hampir sepanjang siklus, karena tingginya kadar progesteron
dan rendahnya esrrogen, mukus serviks menjadi terlalu

kental bagi penetrasi sperma. Mukus serviks menjadi cukup


encer dan tipis untuk melewatkan sperma hanya jika kadar
estrogen tinggi, ketika folikel matang siap untuk berovulasi.
Sperma bermigrasi naik melewati kanalis servikalis d.engan
kemampuannya sendiri. Saluran ini hanya dapat dilewati
selama dua sampai tiga hari dalam setiap siklus haid, sekitar

waktu ovulasi.
Setelah sperma masuk ke uterus, konrraksi miometrium
mengaduk-aduk sperma seperti "mesin cuci,, dan dengan cepat menyebabkan sperma tersebar ke seluruh rongga uterus.
Ketika mencapai tuba uterina, sperma t.rdorongL tempat
pembuahan di ujung atas tuba uterina oleh kontraksi otot
polos tuba urerina yang mengarah ke atas. Kontraksi mio-

metrium dan tuba uterina yang mempermudah transpor


sperma ini diinduksi oleh kadar esrrogen yang tinggi tepat
sebelum ovulasi, dibantu oleh prostaglandin vesikuia semi_
nalis.

Riset-riset baru menunjukkan bahwa ketika sperma


mencapai ampula, ovum bukan merupakan mitra pasif dalam
konsepsi. Sel telur marang mengeluarkan alurin, suatu bahan
kimia yang menarik sperma dan menyebabkan sperma ber_
gerak menuju gamet wanita yang telah
para ilmu-.rr-rr.ggrr.
wan juga baru-baru ini menemukan adanya resepror sperma
yang mendeteksi dan berespons terhadap kemoatraktan yang
dikeluarkan oleh ovum (lihat h. 451).yangmenarik, ,.r.p,oi

ini, yang dinamai hORlT-4,

adalah reseptor olfaktorius


(RO), serupa dengan yang ditemukan dihidung untuk per_
sepsi bau (lihat h. 247). Karena itu, sperma ,,membaui,, telur.
M.l"lT anggapan yang sekarang dianut, pengaktifan reseptor hOR17-4 pada pengikatan dengan alurin (atau sinyal
lainnya) dari sel telur memicu suatu jalur pembawa pesan
kedua di sperma yang menyebabkan pelepasin Car. intrasel.
Ca2- ini seianjutnya mengaktifkan pergeseran mikrotubulus
yang menyebabkan gerakan ekor dan berenangnya sperma
menuju arah sinyal kimiawi (lihat h. 4g).

Sistem Reproduksi 947

Bahkan di sekitar waktu ovulasi, saat sperma dapat menembus kanalis servikalis, dari ratusan juta sperma yang diletakkan dalam satu kali ejakulasi, hanya beberapa ribu yang
dapat mencapai tuba uterina (Gambar 20-21). Sedemikian
kecilnya persentase sperma yang diletakkan yang dapat men-

capai tujuan merupakan penyebab mengapa konsentrasi


sperma harus sangat tinggi (20 juta/ml semen) agar seorang
pria dapat dianggap subur. Penyebab lain adalah bahwa diperlukan enzim-enzim akrosom dari banyak sperma untuk

dengan reseptor sel telur ini dan menembusnya. Sperma


pertama yang mencapai ovum itu sendiri berfusi dengan
membran plasma ovum (sebenarnya suatu oosit sekunder),
memicu suatu perubahan kimiawi di membran yang mengelilingi ovum sehingga lapisan luar ini tidak dapat lagi ditembus oleh sperma lain. Fenomena ini dikenal sebagai
hambatan terhadap polispermia ("banyak sperma').
Kepala sperma yang menyatu tersebut secara perlahan

menembus sawar yang mengelilingi ovum (Gambar 20-22).

tertarik ke dalam sitoplasma ovum oleh suatu kerucut yang


tumbuh dan membungkusnya. Ekor sperma sering lenyap
dalam proses ini, tetapi kepala membawa informasi genetik

FERTILISASI

yang penting. Bukti-bukti terakhir menunjukkan bahwa

Ekor sperma digunakan untuk bergerak bagi penetrasi akhir


ovum. lJntuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma
mula-mula harus melewati korona radiata dan zona pelusida
yang mengelilingi sel telur. Enzim-enzim akrosom, yang terpajan ketika membran akrosom pecah setelah berkontak
dengan korona radiata, memungkinkan sperma membuat
saluran menembus sawar-sawar protektif ini (Gambar 2023). Sperma dapat menembus zona pelusida hanya setelah
berikatan dengan reseptor spesifik di permukaan lapisan ini.
Pengikatan molekul-molekul mitra antara sperma dan ovum
hanya baru-baru ini ditemukan. Fertilin, suatu protein yang

terdapat di membran plasma sperma, berikatan dengan


integrin sel telur, suatu jenis molekul perekat sel yang menonjol dari permukaan luar membran plasma (lihat h. 64).
Hanya sperma dari spesies yang sama yang dapat berikatan

sperma mengeluarkan nitrat oksida setelah berhasil masuk


seluruhnya ke dalam sitoplasma sel telur. Nitrat oksida ini
mendorong pelepasan Cat'yangtersimpan di dalam sel telur.
Pelepasan Ca2- intrasel ini memicu pembelahan meiotik akhir
oosit sekunder. Dalam satu jam, nukleus sperma dan sel telur
menyatu, berkat adanya suatu kompleks molekul yang diberikan oleh sperma yang memungkinkan kromosom pria
dan wanita menyatu. Selain menyumbang separuh dari kromosom ke ovum yang dibuahi, yang sekarang dinamai zigot,
sperma pemenang ini juga mengaktifkan enzim-enzim ovum
yang esensial bagi perkembangan awal mudigah.

I Blastokista

tertanam di endometrium melalui


kerja berbagai enzim trofoblastiknya.
Selama tiga sampai empat jam pertama setelah pembuahan,

zigot tetap berada di dalam ampula, karena penyempitan


antara ampula dan saluran tuba uterina sisanya menghambat
pergerakan lebih lanjut zigot menuju uterus.

TAHAP-TAHAP AWAL DI AMPULA

Namun, selama tahap

ini

zigot tidak tinggal diam. Zigor


mitotik un(uk
membentuk suatu bola padat sel-sel yang disebut morula
(Gambar 20-24). Sementara itu, peningkatan kadar proges-

cepat mengalami sejumlah pembelahan sel

teron dari korpus luteum yang baru terbentuk setelah ovulasi


merangsang pengeluaran glikogen dari endometrium ke da-

lam lumen saluran reproduksi untuk digunakan

sebagai

energi oleh mudigah. Nutrien-nutrien yang tersimpan dalam


sitoplasma ovum dapat mempertahankan produk konsepsi
untuk waktu kurang dari sehari. Konsentrasi nurrien yang

dikeluarkan meningkat lebih cepat


daripada di lumen urerus.

di

ampula yang kecil

PENURUNAN MORULA KE DALAM UTERUS

Gambar 2O-22
Foto mikroskop elektron memperlihatkan sperma yang
berkerumun di permukaan sebuah sel telur.

848

Bab 20

Sekitar tiga sampai empat hari setelah ovulasi, progesteron


diproduksi dalam jumlah memadai untuk melemaskan konstriksi tuba uterina sehingga morula dapat dengan cepar terdorong ke dalam uterus oleh kontraksi peristaltik tuba Lrtrina dan aktivitas silia. Penundaan sementara mudigah yang
baru terbentuk masuk ke dalam uterus memungkinkan
nutrien-nutrien terkumpul di lumen uterus untuk menunjang mudigah sampai implantasi berlangsung. Jika tiba terlalu cepat di uterus, morula akan mati.

Nukleus ovum yang sedang


mengalami pembelahan
meiotik kedua

Korona radiata

Badan polar pertama

Zona pelusida

Spermatozoa

Membran plasma
ovum

Akrosom
berisi enzim

1i:,

Kepala spermatozoa

yang mengandung
nukleus

'rgL

}fri

r#

Saluran yang menembus


sawar-sawar yang mengelilingi
ovum dan dibuat oleh enzimenzim akrosom. Enzim-enzim
ini terpajan karena rusaknya
membran akrosom

Spermatozoa yang
telah menyelesaikan

fertilisasi

Gambar 20-23
Proses fertilisasi. (a) Gambaran skematik sperma yang menembus sawar-sawar yang mengelilingi ovum. (b) Foto mikroskop
elektron memperlihatkan sebuah spermatozoa dengan membran akrosom yang telah rusak dan enzim-enzim akrosom

dibebaskan (warna merah).

Ketika turun ke uterus, morula mengapung bebas di


dalam rongga uterus selama tiga sampai empat hari, hidup
dari sekresi endometrium dan terus membelah. Selama enayn
sampai tujuh hari pertama setelah ovulasi, sementara mudigah yang sedang berkembang dalam keadaan transit di tuba

di lumen uterus, lapisan dalam


uterus secara bersamaan dipersiapkan untuk implantasi di
bawah pengaruh progesteron fase luteal. Selama waktu ini,
uterus berada dalam fase sekretoriknya, atau fase progestasional, menyimpan glikogen dan mengalami peningkatan

kehamilan tuba adalah nyeri akibat reregangnya tuba r.rterina


oleh mudigah yang tumbuh. Jika tidak diangkat, mudigah
tersebut dapat menyebabkan ruptur tuba uterina, menyebabkan perdarahan yang dapat memarikan.

uterina dan mengapung

vaskularisasi.

CATAIAN KLINIS. Kadang-kadang morula gagal turun ke dalam uterus dan terus berkembang dan tertanam di
lapisan dalam tuba uterina. Hal ini menyebabkan kehamilan
ektopik tuba, yang harus diakhiri. Sembilan puluh lima
persen kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba. Kehamilan

IMPLANTASI BLASTOKISTA DI ENDOMETRIUM


YANG TETAH DI PERSIAPKAN
Pada saat endometrium siap menerima implantasi (sekitar
seminggu setelah ovulasi), morula telah turun ke uterus dan
terus berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi blastokista
yang dapat melakukan implantasi. \(aktu satu minggu setelah pembuahan dan sebelum implantasi memungkinkan endometrium dan mudigah sama-sama mempersiapkan implanrasi.

seperti

Blastokista adalah suatu bola berongga berlapis tunggal dan terdiri dari sekitar 50 sel mengelilingi sebuah rongga

mudigah yang sedang tumbuh. Peringatan pertama adanya

berisi cairan, dengan suaru massa padat sel-sel berkelompok


di satu sisi (Gambar 20-24). Massa padat ini, yang dikenal

ini tidak pernah berhasil, karena tuba uterina tidak


dapat mengembang seperti uterus untuk mengakomodasi

Sistem Reoroduksi EAg

Blastokista
(potongan melintang)

Massa sel dalam


Ditakdirkan
untuk menjadi
janin

Pembelahan

Morula

ffi

Spermatozoa Ovum(potongan

ffi
W

| ,. -/
n,
///

Trofoblas
Menyelesaikan
implantasi dan
berkembang
menjadi plasenta
bagian janin

'

':=!::l::,::rr'---fu.
.,'l.n't.

.,i,,-i;i!r$tr

l.

,-w

//

z/-:

#'.,

.,*

.1.,

,"y.1 , 1,.\\

:i"l

Fertilisasi

I
,4F -::'En:

#i'

melintang)

r.'$. - ;z Oosit
../
sekunder

"==,

,/

.,,

(ovum)

i'/
Ovulasi

lmplantasi

\Ov arium

Endometrium
uterus

Struktur tidak digambar sesuai

skala.

Ukuran sebenarnya

Gambar 20-24
Tahap-tahap awal perkembangan dari fertilisasi sampai implantasi. Perhatikan bahwa ovum yang dibuahi secara progresif
membelah dan berdiferensiasi menjadi blastokista selagi bergerak dari tempat fertilisasi di tuba uterina bagian atas ke tempat
implantasi di uterus

sebagai massa sel dalam, berkembang menjadi mudigah/


janin itu sendiri. Blastokista sisanya tidak membentuk janin
tetapi memiliki peran suportif selama kehidupan intrauteri.
Lapisan tipis paling luar, trofoblas, melaksanakan implantasi dan kemudian berkembang menjadi plasenta bagian
janin.
Setelah blastokista siap berimplantasi, permukaannya
menjadi lengket. Pada saat ini endometrium telah siap me-

nerima mudigah. Blastokista melekat ke lapisan dalam uterus


sisi massa sel dalamnya (Gambar 20-25,Iangkah ,1). Implantasi dimulai ketika, setelah berkontak dengan endome-

di

trium,

sel-sel trofoblastik yang menutupi massa sel dalam

mengeluarkan enzim-enzim pencerna protein. Enzim-enzim


ini mencerna sel-sel endometrium dan membentuk jalan sehingga genjel-genjel sel trofoblas mirip jari dapat menembus
dalam ke endometrium, tempat genjel-genjel ini rerus mencerna sel uterus (Gambar 20-25, langkah *). Melalui efek
kanibalistiknya, trofoblas melakukan fungsi ganda (1) menyelesakan implantasi dengan membuat lubang di endometrium untuk blastokista dan (2) menyediakan bahan mentah

dan bahan bakar metabolik untuk mudigah yang

sedang

berkembang sewaktu tonjolan-tonjolan trofoblastik menguraikan jaringan endometrium kaya nutrien. Dinding sel-sel
trofoblas yang masuk ke endometrium luruh, membentuk
sinsitium multinukleus yang akhirnya akan menjadi plasenta
bagian janin.

Jaringan endometrium di tempat kontak, y^Lg tetangsang oleh invasi trofoblas, mengalami perubahan drastis yang

meningkatkan kemampuannya untuk menunjang mudigah

850

Bab 20

yang berimplantasi. Sebagai respons terhadap pembawapembawa pesan kimiawi yang dibebaskan oleh blastokista,
sel-sel endometrium mengeluarkan prostaglandin, yang secara lokal meningkatkan vaskularisasi, menimbulkan edema,

dan meningkatkan simpanan makanan. Jaringan endometrium yang mengalami modifikasi sedemikian rupa di tempat
implantasi disebut desidua. Ke dalam jaringan desidua yang
sangat kaya inilah blastokista terbenam. Setelah blastokista
membuat terowongan ke dalam desidua oleh aktivitas trofoblas, suatu lapisan sel endometrium menutupi permukaan
lubang, mengubur total blastokista di dalam lapisan dalam
uterus (Gambar 20-25,langkah $). Lapisan trofoblas terus
mencerna sel-sel desidua sekitar, menghasilkan energi untuk
mudigah sampai plasenta terbentuk.

MENCEGAH PENOLAKAN MUDIGAH/JANIN


Apa yang mencegah ibu menolak secara imunologis mudigah/janin, yang sebenarnya adalah "orang asing" bagi sistem
imun ibu, karena secara genetis separuhnya berasal dari
kromosom ayah yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa
hipotesis yang sedang dalam penelitian. Bukti-bukti baru
menunjukkan bahwa trofoblas menghasilkan ligan Fas, yang
berikatan dengan Fas, suatu resepror khusus di permukaan
sel T sitotoksik aktif ibu. Sel T sitotoksik adalah sel imun
yang melaksanakan tugas menghancurkan sel asing (lihat h.
471). Petgikatan ini memicu sel-sel imun yang bertujuan
menghancurkan mudigah/janin asing yang sedang terbentuk
mengalami apoptosis (bunuh diri), sehingga mudigah/janin

Endometriurn-

%
,Ss

terhindar dari penolakan sistem imun. Peneliti lain mendapatkan bahwa plasenta bagian janin yang.berasal dari tro-

Rongga uterus

*
t<apiter

foblas, menghasilkan suatu enzim, indolamin 2,3-dio[sige-

--*-.: Q- :*

Tonjolan
sel trofoblas

Trofoblas
@.

(lapisan

.4f

permukaan sel
blastokista)

q'

I
Lapisan dalam uterus
blastokista yang mengapung
@ f"tit
bebas" melekat ke lapisan endometrium,

tonjolan sel trofoblastik mulai

Lapisan
i

dalam uterus

d u a -------------..:=

]:ij''""

___---

*:^
Rongga
amnion

"- +_",

trofoblastik

yang mungkin menyerang janin (lihat h. 471) .

KONTRASEPSI

menembus endometrium.

Des

nase (IDO), yang merusak triptofan. Tiiptofan, suaru asam


amino, adalah faktor penring dalam pengaktifan sel T sitotoksik ibu. Karena itu, mudigah/janin, melalui hubunganhubungan trofoblastiknya, dipercayai mempertahankan diri
dari penolakan dengan meredam aktivitas sel T sitotoksik
ibu di dalam plasenta yang seharusnya menyerang jaringan
asing yang sedang berkembang ini. Selain itu, penelitianpenelitian terkini memperlihatkan bahwa pembentukan sel
T regulatorik berlipat dua atau tiga pada hewan percobaan
yang hamil. Sel-sel T regulatorik menekan sel T sitotoksik ibu

CATAIAN KLINIS. Pasangan yang ingin berhubungan seks


tetapi menghindari kehamilan memiliki sejumlah pilihan
metode kontrasepsi ("menentang konsepsi"). Metodemetode ini bekerja dengan menghambat salah satu dari tiga
tahap utama dalam proses reproduksi: transpor sperma ke
ovum, ovulasi, atau implantasi (Lihat fitur boks di h. 853,
Konsep, Tantangan, dan Kontroversi, untuk perincian lebih
lanjut tentang cara dan alat kontrasepsi).
Berikutnya marilah kita membahas plasenta secara lebih
mendalam.

Massa sel dalam

I Plasenta adalah organ pertukaran

antara darah

ibu dan .ianin.

fonlotan sel trofoblas terus masuk


lebih dalam ke endometrium,
membuat lubang untuk blastokista.
Batas antar sel dijaringan
trofoblastik meluruh

Simpanan glikogen di endometrium hanya cukup untuk


memberi makan mudigah/janin selama beberapa minggu
pertamanya. Untuk mempertahankan pertumbuhan mudi-

gah/janin selama kehidupan intraurerinya, segera terbentuk


plasenta, suatu organ khusus pertukaran antara darah ibu
dan janin (Gambar 20-26). Plasenta berasal dari jaringan
trofoblas dan desidua.

PEMBENTUKAN PLASENTA DAN KANTUNG

AMNION

Ketika implantasi selesai,


blastokista terbenam total
di endometrium

Gambar 20-25
lmplantasi blastokista

Pada hari ke-12, mudigah telah rerbenam total di dalam


desidua. Pada saat ini lapisan trofoblas telah memiliki ketebalan dua lapisan sel dan disebut korion. Seiring dengan
terus berkembang dan dihasilkannya enzim-enzim oleh korion, terbentuk anyaman rongga-rongga yang ekstensif di
dalam desidua. Korion yang meluas menggerus dinding kapiler desidua, menyebabkan darah ibu bocor dari kapiler dan
mengisi rongga-rongga ini. Darah dicegah membeku oleh
suatu antikoagulan yang dihasilkan oleh korion. Tonjolan,
tonjolan jaringan korion berbentuk jari menjulur ke dalam
genangan darah ibu. Segera mudigah yang sedang tumbuh
ini mengirim kapiler ke dalam tonjolan korion untuk mem-

bentuk vilus plasenta. Sebagian vilus menjorok menembus


ruang berisi darah untuk melekatkan plasenta bagian janin
ke jaringan endometrium, tetapi sebagian besar hanya men-

julur ke dalam genangan darah ibu.

Sistem Reproduksi 851

Endometriurrr- T;
*

Rongga uterus

dq.

ranirer

--ff, *$
Trofoblas
(lapisan

permukaan sel
blastokista)
&

Lapisan dalam uterus

Ketika blastokista yang mengapung


bebas melekat ke lapisan endometrium,
tonjolan sel trofoblastik mulai
menembus endometrium.

Lapisan

dalam uterus

Rongga
amnion

trofoblastik

terhindar dari penolakan sisrem imun. Peneliti lain mendapatkan bahwa plasenta bagian janin yang berasal dari trofoblas, menghasilkan suatu enzim, indolamin 2,3-dioksigenase (IDO), yang merusak triptofan. Triptofan, suatu asam
amino, adalah faktor penring dalam pengaktifan sel T sitotoksik ibu. Karena itu, mudigah/janin, melalui hubunganhubungan trofoblastiknya, dipercayai mempertahankan diri
dari penolakan dengan meredam aktivitas sel T sitotoksik

ibu di dalam plasenta yang seharusnya menyerang jaringan


asing yang sedang berkembang

ini.

Selain

itu, penelitian-

penelitian terkini memperlihatkan bahwa pembentukan sel


T regulatorik berlipat dua atau tiga pada hewan percobaan
yang hamil. Sel-sel T regulatorik menekan sel T sitotoksik ibu
yang mungkin menyerang janin (lihat h. 471).
KONTRASEPSI

CATAIAN KLINIS. Pasangan yang ingin berhubungan seks


tetapi menghindari kehamilan memiliki sejumlah pilihan
metode kontrasepsi ("menentang konsepsi"). Metodemetode ini bekerja dengan menghambat salah satu dari tiga
tahap utama dalam proses reproduksi: transpor sperma ke
ovum, ovulasi, atau implantasi (Lihat fitur boks di h. 853,
Konsep, Tantangan, dan Kontroversi, untuk perincian lebih
lanjut tentang cara dan alat kontrasepsi).
Berikutnya marilah kita membahas plasenta secara lebih
mendalam.

Massa sel daiam

I Plasenta adalah orEan pertukaran

antara darah

ibu dan janin.

Simpanan glikogen di endometrium hanya cukup untuk


memberi makan mudigah/janin selama beberapa minggu

fonlotan sel trofoblas terus masuk


lebih dalam ke endomeirium,
membuat lubang untuk blastokista.
Batas antar sel di jaringan
trofoblastik meluruh

pertamanya. Untuk mempertahankan pertumbuhan mudi-

gah/janin selama kehidupan intrauterinya, segera terbentuk


plasenta, suaru organ khusus pertukaran antara darah ibu
dan janin (Gambar 20-26). Plasenta berasal dari jaringan
trofoblas dan desidua.

PEMBENTUKAN PLASENTA DAN KANTUNG

AMNION

brio

Ketika implantasi selesai,


blastokista terbenam total
di endometrium

Gambar 20-25
lmplantasi blastokista

Pada hari ke-12, mudigah telah terbenam total di dalam


desidua. Pada saat ini lapisan trofoblas telah memiliki ketebalan dua lapisan sel dan disebut korion. Seiring dengan
terus berkembang dan dihasilkannya enzim-enzim oleh korion, terbentuk anyaman rongga-rongga yang ekstensif di
dalam desidua. Korion yang meluas menggerus dinding kapiler desidua, menyebabkan darah ibu bocor dari kapiier dan
mengisi rongga-rongga ini. Darah dicegah membeku oleh
suatu antikoagulan yang dihasilkan oleh korion. Tonjolantonjolan jaringan korion berbentuk jari menjulur ke dalam
genangan darah ibu. Segera mudigah yang sedang tumbuh
ini mengirim kapiler ke dalam tonjolan korion untuk membentuk vilus plasenta. Sebagian vilus menjorok menembus
ruang berisi darah untuk melekatkan plasenta bagian janin
ke jaringan endometrium, tetapi sebagian besar hanya menjulur ke dalam genangan darah ibu.

Sistem Reproduksi 851

;;i:t

ffi

4minssu

rI

:i.-"

.t+l.l:,.tLeh
-1i:-::il

.-:;

'1

="
'l:.:+;:rJ,'l',i
' .' i ,' :.rJ

,l

ft:*';:#'
8 minggu

i' i-'

qt.rr
*r4
c-'i - '-'.:','' ti
-".i.
.

i.:.

'i.

ii

:'i''.i
;i f
-,' ilqii*rt.ti:
-:.\.t'1;
1 l1r'

'

i,.

12

minggu

u,'il
J.

.,

/,-

Korda umbilikalis
(tali pusat) Cairan amnion

Kumpulan darah ibu

T,s. :_.1{,
,.-.'3"":''

Vilus plasenta
Ruang antarvilus
Jaringan desidua
UteTUS

Arteriol ibu
r,'.::'li . "'
. -=

Venula ibu

K."

'{,'--: .

Pembuluh janin
Aterm
Jaringan korion

--Plasenta Vejna Arteri


(b)

(a)

umbilikalis umbilikalis

Korion/
Amnion

Gambar 20-25
Plasentasi. (a) Hubungan antara janin yang sedang berkembang dan uterus seiring dengan kemajuan kehamilan. (b) Gambaran
skematik struktur ibu dan janin yang saling terkait yang membentuk plasenta. Tonjolan-tonjolan jaringan korion (anin)
berbentuk jari membentukvilus plasenta, yang menjulur ke dalam genangan darah ibu. Dinding kapiler desidua (ibu)
diruntuhkan oleh korion yang meluas sehingga darah ibu merembes melalui ruang-ruang antara vilus-vilus plasenta. Kapiler
plasenta janin bercabang-cabang dari arteri umbilikalis dan menjulur ke dalam vilus plasenta. Aliran darah janin yang melewati
pembuluh ini dipisahkan dari darah ibu hanya oleh lapisan korion tipisyang membentukvilus plasenta. Darah ibu masuk melalui
arteriol ibu, lalu mengalir membentuk genangan darah di ruang antarvilus. Di sini, terjadi pertukaran antara darah janin dan ibu
sebelum darah janin mengalir melalui vena umbilikalis dan darah ibu keluar melalui venula ibu.
(Sumber'. Bagian (a) diadaptasi dari Cecie Slarr, Biology: Concepts and Applications,4th ed., Gbr.38.25b, h.655. Hak cipta @ 2000
Brooks/Cole).

Setiap vilus plasenta berisi kapiler mudigah (kemudian


janin) yang dikelilingi oleh satu lapisan tipis jaringan korion,
yang memisahkan darah mudigah/janin dari darah ibu di
ruang antarvilus. Darah ibu dan janin tidak benar-benar
bercampur, tetapi sawar di antara keduanya sangatlah dpis.
Untuk membayangkan hubungan ini, pikirkanlah tangan
anda (pembuluh darah kapiler janin) dalam sarung tangan
karet (jaringan korion) yang terbenam di dalam air (genangan
darah ibu). Hanya sarung tangan karet yang memisahkan

852

Bab 20

tangan anda dari air. Dengan cara serupa, hanya jaringan


korion tipis (plus dinding kapiler janin) yang memisahkan
darah janin dan ibu. Semua pertukaran antara kedua aliran
darah berlangsung menembus sawar yang sangat tipis ini.
Keseluruhan sistem struktur ibu (desidua) dan janin (korion)
yang saling terkait ini membentuk plasenta.
Meskipun belum sempurna, plasenta telah terbentuk
dan bekerja pada lima minggu setelah implantasi. Pada saat
ini, jantung mudigah sudah memompa darah ke dalam vilus

Konsep, Tantangan, dan Kontroversi


Cara dan Alat Kontrasepsi
Kata kontrasepsi merujuk kepada
proses menghindari kehamilan selagi
melakukan hubungan seks. Tersedia
sejumlah metode kontrasepsi yang
beragam tingkat kemudahan pemakaian dan efektivitasnya (lihat tabel
penyerta). Metode-metode ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori
berdasarkan caranya mencegah
kehamilan: menghambat transpor
sperma ke ovum, mencegah ovulasi,
atau menghambat implantasi. Setelah
meneliti cara paling umum pencapaian
kontrasepsi oleh masing-masing cara
ini, kita akan melihat sekilas kemungkinan kontrasepsi di masa mendatang,
sebelum menyimpulkan dengan
pembahasan tentang pengakhiran
kehamilan yang tidak diinginkan.
Penghambatan Transpor Sperma ke
Ovum
I Kontrasepsi alami atau metode
irama dalam kontrol kelahiran
mengandalkan abstinensi (tidak
melakukan hubungan seks) selama
masa subur wanita. Wanita dapat
memperkirakan kapan ovulasi
terjadi dengan mencatat secara
cermat siklus haid mereka. Namun
karena siklus bervariasi maka cara
ini tidak terlalu efektif. Waktu
ovulasi dapat ditentukan secara
lebih tepat derlgan mencatat suhu
tubuh setiap pagi sebelum bangun.
Suhu tubuh sedikit meningkat

sekitar satu hari setelah ovulasi.


Metode irama suhu tidak bermanfaat dalam menentukan kapan
hubungan seks aman dilakukan
sebelum ovulasi tetapi cara ini
bermanfaat dalam menentukan
kapan waktunya aman untuk
kembali melakukan hubungan seks
setelah ovulasi.
Koitus interuptus adalah pengeluaran penis dari vagina sebelum
ejakulasi terjadi. Namun metode ini
hanya efektif sebagian karena

penentuan waktu sulit dilakukan


dan sebagian sperma mungkin telah
keluar dari uretra sebelum ejakulasi.
Kontrasepsi ki m i awi, misalnya gel,
busa, krim, dan supositoria
spermisida ("pembunuh sperma"),
jika dimasukkan ke dalam vagina
bersifat toksik bagi sperma selama
sekitar satu jam setelah pemakaian.
Metode sawar secara mekanis
mencegah transpor sperma ke tuba
uterina. Bagi pria, kondom adalah
suatu selubung karet atau lateks
kuat dan tipis yang dipasang pada
penis yang ereksi sebelum ejakulasi
untuk mencegah sperma masuk ke
dalam vagina. Bagi wanita,
diafragma, yang harus dipasang
oleh petugas terlatih, adalah suatu
kubah karet lentur yang dimasukkan melalui saluran vagina dan

serupa dengan diafragma. Cincin di

ujung terbuka kantung diletakkan


di luar vagina di atas genitalia

Tidak ada

Metode alami (irama)


Koitus interuptus
Kontrasepsi kimiawi
Metode sawar

20-30

Kontrasepsi oral

2-2,5

23
20
10-15

Kontrasepsi implan

Alat kontrasepsi dalam rahim

KB,

yang

diminum selama tiga minggu, baik


dalam kombinasi atau berurutan,
dan kemudian dihentikan selama
seminggu. Steroid ini, seperti
steroid alami yang diproduksi

dalam kanalis servikalis. Diafragma


ini ditahan di tempatnya dengan
melekat ke dinding vagina dan
harus dibiarkan selama paling
sedikit 6 jam tetapi jangan lebih
dari 24 jam setelah berhubungan
seks. Metode sawar sering
digunakan bersama dengan bahan
spermisida untuk meningkatkan
efektivitas. Cervical cap adalah
alternatif untuk diafragma yang
baru dikembangkan. Cervical cap,
yang lebih kecil daripada diafragma
dan dilapisi oleh spermisida,
menutupi serviks dan tertahan di
tempatnya oleh adanya hisapan.
Kondom wanita (atau vaginal
pouch) adalah metode sawar
terbaru yang dikembangkan. lni
adalah suatu kantung poliuretan
silindris berukuran 7 inci yang
tertutup di satu ujung dan terbuka
di ujung lain dengan cincin fleksibel
di kedua ujung. Cincin di ujung
buntu alat ini dimasukkan ke dalam
vagina dan terpasang pas di serviks,

90

pil

hanya dapat diperoleh dengan


resep, mencegah ovulasi terutama
dengan menekan sekresi
gonadotropin. Pil ini, yang
mengandung steroid sintetik mirip
estrogen dan mirip progesteron,

diletakkan di atas serviks untuk


menghambat masuknya sperma ke

AN G KA KEGAGALAN RATA-RATA
(KEHAMILAN SETAHUN/1 OO WANITA)

Sterilisasi, yaitu pemutusan secara


bedah duktus deferens (vasektomi)
pada pria atau tuba uterina (/4gasl
tuba) pada wanita, dianggap
sebagai metode permanen untuk
mencegah penyatuan sperma dan
ovum.

Pencegahan Ovulasi
Kontrasepsi oral, alau

selama siklus ovarium, menghambat


GnRH dan selanjutnya sekresi FSH

dan LH. Akibatnya, pematangan

folikel dan ovulasi tidak terjadi

Angka Kegagalan Rata-Rata Berbagai Teknik Kontrasepsi

METODE KONTRASEPSI

eksterna.

sehingga konsepsi mustahil


berlangsung. Endometrium
berespons terhadap pemberian
steroid eksogen dengan menebal
dan mengembangkan kapasitas
sekretorik, seperti yang terjadi pada
keadaan normal. Ketika steroid
sintetik ini dihentikan setelah tiga
minggu. lapisan dalam endometrium terlepas dan terjadi haid,
seperti yang normalnya terjadi pada
degenerasi korpus luteum. Selain
menghambat ovulasi, kontrasepsi
oral mencegah kehamilan dengan
meningkatkan kekentalan mukus
serviks, yang menyebabkan
penetrasi sperma menjadi lebih
sulit, dan dengan menurunkan
kontraksi otot di saluran reproduksi
wanita, yang menghambat transpor
sperma ke tuba uterina. Kontrasepsi
oral telah terbukti meningkatkan
risiko pembekuan intravaskular,
terutama pada wanita yang juga
merokok.
Beberapa metode kontrasepsi lain

mengandung hormon seks wanita


dan bekerja seperti pil KB untuk
mencegah ovulasi. Metode-metode
tersebut mencakup implantasi
jangka panjang subkutis ("di bawah
kulit") kapsul berisi hormon yang
secara bertahap mengeluarkan
hormon pada kecepatan hampir
tetap selama lima tahun dan koyo
KB) yang

(berlanjut)

Sistem Reproduksi 853

l(onsep, Tantangan, dan Kontroversi


Cara dan Alat Kontrasepsi (lanjutan)
mengandung hormon dan diserap
melalui kulit.
Penghambatan lmplantasi
Secara medis, kehamilan belum
dianggap dimulai sampai terjadi

implantasi. Menurut pandangan ini,


setiap mekanisme yang mengganggu
implantasi dikatakan mencegah
kehamilan. Namun, tidak semua
sependapat dengan pandangan ini.
Sebagian beranggapan bahwa
kehamilan dimulai pada saat pembuahan. Bagi mereka, setiap gangguan
terhadap implantasi adalah suatu
bentuk aborsi. Karena itu, metode
kontrasepsi yang mengandalkan
blokade implantasi lebih kontroversial
daripada metode yang mencegah
terjadinya fertilisasi.

Blokade implantasi paling sering


dilakukan dengan pemasangan oleh
dokter suatu intrauterine device
(lUD; alat kontrasepsi dalam rahim,
AKDR) ke dalam uterus. Mekanisme
kerja AKDR belum sepenuhnya
dipahami, meskipun kebanyakan
bukti menunjukkan bahwa adanya
benda asing di uterus memicu
respons peradangan lokal yang
mencegah implantasi ovum yang

telah dibuahi.
lmplantasi juga dapat dihambat oleh
apa yang disebut sebagai morningafter pill, yang juga disebut kontrasepsi darurat. lstilah pertama sebenarnya adalah salah kaprah, karena pil
ini dapat mencegah kehamilan jika
diminum dalam 72 jam setelah,
bukan hanya pada pagi hari setelah

hubungan seks tanpa pengaman.


Bentuk kontrasepsi darurat yang
paling umum adalah suatu kit yang
berisi pil-pil KB dosis tinggi. Pil-pil ini,

yang hanya diperoleh dengan resep,


bekerja dengan cara berbeda untuk
mencegah kehamilan bergantung
pada posisi wanita yang bersangkutan dalam siklus haidnya ketika ia
menggunakan obat ini. Pil ini dapat.
menekan ovulasi atau menyebabkan
degenerasi prematur korpus luteum,
sehingga mencegah implantasi ovum
yang telah dibuahi dengan menghentikan dukungan hormon atas
endometrium yang sedang tumbuh.
Kit ini hanya digunakan dalam
keadaan darurat-misalnya, jika
kondom bocor atau pada kasus
perkosaan-dan jangan d gu nakan
sebagai pengganti metode
kontrasepsi yang sedang digunakan.
i

Kemungkinan di Masa Mendatang


I Di cakrawala telah terlihat berbagai
penyempurnaan teknik-teknik

854

Bab 20

kontrasepsi yang sudah ada,


misalnya pil KB baru yang menekan
ovulasi dan haid selama berbulanbulan.
Teknik KB masa depan adalah
i m u n o k o ntra sepsr-pema ka a n
vaksin yang merangsang sistem
imun untuk menghasilkan antibodi
terhadap protein tertentu yang
sangat penting dalam proses
reproduksi. Efek kontraseptif vaksin
diharapkan bertahan hingga satu
tahun. Sebagai contoh, saat ini
sedang diteliti suatu vaksin yang

menginduksi pembentukan antibodi


terhadap gonadotropin korion
manusia sehingga hormon penunjang korpus luteum yang esensial ini
tidak efektif jika terjadi kehamilan.
Kemungkinan Iain yang menjanjikan adalah penghambatan
enzim-enzim akrosom sehingga
sperma tidak dapat masuk ke dalam
ovum. Peneliti lain telah mengembangkan vaksin eksperimental yang
membidik suatu protein yang

duktus deferens dengan suatu


pelarut akan menghilangkan efek
kontrasepsi tersebut.
Cara lain yang sedang diteliti adalah
kontrasepsi uniseks yang akan
menghentikan sperma di jalurnya
dan dapat digunakan untuk pria
atau wanita. Berdasarkan temuantemuan awal, idenya adalah
menggunakan obat penghambat
Ca2* untuk mencegah masuknya Ca2*
ke dalam ekor sperma. Seperti di sel

otot,

Ca2* mengaktifkan perangkat


kontraktil yang berperan dalam
motilitas sperma. Tanpa Ca2*,
sperma tidak dapat bergerak untuk

melakukan pembuahan.
Pengakhiran Kehamilan yang Tak

Diinginkan
I Jika metode kontrasepsi gagal atau
tidak digunakan dan terjadi
kehamilan yang tidak diinginkan,
wanita yang bersangkutan sering
beralih ke aborsi untuk mengakhiri
kehamilan. Lebih dari separuh dari

ditambahkan oleh epididimis ke

sekitar 6,4 juta kehamilan di

permukaan sperma sewaktu


pematangan sel ini.
Beberapa peneliti sedang mengeksplorasi cara-cara untuk menghambat penyatuan sperma dan sel
telur dengan mengintervensi
interaksi spesifik yang normalnya
terjadi antara gamet pria dan
wanita. Sebagai contoh, saat ini
sedang diteliti bahan-bahan kimia
yang dimasukkan ke dalam vagina
untuk memicu pelepasan prematur
enzim akrosom, menyebabkan

Amerika Serikat setiap tahun adalah


tidak diinginkan, dan sekitar 1,6
juta dari jumlah tersebut berakhir

tidak lagi memiliki cara


untuk membuahi sel telur yang
telah berovulasi.
Sebagian peneliti sedang mencari
cara untuk memanipulasi hormon
untuk menghambat produksi
sperma pada pria tanpa mengurangi
testosteron pria yang bersangkutan.
Salah satu contoh kontrasepsi pria
yang sedang dikembangkan adalah
kombinasi testosteron dan progestin yang menghambat GnRH dan
hormon-hormon gonadotropik
sperma

sehingga sinyal yang merangsang


spermatogenesis lenyap.
Kemungkinan lain kontrasepsi pria
adalah sterilisasi kimiawi yang
dirancang untuk dapat dipulihkan,
tidak seperti sterilisasi bedah, yang
dianggap ireversibel. Dalam teknik
eksperimental ini, suatu polimer
non-toksik disuntikkan ke dalam
duktus deferens, tempat bahan
kimia tersebut mengganggu
kemampuan sperma melakukan
fertilisasi. Pembilasan polimer dari

dengan aborsi. Meskipun pengeluaran mudigah/janin secara bedah


legal di Amerika Serikat, praktek
aborsi dipenuhi oleh kontroversi
emosional, etis, dan politis.
Pada akhir tahun 2000, di tengah
kontroversi yang menghangat, "pil
aborsi", RU 486, alau mifepriston,
diijinkan untuk digunakan di
Amerika Serikat, meskipun obat ini
sebenarnya sudah tersedia di
negara-negara lain sejak tahun
1988. Obat ini mengakhiri kehamilan dini melalui intervensi kimiawi
dan bukan dengan pembedahan.
RU 486, suatu antagonis progesteron, berikatan erat dengan
reseptor progesteron di sel sasaran
tetapi tidak memicu efek progesteron yang biasa dan mencegah
progesteron berikatan dan
menimbulkan efek. Jaringan
endometrium yang telah
berkembang, karena tidak
mendapat dukungan progesteron,
terlepas dan membawa serta
mudigah yang terimplantasi di
dalamnya. Pemberian RU 486 diikuti
dalam 48 jam oleh prostaglandin
yang menginduksi kontraksi uterus
untuk membantu mengeluarkan
endometrium dan mudigah.

plasenta serta ke jaringan mudigah. Sepanjang gestasi, darah


secara terus-menerus mengalir antara vilus plasenta

janin

dan sistem sirkulasi janin melalui arteri umbilikalis dan


vena umbilikalis, yang terbungkus di dalam korda umbilikalis (tali pusat), suatu.penghubung antara janin dan plasenta (Gambar 20-26). Darah ibu di dalam plasenta secara

hamil harus sangat berhati-hati terhadap kemungkinan pajanan dari bahan apapun yang berpotensi merugikan.
Piasenta juga memiliki fungsi penring lain-plasenta
adalah organ endokrin temporer selama kehamilan, suatu
topik yang kini akan kita bahas.

terus-meneru.s diganti oleh darah segar yang masuk melalui


arteriol-arteriol uterus; darah ibu lalu mengalir melalui ruang

I Hormon yang dikeluarkan oleh plasenta

antarvilus, tempat darah tersebut bertukar bahan dengan


darah janin di vilus sekitar, kemudian keluar melalui vena

berperan penting untuk rnempertahankan


kehamilan.

uterina.
Sementara itu, selama waktu implantasi dan awal perkembangan plasenta, massa sel dalam membentuk rongga
amnion berisi cairan di antara korion dan bagian massa sel
dalam yang ditakdirkan menjadi janin. Lapisan epitei yang
membungkus rongga amnion disebut kantung amnion, atau
amnion. Seiring dengan perkembangannya, kantung amnion
akhirnya menyatu dengan korion, membentuk satu membran kombinasi yang mengelilingi mudigah/janin. Cairan di
rongga amnion, cairan amnion (air ketuban), y"ng komposisinya serupa dengan CES normal, mengelilingi dan menjadi
bantalan bagi janin sepanjang kehamilan (Gambar 20-25,
20-26. dan 20-27).

Bagian plasenta yang berasal dari janin memiliki kemampuan


luar biasa untuk mengeluarkan sejumlah hormon steroid dan
peptida yang esensial untuk mempertahankan kehamilan.
Yang terpenting adalah ltuman chorionic gonadotropin (gonadotropin korion manusia), estrogen, dan ?rlgesteron (Tabel
20-5). Plasenta, dengan berfungsi sebagai organ endokrin
utama pada kehamilan, bersifat unik di antara jaringanjaringan endokrin dalam dua aspek. Pertama, organ ini bersifat transien. Kedua, sekresi hormon tidak dipengaruhi oleh
kontrol ekstrinsik, berbeda dari mekanisme ketat yang sering
kompleks yang mengarur sekresi hormon lain. Jenis dan
kecepatan sekresi hormon plasenta bergantung terutama
pada tahap kehamilan.

FUNGSI PLASENTA
Selama kehidupan intrauteri, plasenta melakukan fungsi sis-

tem pencernaan, sistem pernapasan, dan ginjal bagi janin


"parasitik" ini. Janin memiliki sistem-sisrem organ ini tetapi

SEKRESI GONADOTROPIN KORION MANUSIA


Salah satu proses endokrin pertama adalah sekresi gonado-

tropin korion manusia (human chorionic gonadotropin,

di dalam lingkungan intrauteri

sisrem-sisrem tersebut tidak


dapat (dan tidak perlu) berfungsi. Nutrien dan O, berdifusi
dari darah ibu mendmbus sawar tipis plasenta ke dalam darah
janin, sementara CO, dan sisa metabolik lain secara bersamaan berdifusi dari darah janin ke dalam darah ibu. Nutrien dan O, yang dibawa ke janin dari darah ibu diperoleh
dari sistem pencernaan dan pernapasan ibu, dan CO, dan zat
sisa yang dipindahkan ke darah ibu masing-masing dikeluarkan oleh paru dan ginjal ibu. Karena itu, saluran cerna,
saluran napas, dan ginjal ibu juga berfungsi melayani kebutuhan janin selain kebutuhan diri sendiri.

rit

:*li:
@'j;:
Itrr:-

CATAIAN KLINIS. Sebagian bahan melewati sawar


plasenta melalui sistem transpor khusus di membran plasenta, sementara yanglain berpindah melalui difusi sederhana.
Sayangnya, banyak obat, polutan lingkungan, bahan kimia
lain, dan mikroorganisme di dalam darah ibu juga dapat
melewati sawar plasenta, dan sebagian dari bahan tersebut
dapat mencederai janin yang sedang tumbuh. Orang yang
lahir tanpa anggota badan akibat pajanan ke ralidomid, suatrt
obat penenangyang diresepkan bagi wanita hamil sebeium
efek parah obat ini pada janin diketahui, merupakan pengingat yang menyedihkan atas kenyataan ini. Demikian juga,
neonatus yang "ketagihan" selama gestasi akibat penyalahgunaan obat seperti heroin oleh ibunya menderita gejala
putus obat setelah lahir. Bahkan bahan-bahan kimia umum
misalnya aspirin, alkohol, dan bahan di dalam asap rokok
dapat mencapai janin dan menimbulkan efek merugikan.
Demikian juga, janin dapat terjangkit AIDS sebelum lahir
jika ibu mereka terinfeksi oleh virus ini. Karena itu, wanita

{
Gambar 2O-27
Janin manusia dikelilingi oleh kantung amnion. Janin
menjelang akhir trimester pertama kehamilan

Sistem Reproduksi 855

hCG), suatu hormon peptida yang memperlama usia korpus


luteum, oleh korion. Ingatlah bahwa selama siklus ovarium,
korpus luteum berdegenerasi dan lapisan dalam uterus yang
telah dipersiapkan terlepas jika tidak terjadi fertilisasi dan
implantasi. Jika terjadi pembuahan maka blastokista yang
tertanam menyelamatkan dirinya sendiri dari kematian akibat terbilas dalam darah haid dengan menghasilkan hCG.

Hormon ini, yang

secara fungsional

mirip LH, merangsang

dan mempertahankan korpus luteum sehingga struktur ini


tidak berdegenerasi. Unit endokrin ovarium ini, yang sekarang dinamai korpus luteum kehamilan, tumbuh semakin
besar dan semakin banyak menghasilkan esrrogen dan progesteron untuk 10 minggu selanjutnya sampai plasenta
mengambil alih sekresi hormon-hormon steroid ini. Karena
persistensi estrogen dan progesteron maka jaringan endometrium tebal dan seperti sumsum ini dipertahankan dan tidak
diluruhkan. Karena itu, haid berhenti selama kehamilan.

Stimulasi oleh hCG diperlukan untuk mempertahankan korpus luteum kehamilan karena LH, yang memperrahankan korpus luteum selama fase luteal normal siklus haid,
ditekan oleh umpan balik negatif kadar progesteron yang
tinggi.
Pemeliharaan kehamilan normal bergantung pada konsentrasi progesteron dan estrogen yang tinggi. Karena itu,
produksi hCG sangat penting selama trimester pertama untuk mempertahankan produi<si hormon-hormon ini oleh
ovarium. Pada janin lakilaki, hCG juga merangsang prekursor sel Leydig di testis janin untuk mengeluarkan tesrosreron,
yang menyebabkan maskulinisasi saluran reproduksi.
Laju sekresi hCG meningkat pesat selama awal kehamilan untuk menyelamatkan korpus luteum dari kematian.

Sekresi puncak hCG terjadi sekitar 60 hari setelah akhir siklus haid terakhir (Gambar 20-28). Pada minggu ke-10 kehamilan, pengeluaran hCG turun ke tingkat rendah yang
berlangsung sepanjang kehamilan. Tirrunnya hCG terjadi pa-

da saat korpus luteum tidak Iagi diperlukan untuk sekresi


hormon steroidnya, karena plasenta telah mulai mengeluarkan estrogen dan progesteron dalam jumlah yang signiftkan.
Korpus luteum kehamilan mengalami regresi parsial seiring
dengan merosotnya sekresi hCG, tetapi struktur ini tidak
diubah menjadi jaringan parut sampai setelah persalinan.
CATAIAN KLINIS. Gonadotropin korion manusia dikeluarkan dari tubuh melaiui urin. Uji diagnosis kehamilan
dapat mendeteksi hCG dalam urin hingga sedini bulan per-

tama kehamilan, sekitar dua minggu seteiah keterlambatan


haid pertama. Karena pada saat rersebur mudigah yang sedang
tumbuh belum dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik maka
uji ini memungkinkan kehamilan dikonfirmasi secara dini.

Thnda klinis kehamilan yang sering dijumpai adalah


morning sichness, serangan,serangan mual dan muntah yang
sering terjadi pada pagi hari meskipun dapat terjadi kapan
saja. Karena keadaan ini biasanya terjadi segera setelah implantasi dan bersamaan dengan puncak produksi hCG, maka
para ilmuwan berspekulasi bahwa hormon plasenta awal ini

mungkin memicu gejala, mungkin dengan bekerja pada


chemoreceptor

*iger

zone

di pusat muntah (lihat h. 658).

SEKRESI ESTROGEN DAN PROGESTERON

Mengapa plasenta yang sedang terlentuk tidak iangsung


menghasilkan estrogen dan progesteron alih-alih mengeiuarkan hCG, yang pada gilirannya merangsang korpus luteum

Tabel 20-5
Hormon Plasenta

r-roRMoN
i4 u ma

n Chorionic Gonadotropin (hCGl

Fstrogen $uga dikeluarkan oleh korpus


lwteurn kehamilanl
Progesteron (juga dikeluarkan oleh
korBus luteum keharnilan')

FU[IGSI

Mempertahankan korpus luteum kehamilan


Merangsang sekresi testosteron oleh testis mudigah XY
Merangsang pertumbuhan miometrium, meningkatkan kekuatan uterus untuk
persalinan

Membantu mempersiapkan kelenjar mamaria untuk laktasi


Menekan kontraksi uterus agar Iingkungan perkembangan janin tenang
Mendorong pembentukan sumbat mukus serviks untuk mencegah kontaminasi
uterus

ttuman Chorianic Somatomarnmatropin


tmemiliki struktur serupa dengan
hormon pertwrnbwhan dan prolaktin)

Membantu mempersiapkan kelenjar mamaria untuk laktasi


Dipercayai mengurangi pemakaian glukosa oleh ibu dan mendorong penguraian
simpanan lemak (serupa dengan hormon pertumbuhan) sehingga lebih banyak
glukosa dan asam lemak bebas dapat dialirkan ke janin
Membantu mempersiapkan kelenjar mamaria untuk laktasi (serupa dengan
prolaktin)

${elaksin (juga dikeluarkan oleh korpus


!uteum kehamilanJ

Melunakkan serviks dalam persiapan untuk pembukaan serviks saat persalinan


Memperlonggar jaringan ikat antara tulang-tulang panggul sebagai persiapan
untuk persalinan

PTI'irP (parafhyro id harmone- rel ated


pep"dfde) plasenta

Meningkatkan kadar Ca2* plasma ibu untuk digunakan dalam kalsifikasi tulang
janin; jika diperluka.n, mendorong disolusi lokal tulang ibu, memobilisasi simpanan
Ca'z* mereka untuk digunakan oleh janin yang sedang berkembang

855

Eab 20

untuk mengeluarkan kedua hormon penting ini? Jawabannya


adalah bahwa, karena berbagai sebab, plasenta tidak dapat
menghasilkan estrogen arau progesreron dalam .iumlah cukup
pada trimester pertama kehamilan. Pada kasus estrogen, plasenta tidak memiliki sbmua enzim yang diperlukan untuk
membentuk hormon ini. Sintesis estrogen memerlukan interaksi kompleks antara plasenta dan janin (Gambar 20-29).
Plasenta mengubah hormon androgen yang diproduksi oleh
korteks adrenal janin, dehidroepiandrosteron (DHEA), menjadi estrogen. Plasenta tidak dapat menghasilkan esrrogen
sampai janin telah berkembang ke titik di mana korteks
adrenalnya mengeluarkan DHEA ke dalam darah. Plasenta
mengekstraksi DHEA dari darah janin dan mengubahnya
menjadi estrogen, yang kemudian dikeluarkannya ke dalam
darah ibu. Estrogen primer yang disintesis dengan cara ini
adalah estriol, berbeda dari estrogen urama yang diproduksi
oleh ovarium, estradiol. Karena itu, pengukuran kadar estriol
dalam urin ibu dapat digunakan secara klinis menilai viabilitas janin.

Pada kasus progesteron, plasenta dapat mensintesis


hormon ini segera setelah implantasi. Meskipun plasenta dini
memiliki enzimyang diperlukan untuk mengubah kolesterol
yang diekstraksi dari darah ibu menjadi progesreron, namun
plasenta ini belum menghasilkan banyak hormon ini, karena
jumlah produksinya setara dengan berat plasenta. Selama 10
minggu pertama kehamilan plasenta terlalu kecil untuk
menghasilkan progesteron dalam jumlah yang memadai untuk mempertahankan jaringan endometrium. Peningkatan
nyata progesteron dalam darah dalam tujuh bulan terakhir
gestasi mencerminkan pertumbuhan plasenta selama periode

ini.
PERAN ESTROGEN DAN PROGESTERON DALAM
KEHAMILAN
Seperti telah disebutkan, diperlukan konsenrrasi estrogen
dan progesteron yang tinggi untuk mempertahankan kehamilan normal. Estrogen merangsang pertumbuhan miometrium, yang ukurannya bertambah besar sepanjang keha-

milan. Diperlukan otot uterus yang lebih kuat untuk


mengeluarkan janin sewaktu persalinan. Estriol juga mendo-

rong perkembangan duktus-duktus

di

kelenjar mamaria,

yang akan dilalui oleh air susu sewaktu iaktasi.


Progesteron melakukan berbagai peran sepanjang kehamilan. Fungsi utamanya adalah mencegah keguguran dengan

menekan kontraksi miometrium uterus. Progesteron juga


mendorong pembentukan sumbat mukus di kanalis servikalis, mencegah kontaminan vagina mencapai uterus. Yang

terakhir, progesteron plasenta merangsang perkembangan


kelenjar susu di payudara, dalam persiapan untuk laktasi.

Gonadotropin korion manusia (hCG)

=
(E

o)

c(g
(o

(o
(E

ol:r
/
Fertilisasi

2 3 4 s 6 7 8 etlo
Brlan setelah awal haid

terakhir

persalinan

Gambar 20-28
Laju sekresi hormon plasenta.

mampu meninggalkan sistem penunjang kehidupan dari


ibunya. Semenrara itu, sejumlah perubahan fisik terjadi pada
ibu untuk mengakomodasi kebutuhan selama kehamilan.
Perubahan yang paling nyata adalah pembesaran uterus
Uterus mengembang dan bertambah beratnya lebih dari 20
kali, di luar isinya. Payudara membesar dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan susu. Sistem-sistem tubuh di
luar sistem reproduksi juga melakukan berbagai perubahan
yang diperlukan. Volume darah meningkat sebesar 30o/o, dan
sistem kardiovaskular berespons terhadap peningkatan kebutuhan oleh massa plasenta yang terus tumbuh. penambahan
berat selama kehamilan hanya sebagian yang disebabkan
oleh berat janin. Sisanya terutama disebabkan oleh peningkatan berat uterus, termasuk plasenta, dan bertambahnya
volume darah. Aktivitas pernapasan meningkat sekitar 20yo
untuk mengatasi kebutuhan tambahan pemakaian O, dan
pengeluaran CO, dari janin. Pengeluaran urin meningkat,
dan ginjal mengeluarkan zat-zar sisatambahan Jari janin.
Meningkatnya kebutuhan metabolik janin yang sedang

tumbuh meningkatkan kebutuhan nutrisi bagi ibu. Secara


umum, janin mengambil apa yang diperlukan dari ibunya,
meskipun hal ini menyebabkan ibu mengalami defisit nutrisi.
Sebagai contoh, hormon piasenta human chorionic somaton ammotropla (somatomamotropin korion manusia, hCS)
diperkirakan berperan menyebabkan penurunan pemakaian

I Sistem tubuh ibu berespons

glukosa oleh ibu dan mobilisasi asam lemak bebas dari simpanan lemak ibu, serupa dengan efek hormon pertumbuhan
(lihat h. 741) (Pada kenyataannya, hCS memiliki struktur

Masa gestasi (kehamilan) adalah sekitar 38 minggu dari


konsepsi (40 minggu dari akhir haid terakhir). Selama gestasi,
mudigah/janin tumbuh dan berkembang hingga ke tahap ia

mirip dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin serta


memperlihatkan kerja serupa). Perubahan-perubahan metabolik pada ibu yang dipicu oleh hCS menyebabkan glukosa
dan asam lemak tersedia lebih banyak untuk dialihkan ke
janin. Juga, jika ibu tidak mengonsumsi cukup Ca2-, maka

terhadap
peningkatan kebutuhan selama kehamilan.

Sistern Reproduksi 857

Darah ibu

Kolesterol

+'
-

Plasenta

Darah janin

Kolesterol

Kolesterol

Korteks adrenal janin

Kolesterol

I
I

t
Progesteron

Progesteron

I
I

I
I

DHEA+-

DHEA<--

(DHEA)

Estrogen

----+

I
Deh idroepiandrosteron

+-

Estrogen

Jalur sintesis progesteron plasenta

---'--------> Jalur sintesis estrogen plasenta

Gambar

20-2g

Sekresi estrogen dan progesteron oleh plasenta. Plasenta mengeluarkan, dalam jumlah yang semakin banyak, progesteron dan
estrogen ke dalam darah ibu setelah trimester pertama. Plasenta itu sendiri dapat mengubah kolesterol menjadi progesteron

tidak memiliki sebagian dari enzim yang dibutuhkan untuk mengubah kolesterol menjadi estrogen. Namun,
plasenta dapat mengubah DHEAyang berasal dari kolesterol di korteks adrenal janin menjadi estrogen ketika DHEA mencapai
plasenta melalui darah janin Qalur biru).
Qalur hijau) tetapi

hormon plasenta lainnya yang serupa dengan hormon paratir oid, 1t arathyro id b o nn one-re late d p Et tide (PTH rp), memobilisasi Ca2- dari tulang ibu untuk menjamin kalsifikasi
tulang-tulang janin (Thbel 20-5).

I Perubahan

selama akhir gestasi sebagai


persiapan untuk persalinan.

lahir dengan melonggarkan jaringan ikat antara tulangtulang panggul.


Sementara itu, janin bergeser ke bawah (janin "turun')
dan dalam keadaan normal terorientasi sedemikian sehingga
kepala berkontak dengan serviks sebagai persiapan untuk
keluar melalui jalan lahir. Pada persalinan sungsang, seriap
bagian tubuh selain kepala adalah bagian yang pertama kali
mendekati jalan lahir.

Persalinan (partus, pelahiran) memerlukan (1) dilatasi kanalis servikalis ("pembukaan') untuk mengakomodasi lewatnya janin dari uterus melalui vagina ke lingkungan luar dan

tr Para ilmuwan semakin menEetahui faktor-faktor

yang memicu dimulainya persalinan.

(2) kontraksi miometrium uterus yang cukup kuat untuk


mengeluarkan janin.
Beberapa perubahan terjadi selama masa gestasi akhir
sebagai persiapan untuk dimulainya persalinan. Selama dua
trimester pertama gestasi, uterus relatif tetap tenang, karena

efek inhibitorik progesteron kadar tinggi pada otot miometrium. Namun, selama trimester terakhir, uterus menjadi
semakin peka rangsang sehingga kontraksi ringan

(kontaksi

Braxton-Hiclrs) dapat dialami dengan kekuatan dan frekuensi yang bertambah. Kadang kontraksi ini menjadi cukup
teratur sehingga disangka sebagai awitan persalinan, suatu
fenomena yang dinamai "persalinan palsu'.
Selama gestasi, pintu keluar uterus tetap tertutup oleh

servils yang kaku dan tertutup rapat. Seiring dengan mendekatnya persalinan, serviks mulai melunak (atau "matang")
akibat disosiasi serat jaringan ikatnya yang kuat (kolagen).
Karena perlunakan ini rnaka serviks menjadi lentur sehingga
dapat secara bertahap membuka pintu keluarnya sewaktu
janin yang secara paksa didorong menekannya saat persalinan. Perlunakan serviks ini terutama disebabkan oleh
relaksin, suatu hormon pepdda yang dihasilkan oleh korpus
luteum kehamilan dan plasenta. Faktor lain juga berperan
daiam periunakan serviks ini. Relaksin juga melemaskan jalan

858

Bab 20

Kontraksi ritmik terkoordinasi, biasanya tidak nyeri pada


awalnya, dimulai pada awitan persalinan sejati. Seiring
dengan kemajuan persalinan, frekuensi, intensitas, dan rasa
tidak nyaman yang ditimbulkan kontraksi bertambah. Kontraksi kuat dan berirama ini mendorong janin menekan serviks dan membukanya. Kemudian, setelah membuat serviks
terbuka cukup lebar untuk dapat dilalui janin, kontraksikontraksi ini mendorong janin keluar melalui jalan lahir.
Faktor-faktor pasti yang memicu peningkatan kontraktilitas uterus dan, karenanya, memulai persaiinan belum
sepenuhnya diketahui, meskipun telah banyak kemajuan
dicapai dalam pengungkapan rangkaian proses selama tahuntahun terakhir. Marilah kita melihat apa yang telah diketahui

tentang proses ini.

PERAN ESTROGEN KADAR TINGGI


Selama awal gestasi, kadar estrogen ibu relatif rendah, tetapi
seiring dengan kemajuan kehamilan, sekresi estrogen plasenta

terus meningkat. Pada hari-hari tepat menjelang persalinan,


terjadi lonjakan kadar estrogen yang menyebabkan perubahan pada uterus dan serviks untuk mempersiapkan kedua
struktur ini untuk persalinan dan pelahiran (Gambar 20-28

dan 20-30). Pertama, esrrogen kadar tinggi mendorong sintesis konekson di dalam sel-sel otot polos uterus. Hampir
sepanjang kehamilan sel-sel miometrium ini tidak secara
fungsional berkaitan. Konekson yang baru terbenruk disisip,
kan di membran plasma miometrium untuk membentuk
taut celah yang secara elektris menyatukan sel-sel otot polos
uterus sehingga mereka mampu berkontraksi secara terkoordinasi (lihath. 77).
Secara bersamaan, estrogen kadar tinggi secara drastis
dan progresif meningkatkan lionsentrasi reseptor oksitosin di
miometrium. Bersama-sama, perubahan-perubahan miome-

trium ini menyebabkan responsivitas uterus terhadap oksitosin meningkat yang akliirnya memicu persalinan.
Selain mempersiapkan uterus untuk persalinan, estrogen kadar tinggi juga mendorong pembentukan prostaglandin lokal yang berperan dalam pematangan serviks dengan
merangsang enzim-enzim serviks yang secara lokal menguraikan serat kolagen. Selain itu, berbagai prostaglandin itu sendiri meningkatkan responsiviras urerus terhadap oksitosin.

PERAN OKSITOSIN

Oksitosin adalah suatu hormon pepdda yang diproduksi


oleh hipotalamus, disimpan di hipofisis posterior, dan dibebaskan ke dalam darah dari hipofisis posterior pada stimulasi saraf oleh hipotalamus (lihat h.731). Oksitosin, suatu
perangsang otor urerus yang kuat, berperan kunci dalam
kemajuan persalinan. Namun, hormon ini semula bukan
dianggap sebagai pemicu persalinan karena kadar oksitosin

dalam darah tetap konstan mendekati awitan persalinan.


Penemuan bahwa responsivitas uterus terhadap oksitosin
pada aterm adalah 100 kali dibandingkan wanita yang tidak
hamil (karena meningkatnya konsentrasi resepror oksitosin
miometrium) menyebabkan kesimpulan yang sekarang diterima luas bahwa persalinan dimulai ketika konsentrasi
reseptor oksitosin mencapai suatu ambang kritis yang memungkinkan awitan kontraksi kuat terkoordinasi sebagai
respons terhadap kadar oksitosin darah yang biasa.

PERAN CORTICOTROPIN-RELEASING HORMONE


Selama

ini para ilmuwan dibuat bingung oleh faktor-faktor

yang meningkatkan sekresi estrogen plasenta. Riset-riset

teraklir telah memberi gambaran baru tentang mekanisme


yang mungkin berperan. Bukti mengisyaratkan bahwa
cortico tropin-re leasing hormone (CRH) yang dikeluarkan oleh
plasenta bagian janin ke dalam sirkulasi ibu dan janin tidak

saja mendorong pembentukan estrogen plasenta, sehingga


akhirnya menenrukan saar dimulainya persalinan, tetapi juga
mendorong perubahan-perubahan di paru janin yang dibu-

tuhkan untuk menghirup udara (Gambar 20-30). Ingatlah


bahwa CRH dalam keadaan normal dikeluarkan oleh hipotalamus dan mengatur pengeiuaran ACTH oleh hipofisis anterior (lihat h.736 dan 766). Sebaliknya, ACTH merangsang
pembentukan kortisol dan DHEA oleh korteks adrenal.
Pada janin, banyak CRH yang berasal dari plasenta dan
bukan semata-mata dari hipotalamus janin. Sekresi kortisol
tambahan yang dirangsang oleh CRH mendorong pema-

tangan paru janin. Secara spesifik, kortisol merangsang sintesis surfaktan paru, yang mempermudah ekspansi paru dan
mengurangi kerja bernapas (lihat h. 513).
Peningkatan Iaju sekresi DHEA oleh korteks adrenal
sebagai respons terhadap CRH plasenta menyebabkan peningkatan kadar sekresi esrrogen plasenta. Ingatlah bahwa
plasenta mengubah DHEA dari kelenjar adrenal
.ianin menjadi estrogen, yang kemudian masuk ke dalam aliran darah
ibu (Gambar 20-29). Jika sudah cukup tinggi, estrogen ini
mengaktifkan proses-proses yang memulai persalinan. Karena itu, durasi kehamilan dan persalinan ditentukan terutama oleh kecepatan produksi CRH plasenta. Demikianlah,
"jam plasenta" menandai rentang waktu hingga persalinan.
Saat persalinan telah ditentukan sejak awal kehamilan,
dengan pelahiran pada titik akhir proses pematangan yang
terjadi sepanjang proses gestasi. Detik jam plasenta diukur
oleh laju sekresi plasenta. Seiring dengan kemajuan kehamilan, kadar CRH dalam plasma ibu meningkat. para pene-

liti

dapat secara akurat memperkirakan waktu persalinan


dengan mengukur kadar CRH plasma ibu bahkan sejak
akhir trimester perrama. Kadar yang lebih tinggi daripada
. normal dilaporkan berkaitan dengan persalinan premarur,
sedangkan kadar yang lebih rendah daripada normal mengisyaratkan persalinan melewati jadwal. Hal ini dan data lain
menunjukkan bahwa persalinan dimulai ketika kadar kritis
CRH plasenta tercapai. Kadar kritis CRH ini memasrikan
bahwa ketika persalinan dimulai, bayi telah siap hidup di luar
rahim. Hal ini dicapai melalui peningkatan secara bersamaan
kortisol janin yang diperlukan untuk pematangan paru dan
estrogen yang diperlukan untuk menimbulkan perubahanperubahan pada uterus untuk memulai persalinan. Teka-teki

yang masih tertinggal mengenai jam plasenta adalah, apa


yang mengontrol sekresi CRH?

PERAN PERADANGAN
Yang menarik, riset-riset terakhir menunjukkan bahwa peradangan berperan sentral dalam proses persalinan, baik pada
awitan persalinan aterm maupun persalinan prematur. Kunci

pada respons peradangan ini adalah pengaktifan nuclear


factor rB (NF-rcB) di uterus. NF-rcB mendorong pembentukan sitokin-sitokin peradangan misalnya interleukin-g
(lL-8) (lihat h. 474) dan prostaglandin yang rneningkatkan
kepekaan uterus terhadap berbagai pembawa pesan kimiawi
pemicu kontraksi dan membantu melunakkan serviks. Apa

NF-rB sehingga terjadi rangkaian proses


peradangan yang membantu memulai persalinan? Berbagai
faktor yang berkaitan dengan awitan persalinan aterm dan
persalinan premarur dapat menyebabkan lonjakan NF-rB.
Faktor-faktor tersebut mencakup peregangan oror urerus
dan adanya protein surfaktan paru SP-A di cairan amnion.
SP-A mendorong migrasi makrofag janin ke uterus. Makrofag ini, selanjutnya, menghasilkan sitokin peradangan interleukin 1B QL-lp) yang mengaktifkan NF-rB. Dengan cara
ini, pematangan paru janin ikut serta memulai persalinan.
CATAIAN KLINIS. Persalinan premarur dapat dipicu
oleh infeksi bakteri dan reaksi alergik yang mengaktifkan
NF-tcB. Demikian juga, kehamilan multijanin berisiko
yang mengaktifkan

Sistem R.eproduksi 859

C--'a*'t"-_l
+

a'lTc*r*.-f
i1

+ {

tre dalam sirkulasi janin)

f-Hii--fl---i-g.t

d- l

___,r9rr_____
+

t--lAE --_-]

fTM"*'"r"s
l-

++

-- 9r!19ry! -,

@"kJ"""rfi)

--1rL-18--_l

trlrr.*lp-_gl tr"i:ffifis
/------:-----

+l

-'------}

_!111:T___,

r-

-Pb*"ntr
+

ft ____!gru _J

F"rub"h"" DllEl-l

ls"-f_"llrrrar.-'f"rtan---l

F"r"tt

Memicu
awitan
persalinan

.--

menjadi estrogen

f-JrL I

s""j-p*;-l

I sebagai persiapan
I untuk menghirup
I
l
I

udara

(_-

-'l

ft-r-rt-"bh
antara sel-sel
I

t rlrqrul

-____l

f-t1"":e,a.--.l
f;;;l
o' .-l
prostaqlandin
I .l'9r!.
t
)
-t t
oKsrtosrn

F'"fi;;
+

I kontraksi sebagai
suatu kesatuan
I

+
+

Tanda panah biru menunjukkan


rangkaian kejadian yang
menyebabkan dimulainya persalinan
Tanda panah hijau menunjukkan
siklus umpan balik positif yang
berperan dalam kemajuan persalinan

Gambar 20-30
lnisiasi dan perkembangan persalinan.

860

Bab 20

+
J
I

Responsivitas
uterus terhadap
kadar rendah

oksitosin

Berperan
dalam kemajuan
persalinan

mengalami persalinan premarur, mungkin karena peningkatan


peregangan uterus memicu pengaktifan dini NF-rcB.

cukup lebar untuk dilalui kepala. Pada kasus ini, tanpa


intervensi medis kepala bayi akan tersangkut di belakang
lubang serviks yang sempit.

I Persalinan

berlangsung melalui siklus umpan

balik positif.
Setelah estro$en kadar tinggi dan berbagai sitokin inflamasi
meningkatkan kepekaan uterus terhadap oksitosin hingga ke

suatu tingkat kritis dan kontraksi urerus yang teratur telah


dimulai, kontraksi miometrium ini secara progresif bertambah
sering, kuat, dan lama sepanjang persa.linan sampai isi uterus
dikeluarkan. Pada awal persalinan, kontraksi berlangsung 30
detik atau kurang dan terjadi setiap sekitar 25 sampai 30 menit;

pada akhir persalinan, kontraksi tersebut berlangsung 60


sampai 90 detik dan terjadi setiap 2 sampai 3 menit.
Seiring dengan kemajuan persalinan, terjadi siklus umpan balik positif yang melibatkan oksitosin dan prostaglandin
serta seca-ra terus-menerus meningkatkan kontraksi miome-

trium (Gambar 20-30). Setiap kontraftsi uterus dimulai di


puncak uterus dan menyapu ke bawah, mendorong janin
menuju serviks. Tekanan janin terhadap serviks menyebabkan
dua hal. Pertama, kepala janin mendorong sewiks yang telah
lunak dan menyebabkan kanalis servikalis membuka. Kedua,
peregangan serviks merangsang pelepasan oksitosin melalui
refleks neuroendokrin. Sdmulasi reseptor-reseptor di serviks
sebagai respons terhadap tekanan janin menyebabkan pengiriman sinyal saraf melalui medula spinalis ke hipotalamus,
yang selanjutnya memicu pelepasan oksitosin dari hipofisis
posterior. Oksitosin tambahan ini menyebabkan kontraksi
uterus menjadi lebih kuat. Akibatnya janin terdorong lebih
kuat menekan serviks, merangsang pelepasan lebih banyak
oksitosin, dan demikian sererusnya. Siklus ini bertambah kuat
karena oksitosin merangsang produksi prostaglandin oleh desidua. Sebagai perangsang miometrium yang kuat, prostaglandin meningkatkan kontraksi uterus lebih lanjut. Sekresi oksi-

tosin, produksi prostaglandin, dan kontralai urerus terus


meningkat melalui umpan balik positif sepanjang persalinan
sampai kelahiran janin melenyapkan tekanan pada serviks.

TAHAP PERSALINAN
Persalinan dibagi menjadi tiga tahap: (1) dilatasi serviks, (2)
pelahiran bayi, dan (3) pelahiran plasenta (Gambar 20-31).
Pada permulaan persalinan atau suatu waktu pada tahap

pertama, membran yang membungkus kantung amnion,


atau "kantung air", pecah. Cairan amnion (air ketuban) yang
keluar dari vagina membanru melumasi jalan lahir.

Tahap pertama. Selama tahap pertama, serviks dipaksa

melebar untuk mengakomodasi garis tengah kepala bayi,


biasanya hingga maksimal 10 cm. Tahap ini adalah yang
paling lama, berlangsung dari beberapa jam sampai 24 jam
pada kehamilan pefiama. Jika bagian tubuh lain janin selain
kepala yang menghadap ke serviks maka bagian tersebut
biasanya kurang efektif daripada kepala untuk "membelah"
serviks. Kepala memiliki garis rengah terbesar pdda tubuh
bayi. Jika bayi mendekati jalan lahir dengan kaki terlebih
dahulu maka kaki mungkin tidak dapat melebarkan serviks

I Tahap hedua.Tahap kedua persalinan, pengeluaran bayi


yang sebenarnya, dimulai setelah dilatasi (pembukaan) serviks lengkap. Ketika bayi mulai bergerak melewati serviks
dan vagina, resepror,reseptor regang di vagina mengaktifkan
suatu refleks saraf yang memicu kontraksi dinding abdomen
secara sinkron dengan kontraksi uterus. Kontraksi abdomen
ini sangat meningkatkan gaya yang mendorong bayi melewati
jalan lahir. Ibu dapat membantu mengeluarkan bayinya
dengan secara sengaja mengontraksikan otot-otot abdomennya bersamaan dengan kontraksi uterus (yairu, "mengejan'
saat timbul nyeri persalinan). Tahap 2 biasanya jauh lebih
singkat daripada tahap pertama dan berlangsung 30 sampai
90 menit. Bayi masih melekat ke plasenta oleh tali pusat saar
lahir. Thli pusat ini diikat dan dipotong, dengan punrung
akan menciut dalam beberapa hari untuk membentuk
umbilikus (pusar).

Tahap hetiga. Segera setelah bayi lahir, terjadi rangkaian


kontraksi uterus kedua yang memisahkan plasenta dari miometrium dan mengeluarkannya melalui vagina. Pelahiran

plasenta, atau afterbirth, merupakan tahap ketiga persalinan,


biasanya merupakan tahap paling singkat yaitu selesai dalam

15 sampai 30 menit setelah bayi lahir. Setelah plasenta dikeluarkan, kontralai miometrium yang berkelanjutan menyebabkan pembuluh darah uterus yang mengalir ke tempat
perlekatan plasenta terjepit untuk mencegah perdarahan.

INVOLUSI UTERUS
Setelah pelahiran, uterus menciut ke ukuran pragestasinya,
suatu proses yang dikenal sebagai involusi, yang berlangsung
empat sampai enam minggu. Selama involusi, jaringan endo-

metrium yang tertinggal dan tidak dikeluarkan bersama plasenta secara bertahap mengalami disintegrasi dan terlepas,
menghasilkan duh vagina yang disebut lokia dan terus keluar
selama tiga sampai enam minggu setelah persalinan. Setelah
periode ini, endometrium pulih ke keadaan sebelum hamil.

Involusi rerutarna disebabkan oleh penurunan tajam


estrogen dan progesteron darah saat plasenta sebagai sumber
steroid ini keluar ketika persalinan. Proses ini dipercepat pada
ibu yang menyrsui bapnya, karena terjadi pelepasan oksitosin
akibat rangsang hisapan di puting papdara. Selain berperan
pnting dalam menyrrsui, pelepasan oksitosin yang dipicu oleh
menyrrsui ini mendorong kontraksi miometrium yang membantu mempertahankan tonus otot uterus, mempercepat involusi. Involusi biasanya tuntas dalam waktu sekitar empat minggu
pada ibu yang menfrsui tetapi memerlukan hingg" sekiL
enam minggu pada mereka yang ddak meny'usui bayrnya.

I Laktasi memerlukan

masukan sinyal berbagai

hormon.
Sistem reproduksi wanita menunjang kehidupan bayi sejak
konsepsi, semasa gestasi, hingga tahap awal kehidupan di
luar rahim. Susu (atau ekivalennya) merupakan nuffien esensial bagi kelangsungan hidup bayi. Karena itu, selama gestasi

Sistem Reproduksi 861

Plasenta

Tulang
pubis

Kandung
kemih

Uretra
Vagina
--.j

.;:;.

Serviks
Rektum

"l
Serviks yang melebar parsial

Tahap pertama persalinan:


pembukaan serviks

Plasenta Uterus
Tahap kedua persalinan:
Pengeluaran bayi

Tali pusat

Tahap ketiga persalinan:

Pelahiran plasenta

(b)

Gambar 20-31
Tahap-tahap persalinan. (a) Posisi janin menjelang akhir kehamilan. (b) Tahap-tahap persalinan.

kelenjar mamaria, atau payrdara dipersiapkan untuk laktasi (pembentukan susu).


Payudara pada wanita yang tidak hamil terutama terdiri
jaringan
dari
lemak dan sistem duktus rudimenter. Ukuran
payudara ditentukan oleh jumlah jaringan lemak, yang tidak
ada kaitannya dengan kemampuan menghasilkan air susu.

PERSIAPAN PAYUDARA UNTUK LAKTASI

tinggi merangsang pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin (suatu hormon hipofisis anterior

yang dirangsang oleh peningkatan kadar estrogen) dan


human chorionic somatomAmmotropin (suatu hormon plasnta yang memiliki struktur serupa dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin) juga ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mamaria dengan menginduksi sintesis
enzim-enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi susu.

Di

bawah pengaruh lingkungan hormonal yang terdapat selama kehamilan, kelenjar mamaria mengembangkan struktur

dan fungsi kelenjar internal yang diperlukan untuk menghasilkan susu. Payudara yang mampu menghasilkan susu
memiliki anyaman duktus yang semakin kecil yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobulus (Gambar
20-32a). Setiap lobulus terdiri dari sekelompok kelenjar mirip kantung yang dilapisi oleh epitel dan menghasilkan susu
serta dinamai alveolus. Susu dibentuk oleh sel epitel kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus, lalu dialirkan
oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan puting payudara (Gambar 20-32b).
Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong
perkembangan ekstensif duktus, sementara progesteron kadar

862

Bab 20

HAMBATAN LAKTASI SELAMA KEHAMILAN

di payudara terjadi seiama paruh


pertama kehamiian sehingga pada pertengahan kehamilan
kelenjar mamaria telah mampu sepenuhnya menghasilkan
susu. Namun, sekresi susu tidak terjadi sampai persalinan.
Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi selama paruh terakhir kehamilan mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik prolaktin pada sekresi susu. Prolaktin
Sebagian besar perubahan

adalah perangsang utama sekresi susu. Karena itu, meskipun

steroid-steroid plasenta berkadar tinggi tersebut merangsang


perkembangan perangkat penghasil susu di payrdara namun
hormon-hormon ini juga mencegah kelenjar mamaria beroperasi hingga bayi lahir dan susu dibutuhkan.

Pelepasan ohsitosin dan penyemprotan susu. Bayi tidak


dapat secara langsung menghisap susu keluar dari lumen

Jaringan lemak

alveolus. Susu harus secara aktif diperas keluar alveolus dan


masuk ke duktus dan menuju ke puting payudara, oleh
kontraksi sel-sel mioepitel khusus (sel epitel mirip otot) yang
mengelilingi setiap alveolus (Gambar 20-32b). penghisapan
payudara oleh bayi merangsang ujung saraf sensorik di puting, menimbulkan potensial alai yang merambat melalui
Puting
payudara

Tabel 2o-5
Kerja Estrogen dan Progesteron
ESTROGEN

Efek pada .laringan Spesifik Seks


Esensial bagi pematangan dan pelepasan sel

telur

Merangsang pertumbuhan dan memelihara keseluruhan


saluran reproduksi wanita
Sel mioepitel

Penyemprotan

Merangsang proliferasi sel granulosa, yang menyebabkan


pematangan folikel
Mengencerkan mukus serviks untuk memudahkan penetrasi
sperma

Meningkatkan transpor sperma ke tuba uterina dengan


merangsang kontraksi uterus dan tuba uterina
Merangsang pertumbuhan endometrium dan miometrium

(b)

Gambar 20-32
Anatomi kelenjar mamaria. (a) Struktur internal kelenjar
mamaria, pandangan lateral. (b) Gambaran skematik struktur
mikroskopik sebuah alveolus di dalam kelenjar mamaria.
Sel-sel epitel alveolus mensekresikan susu ke dalam lumen.
Kontraksi sel mioepitel sekitar menyemprotkan susu keluar
melalui duktus.

Memicu sintesis reseptor progesteron di endometrium


Memicu awitan persalinan dengan meningkatkan
responsivitas uterus terhadap oksitosin pada akhir masa
gestasi melalui efek ganda: dengan merangsang sintesis
reseptor oksitosin miometrium dan dengan meningkatkan
taut celah miometrium sehingga uterus dapat berrontraksi
sebagai suatu kesatuan terpadu sebagai respons terhadap
oksitosin
Efek Reprad u ktif

La i n

nya

Mendorong perkembangan karakteristik seks sekunder


Mengontrol sekresi GnRH darr gonadotropin
Kadar rendah menghamba.[ sekresi
Kadar tinggi merupakan penyebab lonjakan LH
Merangsang perkembangan duktus di payudara selama
gestasi

Penurunan mendadak esrrogen dan progesteron yang


terjadi dengan keluarnya plasenta saat persalinan memicu
laktasi. (Kini kita telah menyelesaikan pembahasan tentang
fungsi estrogen dan progesteron selama gestasi dan laktasi
serta sepanjang kehidupan reproduksi wanita. Fungsi-fungsi
ini diringkaskan di Thbel 20-6).

STIMULASI LAKTASI OLEH PENGHISAPAN


Setelah produksi susu dimulai setelah persalinan, dua hormon berperan penring untuk mempertahankan laktasi: (1)
prolaktin, yang meningkatkan sekresi susu, dan (2) ohsitosin,
yang menyebabkan ejeksi (penyemprotan) susu. Penyempro-

tan susu, atar milh letdoun, merujuk kepada ekspulsi paksa


susu dari lumen alveolus keluar melalui duktus. Pelepasan
kedua hormon ini dirangsang oleh refleks neuroendokrin
yang dipicu oleh penghisapan puting payudara oleh bayi
(Gambar 20-33). Marilah kita bahas masing-masing hormon

Menghambat efek prolaktin yang merangsang pengeluaran


susu selama gestasi
Efek

Nonreproduktif

Mendorong pengendapan lemak


Meningkatkan kepadatan tulang
Menutup lempeng epif isis
PROGESTERON

Mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk memelihara


mudigah/janin yang sedang tumbuh
Mendorong pembentukan sumbat mukus tebal di kanalis

servikalis

Menghambat sekresi GnRH hipotalamus dan gonadotropin


Merangsang perkembangan alveolus di payudara selama
gestasi

Menghambat efek prolaktin yang merangsang pengeluaran


susu selama gestasi

Menghambat kontraksi uterus selama gestasi

tersebut secara lebih detil.

Sistem Reproduksi 863

medula spinalis ke hipotalamus. Hipotalamus, setelah diaktifkan, memicu pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosin, selanjutnya, merangsang kontraksi sel mioepitel di payudara untuk penyemprotan susu. Milb letdnun
ini berlanjut selama bayi terus menyusui. Dengan cara ini,
refleks penyemprotan susu menjamin bahwa payudara
mengeluarkan susu hanya ketika dan dalam jumlah yang
dibutuhkan oleh bayi. Meskipun alveolus mungkin penuh
susu namun susu tersebut tidak dapat dikeluarkan tanpa
oksitosin. Namun, refleks ini dapat terkondisi oleh rangsangan di luar hisapan. Sebagai contoh, tangisan bayi dapat
memicu milk letdoun, menyebabkan susu keluar dari puting.
Sebaliknya, stres psikologis, yang bekerja melalui hipotalamus, dapat dengan mudah menghambat penyemprotan
susu. Karena itu, sikap positif terhadap menyusui dan lingkungan yang santai adalah esensial bagi keberhasilan proses
menyusui.
I Pelepasan prolaktin dan sekresi susu. Penghisapan tidak
saja memicu pelepasan oksitosin tetapi juga merangsang produksi prolaktin. Pengeluaran prolaktin oleh hipofisis anterior
dikontroi oleh dua sekresi hipotalamusi Prolactin-inhibiting
hormone (PIH) dan prolactin-releasing bormone (PRH).
PIH sekarang diketahui merupakan dopamin, yang juga ber-

fungsi sebagai neurotransmiter di otak. Sifat kimiawi PRH


belum diketahui dengan pasti tetapi para ilmuwan menduga

PRH sebagai oksitosin yang dikeluarkan oleh hipotalamus ke


dalam sistem porta hipotalamus-hipofisis untuk merangsang
sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior (lihat h. 736). Peran
oksitosin ini berbeda dari peran oksitosin yang diproduksi
oleh hipotalamus dan disimpan di hipofisis posterior.
Sepanjang kehidupan seorang wanita, PIH memiliki
pengaruh dominan, sehingga konsentrasi prolaktin normalnya tetap rendah. Selama laktasi, setiap kali bayi menghisap
terjadi letupan sekresi prolaktin. Impuls-impuls aferen yang
dipicu di puting payudara oleh penghisapan dibawa oleh
medula spinalis ke hipotalamus. Refleks ini akhirnya menyebabkan pelepasan prolaktin oleh hipofisis anterior, meskipun
belum jelas apakah ini disebabkan oleh inhibisi sekresi PIH
atau stimulasi PRH atau keduanya. Prolaktin kemudian bekerja pada epitel alveolus untuk mendorong sekresi susu
untuk menggantikan susu yang keluar (Gambar 20-33).
Stimulasi secara bersamaan penyemprotan dan produksi
susu oleh hisapan memastikan bahwa kecepatan produksi
susu seimbang dengan kebutuhan bayi akan susu. Semakin
sering bayi menyusui, semakin banyak susu yang keiuar meIalui penyemprotan dan semakin banyak susu yang diproduksi untuk pemberian berikutnya.
Selain prolaktin, yaitu faktor terpenting yang mengontrol sintesis susu, paling tidak terdapat empat hormon iain
yang esensial atas peran permisifnya dalam produksi susu:

kortisol, insulin, hormon paratiroid, dan hormon pertumbuhan.

I Menyusui menguntungkan

baik bagi bayi

maupun ibunya.
l\,4ekanoreseptor di puting payudara

Dari segi gizi, susu terdiri dari air, lemak trigliserida, kar-

l.

bohidrat laktosa (gula susu), sejumlah protein, vitamin, dan


mineral kalsium dan fosfor.

KEUNTUNGAN MENYUSUI BAGI BAYI


Prolactin-inhibiting hormone atau
Prolactin-releasing hormone (?)

Hipofisis posterior

Hipofisis anterior

Selain nutrienJ susu mengandung sejumlah sel imun, antibodi, dan bahan senyawa lain yang membantu melindungi
bayi terhadap infeksi sampai ia dapat membentuk sendiri
respons imun yang efektif beberapa bulan setelah lahir.
Kolostrum, susu yang diproduksi selama lima hari pertama
setelah persalinan, mengandung sedikit lemak dan iaktosa

tetapi dengan komponen-komponen imunoprotektif yang


tinggi. Semua bayi manusia memerlukan imunitas pasif sel oksitosin

lama gestasi oleh antibodi yang menembus plasenta dari ibu


kepada janinnya (lihat

h. 464). Namun, antibodi-antibodi


ini berumur pendek dan tidak dapat menetap hingga bayi

l*
Kontraksi sel
mioepitel yang
mengelilingi alveolus

I
Gambar 20-33
Refleks penghisapan

864

Bab 20

l.

r@

dapat membentuk sendiri pertahanan imunologis. Bayryang


mendapat air susu ibu (ASI) memperoleh keuntungan selama
periode rentan ini melalui berbagai mekanisme:

ASI mengandung banyak sel imun-baik limfositT dan

B, makrofag, maupun neutrofil (lihat h. 431-433)-yang


menghasilkan antibodi dan langsung menghancurkan mikroorganisme patogenik. Sel-sel ini sangat banyak terdapat dalam
kolostrum.

, IgA sehretorik, suatu jenis khusus antibodi, terdapat


dalam jumlah besar di ASI. IgA sekretorik terdiri dari dua
molekul antibodi IgA (lihat h. 459) yang disatukan oleh
apa yang disebut sebagai komponen sekretorik yang

membantu melindungi-antibodi dari destruksi oleh getah


lambung bayi yang asam dan enzim-enzim pencernaan.
Koleksi antibodi IgA yang diterima oleh bayi yang men-

dapat ASI ditujukan secara spesifik terhadap patogen


rertentu di lingkungan ibu-dan, karenanya, di lingkungan
bayi itu .juga. Karena itu, antibodi-antibodi ini melindungi
bayi dari mikroba infeksi yang kemungkinan besar dijumpai oleh bayi tersebut.

Sebagian komponen dalam ASI, misalnya mukus, melekat ke mikroorganisme yang berpotensi menjadi patogen,
mencegahnya melekat ke dan menembus mukosa usus.
I Lahtoferin adalah konstituen ASI yang menghambat
pertumbuhan bakteri berbahaya dengan mengurangi ketersediaan besi, suatu minerai yang dibutuhkan untuk perkembangbiakan patogen-patogen ini (lihat h. 453).
I Fahtor bif.dus pada ASI, berbeda dari laktoferin, mendorong multiplikasi mikroorganism nonparogen Lactobacillus btfdus di saluran cerna bayi. Pertumbuhan bakteri tak
berbahaya ini membantu mendesak pertumbuhan bakteri
yang berpotensi merugikan.
I Komponen-komponen lain dalam ASI mendorong pematangan sistem pencernaan bayi sehingga bayi lebih tahan
terhadap bakteri dan virus penyebab diare.
I Masih ada faktor-faktor lain dalam ASI yang belum
diketahui yang mempercepat perkembangan kemampuan
sistem imun bayi.

Karena itu, ASI membantu melindungi bayi dari penyakit


melalui beragam cara.
Sebagian studi mengisyaratkan bahwa selain manfaat
ASI selama masa bayi, meyusui juga dapat mengurangi risiko

dicurahkan kepada bayinya dan bukan dibagi dengan


mudigah baru.

PENGHENTIAN PRODUKSI SUSU SAAT PENYAPIHAN


Ketika bayi disapih, terjadi dua mekanisme yang berperan
menghentikan produksi susu. Perrama, ranpa penghisapan, sekresi prolaktin tidak terangsang sehingga stimulus
utama untuk sintesis dan sekresi susu yang berkelanjutan
lenyap. Juga, karena tidak terjadi penghisapan dan tidak
terjadi pelepasan oksitosin maka milh letdown tidak terjadi.
Karena produksi susu tidak langsung berhenti maka terjadi akumulasi susu di alveolus dan menyebabkan payudara membengkak. Tekanan yang terbentuk kemudian
bekerja langsung pada sel epitel alveolus untuk menekan
produksi susu lebih lanjut. Karena itu, berhentinya laktasi
saat penyapihan terjadi karena tidak adanya rangsangan
terhadap sekresi prolaktin dan oksitosin oleh penghisapan
bayi.

Akhir adalah suatu permulaan yang

baru.
Reproduksi adalah topik yang tepar untuk mengakhiri pembahasan kita tentang fisiologi dari sel hingga sistem. Sel
tunggal yang terbentuk dari penyatuan gamet pria dan wanita membelah secara mitotis dan berdiferensiasi menjadi
individu multisel yang terbentuk dari sejumlah sistem tubuh
berbeda yang berinteraksi secara kooperatif untuk memper,
tahankan homeostasis (yaitu, stabilitas lingkungan internal).
Semua proses homeostatik yang bersifat menunjang kehidupan yang disajikan di buku ini akan kembali berulang
pada permulaan sebuah kehidupan baru.

timbulnya penyakit tertentu pada kehidupan selanjutnya.


Contohnya adalah alergi misalnya asma, penyakit otoimun
misalnya diabetes melitus tipe I, dan kanker misalnya limfoma.

Bayi yang mendapat susu formula yang terbuat dari


lain tidak memiliki keunggulan protektif yang diberikan oleh susu ibu dan, karenanya, memperlihatkan peningkatan insidens infeksi saluran cerna, saluran
napas, dan telinga daripada 6ayiyang mendapat ASI. Saluran
cerna neonatus juga lebih siap mengolah susu manusia daripada susu formula yang berasal dari susu sapi sehingga bayi
yang mendapat susu botol cenderung lebih sering mengalami
susu sapi atau bahan

gangguan pencernaan.

KEUNTUNGAN MENYUSUI BAGI IBU


Menyusui juga menguntungkan bagi ibu. Pelepasan oksitosin yang dipicu oleh menyusui mempercepat involusi
uterus. Selain itu, penghisapan oleh bayi menekan siklus
haid dengan menghambat sekresi LH dan FSH, mungkin
dengan menghambat GnRH. Karena itu, laktasi cenderung
mencegah ovulasi, menurunkan kemungkinan kehamilan
berikutnya (meskipun bukan cara kontrasepsi yang handal).
Mekanisme ini memungkinkan semua sumber daya ibu

PERSPEKTIF BAB
HOMEOSTASIS

lNl: FOKUS PADA

Sistem reproduksi bersifat unik karena tidak esensial untdk


homeostasis atau kelangsungan hidup individu tetapi esensial
untuk mempertahankan kehidupan dari generasi ke generasi.

Reproduksi bergantung pada penyaruan gamet pria dan


wanita (sel reproduktif), yang masing-masing mengandung
separuh set kromosom, untuk membentuk individu baru
dengan set lengkap kromosom yang unik. Tidak seperti sistem tubuh lain, yang pada hakikatnya sama pada kedua jenis
kelamin, sistem reproduksi pria dan wanita sangat berbeda,
sesuai dengan peran mereka yar'g berbeda dalam proses
reproduksi.
Sistem pada pria dirancang untuk secara rerus-menerus
menghasilkan sejumlah besar spermatozo^ yang dapat bergerak yang akan diberikan kepada wanita selama tindakan
seks. Gamet pria harus diproduksi dalam jumlah banyak
karena dua alasan: (1) Hanya sebagian kecil spermarozoa
yang bertahan hidup selama perjalanan berat melintasi
saluran reproduksi wanita ke rempar pembuahan; dan (2)
diperlukan kerja sama banyak spermarozoa untuk meluruh-

Sistem Reproduksi 865

kan sawar yang mengelilingi gamet wanita (ovum atau sel


telur) agar satu spermatozoa dapat menembus dan menyatu
dengan ovum.

Sistem reproduksi wanita mengalami perubahan kompleks yang bersifat siklik buianan. Selama paruh pertama
siklus terjadi penyiapan saru ovum nonmoril untuk dibebaskan. Selama paruh kedua, sistem reproduksi diarahkan untuk
mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk menunjang
ovum jika terjadi fertilisasi (penyatuan dengan spermatozoa).
Jika tidak terjadi pembuahan maka lingkungan suportif yang
telah dipersiapkan di dalam uterus akan terlepas, dan daur
kembali diulang seiring dengan penyiapan sebuah ovum
untuk dibebaskan. Jika fertilisasi terjadi maka sistem reproduksi wanita akan menyesuaikan diri untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan individu baru sampai ia dapat
bertahan hidup sendiri di lingkungan luar.

Grdapat tiga kesamaan penting pada sistem reproduksi

pria dan wanita, meskipun srruktur dan fungsi keduanya


berbeda bermakna. Pertama, jaringan reprbduksi yang sama
yang belum berdiferensiasi pada mudigah dapat berkembang

menjadi saluran reproduksi pria atau wanita, masing-masing


bergantung pada keberadaan arau ketiadaan, faktor-faktor

penentu pria. Kedua, hormon-hormon yang sama-yaitu


CnRH hipotalamus serta FSH dan LH hipofisis anreriormengontrol fungsi reproduksi kedua jenis kelamin. pada
kedua kasus, steroid dan inhibin gonad bekerja secara umpan
balik negatif untuk mengontrol sekresi hipotalamus dan
hipofisis anrerior. Ketiga, proses-proses yang sama berlangsung di nukleus gamet yang sedang berkembang selama
pembentukan sperma dan sel telur, meskipun pria menghasilkan jutaan sperma dalam satu hari sementara wanita
hanya menghasilkan sekitar 400 ovum seumur hidupnya.

RINGKASAN BAB
Pendahuluan (h. Slf -819)

keberadaan faktor-faktor maskulinisasi, terbentuk sistem


reproduksi pria; tanpa keberadaan faktor-faktor tersebut,

Kedua jenis kelamin menghasilkan gamet (sel reproduksi),

sperma pada pria dan ovum (sel telur) pada wanita,


masing-masing mengandung saru anggora dari setiap 23
pasang kromosom yang ada pada sel manusia. Penyatuan
sperma dan ovum saat pembuahan menghasilkan individu
baru dengan 23 pasangan lengkap kromosom, separuh
dari ayah dan separuh dari ibu. (Lihatlah Gambar 20-3).
Sistem reproduksi pada pria dan wanita berbeda secara
anatomis dan fungsional. Pria menghasilkan sperma dan
menyalurkannya ke wanita. 'Wanita menghasilkan ovum,

menerima sperma, dan menciptakan lingkungan yang


sesuai untuk menunjang tumbuh kembang ovum yang
telah dibuahi sampai individu baru tersebut dapat bertahan hidup sendiri di dunia luar.
Pada kedua jenis kelamin, sistem reproduksi terdiri dari
(1) sepasang gonad, testis pada pria dan ovarium pada
wanita, yaitu organ reproduksi primer yang menghasilkan
gamet dan mengeluarkan hormon-hormon seks; (2) saluran reproduksi yang terdiri dari sistem duktus yang
menyalurkan dan/atau menampung gamet setelah diproduksi; dan (3) kelenjar seks tambahan yang menghasilkan
sekresi untuk menunjang gamet. Bagian sistem reproduksi

terbentuk sistem reproduksi wanita. (Lihatlah Gambar


20-4, 20-5, dan 20-6).
Fisiologi Reproduksi Pria (h. 8f 9-328)
I Gstis terletak di skrotum. Suhu yang lebih dingin di
skrotum daripada di rongga abdomen merupakan hal

I
I
I

I
I

sung berkaitan dengan reproduksi.


Penentuan jenis kelamin adalah suatu fenomena genetik

yang bergantung pada kombinasi kromosom-kromosom


seks pada saat fertilisasi; kombinasi XY adalah pria genetik
dan kombinasi )O( adalah wanita genetik. (Lihatlah Gam-

bar

20-4).

Istilah diferensiasi seks merujuk kepada perkembangan gonad, saluran reproduksi, dan genitalia eksterna masa mudigah mengikuti garis pria atau wanita, yang menghasilkan jenis kelamin anatomik yang dapat dilihat. Dengan

855

Bab 20

Spermatogenesis (pembentukan sperma) terjadi di tubulus seminiferus tesris yang merupakan saluran yang sangar

berkelok-kelok. (Lihatlah Gambar 20-7 dan 20-8).


Sel Leydig di ruang interstisial antara tubulus-tubulus ini
mengeluarkan hormon seks pria testosteron ke dalam
darah. (Lihatlah Gambar

20-/.

Testosteron disekresikan sebelum lahir untuk memaskulinisasi sistem reproduksi yang sedang terbentuk; kemudian sekresinya berhenti sampai pubertas, saat sekresi
kembali dimulai dan berlanjut seumur hidup. Gstosteron
berperan dalam pematangan dan pemeliharaan keseluruh-

an saluran reproduksi pria, pembentukan karakteristik

yang terlihat dari luar membentuk geniralia eksterna.


(Lihatlah Gambar 20-l dan 20-2).
Karakteristik seks sekunder adalah gambaran yang membedakan antara pria dan wanita yang tidak secara lang-

esensial bagi spermarogenesis.

selrs sekunder, dan

libido. (Lihatkh Tabel20-t).

Testis diatur oleh hormon hipofisis anrerior, luteinizing


hormone (LH) dan follicle-stimulating bormone (FSH).

Hormon-hormon gonadotropik ini, selanjutnya, dikonuol oleh gonadotropin-releasing hormone (GnRH) hipotalamus. (Lihathh Gambar 20-10).

Sekresi tesrosteron diarur oleh stimulasi LH terhadap sel


Leydig, dan melalui mekanisme umpan balik negatif, testosteron menghambat sekresi gonadotropin. (Lihatkh
Gambar 20-10).
Spermatogenesis memerlukan testosteron dan FSH. Testosteron merangsang pembelahan mitotik dan meiotik
yang dibutuhkan untuk mengubah sel germinativum diploid yang belum berdiferensiasi, spermatogonia, menjadi
spermatid haploid yang belum berdiferensiasi. FSH merangsang remodeling spermarid menjadi spermatozoa

yang sangat khusus dan mampu bergerak. (Lihatlah

Gambar 20-8).
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang berisi

DNA

dengan akrosom berisi enzim di bagian ujungnya untuk


menembus ovum, bagian tengah yang mengandung perangkat metabolik untuk menghasilkan energi, dan ekor
yang dapat bergerak seperti pecur. (Lihatlah Gambar
20-9).
Di tubulus seminiferus juga terdapat sel Sertoli, yang
melindungi, merawat, dan meningkatkan sel germinativum sepanjang perkembangannya. Sel Sertoli juga mengeluarkan inhibin, suatu hormon yang menghambat sekresi
FSH, melengkapi lengkung umpan balik ne garif . (Lihatlah
Gambar 20-7b dan d dan 20-10).
Sperma yang masih imatur dibilas keluar tubulus seminiferus ke dalam epididimis oleh cairan yang dikeluarkan

eksitasi, fase plato, orgasme, dan resolusi. Perbedaan


utama adalah bahwa wanita tidak berejakulasi.

striksi menjepit penis, semenrara bagian atas mengembang membentuk ruang unruk menampung sperma.
Fisiologi Reproduksi Wanita (h. 833-866)
I Dalam keadaan tidak hamil, fungsi reproduksi wanita
dikontrol oleh sistem kontrol umpan balik negatif yang
kompleks dan siklik antara hipotalamus (GnRH), hipofisis anterior (FSH dan LH), dan ovarium (estrogen, progesreron, dan inhibin). Selama kehamilan, hormon,
hormon plasenta menjadi faktor pengonrrol urama.

oleh sel Sertoli-

Epididimis dan duktus deferens menyimpan dan memekatkan sperma serta meningkarkan morilitas dan fertili-

tasnya sebelum ejakulasi. (Lihatlah Thbel20-2 dan Gambar

20-n.

I
I

I
I

Sewaktu ejakulasi, sperma bercampur dengan sekresi yang

dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar aksesorius. (Lihatkh


Tabel 20-2).
Vesikula seminalis menyalurkan fruktosa untuk energi
dan prostaglandin, yang meningkatkan motilitas oror polos saluran reproduksi pria dan wanita, untuk meningkatkan transpor sperma. Cairan vesikula seminalis juga
membentuk sebagian besar semen.
Prostaglandin dihasilkan di seluruh tubuh, bukan hanya
di saluran reproduksi. Pembawa pesan kimiawi yang ditemukan di mana-mana ini berasal dari asam arakidonat,
suatu komponen membran plasma. Dengan bekerja secara parakrin, prostaglandin spesifik menimbulkan berbagai efek lokal. (Lihatlah Gambar 20-I t dan Tabel 20-3).
Kelenjar prostat menghasilkan cairan basa untuk menetralkan sekresi vagina yang asam.
Kelenjar bulbouretra mengeluarkan mukus pelumas.

Hubungan Seks Antara Pria dan'Wanita (h. 828-333)


I Tindakan seks pria terdiri dari ereksi dan ejakulasi, yaitu
bagian dari respons sistemik dan emosional yang lebih
luas yang mencirikan siklus respons seks pria. (Lihatlah
Tabel 20-4).
I Ereksi adalah mengerasnya penis yang normalnya lunak
sehingga penis mampu menembus vagina wanita. Ereksi
dicapai oleh vasokongesti hebar penis yang ditimbulkan
oleh vasodilatasi refeks arteriol-arteriol yang mendarahi
jaringan erektil penis. (Lihatlah Gambar 20-12).

Ketika rangsangan seks mencapai puncak terjadi ejakulasi.


Ejakulasi terdiri dari dua tahap: (1) emisi, pengosongan
semen (sperma dan sekresi kelenjar seks tambahan) ke

Ovarium melakukan fungsi ganda dan saling terkait berupa


oogenesis (menghasilkan ovum) dan selresi estrogen dan
progesteron. (Lihatlah Tabel 20-6, h. 563). Terdapat dua
unit endokrin ovarium yang secara berurutan melaksanakan fungsi-fungsi tersebut: folikel dan korpus luteum.
Dalam oogenesis terjadi langkahJangkah yang sama dalam replikasi kromosom dan pembelahan seperti pada
spermatogenesis, tetapi waktu dan hasil akhir sangar berbeda. Spermatogenesis selesai dalam waktu dua bulan,
sementara tahap-tahap serupa dalam oogenesis terjadi dalam waktu anrara usia 12 sampai 50 tahun secara siklik,
dari awal pubertas hingga menopause. Seorang wanira
lahir dengan jumlah sel germinativum yang terbatas dan
umumnya tidak dapat diperbarui, semenrara pria pascapubertas dapat menghasilkan rarusan juta sperma setiap
hari. Setiap oosit primer hanya menghasilkan saru ovum
kaya sitoplasma disertai tiga badan polar hampir tanpa
sitoplasma yang kemudian berdisintegrasi, sementara setiap spermatosit primer menghasilkan empat spermatozoa
yang memiliki kemampuan hidup sama. (Lihatkh Gambar
20-13 dan Gambar 20-8, h. 523).
Oogenesis dan sekresi estrogen berlangsung di dalam
suatu folikel ovarium selama paruh perrama setiap sildus
reproduksi (fase folikular) di bawa pengaruh FSH, LH,
dan estrogen. (Liharlah Gambar 20-14 sampai 20-18).
Pada sekitar pertengahan siklus, folikel yang matang
melepaskan sebuah ovum (ovulasi). Ovulasi dipicu oleh
lonjakan LH yang ditimbulkan oleh estrogen kadar tinggi

yang dihasilkan oleh folikel matang. (Lihatkh Gambar


20-14, 20-16, dan 20-19).
Di bawah pengaruh LH, folikel yang telah kosong kemudian diubah menjadi korpus luteum, yang menghasilkan
progesteron serta esrrogen selama paruh terakhir siklus
(fase luteal). Unit endokrin ini mempersiapkan uterus
untuk implantasi seandainya ovum yang dibebaskan dibuah| (Lihatkh Gambar 20-14, 20-16, dan 20-20).
Jika fertilisasi dan implantasi tidak terjadi maka korpus

luteum berdegenerasi. Hilangnya dukungan hormon untuk lapisan dalam endomerrium yang telah berkembang
penuh ini menyebabkan lapisan tersebut berdisintegrasi

dalam uretra; dan (2) penyemprotan semen dari penis.


Yang terakhir disertai oleh serangkaian respons sistemik

Selama respons seks wanita, bagian bawah vagina berkon-

dan terlepas, menghasilkan darah haid. Secara bersamaan,

dan kenikmatan intens yang disebut sebagai orgasme.

fase

(Lihatlah Tabel 20-4).


\Tanita mengalami siklus seks yang serupa dengan yang
terjadi pada pria, di.mana keduanya mengalami fase

l4

folikular baru kembali dimulai. (Lihatlah Gambar 20-

dan 20-16).

Haid berhenti dan lapisan dalam uterus (endometrium)


memulihkan diri di bawah pengaruh kadar estrogen yang

Sistem Reproduksi 857

untuk mempertahankan kehamilan

rcrus meningkat dari folikel yang baru berkembang.

esensial

(Lihatlah Gambar 20- I Q.


Jika terjadi, maka fertilisasi berlangsung di tuba uterina
sewaktu teiur yang dibebaskan dan sperma yang diletakkan di vagina diangkut ke tempat ini. (Lihatlah Gambar

(Li h atlah Gam b ar 2 0 -2 8).

Saat persalinan, terjadi kontraksi ritmik miomerrium


dengan kekuatan, durasi, dan frekuensi yang meningkat
untuk melaksanakan tiga tahap persalinan: pembukaan

20-21 sampai 20-23).


Ovum yang teiah dibuahi mulai membelah secara mitotis.
Dalam seminggu ovum ini tumbuh dan berdiferensiasi
menjadi blastokista yang mampu berimplantasi . (Lihatlah
Gambar 20-24).
Sementara itu, endometrium telah mengalami vaskularisasi yang intens dan dipenuhi oleh simpanan glikogen di
bawah pengaruh progesteron fase luteal. (Liharlah Gambar
20-16). Ke dalam lapisan yang telah dipersiapkan khusus
inilah blastokista berimplantasi dengan menggunakan
enzim-enzim yang dikeluarkan oleh trofoblas, yang membentuk iapisan luar blastokista. Enzim-enzim ini mencerna jaringan endometrium kaya nutrien, melaksanakan

serviks, pelahiran bayi, dan pelahiran plasenta (afierbirth).


(Lihatlah Gambar 20-3 l).
Persalinan dipicu oleh hubungan timbal balik kompleks
berbagai faktor ibu dan janin. Setelah kontraksi dimulai

pada permulaan persalinan, tercipta suatu siklus umpan


balik positif yang secara progresif meningkatkan kekuatannya. Sewaktu kontraksi mendorong janin menekan servila, sekresi oksitosin, yaitu suatu perangsang orot uterus
yang kuat, meningkat secara refeks. Thmbahan oksitosin
ini menyebabkan kontraksi menjadi lebih kuat sehingga
menyebabkan pelepasan oksitosin yang lebih banyak, dan
demikian seterusnya. Siklus umpan balik positif ini secara
progresif menguat sampai pembukaan serviks dan pelahiran selesai. (Lihatlah Gambar 20-30).
Seiama gestasi, payudara secara khusus dipersiapkan untuk iaktasi. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron
piasenta masing-masing mendorong perkembangan duktus dan alveolus di kelenjar mamaria. (Lihatlah Gambar
20-32).
Prolaktin merangsang sintesis enzim-enzim yang esensial
bagi produksi susu oleh sel epitel alveolus. Namun, kadar
estrogen dan progesteron yang tinggi selama gestasi mencegah prolaktin mendorong produksi susu. Hilangnya
steroid piasenta setelah persalinan memicu laktasi.
Laktasi dipertahankan oieh penghisapan, yang memicu pelepasan oksitosin dan prolaktin. Oksitosin menyebabkan
penyemprotan susu dengan merangsang sel mioepitel yang
mengelilingi a.lveolus untuk memeras keluar susu melalui
duktus. Prolaktin merangsang sekresi lebih banyak susu
untuk mengganti susu yang disemprotkan keluar sewaktu
bayi menyusui. (Lihatkh Gambar 20-32 dan 20-33).

tugas rangkap yaitu membuat lubang di endometrium


untuk implantasi blastokista sembari membebaskan nutrien dari sel endometrium untuk digunakan oleh mudigah yang sedang berkembang. (Lihatlah Gambar 20-2fl.
Setelah implantasi, terbentuk kombinasi saling terkait
antara jaringan janin dan ibu, yaitu plasenta. Plasenta
adalah organ pertukaran antara darah ibu dan darah janin
serta juga bertindak sebagai organ endokrin kompleks
sementara yang mengeluarkan sejumlah hormon yang
esensial bagi kehamilan. Gonadotropin korion manusia,
estrogen, dan progesteron adalah hormon-hormon yang
terpenting. (Lihatlah Gambar 20-26, 20-28, dan 20-29
serta Thbel

normal.

20-9.

Gonadotropin korion manusia mempertahankan korpus


luteum kehamilan, yang mengeluarkan estrogen dan progesteron selama trimeter pertama gestasi sampai plasenta
mengambil alih fungsi ini pada dua trimester terakhir.
Estrogen dan progesteron kadar tinggi merupakan hal

SOAL LATIHAN
Pertanyaan Obyektif (Jawaban di h. A-61)
1. Sekresi testosteron pada hakikatnya berhenti dari lahir
sampai pubertas. (Benar atau salah?)
2. Seorang pria genetik mungkin saja memiliki penampakan anatomik wanita. (Benar atau salah)
3. Prostaglandin berasal dari asam arakidonat yang terdapat di membran plasma. (Benar atau salah)
4. Sebagian besar pelumasan selama hubungan seks dihasilkan oleh wanita. (Benar atau salah?)
5. \Tanita tidak mengalami ereksi. (Benar atau sahh?)
6. Kadar estrogen yang meningkat sedang menghambat
sekresi tonik LH, sementara kadar estrogen yang dnggi
merangsang lonjakan LH. (Benar atau salah?)
7. Jika sebuah folikel tidak mencapai kematangan selama
satu siklus ovarium maka folikel tersebut dapat.menyelesaikan pematangannya pada siklus berikutnya. (Benar
atau salah?)

858

Bab 20

8.

Spermatogenesis berlangsung di dalam


sang oleh

9.

...

testis, dirang-

hormon ... dan ...

Deteksi ... di urin adalah dasar bagi uji diagnostik kehamilan.

t0

Selama produksi estrogen oleh folikel, sel

... di bawah

pengaruh hormon ... menghasilkan androgen, dan sel


... di bawah pengaruh ... mengubah androgen ini men11

I2

jadi estrogen.
Sumber estrogen dan progesteron selama 10 minggu
pertama gestasi adalah ...
Mana dari pernyataan berikut mengenai distribusi kromosom yang tidah tepat?
Semua sel somatik manusia mengandung 23 pasangan kromosom untuk jumlah diploid total 46
kromosom.
b. Setiap gamet mengandung 23 kromosom, saru anggota dari masing-masing pasangan kromosom.

a.

c.

Selama pembelahan meiotik, anggota pasanganpasangan kromosom mengelompokan diri mereka


ke dalam kombinasi semula yang berasal dari ibu

dan ayah individu untuk pemisahan menjadi gamet


haploid.
d. Penentuan jenis kelamin bergantung pada kombinasi kromosom seks, dengan kombinasi XY menentukan pria genetik dan )O( wanita genetik.
e. Kandungan kromosom seks sperma yang membuahi
menentukan jenis kelamin anak.
13. Ketika korpus luteum berdegenerasi,
a. kadar estrogen dan progesteron dalam darah turun

b.
c.
d.
e.
14.

drastis
sekresi FSH dan LH mulai meningkat karena efek
inhibisi steroid gonad telah hilang

endometriumterlepas
baik (a) maupun (b)
semua benar

Dengan menggunakan kode jawaban di kanan, tunjukkan kapan masing-masing kejadian berlangsung selama
siklus ovarium:
1. pembentukan folikel
a. terjadi selama

antrum
fase folikular
2. sekresi progesteron b. terjadi selama
fase luteal
3. haid
4. sekresi estrogen
c. terjadi baik
5. perbaikan dan proliferasi pada fase
endometrium
folikular
6. peningkatan vaskularisasi maupun luteal
dln penyimpanan
glikogen di endomerrium
15. Cocokkan yang berikut:

tempat penyimpanan
sperma

2.

memekatkan sperma
serarus

3.
4.
5.

kali lipat

a. epididimis dan

'

duktus deferens

b. kelenjar prostat

c. vesikula

menyediakan enzim
pembekuan
mengeluarkan cairan

d. kelenjar

basa

e. penis

seminalis

bulbouretra

mengandung jaringan
erektil

meningkatkan motilitas
dan fertilitas sperma
7. menghasilkan fruktosa
8. mengeluarkan fibrinogen
6.

9.

mengeiuarkan

prostaglandin
Pertanyaan Esai
1. Apa organ reproduksi primeg gamer, ir,rruron seks, saluran reproduksi, kelenjar seks tambahan, genitalia eksterna, karakteristik seks sekunder pada pria dan wanita?
2. Tirliskan fungsi-fungsi reproduktif esensial pria dan
wanita!
3. Bahaslah perbedaan antara pria dan wanita dari aspek
jenis kelamin genetik, gonad, dan fenotipe!
4. Bagian mana dari sistem reproduksi pria dan wanita
yang berkembang dari masing-masing struktur berikut:

tuberkulum genital, lipatan tretra, genital swelling,

5.

duktus \folffii, dan duktus Miilleri?


Apa makna fungsional letak testis di dalam skrotum?
Bahaslah sumber dan fungsi testosteron!

6.
7. Jelaskan tiga tahap

urama spermarogenesis! Bahaslah

fungsi masing-masing bagian dari sebuah spermatozoa!


Apa peran sel Sertoli?
8. Bahaslah kontrol fungsi testis!
9. Bandingkan tindakan seks pria dan wanital
10. Bandingkan oogenesis dengan spermatogenesis!
1 1. Jeiaskan proses-proses fase folikular dan luteal pada
siklus ovarium! Hubungkan fase-fase siklus uterus
dengan fase-fase siklus ovariuml
72. Bagaimana ovum dan spermatozoa diangkut ke tempat
fertilisasi? Jelaskan proses fertilisasi!
13. Jelaskan proses implantasi dan pembentukan plasenta!
14. Apa fungsi plasenta? Hormon apa y^ng dikeluarkan
oleh plasenta?
15. Apa peran gonadotropin korion manusia?
16. Faktor apa yang berperan dalam memicu persalinan?
Apa tahap-tahap persalinan? Apa peran oksitosin?
17. Jelaskan faktor hormon yang berperan dalam laktasi!
18. Ringkaskan kerja esrrogen dan progesteron!

UNTUK DIRENUNGKAN
(Penjelasan di h. A-6f )
l. Hipotalamus mengeluarkan GnRH secara pulsatil (berdenyut) sekali setiap dua sampai tiga jam, tanpa sekresi
di antaranya. Konsentrasi GnRH darah bergantung pada frekuensi letupan sekresi ini. Saat ini sedang dilakukan suatu penelitian tentang metode kontrasepsi baru

yang menjanjikan melibatkan pemberian obat mirip


GnRH. Bagaimana kira-kira cara kerja obat tersebut
sebagai kontrasepsi jika GnRH adaiah hormon hiporalamus yang memicu rangkaian proses yang berujung

pada ovulasi?. (Petunjuk: Hipofisis anterior "diprogram"


untuk hanya berespons terhadap pola denyut GnRH

2.

yang normal).
Tirmor testis yang terbentuk oleh sel interstisial Leydig
kadang mengeluarkan resrosreron dalam jumlah 100
kali daripada normal. Jika tumor semacam ini timbul
pada anak, maka anak tersebut akan tumbuh jauh lebih
pendek daripada potensi genetiknya. Jelaskan mengapal
Gejala apa lagi yang dapat ditemukan?

Sistem Reproduksi 859

3.

Disfungsi sela jenis ap^y^rrgmungkin timbul pada pria


yang menggunakan obat-obat penghambat aktivitas sistem saraf simpatis sebagai bagian dari terapi untuk

5.

Gejala menopause kadang diterapi dengan suplemen estrogen dan progesteron. Mengapa terapi dengan GnRH
atau FSH dan LH tidak efektiP

tekanan darah tinggi?

4.

Jelaskan dasar fisiologik pemberian ekstrak hipofisis ante-

rior untuk menginduksi atau mempermudah persalinan!

KASUS KLINIS
(Penjelasan di h. A-62)

Mudigah yang sedang terbentuk terranam di tuba uterina


Maria A, yang sedang hamil dua bulan, mengalami keram dan bukan di endometrium urerus. Mengapa kehamilan ini
perut yang parah. Dokternya mendiagnosis kehamilan tuba: harus dihentikan dengan pembedahan?

SUMBER BACAAN PHYSIOEDGE


Situs PhysioEdge
Situs untuk buku ini berisi banyak alat bantu belajar yang
bermanfaat, serta banyak petunjuk untuk bahan bacaan lebih
lanjut dan riset. Masuklah ke:

http://biology.brooliscole.com/sherwoodhp6
Pilihlah Chapter 20 dari ment drop-down atau klik salah
satu dari banyak pilihan, termasuk Case Histories, yatg
memperkenalkan aspek-aspek klinis fisiologi manusia. Untuk
bab ini periksalah: Case History 23: Pregnancy 7bst.

870

Bab 20

Untuk anjuran bacaan, konsultasilah ke InfoTlrac' College


Edition/Research di situs PhysioEdge atau pergi langsung
ke InfoTiac College Edition, perpustakaan riset online anda
di:

http://infotrac.thomsonlearning.com

Anda mungkin juga menyukai