Anda di halaman 1dari 32

RUGI-RUGI LINTASAN PERAMBATAN GELOMBANG

Putu Surya Gs, putusuryags@windowslive.com

Saluran radio nirkabel menimbulkan tantangan yang berat sebagai media


komunikasi yang dapat diandalkan kecepatan tinggi. Tidak hanya rentan terhadap
noise, interferensi, blockage dan multipath, tapi hambatan saluran ini berubah dari
waktu ke waktu dengan cara yang susah diprediksi karena gerakan
pengguna. Variasi kekuatan sinyal dipenerima yang dipengaruhi gangguan selama
propagasi dapat diketahui dengan beberapa pemodelan.
Kebanyakan sistem komunikasi mobile di darat menggunakan UHF band,
sementara sistem satelit biasanya beroperasi di band SHF, karena sinyal-sinyal ini
menembus ionosfer dengan sedikit usaha. Analisis propagasi gelombang radio
untuk sistem terrestrial dalam band UHF harus memperhitungkan refleksi dan
scattering dari alam maupun objek buatan manusia. Propagasi gelombang
komunikasi harus mempertimbangkan pelemahan dari bangunan, hujan dan efek
atmosfer. Karena ukuran antena yang optimal berbanding lurus dengan panjang
gelombang sinyal, mounting antena di perangkat komunikasi genggam biasanya
tidak menjadi masalah pada frekuensi ini.
Dalam perjalanannya dari antena pemancar ke antena penerima,
gelombang radio melalui berbagai lintasan dengan beberapa mekanisme
perambatan dasar yang mungkin. Mekanisme perambatan dasar yang dimaksud
adalah LOS (Line of Sight), pantulan, difraksi, dan hamburan.

1. MEKANISME PERAMBATAN DASAR GELOMBANG


1.1 LOS (Line of Sight)
LOS merupakan lintasan gelombang radio yang mengikuti garis
pandang. Transmisi ini terjadi jika antena pemancar dan penerima dapat
saling melihat yaitu jika di antara keduanya dapat ditarik garis lurus
tanpa hambatan apa pun (perhatikan gambar 1).

Gambar 1. Lintasan LOS

Lintasan LOS merupakan lintasan yang menghasilkan daya yang


tertinggi di antara mekanisme-mekanisme yang lain, dengan kata lain,
lintasan LOS menawarkan rugi-rugi lintasan (path loss) yang terendah. Di
atas permukaan bumi, transmisi ini dibatasi jaraknya oleh lengkungan
bumi.

Gambar 2. Lintasan LOS dibatasi kelengkungan bumi

Rugi-rugi lintasan yang menyatakan penyusutan sinyal sebagai


besaran positif dalam desibel (dB), didefinisikan sebagai perbedaan antara
daya yang ditransmisikan (oleh pemancar) dengan daya yang diterima
(oleh penerima). Dengan memperhitungkan perolehan antena pemancar
dan penerima, maka rugi-rugi lintasan dapat ditentukan sebagai:

dengan :
PL : rugi-rugi lintasan (dB)

Gr : perolehan antena penerima

Pt : daya yang ditransmisikan (watt) : panjang gelombang radio (meter)


Pr : daya yang diterima (watt)

d : jarak antara antena pemancar dan

Gt : perolehan antena pemancar

antena penerima

Lintasan LOS merupakan lintasan yang dapat diandalkan karena


rugi-rugi lintasan yang rendah. Jika antara pemancar dan penerima tersedia
lintasan semacam ini, maka dapat diketahui dengan pasti tentang kualitas
penerimaan sinyalnya. Hal inilah yang dimanfaatkan dalam komunikasi
gelombang mikro, dimana masing-masing antena pemancar dan penerima
menggunakan antena parabola dengan perarahan yang tinggi. Yang perlu
diperhatikan dalam pemanfatan lintasan LOS dalam hal ini adalah
kenyataan bahwa kedua antena harus benar-benar dapat saling pandang.

Jika kondisi ini tidak terpenuhi maka akan membuat kegagalan dalam
komunikasi, terutama jika lebar-berkas (beamwidth) antena cukup kecil.
1.2 Lintasan Pantulan
Mekanisme pantulan pada atmosfer bumi menghasilkan lintasan
terpantul lapisan ionosfer. Lapisan ionosfer merupakan lapisan atmosfer
bumi yang memiliki sifat dapat memantulkan gelombang elektromagnetik.
Dengan lintasan ini, jangkauan radio dapat mencapai jarak yang lebih jauh
daripada menggunakan lintasan hamburan tropo. Mekanisme pantulan
juga terjadi di atas permukaan bumi, yaitu oleh permukaan bumi itu
sendiri. Lintasan terpantul oleh permukaan bumi juga sangat berperan
dalam komunikasi seluler. Bersama-sama dengan lintasan LOS, lintasan
terpantul oleh permukaan bumi ini membentuk apa yang ground reflection
(2 ray) model. Perhatikan gambar 3.

Gambar 3. Ground Reflection (2 Ray) model

Permukaan bumi dan lapisan ionosfer secara bersama-sama dapat


membentuk pantulan gelombang yang berulang-ulang sehingga diperoleh
jangkauan radio yang sangat jauh.
1.3 Difraksi
Difraksi terjadi jika gelombang radio membentur benda atau
penghalang yang berupa ujung yang tajam, sudut-sudut atau suatu
permukaan batas (gelombang menyusur permukaan). Gelombang radio
yang demikian akan terurai dan dapat menjangkau daerah berbayangbayang (shadowed region). Mekanisme ini menjadi penting terutama pada
lingkungan komunikasi seluler, karena pada lingkungan tersebut terdapat
banyak wilayah yang berbayang-bayang.
1.4 Hamburan
Hamburan gelombang radio terjadi jika medium tempat gelombang
merambat terdiri atas benda-benda (partikel) yang berukuran kecil (jika
dibandingkan dengan panjang gelombang) dan jumlah per satuan
volumenya cukup besar. Mekanisme hamburan akan menyebabkan
gelombang menuju ke segala arah sehingga transmisi gelombang radio
dengan mekanisme hamburan mempunyai efisiensi yang kecil. Biasanya
digunakan antena dengan permukaan yang luas untuk meningkatkan
efisiensi. Transmisi jenis ini memanfaatkan sifat lapisan troposfer yang
menghamburkan gelombang elektromagnetik dan sering disebut dengan
istilah hamburan tropo (troposcatter).

Mekanisme hamburan juga terjadi pada lingkungan radio seluler.


Dalam hal ini, benda-benda penghambur dapat berupa pepohonan, ramburambu lalu lintas dan tiang-tiang lampu jalan. Efisiensi yang kecil
mengakibatkan mekanisme hamburan ini hanya berpengaruh pada
penerima yang berada di sekitar benda penghambur saja. Daya gelombang
terhambur akan meluruh dengan cepat sehingga pengaruhnya pada
penerima yang berada jauh dari penghambur menjadi sangat kecil.
Meskipun demikian, berbagai pengukuran menunjukkan bahwa daya yang
diterima sering lebih daripada yang diperkirakan oleh sinyal terpantul dan
terdifraksi. Hal ini menunjukkan kontribusi gelombang terhambur pada
penerimaan sinyal.
1.5 Pemudaran
Pada dasarnya, gelombang radio yang datang pada penerima
berasal dari berbagai arah dan berbagai lintasan (dengan berbagai
mekanisme perambatan yang telah dilaluinya). Dengan demikian daya
yang diterima oleh penerima merupakan jumlahan (vektor) dari seluruh
gelombang radio yang datang tersebut. Perhatikan gambar 4.
Jarak yang ditempuh gelombang dan mekanisme perambatan yang
telah dialami gelombang menyebabkan gelombang yang datang memiliki
amplitude dan fase yang berbeda satu sama lain. Kondisi lingkungan yang
selalu berubah dari waktu ke waktu juga mengakibatkan amplitude dan
fase gelombang radio yang diterima berubah-ubah (bervariasi) dari waktu

ke waktu. Keadaan ini dikenal dengan istilah pemudaran (fading). Oleh


karena diakibatkan oleh lintasan-jamak (multipath), maka juga sering
disebut pemudaran lintasan-jamak (multipath fading).

Gambar 4. Gelombang datang pada penerima dari berbagai lintasan

2. RUGI-RUGI LINTASAN PERAMBATAN GELOMBANG


Perambatan gelombang radio dari stasiun pemancar ke stasiun penerima
akan mengalami penyebaran energi di sepanjang lintasannya, yang mengakibatkan
kehilangan energi yang disebut rugi (redaman) propagasi.

Gambar 5. Letak stasiun pemancar dan penerima

Nilai rugi-rugi lintasan yang terjadi sangat tergantung pada lokasi stasiun
pengirim dan penerima. Gambar 5 merupakan ilustrasi letak stasiun pemancar dan
penerima. Di lokasi (1), komunikasi yang terjadi adalah line of sight (mengikuti

garis pandang), tidak ada halangan diantara stasiun pemancar dan penerima
sehingga pemodelan free space loss sudah dapat memberikan nilai rugi-rugi
lintasan yang terjadi secara akurat. Di lokasi (2) dan (3), komunikasi line of sight
masih dapat dilakukan namun karena jarak yang cukup jauh (23km), terjadi
pantulan di permukaan bumi yang mempengaruhi nilai rugi-rugi lintasan secara
signifikan, maka pemodelan free space loss seperti lokasi (1) tentu tidak tepat,
pemodelan yang sesuai untuk lokasi (2) dan (3) adalah pemodelan plane earth
loss. Di lokasi (4), pemodelan free space loss perlu dikoreksi karena terjadi
difraksi yang disebabkan oleh pohon yang berhadapan langsung. Sementara
prediksi nilai rugi-rugi lintasan pada lokasi (5),(6) dan (7) lebih susah
dibandingkan lokasi lainnya karena selain jarak yang sangat jauh (40km) juga
terdapat perpaduan pengaruh pantulan dari permukaan bumi dan difraksi.
Sehingga diperlukan pemodelan yang berbeda untuk tiap-tiap kondisi lokasi
stasiun pemancar dan penerima.
2.1 Definisi rugi-rugi lintasan
Rugi-rugi lintasan merupakan akumulasi dari semua efek redaman terkait
dengan jarak dan interaksi dari propagasi gelombang dengan benda-benda di
lingkungan antara antena, nilai rugi-rugi lintasan sangat penting untuk diketahui
karena berguna dalam perhitungan link-budget.
Rugi-rugi lintasan tidak hanya terjadi pada proses pengiriman sinyal
informasi dari stasiun pemancar ke stasiun penerima, namun rugi-rugi lintasan
terdapat pada saluran transmisi seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Ilustrasi path loss

Redaman saluran transmisi ditentukan oleh loss feeder ,branching dan


transmit

filter.

Redaman feeder terjadi

karena

hilangnya

daya

sinyal

sepanjang feeder, sehingga redaman feeder identik dengan panjang dari feeder
tersebut.

Sedangkan

redaman branching terjadi

pada

percabangan

antara

perangkat transmisi radio Tx/Rx.


Path loss pada antenna feeder nilainya berkisar antara 0-4 dB. Sementara
rugi-rugi transmit filter berkisar antara 0-3 dB, rugi-rugi ini biasanya terjadi pada
antena yang meradiasikan sinyal menggunakan banyak transmitter sekaligus.
Path loss yang terjadi pada gambar 6, dapat dihitung dengan
membandingkan nilai EIRP (effective isotropic radiated power) dari sisi pengirim
dengan nilai effective isotropic received power dari sisi penerima, persamaan

10

matematisnya sebagai berikut : L=

Pri =

P r Lr
Gr

Pti
Pri

; dengan nilai Pti(EIRP) =

Pt G t
Lt

dan

Pada kondisi sebenarnya, rugi-rugi lintasan lebih rumit karena terdapat


berbagai redaman-redaman dalam proses transmisi sinyal antara lain : redaman
ruang bebas, redaman gas (atmosfer), redaman hujan dan redaman akibat gedung.
1.

Redaman ruang bebas


Redaman ruang bebas merupakan redaman sinyal yang terjadi

akibat dari media udara yang dilalui oleh gelombang radio antara
pemancar dan penerima Perambatan gelombang radio di ruang bebas akan
menghalangi penyebaran energi di sepanjang lintasannya sehingga terjadi
kehilangan energi. Untuk mengetahui kondisi point to point dengan
saluran

transmisi,

maka

perhitungan

redaman

ruang

bebasnya

menggunakan rumus model propagasi umum (Free Space Loss) sebagai


berikut:

Dimana:
f = frekuensi kerja (GHz)
d = panjang lintasan propagasi (Km)
2. Redaman oleh gas (atmosfer)

11

Pada prinsipnya gas-gas di atmosfer akan menyerap sebagian dari


energi gelombang radio, dimana pengaruhnya tergantung pada frekuensi
gelombang, tekanan udara dan temperatur udara. Pengaruh redaman paling
besar berasal dari penyerapan energi oleh O2 dan H2O, sedangkan
pengaruh penyerapan gelombang radio oleh gas-gas seperti CO, NO, N2O,
NO2, SO3, O3 dan gas lainnya dapat diabaikan. Untuk sistem transmisi
yang beroperasi pada frekuensi kerja di bawah 10 GHz, redama gas
atmosfer dapat diabaikan karena kecil pengaruhnya, akan tetapi untuk
frekuensi di atas 10 GHz, redaman gas atmosfer perlu diperhitungkan.
3. Redaman hujan
Tetes-tetes hujan menyebabkan penghamburan dan penyerapan
energi gelombang radio yang akan menghasilkan redaman yang disebut
redaman hujan. Besarnya redaman tergantung pada besarnya curah hujan.
Redaman hujan tidak dapat ditentukan secara pasti tetapi ditentukan secara
statistik. Untuk menentukan redaman yang diakibatkan oleh hujan pada
suatu site dapat digunakan rumus sebagai berikut:
a.

Redaman Spesifik
Redaman spesifik didefinisikan sebagai besarnya redaman oleh
hujan per satuan panjang lintasan efektif (dB/Km), dan
dirumuskan sebagai berikut:

dimana:

12

= redaman hujan spesifik (dB/Km)


R = banyaknya curah hujan untuk daerah tertentu (mm/jam)
Besarnya a dan b merupakan fungsi dari frekuensi, polarisasi
dan suhu curah hujan.

b. Redaman Efektif
Pada lintasan propagasi gelombang radio tidak selamanya
terjadi hujan, sehingga redaman hujan efektif dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

dimana:
A = redaman hujan efektif (dB)
Leff = panjang lintasan efektif (km)
= redaman hujan spesifik (dB/Km)

2.2 Pemodelan rugi-rugi lintasan


Terdapat tiga macam pemodelan yang digunakan, antara lain:

13

a. Empirical models, merupakan pemodelan yang dilakukan berdasarkan


pada data pengukuran, sederhana (hanya menggunakan beberapa
parameter), menggunakan perangkat statistik, dan tidak begitu akurat.
b. Semi-empirical models, merupakan pemodelan berdasarkan pada
pemodelan empiris dan aspek deterministik.
models, merupakan pemodelan

c. Deterministic

memerlukan

sejumlah

besar

informasi

berdasarkan

geometri

tentang

lokasi,
lokasi,

memerlukan komputasi yang rumit dan akurat.


Pembahasan mengenai pemodelan rugi-rugi lintasan akan terbagi sesuai tipe-tipe
sel berikut ini :
Tabel 1. Tipe-tipe sel

2.2.1 Pemodelan Macrocell Path Loss


a. Pemodelan Okumura-Hata
Dalam komunikasi nirkabel, pemodelan Okumura-Hata merupakan
pemodelan propagasi radio yang paling banyak digunakan untuk memprediksi
perilaku transmisi selular di suatu daerah tertentu. Pemodelan ini berdasarkan
pengukuran yang dilakukan di Tokyo pada tahun 1968.

14

Pemodelan ini membagi area prediksi menjadi 3, yaitu open area,


suburban area dan urban area.

Gambar 7. Area prediksi Okumura-Hata models

1. Open area
Merupakan area terbuka dimana proses transmisi sinyal dapat
berlangsung tanpa halangan karena tidak ada pepohonan yang tinggi
dan bangunan di sepanjang lintasan.
2. Suburban area
Daerah pedesaan atau pinggiran kota, dengan beberapa rumah dan
pohon yang menjadi penghalang komunikasi namun tidak terlalu
padat.
3. Urban area
Daerah perkotaan yang padat dengan rumah dan gedung-gedung tinggi
dan sangat dekat satu sama lain.
Model Okumura-Hata ini memasukkan informasi grafik dari pemodelan
okumura dan mengembangkan lebih lanjut untuk mengetahui efek difraksi,
refleksi dan scattering yang disebabkan oleh struktur kota. Model Okumura-Hata
ini memprediksi rata-rata path loss yang terjadi.

15

Gambar 8. Ilustrasi Okumura-Hata models

Model ini cocok untuk range frekuensi antara 150MHz hingga 1500MHz,
ketinggian antenna BS berkisar antara 30m hingga 200m, ketinggian antenna
mobile station berkisar 1m hingga 10m dan jarak keduanya sejauh 1 km hingga
10km.
Definisi parameter dari gambar 8, sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

hm : tinggi antena mobile station (MS) dari permukaan tanah [m]


dm : jarak antara MS dengan bangunan
h0 : tinggi bangunan dari permukaan tanah [m]
hb : tinggi antena base station (BS) dari permukaan tanah [m]
r : jarak terpendek dipermukaan bumi antara MS dan BS [m]
R=r x 10-3: jarak terpendek dipermukaan bumi antara MS dan BS [km]
f : carrier frequency [Hz]
fc=f x 10-6 : carrier frequency [MHz]
: free space wavelength [m]

Okumura mengambil daerah urban (perkotaan) sebagai referensi dan


memberlakukan faktor koreksi. Perhitungan nilai path loss adalah sebagai berikut:

16

b. Pemodelan COST 231-Hatta


Pemodelan Okumura-Hata untuk kota-kota menengah dan kecil telah
disempurnakan agar dapat digunakan pada frekuensi 1500 MHz hingga 2000
MHz.
Model redaman lintasan yang diajukan oleh COST-231 ini memiliki
bentuk persamaan:

Model COST 231-Hatta hanya cocok untuk parameter-parameter berikut:


1. Frekuensi (f)

: 1500 MHz 2000 MHz

2. Tinggi Tx (hb)

: 30m 200m

3. Tinggi Rx (hm)

: 1m 10m

4. Jarak Tx Rx (r)

: 1km 10km

17

Model COST 231-Hatta pada masa sekarang ini telah dituangkan dalam
bentuk software komputer. Jadi pada penggunaannya, perancangan sistem
komunikasi tinggal membuat layout 2 dimensi dari daerah yang akan diteliti (bisa
menggunakan foto satelit atau sekedar pengukuran biasa) kemudian menentukan
nilai-nilai parameter yang ada. Setelah terkumpul, nilai-nilai dan data tersebut
dimasukkan dalam program maka keluarlah output dari program. Pada gambar 9
ditunjukkan tampilan dari sebuah program perambatan gelombang.

Gambar 9. Sebuah perangkat lunak analisis model perambatan gelombang

Tingkat keakuratan pemodelan COST 231-Hatta pernah diujikan di


Lithuani dan Brazil. Pengukuran di Lithuania dilakukan pada frekuensi 160, 450,
900 dan 1800MHz, hasilnya sebagai berikut :
a. Standar deviasi eror = 5 -7 dB dalam lingkungan perkotaan dan pinggiran
b. Presisi terbaik pada frekuensi 900MHz di lingkungan perkotaan
c. Dalam lingkungan pedesaan : standar deviasi meningkat hingga 15dB bahkan
lebih
Sementara pengkuran di Brazil dilakukan pada frekuensi 800 / 900 MHz,
hasilnya sebagai berikut :
a. mean absolute error = 4,42 dB dalam lingkungan perkotaan
b. standar deviasi eror = 2,63 dB

18

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat presisi pemodelan sangat


bergantung pada struktur sebuah kota yang diuji.
c. COST 231-Walfisch-Ikegami
Pemodelan ini lebih kompleks dari pemodelan sebelumnya, karena
mengambil karakteristik dari sebuah kota antara lain : tinggi bangunan (hRoof) ,
lebar jalan (w), jarak antar bangunan (b) dan sudut antara orientasi jalan dengan
arah lintasan gelombang radio (). Hal itu menyebabkan peningkatan tingkat
akurasi prediksi propagasi.
Pembatasan dalam pemodelan :
1.
2.
3.
4.

Frekuensi (f)
Tinggi Tx (hb)
Tinggi Rx (hm)
Jarak Tx Rx (r)

: 800 MHz 2000 MHz


: 4m 50m
: 1m 3m
: 0.02km 5km

Gambar 10. Ilustrasi pemodelan COST 231-Ikegami

19

Gambar 11.ini,
Sudut
antara orientasi
jalanloss
dengan
arah gelombang
Pada pemodelan
perhitungan
path
dibagi
menjadi dua yaitu :

kasus LOS dan kasus NLOS. Perhitungan matematisnya sebagai berikut :


a. LOS

b. NLOS
Perhitungan path loss pada kasus NLOS lebih rumit karena merupakan
penjumlahan dari free space loss, difraksi diatas atap bagunan dan
pantulan dari bangunan, seperti ilustrasi pada gambar 12.

Gambar 12. Kasus NLOS pemodelan COST231-Walfisch-Ikegami

20

d. Pemodelan plane earth


Pemodelan ini merupakan salah satu pemodelan deterministik, propagasi
gelombang terdiri atas dua jalur propagasi yaitu : direct path (lintasan langsung)
dan pantulan dari permukaan bumi, seperti pada gambar 13.

Gambar 13. Ilustrasi plane earth model

21

Perhitungan matematis path loss :


Pemodelan ini tidak akurat jika diambil secara terpisah.

e. Pemodelan Ikegami
Pemodelan ini sepenuhnya deterministik untuk memprediksi field strength
pada titik-titik tertentu. Pemodelan ini menggunakan peta detail mengenai
bangunan tinggi, bentuk dan posisinya untuk menentukan jalur sinar. Hanya satu
releksi dari dinding yang dihitung, difraksi dihitung dengan menggunakan
aproksimasi tepi tunggal dan pantulan dari tembok diasumsikan bernilai konstan.

Gambar 14. Ilustrasi pemodelan Ikegami

Dua sinar, sinar pantul dan difraksi dijumlahkan sehingga path loss :

Kelemahan pemodelan ini adalah cenderung meremehkan kerugian pada


jarak besar dan variasi frekuensi lebih diabaikan pada pengukuran.
2.2.2 Pemodelan Microcell path loss

22

a. Dual slope empirical model


Pemodelan ini lahir karena pemodelan path loss simple power law tidak
cukup akurat. Terdapat dua nilai eksponen path loss untuk menggambarkan
propagasi.

dengan :
L1 = nilai referensi path loss pada r =1 m
rb = jarak breakpoint
n1 = eksponen path loss untuk r rb
n2 = eksponen path loss untuk r > rb
Untuk menghindari transisi yang tajam diantara dua kawasan, maka :

Gambar 15. Dual slope emipirical models

23

b. Pemodelan Two Ray


Pemodelan ini berlaku untuk komunikasi Line of sight, tidak ada halangan
diantara stasiun pemancar dan penerima. Pemodelan ini mengasumsikan dua
sinar, 1 sinar jalur langsung dan 1 sinar pantul yang dominan (biasanya dari
tanah).

Gambar 16. Two ray model

Perhitungan path loss adalah sebagai berikut :

Selain fenomena diatas, terdapat fenomena lain (pada gambar 17) dimana
sinar datang dari belakang mobile station secara LOS yang terdiri 2 sinar langsung
dan 2 sinar pantul, maka perhitungan path loss-nya :
L = 42.6 + 26 log (dKM) + 20 log (fMHz) for d > 20m

24

Gambar 17. Extension of Two ray model


2.2.3 Pemodelan Picocell path
loss

Pemodelan ini merupakan pemodelan perhitungan rugi-rugi lintasan untuk


propagasi di dalam ruangan, diasumsikan antena base station berada di dalam
ruangan. Pemodelan dalam ruangan ini memiliki perbedaan dengan pemodelan di
luar ruangan, perbedaan yang paling mendasar adalah lintasan yang lebih pendek,
penghalang dapat berubah sewaktu-waktu dan tidak pernah terjadi hujan.

Gambar 18. Antena base station di dalam ruangan

Pemodelan perhitungan rugi-rugi lintasan di dalam ruangan lebih rumit


daripada luar ruangan karena terdapat gangguan propagasi tambahan, antara lain:
1. Banyaknya pantulan dari tembok dan lantai serta benda lainnya
2. Terjadi difraksi dari berbagai objek
3. Perbedaan rugi-rugi transmisi untuk tiap material tembok, lantai dan
partisi

25

4. Terjadi fenomena waveguide effect pada titik tertentu dalam ruangan


5. Pengaruh manusia yang berpindah-pindah memberikan pengaruh
shadowing

Dari beberapa pengamatan diperoleh nilai-nilai path loss, sebagai berikut :


1. Ruangan yang luas (line of sight) kerugian sebesar 20log(d)
2. Koridor memiliki kerugian yang lebih kecil dari free space loss karena
ada efek pemandu gelombang (wave guiding effect), sebesar 18log (d)
3. Hambatan dan dinding partisi menyebabkan kerugian naik menjadi
40log(d)
a. Pemodelan Motley-Keenan
Pemodelan ini menghitung path loss menggunakan free space loss dengan
tambahan faktor-faktor kerugian yang berkaitan dengan jumlah lantai dan dinding
yang berpotongan dengan garis lurus jarak ( r ) antar terminal.

dengan :
L1 = rugi-rugi referensi pada jarak 1m
nf = jumlah lantai sepanjang lintasan, f = rugi-rugi tiap lantai
nw = jumlah tembok sepanjang lintasan, w = rugi-rugi tiap tembok
Nilai-nilai rugi-rugi yang khas :

26

a. Tembok/lantai kayu memiliki rugi-rugi 4dB


b. Tembok beton dengan jendela non-metal memiliki rugi-rugi 7dB
c. Tembok beton tanpa jendela/Lantai beton memiliki rugi-rugi 10-20dB
b. Pemodelan ITU-R P.1238
Pemodelan ini merupakan metode perencanaan dalam ruangan untuk
sistem komunikasi radio dan jaringan area lokal radio pada frekuensi kisaran 900
MHz sampai 100 GHz.

dengan :
N = koefisien distance power loss
d = jarak pemisah (m) BS ke MS (dimana d > 1 m)
Lf= faktor floor penetration loss (dB)
n = jumlah lantai antara BS dan terminal portable (n 1)
Tabel 2. Harga N

Tabel 3. Harga Lf(n)

27

c. Pemodelan COST 231 Line of sight


Pemodelan ini merupakan pemodelan untuk menghitung rugi-rugi
propagasi ke dalam ruangan melewati tembok.

dengan :
LF = free space loss untuk total panjang lintasan (ri + re)
Le = path loss ketika melewati tembok luar saat normal incidence ( = 0)
Lg = path loss ketika melewati tembok luar saat grazing incidence (= 90)
Nilai L1 dan L2 adalah sebagai berikut :

Nw = jumlah tembok yang dilintasi oleh ri


Li = loss tiap tembok internal
= nilai atenuasi untuk unobstructed internal path

28

Gambar 19. Ilustrasi pemodelan COST 231LOS

Tabel 3. Parameter untuk pemodelan COST 231 LOS

3. APLIKASI PERHITUNGAN RUGI-RUGI LINTASAN


Terdapat beberapa aplikasi untuk memudahkan perhitungan path loss yang
terjadi, antara lain :
a. Microwave path calculator

29

Gambar 20. Microwave path calculator

Aplikasi diatas menggunakan pemodelan

free-space loss. Untuk

membuktikan hasil perhitungannya benar, menggunakan rumus :

Lfs (dB) = 36,5 + 20 log 2500 + 20 log 1


Lfs (dB) = 36,5 + 67,9588 + 0
Lfs (dB) = 104, 4588 dB (terbukti)
b. Link Budget Calculator

30

Gambar 21.Penghitung loss dengan pemodelan Hatta

Aplikasi diatas dibuat dengan microsoft excel, untuk menghitung rugi-rugi


propagasi dengan menggunakan pemodelan Hatta.
KESIMPULAN

1. Pemodelan rugi-rugi lintasan bertujuan untuk mengetahui nilai rugi-rugi yang


terjadi sepanjang lintasan sehingga dapat mengestimasi daya yang diperlukan
pada transmisi saat perancangan sistem seluler.
2. Pemodelan rugi-rugi lintasan antara lain :
a. Pemodelan Okumura- Hatta
b. Pemodelan COST 231-Hatta
c. Pemodelan COST 231-Walfisch-Ikegami

31

d. Pemodelan Plane earth


e. Pemodelan Ikegami
f. Pemodelan Dual slope empirical model
g. Pemodelan Two-ray
h. Pemodelan Motley-Keenan
i. Pemodelan ITU-R P.1238
j. Pemodelan COST231 line-of-sight
3. Pemodelan rugi-rugi lintasan di dalam ruangan lebih rumit daripada rugi-rugi
lintasan di luar ruangan karena terdapat lebih banyak variabel yang harus
diperhitungkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rappaport, Theodore S., 1996, Wireless Communications - Principles &


Practice, New York : Prentice Hall
2. Sylvain Ranvier, Helsinki University of Technology, Path loss models
3. M.A Ingram, presentasi Path Loss
4. Dr. Mike Willis, presentasi Mobile System
5. Breeze Wireless Communications Ltd, Radio Signal Propagation

32

Anda mungkin juga menyukai