Anda di halaman 1dari 36

HIDROLIKA PERPIPAAN

1. Dasar dasar hidrolika perpipaan

Hidrolika adalah ilmu yang mepelajari perilaku air secara fisik dalam
arti perilaku perilaku yang ditelaah harus terukur secara fisik.
Perilaku yang dipelajari peliputi hubungan antara debit air yang
mengalir dalam pipa dikaitkan dengan diameter pipanya sehingga
dapat diketahui gejala gejala yang tibul tekanan, kehilangan energi
dan gaya gaya lainnya yang timbul. Hubungan gejala gejala akan
dijelaskan dalam formulasi empiris yang lazim dipakai dalam praktek.
Dalam buku ini akan dicoba untuk di jelaskan kembali prisnsip
hidrolika aliran tertutup dan dikaitkan dengan realita di lapangan.

Pada dasarnya dalam menelaah aspek hidrolika dalam pipa kita


selalu beranggapan atau berasumsi bahwa:

Air adalah fluida yang mempunyai sifat incompresible atau


diasumsikan tidak mengalami perubahan volume/isi apabila terjadi
tekanan. Secara matematika dapat dinyatakan dengan :
Vol
--------= 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1.
p

dimana :
Vol= perubahan Vol yang kecil
p = perubahan tekanan yang kecil

Fulida yang bergerak di dalam pipa dianggap dalam kondisi steady


state atau air dianggap mempunyai kecepatan yang konstan dari
waktu ke waktu apabila melalui suatu pipa dengan diameter yang
sama. Secara matematika dapat dinyatakan dengan:
1

v
--------= 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2.
t

dimana :
v= perubahan kecepatan yang kecil
t = selang waktu yang kecil

Fulida yang bergerak di dalam pipa juga dianggap dalam kondisi


uniform flow atau air dianggap mempunyai kecepatan yang konstan
sepanjang apabila melalui suatu pipa dengan diameter yang sama .
Secara matematika dapat dinyatakan dengan:
v
--------= 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3.
s

dimana :
v= perubahan kecepatan yang kecil
s = selang jarak yang kecil

Pada kenyataannya dilapangan kondisi yang dijelaskan dalam


asumsi ini tidak selalu tercapai terutama kondisi steady flow dan
uniform flow. Penyimpangan keadaan tersebut disebut keadaan
transient yang umum terjadi pada saat awal pembukaan dan
penutupan valve. Efek yang timbul disebut sebagai water hammer
yang terefleksi dengan kejadian pengempisan pipa, pecahnya pipa
atau dalam keadaan yang ringan adalah terdengarnya suara ketukan
ketukan palu dipipa besi.

Setiap aliran air dalam pipa juga harus memenuhi azas kontinuitas
dimana debit aliran yang masuk dalam sisi 1 akan keluar dengan
pada sisi 2 dengan debit yang sama atau

Q1-= Q2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4.

dimana :
Q1-= Debit masuk di sisi 1 (m3/dt)
Q2- = Debit keluar di sisi 2 (m3/dt)

Debit air adalah volume air per satuan waktu. Debit air adalah luas
penampang pipa dikalikan dengan kecepatannya (lihat persamaan
5). Debit air yang masuk ke dalam pipa mempunyai kecepatan aliran
yang berbeda beda tergantung dari diameter pipanya. Kalau luas
penampang pipa adalah sebanding kuadrat dengan diamaternya
(lihat persamaan 6) maka semakin besar diameter pipanya semakin
kecil kecepatan alirannya.
Q1-= A1.v1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5.
2
A1 = /4.d1 . . . .. . . . . . . . . . . . .....6.
Pers 6.  Pers 5. 
Q1-= ./4d1 .v1. . .. . . . . . . . . . . . . .7.
2

dimana :
v1= kecepatan aliran air pipa di sisi 1 (m/dt)
A1-= Luas penampang pipa di sisi 1 m

d1- = diameter pipa di sisi 1 (m)


. = konstanta phi atau 22/7=3.14
./4 = 3.14/4 = 0,785 atau bila dibulatkan 0.8

Secara umum hubungan antara debit dengan diameter pipa dan


kecepatan dapat dinyatakan dengan persamaan 7. tetapi untuk
perhitungan yang lebih sederhana dapat dinyatakan pula seperti
persamaan 8. dibawah ini :

Q1-= 0.8 d12 .v1 .. . . . . . . . .. . . . . . .8.

Lebih jauh lagi aspek hidrolika dari air yang bergerak dalam pipa
dapat dijelaskan dalam model seperti pada gambar 1. :

v1

hL
v2
H2

H1

z2

z1

muka laut

gambar 1. Model hidrolika pipa

Air masuk pipa bergerak dari sisi 1 dan keluar di sisi 2 sesuai
dengan azas kontiuitas energi yang ada di sisi 1 juga harus sama di
sisi 2 .

Maka Energi total 1 sama dengan Energi

total 2 atau

Etot1=Etot2.

Energi yang ada di sisi 1 apabila diuraikan lagi terdiri dari :

1. Energi Potensial
2. Energi Kinetik
3. Kehilangan Energi

Energi secara formal mempunyai satuan joule tetapi untuk


sederhananya kajian dinyatakan dengan tinggi kolom air.
Energi Potensial disini terdiri dari

z =muka tanah terhadap muka laut (m).

H=beda tinggi dari muka air ke muka tanah(m) .


4

Energi kinetik air yang mengalir dipipa dinyatakan dengan =

V = v2/2g

dimana v adalah kecepatan aliran air (m/dt) dan g adalah percepatan


gravitasi (m/dt2).
Dengan demikian pada sisi 1 Total energi adalah:

Etot1 = z1+H1+ v12/2g. . . . . . . . . . . . . . .9.


Pada sisi 2 karena sepanjang pipa terjadi gesekan antara badan
pipa dengan air maka terjadi kehilangan enerig sebanyak hL.

Etot2 = z2+H2+ v22/2g+hL. . . . . . . . . . . . .10.


Akibatnya total energi yang ada di sisi 2 adalah sebagai berikut :
Dengan adanya azas kekekalan energi maka :

Etot1 = Etot2
z1+H1+ v12/2g =z2+H2+ v22/2g+hL . . . . . . . .11.
Persamaan ini lazim disebut sebagai persamaan Bernaulli.
Misalnya ada sebuah pipa diletakkan di sisi 1 sampai sisi 2.

Contoh Soal :
Di sisi 1

Elevasi tanah adalah 100 m (z1=100m)

Dibangun menara air dengan ketinggian 20 m (h1=30m)

Kecepatan air dipipa adalah 1 m/dt (v1=1m/dt)

Di sisi 2

Kehilangan Energi dari sisi 1 ke 2 adalah 5 m (hL= 5m)

Kecepatan air tetap 1 m/dt (v2=1m/dt)

Ketinggian tanah adalah 110 m (z2=110m)

Setinggi apa air di sisi 2 dapat mencapai?


Atau dengan kata lain berapa h2?

z1+H1+ v12/2g =z2+H2+ v22/2g+hL . . . . . . . .11.


1001+20+ 12/(2.9,81) =110+h2+ 12/2(2.9,81)+5
maka h2 = 5 m
Maka dengan demikian apabila di sisi 2 pipa di buat lubang maka air
yang keluar dapat mencapai ketinggian 5 m atau sisa tekanan
adalah 5 m.

Berdasarkan pengertian ini maka apabila kecepatan air sama maka


energi kinetik dapat diabaikan, dalam praktek perbedaan kecepatan
yang kecil di sisi 1 dan 2 menyebabkan energi kinetik dapat pula
diabaikan.

Di sini dapat disimpulkan untuk menghitung sisa tekanan dalam


realita, faktor faktor penting untuk diketahui adalah:

Elevasi tanah dimana pipa diletakkan (z)

Tenaga pendorong awal seperti menara air atau pompa (h1)

Kehilangan Energi atau Kehilangan Tekanan (hL)

Elevasi tanah didapat hari hasil pengukuran tanah yang baik.


Tenaga pendorong adalah kondisi menara atau per pompa an yang
6

diperkirakan ketinggian tekannya dengan baik sedangkan head loss


dihitung berdasarkan rumusan rumusan empiris.
2.

Kehilangan Tekanan

Salah satu fakto yang penting dalam perhitungan hidrolis perpipaan


adalah perhitungan kehilangan tekanan. Ada beberapa rumusan
yang dapat dipakai dalam menghitung kehilangan tekanan yaitu :

Hazen Willian

Darcy Weisbach

2.1.

Persamaan Hazen William

Persamaan Hazen william adalah yang paling umum dipakai,


persamaan ini lebih cocok untuk menghitung kehilangan tekanan
untuk pipa dengan diameter besar yaitu diatas 100 mm. Selain itu
rumus ini sering dipakai karena mudah dipakai.

Persamaan Hazen William secara empiris menyatakan bahwa debit


yang mengalir didalam pipa adalah sebanding dengan diameter pipa
dan kemiringan hidrolis (S) yang di nyatakan sebagai Kehilangan
tekanan (hL) dibagi dengan panjang pipa (L) atau S = (hL/L)
Disamping itu ada faktor C yang menggambarkan kodisi fisik dari
pipa seperti kehalusan dinding dalam pipa yang menggambarkan
jenis pipa dan umur.

Secara umum rumus Hazen William adalah sebagai berikut:

Q=0.2785.C.d2.63.S054 . . . . . . . . . . . .12.
Dimana
S = (hL/L)
Dimana
L=adalah panjang pipa dari 1 ke 2
Apabila kehilangan tekanan atau hL yang akan dihitung maka

hL =(Q/0.2785.C.d2.63) 1.85 .L. . . . . . . .13.


C (koefisien Hazen William) berbeda untuk berbagai jenis pipa di
tabel 1. dapat dilihat koefiesien tersebut.

Tabel 1. Koefisien Hazen William


No

Jenis (Material)Pipa

Nilai C
Perenccanaan

Asbes Cement

120

Poly Vinil Chloride (PVC)

High Density Poly Ethylene (HDPE)

130

Medium Density Poly Ethylene (MDPE)

130

Ductile Cast Iron Pipe (DCIP)

110

Besi Tuang, cast Iron (CIP)

110

Galvinized Iron Pipe (GIP)

110

Steel Pipe (Pipa Baja)

110

2.2.

Persamaan Darcy Weisbach

120-140

Persamaan Darcy secara diturunkan secara matematis

dan

menyatakan
8

kehilangan tekanan sebanding dengan kecepatan kuadrat dari


aliran air, panjang pipa dan berbanding terbalik dengan diameter.
Kemudian secara empiris di tentukan suatu faktor f.

hL =f.(L/d) (v12/2g). . . . . . .14.


Perumusan koefisien f yang paling lazim dipakai adalah dengan
metoda Colebrook .

1/Sf =-2 log[ /(3,7.d)+2.51/(RE.Sf)] . . . . . .15.


dimana :
RE=Bilangan Reynold = v.d/ = v.d./

= ketidak sempurnaan permukaan lihat tabel 2.


d = diameter nominal
Tabel 2. Nilai

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

untuk koefisien Colebrook

Lapisan Dalam Pipa


Kuningan
Tembaga
Beton
Besi Tuang-tanpa pelapisan
Besi Tuang-pelapisan aspal
Besi Tuang-pelapisan semen
Galvanized Iron Pipe
Pipa Besi
Welded steel pipe
Riveted steel pipe
PVC
HDPE

Nilai dalam mm
Nilai Ancar ancar Angka Perencanaan
0,0015
0,0015
0,0015
0,0015
0,3 3,0
1,2
0,12-0,61
0,24
0,061-0,183
0,12
0,0024
0,0024
0,061-0,24
0,150
0,030-0,024
0,061
0,020-0,091
0,061
0,020-0,091
1,81
0,0015
0,0015
0,007
0,007

Perumusan ini dipakai untuk aliran yang lebih laminer sehingga lebih
cocok untuk pipa dengan diameter kecil (<50mm). Tetapi untuk
diamater yang lebih besar biasa dipakai perumusan Hazen Wlliam.
9

2.3.

Persamaan De Chezy dengan koefisien Manning

Persamaan ini umum dipakai di saluran terbuka, tetapi dapat pula


dipakai di jaringan perpipaan.

Secara umum persamaan de Chezy adalah sebagai beribut

V = C SRS. . . . . . . . . . . . . . . . . . .16.

Dimana :
V= kecepatan (m/dt)
R= radius hirolis untuk pipa = d/4 (m)
S= Slope hidrolis (h/L) dengan h adalah kehilangan tekan dan L
adalah panjang pipa.
C = adalah koefisien yang menurut Manning adalah C = R1/6/n
V = R1/6/n SRS= R2/3S1/2/n . . . . . . . . .17.
Apabila Q=v.A atau Q=v.
/4.d2. . . . . . . . .18.
Maka persamaan 16 menjadi
2
Q= (d/4)2/3S1/2/n. /4.d

Q= d8/3(h/L)1/2/n. /4
5/3 . . . . . . . .19
.h=

Q2410/3.n2 .L
d16/3. 2

Koefisien Manning adalah sebagai berikut


Tabel 3. Nilai C untuk koefisien Manning
No
1
2
3
4

Lapisan Dalam Pipa


Asbestos Cement Pipe (ACP)
Tembaga
PipaBeton
Besi Tuang

Angka Perencanaan
0,011
0,011
0.011
0.012
10

5
6
7
8
9
10
2.4.

Galvanized Iron Pipe


Pipa Besi
Welded steel pipe
Riveted steel pipe
PVC
HDPE

0,012
0,012
0,010
0.019
0,010
0,010

Kehilangan Tekanan Diperlengkapan (Accessories) Pipa

Perlengkapan pipa secara umum terdiri dari;

1. Fitting fitting pipa seperti:

Penyempitan

Belokkan atau bend

Tee atau percabangan

2. Valve (Katup)

Kehilangan tekanan berbanding kuadrat dengan kecepatan aliran


pipa yang secara matematika di nyatakan dengan:

hL =K. (v12/2g). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .20.


atau bila persamaan 18 dimasukan ke persamaan 20 maka

hL =K. (8.Q2/( 2.g. D4). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .21.


Dalam jaringan perpipaan kehilanan tekannan iniadalah jauh lebih
kecil dari pada kehilangan akibat gesekan didalam pipa, oleh sebab
itu Kehilangan tekanan ini lazim disebut sebagai Kehilangan Minor
atau Minor loss. Tetapi didalam suatu rangkaian perpipaan sistem
perpompaan dimana kecepatan air tinggi akan terjadi kehilangan
tekanan yang cukup berarti.
Khilangan minor juga bisa dinyatakan sebagai :

hm =KM. Q2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .22.


11

Tabel 4. Koefisien Kehilangan Tekanan Minor


No
1

7
8

Perlengkapan Pipa
Ujung Pipa Masuk
Bentuk lonceng
Ujung bulat
Ujung tajam
Kerucut
Kontraksi-tajam
D2/D1= 0,80
D2/D1= 0,50
D2/D1= 0,20

Kontraksi-kerucut
D2/D1= 0,80
D2/D1= 0,50
D2/D1= 0,20
Pembesaran-tajam
D2/D1= 0,80
D2/D1= 0,50
D2/D1= 0,20
Pembesarankerucut
D2/D1= 0,80
D2/D1= 0,50
D2/D1= 0,20
Gate Valve-terbuka
2
/3 terbuka
terbuka
1
/4 terbuka
Globe Valve-terbuka
Angle Valve-terbuka

KL

No
9

0,03-0,05
0,12-0,25
0,50
0,78
10
0,18
0,37
0,49

11
0,05
0,07
0,08
12
0,16
0,57
0,92
14
0,03
0,08
0,13
15
1,1
4,8
27
10
4,3

Perlengkapan Pipa
Radius Bend 90o
Radius /D=4
Radius /D=2
Radius /D=1

KL
0,16-018
0,19-025
0,35-0,40

Bend
= 15o
= 30o
= 45o
= 60o
= 90o
Tee
Tee-y
Tajam

0,35
0,80

Cross
mulus
Tajam

0,50
0,75

0,05
0,10
0,20
0,35
0,80

Check Valve
Konensional
Mulus (clearway)
bola
Butterfly Valve-terbuka
Foot Valve-hinged
Foot Valve-topet

4,0
1,5
4,5
1,2
2,25
12,5

12

2.5.

Dalam

Kehilangan Tekanan dinyatakan dengan Pipa Eqivalen

perhitungan

jaringan

pipa,

untuk

menyederhanakan

perhitungan, kehilanan minor dapat juga dinyatakan dalam panjang


pipa atau dalam pipa eqivalen. Panjang ekivalen bisa didapatkan
dengan mensubstitusi persamaan 20 dengan persamaan Darcy
Weibach (persamaan 14) sehingga menghasil kan persamaan 23

K. (v12/2g) =f.(Le/d) (v12/2g)


Le= K.d/f . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..23.
atau dengan persamaan Hazen William (persamaan 14) sehingga
menghasil kan persamaan 24

K. (v12/2g) =(Q/0.2785.C.d2.63) 1.85 .Le


Le= K. (v12/2g)/ (Q/0.2785.C.d2.63) 1.85. . . . . . ..24.
Atau

Le= K.320. Q0,15/(g.C 1.85 d6.8655) . . . . . . . . . . ..25.

13

2.5.1. Kehilangan

Tekanan

dinyatakan

dengan

Diamater

Eqivalen

Apabila kita berhadapan dengan sejumlah pipa yang dipasang


secara seri (lihat gambar 2a) ataupun sejumlah pipa yang dipasang
secara paralel (lihat gambar 2b), maka kita akan mengalami
kesulitan dalam mengalisan sisa tekanannya.
d1
A

L1

d2
B

L2

Gambar 2.2.a. Pipa terhubung secara seri


1

B
2
Gambar 2.2.b. Pipa terhubung secara paralel

Perhitungan diameter ekivalen terpasang seri

hAC = hAB + hAC


menurut Rumus hazen william (rumus 13)

KAC .deq-2.63= KAB .dAB-2.63 + KBC .dBC-2.63


apabila panjang pipa dan jenis pipa sama maka :

KAC =KAB =KBC


maka

KAC .deq-2.63= KAB .dAB-2.63 + KBC .dBC-2.63


Atau

deq=[
[ dAB-2.63 + dBC-2.63] -1/2.63. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27.
14

Perhitungan diameter ekivalen terpasang seri

QAB = QAB1 + QAB2


Maka menurut Hazen William (rumus 12)

KAB .deq2.63= KAB1 .d12.63 +KAB2 .d22.63


apabila panjang pipa dan jenis pipa sama maka :

KAB =KAB1 =KAB2


atau

KAB .deq2.63= KAB1 .d12.63 +KAB2 .d22.63


Dengan demikian diameter eqivalen menjadi:

deq= [d12.63 + d22.63] 1/2.63. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .28.

3.

Tekanan Penggerak Air

Tekanan penggerak air yang ada dialam adalah gaya gravitasi


sehingga air yang diletakkan didalam suatu penampung atau
reservoir pada suatu ketinggian tertentu, tentunya akan mengalir ke
bawah searah dengan gaya gravitasi. Pada kasus ini tekanan awal
penggerak yang biasa disebut sebagai head awal (initial head) atau
tekanan awal akan selalu sama walaupun debit yang dialirkan
berubah ubah.
Selain mengunaka gaya gravitasi air dalam pipa juga dapat
digerakkan oleh mesin penggerak air atau pompa. Karakteristik
pengaliran air oleh pompa sangat berbeda dengan pengaliran
dengan gravitasi. Tekanan pompa akan tidak sama dengan debit air
yang dihasilkan.

15

Misalnya kita tinjau suatu sistem perpipaan yang pada sisi 1 di


pasang pompa dan disisi 2 dipasang valve. Pada suatu Debit
rencana (Qr) tekanan pompa akan tertentu (h1r).
E to t1

E to t2

v1

hL
v2

H1
pom pa

z1

H2
v a lv e
Qr
z2
m u k a la u t

gambar 3. Model hidrolika pipa dengan tekanan pompa

Pada saat valve di putar kecil atau di cekek tekanan pompa akan
naik terus sampai bila valve tertutup dan pompa tetap hidup makan
tekanan pompa akan berhenti pada tekanan h10.
Tetapi sebaliknya pada saat pompa diputar lebih besar dari debit
rencana (Q>Qr) maka tekanan pompa akan turun (h1< h10).
Pada gambar 4. ditunjukkan grafik tekanan pompa vs Debit yang
dihasilkan

16

H10

v a lv e d ip u t a r k e c il

h10
v a lv e d ip u t a r b e s a r

pom pa
Q

gambar 4. Kurva Debit Air (Q) VS tekanan pompa (h)

Bandingkan kondisi ini dengan apabila menggunakan menara air,


yang menggunakan beda tinggi sebagai pendorong aliran air dalam
pipa (lihat gambar 5.). Dari gambar ini dapat dilihat bahwa
walaupun valve dibuka lebih besar hingga debit air yang keluar besar
atau maupun diperkecil hingga debit yang keluar kecil, tekanan awal
akan tetap sama.

r e s e r v o ir

H10

v a lv e d ip u t a r k e c il
v a lv e d ip u t a r b e s a r

gambar 5. Kurva Debit Air(Q) VS Tekanan air (h) di Menara Air

17

Dalam praktek kedua sistem penggerak aliran ini mempunyai


kelebihan dan kekurangan. Untuk dapat memehami perbedaan ini
maka pengertian tentang hidrolika jaringan pipa perlu di telaah.

4.

Hidrolika Jaringan Perpipaan

Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling


terhubung satu sama lain secara hidrolis, sehingga apabila di satu
pipa

mengalami

perubahan

debit

aliran

maka

akan

terjadi

penyebaran pengaruh ke pipa pipa yang lain. Pengaruh ini dapat di


deteksi dari segi perubahan tekanan yang ada di pipa.

Pipa yang tergabung dalam suatu jaringan pipa dapat dibedakan


satu dengan yang lain dari segi :

Panjang Pipa

Diamater Pipa

Jenis Pipa

Kedudukan pipa dalam jaringan

Kedudukan pipa dalam suatu jaringan dapat dinyatakan dengan

nomor pipa

simpul atau node yang dihubungkan oleh pipa tersebut

Pada gambar 6. berikut ini adalah contoh suatu jaringan dan


penotasi-annya.

18

gambar 6. Contoh Sebuah Jaringan Pipa


Aspek yang penting dalam mengkonstruksi sebuah jaringan pipa
adalah keterangan dari node dan pipa itu sendiri . Dari gambar 5
dapat ditunjukkan keterangan keterangan yang umumnya diperlukan
dalam mengidentifikasikan suatu jaringan pipa. Keterangan dalam
jaringan pipa terdiri dari dua jenis yaitu keterangan yang dapat
diidentifikasikan

langsung

umumnya

aspek

aspek

fisik,

dan

keterangan yang bersifat hidrolis yang mana dapat di identifikasikan


secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk lebih
jelasnya hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1.

Karaketristik Hidrolis Node

Keterangan fisik berupa kedudukan node dalam kerangka vertikal


dan horizontal suatu bidang tanah, yaitu meyangkut elevasi node,
19

posisi/koordinat

node dalam wilayah sehingga mudah dipetakan.

Keterangan ini bermanfaat sebagai dasar dalam pengidentifikasian


kondisi hidrolis langsung maupun tak lansung.

Aspek hidrolis yang perlu di identifikasi adalah sebagai berikut :

Debit tapping

Tekanan air

Debit tapping dalam suatu jaringan pipa air minum sangat tergantung
dari pemakaian air si pemakai air yang terhubung dengan tapping itu
umumnya 1 l/dt debit air rata rata yang keluar dari tapping dapat
melayani 50 sampai 70 sambungan rumah.
Hubungan antara debit tapping yang keluar dari node dengan
tekanan node adalah sebagai berikut:

Apabila debit tapping adalah 0 (nol) maka tekanan yang ada


di tapping adalah maksimal.

Apabila debit tapping membesar maka tekanan air turun

Secara umum akan mengikuti grafik sebagai berikut :

20

htapping

debit tapping turun


tekanan di node naik

debit tapping naik


tekanan di node turun

node

gambar 7. Karakteristik tekanan VS debit disuatu node

Tekanan suatu node tergantung pula oleh sisa tekanan yang


diberikan oleh pipa pipa yang terhubung ke dan dari node tersebut,
oleh sebab itu pemahaman terhadap karakteristik hidrolis pipa dalam
suatu jaringan perlu sekali.
4.2.

Karaketristik Hidrolis Pipa dalam suatu jaringan

Seperti telah di jelaskan dalam bab sebelumnya kehilangan tekanan


dipipa sebanding dengan debit air yang mengalir didalamnya.
Semakin besar debit semakin besar kehilangan tekanan, secara
matematis dapat ungkapkan sebagai berikut :

hL =F(Q). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29.
hL seperti pada gambar 3 adalah kehilangan tekanan yang secara
fisik merupakan beda tinggi permukaan air dari sumber pengaliran.
Dengan demikian apabila kecepatan dianggap hampir sama maka
tekanan dari muka laut disisi 2 adalah
21

(H2 +Z2 ) = (H1 + Z1)- hL


atau tekanan dari atas permukaan tanah Z2
H2= (H1 -hL )+ (Z1- Z2 ).
Apabila aliran air melewati beberapa pipa pada jalur 1 seperti di
gambar 8 maka kehilangan tekanan total tentunya adalah

hj114= h12 +h23 +h34 .


Air yang melewati jalur 2 kehilangan tekanannya
hj214= h15 +h56 +h64 .
Karena tekanan yang terjadi di node 4 adalah sama
dari jalur 1 maupun dari jalur 2 maka kehilangan tekanan dari jalur 1
dan 2 juga sama atau
hj114= h j214 atau
h12 +h23 +h34= h15 +h56 +h64 atau
h12 +h23 +h34- h15 -h56 -h64 = 0.
Dengan kata lain jumlah kehilangan tekanan dalam suatu rangkaian
pipa berbentuk lingkaran atau loop pada arah yang sama adalah nol.
Tekanan suatu node tergantung pula oleh sisa tekanan yang
diberikan oleh pipa pipa yang terhubung ke dan dari node tersebut,
oleh sebab itu pemahaman terhadap karakteristik hidrolis pipa dalam
suatu jaringan perlu sekali.
22

4.3.

Karaketristik Hidrolis Pipa dalam suatu jaringan

Seperti telah di jelaskan dalam bab sebelumnya kehilangan tekanan


dipipa sebanding dengan debit air yang mengalir didalamnya.
Semakin besar debit semakin besar kehilangan tekanan, secara
matematis dapat ungkapkan sebagai berikut :

hL =F(Q). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29.
hL seperti pada gambar 3 adalah kehilangan tekanan yang secara
fisik merupakan beda tinggi permukaan air dari sumber pengaliran.
Dengan demikian apabila kecepatan dianggap hampir sama maka
tekanan dari muka laut disisi 2 adalah
(H2 +Z2 ) = (H1 + Z1)- hL
atau tekanan dari atas permukaan tanah Z2
h2= (h1 -hL )+ (Z1- Z2 ).

gambar 8. Perpipaan dalam Suatu Jaringan


23

Apabila aliran air melewati beberapa pipa pada jalur 1 seperti di


gambar 8.a.

gambar 8.a. kehilangan tekanan h12 ,h23 ,h34 .


Maka kehilangan tekanan total tentunya adalah hj114= h12 +h23 +h34 .
Air yang melewati jalur 2 kehilangan tekanannya hj214= h15 +h56 +h64 .

gambar 8.b. kehilangan tekanan h15 ,h56 ,h64 .


Karena tekanan yang terjadi di node 4 adalah sama
24

maka kehilangan tekanan dari jalur 1 dan 2 juga sama

gambar 8.c. kehilangan tekanan h12 ,h23 ,h34 dan h15 ,h56 ,h64 .
atau
hj114= h j214 atau
h12 +h23 +h34= h15 +h56 +h64 atau
h12 +h23 +h34- h15 -h56 -h64 = 0. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .30.
Dengan kata lain jumlah kehilangan tekanan dalam suatu rangkaian
pipa berbentuk lingkaran atau loop pada arah yang sama adalah nol.
Berdasarkan azas kontinuitas (lihat persamaan 4.) air yang masuk
sama dengan air yang keluar atau :
Q1 = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5 + Q6

. . . . . . . . . . . . . . . .31.

Atau dengan kata lain air yang masuk dalam suatu jaringan akan
sama dengan yang keluar dimasing masing tapping atau node.

Dalam suatu sistem jaringan air yang keluar dari node dikendalikan
oleh sebuah vale yang menghubungkan anatara satu bagian jaring
25

dengan bagian lainnya. Sedangkan secara kolektif air yang keluar


dari satu node jaringan tergantung dari perilaku konsumen atau
pemakai air memakai air. Pemakaian air sendiri secara hidrolis
tergantung dari sisa tekanan pada node tersebut sedangkan faktor
lain yang mempengaruhi adalah tingkat kebutuhan konsumen
akan air.
Misalnya 1 orang per hari memakai air 200 L/org/hari, bila sebuah
node melayani 500 orang maka satu node itu mengeluarkan air
sebanyak 200 L/org/hari x 500 org = 100.000 L/hari atau 100
m3/hari

atau

atau

rata

rata

dalam

detik

adalah

100.000/3600/24=1,1574 L atau Q= 1,1574 L/dt. Hal ini berarti debit


air yang keluar dari node tersebut adalah 1,1574 L/dt.

4.4.

Model Matematika Suatu Jaringan Pipa

Secara matematis apabila kita mengetahui Q (debit air yang keluar


dari masing masing node) maka kita dapat menghitung penyebaran
aliran air di setiap pipa dijaringan dengan tentunya memperhatikan
karakteristik hidrolis dari pipa (dimana selalu ada hubungan antara Q
dan hL ). Pada prinsipnya dengan terhitungnya hL maka H atau
tekanan di setiap node dapat dicari. Masalahnya adalah dari jalur
manapun hL dihitung maka tekanan disuatu node harus mempunyai
hasil perhitungan yang sama.
A. Hardy Cross

Pada tahun 1936 Hardy Cross

menemukan suatu metoda

perhitungan jaringan pipa yang pada akhir perhitungannya dapat


26

ditemukan penyebaran debit air di pipa yang menghasilkan tinggi


tekanan dipipa yang konsisten. Metoda ini dikenal dengan metoda
perataan (adjustent) satu arah atau dengan metoda relaksasi. Aliran
disetiap pipa diratakan secara iteratif sampai persamaan hidrolis
terpenuhi. Metoda ini didasari pada dua kaidah fisika, yaitu:

1. Jumlah debit air dipipa yang masuk dan keluar dari suatu node
sama dengan jumlah debit air yang masuk dan keluar dari node
tersebut.
2. Tekanan di suatu node adalah tungal dalam arti di dhitung dari
segala arah hasilnya sama.

Aliran air dipipa di hitung dan diratakan secara iteratif dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut

. . . . . . . . . . . . . . . . . .31.

Dimana :

n=2.0 untuk Darcy Weisbach


n=1.85 untuk Hazen Williams

Iterasi ini berlanjut sampai Qi memenuhi suatu kriteria konvergensi.


Contoh soal :

Pemecahan persoalan jaringan pipa dengan Metoda Hardy Cross


dapat dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excell. Sebagai
contoh jaringan pada gambar
27

Q=170 L/dt

300 m m L=2000m

Q=45 L/dt
250 mm L=2000m
200 m m L=2500m
4

3
200 mm L=2000m

Q=35L/dt

Q=40 L/dt

150 m m L=2000m

200 m m L=3000m

6
5
150 mm L=3000m

Q=25L/dt

Q=25 L/dt

Gambar 9 Contoh jaringan Pipa


Circuit

Pipa

iterasi
o

Circuit

panj (m)

(mm)

Q0 (L/dt)

Q=asum
si

S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85

H (m)

SxLx1000

H/Q

q0
H/
Q/1.85

1-2

100

2000

300

95

9.548

19.097

0.201

2-4

100

2500

200

50

20.941

52.354

1.047

-8.9974

4-3

100

2000

200

-20

-3.844

-7.689

0.384

-8.2924

3-1

100

2000

250

-75

-14.971

-29.943

0.399

-8.9974

33.819

2.032

-8.9974

3-4

100

2000

200

20

3.844

7.689

0.384

8.2924

4-6

100

3000

200

30

8.139

24.418

0.814

-0.7050

6-5

100

3000

150

1.199

3.598

0.720

-0.7050

5-3

100

2000

150

-20

-15.585

-31.170

1.559

-0.7050

4.534

3.476

Pipa

iterasi
1

Koef HW

Koef HW

panj (m)

(mm)

Q (L/dt)

Q=Qo+q
o

S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85

H (m)

SxLx1000

H/Q

q0
H/
Q/1.85

1-2

100

2000

300

86.003

7.943

15.886

0.185

-0.1670

2-4

100

2500

200

41.003

14.508

36.270

0.885

-0.1670

4-3

100

2000

200

-28.292

-7.303

-14.606

0.516

0.9678

3-1

100

2000

250

-83.997

-18.462

-36.925

0.440

-0.1670

0.626

2.025

3-4

100

2000

200

28.292

7.303

14.606

0.516

-0.9678

4-6

100

3000

200

29.295

7.789

23.367

0.798

-1.1348

6-5

100

3000

150

4.295

0.905

2.716

0.632

-1.1348

5-3

100

2000

150

-20.705

-16.617

-33.233

1.605

-1.1348

7.456

3.551

28

Circuit

Pipa

iterasi
2

Circuit

Circuit

(mm)

Q (L/dt)

Q=Qo+q
1

S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85

H (m)

SxLx1000

H/Q

q0
H/
Q/1.85

100

2000

300

85.836

7.915

15.829

0.184

-0.2883

2-4

100

2500

200

40.836

14.399

35.998

0.882

-0.2883

4-3

100

2000

200

-27.325

-6.848

-13.695

0.501

-0.2453

3-1

100

2000

250

-84.164

-18.530

-37.061

0.440

-0.2883

1.071

2.007

3-4

100

2000

200

27.325

6.848

13.695

0.501

0.2453

4-6

100

3000

200

28.160

7.240

21.720

0.771

-0.0430

6-5

100

3000

150

3.160

0.513

1.540

0.487

-0.0430

5-3

100

2000

150

-21.840

-18.341

-36.681

1.680

-0.0430

0.273

3.439

Pipa

Koef HW

panj (m)

(mm)

Q (L/dt)

Q=Qo+q
2

S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85

H (m)

SxLx1000

H/Q

q0
H/
Q/1.85

1-2

100

2000

300

85.547

7.865

15.731

0.184

-0.0108

2-4

100

2500

200

40.547

14.212

35.529

0.876

-0.0108

4-3

100

2000

200

-27.570

-6.962

-13.923

0.505

0.0313

3-1

100

2000

250

-84.453

-18.648

-37.296

0.442

-0.0108

0.040

2.007

3-4

100

2000

200

27.570

6.962

13.923

0.505

-0.0313

4-6

100

3000

200

28.117

7.220

21.659

0.770

-0.0422

6-5

100

3000

150

3.117

0.500

1.501

0.482

-0.0422

5-3

100

2000

150

-21.883

-18.407

-36.815

1.682

-0.0422

0.268

3.439

Pipa

iterasi
4

panj (m)

1-2

iterasi
3

Koef HW

Koef HW

panj (m)

(mm)

Q (L/dt)

Q=Qo+q
3

S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85

H (m)

SxLx1000

H/Q

q0
H/
Q/1.85

1-2

100

2000

300

85.536

7.864

15.727

0.184

-0.0106

2-4

100

2500

200

40.536

14.205

35.511

0.876

-0.0106

4-3

100

2000

200

-27.539

-6.947

-13.894

0.505

-0.0090

3-1

100

2000

250

-84.464

-18.652

-37.305

0.442

-0.0106

0.039

2.006

3-4

100

2000

200

27.539

6.947

13.894

0.505

0.0090

4-6

100

3000

200

28.075

7.200

21.599

0.769

-0.0016

6-5

100

3000

150

3.075

0.488

1.464

0.476

-0.0016

5-3

100

2000

150

-21.925

-18.473

-36.946

1.685

-0.0016

0.010

3.435

29

Circuit

Pipa

iterasi
5

Circuit

Circuit

(mm)

Q (L/dt)

Q=Qo+q
4

S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85

H (m)

SxLx1000

H/Q

q0
H/
Q/1.85

100

2000

300

85.526

7.862

15.724

0.184

-0.0004

2-4

100

2500

200

40.526

14.198

35.494

0.876

-0.0004

4-3

100

2000

200

-27.548

-6.951

-13.903

0.505

0.0012

3-1

100

2000

250

-84.474

-18.657

-37.313

0.442

-0.0004

0.002

2.006

3-4

100

2000

200

27.548

6.951

13.903

0.505

-0.0012

4-6

100

3000

200

28.073

7.199

21.596

0.769

-0.0016

6-5

100

3000

150

3.073

0.487

1.462

0.476

-0.0016

5-3

100

2000

150

-21.927

-18.476

-36.951

1.685

-0.0016

0.010

3.435

Pipa

Koef HW

panj (m)

(mm)

Q (L/dt)

Q=Qo+q
5

S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85

H (m)

SxLx1000

H/Q

q0
H/
Q/1.85

1-2

100

2000

300

85.525

7.862

15.723

0.184

-0.0004

2-4

100

2500

200

40.525

14.197

35.493

0.876

-0.0004

4-3

100

2000

200

-27.546

-6.951

-13.902

0.505

-0.0003

3-1

100

2000

250

-84.475

-18.657

-37.314

0.442

-0.0004

0.001

2.006

3-4

100

2000

200

27.546

6.951

13.902

0.505

0.0003

4-6

100

3000

200

28.072

7.198

21.594

0.769

-0.0001

6-5

100

3000

150

3.072

0.487

1.461

0.476

-0.0001

5-3

100

2000

150

-21.928

-18.478

-36.956

1.685

-0.0001

0.000

3.435

Pipa

iterasi
7

panj (m)

1-2

iterasi
6

Koef HW

Koef HW

panj (m)

(mm)

Q (L/dt)

Q=Qo+q
6

S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85

H (m)

SxLx1000

H/Q

q0
H/
Q/1.85

1-2

100

2000

300

86

7.862

15.723

0.184

0.0000

2-4

100

2500

200

41

14.197

35.493

0.876

0.0000

4-3

100

2000

200

-28

-6.951

-13.902

0.505

0.0000

3-1

100

2000

250

-84

-18.657

-37.314

0.442

0.0000

0.000

2.006

3-4

100

2000

200

28

6.951

13.902

0.505

0.0000

4-6

100

3000

200

28

7.198

21.594

0.769

-0.0001

6-5

100

3000

150

0.487

1.461

0.476

-0.0001

5-3

100

2000

150

-22

-18.478

-36.956

1.685

-0.0001

0.000

3.435

Dapat dilihat pada iterasi yang ke 6 dan ke 7 debit pipa sudah


hampir sama hanya terpaut dibawah 0,005 L/dt.

30

Sejalan dengan meningkatnya kemampuan komputasi, metoda


iterasi ini kemudian disempurnakan dengan dengan melakukan
komputasi terhadap matriks jaringan pipa secara simultan.
B. Penyelesaian perhitungan secara simultan
Pada persamaan 29 ditunjukkan bahwa kehilangan tekanan
disebuah sebanding dengan dengan debit yang dialirinya. Apabila
dua buah node i dan j dihubungkan dengan sebuah pipa L maka
hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan kaidah hazen william
sebagai:

QL =G(hL)=0.2785.C.D2,63. ((Hi- Hj)/L)0,54 . . . . . .32.


Apabila kL =0.2785.C.D2,63. L-0,54.(Hi- Hi) -0,46 . . . . . .33.
dan apabila persamaan 32. dinyatakan secara linear maka debit
dipipa dapat dinyatakan sebagai berikut:
QL =kLhL= kL(Hi- Hj)
Apabila QL dinyatakan secara semultan untuk semua pipa di jaringan
maka salah satu cara adalah persamaan jaringan dinyatakan dalam
bentuk matriks:
Lihatlah satu ruas pipa seperti di gambar 10.
Hi
hij

Hj
k
i

gambar 10. Ruas Satu Pipa


31

Air yang mengalir dari node i ke node j tergantung dari beda tinggi
tekanan di node i dan node j atau hij atau hubgungan ini secara
matematis dapat dinyatakan sebagai:
Qkij =kkij(Hi- Hj) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34.
Sedangkan apabila aliran ini bila dinyatakan dalam bentuk
kebalikannya yaitu dari node j ke node i maka akan menghasilkan
debit (Q) yang negatif atau :
Qkji =-kkji(Hi- Hj) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .35.
Apabila kkji=kkij=kk Maka dalam bentuk tabulasi dapat disusun
Qij=

+kk .Hi

- kk .Hj

Qji=

-kk .H i

+kk .Hj

Dalam bentuk matriks adalah

kk

+1 -1
-1 +1

].[

Hi
Hj

][ ]
=

Qij
Qji

Dimana:
Qk=

[ ]
Qij
Qji

Menyatakan vektor arah debit aliran air

Hk=

[ ]

Menyatakan Ketinggian tekanan pada node

kk

Hi
Hj

+1 -1
-1 +1

Menyatakan Karakteristik dari matriks


32

Apabila yang ditinjau adalah sebuah jaringan pipa maka Jumlah


debit air dipipa yang masuk dan keluar dari suatu node i sama
dengan jumlah debit air yang masuk dan keluar dari node i tersebut.
Atau secara matematis dapat dinyatakan dengan:

Qij = qi
j2
Q
Q
j1

ij2

ij1
Q
qi

ij3

j3

Apabila kita tinjau seluruh node dalam jaringan seperti dalam


gambar 9. maka dapat disusun matriks sebagai berikut:
Q12 +

Q13+

Q21+

Q24+

Q31+

Q34+

Q35

Q42+

Q43+

Q46

Q53+

Q56+

Q65+

Q64+

=
=
=
=
=
=

q1
q2
q3
q4
q5
q6

Apabila kita melihat persamaan 34 maka dapat diturunkan lagi

k2(H1-H2)+

k1(H1-H3)+

q1

k2(H2-H1)+

k4(H2-H4)+

q2

k1(H3-H1)+

k3(H3-H4)+

k5(H3-H5)

q3

k4(H4-H2)+

k3(H4-H3)+

k7(H4-H6)

q4

k5(H5-H3)+

k6(H5-H6)+

q5

k6(H6-H5)+

k7(H6-H4)+

q6

Dan apabila persamaan tersebut kita bentuk dalam suatu perkalian


matriks maka
33

k1+k2

-k2

-k2

k2+k4

-k1

H1
-k4

-k1

k1+k3+k5
-k4

-k3

-k3

H2
-k5

-k5
-k7

H3

k4+k3+k7

-k7

H4

k5+k6

-k6

H5

-k6

k6+k7

H6

q1
q2
q3
q4
q5
q6

Bila q (m3/dt) diketahui dan dengan mengasumsikan Ketinggian


tekanan awal Hi maka nilai kk dapat dicari. Kemudian dengan
mengeliminasi matriks diatas maka akan didapat nilai Hi yang baru
dan seterusnya sampai nilai Hi retatif tidak berubah.
Contoh Soal :
Lihat gambar 9. dengan input awal H seperti ditunjukkan dibawah
maka akan didapat nilai k dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 33. dan dapat ditunjukkan pada Tabel 6
H1 =
H2 =
H3 =
H4 =
H5 =
H6 =

100.0 m
90.0 m
80.0 m
70.0 m
60.0 m
40.0 m

Tabel 6. Nilai k untuk masing masing pipa


Dari
Node
1
1
3
2
3
5
4

Ke
Node
3
2
4
4
5
6
6

No
Pipa
1
2
3
4
5
6
7

D(mm)
250
300
200
200
150
150
200

L(m)
2000
2000
2000
2500
2000
3000
3000

0.003
0.0067
0.0023
0.0015
0.0008
0.0006
0.0011

Dengan demikian dapat disusun matriks sebagai berikut :

0.01

-0.01

-0.00302

0.17

H1

34

-0.01

0.008

-0.00149

-0
-0

0.00612

-0.00231

-0.00231

0.00492

-0.00079
-0.00112

-0.045

H2
-0.0008

H3

-0.035

-0

H4

-0.04

0.00142

-0

H5

-0.025

-0.0006

0.002

H6

-0.025

MATRIKS
MATRIKS
H(m)
q(m3/dt)
Dengan eleminasi Gauss kita dapat mencari nilai H yang baru, pada
MATRIKS k

perhitungan iterasi 1 nilai H di dapat seperti pada tabel 7.


Tabel 7 Proses perhitungan nilai H
H awal

H iterasi I

H iterasi II

H iterasi III

H iterasi IV

H iterasi V

H iterasi VI

H1 =

100.0 m

61.08

66.69

70.77

71.21

73.10

72.22

H2 =

90.0 m

48.50

52.54

55.78

55.89

57.55

56.64

H3 =

80.0 m

32.81

33.91

35.79

35.02

36.52

35.27

H4 =

70.0 m

21.96

21.59

22.32

21.52

22.40

21.50

H5 =

60.0 m

0.62

(0.93)

1.58

(1.29)

1.90

(1.36)

H6 =

40.0 m

(0.00)

0.00

0.00

0.00

(0.00)

(0.00)

H
iterasi VIII

H
iterasi IX

H
iterasi X

H
iterasi XI

H
iterasi XII

H
iterasi XIII

H
iterasi VII

72.43

73.71

72.48

73.73

72.49

73.74

72.49

H2 =

57.93

56.80

58.01

56.83

58.03

56.84

58.03

56.84

H3 =

36.67

35.32

36.70

35.33

36.71

35.33

36.71

35.33

H4 =

22.42

21.50

22.42

21.49

22.42

21.49

22.42

21.49

H5 =

1.96

(1.38)

1.98

(1.38)

1.98

(1.38)

1.98

(1.38)

H6 =

(0.00)

(0.00)

(0.00)

0.00

(0.00)

0.00

(0.00)

(0.00)

H1 =

73.60

H
iterasiXIV

Karena H sudah relatif sama maka perhitungan di hentikan pada


iterasi ke 14. Setelah itu Debit permasing masing pipa dihitung
kembali, dengan hasil seperti pada tabel 8.

Tabel 8. Besar debit setelah perhitungan

Dari
1
1
3

Ke
3
2
4

No
Pipa
1
2
3

D
(mm)
250
300
200

L
(m)
2000
2000
2000

Q
(L/dt)
84.5
85.5
27.6
35

2
3
5
4

4
5
6
6

4
5
6
7

200
150
150
200

2500
2000
3000
3000

40.5
21.9
-3.0
28.1

Syarat Batas
Pada kondisi tertentu misalnya Ketinggian tekanan di 1 tidak
berubah ubah maka matriks harus disesuaikan dengan memasukkan
syarat batas.
Misalnya ketinggian tekan di titik 1 adalah 100 m. Maka matriks perlu
disesuaikan sebagai berikut :
1

-k2

k2+k4

-k1

0
-k4

k1+k3+k5

-k4

-k3

-k5

-k3

H1

H2

H3

-k5

k4+k3+k7
-k7

100
q2

q3

-k7

H4

q4

k5+k6

-k6

H5

q5

-k6

k6+k7

H6

q6

Untuk dapat dicari solusi matematisnya nya maka matriks harus di


ubah menjadi

k2+k4

0
-k4

k1+k3+k5

-k3

-k4

-k3

k4+k3+k7

-k5

H1

H2

-k5
k5+k6

-k7

-k6

H3

100
q2-(-k2).H1

q3-(-k1).H1

-k7

H4

q4

-k6

H5

q5

k6+k7

H6

q6

Dengan prosedur diatas akan didapat nilai q yang sama.

36

Anda mungkin juga menyukai