Hidrolika adalah ilmu yang mepelajari perilaku air secara fisik dalam
arti perilaku perilaku yang ditelaah harus terukur secara fisik.
Perilaku yang dipelajari peliputi hubungan antara debit air yang
mengalir dalam pipa dikaitkan dengan diameter pipanya sehingga
dapat diketahui gejala gejala yang tibul tekanan, kehilangan energi
dan gaya gaya lainnya yang timbul. Hubungan gejala gejala akan
dijelaskan dalam formulasi empiris yang lazim dipakai dalam praktek.
Dalam buku ini akan dicoba untuk di jelaskan kembali prisnsip
hidrolika aliran tertutup dan dikaitkan dengan realita di lapangan.
dimana :
Vol= perubahan Vol yang kecil
p = perubahan tekanan yang kecil
v
--------= 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2.
t
dimana :
v= perubahan kecepatan yang kecil
t = selang waktu yang kecil
dimana :
v= perubahan kecepatan yang kecil
s = selang jarak yang kecil
Setiap aliran air dalam pipa juga harus memenuhi azas kontinuitas
dimana debit aliran yang masuk dalam sisi 1 akan keluar dengan
pada sisi 2 dengan debit yang sama atau
Q1-= Q2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4.
dimana :
Q1-= Debit masuk di sisi 1 (m3/dt)
Q2- = Debit keluar di sisi 2 (m3/dt)
Debit air adalah volume air per satuan waktu. Debit air adalah luas
penampang pipa dikalikan dengan kecepatannya (lihat persamaan
5). Debit air yang masuk ke dalam pipa mempunyai kecepatan aliran
yang berbeda beda tergantung dari diameter pipanya. Kalau luas
penampang pipa adalah sebanding kuadrat dengan diamaternya
(lihat persamaan 6) maka semakin besar diameter pipanya semakin
kecil kecepatan alirannya.
Q1-= A1.v1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5.
2
A1 = /4.d1 . . . .. . . . . . . . . . . . .....6.
Pers 6. Pers 5.
Q1-= ./4d1 .v1. . .. . . . . . . . . . . . . .7.
2
dimana :
v1= kecepatan aliran air pipa di sisi 1 (m/dt)
A1-= Luas penampang pipa di sisi 1 m
Lebih jauh lagi aspek hidrolika dari air yang bergerak dalam pipa
dapat dijelaskan dalam model seperti pada gambar 1. :
v1
hL
v2
H2
H1
z2
z1
muka laut
Air masuk pipa bergerak dari sisi 1 dan keluar di sisi 2 sesuai
dengan azas kontiuitas energi yang ada di sisi 1 juga harus sama di
sisi 2 .
total 2 atau
Etot1=Etot2.
1. Energi Potensial
2. Energi Kinetik
3. Kehilangan Energi
V = v2/2g
Etot1 = Etot2
z1+H1+ v12/2g =z2+H2+ v22/2g+hL . . . . . . . .11.
Persamaan ini lazim disebut sebagai persamaan Bernaulli.
Misalnya ada sebuah pipa diletakkan di sisi 1 sampai sisi 2.
Contoh Soal :
Di sisi 1
Di sisi 2
Kehilangan Tekanan
Hazen Willian
Darcy Weisbach
2.1.
Q=0.2785.C.d2.63.S054 . . . . . . . . . . . .12.
Dimana
S = (hL/L)
Dimana
L=adalah panjang pipa dari 1 ke 2
Apabila kehilangan tekanan atau hL yang akan dihitung maka
Jenis (Material)Pipa
Nilai C
Perenccanaan
Asbes Cement
120
130
130
110
110
110
110
2.2.
120-140
dan
menyatakan
8
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nilai dalam mm
Nilai Ancar ancar Angka Perencanaan
0,0015
0,0015
0,0015
0,0015
0,3 3,0
1,2
0,12-0,61
0,24
0,061-0,183
0,12
0,0024
0,0024
0,061-0,24
0,150
0,030-0,024
0,061
0,020-0,091
0,061
0,020-0,091
1,81
0,0015
0,0015
0,007
0,007
Perumusan ini dipakai untuk aliran yang lebih laminer sehingga lebih
cocok untuk pipa dengan diameter kecil (<50mm). Tetapi untuk
diamater yang lebih besar biasa dipakai perumusan Hazen Wlliam.
9
2.3.
V = C SRS. . . . . . . . . . . . . . . . . . .16.
Dimana :
V= kecepatan (m/dt)
R= radius hirolis untuk pipa = d/4 (m)
S= Slope hidrolis (h/L) dengan h adalah kehilangan tekan dan L
adalah panjang pipa.
C = adalah koefisien yang menurut Manning adalah C = R1/6/n
V = R1/6/n SRS= R2/3S1/2/n . . . . . . . . .17.
Apabila Q=v.A atau Q=v.
/4.d2. . . . . . . . .18.
Maka persamaan 16 menjadi
2
Q= (d/4)2/3S1/2/n. /4.d
Q= d8/3(h/L)1/2/n. /4
5/3 . . . . . . . .19
.h=
Q2410/3.n2 .L
d16/3. 2
Angka Perencanaan
0,011
0,011
0.011
0.012
10
5
6
7
8
9
10
2.4.
0,012
0,012
0,010
0.019
0,010
0,010
Penyempitan
2. Valve (Katup)
7
8
Perlengkapan Pipa
Ujung Pipa Masuk
Bentuk lonceng
Ujung bulat
Ujung tajam
Kerucut
Kontraksi-tajam
D2/D1= 0,80
D2/D1= 0,50
D2/D1= 0,20
Kontraksi-kerucut
D2/D1= 0,80
D2/D1= 0,50
D2/D1= 0,20
Pembesaran-tajam
D2/D1= 0,80
D2/D1= 0,50
D2/D1= 0,20
Pembesarankerucut
D2/D1= 0,80
D2/D1= 0,50
D2/D1= 0,20
Gate Valve-terbuka
2
/3 terbuka
terbuka
1
/4 terbuka
Globe Valve-terbuka
Angle Valve-terbuka
KL
No
9
0,03-0,05
0,12-0,25
0,50
0,78
10
0,18
0,37
0,49
11
0,05
0,07
0,08
12
0,16
0,57
0,92
14
0,03
0,08
0,13
15
1,1
4,8
27
10
4,3
Perlengkapan Pipa
Radius Bend 90o
Radius /D=4
Radius /D=2
Radius /D=1
KL
0,16-018
0,19-025
0,35-0,40
Bend
= 15o
= 30o
= 45o
= 60o
= 90o
Tee
Tee-y
Tajam
0,35
0,80
Cross
mulus
Tajam
0,50
0,75
0,05
0,10
0,20
0,35
0,80
Check Valve
Konensional
Mulus (clearway)
bola
Butterfly Valve-terbuka
Foot Valve-hinged
Foot Valve-topet
4,0
1,5
4,5
1,2
2,25
12,5
12
2.5.
Dalam
perhitungan
jaringan
pipa,
untuk
menyederhanakan
13
2.5.1. Kehilangan
Tekanan
dinyatakan
dengan
Diamater
Eqivalen
L1
d2
B
L2
B
2
Gambar 2.2.b. Pipa terhubung secara paralel
deq=[
[ dAB-2.63 + dBC-2.63] -1/2.63. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27.
14
3.
15
E to t2
v1
hL
v2
H1
pom pa
z1
H2
v a lv e
Qr
z2
m u k a la u t
Pada saat valve di putar kecil atau di cekek tekanan pompa akan
naik terus sampai bila valve tertutup dan pompa tetap hidup makan
tekanan pompa akan berhenti pada tekanan h10.
Tetapi sebaliknya pada saat pompa diputar lebih besar dari debit
rencana (Q>Qr) maka tekanan pompa akan turun (h1< h10).
Pada gambar 4. ditunjukkan grafik tekanan pompa vs Debit yang
dihasilkan
16
H10
v a lv e d ip u t a r k e c il
h10
v a lv e d ip u t a r b e s a r
pom pa
Q
r e s e r v o ir
H10
v a lv e d ip u t a r k e c il
v a lv e d ip u t a r b e s a r
17
4.
mengalami
perubahan
debit
aliran
maka
akan
terjadi
Panjang Pipa
Diamater Pipa
Jenis Pipa
nomor pipa
18
langsung
umumnya
aspek
aspek
fisik,
dan
posisi/koordinat
Debit tapping
Tekanan air
Debit tapping dalam suatu jaringan pipa air minum sangat tergantung
dari pemakaian air si pemakai air yang terhubung dengan tapping itu
umumnya 1 l/dt debit air rata rata yang keluar dari tapping dapat
melayani 50 sampai 70 sambungan rumah.
Hubungan antara debit tapping yang keluar dari node dengan
tekanan node adalah sebagai berikut:
20
htapping
node
hL =F(Q). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29.
hL seperti pada gambar 3 adalah kehilangan tekanan yang secara
fisik merupakan beda tinggi permukaan air dari sumber pengaliran.
Dengan demikian apabila kecepatan dianggap hampir sama maka
tekanan dari muka laut disisi 2 adalah
21
4.3.
hL =F(Q). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29.
hL seperti pada gambar 3 adalah kehilangan tekanan yang secara
fisik merupakan beda tinggi permukaan air dari sumber pengaliran.
Dengan demikian apabila kecepatan dianggap hampir sama maka
tekanan dari muka laut disisi 2 adalah
(H2 +Z2 ) = (H1 + Z1)- hL
atau tekanan dari atas permukaan tanah Z2
h2= (h1 -hL )+ (Z1- Z2 ).
gambar 8.c. kehilangan tekanan h12 ,h23 ,h34 dan h15 ,h56 ,h64 .
atau
hj114= h j214 atau
h12 +h23 +h34= h15 +h56 +h64 atau
h12 +h23 +h34- h15 -h56 -h64 = 0. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .30.
Dengan kata lain jumlah kehilangan tekanan dalam suatu rangkaian
pipa berbentuk lingkaran atau loop pada arah yang sama adalah nol.
Berdasarkan azas kontinuitas (lihat persamaan 4.) air yang masuk
sama dengan air yang keluar atau :
Q1 = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5 + Q6
. . . . . . . . . . . . . . . .31.
Atau dengan kata lain air yang masuk dalam suatu jaringan akan
sama dengan yang keluar dimasing masing tapping atau node.
Dalam suatu sistem jaringan air yang keluar dari node dikendalikan
oleh sebuah vale yang menghubungkan anatara satu bagian jaring
25
atau
atau
rata
rata
dalam
detik
adalah
4.4.
1. Jumlah debit air dipipa yang masuk dan keluar dari suatu node
sama dengan jumlah debit air yang masuk dan keluar dari node
tersebut.
2. Tekanan di suatu node adalah tungal dalam arti di dhitung dari
segala arah hasilnya sama.
. . . . . . . . . . . . . . . . . .31.
Dimana :
Q=170 L/dt
300 m m L=2000m
Q=45 L/dt
250 mm L=2000m
200 m m L=2500m
4
3
200 mm L=2000m
Q=35L/dt
Q=40 L/dt
150 m m L=2000m
200 m m L=3000m
6
5
150 mm L=3000m
Q=25L/dt
Q=25 L/dt
Pipa
iterasi
o
Circuit
panj (m)
(mm)
Q0 (L/dt)
Q=asum
si
S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85
H (m)
SxLx1000
H/Q
q0
H/
Q/1.85
1-2
100
2000
300
95
9.548
19.097
0.201
2-4
100
2500
200
50
20.941
52.354
1.047
-8.9974
4-3
100
2000
200
-20
-3.844
-7.689
0.384
-8.2924
3-1
100
2000
250
-75
-14.971
-29.943
0.399
-8.9974
33.819
2.032
-8.9974
3-4
100
2000
200
20
3.844
7.689
0.384
8.2924
4-6
100
3000
200
30
8.139
24.418
0.814
-0.7050
6-5
100
3000
150
1.199
3.598
0.720
-0.7050
5-3
100
2000
150
-20
-15.585
-31.170
1.559
-0.7050
4.534
3.476
Pipa
iterasi
1
Koef HW
Koef HW
panj (m)
(mm)
Q (L/dt)
Q=Qo+q
o
S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85
H (m)
SxLx1000
H/Q
q0
H/
Q/1.85
1-2
100
2000
300
86.003
7.943
15.886
0.185
-0.1670
2-4
100
2500
200
41.003
14.508
36.270
0.885
-0.1670
4-3
100
2000
200
-28.292
-7.303
-14.606
0.516
0.9678
3-1
100
2000
250
-83.997
-18.462
-36.925
0.440
-0.1670
0.626
2.025
3-4
100
2000
200
28.292
7.303
14.606
0.516
-0.9678
4-6
100
3000
200
29.295
7.789
23.367
0.798
-1.1348
6-5
100
3000
150
4.295
0.905
2.716
0.632
-1.1348
5-3
100
2000
150
-20.705
-16.617
-33.233
1.605
-1.1348
7.456
3.551
28
Circuit
Pipa
iterasi
2
Circuit
Circuit
(mm)
Q (L/dt)
Q=Qo+q
1
S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85
H (m)
SxLx1000
H/Q
q0
H/
Q/1.85
100
2000
300
85.836
7.915
15.829
0.184
-0.2883
2-4
100
2500
200
40.836
14.399
35.998
0.882
-0.2883
4-3
100
2000
200
-27.325
-6.848
-13.695
0.501
-0.2453
3-1
100
2000
250
-84.164
-18.530
-37.061
0.440
-0.2883
1.071
2.007
3-4
100
2000
200
27.325
6.848
13.695
0.501
0.2453
4-6
100
3000
200
28.160
7.240
21.720
0.771
-0.0430
6-5
100
3000
150
3.160
0.513
1.540
0.487
-0.0430
5-3
100
2000
150
-21.840
-18.341
-36.681
1.680
-0.0430
0.273
3.439
Pipa
Koef HW
panj (m)
(mm)
Q (L/dt)
Q=Qo+q
2
S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85
H (m)
SxLx1000
H/Q
q0
H/
Q/1.85
1-2
100
2000
300
85.547
7.865
15.731
0.184
-0.0108
2-4
100
2500
200
40.547
14.212
35.529
0.876
-0.0108
4-3
100
2000
200
-27.570
-6.962
-13.923
0.505
0.0313
3-1
100
2000
250
-84.453
-18.648
-37.296
0.442
-0.0108
0.040
2.007
3-4
100
2000
200
27.570
6.962
13.923
0.505
-0.0313
4-6
100
3000
200
28.117
7.220
21.659
0.770
-0.0422
6-5
100
3000
150
3.117
0.500
1.501
0.482
-0.0422
5-3
100
2000
150
-21.883
-18.407
-36.815
1.682
-0.0422
0.268
3.439
Pipa
iterasi
4
panj (m)
1-2
iterasi
3
Koef HW
Koef HW
panj (m)
(mm)
Q (L/dt)
Q=Qo+q
3
S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85
H (m)
SxLx1000
H/Q
q0
H/
Q/1.85
1-2
100
2000
300
85.536
7.864
15.727
0.184
-0.0106
2-4
100
2500
200
40.536
14.205
35.511
0.876
-0.0106
4-3
100
2000
200
-27.539
-6.947
-13.894
0.505
-0.0090
3-1
100
2000
250
-84.464
-18.652
-37.305
0.442
-0.0106
0.039
2.006
3-4
100
2000
200
27.539
6.947
13.894
0.505
0.0090
4-6
100
3000
200
28.075
7.200
21.599
0.769
-0.0016
6-5
100
3000
150
3.075
0.488
1.464
0.476
-0.0016
5-3
100
2000
150
-21.925
-18.473
-36.946
1.685
-0.0016
0.010
3.435
29
Circuit
Pipa
iterasi
5
Circuit
Circuit
(mm)
Q (L/dt)
Q=Qo+q
4
S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85
H (m)
SxLx1000
H/Q
q0
H/
Q/1.85
100
2000
300
85.526
7.862
15.724
0.184
-0.0004
2-4
100
2500
200
40.526
14.198
35.494
0.876
-0.0004
4-3
100
2000
200
-27.548
-6.951
-13.903
0.505
0.0012
3-1
100
2000
250
-84.474
-18.657
-37.313
0.442
-0.0004
0.002
2.006
3-4
100
2000
200
27.548
6.951
13.903
0.505
-0.0012
4-6
100
3000
200
28.073
7.199
21.596
0.769
-0.0016
6-5
100
3000
150
3.073
0.487
1.462
0.476
-0.0016
5-3
100
2000
150
-21.927
-18.476
-36.951
1.685
-0.0016
0.010
3.435
Pipa
Koef HW
panj (m)
(mm)
Q (L/dt)
Q=Qo+q
5
S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85
H (m)
SxLx1000
H/Q
q0
H/
Q/1.85
1-2
100
2000
300
85.525
7.862
15.723
0.184
-0.0004
2-4
100
2500
200
40.525
14.197
35.493
0.876
-0.0004
4-3
100
2000
200
-27.546
-6.951
-13.902
0.505
-0.0003
3-1
100
2000
250
-84.475
-18.657
-37.314
0.442
-0.0004
0.001
2.006
3-4
100
2000
200
27.546
6.951
13.902
0.505
0.0003
4-6
100
3000
200
28.072
7.198
21.594
0.769
-0.0001
6-5
100
3000
150
3.072
0.487
1.461
0.476
-0.0001
5-3
100
2000
150
-21.928
-18.478
-36.956
1.685
-0.0001
0.000
3.435
Pipa
iterasi
7
panj (m)
1-2
iterasi
6
Koef HW
Koef HW
panj (m)
(mm)
Q (L/dt)
Q=Qo+q
6
S m/1000m
(Q/1000/0,2785/
C/(D/1000)^2.63
)^1.85
H (m)
SxLx1000
H/Q
q0
H/
Q/1.85
1-2
100
2000
300
86
7.862
15.723
0.184
0.0000
2-4
100
2500
200
41
14.197
35.493
0.876
0.0000
4-3
100
2000
200
-28
-6.951
-13.902
0.505
0.0000
3-1
100
2000
250
-84
-18.657
-37.314
0.442
0.0000
0.000
2.006
3-4
100
2000
200
28
6.951
13.902
0.505
0.0000
4-6
100
3000
200
28
7.198
21.594
0.769
-0.0001
6-5
100
3000
150
0.487
1.461
0.476
-0.0001
5-3
100
2000
150
-22
-18.478
-36.956
1.685
-0.0001
0.000
3.435
30
Hj
k
i
Air yang mengalir dari node i ke node j tergantung dari beda tinggi
tekanan di node i dan node j atau hij atau hubgungan ini secara
matematis dapat dinyatakan sebagai:
Qkij =kkij(Hi- Hj) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34.
Sedangkan apabila aliran ini bila dinyatakan dalam bentuk
kebalikannya yaitu dari node j ke node i maka akan menghasilkan
debit (Q) yang negatif atau :
Qkji =-kkji(Hi- Hj) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .35.
Apabila kkji=kkij=kk Maka dalam bentuk tabulasi dapat disusun
Qij=
+kk .Hi
- kk .Hj
Qji=
-kk .H i
+kk .Hj
kk
+1 -1
-1 +1
].[
Hi
Hj
][ ]
=
Qij
Qji
Dimana:
Qk=
[ ]
Qij
Qji
Hk=
[ ]
kk
Hi
Hj
+1 -1
-1 +1
Qij = qi
j2
Q
Q
j1
ij2
ij1
Q
qi
ij3
j3
Q13+
Q21+
Q24+
Q31+
Q34+
Q35
Q42+
Q43+
Q46
Q53+
Q56+
Q65+
Q64+
=
=
=
=
=
=
q1
q2
q3
q4
q5
q6
k2(H1-H2)+
k1(H1-H3)+
q1
k2(H2-H1)+
k4(H2-H4)+
q2
k1(H3-H1)+
k3(H3-H4)+
k5(H3-H5)
q3
k4(H4-H2)+
k3(H4-H3)+
k7(H4-H6)
q4
k5(H5-H3)+
k6(H5-H6)+
q5
k6(H6-H5)+
k7(H6-H4)+
q6
k1+k2
-k2
-k2
k2+k4
-k1
H1
-k4
-k1
k1+k3+k5
-k4
-k3
-k3
H2
-k5
-k5
-k7
H3
k4+k3+k7
-k7
H4
k5+k6
-k6
H5
-k6
k6+k7
H6
q1
q2
q3
q4
q5
q6
100.0 m
90.0 m
80.0 m
70.0 m
60.0 m
40.0 m
Ke
Node
3
2
4
4
5
6
6
No
Pipa
1
2
3
4
5
6
7
D(mm)
250
300
200
200
150
150
200
L(m)
2000
2000
2000
2500
2000
3000
3000
0.003
0.0067
0.0023
0.0015
0.0008
0.0006
0.0011
0.01
-0.01
-0.00302
0.17
H1
34
-0.01
0.008
-0.00149
-0
-0
0.00612
-0.00231
-0.00231
0.00492
-0.00079
-0.00112
-0.045
H2
-0.0008
H3
-0.035
-0
H4
-0.04
0.00142
-0
H5
-0.025
-0.0006
0.002
H6
-0.025
MATRIKS
MATRIKS
H(m)
q(m3/dt)
Dengan eleminasi Gauss kita dapat mencari nilai H yang baru, pada
MATRIKS k
H iterasi I
H iterasi II
H iterasi III
H iterasi IV
H iterasi V
H iterasi VI
H1 =
100.0 m
61.08
66.69
70.77
71.21
73.10
72.22
H2 =
90.0 m
48.50
52.54
55.78
55.89
57.55
56.64
H3 =
80.0 m
32.81
33.91
35.79
35.02
36.52
35.27
H4 =
70.0 m
21.96
21.59
22.32
21.52
22.40
21.50
H5 =
60.0 m
0.62
(0.93)
1.58
(1.29)
1.90
(1.36)
H6 =
40.0 m
(0.00)
0.00
0.00
0.00
(0.00)
(0.00)
H
iterasi VIII
H
iterasi IX
H
iterasi X
H
iterasi XI
H
iterasi XII
H
iterasi XIII
H
iterasi VII
72.43
73.71
72.48
73.73
72.49
73.74
72.49
H2 =
57.93
56.80
58.01
56.83
58.03
56.84
58.03
56.84
H3 =
36.67
35.32
36.70
35.33
36.71
35.33
36.71
35.33
H4 =
22.42
21.50
22.42
21.49
22.42
21.49
22.42
21.49
H5 =
1.96
(1.38)
1.98
(1.38)
1.98
(1.38)
1.98
(1.38)
H6 =
(0.00)
(0.00)
(0.00)
0.00
(0.00)
0.00
(0.00)
(0.00)
H1 =
73.60
H
iterasiXIV
Dari
1
1
3
Ke
3
2
4
No
Pipa
1
2
3
D
(mm)
250
300
200
L
(m)
2000
2000
2000
Q
(L/dt)
84.5
85.5
27.6
35
2
3
5
4
4
5
6
6
4
5
6
7
200
150
150
200
2500
2000
3000
3000
40.5
21.9
-3.0
28.1
Syarat Batas
Pada kondisi tertentu misalnya Ketinggian tekanan di 1 tidak
berubah ubah maka matriks harus disesuaikan dengan memasukkan
syarat batas.
Misalnya ketinggian tekan di titik 1 adalah 100 m. Maka matriks perlu
disesuaikan sebagai berikut :
1
-k2
k2+k4
-k1
0
-k4
k1+k3+k5
-k4
-k3
-k5
-k3
H1
H2
H3
-k5
k4+k3+k7
-k7
100
q2
q3
-k7
H4
q4
k5+k6
-k6
H5
q5
-k6
k6+k7
H6
q6
k2+k4
0
-k4
k1+k3+k5
-k3
-k4
-k3
k4+k3+k7
-k5
H1
H2
-k5
k5+k6
-k7
-k6
H3
100
q2-(-k2).H1
q3-(-k1).H1
-k7
H4
q4
-k6
H5
q5
k6+k7
H6
q6
36