Anda di halaman 1dari 80

1

Inf. akut sistemik Corynebacterium diphtheriae


Gejala klinik lokal & sistemik Toksin

Toksin Difteri
Rantai polipeptida tunggal :
Fragmen A (amino) penetrasi sel
Fragmen B (karboksil) reseptor
Afinitas : jantung, saraf & endotel vask

Patogenesis
Patogenesis &
&Patologi
Patologi
Penderita / karier infeksi tetes individu lain mikroba
portal of entry eksotoksin nekrosis mikroba
Nekrosis
Radang + eksudat

meluas pseudomembran :
epitel, fibrin, leko, eri
bakteri

Toksin membran sirkulasi

Absorbsi toksin

Lokasi membran

Luas membran
Imunitas

Produksi toksin

Epidemiolog
i
Tersebar
Endemis
80% : < 15 thn 2 5 thn
Kejadian >>> imunitas populasi

Masa
Masa Tunas
Tunas
1 6 hari

GAMBARAN KLINIK
Lokasi & luas membran
Status kekebalan
Jumlah toksin
Lama sakit
Difteri tonsil/faring toksemia
Difteri laring/trakea obstruksi
6

KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
Difteri Respiratorik :
D. Hidung
D. Tonsil / faring
D. Laring / trakea
Difteri nonrespiratorik :
D. Kulit, konyungtiva, genitalia
7

GEJALA
GEJALA UTAMA
UTAMA
Membran Khas :
tebal, putih kelabu
tepi hiperemis, udem
sukar diangkat & mudah berdarah

GEJALA
GEJALA TAMBAHAN
TAMBAHAN
Tergantung lokasi :
D. Hidung :
>> sekunder, primer 2%
keluh kesah <<
sekret serosanguineous
iritasi lobang hidung & bibir atas
spekulum membran
Prognosis baik
Kronis sumber infeksi
DD/ : Corpus alienum
Rhinitis

D. Tonsil & Faring (75 85%)


Ringan :
kekebalan parsial
keluhan << / tidak ada sulit dik.
Tidak ada membran, biakan positif
Sedang :
demam subfebril, anoreksia, sakit menelan
pembesaran kel. limfe servikal (tidak nyeri)
membran positif
Berat :
membran luas >> tonsil : uvula, palatum
dinding faring

10

Sangat berat :
Bullneck (adenitis + periadenitis + udem)
Toksemia akut : kollaps vaskuler
Miokarditis
Infeksi sekunder : bronkopnemoni
DD/ :
Tonsilitis folikularis
Tonsilitis : agranulositosis, M. Infeksiosa
Primary herpetic tonsillitis
11

D. Laring

Sekunder >>>
Batuk menggonggong
Serak, stridor
Obstruksi sal. napas : sesak, retraksi, sianosis
DD/ :
Laringitis kausa lain
Spasmodic croup (acute sublottic oedema)
Corpus alienum
Abses retrofaringeal/peritonsiler
12

DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Gambaran klinis : membran khas
gejala lain
Bakteriologik (nasopharyngeal swab)
preparat apus & biakan
Penunjang
EKG, CPK, urin & darah rutin

13

KOMPLIKASI
KOMPLIKASI
Trac. Respiratorius : bronkopnemoni, atelektasis
Kardiovaskuler : Kolaps vask (mgg I)
Miokarditis (mgg II)
Nefritis
CNS : neuritis paralisis
bilateral, tidak nyeri, sembuh
sempurna palatum molle, mata, otot lain
(leher, badan, anggota gerak)

14

PENGOBATAN
PENGOBATAN
Segera MRS segera pengobatan
Korelasi : komplikasi / berat / mortalitas
saat pengobatan
A. Pengobatan spesifik :
I. Serum Anti Difteri (SAD)
-

Pemberian secepat mungkin

Dosis adekuat menetralisir toksin :


Masih bebas
Masih melekat pd membran sel
Pada portal of entry
15

Dosis

40.000 IU

: membran terbatas pada tonsil

80.000 IU

: membran meluas : uvula, palatum, ddg faring

120.000 IU

Bull neck
D. Laring
Komplikasi :

Miokarditis
Kollaps vask.

Late cases
Cara pemberian dosis tunggal intravena perdrips
16

SAD serum heterolog :


1. Didahului :
Skin & eye test
Riwayat : penyakit alergi, dapat serum
Penderita serasi/sensitif : desensibilisasi
2. Siapkan adrenalin
3. Pengawasan : selama & sesudah
4. Sarana : penanggulangan reaksi anafilaktik
17

II. ANTIBIOTIKA
Penisilin :

C. Diphtheriae
Infeksi sekunder : Streptokok.

Dosis : 100.000 IU/kgBB/hr

III. KORTIKOSTEROID (PREDNISON)


Difteri berat
Late cases
Dosis : 2 mg/kgBB/hr
18

B. Pengobatan Umum / Suportif


Tirah baring 2-3 minggu
Isolasi
Jamin intake cairan & makanan
Bentuk makanan toleransi
sonde lambung
Aspirasi sekret
Inhalasi uap air garam/adrenalin
Sedatif, antitussif
Obstruksi jalan napas : oksigen, trakeotomi
Paralisis pernapasan : respirator
19

PENGAMATAN LANJUT
Tanda vital
Membran
Perubahan suara & makan, defikasi
Bunyi, irama, frekuensi & pembesaran jantung
(EKG, CPK)

20

PROGNOSIS
Penyakit :
virulensi
lokalisasi & luas membran
infeksi sekunder
Penderita : status kekebalan
Faktor lain : pengobatan & perawatan
21

KEMATIAN
Mortalitas : 10% (3-25%)
Non immunized
Tahap dini (< 2 mgg) :
toksemia akut : kollaps vaskuler
obstruksi saluran napas
Tahap lanjut (> 2 mgg) :
miokarditis gagal jantung
infeksi sekunder bronkopnemoni
respiratory paralysis

22

IMUNITAS
Pasif : - transplasenter
- SAD
Aktif : - vaksinasi
- sembuh, silent infection
Mengetahui imun atau serasi tes SCHICK
positif serasi
negatif kebal
SEMBUH :

- klinis carrier
- bakteriologis

Imunisasi setiap penderita sembuh

23

HASIL BIAKAN & TES


SCHICK
Biakan

Schick

Keterangan

tidak ada inf & kebal

tidak ada inf & serasi

ada inf & kebal

ada inf & serasi

24

PERTUSIS
= WHOOPING COUGH
= BATUK REJAN

25

Inf. akut sistemik gejala utama batuk


Hemofilus pertusis
Sangat menular langsung menderita

Insiden :
Tersebar, sporadik / epidemi
Musim dingin
Masa anak : < 7 thn
Laki > perempuan
Kekebalan seumur hidup

26

PATOLOGI
Radang mukosa : nasofaring bronki
Akumulasi lendir lumen bronki
Atelektasis, emfisema
Infiltrat peribronkial
Otak : perdarahan, atrofi korteks

PATOGENESIS
Mikroba sal. napas toksin
27

GAMBARAN KLINIK
Masa tunas

: 1 2 mgg

Masa catarrhalis

: 1 2 mgg

Masa paroxysmal

: 4 6 mgg

Masa rekonvalesensi

: 2 3 mgg

MASA CATARRHALIS
Batuk belum tersirat
D/ belum jelas
28

MASA PAROXYSMAL
Batuk khas :
pendek & terus menerus
muka kemerahan & sianosis
lidah dikeluarkan
whoop = high-pitched crowing sound
sputum
muntah
D/ sudah jelas
29

Waktu serangan : lama & keringat banyak


Di luar serangan : aktif & sehat
Konsentrasi batuk berkurang
Kesulitan bernapas (asfiksia) :
batuk sulit dihentikan
obstruksi sal. napas lendir / sputum

30

Komponen utama batuk :


batuk bersifat serangan
tiap serangan : batuk berlangsung lama
whoop
lendir kental muntah
Faktor yg mempengaruhi batuk :
makan / minum
suhu
inhalasi
emosi
31

Akibat batuk mekanis :


Muka bengkak
Ulcus frenulum linguae
Tek. Intra abdominal tinggi
Perdarahan : epitaksis, hemoptoe,
konjungtiva

32

Masa Rekonvalesen
Batuk berangsur berkurang tidak khas
Pertusis atipik :
Batuk ringan singkat
sedang berat tidak ada whoop
Infeksi sekunder
Imunitas parsial
Kausa : H. Parapertussis
Lama penularan : 6 mgg
1 mgg post exposure 3 mgg batuk khas >> masa catarrhalis
33

DIAGNOSIS
1. Anamnesis :
Batuk khas
Sumber infeksi
2. Fisis :
Serangan batuk
Faktor mekanis
3. Laboratorium :
Darah tepi : lekositosis limfositosis
Bakteriologis :masa catarrhalis
Serologik : masa rekonvalesen

34

KOMPLIKASI
Sal. Napas :
Bronkopnemoni terbanyak
Atelektasis, emfisema
TBC aktif / > berat
CNS :
Mekanis : anoksia, kongesti, perdarahan
kejang, kelainan nerologis
Ensefalopati, progressive cerebral sclerosis
35

Saluran cerna :
Muntah dehidrasi
Ulcus frenulum linguae, prolapsus rekti, hernia
Perdarahan :
Epistaksis, hemoptoe, konjungtiva-sklera
Otak

36

PROGNOSIS
Umur
Jenis kelamin
Komplikasi
Gizi
Kekebalan
Perawatan / Pengobatan
37

PENGOBATAN
Umum :
mencegah rangsang batuk
jamin makanan & cairan
aspirasi lendir, mukolitik
sedativa, oksigen
Spesifik :
Antimikroba :
Spiramycin : 100 mg/kgBB/hr
Gammaglobulin : Kasus berat, bayi

38

PENCEGAHAN
Cegah exposure
Imunisasi pasif : bayi kecil (kontak pos)
Vaksinasi : tergabung dalam DPT

39

TETANUS
40

Tetanus (LOCKJAW)
Inf. akut (toksemia akut) Clostridium tetani
Gram positif
Anaerob
Spora & vegetatif :
Spora : resisten, di tanah, debu rumah, air, usus,
tinja manusia / binatang
Vegetatif : mudah rusak, di usus, tinja manusia
Tidak invasif
Eksotoksin : Tetanospasmin & Tetanolisin
41

Epidemiologi
Tersebar

Semua umur neonatus


Kejadian menurun : Lingkungan
Perawatan luka
Vaksinasi / Imunisasi

Patogenesis
Spora jaringan (luka) vegetatif toksin
42

Neurogen
Hipertoni, Spasme,

Toksin

Kejang
Hematogen

Target
Neuromuscular junction
Medulla spinalis
Otak (cerebrum)
Saraf simpatik

43

Cara kerja toksin


Disinhibisi sistem motorneuron
Disinhibisi afferent stimulasi
Intervensi neuromuscular junction
Disfungsi sistem saraf simpatik

Portal of entry :
Luka korpus alienum, nekrosis, tusuk dalam, kontaminasi
Otogen
Kriptogen : luka tidak diketahui, kripte tonsil, gastrointestinal
44

MASA
MASA TUNAS
TUNAS :: 55 14
14 hari
hari
Derajat infeksi / perkembangan mikroba
Status kekebalan

ONSET
ONSET PERIOD
PERIOD
Interval keluhan pertama (trismus) kejang
pertama
45

MANIFESTASI
MANIFESTASI KLINIK
KLINIK
Luka / Portal of entry : reaksi jaringan minimal
Tetanus Neonatus
Tetanus Anak
Generalized Tetanus
Localized Tetanus
Cephalic Tetanus

46

GEJALA
GEJALA POKOK
POKOK
Hipertoni :
Gejala utama, selalu ada
Proksimal (rahang & leher) distal
Derajat berbeda
Paling lama
Trismus :
Spasme otot rahang
Gangguan menetek / minum, makan, bicara

47

Kejang :
Umum, tonik, sadar
Progresif status konvulsi
Keringat banyak, nyeri & lemah
Spasme :

Leher, kaku kuduk, Kernig sign, opistotonus,


dinding perut, ekstremitas

48

Risus Sardonicus :
Roman muka khas patognomonik
Tetanus anak
Lama menghilang
Gejala lebih jelas kejang
Gejala lain : haus, keringat banyak, asfiksia, aspirasi
Tetanus neonatorum :
3 10 hari setelah lahir luka pusat
Trismus, fish mouth
49

Diagnosis Banding
Leher kaku :
meningitis
meningismus
Trismus :
proses rongga mulut
proses servikal
Kejang :
meningitis
rabies
sepsis
perdarahan intrakranial
tetani

50

Prognosis
Umur
Masa tunas
Onset period
Kejang
Hipertermia
Jenis luka
Virulensi
Pengobatan & perawatan
Komplikasi
Imunitas

51

DERAJAT
DERAJATPENYAKIT
PENYAKIT
Gejala
Gejala obyektif
obyektif
1. Trismus > 3 cm
Tanpa kejang tonik umum
2. Trismus > 1 cm 3 cm
Kejang tonik umum (dirangsang)
3. Trismus 1 cm atau kurang
Kejang tonik umum spontan

PENGOBATAN
PENGOBATAN
Penderita MRS manipulasi dibatasi; pengobatan
segera & adekuat

52

A.
A. KAUSAL
KAUSAL
Netralisasi toksin :
SAT (ATS) :
T. Neonatorum

10.000 IU im

T. Anak

20.000 IU im
(Uji sensitivitas)

Human Tetano Immuno Globulin (TIG) :


T. Neonatorum

1500 IU im

T. Anak

3000 IU im
53

Eradikasi mikroba :
PP

: 100.000 IU/kgBB/hari im

Ampisilin : 100 mg/kgBB/hari iv


Eritromisin / sefalosforin / metronidazol

54

B.
B. SIMTOMATIK
SIMTOMATIK
Kepekaan jaringan saraf
Relaksasi otot
Kejang
Keadaan umum
Diazepam :
Sedatif
Antikonvulsan
Relaksan
Dosis : 20-40 mg/kgBB/hr iv atau IVFD
Obat lain : luminal, largaktil

55

Tindakan Lain
Oksigen
Bantuan pernapasan ventilator mekanik
Cairan & elektrolit
Trakeostomi

Penyembuhan
Demam
Kejang
Trismus
Risus Sardonicus & Hipertoni
Tanpa kekebalan atau singkat

56

Perawatan
1. Tempat perawatan : ICU
Terbuka, tenang, ventilasi
Neonatus : inkubator
2. Dietetik : TN
TA
3. Membatasi tindakan
4. Mempertahankan jalan napas
5. Letak penderita
6. Perawatan luka

57

Komplikasi
Bronkopneumoni : aspirasi, baring
Atelektasis
Infeksi nosokomial
Mekanis :

Fraktura kompresi
3 tahun
Spondilolistesis
58

Kematian
Gagal napas spasme glottis, otot pernapasan
Anoksia otak
Bronkopneumoni
Exhaused

59

Pencegahan
Perawatan luka
Antimikroba luka risiko tinggi
Pemotongan & perawatan tali pusat
Vaksinasi ibu & bayi
Bila ada luka sifat luka, status imunisasi
Luka risiko tinggi
Non imum

: SAT/TIG + Imunisasi Dasar

Imun

: Booster

Luka kecil & bersih


Non imun

: imunisasi dasar

Imun

:-

60

DEMAM
DEMAM TIFOID
TIFOID
Typhus Abdominals
Enteric Fever
Febris Typhoidea
Typhoid Fever
Penyakit infeksi akut sistemik Salmonellosis

61

Salmonella :
Gol. A (S. Paratifi A)
Gol. B (S. Paratifi B)
Gol. C (S. Paratifi C)
Gol. D (S. Tifosa / S. Tifi)

Infeksi :
Enteral
Penderita
Karier
62

INSIDENS
INSIDENS
Tersebar
Musim panas
Anak besar 5 9 thn
Laki-laki : Perempuan (2-3) : 1

PATOGENESIS
PATOGENESIS
Transplasenter
Oral Enteral
63

GAMBARAN
GAMBARAN KLINIK
KLINIK
Masa tunas : 1 3 mgg
Demam
Ggn sal. cerna
Ggn kesadaran
1. Demam :
Mgg I
: meningkat, berangsur
Mgg II
: merata
Mgg III
: menurun, berangsur
Setiap hari, sore & malam lebih tinggi
Febris remitten
2 3 mgg lisis

64

2. Gangguan saluran cerna


Foetor ex ore
Bibir kering, terkelupas, pecah-pecah
Lidah kotor (Coated tongue)
Anorexia
Mual
Muntah
Meteorismus
Konstipasi / Diare
Hepatomegali / Splenomegali
65

3. Gangguan kesadaran :
Apati delir, Somnolen, Suporous, Koma
Gejala lain :
Kulit & rambut kering
Bradikardi relatif
Roseola
Lesu, pusing & sakit kepala

66

LABORATORIUM
LABORATORIUM
1. Darah Tepi :
Anemia ringan
Lekosit = normal, turun atau naik
Lekopeni
Aneosinofili & Limfositosis
Trombosit = normal
2. Bakteriologik :
Isolasi S. typhosa
Darah mgg I
Tinja mgg II
Urine mgg III

67

3. Serologik
Reaksi Widal = Antibodi / Titer
O Spesifik
H
Vi
Akhir mgg I / awal mgg II

68

Nilai diagnosis Titer O :


Tube / Tabung

: > 1/320

Slide

: > 1/80

Titer / Reaksi Widal Negatif :


Awal penyakit
Kesalahan tehnis
Sifat individu
Antimikroba / Imunosupresif
69

CIE (Counter Immunoelectrophoresis)


Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
PCR (Polymerize Chain Reaction)
4. Sumsum tulang :
Awal penyakit
5. Patologi :
Hiperplasia RES
Inflamasi, nekrosis & Ulcerasi usus
70

Diagnosis :
1. Klinis :
Demam tiap hari > 1 mgg
Sore & malam > tinggi
Kesan Tifosa / status Tifosa
Kesadaran menurun
Rambut & kulit kering
Bibir kering, pecah-pecah
Lidah kotor, muka pucat
71

2. Laboratorium :
Biakan darah (+)
Test Widal
Tube = titer O > 1/320
Slide = titer O > 1/80
Kenaikan titer O progresif

72

Demam Tifoid Berat :


1. Toksik :
Kesadaran menurun
(Delirium, Obtundasi, Soporous, Koma)
Muntah hebat Dehidrasi
Renjatan Septik
2. Komplikasi berat :
Perdarahan / perforasi usus
Ensefalitis / Ensefalopati
Meningitis, Miokarditis

73

Diagnosis Banding
Pneumonia
TBC
Sepsis
Meningitis
OMA
DHF, Infeksi virus lain
Malaria
Demam rematik
Keganasan
74

Pelaksanaan
Pelaksanaan // Pengobatan
Pengobatan

Tujuan :
Mempercepat penyembuhan
Respon pengobatan
Mencegah komplikasi
Mencegah relaps

75

1. Simptomatik / Suportif
1.1. Tirah baring
5 hari bebas demam
Mobilisasi
Hari 1 duduk 2 x 15 menit
Hari 2 duduk 2 x 30 menit
Hari 3 jalan
Hari 4 pulang
76

1.2. Masukan cairan & makanan


Makan biasa
Cukup cairan, kalori, tinggi protein, vitamin,
tidak merangsang
Tidak banyak serat & gas

77

1.3. Transfusi darah


Perdarahan (renjatan hemoragik) = 10-20 ml/kgBB
1.4. Hiperpireksia kompres
1.5. Konstipasi Stool Softener
1.6. Kortikosteroid :
Indikasi :
Toksik
Komplikasi berat
Deksametason 1 mg/kgBB/hari
78

2. Kausal

2.1. Pilihan pertama :


Kloramfenikol / Tiamfenikol
75 100 mg/kgBB/hari
10 hari
2.2. Pilihan lain :
Kotrimoxazole : trimetroprim 6mg/kgBB/hari 10 hari
Amoksisilin : 100 mg/kgBB/hari 10 hari
Sefriakson : 80 mg/kgBB/hari 5 hari
79

Komplikasi :
Perdarahan usus (mgg ke 3)
Perforasi usus (mgg ke 3)
Renjatan septik (mgg ke 2)
Pneumonia
ISK
Ensefalopati
Meningitis
Miokarditis, dll
80

Anda mungkin juga menyukai