Catetan Neuro
Catetan Neuro
PERILAKU
ANATOMI
DIENCEPHALON
Thalamus
Subthalamus
Hypothalamus
EPITHALAMUS
Letak di dorsal
Bagian terkecil
Bentuk spt topi menutupi Thalamus
Tdd :
- Corpus pineal organ endokrin
- Nuclei habenular
- Commissura caudal
SUBTHALAMUS
THALAMUS
HYPOTHALAMUS
Terletak di bagian ventral thalamus
Berhubungan dengan endokrin, limbik dan
sistem otonom.
Fungsi:
Mengitegrasikan sistem sensorik sadar
dgn motorik sadar
Merupakan relay station dari semua
sensorik sadar (kecuali penciuman) utk
kmd diteruskan kecortex cerebri gyrus
post-centralis (krn gyrus post centralis
merupakan pusat sensoris) area
Brodmann 3, 2, 1 (utk sensasi suhu,
sentuhan, tekanan, sakit), ke cortex
fissura calcarina Area Brodmann 17, 18
dan 19 (utk sensasi penglihatan), ke
cortex gyrus temporalis superior area
Brodmann 22, 41 dan 42 (utk sensasi
pendengaran), cortex lobus parietalis
inferior area Brodmann 40 (utk sensasi
pengecapan)
Menginterpretasikan secara samar sensasi
sadar (kecuali penciuman), tapi
interpretasi yg lengkap dilakukan oleh
cortex cerebri area Brodmann 3, 2, 1
berdasarkan pengalaman sebelumnya
Diduga sbg pusat perasaan subjektif dan
kepribadian seseorang
FUNGSI
Mengontrol sistem saraf otonom, dimana
fungsi ini berintregrasi dgn sistem
neuroendokrin, yg pd akhirnya
mempengaruhi sistem homeostasis tubuh
Mengontrol kelenjar endokrin dgn
mengeluarkan releasing factors yg
mengendalikan produksi ACTH, FSH, LH,
TSH, MSH dan LTH
Mengontrol suhu tubuh
Mengontrol intake air dan makanan:
hunger center kl rusak menyebabkan
hyperphagia+ perilaku agresif dan satiety
center kl rusak menyebabkan anorexia
dan lethargia
Mengontrol emosi dan perilaku
Mengontrol irama cicardia siang dan
malam
Mengontrol tidur
Diduga berperan dlm. ketergantungan
obat
NEUROLOGI
KAPITA SELEKTA (SISTEMATIKA PEMERIKSAAN NEUROLOGI)
IDENTITAS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
Nama
Usia untuk tatalaksana, menentukan diagnosis
Jenis kelamin menentukan diagnosis krn ada bbrp penyakit yang hanya ada di laki-laki/perempuan
Ras
Cekat tangan tangan dominan, karena berhubungan dengan pusat Bahasa. 90 % kanan dominan di kiri. Kidal 60% dikiri sisa di kanan.
GEJALA UTAMA (kata kunci)
Keluhan utama
Vaskular Awitan biasanta tiba-tiba / mendadak
Riwayat penyakit sekarang
Infeksi tanda infeksi: demam, flu like sindrom
Riwayat penyakit dahulu
Trauma riwayat trauma sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga
Autoimun riwayat remisi eksaserbasi (penyakit sebelemnya), gjl penyakit autoimin lain
Riwayat kebiasaan
mis: SLE
Anak: riwayat tumbuh kembang & imunisasi
Metabolic paparan zat toksik, gigitan hewan, penyakit metabolic (DM)
Iatrogenik/idiopatik riwayat menjalani prosedur medis, keluhan sudah berulang kali
Neoplastik penurunan BB, kelemahan, riwayat tumor pd organ lain (kronik progresif)
Seizure riwayat kejang, perubahan perilaku, kelainan organ/anatomis sebelumnya
Tanda tanda vital: TD, nadi, pernafasan, suhu
Status generalis: kepala, torax, kulit, THT. Abdomen, bruit, leher/KGiB, eksremita
Status neurologis: GSC, pupil, TRM, N. kranialis, motorik, sensorik, otonom, gait & koordinasi
SKALA KOMA
EYE
MOTORIC
VERBAL
GLASGLOW
4 = spontan
6 = mengikuti perintah
5 = orientasi baik & berbicara
3 = perintah verbal
5 = melokalisasi nyeri
4 = disorientasi & berbicara
Min. = 3
2 = nyeri
4 = fleksi thd nyeri
3 = kata-kata yg tdk tepat
Max. = 15
1 = tdk ada respon
3 = fleksi abnormal
2 = suara yg tdk berarti
X = tdk dpt dinilaI
(dekortikasi)
1 = tdk ada respon
2 = ekstensi
X = tdk dpt dinilai
Min 1, max 3
(deserebrasi)
1 = tdk ada respon
Min 1, max 5
X = tdk dpt dinilai
Min 1, max 6
SPONTAN (LIHAT)
VERBAL (SUARA)
PAIN (NYERI)
UNRESPONSE
Perangsangan nyeri paling baik di sternum, kalau tidak bisa di supra orbital, kl tdk bsa di nail bed
LIHAT
SUARA
EYE
4: Jika dilihat saja pasien langsung
buka mata
3: kalau dilihat blm buka mata,
beri perintah dgn suara buka
matanya.
NYERI
2:
Kalau dgn suara tidak
membuka mata, dirangsang nyeri
UNRESPONSE
VERBAL
MOTORIK
1: tidak respon
Vx: pasien dipasang alat lwt
mulut
PUPIL
Membandingkan
kanan dan kiri
Simetris/tidak
Cahaya masuk
diterima oleh N
II
Normal
N II
Berubah
menjadi N
III
Kerusakan
N III kiri
Kerusakan
N II kanan
LAPORAN:
Bulat, isokor, 3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
Bulat, anisokor, 3 mm/5 mm, RCL +/-, RCTL +/+
Ka : Bulat, 3 mm, RCL +, RCTL +
Ki : Ireguler, RCL +, RCTL +
KAKU KUDUK
Pasien tidur tdk
menggunakan bantal
Sternum pasien ditahan oleh
pemeriksa lalu kepala di
fleksikan sampai menyentuh
sternum atau smp 3 jari
pemeriksa.
Kalau 3 jari tdk sampai
kaku kuduk (+)
LAPORAN:
BRUDZINSKI I
LASEQUE
Kaku kuduk
(-), Laseque > 70/> 70, Kernig > 135/> 135
Pasien
difleksikan
di sendi > 70/> 70, Kernig > 135/> 135
Kaku kuduk
(+), Laseque
panggul
harus
mencapai
Kaku
kuduk (-), Laseque < 70/> 70, Kernig < 135/> 135
o
70Brudzinski ditulis hanya bila +
KERNIG
Pasien difleksikan sendi
panggul lalu ekstensikan
sendi lututnya
Cukup 135
Brudzinski II saat kernig
kiri kaki kanan ikut naik
atau tidak
N. KRANIALIS
NUCLEUS
Medulla oblongata :
9,10,11,12
NAMA
N. Olfaktorius
N. Optikus
N. Oculomotorius
KOMPONEN
Aferen viseral khusus
Aferen somatik khusus
Eferen somatik
IV
N. Tochlearis
N. Trigeminus
Eferen
viseral
umum
(parasimpatis)
Aferen somatik
Eferen somatik
Aferen somatik
Eferen viseral khusus
Aferen somatik
VI
VII
N. Abdusen
N. Fasialis
I
II
III
LAPORAN:
Parese N. VII sinistra sentral
Parese N. XII sinistra sentral
Parese N. VII dekstra perifer
Parase = kelumpuhan
Pons : 5,6,7,8
Mesensefalon : 3,4
VIII
IX
N. Akustikus
N. Glossofaringeus
N. Vagus
XI
XII
N. Assesorius
N. Hipoglosus
Eferen somatik
Eferen viseral khusus
Eferen viseral umum
(parasimpatis)
Aferen viseral khusus
Aferen somatik
Aferen somatik khusus
Eferen viseral khusus
Eferen viseral umum
(parasimpatis)
Aferen viseral khusus
Aferen somatik
Aferen viseral umum
Aferen viseral khusus
Aferen somatik
Eferen viseral khusus
Eferen viseral umum
(parasimpatis)
Eferen somatik
Eferen somatik
FUNGSI
Penghidu
Pengelihatan
Pergerakan mata (m. rektus superior, inferior, dan medial;
m. obliqus inferior & m. levator palpebra)
Kontriksi dan akomodasi pupil (m. sfingter pupil dan m.
siliaris
Proprioseptif
Pergerakan mata (m. obliqus superior)
Proprioseptif
Otot mastikasi & eardrum tension
Sensasi umum dari separuh anterior kepala termasuk
wajah, hidung, mulut, & menings
Pergerakan mata (m. rectus lateral)
Otot ekspresi wajah & tension on ear bones
Lakrimasi & salivasi
Pengecap (2/3 anterior lidah)
Somatosensori telinga luar, kanalis aud., membran
timpani luar
Pendengaran & keseimbangan
Pergerakan menelan
Salivasi
Pengecapan (1/3 posterior lidah), gag refleks
Somatosensorik telinga tengah, tuba eus.
Sensori viseral
Pengecap (epiglotis)
Somatosensori kanalis auditorik, duramater
Pergerakan menelan & kontrol laringeal
Parasimpatis torakan & viseral abdomen
Pergerakan bahu & kepala (m. sternocl. & m. trapezius)
Pergerakan lidah
MOTORIK
Lesi di otak Kanan Vs Kiri
Lesi di medulla Spinalis
atas Vs Bawah
5
4
3
2
1
Membedakan UMN dan LMN:
UMN hipertonus, hiperreflek, atrofi
karena ototnya tdk pernah dipakai dan
atrofi muncul lbh lama
LMN hipotonus, hiporeflek/ areflek, atrofi
terjadi karena denerfasi (putus) dan atrofi
langsung muncul
Apabila kekuatan otot
0-1 pleggi
2,3,4 paresis
0
+1
+2
+3
+4
SENSORIK
KEKUATAN
Normal
Bisa melawan gravitasi dan bisa melawan tahanan
ringan
Hanya mampu mengangkat tp tidak bs melawan
tahanan
Tidak bisa mengangkat, hanya bs geser-geser
Tidak bisa mengangkat dan tidak bergeser tp masih
ada tonus
Tidak bisa mengangkat dan tidak bergeser tdk ada
perubahan tonus
Simetris/tidak
LAPORAN:
Hemihipestesi dekstra (raba halus) kanan lebih baal
Hipestesi (baal) dermatom T10 ke bawah
Parahipestesi tungkai dua-duanya; Monohipestesi hanya salah satu
Estesi = perasaan; Parestesi = kesemutan; hiperestesi = berlebihan
Pada laki-laki setinggi papila mammae ke bawah setinggi thoracal 4
Umbilicus ke bawah setinggi thoracal 10
OTONOM
Retensi LMN
Inkontinensia UMN
Lesi di otak Kanan Vs Kiri
Lesi di medulla Spinalis
atas Vs Bawah
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Simetris/tidak
KLINIS: berdasarkan tanda & gejala yang ditemukan (dpt berupa sindrom) gejala dari hasil anamnesis, tanda dari hasil PF
TOPIS: berdasarkan lokasi kelainan korteks atau medulla spinalis
ETIOLOGIS: berdasarkan penyebab
PATOLOGIS: berdasarkan keadaan patologi yang terjadi gambaran PA
Lab, Radiologi
Neurofisiologi
Lumbal pungsi
TATALAKSANA
PROGNOSIS
NEURODIAGNOSTIK
DEFINISI
LUMBAL PUNGSI
Semua pemeriksaan yang berhubungan dengan penegakkan diagnosis di bidang ilmu penyakit saraf
Tetap untuk Penegakkan diagnosis anamnesis & pemeriksaan fisik
Macam: lumbal pungsi, neurofisiologi, neuroimaging
Pasien tiduran bungkuk, tusuk tulang belakang sampai subarachnoid Tarik cairan otak nya
Berperan dalam bbrp penyakit:
Infeksi & inflamasi
Perdarahan subarachnoid
Penyakit yg mempengaruhi TIK (tekanan intracranial)
Indikasi
Menilai tekanan (opening pressure) & cairan serebrospinal (selular, sitologi, kimia,
bakteri)
Terapi anestesi spinal, antibiotik, antitumor, TIK
Diagnostik mielografi (injeksi zat radioopak), sisternografi radionuklir (zat radioaktif)
Kontraindikasi relative
TIK (nyeri kepala & papiledema) risiko herniasi (tu bila ada massa)
Luka di tempat pungsi missal: bisul
Komplikasi:
Herniasi
Nyeri kepala
NEURO IMAGING
Foto polos
Fraktur (trauma), infiltrasi tumor, infeksi tulang
Computed Tomography (CT scan)
Densitas bbd : tulang, CSF, darah, substansia alba & grisea
Perdarahan, jaringan otak, abses, tumor, ventrikel, struktur midline
Macam: CT scan non kontras (utk perdarahan spt struk), CT scan +kontras (infeksi
dan tumor), CT scan kepala +bone window (cedera kepala)
Kelebihan CT vs MRI
Pasien dengan metal di tubuh cnth pasien dgn pen, kawat gigi tdk bs pake MRI
Perdarahan lebih cepat & jelas terlihat
Lebih murah
Ketersediaan
Waktu pemeriksaan lbh singkat
Baik utk melihat tulang
Magnetic Resonance Imaging
Lebih mudah membandingkan substansia alba & grisea
Dpt melihat lesi yg letaknya di dalam (lobus temporal dalam, fossa posterior,
cervicomedullary junction)
Lesi demielinasi & infark lebih cepat terlihatDpt menentukan waktu perdarahan
Lebih bagus untuk melihat jar. Lunak
Angiografi
Diagnostik: aneurisma, malformasi vaskular, penyempitan/sumbatan pembuluh darah, diseksi
arteri, angiitis
Melihat
USG
Otak janin & neonates karna ubun-ubun masih terbuka, untuk melihat perdarahan
Deteksi : perdarahan intraserebral & subdural, massa, defek kongenital
Visualisasi sirkulus Willis, arteri karotis & vertebralis, arteri temporalis menentukan derajat stenosis
Electroencephalografi (EEG)
Untuk melihat kejang/tidak, dengan melihat aktifitas listrik
Kejang & kecurigaannya, penyakit metabolik, study of sleep, monitor aktivitas serebral pd pasien yg dianestesi
Visual Evoked Potentials (VEP)
Menilai jalur visual
Brainstem Auditory Evoked Potentials (BAEP)
Menilai jalur auditorik
Somatosensory Evoked Potentials (SSEP)
Mengkonfirmasi lesi sistem sensorik
Electromyography (EMG) pasiennya ditusuk dan disuruh bergerak
Kalau dia LMN
Nerve Conduction Studies (NCS)/kecepatan hantar syaraf NCS pasien nya diestrum dilihat brp lama responnya
Kalau LMN
10
TRIGEMINAL NEURALGIA
11
GAMBARAN
KLINIK
BELLS PALSY
DIAGNOSIS
TERAPI
BEDAH
Pada kasus refrakter
Gamma knife, penekanan dengan balon, radiofrekuensi penyuntikan gliserol
Kelumpuhan saraf N. VII tipe perifer (LMN) yang terjadi scr akut
Etiologi: idiopatik, kemungkinan infeksi virus
N. VII awalnya berjalan bersamaan dengan VI dan VIII pada canalis fascialis berjalan sendiri dan membentuk cabang:
Ganglion genikulatum produksi air mata, kelainan: hipolakrimasi
N. tapezius pendegaran, kelainan: Hiperakuisis
Corda timpani pengecapan 2/3 depan lidah
Foramen stilomastoideus mengontrol gerakan motorik mimic wajah
UMN: tidak mengalami kerusakan seluruhnya karena tdk mengenai inti
LMN: segmen atas bawah mengalami kerusakan
Biasa terjadi pd usia pertengahan
Paralisis mendadak pada saat bangun tidur
Gejala lsg komplIt saat serangan
EMG dengan memeriksa evoke potensial pd foramen stylomasstoideus
Evoke potensial diatas alis, bawah mata, sudut bibir dipasang electrode kemudian diestrum pd daerah depan telinga. Gelombang
diukur lebih pendek atau normal. Bells palsy landai
Bila evoke hasil baik prognosis baik
FARMAKOLOGIS
Prednisone 1 mg/kgBB (max 60mg/hari) selama 5 hari tap off 10 mg/hari (bila px dtg pada fase akut, lbh dr 7 hari tdk
bermakna)
Acyclovir kombinasi dengan steroid hasil lebih memuaskan
Neurotropic
Analgetik/antiinflamasi
NONFARMAKOLOGIS
Fisioterapi setelah 4 hari awitan, karena rx inflamasi masih hebat
Tutup mata dengan kassa (utk cegah infeksi), konjungtivitas-teratitis
12
Penyebab:
Akibat
oklusi
cabang Akibat
oklusi
cabang Akibat oklusi cabang- Akibat
oklusi
cabang Lesi bilateral ventral pons
oklusi
atau
emboli
paramedian
dari
a.
sirkumferensial a. basilaris,
cabang pedunkular a.
intrapedunkular a. cerebri Sindrom terdiri dari:
teritori A. cerebellaris
vertebrialis
atau
a.
tumor, abses
basilaris dan a. cerebri
posterior dan a. choroid,
- Quadriplegia
posterior inferior (PICA)
basilaris, sering bilateral
posterior
bisa juga akibat tumor
(terkena
traktus
Gambaran klinis:
atau a. vertebralis
(giloma)
Kelumpuhan N. VI Gambaran klinis:
kortikospinalis
Gambaran klinis:
ipsilateral
- Kelumpuhan N. III Gambaran klinis:
bilateral basis pons)
Kelumpuhan flaksid
Gambaran klinis:
ipsilateral, midriasis
Kelumpuhan N. VII
- Afonia
tdk
Vertigo
Kelumpuhan N. III
N. XII ipsilateral
(+)
Hemiplegia
mendadak
perifer ipsilateral
ipsilateral
bersuara
- Gangguan
raba,
kontralat
dgn
Nystagmus
Hemiplegia
Hemiparesis
- Kdg terlihat ggn
posisi dan vibrasi, 2
Babinski (+)
Mual, muntah
kontralateral
kontralateral spastik
gerak
horizontal
point discrimination
Hipestesi kolumna
Dysarthria
dan
Analgesia
Rigiditas
mata,
krn
kontralateral
posterior
disfonia
kontralateral
kontralateral
terkenanya
- Hiperkinesia
dan
kontralateral
Singultus
Thermanestesia
Ataksia
fasikulus
N.
VI
rigriditas
kontralateral
bilateral
Nystagmus
Gangguan
raba,
kontralateral
Paresis N. VII, IX, X, Formasio retikularis intak
posisi, vibrasi
XII sentral tipe UMN
sadar penuh
Gerak vertical bola mata
(N.III) baik dan kedipan
mata baik
Pasien tdk bisa ngapa2in
hanya bs mengedip dan
mengeluarkan air mata.
PENYAKIT NEUROVASKULAR
DEFINISI
Stroke: sindrom yang bercirikan keluhan klinis deficit neurologis yang mendadak dan bertahan >24jam
Transient Ischaemic Attack (TIA): sindrom yang bercirikan keluhan klinis deficit neurologis yang bertahan <24jam
Penyebab kematian no.2
Pasien dengan TIA harus tetap dirawat karena gambaran CT scan ttp ada iskemik, walaupun tdk ada gejala klinis
Diagnosis
Terapi awal
Merujuk
Iskemik
Terapeutic
window, di RS lsg
CT Scan
!Lewat dari onset, pemberian obat
Onset 4 jam, obat
Hemorragik keadaan!
tdk mengembalikan
RAF VII
13
DIAGNOSIS
Diagnosis ONSET
MENDADAK
Pemeriksaan penunjang
hanya boleh jika anam
dan PF tdk menyakinkan
Anamnesis &
PF
Clinical
diagnosis
berdasarkan
anamnesis
Topical
diagnosis
tempat
PIS/SAH
Etiological
Diagnosis
Trombus/
embolus/ pch
pemb. darah
Pathological
Diagnosis
Iskemik &
hemoragik
DIAGNOSIS
Pilihan
terapi
menetukan
Prognosis
KLASIFIKASI
14
GEJALA TOPIS
KORTEKS
Kekuatan otot atas
dan bawah berbeda
SUBKORTEKS
Kekuatan otot atas
dan bawah sama
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATALAKSANA
15
INFEKSI SSP
MENINGITIS
PENDAHULUAN
- Arachnoid
- Ruang subarachnoid
- Dapat meluas ke jaringan otak & medulla spinalis
Encephalitis: infeksi dengan proses peradangan yang mengenaik jaringan
otak.
ETIOLOGI
Infeksi meningitis yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 hari dan
umumnya disebabkan oleh bakteri
Sering disebut: meningitis purulenta karna pada lumbal pungsi LCS nya
keruh purulen
UMUR
ORGANISME PENYEBAB YANG UMUM
NEONATUS
Sreptococcus grup B/D
Streptocccous non grup B
E. coli, L. monocytogenes
Infant & anak
H. infuelenzae
S. pneumonia
N. meningitides, diplococcus pneumonia
Mycobacterium tuberculosa
16
S. penumoniae, H. influenza
N. meningitides, basil gram (-)
Staphylococcus, streptococcus
Spesies listeria
Penyebaran infeksi melalui
Dewasa
PATOGENESIS
Pengumpulan PMN dengan perlekatan PMN pada endothelium & tjd diapedesis
Permeabilitas BBB
migrasi PMN kedalam CSS
degranulasi
&
melepaskan
Edema vasogenik
Eksudat
protein
dlm
RSA
metabolit oksigen toksik
TIK
17
GAMBARAN KLINIS
DIAGNOSA
FASE
I
II
III
IV
Rangsang meningen
+
+
+
Kelainan syaraf otak (N. VI, VII)
+
+
+
Hemiparese
+
+
+
Tanda neurologic fokal
+
+
Konvulsi
+
+
Penurunan kesadaran
+
Shock & koma
+
Biasanya fase I tanpa gejala, atau hanya nyeri kepala pd pasien TB
GEJALA/TANDA
Gejala klinis: demam subfebris, kaku kuduk, nyeri kepala hebat, muntah
Pemeriksaan LCS:
- Liquor jernih
3
- Leukosit antara 50-400/mm
- Limfosit predominan/mononuclear
- Kadar glukosa menurun
- Kadar protein
- Terdapat pelikel LCS didiamkan slm 24 jam diruang terbuka
terbentuk spt jaring laba2
Pemeriksaan tambahan
- Thorax foto
- Ct-scan kepala
DASAR DIAGNOSA:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adanya rangsang meningel meningkat:
LAB:
- Kaku kuduk, kernig, brudzinski
- Urin lengkap, Darah Lengkap,
LCS:
- Elektrolit: karena komplikasi bisa terjadi sindrom inapropiate
- Leukositosis, terutama limfosit/mononuclear
antidiuretic hormon (SIADH) urin berlebihan
- Protein
- guldar, fungsi ginjal & hati, kultur darah, tes utk sifilis
- Glukosa
Radiologi
Ditambah dgn 2 dari 3 kriteria :
- X-foto torax untuk mcr factor penyebab mis pneumonia
- Ada bakteri TB dgn hapusan maupun kultur dr pelike cairan otak
- X-foto sinus paranasalis/mastoid
- X-foto torak gambaran TB
- Ct scan/ MRI kepala
- Adanya kontak dgn penderita TB aktif
- EEG
18
KONTRA INDIKASI:
Absolut:
- Papil edema yang nyata merupakan tanda peningkatan TIK yang
sgt tinggi
- Penurunan kesadaran yg dalam atau yang memburuk dengan
cepat sudah dalam kondisi herniasi
- Deficit neurologi fokal infeksinya sudah hebat
- Kecurigaan lesi desak ruang intracranial: missal abses atau
perdarahan lakukan ct scan dl
Relatif
- Sedang Infeksi local dipunggung bawah tempat LP
- Syok akibat berbagai sebab karena akan nyeri
- Kagulopati gangguan koagulasi
- Trombosit < 50k pd pemeriksaan drh tepi utk pembekuan darah
M. BAKTERIAL
M. VIRUS
M. SEROSA
Tekanan 5-15cm
N; Sedikit
TBC: N/sedikit
H 2O
AIDS + meningitis
kriptokokus :
Hitung sel
PMN
MN
MN
Kuman
yang Glukosa
didapat
Warna cairan: keruh bakteri, jernihvirus/tb
Pemeriksaan ag spesifik jarang dilakukan karena mahal
Imaging CT scan contrast contrast enhasment (mengisi sulkus dan girus scr
difuse)
Sedini mungkin setelah diagnose pasti semakin cepat prognosis baik
Terapi umum:
PENATALAKSANAAN
19
USIA
NEONATUS
KUMAN
Streptococcus
grup B, atau D.
E.coli,
I
monocitogenes
INFANT
Anak-dws
7-50tahun
S. pneumonia,
N. menigitidis,
i.
monocytogenes
ANTIBIOTIK
Ampisilin + cefotaxim
Ampisilin + gentamisin
Acyclovir H. simplex encephalitis
Ampisilin + cefotaxim/ ceftriaxone
Chloramphenicol + gentamicin
+vancomisin
+dexametason
Cefotaxime (3x1g)/ ceftriaxone (2x2gr) +
ampisilin
Chloramphenicol + trimetroprim/
sulfamethoxazol
Bila prevalensi s.pneumoniae resisten
cephalosporin >2% beri:
- Cefotaxim/ceftriaxone +
vancomisin
- Chloramphenicol/
klindamisin/meropenem
TERAPI TAMBAHAN:
- DEXAMETHASON apabila ada TIK hebat, edema hebat
20
KOMPLIKASI
Hidrosefalus
Kejang
Hemiplegia
Parase n. cranialis n. VI krn gejala di basal terkompresi oleh penumpukan
nekrosis kaseosanya
Afasia
Encephalomyelopathy
ENCEPHALITIS
PATOFISIOLOGI
ENCEPHALITIS TOXOPLASMA
= cerebral toxoplasmosis
Banyak ditemukan pd pasien HIV aids stadium 4
Merupakan suatu infeksi yang disebabkan toxoplasma gondii dan
mengenai jar. Otak
21
GEJALA KLINIS
DIAGNOSA
TATALAKSANA
Onset mendadak/subakut
Sakit kepala hebat, sub febril, muntah & kaku kuduk
Sering disertai foto fobia
Kejang & TIK
KHAS: perubahan prilaku gelisah, marah2
Pemeriksaan LCS
- LCS jernih
3
- Sel 50-500/mm limfosit predominan
- Kadar glukosa dan Cl normal
- Protein meningkat ringan
EEG, CT, MRI lesi asimetris di frototemporal (t.u pd herpes simplex).
Makanya pasien mengalami perubahan prilaku karna pusatnya ada di
frontotemporal
Analisa ELISA CSF atau PCR (+)
Penatalaksanaan khusus
- Tdk perlu antibiotic
- Injeksi Acyclovir 10mg/kgBB setiap 8jam selama 3 minggu
KOMPLIKASI:
Mengioencephalitis
Pd anak RM, kejang, buta kortikal
Hidrosefalus, mikrosefalus, tetraparesis
PENCEGAHAN
Mengeliminir bakteri
Imunisasi
vaksinasi
22
ABSES SEREBRI
DEFINISI
SPONDILITIS TB
PATOGENESIS
GAMBARAN KLINIS
Late
Cerebritis
Early
Capsulated
Late
Capsulated
Hari ke-10
s.d 13
Resolusi
daerah
serebritis
hari ke-14
Terisi sel-sel
radang
Terisi
fibroblas
Peningkatan
makrofag
dan fibroblas
MALARIA SEREBRAL
Kapsul
matang
mengelilingi
daerah
inflamasi
Berisi debris
dan sel PMN
1. Stadium I (Implantasi)
Pada umumnya terjadi pada daerah torakal
atau torakolumbal soliter atau beberapa level.
2. Stadium II (Destruksi awal)
Terjadi 3 6 minggu setelah implantasi dan
23
- Papil edema
Serebral fokal
- Kejang, sering general (40%)
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri punggung bawah kronis paling awal
berupa nyeri spinal atau radikular.
Panas dan penurunan berat badan
Defisit neurologis (50% kasus): kompresi
medspin
(transverse
cord
synd
komplit/inkomplit) dengan paraplegi,paresis,
gangguan sensasi, nyeri radiks saraf dan
sindroma kauda equina
Gambaran Cold abscess
Gibbus, kyphosis
disfungsi sphincter inkontinen/retensi
DIAGNOSA
TATALAKSANA
Gambaran klinis
Pemeriksaan laboratorium mencari sumber
infeksi
X-foto sinus dan mastoid
CT-Scan dan MRI kepala dengan kontras Ring
enhancement
EEG sesuai indikasi
LP: merupakan kontraindikasi !!! krn ada massa
Laboratorium
Radiologis:
- Foto polos thorax
- Foto vertebrae scalloping
Paraparese: lesi di thoracal
CT scan
MRI
DIAGNOSIS BANDING:
Tuberculoma otak
Cysticercosis
Infark serebri
Intra cerebral haemorrhage yang mengalami
resorbsi
Tumor otak primer ataupun sekunder
Umum
Tujuan terapi:
Kriteria diagnosis:
Penderita berasal dari daerah endemis atau
berada di daerah endemis
Demam atau riwayat demam tinggi
Adanya manifestasi serebral: penurunan
kesaadaran dg atau tanpa gx neuro lain,
sedangkan kemungkinan penyebab lain telah
disingkirkan
Ditemukan parasit malaria dlm sediaan darah
tepi
Tidak ditemukan kelainan LCS yang berarti
Penatalaksanaan umum : 6B
Terapi antimalaria:
- Kina
24
KOMPLIKASI
Khusus
pertimbangan
medikamentosa
Herniasi serebri
Abses ruptur ke dalam ventrikel /R.Subarachnoid
Sekuele neurologis
Abses berulang
Kejang
TERAPI PEMBEDAHAN
1. Debridement
2. Stabilisasi
- Kinidin
- Klorokuin
- Derivat artemisinin
- Exchange transfusion
Pemberian cairan dan nutrisi
Penanganan komplikasi
25
TRAUMA KEPALA
DEFINISI
KLASIFIKASI
TRAUMA MEDSPIN
Trauma medulla spinalis/spinal cord injury (SCI) defisit neurologis & hendaya
permanen (ketidakmampuan menetap)
Tujuan menegakkan diagnosis & memulai terapi secepatnya mencegah
defisit lanjut (primer & sekunder)
ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI
Segmen servikal medspin susah bernafas paling sering
Thoracolumbar junction
Komplit Vs Inkomplit
- Komplit : sensoris & motorik di bawah level (-)
- Inkomplit : sensoris & motorik di bawah level (+) prognosis >>
PRIMER
- Langsung mis robekan ditrauma medspin
- Deformasi lokal & transformasi energi dr kompresi akut, laserasi,
distracting, atau regangan
SEKUNDER
- Kaskade biokimia & proses selular kerusakan / kematian sel
- Perubahan vaskular, perubahan kadar ion, akumulasi neurotransmiter,
produksi radikal bebas & lipid peroksidase, efek opioid endogen, edema,
inflamasi, ATP
SKG
15
GAMBARAN KLINIS
CT SCAN OTAK
Pingsan (-), deficit neuro (-) Normal
hanya ada nyeri kepala krn
trauma
13-19
Pingsan <10mnt, deficit neuro (- Normal
)
Sedang =
9-12
Pingsan >10mnt s/d 6jam, Abnormal
CKS
deficit neuro (+)
Berat = CKB
3-8
Pingsan >6jam, deficit neuro (+)
Abnormal
Deficit neurologis: TIK, lateralisasi
Pemeriksaan fisik: SKG
CT scan CKS dan CKB karna ada kelainan neurologi
- Cks: Udem atau kontusio serebri
- Ckb: gangguan vaskularisasi subdural hematom (SDH), epidural hematom
(EDH), Subaraknoid hematom (SAH)
Mis: pada saat pemeriksaan SKG 15, pingsan 15menit CKS. Jd kategorikan ke yang
Kalau sudah cedera primer tdk dapat dicegah lagi, tp dicegah tjd sekunder
26
DIAGNOSIS
FRAKTUR IMPRESI
Wajib operasi, krn
patahan bs
menimbulkan
kejang
27
SDH
Putus vena
Gambaran: bulan
sabit
MANAJEMEN
EDH
Putus a. meningea
Media
Gambaran:
bikonvek
28
29
DEFINISI
KLASIFIKASI
Secara konseptual:
- Bangkitan epileptic (epileptic seizure) : terjadi tanda/gejala yang bersifat sesaat (Paroksismal) dalam bbrp detik / 1-3menit akibat neuronal yang
abnormal dan berlebihan di otak MANIFESTASINYA
- Epilepsy: kelainan yang ditandai dengan kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan epileptic yang terus menerus, dengan konsekuensi neurobiologis,
kognitif, psikologis dan social KUMPULAN BBRP BANGKITAN, minimal ada 1 bangkitan yang berulang
Operasional:
- Epilepsy: suatu penyakit otak yang ditandai dengan kondisi/gejala:
Minimal 2 bangkitan unprovoked atau 2 bangkitan reflex dengan jarak waktu antar bangkitan reflex pertama dan kedua > 24 jam
1 bangkitan unprovoked atau 1 bangkitan reflex dengan kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun ke depan sama dengan
(minimal 60%) bila terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi / bangkitan reflex (mis 1 bulan paska struk / lesi structural dan epileptiform discharge)
Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsy
- Bangkitan reflex: bangkitan yang muncul akibat induksi oleh factor pencetus spesifik, seperti stimulasi visual (mis: kedipan lampu), auditorik,
somatosensitif dan somatomotor
SINDROMA EPILEPSI: sekumpulan gejala dan tanda klinis yang terjadi bersama-sama meliputi, tipe bangkitan (absans), etiologi (idiopatik), anatomi, factor
presipitasi, usia awitan, berat dan kronisitas, siklus diurnal dan sirkadian serta prognosis.
Bangkitan epilepsy yang tidak dipertimbangkan sbg epilepsy:
- Provoked seizur (acute symptomatic seizure) memiliki preceeding cause atau merupakan direct result dari kerusakan otak akut missal krn trauma
- Febrile seizure
PARSIAL SEDERHANA tidak ada penurunan kesadaran
Dengan gangguan motorik missal hanya kejang pada tangan sebelah kanan
Dengan gangguan somatosensorik perasaan tidak nyaman di perut yang berulang, persaan terbakar atau baal yang hilang
timbul berulang
BANGKITAN PARSIAL:
hanya sebagian bagian Dengan gangguan otonom bulu kuduk berderi hilang timbul berulang
Dengan gangguan psikis
tubuh yang kejang /
PARSIAL KOMPLEX ada 3 tahap: aura (perasaan tdk enak) Perubahan kesadaran otomatisme (jalan mondar mandir,
hanya rasa tidak enak
mengecap, melamun)
diperut
Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan kesadaran
Selalu ada gerakan
Bangkitan parsial yang disertai gangguan kesadaran sejak awal bangkitan
fokal
PARSIAL YANG MENJADI UMUM SEKUNDER sudah ada penurunan kesadaran
Parsial sederhana menjadi umum
Parsial komplek menjadi umum
Parsial sederhana menjadi parsial kompleks lalu umum
ABSANS/LENA khas pd ank antara umur 8-12 tahun. Perubahan kesadaran tiba2, mis: bengong/melamun tdk jatuh hanya diam spt
batu 5-10 dtk
MIOKLONIK hanya kejang pd otot-otot ttt. Plg byk otot ekstremitas atas. Kl pada anak berbahaya, sulit dikontrol. Pd org GGK
ureum tinggi
BANGKITAN UMUM
KLONIK gerakan ritmik
TONIK gerakan kaku
TONIK KLONIK
ATONIK sering di DD dgn sinkop/pingsan. Tidak ngapa2in jatuh, tonus hilang
30
ETIOLOGI
ELEMEN EPILEPTIC
SEIZURE
ELEMEN
PEMBENTUKAN
PATOFISOLOGI
31
KONDISI YANG
DAPAT
MENYEBABKAN
EPILEPTIC SEIZURE
DIAGNOSA
3. tentukan
etiologi
ANAMNESIS
- Pola antara kejang 1/2/3 sama tdk polanya, epilepsy tidak berubah selalu 1 bentuk
- Lama setiap kejang brp lama, biasanya tidak lebih dari 5 menit
- Gejala sebelum kalau parsial biasanya ada gejala sebelumnya, kl umum tdk ada.
- Gejala saat kejang ada menoleh ke satu sisi atau pd tangan/ kaki, ada mulut berbusa, ngompol, lidah tergigit
- gejala sesudah bangkitan tertidur, atau tidak sadar
- Frekuensi dalam sebulan kejang brp kali untuk monitoring
- Factor pencetus apakah kurang tidur/kelelahan/stress
- Ada/tdk penyakit sekarang yang diderita untuk mencari etiologi
- Usia awitan semakin kecil prognosis semakin baik
- durasi frekuensi semakin lama kejang kerusakan diotak semakin luas
- interval terpanjang kejang 1 ke 2 brp lama jaraknya
- kesadaran antar bangkitan untuk menentukan masuk emergensi/rawat jalan
- Riwayat kehamilan, persalinan, perkembangan
- Riwayat penyakit, penyebab, atau terapi sebelumnya sudah pernah berobat atau blm. Kalau obat yang dipakai sesuai lanjutkan
- Riwayat dalam keluarga saudara sekandung
PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIK
- Idiopatik biasanya tdk ada deficit neurologis
- Parsial ada deficit etiologi curiga simptomatik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- EEG, indikasi:
Menunjang diagnosis
Menentukan jenis bangkitan & sindroma epilepsy
Menentukan prognosis ada bentukan runcing spt paku semakin sering muncul semakin jelek prognosis
Pertimbangan penghentian OAE
32
DIAGNOSIS
BANDING
TATALAKSANA
Menghentikan bangkitan
Menurunkan morbiditas dan mortalitas semakin sering dan semakin lama durasi prognosis makin jelek
Prinsip pengobatan
- OAE mulai diberikan bila:
Terjadi >2 serangan dalam setahun
Diagnosa telah ditegakkan dan penderita serta keluarga mendapat penjelasan ttg tujuan terapi, kemungkinan efek samping obat apbl ada ES alergi
lsg hentikan obat
Bangkitan tjd berulang meski faktor pencetus dihindari
- Dimulai dengan mono terapi dgn OAE, sesuai jenis bangkitan /sindroma (lini pertama)
- Start low go slow mulai dr dosis optimal plg rendah dinaikan perlahan
Pasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk mulai terapi bila kemungkinan kekambuhan tinggi, yaitu:
- Fokus epilepsi jelas pd EEG abnormal 3 wajib terapi
- Dijumpai lesi struktural pada CT atau MRI yang berkorelasi dengan bangkitan misal ada tumor
- Pada pemeriksaan neurologi dijumoai gejala lesi di otak
- Riwayat epilepsi saudara kandung resiko relaps tinggi
- Riwayat bangkitan simptomatis
- Tdp sindroma epilepsi yang beresiko kekambuhan tinggi
33
Riwayat trauma kepala terutama disertai penurunan kesadaran, stroke, infeksi ssp
Bangkitan pertama berupa status epileptikus
MIOKLONIK
-
CarbamazepinPd Na
Ch
Phenobarbital
merangsang GABA
Gabapentin
?+
?+
?-
+
+
??+
+
+
?
?+
?+
-
+?+
?+
?+
-
Lamotrigine
+
+
Topiramat
+
+
Zonisamide
+
+
Levetiracetam
+
+
Oxcarbazepine
+
+
Pada fokal: lbh baik pakai carbamazepin
Pada umum: valproat
Obat harus diberikan selama 2-3 tahun
Teratogenik
PENGHENTIAN OAE
Syarat umum:
- Setelah 3 th minum bebas kejang dan EEG normal boleh diturunkan tdk boleh dii hentikan krn pasien yang mengamali kekambuhan 60%
- Diskusikan dgn pasien dan keluaga dan disetujui kalau pasien merasa tdk ingin dihentikan jangan dihentikan
- Bertahap 25% dr dosis semula setiap bulan
- Dimulai dr OAE bukan yang utama
- Pertimbangan kemungkinan untuk kambuh, tinngi pada: usia tua, epilepsi simptomatik, bangkitan sulit terkontrol dgn OAE, penggunaan lbh dari 1 OAE,
telah mendapat terapi lbh 10 tahun atau lebih cara penurunan lebih panjang bs tiap 2 bulan
RUJUKAN KE SPESIALIS EPILEPSI:
Tidak responsif thd OAE pertama
34
STATUS EPILEPTIKUS
!GAWAT!
35
EPILEPSI
INTRAKTABEL
PEMBEDAHAN
EDUKASI
36
Struktur vertebrae:
Diskus intervertebralis yang disusun oleh anulus fibrosus & nc.pulposus
tdk peka nyeri
Lig. Longitudinale
anterior
Lig. Longitudinale
posterior
Korpus vertebra
dan
periosteumnya
Articulatio
zygoapophyseal
Lig.
Supraspinosum
Fasia dan otot
1 segmen kelainan radikulopati
1 plexus plexopati
SINDROM RADIKULER
DEFINISI
Etiologi:
Kompresi (massa/tumor, abcess, HNP,spondilitis)
Inflammasi/infeksi (herpes zooster)
Diabetes melitus
Trauma
HNP
MANIFESTASI
KLINIS
37
Anamnesis
Identitas (usia, pekerjaan)
Keluhan utama (5W1H): lokasi, sifat nyeri
DIAGNOSIS
HNP CERVICAL
Arah protusi anteroposterior lig.
Longitudinalis
anterior
lebih
renggang
Lebih banyak mengenai Tl. Vertebra
cervical C5-C6, C6-C7
Keluhan nyeri leher, lengan atas
Bisa timbul Gangguan UMN
hiperreflex
Kelainan daerah
servikal, menjalar
smp ke tangan
HNP LUMBAL
Arah Protusi posterolateral karena
lig. Longitudinalis posterior makin
kebawah makin renggang
Lebih banyak mengenai L4-L5 dan
L5-S1
Keluahan LBP nyeri punggung
bawah
Biasanya unilateral
Gangguan LMN hiporeflex /
normal
Jarang terjadi pada thoracal karena gerakan jarang menggunakan thoracal
Anamnesis
- Karakter nyeri, lokasi, factor pencetus
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan darah (DL, Ur/Cr, SGOT/SGPT, Gula darah, albumin)
- Foto rontgent AP/lateral/oblik
- ENMG mengetahui fungsi saraf perifer
- MRI vertebra cervical/ lumbosacral
USIA
Muda
38
Middle age
Lansia
KARAKTER
N
Y
E
R
I
LOKASI
KEJADIAN
Berkurang
Bertambah
TRAUMA
AKTIVITAS
Gejala neuro
Menjalar
Tidak menjalar
Unilateral
Bilateral
Leher
Lengan
Pungung bawah
Malam hari
aktifitas
Mengangkat
lengan
Duduk
Ekstensi punggung
Tdk pakai seatbelt
Olahraga
Nyeri,
kebal,
kekakuan tonus,
gangguan blader
dan
bowel,
demam, BB turun
Pemeriksaan fisik :
Inspeksi (gaya jalan, bentuk tlg belakang)
Palpasi (spasme otot/tenderness)
Perkusi (nyeri ketok )
Pemeriksaan Motoris (Myotome),
Pemeriksaan sensoris (dermatome),
Reflek fisiologis dan patologis (Babinski, open hand, dll)
Tes Provokasi
- Lermitte flexi leher ada nyeri menjalar/ tdk
- spurling sign,valsava,tornequet, Lasseque
Tes provokasi
39
Saat berjalan
Kaku sendi ada/tdk
MRI
Reflek patella
Sama dengan
laseq, ada nyeri
yg menjalar
Reflek achiles
40
Nyeri ketuk
Miotom motorik
Beevor sign untuk melihat kelainan Thorakal T10 ke bawah. Pasien
disuruh seperti sit up, ada pergerakan umbilical atau tidak. Normal tidak
bergerak
41
Dermatom sensorik
42
DIAGNOSA
Diagnosa
Defisit sensoris
Defisit Motoris
Reflek fisiologis
Spinal stenosis
43
BANDING
banding
Lesi pleksus
(plexopathy)
Kumpulan saraf
Lesi saraf perifer
(neuropathy)
Lesi motor
neuron (Alte
Lateral
Sklerosis)
GBS
Defisit bbp
inervasi saraf
parese
menurun
Sesuai dg
inervasi saraf yg
terkena
Normal
parese
menurun
Parese/atrofi
meningkat
Golve stocking
spt kauskaki
Ascending
paralisis
Menurun
TATALAKSANA
NON FARMAKOLOGIS
Bed rest (2-4 hr) jangan terlalu
lama
Terapi ergonomic posisi yg benar
Menurunkan BB bagi obesitas
Menghindari kebiasaan buruk mis
rokok
Spondilitis
Spondylosis degenerative
Spondiliesthesis pergeseran tulang belakang
Lumbo sacral strain peregangan otot/ligament pd lumbal
Tumor myelum extradural keluhan radikuler
Etiologi: Peregangan atau trauma pada ligamen, otot tendon tanpa ruptur atau
avulsi pada cidera ringan
FARMAKOLOGIS
Analgetik ,NSAID
Muscle relaxan mengurangi
spasme otot
Epidural block inj. kurangin nyeri
CERVICAL SYNDROME
ETIOLOGI
Spondylosis cervical (myelopathy)
Mekanik (neck strain, herniasi diskus)
Infeksi (osteomyelitis, meningitis)
Reffered (Thoracic outlet syndrome, Pancoast tumor)
44
DIAGNOSIS
Strain akut ada riw. Trauma mengangkat benda berat dg posis yg salah
Nyeri setempat
Nyeri bertambah hebat bila spasme otot bertambah bisa timbul skoliosis
Pemeriksaan motoris, sensoris, reflek normal
Nyeri bertambah saat aktivitas dan berkurang/menghilang saat berbaring
Foto lumbo sacral normal atau tampak scoliosis
DIAGNOSIS
BANDNING
Ischialgia
SpondilolistesiS
TATALAKSANA
NSAID analgesic
Muscle relaksan
Suntikan lokal
Fisioterapi : strain akut (tirah baring 2 hr latihan fisik aktif terprogram),
kronis pengaturan sikap tubuh
45
Motoris dari
kortex bagian yang
menyilang dan
tidak menyilang
bersatu di cornu
anterior
diteruskan ke
radix anterior
Kl ada kelainan di
cornu anterior
kelainan motoris
MYELOPATI
DEFINISI
ETIOLOGI
DIAGNOSIS
suatu Gangguan fungsi atau struktur dari medula spinalis oleh adanya lesi komplit atau inkomplit
Vaskuler
Infeksi
Obat-obatan
Degenerasi
Radiasi
Tumor
Anamnesis : kelemahan anggota gerak, ggn.
Pemeriksaan fisik:
sensibilitas, BAB,BAK. Onset akut, sebacut, kronis
- parese/plegi tipe UMN (tgt lokasi lesi
progresif (makin memperberat), yg
bisa campuran UMN&LMN)
memperberat/memperingan, Riwayat Penyakit
- hipestesi/anestesia segmental
Dahulu, dll
- ggn.otonom BAB BAK terganggu
Demielinisasi
Trauma
Tidak diketahui
Pemeriksaan Penunjang:
- Laboratorium:kimia darah, LCS
- Pemeriksaan radiologi: foto polos AP/LAT /obliq
- ENMG
- Tes keringat (tes perspirasi )
- MRI
46
DIAGNOSA
BANDING
TATALAKSANA
SINDROM
TRANSEKSI
MEDULA SPINALIS
KOMPLIT
Polineuropati
Komplikasi/penyulit: decubitus, kontraktur sendi, atrofi otot, ISK
Kausal berdasarkan peyebabnya
Simtomatik untuk nyeri beri analgetik
Suportif obat-obat neurotropik
Operatif
Rehabilitatif
Complete spinal cord transection:
- Acute (trauma>>, inflamasi/infeksi <<)
- Progressive (tumor)
Gx klinis:
- Spinal shock tanda spt gjl LMN hiporeflex
- Di bawah lesi ggn.complete (flaccid paralysis/tonus menurun, ggn.semua modalitis sensoris, ggn. Bladder, bowel dan fx sexual)
Spinal automatism (flexor reflex) saat kaki di ekstensikan tiba-tiba flexi sendiri
TRAUMA SERVIKAL
47
Neurogenic bladder
Definisi:
- suatu kondisi abnormalitas fungsi vesika urinaria
akibat kerusakan saraf yang mengontrol
kemampuan vesika urinaria untuk terisi,
menyimpan, dan mengeluarkan urin
Anatomi:
- jaras yg mengatur bladder,bowel dan fungsi sexual
jaras simpatis T12-L1, dan parasimpatis S2-S4
ETIOLOGI:
- Lesi Otak: stroke, tumopr otak, penyakit Parkinson,
hidrosefalus, cerebral palsy
- Lesi medula spinalis: multiple sclerosis,
mielomeningokel
- Lesi sacral cord : tumor sacral cord, herniasi diskus,
injuri yang menyebabkan fraktur pelvis.
- Lesi saraf perifer: DM, AIDS, GBS, Poliomyelitis,
Tabes dorsalis
KLASIFIKASI
- Spastic (reflex/autonomic) neurogenic bladder
spastic incontinensia UMN
Lesi diatas S2-4
Miksi berulang,tdk terkontrol ngompol
Tonus bladder
Menurunnya sensasi
Residual urin sedikit
-
Siringomyelia
TUMOR MYELUM
GEJALA KLINIS:
- Rasa penuh di area kandung lemih
- Mengejan saat miksi
- Sulit memulai kencing
- Tidak dapat mempertahankan aliran kencing
- Tidak lampias saat akhir miksi
48
49
Myelopati transversalis
SINDROM CAUDA EQUINA
Karena idiopatik
Mengenai radiks
AMYOTROPHIC LATERAL SCLEROSIS Atau MOTOR
NEURON DISEASE
50
NYERI KEPALA
DEFINISI
DAERAH SENSITIF
NYERI
PENYEBAB NYERI
KEPALA
KLASIFIKASI
Nyeri kepala, adalah nyeri atau perasaan tidak enak yang terjadi pada daerah superior kepala, yang menyebar pada wajah, gigi, rahang, dan leher.
Intra cranial:
- Sinus venosus, vena cortikal, basal arteri, duramater, nervus V, IX, X, nervus C1-3.
Ekstra cranial:
- Pembuluh darah scalp, otot, isi orbita, mukos nasal dan para nasal, telinga luar dan tengah, gigi dan gusi.
Traksi (tarikan), trombosis, displacement sinus venosus dan cabang kortikalnya.
Iskemik pem. Darah perifer bs pd vena, atau arteri2 kecil
Traksi, dilatasi, inflamasi, pada dura anterior, dan fossa posterior atau arteri intra kranial dan ekstrakranial.
Traksi, displacement atau penyakit pada N V, IX, X dan C1-3.
Perubahan TIK
Penyakit pada jaringan scalp, wajah, mata, hidung, telinga, dan leher.
Primer: tidak pernah ada lesi structural yang menimbulkan nyeri
- Migraine
- Tension type headache
- Cluster
Sekunder: berkaitan dgn penyakit lain trauma, infeksi, dll
MIGRAIN
DEFINISI
FASE MIGRAIN
FAKTOR PENCETUS
MIGRAIN
DEFINISI: Suatu kondisi nyeri kepala paroksismal (sesaat) dan bisa juga konstan yang disebabkan oleh karena gangguan primer otak berasal dari reaksi
neurovasculer pada individu yang memiliki predisposisi genetik
Wanita lebih sering terkena disbanding laki-laki
Resiko meningkat bila ada riwayat keluarga, penyakit raynoud, mengkonsumsi kopi lebih dri 6 cangkir sehari.
Pada wanita, migren sering terkait menstruasi dan menurun saat hamil
FASE MIGRAIN
1. Prodromal
- Gejala iritabilitas, eksitabilitas, hiperaktif atau depresi yang timbul dalam 24 jam sebelum periode nyeri kepala
2. Aura bisa ada bisa tidak
- Visual (zig zag): sprt melihat kilatan cahaya btk zigzag
- Sensorik: kesemutan
- Visual sensorik
- Motorik: rasa tdk nyaman pd sisi sebelah
3. Fase Nyeri Kepala
4. Fase resolusi (lelah, irritable, sulit konsentrasi) mudah marah, sensitive
Hormonal
Menstruasi, ovulasi, kontrasepsi oral, hormonal replacement
Diet (makanan)
Alkohol, MSG, aspartame, coklat, keju tua
Fisik / Lingkungan
Glare, flashing light (terlalu terang atau terlalu gelap), stimulasi visual, fluorescent, odor, cuaca, ketinggian
Psikologis
Stres, cemas, depresi, period after stress
Tidur
Sulit tidur (insomnia), hipersomnia
Drug (efek samping)
Nitrogliserin(antiinfeksi), histamin, reserpin (antihipertensi), hydralazine, ranitidin, estrogen
Lain lain (komplikasi)
Trauma kepala, kelelahan
51
PATOFISIOLOGI
A.
B.
C.
KRITERIA DIAGNOSIS
D.
E.
TERAPI
52
TENSION-TYPE HEADACHE
Muscle contraction headache = psychomyogenic headache = psychogenic headache karna kalau lagi stress kepala berat, leher kaku, bahu capek
DEFINISI
Rasa nyeri dalam, seperti tertekan berat atau terikat erat, umumnya bilateral yang pada awalnya timbul secara episodik dan terikat dengan stres tetapi
kemudian nyaris setiap hari muncul dalam bentuk kronis, tanpa ada lagi kaitan psikologis yang jelas
TTH episodik yang infrequent (pericranial tenderness +/-)
TTH episodik yang frequent (pericranial tenderness +/-)
KLASIFIKASI
TTH episodik kronik
Probable TTH
Disfungsi oromandibular
Nyeri kepala sebagai delusi
Stress psikologis
Stress otot
ETIOLOGI
Anxietas
Drug overuse (analgetik) sering minum obat suatu saat tidak mempan malah jd
sakit kepala
DepresI
Kontraksi otot perikranial berkepanjangan karna tegang otot
Teori vaskuler penyempitan A. Temporalis superfisialis raba berdenyut sekitar pelipis
PATOFISIOLOGI
Teori Humoral penurunan platelet 5-HT
Posture tubuh dan kelainan dinamika dari gerakan
TTH Episodik Infrequent
TTH EPISODIK FREQUENT
TTH KRONIK
A. Minimal 10 episode serangan rata-rata < 1 hari A. Minimal 10 episode serangan dalam 1-15 A. A. Timbul 15 hari/bulan, berlangsung > 3
/ bulan (< 12 hari / tahun) dan memenuhi
hari/bulan paling tidak selama 3 bulan (12-180
bulan ( 180 hari /tahun) dan memenuhi
hari/tahun) dan memenuhi kriteria B D
kriteria B D
kriteria B D
B. Nyeri kepala berlangsung 30 menit sampai 7 B. Nyeri kepala berlangsung 30 menit sampai 7 B. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau
hari
terus menerus
hari
C. Minimal disertai 2 gejala khas:
C. Minimal disertai 2 gejala khas:
C. Minimal disertai 2 gejala khas:
- Lokasi bilateral
- Lokasi bilateral
- Lokasi bilateral
KRITERIA DIAGNOSIS
- Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
- Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
- Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
- Intensitasnya ringan atau sedang
- Intensitasnya ringan atau sedang
- Intensitasnya ringan atau sedang
Menit: 25
- Tidak diperberat oleh aktivitas rutin
- Tidak diperberat oleh aktivitas rutin
- Tidak diperberat oleh aktivitas rutin
seperti berjalan atau naik tangga
seperti berjalan atau naik tangga
seperti berjalan atau naik tangga
D. Tidak didapatkan:
D. Tidak didapatkan:
D. Tidak didapatkan:
- Mual dan muntah (bisa anoreksia)
- Mual dan muntah (bisa anoreksia)
- Lebih dari 1 keluhan: fotofobia, fonofobia
- Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau
- Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau
atau mual ringan
fonofobia
fonofobia
- Mual sedangg atau berat, maupun
- Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain
muntah
- Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain
Terapi farmakologis
Terapi Nonfarmakologis
- Pada serangan akut tidak boleh > 2 hari / minggu
- Kontrol diet
Analgetik
- Terapi fisik
Caffein (adjuvan)
- Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif, ergotamin
PENGANGAN
Kombinasi Biasanya dicampur parasetamol + kafein
Medication Overuse Headache
Ada depresi campur antidepresan puyer
- Terapi perilaku posisi duduk, tidur
Terapi preventif TTH Kronik
53
CLUSTER HEADACHE
GEJALA KLINIK
PATOFISIOLOGI
KRITERIA DIAGNOSIS
TERAPI
Merupakan salah satu bentuk sefalgia otonomik trigeminal berhubungan dgn n. trigeminus
Profil nyeri kepala unik
Periodisitas +
Gejala otonomik +
Jarang, 0,4 % populasi umum
Rasio laki-laki : perempuan = 5 : 1
Onset mendadak, eksplosif nyeri hebat sekali
Unilateral (mencapai puncak dalam 10-15 menit dan berlangsung hingga 2 jam)
Seperti dibor di belakang mata, biji mata spt mau keluar, spt dibakar, menetap, kadang keluar air mata
Frekuensi 4-6 serangan dalam sehari jd serangan lalu hilang, bbrp jam kemudian serangan lagi (periodic)
Periodisitas serangan pada musim tertentu (musim gugur, semi dsb)
Sering timbul malam hari tepat setelah tertidur(fase REM) atau timbul pada waktu yang tetap
Disertai gejala otonom
Aktivasi sistem trigeminovaskuler vasodilatasi A. Ophtalmika saat serangan nyeri
Vaskulitis venous pada sinus cavernosus gx otonom
Gangguan biologic clock perubahan irama sekresi melatonin, kortisol, testosteron, prolaktin gangguan circadian pacemaker aktivasi sistem
trigeminovaskuler : makanya tjd saat tidur
A. Minimal 5 serangan yang memenuhi B-D
DIAGNOSIS BANDING
B. Nyeri kepala hebat atau sangat hebat pada orbita, supra orbita atau
- Glaucoma akut
temporal unilateral, selama 15-180 menit bila tidak diobati jarang
- Arteritis temporalis
sampai 3 jam, makanya kebanyakan saat ke rs sudah tdk ada
- Opthalmoplegik migrain
- Tolosa hunt syndrome
serangan
C. Disertai minimal 1 dari:
- Conjunctival injection mata kemerahan dan atau lacrimasi
ipsilateral mata berair pd sisi sakit
- Kongesti nasal dann atau rhinorhea ipsilateral hidung
tersumbat
- Edema palpebra ipsilateral
- Keringat pada dahi dan wajah ipsilateral
- Miosis dan atau ptosis ipsilateral krn mata edema
- Perasaan kegelisahan atau agitasi
D. Frekwensi serangan dari satu kali setiap 2 hari sampai 8 x/hari
E. Tidak berkaitan dengan gangguan lain
Oksigen 100% 6-8 l/menit selama 10-15 mnt
Preparasi oral tidak efektif
Dehidroergotamin 0,5 1,5 mg iv diulang tiap jam biasanya dipakai
Sumaptriptan 6 mg Subkutan
Ergotamine 1 2 mg oral / supp (kurang efektif)
Lidocaine tets hidung 4%
TERAPI PROFILAKSIS: Ergotamin, verapamil, lithium, kortikosteroid, metisergid, asam valproat
54
ARTERITIS TEMPORALIS
GEJALA KLINIS
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATALAKSANA
VERTIGO
DEFINISI
Vertigo = memutar, adanya ilusi gerakan yang spt rasanya diri kita/lingkungan yang berputar
Vertigo adalah rasa gerakan dari tubuh, atau obyek-obyek disekitarnya yang bersangkutan dengan Alat Keseimbangan Tubuh ( AKT )
3 jenis reseptor:
- Sel rambut dari krista dan otolit (vestibulum)
- Sel cone dan rod retina (otot)
- Sel raba kulit sendi tendon (proprioseptik)
Dizziness /vertigo terbagi menjadi:
Sistem keseimbangan
Fisiologis
Mabuk gerakan
Mabuk angkasa
Vertigo ketinggian
Patologis
- Vestibuler (true vertigo) benar2 merasa berputar
Perifer, misal: BPPV, neuritis, menieres
Sentral : Stroke infark brainstem, Vertebrobasilar insuff, epilepsi,
tumor antara cerebellum dan pons
- NonVestibuler tdk tjd gangguan keseimbangan
Syncope
Disequilibrium
55
Psikogenik
Teori sinaps
PATOFISIOLOGI
56
DIAGNOSIS
PATOFISIOLOGIS
PENYAKIT MENIERE
Vertigo episodik
Pendengaran menurun, fluktuatif, progresif ,
frekuensi rendah
Tinitus ada suara berdenging
Rasa penuh dan tertekan di telinga
ETIOLOGI
Ggn lokal cairan dan elektrolit Pd telinga
Ggn ductus / saccus endolymph
Berkurangnya pneumatisasi dari mastoid dan
hipoplasi akuaduktus vestibuler
Ggn regulasi otonom sistem endolimph
Ggn vaskularisasi telinga dalam
Alergi lokal telinga dalam
Penumpukan komplex imun di cairan endolimph
NEURITIS VESTIBULARIS
GEJALA
Vertigo horisontal / rotatoar, durasi bbrp
hari smp minggu
Memberat dg perub posis kepala (65%),
tanpa perubahan posisi kpl jg bs
Terjadi saat bangun tidur
Oscilopsia
Gait disturbance gaya berjalan
sempoyongan
Postural imbalance tdk bs seimbang saat
berdiri
Nausea, vomiting
Pendengaran menurun (-) krn bkn
ditelinga
PEMERIKSAAN KLINIS
Khas: hipofungsi vestibuler unilateral
Halmagyi-Curthoys head impulse test
Tes Kalori
Evaluasi nistagmus spontan
Tes Romberg
ETIOLOGI
Herpes Simplex Virus type 1 (HSV-1)
57
TERAPI
Penyakit sistemik
Genetik
Virus
Trauma kapitis
Psikologis
Terapi farmakologis
- Anti vertigo
Diuretik : HCT 50 mg/hr krn ada ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit
Steroid sbg anti inflamasi; prednison 80 mg
/ hr 7 hari tappering bertahap
KCl kl ada hipokalemi
Terapi nonfarmakologis
Hindari trigger
Terapi adaptasi
Terapi bedah
Kausatif:
Antiinflamasi steroid
Methylprednisolon 32 mg/hari selama 10
hari tappering off
Hidrocortison 500 mg iv, diturunkan 100
mg tiap 2 hari
Valacyclovir 3x1000 mg 7 hari
(kontroversi)
Simtomatis: anti vertigo
Rehabilitasi vestibuler: Cawthorn-Cooksey
exercise jongkok duduk, berdiri duduk
Latihan adaptasi
58
POLINEUROPATI
Definisi
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EMG NCV melihat kecepatan hantar syaraf
Lab mencari penyebab
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Medika mentosa:
- Vitamin neurotropik pada deff. Vit dan dm
- Analgesic
- Analgesic adjuvant
Rehab medis
Terapi penyebab
- DM: beri amitriptilin (DOC)
Nyeri pergelangan tangan dapat menjalar ke jari 1,2,3 hingga ke lengan atas
malam hari karena malam hari lebih dingin, lebih mudah menyebabkan
edema
Kesemutan/hilangnya sensari jari 1,2,3 dan separo medial jari ke 4
Berat: Atrofi otot abductor pollicis brevi,
Kelemahan otot-otot thenar, smp tdk bs digerakan indikasi operasi
Gejala klinis: terbangun malam hari, kesemutan saat nyetir
Pemeriksaan fisik
- Tes phalen (fleksi kedua pergelangan tangan) kesemutan / nyeri
menjalar
- Tes tinnel
Perkusi (pakai palu reflex) N. medianus di pergelangan tangan nyeri
menjalar / kesemutan
EMG NCV :
- Prolonged distal latency (motorik/sensorik)
- Potensial reinervasi polifasik: M. APB
Penunjang lain: USG (tdk rutin)
Simtomatik:
- Istirahatkan sementara dari pekerjaan yang banyak menggunakan
tangan, bila perlu bebat pergelangan tangan
- Analgetik
- Kortikosteroid fase akut
- Roborantia
- fisioterapi
Bedah dekompresi atrofi, kelemahan, nyeri tak tahan
Terapi: kelainan sistemik yang mendasari (bila ada)
MYASTHENIA GRAVIS
RANGKUMAN BLOK SYARAF & PERILAKU | SITI FARHANAH AULIA
59
DEFINISI
ETIOLOGI
Polyradikuloneuropati radix kena dan saraf tepi kena, kanan dan kiri
Penyakit saraf perifer difus yang onsetnya akut, simetris, ascending
polyneuropathy yang biasa terjadi 1-2 minggu stlh infeksi
Biasanya pasien diawali kesemuta ujung jari kaki dan tangan 4 jam
kemudian kelemahan kedua kaki 6 jam kemudian kelemahan jari
tangan 12 jam kemudian gagal nafas
Proses inflamasi akibat autoimun
- Post infeksi: campylobacter jejuni (gastritis) , CMV, FBV,
enterovirus
- Post vaksinasi
moleculer mimicry
Kelainan neuromuscular
Kelainan pd post sinaps dari neuromuscular junction adanya gangguan
reseptor asetil kolin
Asetil kolin yang ada pd celah sinaps terdegradasi sebelum masuk ke post
sinaps sehingga post sinaps tdk bs berkontraksi kelumpuhan
Atau produksi asetil kolin berkurang
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS
Anamnesis :
60
EMG NCV
PENATALAKSAAN
KOMPLIKASI
UMUM:
- ABC
- Observasi ketat tanda gangguan otonom
- Gagal nafas bila perlu ventilator
- Latihan pernafasan
- Mobilisasi bertahap
- Nutrisi dan cairan
- Neurotropik
KHUSUS
- Pemberian IvIg Imunoglobulin 24 jam pertama menghambat
progresifitas tidak menyembuhkan
- Plasmapheresis plasma diganti
- Steroid : tidak manfaat
Gagal nafas menyebabkan kematian tp jarang kl segera ditangani
Retensi urin
Kegagalan otonom yang lain
Gangguan elektrolit
Sekunder infeksi
Relapse jarang terjadi, namun dpt tjd recurensi
61
K
O
G
N
I
T
I
F
ATENSI kemampuan memfokuskan pada stimulus tertentu dan mengabaikan yang lainnya
KONSENTRASI kemampuan mempertahankan atensi selama beberapa waktu
Pemeriksaan Atensi: Observasi, digit reversal (20-1), month in reverse order (des-jan), digit span
DEFINISI: Proses mental yang memungkinkan seseorang untuk menyimpan pengalaman dan persepsi untuk diingat kembali (retrieval) beberapa saat
kemudian.
- Recall : mengambil kembali/mengingat
- Recognition:
PUSAT MEMORI: Prinsip diatur struktur dari sistem limbik termasuk amigdala, hipokampus, nukleus septal, anterior cingulate gyrus, serta hypothalamus
Proses penyimpanan memori: system limbik terdiri dari area neocortical dan area kortikal berhubungan di sirkuit papez komunikasi antar struktur
mesensefalon, diensefalon, neorkortikal hipokampus sangat penting dalam belajar dan memori apbl tjd lesi menimbulkan sindrom amnesti
Sirkuit papez:
Hipokampus fornix korpus mamilare nucleus anterior thalami gyrus cinguli-cingulum kmbl ke hipokampus
Durasi memori:
input sensori
sensory
memory
atensi
short term
memory
disimpan
long term
memory
MEMORI
Akan hilang
apbl tidak
ada atensi
JENIS MEMORI
Memori primer :
Memori sekunder :
kandungan memori primer hanya berada dalam kesadaran secara singkat
kebalikan dari memori primer, memungkinkan seseorang untuk menggali
setelah impresi sensorik yang menimbulkannya tidak ada lagi (Memori Jangka kejadian atau keadaan sebelumnya yang telah menghilang dari kesadaran
Pendek (STM)).
(Memori Jangka Panjang (LTM)).
62
GANGGUAN MEMORI
AMNESIA
63
Jenis A FASIA
BAHASA
VISUOSPASIAL
FUNGSI
EKSEKUTIF
Bahasa berasal dr pengelihatan, pendengaran masuk ke area wernick diasosiasikan di area 41,42
dikirim ke area broca (Bahasa 44)
Fluensi
Pemaha man
Penamaan
Membaca
Menulis
Keteranga n
Auditorik
Broca s (motorik)
WERNICKES (sensorik)
Konduk si
Anomik
Transkortikal motorik
Transkortikal sensorik
Transkortikal campura n
Global
DEMENSIA
DEFINISI
Pengulangan
+/-
Pemeriksaan visuospasial:
CLOCK DRAWING TEST (CDT)
VISUOSPASIAL
FUNGSI EXECUTIVE (PLANNING, ABSTRAK)
64
Mudah-lupa
Age Associated
Cognitive Decline
(AACD )
c/Usia 60 th lupa
taruh kunci
Etiologi
KLASIFIKASI
Gangguan Kognitif
Ringan
Mild Cognitif
Impairment (MCI)
Demensia
(Alzheimer)
Kriteria:
- Terdapat gangguan memori terutama memori jangka pendek
(recent memory).
- Fungsi memori abnormal untuk usia dan pendidikan.
- Aktivitas sehari-hari normal.
- Fungsi kognisis umum normal (MMSE 24).
- Tidak ada demensia (kepikunan).
DEMENSIA NEURODEGENERATIF
PENYAKIT ALZHEIMER
Demensia degeneratif paling banyak
Prevalensi : 47% diatas 85 tahun
Defisit memori 95% kasus, penurunan perhatian, proses
visuospasial, fx eksekutif.
Gangguan ADL, incontinensia uri
65
Gx psikiatri
Patofisiologi
- Genetika
2% - 5% kasus, autosomal dominan
Peningkatan akumulasi protein amyloid (A )
- Sporadik
Gejala muncul pada usia > 60 tahun
Melibatkan Faktor genetik dan lingkungan
DIAGNOSIS
Patologi
- Adanya plak amyloid (neurotoxic( ,kekusutan
neurofibril,pengurangan neuron
- Pe kadar ACH
- Sistim neurotransmiter lain juga terganggu
ANAMNESIS
- Pada pengasuh dan penderita.
- Penurunan fungsi kognitif (mendadak, progresif lambat)
- Perubahan perilaku dan kepribadian.
- Riwayat medik umum :
infeksi kronik (HIV,sifilis), gangguan endokrin (hiper/hipo thyroid,
DM), merokok, penyakit jantung, hipertensi, hiperlipidemia, dan
aterosklerosis.
- Riwayat neurologik
stroke, trauma, infeksi, epilepsi, tumor, hidrosefalus
- Riawayat keracunan
insektisida, pestisida, alkohol
Pemeriksaan fisik umum
- keadaan umum, tanda TIK
Pemeriksaan neurologik
- gangguan motorik (pikun bukan disebabkan alzheimer tp krn
struk), sensorik, autonom, penglihatan, pendengaran,
keseimbangan, tes regresi (reflek palmomental, glabella,
grasphing)
Pemeriksaan Neuropsikologik
- MMSE, CDT, ADL, IADL
TES REGRESI
MMSE
- Salah satu Tes fungsi kognitif yang singkat ( 5-10 menit )
- Meliputi 5 area /domain fungsi kognitif. Terdiri 11 pertanyaan /
penilaian
- Merupakan tes kuantitatif ada skor nya
- Bukan tes diagnostik tetapi untuk :
Tes Penapisan yg obyektif pada ggn.fungsi kognitif
screening
Menentukan ada / tidak ada , dan beratnya ggn kognitif
Pemeriksaan serial evaluasi perubahan fungsi kognitif.
Area / domain kognitif
1
ORIENTASI
1. Sekarang ( tahun ), (musim), (bulan),
(tanggal), (hari ) apa?
2. Kita berada dimana (negara), (propinsi),
(kota), (rumah sakit) (lantai /kamar )
REGISTRASI
Sebutkan 3 nama benda ( Apel, Meja,
Koin ), tiap benda 1 detik, kemudian
pasien disuruh mengulangi ketiga nama
benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda
yang benar. Ulangi sampai pasien dapat
menyebut dg benar dan catat jumlah
pengulangan.
Skor mak.
Jwb 5=5
Jwb 2=2
Skorpx
..
..
Jwb 5=5
..
3
66
1
1.
2.
3.
4.
BAHASA
1. Pasien di suruh menyebut nama benda
yang ditunjukan (pensil,kacamata).
2. Pasien disuruh mengulang kalimat :
Namun, tanpa, dan bila.
3. Perintah Verbal. Ambil kertas ini
dengan tangan kanan anda, lipatlah
menjadi dua dan letakan di lantai
4. Pasien disuruh membaca dan
melakukan perintahnya.
PEJAMKAN MATA ANDA
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium faktor etiologi
- Neuroimaging (neuroradiologi)
- Ct scan /MRI lesi struktural
- SPECT/PET Scan lesi fungsional
- EEG non spesifik ( adanya perlambatan umum)
- Pemeriksaan genetik
..
5
..
1
3
Skor mak.
BAHASA
5. Pasien disuruh menulis secara spontan
6. Pasien disuruh menggambar bentuk
dibawah ini.
..
...
TOTAL
30
Skorpx
..
67
Memperlambat
progresifitas
antioksidan,
gingko biloba
Edukasi
pengasuh
Latihan khusus
fungsi kognitif
TERAPI
Menurunkan
gejala penyakit
tgt penyebab kl
struk terapi
struknya
Modifikasi
tingkah laku
Urutan
Instruksi
Hasil Instruksi
Nilai
68
GANGGUAN GERAK
Penyebab
CORTEX CEREBRI
Glutamate
Glutamate
Mengeluarkan glutamate
PUTAMEN
Indirect
Enk
GABA
DOPAMINE
G. Palidus
externa
INHIBITORY
GABA
EXCITATORY
Subthalamicus
Substansia Nigra
Pars compacta
Glutamate
HIPERKINETIK
Direct
GABA
SP
G. Palidus
interna
Thalamus
GABA
Substansia
Nigra
PPN
HIPOKINETIK
PARKINSON
69
GEJALA KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Normal
KOMPLIKASI
Atrofi putamen
& nukleus
kaudatus pada
PD
Diskinesia
- Hipotensi ortostatik (10-20% PD)
- Hiperhidrosis
Gangguan seksual
70
TATALAKSANA
Gerakan osilasi ritmik, selang seling otot antagonis dan agonis, sinusoidal dan teratur.
Insiden >> sesuai usia
Resting Tremor
KLASIFIKASI
Action Tremor
Isometric Tremor saat kontraksi otot volunter melawan tahanan.
CHOREA
gerakan involunter teratur, singkat, sentakan, berpindah dari satu bagian tubuh ke bagian lain.
ATHETOSIS
chorea namun lambat (seperti menggeliat), berulang-ulang.
BALLISM
merupakan bentuk chorea yang kasar, amplitudo tinggi, seperti melempar.
gangguan gerak tiba-tiba, singkat spt sentakan
myoclonus (+): pd saat sedang ada gerakan otot
myoclonus (-): tjd hentian saat gerak
Gerakan (motorik) / suara (vokal) ,involuntar,tiba-tiba, singkat,berulang,tanpa tujuan (inappropiate), nonritmik, sering melelahkan dan intensitasnya bervariasi.
DEFINISI
TREMOR
Gerakan
involunter
hiperkinetik
MYOCLONUS
TIC
TOURETTE
SYNDROME
71
DEFINISI
DEMENSIA
72
- Mempertahankan, dan
- Mengalihkan perhatian
Gangguan berbahasa
Gangguan psikomotor prilaku
Hipo Tidur terus atau hiperaktivitas
Agitasi gelisah
Pengalihan aktivitas yang tak terduga dari satu ke yang lain tiba-tiba
bangun/mukul
Waktu reaksi yang memanjang perubahan perilaku lama
73
Gangguan Emosi
Bisa didapatkan gangguan emosi: Iritabilitas sensitive/mudah tersinggug,
bingung, cemas, apatis, depresi, dst.
ETIOLOGI
Gangguan SSP
Gangguan metabolik
Penyakit sistemik
Medikasi
Preparat2 lain
Botanical
Cardiac
Pulmonary
Endokrin
Hematologi
Renal
Hepatic & neoplasm
Penyalahgunaan obat2an dan
keracunan
74
DIAGNOSIS
BANDING
PENATALAKSANAAN
Demensia
75
Anti depresan
76
PATOLOGI ANATOMI
TIPE SEL
Neuron (berbagai
tipe)
PERUBAHAN PATOLOGIS
Nekrosis, biasanya liquefactive
Astrosit
Oligodendroglia
Microglia
Ependymal cells
PENYEBAB
Anoxia, iskemik
Hipoglikemi
Toxin, termasuk obat2an
Metabolit
Agen infeksi
Neoplasia
Trauma
Cedera Axonal
EFEK
Kehilangan fungsi neuron
Neuron tidak bisa membelah dengan mitosis
Penyakit Alzheimer
Lipid storage disease
Mucopolysaccharidoses
Picks disease
Parkinsons disease
Rabies
Degenerasi, hilang
Proliferasi (nonneoplastic)
Neoplasia
Degenerasi, hilang
Cytomegalovirus
HSV
Papovavirus
Toxic: hepatic failure infraction
Berbagai cedera
Astrositomas
Demyelinating disease
Neoplasia
Proliferasi da aktifasi
Oligodendroglioma
Neuronal necrosis atau demyelinasi
Neoplasia
ependyoma
77
EDEMA SEREBRI
DEFINISI
HERNIASI
HIDROSEFALUS
KLASIFIKASI
MORFOLOGI :
- Makro: otak lunak, bengkak, girus
mendatar, kompresi ventrikel
- Mikro : Jar. bervakuol (berongga) kecilkecil, sel endotel distensi, kapiler
obliterasi, mielin rusak
A. EDEMA VASOGENIK menyangkut pemb.
A. SUBFALSIN
Darah
girus singulata mengalami herniasi di bawah falx
Akumulasi cairan ekstravaskuler
Menekan A. serebral anterior infark
- sekunder krn permeabilitas kapiler
Akibat hidrosefalus :
- Non-communicating hidrosefalus
sumbatan dimana-mana di sepanjang sistem
ventrikuler, aquaduktus atau foramen
78
meningkat
sering pd:
Cerebro vascular accidents / trauma
Tumor
otak menjadi berat / bengkak / melunak
sering mengenai substansia alba bnyk
pemb darahnya
B. TONSILER
Tonsil serebelar herniasi melalui foramen magnum
Kompresi medulla ablongata
Gangguan pusat kardiorespirasi
B. EDEMA SITOTOKSIK
Sekunder krn gangguan regulasi cairan di sel
Terjadi anoksia / gangguan toksik / metabolik
Cenderung melibatkan substansia grisea
Monro
Komunikasi ruang subarachnoid (-)
Communicating hidrosefalus
obstruksi aliran CSS di sepanjang arakhnoid /
tempat resorpsi cairan
C. EDEMA INTERSTISIAL
Transudasi cairan dari sistem ventrikular (melalui
ependima)
Khas pd peningkatan tekanan intrakranial
KENAIKAN TIK
STADIUM
PENYEBAB
I. Stadium kompensasi
Space occupying mass lesion pd parenkim
otak
Stadium
kompensasi
ruang
:
- Mis. tumor, abses, hematoma
Berkurangnya ruangan CSS di dalam dan
sekitar otak
Proses difus
- Mis. edema serebri, ensefalitis,
Atrofi tekanan pada otak
hemoragik subarachnoid
Volume darah berkurang (di dalam sinus
Volume CSS meningkat
intrakranial)
- Mis. hidrosefalus
II. Stadium dekompensasi
Herniasi dan distorsi otak
Tekanan darah meningkat
Nadi lambat
III. Stadium vasomotor paralysis
Kerusakan neuron progresif
GEJALA KLINIS
AKIBAT
Edema papil: penumpukan aksoplasma Pergeseran intrakranial & herniasi
dalam papilla optik
Komplikasi sekunder
- Kerusakan vaskuler
Mual dan muntah: Menekan sentral
muntah pd pons dan medulla oblongata
- Penekanan V. sentralis retina
edema papil
Nyeri kepala: Penekanan dan distorsi
- Kerusakan N. intrakranial (N. III dan
reseptor nyeri
VI)
Kesadaran
- Paralisis mata
- Obstruksi aliran CSS
- Perubahan tulang kepala
Efek sistemik (krn penekanan pd
hipotalamus)
- Hipertensi dan bradikardi
- Edema pulmo
- Ulserasi
gastrointestinal
dan
perdarahan traktus urinarius
- Pankreatitis akut
Hidrosefalus
79
PENYAKIT SEREBROVASKULER
PERDARAHAN
INTRA
PARENKIMAL
PERDARAHAN
SUB
ARACHNOID
80
MORFOLOGI
Sel yg plg rentan :
- Neuron
HIPOKSIA
- Sel purkinje
Bila sembuh sumbatan dihilangkan, aliran
darah lancar disebut gliosis
infark non-hemoragik (anemik)
muncul 48 jam sbg edema otak lunak yg
pucat kmdn mencair (rongga berisi cairan
INFARK
yg mengandung makrofag dilapisi sel glia
reaktif)
infark hemoragik ekstravasasi
Hemangioma kavernosa
Kelainan bentuk Pemb. darah sangat melebar & renggang
dgn dinding tipis
>> pd serebelum, pons & daerah subkortikal
Teleangiektasia kapiler
Pemb. darah berdilatasi dgn dinding tipis
>> pd pons
Multiple Sclerosis
Klinis :
Mendadak timbul gangguan saraf lokal
Kemudian sembuh spontan
Kelemahan anggota badan, parastesia
Neuritis optik, vertigo
PENYAKIT DEGENERATIF
Penyakit degeneratif korteks serebral
Penyakit Alzheimer
- Biasa mulai usia 50 tahun
- Kemunduran perlahan fungsi
intelektual, mood & tingkah laku
- Lanjut : disorientasi, memori hilang,
afasia
81
Parkinsonisme
a. Penyakit Parkinson Idiopatik
(IDP)
b. Palsi supranuklear progressif
c. Atrofi sistem multipel
2. Huntingtons disease
82
PATOLOGI KLINIK
CAIRAN SEREBROSPINAL
DEFINISI
LCS : merupakan hasil sekresi
plexus choroidalis melalui
transport aktif dan ultra
filtrasi.
Hasil produksi: 20 ml/jam
Vol. Pada bayi: 10-60 ml
Vol. Orang dws: 150-200 ml
CARA PENGAMBILAN
Tindakan harus asepsis dan
steril, melalui :
- Cavum subarachnoid L4
L5
INDIKASI
Diagnosis
meningitis
(bakteri/
jamur/amoeba)
Diagnosis perdarahan
(subarachnoid/
intracerebral/ infark)
Kelainan neurologis
Evaluasi
Pemberian
obat
MAKROSKOPIK
warna:
MIKROKSOPIK
Hitung sel :
KONTRA INDIKASI
Tekanan intrakranial meningkat (anamnesis,
dan palpasi palpebra superior)
Koagulopati
Trombositopenia
Sepsis infeksi menyeluruh
Gangguan respirasi karna pd posisi
menelungkup akan semakin parah sesaknya
Hipertensi dgn bradikardia krn kl TD , TIK
jg
Skoliosis/kiposis banyak pd usia sekolah
KIMIAWI
EFEK SAMPING
Nyeri kepala
Mual,muntah
Parestesi kedua tungkai
Trauma medula spinalis
Infeksi Hernia serebral
83
Collaps
Dehydrasi berat
Hyper osmolality akut
Blocking spinal sub
arachnoid
- Tekanan LCS meningkat
pada :
Infeksi selaput otak
Obstraksi akut dari
V.C.S
Obstraksi oleh
Trombosis intra
cranial
Hypo osmolality akut
Kegagalan reabsorbsi
LCS
Tumor, abses
Edema cerebral
Perdarahan
intra cranial
Protein kuantitatif :
1 cc LCS + 3 cc as.sulfosalisilat Kekeruhan yang timbul dibaca
spektrofotometer dan dibandingkan dengan tabung-tabung standar yg sdh
diketahui nilainya
Nilai normal < 45 ml/dl
7.
Hitung jenis :
- cara :
1. Putar LCS 1500-2000
rpm selama 10 menit
2. Sedimen dibuat
sediaan hapus
3. Pulas dengan Wrigth
atau Giemsa
4. Hitung 100 sel lekosit
- HASIL Hitung jenis :
Limfosit Infeksi kronis
PMN Infeksi akut
Glukosa
cara :
- LCS yang diperiksa harus segar
- diperlukan 0,1 cc cairan
- harus disertakan penilaian glukosa darah
- tidak boleh memakai tes carik celup
- Kadar normal 50-80 mg/dl
Indikasi pemeriksaan glukosa : bila dicurigai adanya meningitis
Chlorida
- kadar normal 720-750 mg/dl
- indikasi pemeriksaan : bila dicurigai adanya meningitis
Enzym, dibandingkan dgn enzim didarah
- enzym yang dapat diperiksa pada cairan otak adalah :
LDH (laktat dehidrogenase)
GOT (Glutamik oksalat transaminase)
GPT (glutamin pyruvic transaminase)
Pemeriksaan kimia untuk meningitis TBC :
- Test Triphtophan, cara :
siapkan 2-3 cc cairan otak dalam tabung reaksi
tambahkan 15 cc asam hidrochlorida pekat dan 2-3 tetes larutan
formaldehid 2%, kocok biarkan 5 menit
tambahkan beberapa cc larutan natrium nitrit
0,06% dalam air
perhatikan adanya lapisan cincin violet pada perbatasan kedua
cairan hasil positif pada penderita meningitis TBC
- Test Levinson, cara :
sediakan 2 tabung reaksi kecil, isi dengan 1 cc
LCS
tabung 1 tambahkan 1 cc larutan merkurichlorida
2%ndan tutup
tabung 2 tambahkan 1 cc larutan asam sulfosalisat 3% dan tutup
diamkan kedua tabung selama 24 jam pada suhu kamar
perhatikan endapan yang terbentuk
hasil : bila endapan 1>2 berarti meningitis Tb dan bila endapan 2>1
84
meningitis purulenta.
FARMAKOLOGI
OBAT OTONOM
ANATOMI SYARAF
OTONOM
FISIOLOGI SYARAF
OTONOM
KOLINERGIK
ADRENERGIK
Fungsi asetilkolin esterase: dpt digunakan utk pengobatan dengan cara dihambat
85
RESEPTOR
PENGGOLONGAN
reuptake
Muskarinik
Tipe M1: di ganglia dan kelenjar
mis: apbl diberi obat kolinergik
sekresi kelenjar ludah meningkat
Tipe M2: di jantung
Tipe M3: di otot polos dan kelenjar
Reseptor M1 dan M3 kontraksi
oto polos dan sekresi kelenjar
Reseptor M2 kronotropik
(frekuensi)
dan
inotropic
(kekuatan kontraksi) negatif
Reseptor : 1 dan 2
Aktivitas di kontraksi pembuluh
darah kulit dan daerah splanknikus
TD
Contoh: anastesi sirkumsisi ada
campuran adrenalin untuk
vasokonstriksi pem darah
Reseptor : 1 dan 2
Mempercepat denyut jantung (1)
Memperkuat denyut jantung (1)
Melebarkan pembuluh darah otot
rangka
TD sistolik , TD diastolik
Relaksasi bronkus (2)
Distiribusi reseptor:
1: jantung dan sel juxtaglunerulosa
(menghasilkan
renin)
meningkatkan TD
2: Otot polos (bronkus, sal cerna,
sal kemih), otot rangka dan hati
3 : Jar lemak
86
RESPON
Menghasilkan histamin
87
AGONIS KOLINERGIK
KLASIFIKASI
INDIKASI
EFEK SAMPING
KONTRA
INDIKASI
AGONIS MUSKARINIK
Asetilkolin
- Mrpk neurotransmiter di sinaps dan akhiran saraf simpatis,
parasimpatis dan somatic
- Tidak bermanfaat sec klinis krn efek sangat luas, masa kerja
sangat singkat dan tdk dpt diberikan per oral
Metakolin
- Lebih bermanfaat krn masa kerja lebih panjang krn affinitas thd
asetilkolinesterase kcl pengerusakannya kcl shg bertahan lama
Karbakol dan Betanekol
- Masa kerjanya sangat panjang krn sama sekali afinitas thdp
asetilkolinesterase tidak ada
Alkaloid Kolinergik
Muskarin, pilokarpin dan arekolin
Miosis supaya aliran cairan bola mata lancar pd glaukoma
Setelah pemberian atropine efek lama sehingga harus diberikan
obat yg berefek miosis
Atonia saluran cerna
Atonia pasca bedah supaya bs kentut
Atonia lambung (gastroparesis)
Atonia kandung kemih
Berkeringat
Hipersalivasi
cramp perut bs mules-mules
Asmabronkial karena menyebabkan bronkokonstriksi
Hipertiroid
ANTIKOLINERGIK
88
insufisiensi koroner
ulkus peptikum karena sekresi asm lambungnya akan meningkat
MEKANISME
KERJA
KLASIFIKASI
FARMAKO
KINETIK
INDIKASI
ANTIKOLINESTERASE
Hambat enzim asetilkolinesterase, efek yg timbul mrpk efek Ach
endogen
Reversibel:
- Fisostigmin
- Neostigmin
- Piridostigmin
- Edrofonium
Irreversibel :
- Isoflurofat
- Insektisida organofosfat
Fisostigmin diserab baik per oral
Fisostigmin dan atropin tts mata dpt berefek sistemik
Prostigmin absorbsi oral tdk baik
Insektisida organofosfat absorbsi baik dari semua rute kl ada
pasien yg meminum baygon gjlnya: sesak nafas, tdk sadar,
muntah, mual, mules, kejang, pupil miosis, mulut berbusa
hipersalivasi, berkeringat
Atoni otot polos : prostigmin
Miotika:
- Funduskopi
- Glaukoma
Fisostigmin, DFP
Diagnosis & Terapi Miastenia Gravis Prostigmin, piridostgmin
Alzheimer kekurangan ACH di ssp : Takrin
Intoksikasi: Insektisida organofosfat
AGONIS ADRENERGIK
FARMAKO
KINETIK
KONTRAINDIKASI
INDIKASI
ANTAGONIS ANDRENERGIK
89
EPINEFRIN
NOREPINEFRIN
ISOPROTERENOL
KERJA LANGSUNG
Berinteraksi dgn dan
Dosis kecil, efek pd vaskular dominan dilatasi
Dosis besar, efek pd vaskular dominan kontriksi
Kontraksi jantung meningkat tekanan darah meningkat
FARMAKOKINETIK
- Onset cepat, durasi singkat
- Hanya dalam bentuk injeksi IM
- Tdk dpt diberikan per oral, krn dirusak enzim pencernaan
- Biotransformasi: COMT dan MAO
- Eksresi: Urin
INDIKASI
- Bronchospasm : ashma bronkial, epinefrin tidak seletif krn
mempengaruhi TD jg, jd jarang diberikan
- Glaucoma-open angle
Produksi aqueous humor menurun
- Anaphylactic shock
Drug of choice: karena bekerja sangat cepat. Epinefrin
subkutan
- In anesthetics
Meningkatkan durasi efek obat
Kontra indikasi: penyakit hipertiroid, hipertensi
Efek tambahan:
- Bisa masuk ke ssp CNS disturbances : anxiety, fear,
headache, and tremor
- Hemorrhage
- Arrhytmias
- Pulmonary edema
Interaksi:
- Hyperthyroidism
- Cocaine
Dosis terapi, adrenergik paling dipengaruhi
Action:
- Cardiovascular
Vasoconstriction : TD sistolik dan diastolik
- Baroreceptor reflex bradikardi
Indikasi: Shock
Terutama efek 1 (Jantung) dan 2 (bronkus)
Kinetik: Dpt diabsorbsi dgn pemberian : sublingual, parenteral, dan
inhalasi
Indikasi: Asmabronkial
-BLOCKER
Hambat tonus simpatik pbl darah Resistensi perifer Refleks takikardi
-Bloker Nonselektif
-Bloker selektif
Fenoksibenzamin
Prazosin, Terazosin dan Doksazosin
- Non selektif, Non kompetitif
- Digunakan utk terapi hipertensi
irreversible
- Action: CVS
- Action: CVS
Menurunkan
resistensi
Hambat efek vasokontriksi
periferTD menurun
katekolamin endogen
CO,
renal
blood
flow,
TD menurun
glumerulofiltration
sedikit
- Indikasi
dipengaruhi
- Indikasi
Feokromositoma
- ESO
Hipertensi:
Dpt
terjadi
fenomena dosis pertama
Hipotensi ortostatik
BPH (hipertropi Prostat)
Takikardia
- ESO
Disfungsi seksual
Hipotensi ortostatik
Takikardia
Vertigo
Disfungsi seksual
Bloker
Semuanya bersifat antagonis kompetitif
90
DOPAMINE
DOBUTAMIN
CLONIDINE
METILDOPA
TERBUTALIN,
ALBUTEROL, &
SALBUTAMOL
AMPHETAMIN
EFEDDRIN
Agonis
Stimulan SSP
Indikasi:
- Depresi
- Hiperaktif pd anak
- Narkolepsi
- Appetite control
KERJA CAMPURAN
Adrenergik sintetik
- Meningkatkan pelepasan NE juga bekerja langsung pd dan
NT
91
panjang
ESO
-
Hipotensi
ortostatik
Disfungsi seksual
92