Anda di halaman 1dari 10

MODULUS ELASTISITAS

Modulus elastisitas sering disebut sebagai Modulus Young yang merupakan perbandingan
antara tegangan dan regangan aksial dalam deformasi yang elastis, sehingga modulus
elastisitas menunjukkan kecenderungan suatu material untuk berubah bentuk dan kembali lagi
kebentuk semula bila diberi beban (SNI 2826-2008).
Modulus elastisitas merupakan ukuran kekakuan suatu material, sehingga semakin tinggi nilai
modulus elastisitas bahan, maka semakin sedikit perubahan bentuk yang terjadi apabila diberi
gaya. Jadi, semakin besar nilai modulus ini maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi
atau semakin kaku
Besarnya pertambahan panjang yang dialami oleh setiap benda ketika merenggang adalah
berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung dari elastisitas bahannya. Sebagai contoh,
akan lebih mudah untuk meregangkan sebuah karet gelang daripada besi pegas. Untuk
merenggangkan sebuah besi pegas membutuhkan ratusan kali lipat dari tenaga yang dibutuhkan
untuk merenggangkan sebuah karet gelang.

Ketika diberi gaya tarik, karet ataupun pegas akan meregang dan mengakibatkan pertambahan
panjang baik pada karet gelang ataupun besi pegas. Besarnya pertambahan yang terjadi
tergantung pada elastisitas bahannya dan seberapa besar gaya yang bekerja padanya. Semakin
elastis sebuah benda, maka semakin mudah benda tersebut untuk dipanjangkan atau dipendekan.
Semakin besar gaya yang bekerja pada suatu benda, maka semakin besar pula tegangan dan
regangan yang terjadi pada benda itu, sehingga semakin besar pula pemanjangan atau
pemendekan dari benda tersebut. Jika gaya yang bekerja berupa gaya tekan, maka benda akan
mengalami pemendekan, sedangkan jika gaya yang bekerja berupa beban tarik, maka benda akan
mengalami perpanjangan.
Bisa disimpulkan bahwa regangan () yang terjadi pada suatu benda berbanding lurus
dengan tegangannya () dan berbanding terbalik terhadap ke elastisitasannya. Ini dinyatakan
dengan rumus :

Bila nilai E semakin kecil, maka akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami
perpanjangan atau perpendekan.
KURNIA UTAMI / F 111 11
004

jika kita menguraikan rumus tegangan dan regangan didapat persamaan:

Dalam SI, satuan Modulus Young sama dengan satuan tegangan (N/m2), karena pembagian
tegangan dengan regangan tidak menimbulkan pengurangan satuan (regangan tidak memiliki
satuan).
Semakin besar regangan yang terjadi, maka semakin kecil nilai modulus elastisitas.
Semakin besar nilai modulus suatu benda, maka semakin sulit benda tersebut dapat memanjang,
dan sebaliknya.
Jika modulus elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap regangan
volume, maka disebut dengan Modulus Bulk yang menunjukkan besarnya hambatan untuk
mengubah volume suatu benda, dan
Jika modulus elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap regangan shear,
maka disebut dengan Modulus Shear yang menunjukkan hambatan gerakan dari bidangbidang benda padat yang saling bergesekan.
Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan nilai dari modulus elastisitas berbagai jenis benda.
Modulus Young
Modulus Shear
Modulus Bulk
2
Bahan
(N/m )
9
Besi
100.10
40. 109
90. 109
Baja
200. 109
80. 109
140. 109
Kuningan
90. 109
35. 109
75. 109
Aluminum
70. 109
25. 109
70. 109
9
Beton
20. 10
9
Marmer
50. 10
70. 109
9
Granit
45. 10
45. 109
Nylon
5. 109
9
9
Tulang
15. 10
80. 10
Air
2. 109
Alkohol
1. 109
Raksa
2. 109
H2, He, CO2
1.01. 109

TEGANGAN
KURNIA UTAMI / F 111 11
004

Jika sebuah benda elastis ditarik oleh suatu gaya, benda tersebut akan bertambah panjang sampai
ukuran tertentu sebanding dengan gaya tersebut, yang berarti ada sejumlah gaya yang bekerja
pada setiap satuan panjang benda. Gaya yang bekerja sebanding dengan panjang benda dan
berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Besarnya gaya yang bekerja dibagi dengan luas
penampang didefinisikan sebagai tegangan (stress).
Tegangan =

Dimana:

gaya
F
atau =
luas penampang
A
= Tegangan (N/m atau Pascal (Pa))

F = Gaya (N)
A = Luas penampang (m2).
Apabila gaya tersebut menyebabkan pertambahan panjang pada benda, maka disebut tegangan
tensil. Sebaliknya, jika gaya menyebabkan berkurangnya panjang benda, maka disebut tegangan
kompresional.

JENIS-JENIS TEGANGAN
a) Tegangan Normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika gaya dalam
diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan tegangan adalah N/m2
atau dyne/cm2.

b) Tegangan Tarik
KURNIA UTAMI / F 111 11
004

Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku keling, dan lain-lain. Rantai yang
diberi beban W akan mengalami tegangan tarik yang besarnya tergantung pada beratnya.

c) Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya (F) yang saling berlawanan dan terletak
dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada tiang bangunan yang belum mengalami
tekukan, porok sepeda, dan batang torak. Tegangan tekan dapat ditulis:

Gambar Tegangan
Tekan

d) Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan arah, tegak
lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak terjadi momen.
Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling, gunting, dan
sambungan baut.

KURNIA UTAMI / F 111 11


004

Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada penampang normal
dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan benda diabaikan. Untuk hal ini tegangan
yang terjadi adalah apabila pada konstruksi mempunyai n buah paku keling, maka sesuai
dengan persamaan dibawah ini tegangan gesernya adalah

e) Tegangan Lengkung
Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang dalam keadaan ditumpu. Jadi,
merupakan tegangan tangensial. Gambar 20. Tegangan lengkung pada batang rocker arm.

f) Tegangan Puntir
Tegagan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang torsi pada mobil, juga
saat melakukan pengeboran. Jadi, merupakan tegangan trangensial.

KURNIA UTAMI / F 111 11


004

Menurut (Haryadi, 2008: 57) tegangan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: regangan, mampatan,
dan geseran, seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Tanpa tegangan

regangan

F
F

mampatan

geseran

Gambar Jenis-Jenis Tegangan

REGANGAN
Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang dengan panjang awal.
Contohnya benda yang menggantung pada tali, menimbulkan gaya tarik pada tali, sehingga tali
memberikan perlawanan berupa gaya dalam yang sebanding dengan berat beban yang
dipikulnya (gaya aksi = reaksi). Respon perlawanan dari tali terhadap beban yang bekerja
padanya akan mengakibatkan tali menegang sekaligus juga meregang sebagai efek terjadinya
pergeseran internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang menyusun tali, sehingga tali
mengalami pertambahan panjang.

KURNIA UTAMI / F 111 11


004

Jika tali mengalami pertambahan sejauh l dari yang semula sepanjang L, maka regangan yang
terjadi pada tali merupakan perbandingan antara penambahan panjang yang terjadi terhadap
panjang mula-mula dari tali dan dinyatakan sebagai berikut :

Regangan =

pertamba h an panjang
l
atau =
panjang mulamula
lo

dimana : L = perubahan panjang (perpanjangan) (satuan panjang)


L

= panjang awal (panjang semula)

(satuan panjang)

karena pembilang dan penyebutnya memiliki satuan yang sama, maka regangan adalah sebuah
nilai nisbi, yang dapat dinyatakan dalam persen dan tidak mempunyai satuan.
Regangan (Strain)
Regangan adalah Perbandingan antara pertambahan panjang (L) terhadap panjang
mula-mula (L)
Regangan dinotasikan dengan dan tidak mempunyai satuan.

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN REGANGAN


Hukum Hooke menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang linear atau proporsional antara
tegangan dan regangan suatu material

Dimana hubungan antara keduanya ditentukan berdasarkan nilai Modulus Elastisitas / modulus
Young (E) dari masing masing material

KURNIA UTAMI / F 111 11


004

Gambar Kurva tegangan-regangan


HUBUNGAN TEGANGAN, REGANGAN & MODULUS ELASTISITAS

Jika sebuah benda dengan luas penampang sebesar (A), kemudian diberi gaya tekan, tarik
atau lentur (N), maka benda tersebut akan menegang sebesar gaya (N) dibagi dengan
luasan penampangnya (A). Perhatikan gambar berikut.

Bila batang dengan panjang L ditarik hingga menjadi dua


kali panjang semula, atau dengan kata lain, pertambahan panjang yang dialami sama dengan
panjang semula, sehingga L = L.
ini berarti = L / L
= L/L
= 1 .. (pers. 1)
Jika persamaan 1 dimasukan kedalam hukum Hooke
= / E, maka didapat 1 = / E
Ini berarti = E
Nah, sekarang terlihat berapa besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk meregangkan sebuah
benda menjadi dua kali dari panjang semula, yaitu sebesar modulus elastisitasnya (dengan
anggapan luas penampangnya tidak berubah)
Jika hubungan tegangan dan regangan dibuat dalam bentuk grafik dimana setiap nilai tegangan
dan regangan yang terjadi dipetakan kedalamnya dalam bentuk titik-titik, maka titik-titik
KURNIA UTAMI / F 111 11
004

tersebut terletak dalam suatu garis lurus (linear) sehingga terdapat kesebandingan antara
tegangan dan regangan seperti pada gambar dibawah ini.

Hubungan tegangan regangan seperti ini adalah linear, dimana regangan berbanding lurus
dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk diagram tegangan-regangan seperti ini
disebut bahan elastis linear, dimana bahannya memiliki modulus elastisitas yang konstan.
Hukum Hooke berlaku dalam keadaan ini.
Namun dalam kenyataan, tidak selalu tegangan itu berbanding lurus dengan
regangan, dimana apabila nilai dari tegangan dan regangan apabila dipetakan dalam bentuk
titik-titik, maka tidak terbentuk hubungan linear didalamnya seperti pada gambar berikut ini.

Hubungan tegangan regangan seperti diatas adalah non-linear, dimana regangan tidak
berbanding lurus dengan tegangannya. Bahan benda yang memiliki bentuk diagram teganganKURNIA UTAMI / F 111 11
004

regangan seperti itu disebut bahan elastis non-linear, dimana bahannya tidak memiliki modulus
elastisitas yang konstan. Hukum Hooke tidak berlaku dalam keadaan ini.
Ada juga suatu keadaan hubungan tegangan-regangan dimana hubungan linearnya terjadi
pada nilai tegangan yang rendah (hukum Hooke berlaku) dan setelah nilai tegangannya naik
maka hubungannya tidak linear lagi, sehingga hukum Hooke tidak berlaku, diperlihatkan pada
gambar berikut ini.

ANGKA POISSON
Angka Poisson () adalah angka perbandingan antara regangan horizontal (lateral
strain) dan regangan vertikal (axial strain) yang disebabkan oleh beban sejajar sumbu dan
regangan aksial (Yoder, E.Y. and M.W Witczak.1975). Jadi, angka poisson adalah nilai
perbandingan antara regangan horizontal dan regangan vertikal. Dinyatakan dengan rumus:
=
Dimana :

h
v

= angka poisson

h = regangan horizontal (lateral strain)


v = regangan vertikal (axial strain)

KURNIA UTAMI / F 111 11


004

10

Anda mungkin juga menyukai