Kumpul Kebo
Kumpul Kebo
kalo nggak, bisa jadi gue nggak tau, jangan-jangan suami gue suka menyiksa kalau sedang
berhubungan. Kan berabe! Nah, di sini gue tahu, gimana sih pacar gue secara seksual! Tapi
gue juga yakin ini bukan cuma hubungan yang mengumbar nafsu!
Wina memandang bahwa hidup bersama pada dasarnya, secara seksual tidak jauh berbeda
dengan pola pacaran yang biasa dijalani anak muda masa kini. Tanpa hidup bersama,
sebenarnya telah banyak anak muda yang menerobos tabu seks.
Wina menyadari betul bahwa gaya hidupnya ini pasti akan sangat sulit diterima oleh
masyarakat luas. Bahkan oleh teman-teman dekatnya sekalipun. Meski tidak merasa
bersalah, namun ia tahu bahwa jika gaya hidupnya ini diketahui masyarakat luas, ada
sanksi-sanksi sosial tertentu yang akan diterimanya. Ia sendiri merasa cukup beruntung
karena hidup di lingkungan perumahan yang warganya cenderung individual dan lu-lu,
gue-gue.
Di berbagai surat kabar, kita sering mendengar bagaimana masyarakat 'menghakimi'
pasangan yang tertangkap basah hidup bersama. Tak jarang mereka diarak telanjang
keliling dusun, atau bahkan langsung dinikahkan segera setelah kepergok. Dan tak ada
satupun alasan yang bisa membuat mereka lolos dari sanksi sosial. Soalnya masyarakat
percaya, bahwa perkawinan adalah sesuatu yang mudah dan alamiah. Jadi tak perlu ada
latihan menikah segala. Wina mengambil resiko untuk kumpul kebo karena secara
psikologis merasa lebih aman, ada yang memperhatikan dan diperhatikan. Dan kenyamanan
seperti itu tentu juga dianggap sangat mahal harganya, lagi pula Wina percaya bahwa pada
titik tertentu masyarakat akhirnya bisa makin permisif dan kompromis dengan fenomena
ini.
Newsletter KUNCI No. 10, Januari 2002