Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
Pada dua dekade terakhir angka kelahiran ganda atau multipel di Amerika
serikat meningkat secara signifikan. Hampir 2% dari seluruh kehamilan adalah
kehamilan multipel. Peningkatan jumlah kehamilan multipel yang signifikan
dalam 15 tahun terakhir ini terutama disebabkan ketersediaan dan tingginya angka
penggunaan obat-obat yang menginduksi ovulasi dan assisted reproductive
technology (ART). Pada semua kehamilan dengan ART 30% merupakan
kehamilan multipel dan 5% untuk triplet atau lebih.1-4
Grafik 1.1 Angka kelahiran kembar

Sumber: Cunningham F.1

Grafik 1.2 angka kelahiran multipel triplet atau lebih

Sumber: Cunningham F.1


Peningkatan ini merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat.
Komplikasi baik pada ibu maupun pada bayi lebih sering terjadi pada kehamilan
multipel. Terbatasnya ukuran uterus ibu menyebabkan usia kehamilan pada
kehamilan multipel umumnya lebih singkat daripada kehamilan tunggal, yaitu
rata-rata berusia 37 minggu (3 minggu lebih singkat daripada kehamilan tunggal).
Kenaikan tingkat kelahiran preterm meningkatkan mortalitas dan morbiditas
perinatal dan juga risiko kecacatan pada masa yang akan datang. Mortalitas
perinatal meningkat sampai 10 kali lipat pada kehamilan ganda dan meningkat
lagi 2 kali lipatnya untuk kehamilan triplet. Selain itu fetus pada gestasi multipel
lebih rentan mengalami komplikasi seperti malformasi dan twin to twin tranfusion
syndrome. Begitu pula komplikasi maternal meningkat dengan adanya gestasi
multipel. Pada penelitian menurut cunningham F, terhadap lebih dari 15000
kehamilan

ganda

ditemukan

peningkatan

risiko

postpartum dan kematian ibu sampai dua kali lipat.1-4

preeklamsi,

perdarahan

Wanita yang menjalani terapi infertilitas harus diberitahukan mengenai


tingginya angka kehamilan multipel pada terapi yang ia jalani dan juga mengenai
semua risiko dan komplikasinya.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multipel ialah suatu kehamilan dengan
dua janin atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda/ gemelli
(2 janin), triplet ( 3 janin ), kuadruplet ( 4 janin ), Quintiplet ( 5 janin ) dan
seterusnya dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang.5
2.2 Insidensi
Jumlah manusia yang lahir kembar di dunia ini diperkirakan lebih kurang
sebanyak 125 juta jiwa pada tahun 2006 (1.9% dari populasi dunia). Angka
kelahiran multipel dizigotik di Amerika Utara yaitu lebih kurang 1:83 konsepsi
dan kembar tiga atau triplet 1:8000 konsepsi. Perkiraan insidensi kehamilan
multipel secara tradisional yaitu: kehamilan ganda 1:80, triplet 1:80 2 = 1:6400,
sedangkan kembar empat atau quadruplet dan seterusnya 1:803 = 1:512,000. 2,3
Angka kejadian kehamilan multipel menurut hukum Hellin dinyatakan
dalam perbandingan antara kehamilan ganda dan tunggal adalah 1: 89, untuk
triplet 1 : (89)2, untuk kuadruplet 1 : (89)3 dan seterusnya.5
2.3 Faktor risiko
2.3.1 Ras
Frekuensi kehamilan multipel bervariasi pada setiap ras. Insidensi
kehamilan multipel berdasarkan ras yaitu 1 kehamilan multipel setiap 100
kehamilan pada wanita kulit putih, sedangkan 1 pada setiap 80 kehamilan pada
wanita kulit hitam. Hasil survei pada salah satu komunitas di Nigeria
menunjukkan kehamilan multipel terjadi setiap 20 kehamilan. Perbedaan ini
mungkin merupakan akibat variasi ras terhadap tingkat follicle-stimulating hormone
(FSH).1

2.3.2 Herediter
Pada kehamilan multipel, riwayat dari keluarga ibu lebih penting daripada
ayah. Penelitian menurut Cunningham F, terhadap suatu komunitas menemukan
bahwa wanita yang merupakan kembar dizigotik melahirkan anak kembar 1 kali
per 58 kelahiran. Sedangkan wanita yang bukan anak kembar tetapi bersuami
yang merupakan kembar dizigotik melahirkan anak kembar 1 kali per 116
kehamilan. Hal ini disebabkan oleh pelepasan ovum multipel pada wanita sifatnya
diturunkan.1
2.3.3 Usia ibu dan paritas
Kemungkinan kehamilan multipel meningkat dari 0 saat pubertas, dan
mencapai puncak pada usia 37 tahun saat stimulasi hormon maksimal
meningkatkan kemungkinan terjadinya pelepasan ovum ganda. Penurunan
insidensi setelah usia ibu melewati 37 tahun kemungkinan karena deplesi dari
folikel Graaf.1
2.3.4 Nutrisi
Suatu penelitian menurut Cunningham F menunjukkan hubungan antara
nutrisi ibu dan kejadian kehamilan multipel. Wanita yang lebih tinggi dan berat
mempunyai kemungkinan mengalami kehamilan multipel 20-30% lebih tinggi
daripada wanita yang pendek dengan nutrisi kurang.1
2.3.5 Pituitary Gonadotropin
Faktor yang menghubungkan antara kehamilan multipel dengan ras, usia,
berat badan, dan kesuburan adalah level FSH, teori ini didukung dengan fakta
meningkatnya kehamilan multipel pada wanita yang berhenti menggunakan
kontrasepsi oral selama 1 bulan tetapi tidak pada bulan selanjutnya. Hal ini
disebabkan pelepasan pituitary gonadotropin secara tiba-tiba dalam jumlah yang
lebih tinggi daripada biasanya pada siklus pertama setelah berhenti menggunakan
kontrasepsi hormonal.1

2.3.6 Terapi infertilitas


Induksi ovulasi dengan menggunakan FSH dengan korionik gonadotropin
atau clomiphene citrate meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan
multipel. Insidensi kehamilan multipel pada terapi gonadotropin konvensional 1640%. Terapi superovulasi yang meningkatkan kemungkinan kehamilan dengan
cara mengambil folikel multipel menghasilkan 25-30% kehamilan multipel.1
Faktor

risiko

fetus

multipel

setelah

stimulasi

ovarium

dengan

menggunakan hMG yaitu peningkatan level estradiol pada hari penyuntikkan


gonadotropin serta konsentrasi dan pergerakkan sperma.1
2.3.7 Assisted Reproductive Technology
Teknik seperti ART yang dirancang untuk meningkatkan kemungkinan
kehamilan

dapat

pula

meningkatkan

kemungkinan

kehamilan

multipel.

Mekanismenya masih kontroversial, diantaranya termasuk beberapa faktor yaitu:


induksi ovulasi, keadaan kultur in vitro, mikromanipulasi terhadap zona pelusida
dan riwayat pasien. Umumnya pada pasien yang melakukan superovulasi,
fertilisasi in vitro dimasukkan 2-4 embrio ke dalam uterusnya sehingga semakin
besar risiko terjadinya kehamilan multipel.1,6
2.4 Patofisiologi
2.4.1 Patofisiologi fetus multipel
Fetus multipel umumnya disebabkan oleh fertilisasi dua ovum yang
terpisah yang disebut double-ovum, dizigotik, atau kembar fraternal. Sedangkan
sebagian berasal dari ovum tunggal yang difertilisasi yang kemudian berkembang
menjadi dua struktur yang serupa yang masing-masing mempunyai potensi untuk
menjadi individu yang terpisah. Kembar ini disebut single-ovum, monozigotik
atau kembar identik. Kedua jenis proses kehamilan kembar ini dapat melibatkan
pembentukkan fetus yang lebih dari dua.1
Kembar dizigotik sebenarnya bukan merupakan kembar sejati karena
dihasilkan dari fertilisasi dua ovum yang berbeda dalam satu siklus ovulasi.
Selain itu juga kembar identik atau monozigotik tidak selalu identik karena
pembelahan dari satu ovum yang difertilisasi tidak selalu menghasilkan

pembagian material protoplasma yang seimbang. Proses pembelahan pada kembar


monozigotik merupakan suatu kejadian yang teratogenik sehingga insidensi
terjadinya malformasi meningkat.1
2.4.1.1 Kembar monozigotik
Terbentuknya kembar monozigotik diperkirakan merupakan hasil dari
keterlambatan perkembangan normal pada ovum yang sudah dibuahi. Hal ini
dapat disebabkan oleh keterlambatan transpor ovum melalui tuba fallopi karena
penggunaan agen progestasional dan kontrasepsi kombinasi serta karena trauma
minor pada blastocyst selama during assisted reproductive technology (ART).1
Hasil dari proses kembar ini tergantung kapan pembelahannya terjadi.1
Pembelahan terjadi dalam 72 jam setelah fertilisasi, morula belum
terbentuk dan blastocyst belum membentuk chorion. Terbentuklah dua
embrio, dua amnion dan dua chorion sehingga menjadi kehamilan kembar
monozigotik, diamnionik, dikhorionik. Plasenta dapat terbentuk tunggal

maupun ganda.
Jika pembelahan terjadi antara hari keempat dan kedelapan morula sudah
terbentuk sedangkan sel yang akan menjadi chorion sudah berdiferensiasi
tetapi belum terbentuk amnion. Pada pembelahan ini terbentuklah dua
embrio yang berada pada dua kantung amnion yang dilapisi chorion
sehingga menghasilkan kehamilan kembar monozigotik, diamnionik,

monokhorionik.
Jika sedemikian sehingga chorion dan amnion sudah berdiferensiasi pada
delapan hari setelah fertilisasi, pembelahan menghasilkan 2 embrio
dalam satu kantung amnion,sehingga menjadi kehamilan kembar

monozigotik, monoamnionik, monochorionik.


Jika pembelahannya terjadi setelah diskus embrionik telah terbentuk,
pembelahannya menjadi tidak sempurna dan terbentuklah kembar siam /
conjoined twins.
Kembar monozigotik selalu mempunyai jenis kelamin yang sama, tetapi

perkembangannya

lebih

lanjut

dapat

berbeda

tergantung

dari

waktu

preimplantasinya. Biasanya, kembar monozigotik mempunyai karakteristik fisik


(kulit, warna mata dan rambut, bentuk tubuh) serta genetik (golongan darah, grup
serum, haptoglobin, kecocokan pada skin graft) yang sama dan terkadang mereka
7

merupakan gambaran cermin dengan yang lain (dominansi tangan kanan dan kiri,
dll). Meskipun demikian sidik jari pada anak kembar monozigotik tidak sama.
Triplet monozigot merupakan hasil dari pembelahan berulang dari satu ovum yang
disebut juga supertwinning. 3
Gambar 2.1 Mekanisme pembelahan kembar monozigotik

Sumber: Cunningham F.1


2.4.1.2 Kembar dizigotik
Kembar dizigotik merupakan produk dari dua ovum dan dua sperma.
Kedua ovum dilepaskan dari folikel yang berbeda, atau dari satu folikel tetapi
sangat jarang, pada waktu yang hampir bersamaan. Kembar dizigotik atau
fraternal dapat mempunyai jenis kelamin dan golongan darah yang sama ataupun
berbeda. Kemiripan diantara kembar dizigotik menyerupai kemiripan pada
saudara kandung.3
2.4.1.3 Kehamilan multipel bentuk lain
2.4.1.3.1 Superfetasi
Pada Superfetasi diperlukan interval antara fertilisasi sepanjang atau lebih
panjang dari siklus menstruasi. Superfetasi memerlukan ovulasi dan fertilisasi
pada saat terjadinya kehamilan yang secara teori mungkin dapat terjadi sampai
8

cavum uteri mengalami obliterasi akibat terjadinya fusi antara desidua kapsularis
dan vera. Namun teori lain mengatakan bahwa Superfetasi tidak mungkin terjadi
pada manusia karena diperlukan 2 ovum yang dilepaskan dari dua siklus berbeda
sedangkan hal ini tidak mungkin terjadi karena adanya corpus luteum gravidarum.
Meskipun sudah diketahui dapat terjadi pada kuda, Superfetasi belum terbukti
dapat terjadi pada manusia.1,3
2.4.1.3.2 Superfekudasi
Superfekudasi adalah fertilisasi dua ovum dalam satu siklus menstruasi
tetapi pada coitus yang berbeda, tidak diperlukan sperma dari laki-laki yang sama.
Pada Superfekudasi fetus yang dihasilkan mempunyai ukuran tubuh, warna kulit
dan golongan darah yang sesuai dengan ibu dan ayahnya masing-masing.1,3

Gambar 2.2 Kembar dizigotik yang merupakan Superfekudasi

Sumber: Cunningham F.1


2.4.1.3.3 Vanishing twin
Kemajuan teknologi telah memperbaiki kinerja ultrasonografi pada awal
kehamilan. Penelitian menunjukkan insidensi kehamilan kembar pada trimester
pertama lebih tinggi daripada saat kelahiran. Kembar monozigotik berisiko
abortus lebih tinggi daripada kembar dizigotik. Pada banyak kasus hanya satu
fetus yang meninggal sedangkan yang lainnya lahir sebagai kelahiran tunggal. 1

Pada penelitian oleh Doubilet M, dimana dilakukan pemantauan fetus dengan


USG menunjukkan satu dari fetus yang kembar menghilang umumnya terjadi
pada trimester pertama.7
2.4.2 Adaptasi maternal
Secara umum perubahan fisiologis maternal pada kehamilan multipel lebih
besar daripada kehamilan tunggal. Pada awal trimester pertama wanita dengan
kehamilan multipel sering mengalami mual dan muntah serta peningkatan volume
darah pada kehamilan mutipel yang lebih berat yaitu sekitar 50-60% sedangkan
pada kehamilan tunggal hanya 40-50% (penambahan 500cc). Jumlah eritrosit
juga meningkat tetapi tidak setinggi pada kehamilan tunggal sehingga terjadi
anemia fisiologis. Perdarahan saat persalinan pervaginam lebih kurang 935ml
atau lebih banyak 500ml daripada persalinan pada kehamilan tunggal. Hal ini
dikompensasikan dengan peningkatan volume darah maternal, dan peningkatan
kebutuhan zat besi dan asam folat sehingga memperbesar risiko anemia maternal.1
Penelitian menurut Cunningham menunjukkan adanya peningkatan cardiac
output sebesar 20% dibandingkan kehamilan tunggal. Terutama disebabkan oleh
peningkatan stroke volume dan frekuensi denyut jantung. sedangkan fungsi paru
wanita dengan kehamilan multipel sama dengan kehamilan tunggal.1
Pertumbuhan uterus pada kehamilan multipel dapat mencapai volume 10L
dengan berat lebih dari 20 pon. Khususnya pada kembar monozigotik dapat terjadi
akumulasi cairan amnion yang tinggi (akut hidramnion). Pada keadaan seperti ini
organ abdomen dan paru-paru ibu dapat terkompresi oleh uterus. Pada kehamilan
multipel dengan komplikasi hidramnion, fungsi ginjal ibu dapat terganggu
umumnya akibat terjadinya obstructive uropathy sehingga terjadi oliguria dan
azotemia. Urine output dan level kreatinin plasma ibu akan kembali normal
setelah persalinan. Pada hidramnion yang berat dapat dilakukan amniocentesis
terapeutik dapat membuat ibu lebih nyaman, mengurangi obstructive uropathy,
menurunkan risiko persalinan prematur dan KPSW. Tetapi hidramnion umumnya
cepat terjadi reakumulasi setelah amniosentesis.1
2.5 Patologi pada kehamilan kembar
Secara umum patologi yang dapat terjadi pada kehamilan multipel dapat
dibagi berdasarkan waktu terjadinya yaitu:10
10

Antepartum :
1. Kelahiran prematur
2. Kelainan kongenital
3. Tingkat abortus spontan yang tinggi
4. IUGR
5. Anemia maternal
6. Twin-to-twin transfusion syndrome
7. Hipertensi karena kehamilan
8. Hidramnion
Intrapartum
1. Placenta previa
2. Abruptio placenta
3. Vasa previa
4. Partus lama
5. Kelainan letak janin
6. Prolaps tali pusat
7. Insidensi seksio sesarea meningkat
Postpartum:
1. insidensi transfusi darah maternal meningkat
2. Perdarahan post partum / atonia uteri
Selain itu patologi yang dapat terjadi dapat dibagi tiga, yaitu patologi
maternal, plasenta dan tali pusat serta patologi fetal. Lebih jelasnya dibahas
sebagai berikut.
2.5.1 Patologi Maternal
Meskipun volume darah meningkat, pada kehamilan multipel sering
terjadi anemia maternal karena tingginya kebutuhan fetus akan zat besi serta
peningkatan volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan sel darah
merah mengakibatkan kadar hemoblobin menjadi turun, keadaan ini berhubungan
dengan kejadian edema pulmonum pada pemberian tokolitik yang lebih tinggi
dibandingkan kehamilan kembar. Angka kejadian persalinan preterm ( umur
kehamilan kurang 37 minggu ) pada kehamilan kembar 43,6 % dibandingkan
dengan kehamilan tunggal sebesar 5,6 %.5
Volume tidal respirasi meningkat tetapi wanita dengan kehamilan multipel
umumnya breathless (kemungkinan karena peningkatan progesteron). Distensi
uterus dan peninggian tekanan pada organ viseral sekitar dan vaskularisasi pelvis
umum terjadi pada kehamilan multipel. Terkadang kista lutein bahkan asites dapat
terjadi karena level hormon korionik gonadotropin yang meninggi secara
11

abnormal. Kemungkinan terjadinya plasenta previa lebih tinggi karena ukuran


plasenta lebih besar atau terdapat dua plasenta.3
Sistem
kardiovaskuler,
respirasi,

gastrointestinal,

renal

dan

muskuloskeletal ibu mengalami stress dikombinasikan dengan tingginya


kebutuhan nutrisi maternal-fetal.3
Frekuensi terjadinya hipertensi yang diperberat kehamilan, preklamsia dan
eklamsia meningkat pada kehamilan kembar. Pendarahan antepartum oleh karena
solutio plasenta disebabkan permukaan plasenta pada kehamilan kembar jelek
sehingga plasenta mudah terlepas. Perdarahan postpartum dalam persalinan
kembar disebabkan oleh distensi uterus yang berlebihan, meningkatkan risiko
terjadinya atonia uterus.5
2.5.2 Placenta dan tali pusat
Pada kembar monozigotik keadaan plasenta dan membrannya dapat
bervariasi, tergantung waktu mulainya pembelahan dari diskus embrionik. Variasi
yang dapat terjadi antara lain sebagai berikut:
1. Pembelahan pada stadium morula dan diferensiasi trofoblas (hari ke-3)
menghasilkan plasenta yang terpisah atau bersatu (fusi), 2 korion, 2
amnion. Proses ini secara umum menyerupai kembar dizigotik dan terjadi
1/3 dari jumlah kehamilan kembar monozigotik. Hal ini mendukung
manifestasi klinik dimana kembar dizigotik berisiko komplikasi klinik.3
2. Pembelahan setelah diferensiasi trofoblas tetapi sebelum pembentukkan
amnion (hari ke 4-8) menghasilkan satu plasenta, korion dan 2 amnion.
Hal ini terjadi sekitar 2/3 dari jumlah kehamilan kembar monozigotik.3
3. Pembelahan yang terjadi setelah diferensiasi dari amnion (hari 8-13) akan
menghasilkan plasenta, korion, dan amnion tunggal, tetapi hal ini jarang
terjadi.3
4. Pembelahan pada usia kehamilan >15 hari dapat mengakibatkan kembar
yang inkomplit, jika pembelahan terjadi pada usia 13-15 hari akan
menghasilkan kembar siam (conjoined twins).3
Gambar 2.3 Variasi plasenta pada kehamilan multipel

12

Sumber: Melissa B.3


Saat persalinan, septum membranosa berbentuk T atau membran plasenta
yang membatasi antara kedua janin harus diinspeksi dan dipisahkan untuk
menentukan tipe kehamilan kembar. Kembar monozigotik umumnya memiliki
septum transparan (<2mm) yang tersusun dari 2 membran amnion (tanpa korion
dan desidua). Kembar dizigotik hampir selalu memiliki septum yang tebal dan
opak yang terdiri dari 2 korion, 2 amnion dan desidua diantaranya.3
Pada plasenta monokorionik dapat diidentifikasi dengan memisahkan
amnion dengan amnion untuk melihat adanya korion tunggal dengan satu
plasenta. Umumnya plasenta monokorionik mempunyai anastomosis, sebaliknya
pada plasenta dikorionik jarang memiliki anastomosis di antara pembuluh darah
fetus. Kembar monozigotik jarang sekali memiliki fenotip jenis kelamin yang
sama, hal ini dapat terjadi jika salah satu janin berjenis kelamin wanita dengan
sindrom Turner (45, XO) dan yang lain laki-laki (46,XY).3
Plasenta monokorionik mempunyai masalah yang lebih rumit seperti
gangguan

vaskularisasi

plasenta

yang

dapat

mengakibatkan

gangguan

pertumbuhan janin. Masalah yang lebih berat adalah kemungkinan terjadinya


kelainan yang disebut twin-twin transfusion syndrome yang disebabkan oleh
adanya anastomosis vaskuler antara janin dapat berbentuk arteri-arteri, vena-vena
atau kombinasi arteri-vena. Pada kasus yang tidak terkompensasi, janin yang
secara genetik identik berbeda jauh dalam bentuk dan ukuran. Janin yang
merupakan resipien mengalami plethoric, oedem, hipertensi, kern ikterus, ascites,
jantung, hati dan ginjal dapat membesar, hidramnion dapat terjadi akibat poliuria.
13

Meskipun terlihat sehat janin resipien dengan hipervolemik dapat meninggal


karena gagal jantung dalam 24 jam pertama kehidupan. Janin donor berukuran
lebih kecil dan dehidrasi karena pertumbuhan terhambat, malnutrisi dan
hipovolemia dapat pula disertai oligohidramnion, anemia berat yang berkembang
menjadi gagal jantung. Berbagai terapi untuk twin-twin transfusion syndrome
telah dikembangkan antara lain amnioreduction, amniotic septotomy dan ablasi
laser pada pembuluh darah yang berhubungan. Percobaan secara acak
menunjukkan ablasi dengan laser memberikan hasil yang lebih baik tetapi
prosedur ini masih mempunyai keterbatasan dalam pengadaan alat dan tenaga.3
Kedua janin kembar berisiko mengalami prolaps tali pusat. Janin ke-2
terancam karena pelepasan plasenta yang prematur, hipoksia, constriction ring
dystocia, manipulasi operatif atau prolonged anestesia.3
2.5.3 Fetus
Malformasi lebih banyak muncul pada bayi dengan kembar dibandingkan
kehamilan tunggal. Kembar monozigotik berisiko lebih besar dibandingkan
kembar dizigotik. Kembar siam atau conjoined merupakan hasil pembelahan yang
tidak sempurna dari satu ovum yang terjadi pada hari ke-13 dan ke-14. Jika
pembelahan setelah itu akan terbentuk kembar inkomplit (2 kepala, 1 badan).
Kembar siam dapat dibagi berdasarkan tempat bersatunya, yaitu: pygopagus (pada
sacrum), thoracopagus (pada thoraks), craniopagus (pada kepala), and
omphalopagus (pada dinding abdomen).3
Bayi kembar dan plasentanya umumnya lebih ringan dari pada bayi
tunggal. Semakin besar jumlah bayi kembar, semakin berat tingkat gangguan
pertumbuhannya. Berat badan lahir rendah pada bayi kembar kemungkinan
merupakan suatu bukti adanya nutrisi yang tidak adekuat. Hal ini merupakan salah
satu penyebab kematian bayi pada kehamilan kembar. Pada usia kehamilan lanjut,
fetus dapat mengalami kelahiran prematur, kelainan letak, dan hidramnion.3
Kematian satu janin pada kehamilan kembar dapat terjadi, penyebab
kematian yang umum adalah saling membelitnya tali pusat. Bahaya yang perlu
dipertimbangkan pada kematian satu janin adanya koagulopati konsumtif berat
yang dapat mengakibatkan terjadinya disseminated intravascular coagulopathy.5

14

Fetus acardiacus adalah fetus monozigotik parasitik yang tidak


mempunyai jantung dan berkembang mengandalkan reversed circulation yang
disuplai oleh 1 anastomosis arteri-arteri dan 1 vena-vena. Hal ini disebut sindrom
twin reversed arterial perfusion (TRAP). Fetus donor berisiko mengalami
hipertropi jantung bahkan dapat terjadi gagal jantung dengan tingkat mortalitas
35%. Berbagai cara untuk menimbulkan oklusi tali pusat dapat dilakukan dengan
terapi in-utero.3
Fetus papiraseous merupakan fetus yang kecil, termumifikasi umumnya
ditemukan saat persalinan bayi yang sehat. Insidensinya secara umum 1 dalam
17.000-20.000 kehamilan. Fetus papyraceous disebabkan kematian salah satu
fetus yang kembar, kehilangan cairan amnion, atau resorpsi dan kompresi oleh
janin yang hidup.3
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis dan manifestasi klinik
Riwayat kehamilan multipel dalam keluarga, usia ibu yang tua, paritas
tinggi, ukuran tubuh ibu yang besar dan riwayat kehamilan multipel pribadi
merupakan petunjuk yang mengarahkan diagnosis kehamilan multipel. Riwayat
penggunaan clomiphene citrate, gonadotropin dan kehamilan dengan ART
semakin memperkuat kemungkinan.1
Manifestasi klinik pada kehamilan multipel pada umumnya sama dengan
kehamilan tunggal tetapi dengan intensitas yang lebih berat, seperti penekanan
berat pada pelvis, mual, nyeri punggung, varikosis, konstipasi, haemorrhoid,
distensi abdominal dan kesulitan bernapas.3

2.6.2 Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik yaitu dengan pengukuran tinggi fundus yang akurat
merupakan salah satu petunjuk yang penting. Pada trimester ke-2 ukuran uterus
membesar lebih dari usia kehamilan yang ditentukan berdasarkan hari pertama
haid terakhir (HPHT). Menurut cunningham F tinggi fundus uteri pada 336
kehamilan, pada usia kehamilan 20-30 minggu tinggi fundus pada kehamilan
kembar rata-rata lebih tinggi 5cm daripada kehamilan tunggal dengan usia
kehamilan yang sama.1
15

Pada palpasi uterus teraba 2 kepala janin yang biasanya terdapat pada
kuadran uterus yang berbeda. Diagnosis dengan palpasi ini sulit ditegakkan
sebelum trimester ketiga, bahkan jika posisi janin bertumpuk, ibu obesitas dan
adanya hidramnion palpasi abdominal sulit untuk mengidentifikasi kehamilan
multipel meskipun pada usia kehamilan tua.1
Pada timester pertama, denyut jantung janin dapat dideteksi dengan USG
doppler. Pemeriksaan teliti dengan aural fetal stethoscope dapat mengidentifikasi
bunyi jantung janin pada usia 18-20 minggu.1
Secara umum pemeriksaan fisik yang dapat mengarahkan diagnosis
kehamilan multipel yaitu3:
1. Uterus yang lebih besar dari usia kehamilan.
2. Peningkatan berat badan ibu yang berlebihan tanpa adanya obesitas atau
3.
4.
5.
6.

oedem.
Polihidramnion.
Terdapat ballotement yang lebih dari satu fetus.
Bagian kecil yang multipel.
Bunyi jantung yang berbeda dengan denyut jantung janin dan ibu, dengan
perbedaan 8 denyut per menit.

2.6.3 Penemuan laboratorium


2.6.3.1 USG
USG merupakan pemeriksaan utama untuk mendiagnosis kehamilan
multipel dan dapat ditentukan pada usia kehamilan 4 minggu dengan probe
intravaginal. Selain itu dapat ditentukan keadaan plasenta. Untuk dapat
mengidentifikasi kehamilan multipel USG rutin sebaiknya dilakukan pada usia
kehamilan 18-20 minggu. Diagnosis kehamilan multipel pada trimester pertama
harus dilakukan dengan hati-hati sampai dengan pasti dapat dua embrio yang
viabel. Kesalahan diagnosis dengan bekuan darah intrauterin atau koleksi cairan
sebagai janin non-viabel dapat menimbulkan trauma pada pasien.1,3,4
USG pada trimester pertama kehamilan penting untuk menentukan sifat
korion. Pada janin dikorionik biasanya ditemukan jenis kelamin yang berbeda,
plasenta yang berbeda, membran pembagi yang tebal (>2mm) atau adanya tanda
twin peak yaitu berupa membran yang menyusup diantara 2 plasenta yang
berfusi.1,3 Bila salah satu plasenta berada pada dinding bagian depan uterus
sedangkan plasenta yang lain pada dinding belakang, saat pencitraan dengan USG

16

akan terlihat plasenta yang menumpuk seperti satu plasenta. Pada kasus seperti ini
akan terlihat bentuk segitiga pada pertemuan membran dan plasenta disebut tanda
lambda.11 Menurut penelitian oleh Sepulveda W dan teman-teman, pemeriksaan
dengan USG pada usia kehamilan 10-14 dapat menentukan kehamilan multipel
diklasifikasikan sebagai monokorionik atau dikorionik. Kehamilan multipel
diklasifikasikan sebagai monokorionik jika terdapat satu plasenta tanpa tanda
lambda pada hubungan membran-plasenta diantara janin dan diklasifikasikan
sebagai dikorionik jika terdapat satu plasenta dengan tanda lambda atau terdapat
dua plasenta. Cara ini merupakan cara yang dapat diandalakan dan akurat dalam
menentukan jenis kehamilan multipel.12
Pada janin multipel monokorionik diamnionik, terdapat satu plasenta dan
janin dipisahkan hanya dengan membran amnion yang tipis sehingga akan
terbentuk tanda berbentuk huruf T.11 Kriteria USG untuk mendiagnosis sifat
koriondan amnion pada kehamilan ganda dapat dilihat pada tabel berikut ini.4

Tabel 2. 1 Kriteria USG untuk mendiagnosis sifat koriondan amnion pada


kehamilan ganda
Gambaran USG
Jenis kelamin fetus berbeda
Plasenta yang terpisah
Tanda lambda atau twin peak
Membran
pembatas
yang
tebal
(subjektif)
Membran

pembatas

yang

(subjektif)
Tidak ada membran pembatas
Sumber: Duff P.4

Sifat korion dan amnion


Dikorionik/diamniotik (dan dizigotik)
Dikorionik/diamniotik
Dikorionik/diamniotik
Dikorionik/diamniotik

tipis Monokorionik/diamniotik
Monokorionik/monoamniotik

Gambar 2.4 USG pada kehamilan 7 minggu, tampak dua kantong gestasi berisi
fetus

17

Sumber: Cunningham F.1


Gambar 2.5 Gambaran USG dari tanda twin peak (A) dan diagram skematik tanda
twin-peak

(B)

Sumber: Cunningham F.1


Gambar 2.6 Gambaran USG dari tanda berbentuk huruf T (T shape) pada kembar
monokorionik diamnionik

18

Keterangan gambar:
Panah pada sebelah kiri menujuk
pada septum membran interfetal
(<1,5

mm)

monokorionik

pada
yang

kembar
membentuk

huruf T pada dasarnya.


Sumber: http://www.worldtttsawarenessday.org/pictures.php. 13
Pada kehamilan multipel yang lebih dari dua janin, evaluasi dengan USG
untuk menentukan jumlah janin dan posisinya terutama pada trimester pertama
sulit dilakukan. Pada 50% kasus kehamilan multipel ditemukan presentasi kepala
untuk kedua janin. Sedangkan 33% kasus presentasi janin A kepala dan janin B
bokong, pada 10% kasus kedua janin dalam presentasi bokong dan sisanya dapat
salah satu atau keduanya dalam posisi lintang.1,3
Gambar 2.7 Kiri: kedua janin presentasi kepala, kanan: presentasi kepala dan
bokong

Sumber: Melissa B.3


2.6.3.2 Pemeriksaan darah
Nilai hematokrit, hemoglobin dan jumlah eritrosit biasanya menurun
berhubungan dengan peningkatan volume darah. Anemia hipokrom normositer
19

sering terjadi pada kehamilan multipel karena peningkatan kebutuhan zat besi
pada trimester kedua. Tes toleransi glukosa menunjukkan diabetes melitus
gestasional dan hipoglikemia gestasional meningkat pada kehamilan multipel
daripada kehamilan tunggal.3
Jumlah korionik gonadotropin dalam plasma dan urine rata-rata lebih
tinggi daripada kehamilan tunggal, level alfa-fetoprotein juga dapat meningkat. 1
Jumlah rata-rata serum alfa-fetoprotein maternal 2,5 kali lebih tinggi pada
kehamilan multipel dibandingan kehamilan tunggal.4 Hal ini diduga disebabkan
tingginya tingkat protein yang dilepaskan oleh hati janin yang multipel dan
ditemukan pada darah ibu dibandingkan janin tunggal.9
2.6.3.3 Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan dengan rontgen sudah jarang dilakukan untuk mendiagnosis
kehamilan ganda karena cahaya penyinaran berisiko menganggu perkembangan
janin.5
2.7 Diagnosis banding
Diagnosis banding wanita hamil dengan uterus yang lebih besar dari usia
kehamilan antara lain sebagai berikut:1,3
1. Fetus multipel
2. Elevasi uterus karena distensi vesica urinaria ataupun rektum yang penuh.
3. HPHT yang tidak akurat sehingga ukuran uterus tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
4. Hydramnion
5. Mola hidatidosa, meskipun dan dibedakan dengan mudah dari kehamilan
multipel komplikasi ini harus dipikirkan pada usia kehamilan dini.
6. Myoma uteri
7. Tumor abdomen seperti tumor fibroid uterus dan tumor ovarium
8. Fetal macrosomia (pada kehamilan tua)
2.8 Penanganan
2.8.1 Prenatal care
Untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas dalam kehamilan multipel
perlu diperhatikan:
Kontrol prenatal pada wanita dengan kehamilan multipel harus lebih
sering daripada kehamilan tunggal. Jadwal kontrol tergantung dari masalah
obstetrik pada masing-masing individu.4

20

Umumnya mulai umur kehamilan 24 minggu pemeriksaan antenatal


dilakukan tiap 2 minggu, dan sesudah usia kehamilan 36 minggu

pemeriksaan dilakukan tiap minggu.4,5


Wanita dengan kehamilan multipel harus mengurangi aktivitasnya seharihari terutama pada usia kehamilan 5-9 bulan sehingga aliran darah ke

plasenta meningkat agar pertumbuhan janin baik .4


Untuk menghindari persalinan prematur, diagnosis dan pencegahannya

harus dilakukan sedini mungkin.4


Pemantauan dengan USG harus dilakukan setiap 3-6 minggu, tes antenatal
seperti Non-Stress Test (NST) dilakukan setiap minggu pada trimester

ketiga.4
Pemeriksaan volume cairan amnion penting untuk mendeteksi adanya
oligohidramnion yang mengindikasikan adanya gangguan uteroplasenta.

Pengukurannya dapat menggunakan amnionic fluid index (AFI).1


Jika terdapat risiko kelahiran prematur, pada minggu ke-34 sebaiknya
diberikan kortikosteriod untuk mengurangi risiko respiratory distress
syndrome pada neonatus dan perdarahan intraventrikular,

berupa

betamethsone 12 mg/hari , untuk 2 hari saja. Bila tak ada betamethasone


dapat diberikan dexamethasone serta pemberian tokolitik. Kortikosteroid
mempercepat produksi surfaktan dari pneumosit dan mengurangi insidensi
kematian neonatus, perdarahan intraserebral, dan enterokolitis. Dosis
betametason yang dianjurkan adalah 12.0 mg intramuskular, diulang dalam
24 jam. Deksametason diberikan dalam dosis 5 mg dengan interval 6 jam
hingga tercapai dosis total 20 mg. Pemberian kortikosteroid harus dimulai
24-48

jam

sebelum

persalinan.8

Kortikosteroid

diberikan

untuk

menginduksi pematangan paru janin pada kehamilan 24 sampai 34 minggu


jika tidak ditemukan tanda-tanda infeksi. Pemberian kortikosteriod pada
kehamilan kurang dari 23 minggu masih kontroversi. Pemberian
kortikosteroid pada kehamilan kurang dari 23 minggu tidak berguna untuk
memperbaiki keadaan pernafasan karena pada janin kurang dari 23 minggu
belum terbentuk sel pneumosit yang memproduksi surfaktan.4,5

21

Angka kelahiran prematur meningkat seiring dengan tingginya jumlah


fetus, sehingga reduksi pada kehamilan multipel yang lebih dari dua dapat

dipertimbangkan.4
Kebutuhan kalori, protein, mineral, vitamin dan asam lemak esensial
sangat meningkat pada wanita dengan kehamilan multipel. Konsumsi
kalori harus ditingkatkan 300Kcal/ hari. Menurut penelitian Brown dan
Carlson pada tahun 2000 sebaiknya peningkatan berat badan wanita hamil
disesuaikan dengan berat badan sebelum hamil, tetapi wanita dengan
kehamilan triplet (kembar tiga) setidaknya mengalami peningkatan berat
badan sebesar 50 pon. Peningkatan kalori sebaiknya dilengkapi dengan
suplemen zat besi 60-100mg/hari dan asam folat 1mg/hari.4,5

2.8.3 Persalinan
Banyak komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan multipel, oleh
karena itu persiapan khusus diperlukan saat persalinan. Rekomendasi penanganan
intrapartum yang dapat dilakukan saat persalinan dengan janin lebih dari satu
antara lain:1
1. Penolong persalinan yang terlatih harus mengawasi pasien selama proses
persalinan disertai observasi pembukaan serviks dan keadaan janin.
2. Pemasangan infus intravena harus dilakukan untuk memasukkan cairan
secara cepat. Bila tidak terdapat perdarahan atau gangguan metabolisme
selama persalinan diberikan cairan infus dengan dextrose atau ringer laktat
sebanyak 60-120ml/jam.
3. Seorang dokter spesialis kandungan yang terampil dalam mengidentifikasi
bagian-bagian janin dan dapat melakukan manipulasi intrauteri harus ada.
4. Mesin USG tersedia untuk megevaluasi posisi dan status janin yang kedua
setelah janin yang pertama lahir.
5. Seorang dokter spesialis anestesi harus siap bila diperlukan persalinan
dengan seksio sesarea.
6. Terdapat orang yang terlatih melakukan resusitasi untuk masing-masing
janin.
7. Ruangan bersalin harus cukup luas untuk semua anggota tim agar dapat
berkerja dengan baik.

22

Presentasi janin berperan besar dalam dilatasi serviks dan jalan lahir. Jika
presentasi janin pertama adalah kepala maka persalinan dapat dilakukan secara
spontan ataupun dengan forceps. Bila presentasi janin pertama adalah bokong,
masalah utama yang biasanya muncul adalah:1
1. Janin biasanya besar dan kemungkinan terjadi aftercoming head.
2. Janin kecil sehingga lahirnya ektremitas tidak menyebabkan dilatasi yang
adekuat pada serviks dan jalan lahir sehingga kepala sulit lahir.
3. Terjadi prolaps tali pusat.
Jika muncul masalah, biasanya persalinan dengan seksio sesarea dipilih,
kecuali pada bayi yang prematur dengan kemungkinan bertahan hidup yang
rendah. Pada janin dengan presentasi kepala dan bokong dapat terjadi fenomena
lock twin. Fenomena ini terjadi saat penurunan janin dengan presentasi bokong
melalui jalan lahir, dagu janin pertama dan kedua terkunci. Bila terjadi fenomena
lock twin teridentifikasi persalinan dengan seksio saesaria direkomendasikan.1
Gambar 2.8 Lock twin

Sumber: Melissa B.3


Persalinan pervaginam janin kedua harus dilakukan secara tepat dan cepat.
Setelah janin pertama dilahirkan, presentasi, ukuran, dan hubungannya dengan
jalan lahir harus setelah ditentukan dengan mengkombinasikan pemeriksaan
abdominal, vaginal dan terkadang intrauterin. Jika kepala atau bokong sudah
terfiksasi jalan lahir, dilakukan penekanan fundus moderat dan membrannya akan
ruptur. Segera setelah itu, pemeriksaan digital serviks diulang terus untuk
mencegah prolaps tali pusat. Persalinan akan segera dimulai dan denyut jantung
23

janin harus dimonitor. Induksi persalinan tidak perlu dilakukan kecuali jika terjadi
penurunan denyut jantung janin atau perdarahan. Perdarahan menandakan
pelepasan plasenta mulai terjadi, hal ini dapat membahayakan ibu dan bayinya.
Bila tidak ada kontraksi dalam 10 menit harus dilakukan stimulasi dengan
oxytocin yang diencerkan.1
Bila presentasi occipital atau bokong sudah masuk ke pintu atas panggul
tetapi belum terfiksasi, bagian terendahnya dapat diarahkan dengan satu tangan
dari dalam vagina dan tangan yang lain menekan fundus uteri dari luar. Pada janin
kedua dengan letak non-cephalic dapat dilakukan versi luar intrauterin.1
Prinsip penanganan kehamilan ganda: 5
Bayi I
Cek persentasi
Bila verteks lakukan pertolongan sama dengan presentasi normal dan
lakukan monitoring dengan partograf
Bila persentasi bokong, lakukan pertolongan sama dengan bayi tunggal
presentasi bokong
Bila letak lintang lakukan seksio sesaria
Monitoring janin dengan auskurtasi berkala DJJ
Pada kala II beri oksitosis 2,5 IU dalam 500 ml dekstrose 5% atau ringer laktat/
10 tts / mt.
Bayi II
Segera setelah kelahiran bayi I
- Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan adanya bayi selanjutnya
- Bila letak lintang lakukan versi luar
- Periksa DJJ
- Lakukan pemeriksaan vaginal untuk : adanya prolaps funikuli, ketuban
pecah atau intak, presentasi bayi.
Bila presentasi verteks
- Bila kepala belum masuk, masukan pada PAP secara manual
- Ketuban dipecah
- Periksa DJJ
- Bila tak timbul konteraksi dalam 10 menit, tetesan oksitosin dipercepat
-

sampai his adekuat


Bila 30 menit bayi belum lahir lakukan tindakan menurut persyaratan yang

ada (vakum, forceps, seksio)


Bila presentasi bokong
- Lakukan persalinan pervaginan bila pembukaan lengkap dan bayi tersebut
tidak lebih besar dari bayi I
24

Bila tak ada konteraksi sampai 10 menit, tetesan oksidosin dipercepat

sampai his adekuat


Pecahkan ketuban
Periksa DJJ
Bila gawat, janin lakukan ekstraksi
Bila tidak mungkin melakukan persalinan pervaginam lakukan seksio

secarea.
Bila letak lintang
- Bila ketuban intak, lakukan versi luar
- Bila gagal lakukan seksio secarea
Pasca persalinan berikan oksitosin drip 20 IU dalam 1 liter cairan 60 tetes/menit
atau berikan ergometrin 0,2 mg IM 1 menit sesudah kelahiran anak yang terakhir
dan lakukan manajemen aktif kala II. Untuk mengurangi perdarahan pasca
persalinan.
Interval antara janin kembar pertama dan kedua
Dulu umumnya interval persalinan antara janin kembar pertama dan kedua
adalah 30 menit. Menurut penelitian oleh Rayburn dan kelompoknya (1984), jika
monitoring fetus dilakukan terus-menerus interval yang lebih panjang akan
memberikan hasil yang lebih baik. American College of Obstetricians and
Gynecologists (1998) telah menetapkan bahwa interval antara kelahiran janin
multipel tidak mempengaruhi kesejahteraan janin. Leung dan kelompoknya
(2002) menggambarkan hubungan langsung antara penurunan nilai gas darah dari
tali pusat dengan interval persalinan.1
Versi podalik internal
Manuver ini dilakukan dengan cara memutar janin menjadi presentasi
bokong dengan tangan operator yang diletakkan didalam uterus. Operator
memegang kaki janin yang kemudian dilakukan persalinan dengan ekstraksi
bokong. Penelitian oleh Chauhan tahun 1995 yang membandingkan hasil
persalinan kehamilan kembar dengan versi podalic dan ekstraksi bokong
dibandingkan dengan versi external cephalic, menunjukkan persalinan dengan
ekstraksi bokong lebih superior, karena kejadian fetal distress yang lebih rendah.1
Gambar 2.9 Versi podalik internal

25

Sumber: Cunningham F.1


Seksio sesarea
Janin multipel dapat menimbulkan masalah intraoperatif yang tidak biasa.
Hipotensi umumnya muncul pada wanita dengan kehamilan multipel bila
ditempatkan pada posisi supine, maka penempatan pasien dalam posisi left lateral
sangat penting untuk mengurangi penekanan berat uterus pada aorta. Incisi pada
uterus harus cukup besar untuk mencegah persalinan traumatik pada kedua fetus.
Pada beberapa kasus, incisi vertikal pada segmen bawah rahim dapat lebih
menguntungkan. 1
Kehamilan multipel lebih dari dua
Saat persalinan dimulai, monitoring denyut jantung janin penting
dilakukan. Pada persalinan pervaginam janin pertama biasanya dapat lahir spontan
atau dengan sedikit manipulasi, sedangkan janin selanjutnya dilahirkan sesuai
presentasinya umumnya membutuhkan manuver yang kompleks seperti ekstraksi
bokong murni dengan atau tanpa versi podalic internal bahkan seksio sesarea.
Pada kehamilan kembar tiga atau lebih, cara persalinan dengan seksio sesarea
dianggap lebih baik. Persalinan pervaginam dilakukan bila harapan hidup bayi
rendah misalnya jika janin imatur atau adanya komplikasi seksio sesarea terhadap
ibu.1
Reduksi kehamilan
Pada beberapa kasus kehamilan multipel, reduksi jumlah janin menjadi

26

dua atau tiga dapat meningkatkan kemungkinan hidup janin yang tersisa. Reduksi
kehamilan

dapat

dilakukan

melalui

transservical,

transvaginal,

atau

transabdominal, transabdominal merupakan cara yang paling mudah. Umumnya


reduksi transabdominal dilakukan pada usia kehamilan 10-13 minggu. Usia ini
dipilih karena abortus spontan biasanya sudah terjadi, sehingga janin yang tersisa
cukup besar untuk dapat terdeteksi dengan USG. Janin yang dipilih untuk
direduksi adalah janin terkecil dan yang mempunyai anomali. Caranya dengan
menginjeksikan kalium klorida ke dalam jantung dan thoraks janin yang dipilih
dengan panduan USG.1
Terminasi selektif
Jika pada kehamilan multipel yang sudah teridentifikasi memiliki kelainan
struktural atau genetik terdapat tiga pilihan: abortus, terminasi selektif janin
abormal, ataupun kehamilan dipertahankan. Umumnya kelainan anomali tidak
diketahui sampai trimester kedua, terminasi selektif dilakukan pada usia
kehamilan lebih lanjut daripada reduksi dan memiliki risiko lebih tinggi. Prosedur
ini tidak dilakukan jika anomali yang terjadi berat tetapi tidak letal atau risiko
mempertahankan kehamilan lebih dari risiko prosedurnya.1
2.9 Prognosis
Perbaikan hasil akhir dari kehamilan multipel dapat dicapai dengan
menurunkan tingkat kelahiran prematur, memberikan keadaan intrauterin yang
optimal untuk pertumbuhan janin, mengoptimalisasikan perawatan neonatus pada
kamar bersalin dan memberikan perawatan pada ICU neonatus (NICU) jika
diperlukan.8
2.10 Pencegahan kehamilan multipel
Penggunaan agen yang menginduksi ovulasi bahkan oleh tenaga ahli
sekalipun

dapat

berisiko

menyebabkan

kehamilan

multipel,

contohnya:

penggunaan clomiphene citrate meningkatkan kemungkinan kehamilan multipel


sebesar 5-10%.3
Berbagai bentuk ART seperti induksi ovulasi dan fertilisasi in vitro dan
menyebabkan kehamilan multipel dimana jumlah janin begitu banyak sehingga
27

memperkecil harapan hidup. Saat hal ini terjadi dapat dilakukan reduksi
kehamilan atau untuk mencegahnya dengan membatasi jumlah embrio yang di
transfer. Tindakan ini dilegalkan di Inggris.3

28

BAB III
KESIMPULAN
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih.
Kehamilan kembar merupakan kehamilan dengan risiko yang tinggi, baik risiko
untuk ibunya seperti hipertensi, abrupsi, anemia, abortus, perdarahan postpartum,
maupun risiko untuk janinnya seperti terjadinya kelainan kongenital, pertumbuhan
janin terhambat, sindroma transfusi janin, stuck twin phenomenon, asfiksia,
kelainan neurologis.
Walaupun kehamilan kembar memiliki banyak risiko, namun bukan berarti
setiap kehamilan kembar akan berakhir buruk. Hal ini dapat tercapai dengan
adanya cara diagnosis yang tepat dan sedini mungkin, yaitu dengan penggunaan
ultrasonografi yang dapat mendeteksi adanya kehamilan kembar pada usia 6-8
minggu dan juga dengan mempersiapkan segala sesuatunya seperti perawatan
dalam masa kehamilan sampai pemilihan cara persalinan yang tepat. Persiapan
yang dapat dilakukan untuk kehamilan kembar yang sehat diantaranya nutrisi
yang mencukupi, pemeriksaan antenatal care yang teratur, istirahat yang cukup.
Komplikasi pada kehamilan kembar biasanya lebih tinggi daripada
kehamilan tunggal. Oleh karenanya melakukan antenatal care yang teratur sangat
membantu dalam memonitor perkembangan kehamilan dan kesejahteraan janin,
seperti pemeriksaan tekanan darah, sonografi serial.
Melahirkan bayi kembar secara persalinan normal atau per vaginam adalah
mungkin dan aman, tetapi persalinan normal pada bayi kembar tergantung dari
banyak faktor, termasuk bagaimana posisi bayi pada saat kelahiran dan bagaimana
bayi melalui persalinan ini. Juga tergantung dari keadaan kesehatan ibu hamil.
Jika bayi berada dalam posisi yang tidak memungkinkan, atau posisi saling
mengunci maka persalinan melalui operasi seksio lebih dianjurkan. Jadi bila
sudah mengetahui memiliki kehamilan kembar, yang terpenting adalah melakukan
persiapan yang terbaik selama masa kehamilan dan juga pada saat persalinan.

29

Anda mungkin juga menyukai