Bab 1 Histologi 1
Bab 1 Histologi 1
PENDAHULUAN
dari
hewan
secara
terperinci
dan
hubungan
antara
struktur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
praktikum ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Organ-ogan yang dianalisa
adalah ren (ginjal), insang, intestinum, dan hepar (hati).
2.1.1 Hepar
B
Gambar 7 : a. Hepar kontrol, b. Hepar patologi
Hepar (hati) antara yang kontrol dengan patologi sangat berbeda jelas, dari
segi warna, kenampakan, bentuk dan ukurannya. Warna hepar kontrol terlihan
cerah, sedangkan yang patologi warnanya terlihat gelap atau merah tua. Pada
jarinagn hepar yang patologi terdapat bercak hitam (necrosis) itu menandakan
bahwa jaringan tersebut rusak atau terkena bahan pencemar. Perbandingan
ukuran ,antara hepar yang tidak terkontaminasi logam berat (kontrol) dengan
patologi, hepar patologi lebih besar atau dengan kata lain mengalami
pembengkakan jarinagn karena kontaminasi tersebut. Karakteristik lain dari hepar
patologo adalah, adanya benjolan-benjolan pada jaringan.
2.1.2 Insang
B
Gambar 8 : a. Insang kontrol, b. Insang patologi
Dari gambar diatas, nampak jelas antara organ insang ikan mas yang
patologi atau terkontaminasi oleh bahan pencemar denagn yang tidak. Gambar
insang normal/kontrol warnanya merah (cerah) sedangkan yang patologi berwarna
gelap, itu menunjukan insang terkena bahana pencemar. Pada organ insang yang
patologi, ukurannya lebih besar atau dengan kata lain insang mengalami
pembengkakan akibat kontaminasi dari lingkungan. Selain itu, ciri dari insang
yang terkena kontaminasi adanya bercak hitam pada bagian lamelanya. Hal lain
yang membedakan antara kontrol dengan patologi adalah dari susunan lamela,
susunan lamela insang kontrol terlihat lebih rapih, sedangkan patologi tidak.
2.1.3 Intestinum
B
Gambar 9 : a. Intestinum kontrol, b. Intestinum patologi
2.1.4 Ren
B
Gambar 10 : a. Ren kontrol, b. Ren patologi
Pada organ ini perbedaan antara paologi denagn kontrol, dimana warna ren
kontrol terlihan lebih cerah dibandingkan dengan patologi. Warna ren patologi
nampak gelap, itu dikarenakan akibat dari kontaminasi bahan pencemar seperti
logam berat yang mempengaruhi ren. Ukuran ren patologi lebih besar atau ren
mengalami
pembengkakan
akibat
dari
kontamisnasi
bahan
pencemar
dibandingkan dengan ren kontrol. Selain itu, bercak hitam yang ada pada ren
patologi menunjukan ren tersebut terkoena kontaminasi bahan pencemar,
sedangkan yang kontrol tidak nampak atau tidak ada bercak hitam.
penyakit). Contohnya saat hati disekresi sebagian, aktivitas mitotic pada sel yang
tersisa berlangsung paling cepat 12 jam berikutnya.
Hiperplasia patologik disebabkan oleh stimulus hormonal yang berlebihan
atau efek berlebihan dari hormone pertumbuhan pada sel sasaran dan dapat juga
disebabkan oleh virus. Hiperplasia patologik dapat berkembang menjadi tumor
ganas.
Pada hiperplasia, Sel-sel otot tidak mampu membelah secara mitosis,
tetapi bukti-bukti eksperimental mengisyaratkan bahwa serat yang sangat
membesar dapat terputus menjadi dua di tengahnya, sehingga terjadi peningkatan
jumlah serat (splitting).contoh Hiperplasia nodul pada hati. penyebab Hiperplasia
karena radiasi, zat-zat kimia berbahaya.
2.2.2 Hipoplasia
Hipoplasia adalah sebuah kelainan yang mengindikasikan sebuah
perkembangan/pertumbuhan yang terhambat, sehingga organ yang terkena
kelainan tersebut berukuran lebih kecil/mengecil dari ukuran normalnya.
Hipoplasia adalah terhambatnya perkembangan atau pertumbuhan sebagian atau
seluruh jaringan tumbuhan akibat serangan patogen (Abdul Fatah Alu, Rabu, 8
April 2009).
Hipoplasia merupakan perkembangan yang tidak sempurna dari suatu
organ. Suatu organ yang mengalami hipoplasia terbentuk normal. Namun, ukuran
organ terlalu kecil jika dibandingkan dengan ukuran normal. Pada atrofi, alat
tubuh pernah mencapai ukuran normal dan selanjutnya menjadi lebih kecil,
sedangkan pada hipoplasia, dari awal organ tersebut memang berukuran kecil dan
tidak akan mencapai ukuran yang normal (littleaboutme, 19 July 2009).
2.2.3 Necrosis
Nekrosis (dari Yunani, mati) adalah kematian dini sel dan
jaringan hidup. Nekrosis disebabkan oleh faktor eksternal ke sel atau jaringan,
seperti kerusakan sel akut atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu
yang ekstrem, penyumbatan aliran darah ke jaringan otot, dan cedera mekanis),
dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Ciri- ciri nekrosis:
kimia yang sama dengan sistem kekebalan. Hal ini mencegah fagosit terdekat dari
lokasi dan menyelimuti sel-sel mati, yang mengarah ke membangun jaringan mati
dan puing-puing sel pada atau dekat lokasi kematian sel.
Nekrosis
biasanya
dimulai
dengan
pembengkakan
sel,
kromatin
Perubahan Mikroskopis
Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organelorganel sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat,
batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan
meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses
ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan menghilang (kariolisis).
2.
3.
4.
Nekrosis lemak hasil dari aksi lipase pada jaringan lemak (misalnya
pankreas akut).
5.
Pengambilan jaringan ikan. Pada sampel ikan yang masih kecil dapat
langsung fiksasi tanpa dipotong. Pada ikan yang berukuran besar diambil
jaringan tertentu yang akan diamati dan dimasukkan ke dalam larutan
fiksasi.
Fiksasi. Larva atau ikan berukukan kecil difiksasi dengan larutan PFA
4% dalam medium Phosphate buffered saline (PBS). Sampel dimasukkan
ke dalam botol yang sudah berisi larutan fiksatif dengan perbandingan
antara sampel dengan larutan adalah 1:20. Kemudian disimpan selama 24
jam dalam refrigerator. Setelah 24 jam kemudian sampel diambil dan
dicuci dengan PBS selama 5 menit sebanyak 3 kali untuk menghilangkan
sisa-sisa PFA sebelum ke tahap selanjutnya. Ikan yang berukuran relatif
besar difiksasi dengan larutan Bouins selama 1 minggu dalam suhu
kamar. Selanjutnya sampel dicuci dalam larutan alkohol 70% hingga
warna kuning hilang, kemudian sampel disimpan dalam alkohol 70%
hingga pemrosesan lebih lanjut. Sampel yang berukuran besar harus
melaui prosedur dekalsifikasi dalam larutan 5% trichloroacetid acid
selama 24 jam untuk melunakkan struktur tulangnya.
10
Dehidrasi.
Sampel
yang
sudah
difiksasi
kemudian
dimasukkan
temperatur 58-60oC.
Penanaman sampel (Embedding). Parafin dicairkan di dalam incubator
pada temperatur 60oC. Cetakan berukuran 2x2x2 cm diisi dengan paraffin
cair, bagian bawah cetakan didinginkan di atas blok es sehingga paraffin
pada dasar cetakan agak memadat. Sampel diletakkan di atas paraffin yang
agak memadat tersebut sesuai dengan orientasi irisan yang direncanakan,
kemudian ditempelkan holder yang telah diberi label sesuai dengan kode
sampel. Cetakan paraffin selanjutnya dibiarkan dalam temperatur ruang
BAB III
11
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.3Prosedur Kerja
1) Mengamati preparat histology organ insang, hati, usus hewan uji yang
normal dan yang telah diberi pemaparan bahan toksik.
2) Membandingkan perbedaan diantara keduanya berdasarkan parameter
warna, ukuran, ada tidaknya neukrosis/ tanda, dan karakter khusus
lainnya.
3) Mendokumentasikan masing-masing preparat histology organ hewan
uji (control dan pantogen).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
4.1 Hasil
Tabulasi Pengamatan Preparat Analisis Histologi Perkelompok
Kelompok
:4
Preparat
B
Gambar 8 : a. Insang kontrol, b. Insang patologi
Kontrol
Warna
Merah
Patologis
Insang berwarna
Ukuran
Normal
kehitam-hitaman
Lebih mengkerut namun
ada
bagian-bagian
merah
yang
membengkak
Ada
lamella
- Banyak
lamella
yang patah/terputus
mempunyai bentuk yang
- Bagian
tengah
sama
lamella menghitam
- Ada lamella yang
membengkak
Tidak ada
Semua
13
B
Gambar 10 : a. Ren kontrol, b. Ren patologi
Kontrol
Warna
Ukuran
Tanda Hitam (nekrosis)
Merah
Normal
Tidak ada
Karakter Khusus
Patologis
Ungu
Membesar
Banyak
- Dalam tubulus
terdapat banyak
nekrosis
- Ada
penggumpalan
darah di bawah
tubulus
B
Gambar 7 : a. Hepar kontrol, b. Hepar patologi
Kontrol
Patologis
14
Warna
Ukuran
Tanda Hitam (nekrosis)
Karakter Khusus
Merah kecoklat-coklatan
Normal
Tidak ada
Sel hepatoksit terlihat jelas
Merah pucat
Membengkak
Ada
Sel hepatoksit menempel
B
Gambar 9 : a. Intestinum kontrol, b. Intestinum patologi
Kontrol
Merah tua
Normal
Patologis
Merah cerah
Membesar dan menjadi
Tidak ada
Bentuknya bulat
lebih elips
Banyak
Terdapat perenggangan di
tengah-tengah
sel
usus
4.2 Pembahasan
4.2.1 Organ Insang
Efek bahan toksisitas memberikan efek yang sangat sinifikan pada organ
insang. Lamela insang pada ikan normal terlihat panjang dan sususan sel seragam
atau seukuran. Pada ikan yang terpapar oleh bahan toksik telihat terjadi
pemendekan dari lamella lamella insang (hipoplasia) dan susunan sel terlihat
15
ada yang sudah membengkak karena ukurannya membesar lebih bear dari sel
lainya biasa disebut dengan hyperplasia.
4.2.2 Organ Ginjal (Ren)
Pemapran bahan toksik yang terjadi mengakibatkan organ ginjal menjadi
abnormal. Pada preparat ikan normal ginjalnya berwarna merah dan glomelurus
berbentuk sempurna. Setelah terjadi pemaparan bahan toksik keabnormalan ginjal
terlihat. Sel sel ginjal mulai renggang karena terjadi kematian (nekrosis), ginjal
menjadi berwarna bening, dan glomelurus ikan menciut (hipoplsasia).
4.2.3 Organ Hati (liver)
Preparat ikan normal atau preparat control terlihat sel sel hati ikan
normal berwarna merah, sel besar, dan jarak antar sel rapat. Setelah terjadi
pemaparan baha pencemar sel hati ikan mengalami ke abnormalan. Sel hati ikan
yang terkena bahan toksik terlihat sel sel menngecil (hipoplasia) dan jarak
antara sel jauh, karena terjadi kematian sel (nekrosis).
4.2.4 Organ Usus (Intestinum)
Kinerja bahan toksik yang terpapar pada tubuh ikan sangat terlihat pada
organ pencernaan usus. Pada preparat control terlihat usu ikan normal berwarna
merah, berukuran seragam, dan berbenduk bulat. Setelah bahan toksik yang ada
dalam usus bekerja abnormal terjadi pada usus ikan. Pada preparat usus abnormal
terlihat sel menjadi berwarna merah muda, terjadi pembesaran sel (hyperplasia),
terdapat renggan antara sel (nekrosis), dan bentuknya menjadi lonjong.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Bahan toksik yang terpapar dalam perairan dalam konsentrasi sekecil
apapun akan berpengaruh pada organism air yang hidup di dalamnya. Bahan
bahan toksik ini mungkin tidak berakibat langsung pada kematian ikan. Namun
bahan toksik ini akan terakumulasi dalam tubuh ikan terutama sel sel organ
penting ikan. Setelah lama terakumulasi sel sel tersebut tidak sanggup lagi untuk
menahan bahan toksik yang masuk ke dalam tubuh ikan. Sel akan menjadi
abnormal karena metabolism sel terganggu dengan adanya bahan toksik, sel akan
membesar atau membengkak (hyperplasia), sel akan mengecil (hipoplasia), dan
sel akan mati muda (nekrosis). Karena keabnormalan sel tersebut organ akan
17
bekerja tidak maksimal dan lama kelamaan akan menyebabkan kematian pada
ikan.
5.2 saran
Praktikum Histopatologi di tambahn preparatnya dan tata cara pembuatan
praparat di praktekan, untuk membuat keterampilan dan keahlian mahasiswa
bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
http://wworld.wordpress.com/2009/07/19/patologi-dan-histologi-gigi-sulungyang- resorbsi/+ciri-ciri+hiperplasia+jaringan&cd=14&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://susipurwati.blogspot.com
http://arda-dinata-pplf.blogspot.com/2008/04/waspadai-pengaruh-toksisitaslogam-pada.html.
http://afie.staff.uns.ac.id/2008/12/25/beda-apoptosis-dan-nekrosis/.
http://littleaboutmyworld.wordpress.com/2009/07/19/patologi-dan-histologigigisulung-yang-resorbsi/
http://afie.staff.uns.ac.id/2008/12/25/beda-apoptosis-dan-nekrosis/
18