BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Birokrasi
secara etimologi
birokrasi yang dalam bahasa inggris disebut bureaucracy berasal dari dua kata
yaitu bureau yang artinya meja dan cratein berarti kekuasaan .jadi maksudnya
kekuasaan yang berada pada orang-orang yang dibelakang meja. Sedang kan
menurut kamus besar bahasa Indonesia kata birokrasi artinya sistem
pemerintahan yang di jalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang
pada hierarki dan jenjang jabatan , cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba
lamban serta menurut tata aturan yang banyak liku likunya.
Definisi Birokrasi Menurut Para Ahli
Menurut Pryudi Atmosudirdjo dalam Harbani Pasolong(2007: 67) mengemukakan
bahwa birokrasi mempunyai tiga arti yaitu (1) birokrasi sebagai suatu tipe
organisasi tertentu , (2)birokrasi sebagai system (3)birokrasi sebagai jiwa kerja
B. Teori birokrasi
Budi Setiono dalam Harbani Pasolong ( 2007:74 ) ,membagi empat teori birokrasi
yaitu :
1.Teori Rasional Administrative Model(RAM)
Dikemukakan oleh weber yang menyatakan bahwa birokrasi yang ideal ialah
birokrasi yang berdasarkan pada system peraturan yang rasional sebagai organisasi
social yang diandalkan ,terukur dan dapat diprediksikan dan efisien.
2. Teori Power Blok Model (PBM)
Teori yang berdasarkan pemikiran bahwa birokrasi merupakan alat penghalang atau
blok rakyat dalam melaksanakan kekuasaan.
3.Teori Bureaucrati Oversupply Model (BOM)
Yaitu teori berbasis pada pemikiran ideology liberalism yang muncul pada tahun
1970-an ,oleh William niskanen dalam buku representative
government(1971),sebagai respon terhadap teori birorasi weber maupun teori
marx,. Teori ini juga banyak pembahasan ahli politik seperti konsep reinventing
government ,new public management , public choise teory,managerialism, teori ini
menuntut agar kapasitas birokrasi dikurangi dan peran yang selama ini dilakukan
hendaknya di delegasikan kepada sector swasta ( privat sector) dan mekanisme
pasar.
1.
Spesialisasi pekerjaan , yaitu semua pekerjaan dilakukan dalam
kesederhanaan,rutinitas ,dan mendefinisikan tugas dengan baik.
2.
Hierarki kewenangan yang jelas, yaitu sebuah struktur multi tingkat yang
formal,dengan posisi hierarki atau jabatan, yang memastikan bahwa setiap jabatan
yang lebih rendah berada dibawah supervise dan control dari yang lebih tinggi.
3.
Formalisasi yang tinggi , yaitu semua anggota organisasi diseleksi dalam basis
kualifikasi yang didimonstrasikan dengan pelatiah, pendidikan, atau latihan formal.
4.
Pengambilan keputusan mengenai penempatan pegawai yang didasrkan atas
kemampuan, yaitu pengambilan keputusan tentang seleksi dan promosi didasarkan
atas kualifikasi teknik ,kemampuan dan prestasi para calon.
5.
Bersifat tidak pribadi ( impersonalitas ), yaitu sanksi sanksi diterapak secara
seragam dan tanpa perasaan pribadi untuk menghindari keterlibatan denga
kepribadian individual dan preferensi pribadi para anggota.
6.
Jejak karier bagi para pegawai, yaitu para pegawai diharapkan mengejar
karier dalam organisasi. Sebagai imbalan atas komitmen terhadap karier tersebut,
para pegawai mempunyai masa jabatan, artinya mereka akan dipertahankan
meskipun mereka kehabisan tenaga atau jika kepandaiannya tidak terpakai lagi.
7.
Kehidupan organisasi yang dipisahkan dengan jelas dari kehidupan pribadi ,
yaitu pejabat tidak bebas menggunakan jabatan nya untuk keperluan pribadinya
termasuk keluarganya.
4.
5.
Bahwa kepatuhan itu seharusnya tidak kepada person yang menjaminnya
untuk menduduki jabatan itu.
2. berdasarkan konsepsi legitimasi ini Weber dalam harbani pasolong(2007:71)
menyusun delapan proposisi tentang penyusunan system otorita legal, yaitu:
1)
1.
para anggota staf bersifat bebas secara pribadi, dalam arti hanya
menjalankan tugas-tugas impersonal sesuai dengan jabatan mereka;
2.
3.
4.
5.
para pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, idealnya didasarkan
pada suatu diploma (ijazah) yang diperoleh melalui ujian;
6.
para pejabat memiliki gaji dan biasanya juga dilengkapi hak-hak pensiun. Gaji
bersifat berjenjang menurut kedudukan dalam hirarki. Pejabat dapat selalu
pos jabatan adalah lapangan kerja yang pokok bagi para pejabat;
8.
suatu struktur karir dn promosi dimungkinkan atas dasar senioritas dan
keahlian (merit) serta menurut pertimbangan keunggulan (superior);
9.
pejabat sangat mungkin tidak sesuai dengan pos jabatannya maupun dengan
sumber-sumber yang tersedia di pos terbut, dan;
10. pejabat tunduk pada sistem disiplin dan kontrol yang seragam.
1.
Kolegialitas. Kolegialitas adalah suatu prinsip pelibatan orang lain dalam
pengambilan suatu keputusan.
2.
Pemisahan Kekuasaan. Pemisahan kekuasaan berarti pembagian tanggung
jawab terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih. Misalnya, untuk
menyepakati anggaran negara, perlu keputusan bersama antara badan DPR dan
Presiden. Pemisahan kekuasaan, menurut Weber, tidaklah stabil tetapi dapat
membatasi akumulasi kekuasaan.
3.
Administrasi Amatir. Administrasi amatir dibutuhkan tatkala pemerintah tidak
mampu membayar orang-orang untuk mengerjakan tugas birokrasi
4.
Demokrasi Langsung. Demokrasi langsung berguna dalam membuat orang
bertanggung jawab kepada suatu majelis. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia,
meski merupakan prerogatif Presiden guna mengangkatnya, terlebih dahulu harus
di-fit and proper-test oleh DPR. Ini berguna agar Gubernur BI yang diangkat merasa
bertanggung jawab kepada rakyat secara keseluruhan.
5.
Representasi. Representasi didasarkan pengertian seorang pejabat yang
diangkat mewakili para pemilihnya. Dalam kinerja birokrasi, partai-partai politik
dapat diandalkan dalam mengawasi kinerja pejabat dan staf birokrasi. Ini akibat
pengertian tak langsung bahwa anggota DPR dari partai politik mewakili rakyat
pemilih mereka.
Sebelum membahas lebih dalam topik reinventing government, terlebih dahulu kita
meninjau pengertian dari reinventing. Menurut David Osborne dan Peter
Plastrik (1997)dalam bukunya Memangkas Birokrasi, Reinventing Government
adalah transformasi system dan organisasi pemerintah secara fundamental guna
menciptakan peningkatan dramatis dalam efektifitas, efesiensi, dan kemampuan
mereka untuk melakukan inovasi. Transformasi ini dicapai dengan mengubah
tujuan, system insentif, pertanggungjawaban, struktur kekuasaan dan budaya
system dan organisasi pemerintahan. Pembaharuan adalah dengan penggantian
system yang birokratis menjadi system yang bersifat wirausaha. Pembaharuan
dengan kata lain membuat pemerintah siap untuk menghadapi tantangantantangan dalam hal pelayanan terhadap masyarakat, menciptakan organisasiorganisasi yang mam pu memperbaiki efektifitas dan efisiensi pada saat sekarang
dan di masa yang akan datang.
Osborn dalam buku memangkas birokrasi (2000:322)mengemukakan Prinsipprinsip Reinventing Government ,yaitu :
1.
Pemerintahan katalis
4.
Pemerintah yang result oriented mengubah focus dari input( kepatuhan pada
peraturan dan membelanjakan anggaran sesuai dengan ketetapan ) menjadi
akuntabilitas pada keluaran atau hasil .mereka mengukur kinerja badan
public,menetapkan target ,memberi imbalan kepada badan badan yang mencapai
atau melebihi target dan menggunakan anggaran untuk mengungkapakan tingkat
kinerja yang diharapkan dalam besarnya anggaran.
6.
Pemerintah wirausaha
Pemerintah antisipatif
9.
Pemerintahan desentralisasi
Pola pikir (mind-set) Belum sepenuhnya mendukung birokrasi yang profesional serta
dan budaya kerja
benar-benar memiliki pola pikir yang melayani masyarakat dan
(culture-set)
pencapaian kinerja yang lebih baik
Penyelenggaraan
Masih adanya praktek penyimpangan dan penyalahgunaan
pemerintahan yang wewenang dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, serta
bersih, bebas KKN
belum mantapnya akuntabilitas kinerja pemerintah
dan akuntabel
Pelayanan Publik
SDM Aparatur
2. Reformasi Birokrasi
a. Pengertian Reformasi Birokrasi
Reformasi Birokrasi pada dasarnya adalah proses menata-ulang, mengubah,
memperbaiki, dan menyempurnakan birokrasi agar menjadi lebih baik (profesional,
bersih, efisien, efektif, dan produktif).
Sumber: (Roadmap RB Kemenkes)
b. makna reformasi birokrasi
-Berkaitan dengan ribuan proses tumpang tindih (overlapping) antar fungsi-fungsi
pemerintahan, melibatkan jutaan pegawai, dan menghabiskan anggaran yang tidak
sedikit
-Menata ulang proses birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah dan
melakukan terobosan baru dengan langkah-langkah bertahap, konkret, realistis,
sungguh-sungguh, berfikir di luar kebiasaan/rutinitas yang ada, perubahan
paradigma, dan dengan upaya luar biasa
-Merevisi dan membangun berbagai regulasi, memodernkan berbagai kebijakan dan
praktek manajemen pemerintah pusat dan daerah, dan menyesuaikan tugas fungsi
instansi pemerintah dengan paradigma dan peran baru
Sasaran:
Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
Area perubahan:
Kelembagaan (organisasi)
Budaya Organisasi
Ketatalaksanaan
Regulasi Deregulasi
SDM
Organisasi
Tatalaksana
Peraturan Perundang-undangan
Pengawasan
Akuntabilitas
Pelayanan publik
Pola Pikir (mind set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
b.
Saran
Semoga dengan tersusun nya makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang
birokrasi modern serta menjadi sumber referensi bagi pembacanya.penulis
berharap agar adanya kajian kajian yang lebih mendalam lagi mengenai birokrasi
mengingat birokrasi sangat berkaitan erat dalam pemerintahan yang modern.
DAFTAR PUSTAKA