Anda di halaman 1dari 26

1

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN KONFLIK


TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA
MAHASISWA

Oleh :
YULIA RAHMAWATI
02 320 098

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN KONFLIK TERHADAP


PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing

(Hj. Ratna Syifaa R., S.Psi.,M.Si.,Psi)

PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN KONFLIK TERHADAP


PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA

Yulia Rahmawati
Ratna Syifaa R.

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah ada pengaruh pelatihan
manajemen konflik terhadap pengambilan keputusan pada mahasiswa. Hipotesis awal yang
diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pelatihan manajemen konflik terhadap
pengambilan keputusan (aspek 1 sampai dengan 7) pada mahasiswa, dan ada perbedaan skor post
test pengambilan keputusan (aspek 1 sampai dengan 7) pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Islam Indonesia, berusia 1724 tahun, dan menempuh pendidikan jenjang Strata 1 (S1). Subjek penelitian ini berjumlah 36
orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Skala
pengambilan keputusan yang digunakan adalah modifikasi skala pengambilan keputusan dari
Mansyur (2004) sesuai dengan aspek-aspek yang diajukan oleh Gitosudarmo dan Sudita (2000).
Metode analisis data dilakukan dengan SPSS versi 12 for windows. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan t-test gain score dan independent sample test. Hasil analisis
menunjukkan adanya perbedaan mean gain score kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Mean gain score aspek 1 kelompok kontrol sebesar 0.27 dan kelompok eksperimen 0.50. Mean
gain score aspek 2 kelompok kontrol sebesar 0.94 dan kelompok eksperimen 0.00. Mean gain
score aspek 3 kelompok kontrol sebesar 0.16 dan kelompok eksperimen 0.55. Mean gain score
aspek 4 kelompok kontrol sebesar 0.72 dan kelompok eksperimen 0.11. Mean gain score aspek 5
kelompok kontrol sebesar 0.50 dan kelompok eksperimen 0.77. Mean gain score aspek 6 kelompok
kontrol sebesar 0.38 dan kelompok eksperimen 0.05. Mean gain score aspek 7 kelompok kontrol
sebesar 0.33 dan kelompok eksperimen 0.38. Secara statistik tidak ada perbedaan yang
signifikan antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (skor p > 0.05), sehingga hipotesis 1
dan 2 ditolak (tidak diterima). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil penelitian ini secara
teotirik adalah adanya pengaruh faktor individu seperti emosional vs objektivitas, kecenderungan
terhadap pengambilan resiko, sikap dan keyakinan terhadap konflik, dan kematangan judgement.
Secara teknis, terdapat beberapa kendala seperti mundurnya waktu pelaksanaan pelatihan,
matinya lampu LCD, alokasi waktu pemberian materi yang padat, faktor pengganggu validitas
internal seperti maturasi (kelelahan) dan bias dalam seleksi, serta faktor pengganggu validitas
eksternal berupa interaksi subjek dan perlakuan yang terjadi karena faktor ketidaktepatan dalam
seleksi
Kata Kunci: Pelatihan Manajemen Konflik, Pengambilan Keputusan Pada Mahasiswa

Pengantar
Setiap individu yang hidup, baik muda maupun tua sangat sering
menghadapi perubahan-perubahan, pergeseran-pergeseran, adanya pertentanganpertentangan, terjadinya kesalahan-kesalahan yang perlu dibetulkan, dan
munculnya hal-hal yang tidak terduga sama sekali sebelumnya yang tentu saja
berpotensi besar menimbulkan masalah atau konflik jika tidak dapat dikelola
dengan baik. Menghadapi perkembangan atau masalah semacam itu memerlukan
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat (Syamsi, 2000). Dalam hal ini,
mahasiswa sebagai suatu komunitas yang dianggap tinggi dalam masyarakat yang
diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang intelektual dan kompetitif
serta sebagai motor penggerak dalam segala lini kehidupan (Juriana, 2000),
diharapkan dapat memutuskan segala sesuatunya dengan mempertimbangkan
segala aspek yang ada.
Robbins (Syafaruddin dan Anzizhan, 2004) berpendapat bahwa pada
hakikatnya pengambilan keputusan ialah memilih dua alternatif atau lebih untuk
melakukan suatu tindakan tertentu baik secara pribadi maupun kelompok.
Sedangkan menurut Terry adalah pemlihan alternatif perilaku dari dua alternatif
atau lebih (Syamsi, 2000).
Seorang mahasiswa, ditinjau dari segi fisik telah mencapai kedewasaan
dan dari segi pikiran pun sudah mencapai taraf kematangan. Idealnya, dengan
atribut yang telah dimiliknya, mahasiswa telah memiliki kesadaran dalam
menentukan sikap diri, serta mampu bertanggung jawab terhadap segala akibat

pemilihan sikap dan tingkah lakunya (Teguh, dkk, 2001), dan idealnya pula dapat
mengambil keputusan yang tepat dengan keadaan diri dan lingkungannya. Tapi
pada kenyataanya, justru banyak mahasiswa yang tidak dapat mengambil
keputusan yang menyangkut diri dan lingkungannya baik atas pilihan yang
sederhana maupun pilihan yang sulit.
Ketidakmampuan mahasiswa dalam mengambil keputusan dapat diketahui
dari hasil observasi dan wawancara peneliti misalnya susahnya bagi mahasiswa
menentukan mata kuliah mana yang harus di ambil dan mana yang tidak.
Kebingungan dalam mempertimbangkan mana yang yang terbaik bagi dirinya
menjadi kesulitan tersendiri dalam pengambilan keputusan bagi mahasiswa.
Contoh lain yang dapat ditemukan salah satunya kesulitan mahasiswa dalam
pengambilan keputusan yang berada pada situasi konflik, baik itu dengan teman
sebaya, pribadi, maupun kelompoknya. Ada kecenderungan mengambil keputusan
yang kurang tepat karena banyaknya hal yang dipermasalahkan dan menuntut
pengambilan keputusan yang tepat bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik.
Dengan adanya masalah, secara tidak langsung mahasiswa belajar untuk
menghadapi dan menyelesaikannya sehingga dapat meningkatkan kemampuan
diri. Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, membuktikan bahwa rendahnya
pengambilan keputusan di kalangan mahasiswa mungkin disebabkan oleh
rendahnya kemampuan manajemen konflik terhadap masalah-masalah yang ada.
Menurut Dwijanti (2000) manajemen konflik adalah suatu cara atau
pendekatan atau metode yang digunakan seseorang untuk mengatasi atau
menghadapi suatu konflik tertentu. Menurut Robbins (2003) yang dimaksud

dengan manajemen konflik adalah penggunaan teknik pemecahan dan


perangsangan untuk mencapai tingkat konflik yang diinginkan. Konflik sewaktuwaktu dapat meningkat atau menurun sehingga diperlukan kemampuan seseorang
untuk memahami dinamika konflik dan mengetahui bagaimana cara menangani
konflik dengan efektif (Kinicki and Kreitner, 2003).
Pengambilan keputusan sangatlah penting bagi mahasiswa karena mereka
tidak terlepas dari persoalan masa depan yang penuh dengan peristiwa-peristiwa
yang tidak pasti yang menuntut mereka me-manage segala sesuatu agar berjalan
dengan baik dan mampu menetapkan apa yang terbaik untuk menunjang
perkuliahan, sehingga mereka berani dan siap untuk terjun kemasyarakat
(www.penulislepas.com, 12 Maret 2006).
Oleh karena itu, peneliti memandang perlunya suatu pelatihan yang
dirancang untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan mahasiswa
yaitu pelatihan manajemen konflik.

Metode Penelitian
Subjek Penelitian
Karakteristik subjek penelitian yang dipakai pada penelitian ini antara lain:
1. Mahasiswa Universitas Islam Idonesia laki-laki dan perempuan
2. Mengikuti jenjang pendidikan Strata 1 (S1)
3. Usia 17-24 tahun
4. Bersedia mengikuti pelatihan dan menjadi subjek penelitian tanpa ada
paksaan.

Metode Pengumpulan Data


a. Skala Pengambilan Keputusan
Skala yang digunakan merupakan modifikasi dari skala Mansyur (2004)
mengacu pada tujuh aspek Gitosudarmo dan Sudita (2000), yaitu: menentukan
tujuan,

mengidentifikasi

mengevalusi

alternatif,

persoalan,
memilih

mengembangkan

alternatif,

alternatif-alternatif,

pelaksanaan

keputusan,

dan

mengevaluasi keputusan. Modifikasi skala menghasilkan 60 aitem yang terbagi


menjadi dua yaitu favourable dan unfavourable. Skala tersebut harus direspon
dengan empat alternatif jawaban, yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai
(TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
b. Modul Pelatihan Manajemen Konflik
Meliputi:

materi

pengenalan

konflik,

menangani

konflik

secara

konstruktif, mendengar aktif, komunikasi asertif, dan memupuk sikap juara.


c. Surat Pernyataan Subjek
Surat pernyataan diberikan sebagai bukti bahwa subjek telah bersedia
mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir.
d. Lembar Observasi dan Kuesioner Penelitian
Metode Observasi yang digunakan adalah covert, non partisipan, dan
contrieved (terkontrol). Bentuk observasi yang digunakan adalah cheklist.
Questionnaire (angket) yang digunakan ini menggunakan format isian yang
digunakan untuk mengetahui komentar subjek terhadap sesuatu (Azwar, 2001).
e. Dokumentasi
Dokumentasi pelatihan berisi beberapa foto jalannya pelatihan.

Rancangan Eksperimen
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik
random sampling dimana setiap individu yang memenuhi kriteria dianggap sama
(homogen) dan mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi subjek
penelitian (Azwar, 2001). Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pretest-posttest control group design. (Latipun,2004).
Tabel 1
Rancangan eksperimen
Eksperimen
(R)
Y1
Kontrol
(R)
Y1
Keterangan:
R : random
Y1 : pre test
Y2 : post test
X : perlakuan (pelatihan)
X- : tidak ada perlakuan (pelatihan)

X
X-

Y2
Y2

Tabel 2
Rancangan pemberian materi pada kelompok eksperimen
Hari
Perlakuan
1
Pretest, perkenalan, orientasi.
Materi pengenalan konflik, materi menangani konflik
secara konstruktif, materi mendengar aktif, komunikasi
asertif, dan materi memupuk sikap juara.
2
Masa Inkubasi (pemberian tugas)
3
Analisi tugas (masa inkubasi), penegasan, penutup
(posttest)

Metode Analisis Data


Metode yang digunakan yaitu: t-test gain score dan independent sample
test. Analisis dilakukan dengan komputer program SPSS for window versi 12.

Hasil Penelitian
Setelah uji coba maka dihasilkan 39 aitem sahih dengan batas krisis 0,3.
Aitem yang favourable berjumlah 15 aitem, yaitu 1, 2, 10, 11, 17, 18, 19, 20, 27,
28, 29, 30, 31, 32 dan aitem 38. Sedangkan aitem yang unfavourable berjumlah
24 aitem, yaitu 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 33, 34,
35, 36, 37, dan aitem 39. Koefisien validitas bergerak dari 0,309 sampai dengan
0,594 dengan nilai reliabilitas 0,910.

Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan Non Parametric, 1 Sample Kolmogorov
Smirnov Test, dengan SPSS 12 for windows.
a. Variabel pengambilan keputusan gain score kelompok eksperimen-kontrol
1). Gain score aspek 1 memperoleh K-S-Z sebesar 0.667, p sebesar 0.766
(2-tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan gain score
aspek 1 kelompok eksperimen-kontrol normal.
2). Gain score aspek 2 memperoleh K-S-Z sebesar 0.500, p sebesar 0.964
(2-tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan gain score
aspek 2 kelompok eksperimen-kontrol normal.
3). Gain score aspek 3 memperoleh K-S-Z sebesar 0.333, p sebesar 1.000
(2-tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan gain score
aspek 3 kelompok eksperimen-kontrol normal.

10

4). Gain score aspek 4 memperoleh K-S-Z sebesar 0.667, p sebesar 0.766
(2-tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan gain score
aspek 4 kelompok eksperimen-kontrol normal.
5). Gain score aspek 5 memperoleh K-S-Z sebesar 0.833, p sebesar 0.491
(2-tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan gain score
aspek 5 kelompok eksperimen-kontrol normal.
6). Gain score aspek 6 memperoleh K-S-Z sebesar 0.333, p sebesar 1.000
(2-tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan gain score
aspek 6 kelompok eksperimen-kontrol normal.
7). Gain score aspek 7 memperoleh K-S-Z sebesar 0.500, p sebesar 0.964
(2-tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan gain score
aspek 7 kelompok eksperimen-kontrol normal.
b. Variabel pengambilan keputusan pre test kelompok eksperimen-kontrol
1). Pre test aspek 1 kontrol memperoleh K-S-Z sebesar 0.333, p sebesar
1.000 (2-tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan pre
test aspek 1 kelompok eksperimen-kontrol normal.
2) Pre test aspek 2 memperoleh K-S-Z sebesar 0.667, p sebesar 0.766 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan pre test aspek 2
kelompok eksperimen-kontrol normal.
3). Pre test aspek 3 memperoleh K-S-Z sebesar 0.667, p sebesar 0.766 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan pre test aspek 3
kelompok eksperimen-kontrol normal.

11

4). Pre test aspek 4 memperoleh K-S-Z sebesar 0.667, p sebesar 0.766 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan pre test aspek 4
kelompok eksperimen-kontrol normal.
5). Pre test aspek 5 memperoleh K-S-Z sebesar 0.500, p sebesar 0.964 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan pre test aspek 5
kelompok eksperimen-kontrol normal.
6). Pre test aspek 6 memperoleh K-S-Z sebesar 0.833, p sebesar 0.491 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan pre test aspek 6
kelompok eksperimen-kontrol normal.
7). Pre test aspek 7 memperoleh K-S-Z sebesar 0.500, p sebesar 0.964 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan pre test aspek 7
kelompok eksperimen-kontrol normal.
c. Variabel pengambilan keputusan post test kelompok eksperimen-kontrol
1). Post test aspek 1 memperoleh K-S-Z sebesar 0.667, p sebesar 0.766 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan post test aspek
1 kelompok eksperimen-kontrol normal.
2). Post test aspek 2 memperoleh K-S-Z sebesar 0.667, p sebesar 0.766 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan post test aspek
2 kelompok eksperimen-kontrol normal.
3). Post test aspek 3 memperoleh K-S-Z sebesar 0.667, p sebesar 0.766 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan post test aspek
3 kelompok eksperimen-kontrol normal.

12

4). Post test aspek 4 memperoleh K-S-Z sebesar 0.667, p sebesar 0.766 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan post test aspek
4 kelompok eksperimen-kontrol normal.
5). Post test aspek 5 memperoleh K-S-Z sebesar 0.833, p sebesar 0.491 (2tailed), p>0.05, sehingga dapat dikatakan keputusan post test aspek 5
kelompok eksperimen-kontrol normal.
6). Post test aspek 6 memperoleh K-S-Z sebesar 0.667, p sebesar 0.766 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan post test aspek
6 kelompok eksperimen-kontrol normal.
7). Post test aspek 7 memperoleh K-S-Z sebesar 0.833, p sebesar 0.491 (2tailed), p>0.05, sehingga skala pengambilan keputusan post test aspek
7 kelompok eksperimen-kontrol normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya
varian dengan menggunakan SPSS 12 for windows.
a. Variabel pengambilan keputusan gain score
1). Gain score aspek 1 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 4.141 dan
p sebesar 0.50 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan gain
score aspek 1 homogen.
2). Gain score aspek 2 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 1.530 dan
p sebesar 0.225 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan gain
score aspek 2 homogen.

13

3). Gain score aspek 3 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.347 dan
p sebesar 0.560 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan gain
score aspek 3 homogen.
4). Gain score aspek 4 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 3.489 dan
p sebesar 0.070 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan gain
score aspek 4 homogen.
5). Gain score aspek 5 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 4.487 dan
p sebesar 0.042 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan gain
score aspek 5 tidak homogen.
6). Gain score aspek 6 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.615 dan
p sebesar 0.438 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan gain
score aspek 6 homogen.
7). Gain score aspek 7 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.781 dan
p sebesar 0.383 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan gain
score aspek 7 homogen.
b. Variabel pengambilan keputusan pre test
1). Pre test aspek 1 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.213 dan p
sebesar 0.647 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan pre test
aspek 1 homogen.
2). Pre test aspek 2 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.107 dan p
sebesar 0.745 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan pre test
aspek 2 homogen.

14

3). Pre test aspek 3 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.001 dan p
sebesar 0.973 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan pre test
aspek 3 homogen.
4). Pre test aspek 4 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.162 dan p
sebesar 0.690 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan pre test
aspek 4 homogen.
5). Pre test aspek 5 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.443 dan p
sebesar 0.510 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan pre test
aspek 5 homogen.
6). Pre test aspek 6 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.121 dan p
sebesar 0.730 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan pre test
aspek 6 homogen.
7). Pre test aspek 7 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.472 dan p
sebesar 0.497 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan pre test
aspek 7 homogen.
c. Variabel pengambilan keputusan post test
1). Post test aspek 1 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 1.440 dan p
sebesar 0.238 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan post
test aspek 1 homogen.
2). Post test aspek 2 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 3.454 dan p
sebesar 0.072 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan post
test aspek 2 homogen.

15

3). Post test aspek 3 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 1.914 dan p
sebesar 0.176 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan post
test aspek 3 homogen.
4). Post test aspek 4 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 3.086 dan p
sebesar 0.088 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan post
test aspek 4 homogen.
5). Post test aspek 5 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 7.193 dan p
sebesar 0.011 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan post
test aspek 5 tidak homogen.
6). Post test aspek 6 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 0.839 dan p
sebesar 0.366 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan post
test aspek 6 homogen.
7). Post test aspek 7 mempunyai nilai Levene Statistic sebesar 2.040 dan p
sebesar 0.162 (p>0.05), sehingga skala pengambilan keputusan post
test aspek 7 homogen.

Uji Hipotesis
1. Hipotesis 1: ada pengaruh pelatihan manajemen konflik terhadap pengambilan
keputusan pada mahasiswa ditolak (tidak diterima). Hal ini dibuktikan oleh
hasil analisis t-test gain score setiap aspek pengambilan keputusan, yaitu:
a. Dari hasil analisis hipotesis 1a diperoleh skor t sebesar -0.286 dan skor p
sebesar 0.776 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh

16

pelatihan manajemen konflik terhadap pengambilan keputusan aspek 1


pada mahasiswa.
b. Dari hasil analisis hipotesis 1b diperoleh skor t sebesar 1.515 dan skor p
sebesar 0.869 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh
pelatihan manajemen konflik terhadap pengambilan keputusan aspek 2
pada mahasiswa.
c. Dari hasil analisis hipotesis 1c diperoleh skor t sebesar 0.166 dan skor p
sebesar 0.869 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh
pelatihan manajemen konflik terhadap pengambilan keputusan aspek 3
pada mahasiswa.
d. Dari hasil analisis hipotesis 1d diperoleh skor t sebesar 0.806 dan skor p
sebesar 0.426 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh
pelatihan manajemen konflik terhadap pengambilan keputusan aspek 4
pada mahasiswa.
e. Dari hasil analisis hipotesis 1e diperoleh skor t sebesar -0.367 dan skor p
sebesar 0.716 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh
pelatihan manajemen konflik terhadap pengambilan keputusan aspek 5
pada mahasiswa.
f. Dari hasil analisis hipotesis 1f diperoleh skor t sebesar 0.465 dan skor p
sebesar 0.654 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh
pelatihan manajemen konflik terhadap pengambilan keputusan aspek 6
pada mahasiswa.

17

g. Dari hasil analisis hipotesis 1g diperoleh skor t sebesar 1.315 dan skor p
sebesar 0.197 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh
pelatihan manajemen konflik terhadap pengambilan keputusan aspek 7
pada mahasiswa.
2. Hipotesis 2 berbunyi ada perbedaaan skor post test pengambilan keputusan
mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ditolak (tidak diterima).
Hal ini dibuktikan oleh hasil analisis t-test independent sample setiap aspek
pengambilan keputusan, yaitu:
a. Dari hasil analisis hipotesis 2a diperoleh skor t sebesar 0.173 dan skor p
sebesar 0.864 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
skor post test pengambilan keputusan aspek 1 mahasiswa pada kelompok
eksperimen dan kontrol.
b. Dari hasil analisis hipotesis 2b diperoleh skor t sebesar 0.365 dan skor p
sebesar 0.717 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
skor post test pengambilan keputusan aspek 2 mahasiswa pada kelompok
eksperimen dan kontrol.
c. Dari hasil analisis hipotesis 2c diperoleh skor t sebesar 1.042 dan skor p
sebesar 0.305 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
skor post test pengambilan keputusan aspek 3 mahasiswa pada kelompok
eksperimen dan kontrol.
d. Dari hasil analisis hipotesis 2d diperoleh skor t sebesar 0.214 dan skor p
sebesar 0.832 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan

18

skor post test pengambilan keputusan aspek 4 mahasiswa pada kelompok


eksperimen dan kontrol.
e. Dari hasil analisis hipotesis 2e diperoleh skor t sebesar 0.704 dan skor p
sebesar 0.486 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
skor post test pengambilan keputusan aspek 5 mahasiswa pada kelompok
eksperimen dan kontrol.
f. Dari hasil analisis hipotesis 2f diperoleh skor t sebesar 1.093 dan skor p
sebesar 0.282 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
skor post test pengambilan keputusan aspek 6 mahasiswa pada kelompok
eksperimen dan kontrol.
g. Dari hasil analisis hipotesis 2g diperoleh skor t sebesar 1.541 dan skor p
sebesar 0.133 (2-tailed), p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
skor post test pengambilan keputusan aspek 7 mahasiswa pada kelompok
eksperimen dan kontrol.

Pembahasan
Pelatihan manajemen konflik sebagaimana uraian hasil di atas tidak
memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan pengambilan keputusan
pada mahasiwa kelompok eksperimen. Hal ini dapat diketahui dari hasil uji
hipotesis 1a sampai dengan 1g dan hipotesis 2a sampai dengan 2g. Meskipun
demikian, dilihat dari skor mean post test terdapat perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.

Hasil wawancara tertulis subjek pelatihan

menyebutkan bahwa tidak ada subjek yang merasakan peningkatan langsung

19

dalam hal pengambilan keputusan. Dari grafik individu terjadi peningkatan pada 8
orang subjek kelompok eksperimen yaitu pada subjek1, 2, 3, 4, 7, 9, 11, 13, dan
subjek 18. Sehingga diperkirakan faktor individu mempunyai pengaruh dalam
berhasil tidaknya pelatihan manajemen konflik. Hal ini di kemukakan oleh
Kartono (1986) yang menyebutkan bahwa pengambilan keputusan diperlukan
untuk menyelesaikan suatu masalah. Seiring berjalannya waktu, banyak
perubahan terjadi, dan individu dituntut untuk dapat beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi. Adaptasi tersebut memungkinkan timbulnya
gesekan-gesekan antar nilai baik secara internal maupun eksternal individu. Maka
mengelola konflik merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan.
Faktor lain yang diduga ikut berpengaruh adalah emosional vs objektivitas
dan kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Emosional dapat mempengaruhi
cara permasalahan dianalisis, jenis informasi dan alternatif yang dipertimbangkan
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi yang objektif cenderung
diabaikan, dan keputusan diambil berdasarkan perasaan saja. Sementara itu,
pengambil keputusan yang objektif akan menghindari adanya kekeliruan persepsi
tentang permasalahan maupun informasi yang berkaitan dengannya. Dalam
mengambil suatu keputusan orang yang senang dengan risiko akan berbeda dalam
mengevaluasi serangkaian alternatif maupun memilih suatu alternatif dengan
mereka yang tidak senang dengan risiko. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Gitosudarmo dan Sudita (2000) dan Gibson, et al (1997).
Faktor internal lain yang diduga berpengaruh adalah sikap dan keyakinan
individu terhadap suatu konflik. Seperti pendapat Lazarus (Mardianto, 1999)

20

bahwa konflik yang sama dapat mengakibatkan reaksi yang sama atau berbeda,
tergantung dari penilaian dan sikap individu terhadap konflik. Selain itu, dari segi
pengambilan keputusan itu sendiri, Caufman (Maria, 2004) mengungkapkan
bahwa tingkat kematangan judgement seseorang juga dapat mempengaruhi
kemampuannya dalam proses pengambilan keputusan.
Dari segi pelatihan, terdapat beberapa kendala teknis yang diduga turut
berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kendala teknis tersebut adalah mundurnya
waktu pelatihan dari jadwal yang ditentukan, terjadinya gangguan teknis berupa
matinya lampu LCD selama kurang lebih 20 menit secara tiba-tiba, sehingga
pemberian materi kurang efektif. Kendala-kendala tersebut menyebabkan alokasi
waktu setiap sesi pelatihan berkurang sehingga tidak semua subjek pelatihan
mendapat experiental learning. Hambatan ketiga adalah kesulitan dalam
mendapatkan subjek yang bersedia mengikuti pelatihan sehingga mengganggu
validitas eksternal eksperimen, dalam hal ini interaksi seleksi dan perlakuan.
Terjadinya faktor pengganggu validitas eksternal tersebut mengakibatkan jumlah
awal subjek setiap kelompok tidak seimbang sehingga tidak dimungkinkan
penggunaan metode subject matching design. Kendala teknis lain adalah terdapat
kekeliruan dalam pemilihan subjek pelatihan (bias dalam seleksi subjek).
Sebagian besar subjek pelatihan mempunyai kategorisasi skor pre test tinggi yang
berarti subjek pelatihan tidak mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan.
Pelatihan ini akan lebih tepat jika diberikan pada subjek yang mempunyai
kategorisasi pengambilan keputusan yang rendah. Validitas internal seperti
kelelahan pada subjek (maturasi) juga berpengaruh dalam penelitian ini. Alokasi

21

waktu pelatihan yang padat mengakibatkan kelelahan pada subjek pelatihan


sehingga hasil yang diharapkan dalam penelitian tidak tercapai. Kendala-kendala
teknis tersebut menjadi salah satu penyebab tidak adanya pengaruh pelatihan
manajemen konflik terhadap pengambilan keputusan pada mahasiswa. Kelemahan
dari segi pemateri (trainer) adalah terlalu cepat dalam menyampaikan materi
sehingga subjek merasa kurang nyaman, dan terkadang kesulitan dalam
memahami materi yang disampaikan. Bagaimanapun, secara keseluruhan
pelatihan ini telah berjalan dengan lancar. Alhamdulillah, beberapa kekhawatiran
seperti berkurangnya subjek pada pertemuan kedua, enggan aktif dan keluar
masuk ruangan tidak terjadi selama proses pelatihan.

Kesimpulan
1. Hipotesis 1: ada pengaruh pelatihan manajemen konflik terhadap pengambilan
keputusan pada mahasiswa ditolak. Hal ini dibuktikan oleh hasil analisis
setiap aspek pengambilan keputusan, yaitu:
a. Hipotesis 1a: ada pengaruh pelatihan manajemen konflik terhadap
pengambilan keputusan aspek 1 pada mahasiswa ditolak.
b. Hipotesis 1b: ada pengaruh pelatihan manajemen konflik terhadap
pengambilan keputusan aspek 2 pada mahasiswa ditolak.
c. Hipotesis 1c: ada pengaruh pelatihan manajemen konflik terhadap
pengambilan keputusan aspek 2 pada mahasiswa ditolak.
d. Hipotesis 1d: ada pengaruh pelatihan manajemen konflik terhadap
pengambilan keputusan aspek 4 pada mahasiswa ditolak.

22

e. Hipotesis 1e: ada pengaruh pelatihan manajemen konflik terhadap


pengambilan keputusan aspek 5 pada mahasiswa ditolak.
f. Hipotesis 1f: ada pengaruh pelatihan manajemen konflik terhadap
pengambilan keputusan aspek 6 pada mahasiswa ditolak.
g. Hipotesis 1g: ada pengaruh pelatihan manajemen konflik terhadap
pengambilan keputusan aspek 7 pada mahasiswa ditolak.
2. Hipotesis 2: ada perbedaaan skor post test pengambilan keputusan mahasiswa
pada kelompok eksperimen dan kontrol ditolak. Hal ini dibuktikan oleh hasil
analisis setiap aspek pengambilan keputusan, yaitu:
a. Hipotesis 2a: ada perbedaaan skor post test pengambilan keputusan aspek
1 mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ditolak.
b. Hipotesis 2b: ada perbedaaan skor post test pengambilan keputusan aspek
2 mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ditolak.
c. Hipotesis 2c: ada perbedaaan skor post test pengambilan keputusan aspek
3 mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ditolak.
d. Hipotesis 2d: ada perbedaaan skor post test pengambilan keputusan aspek
4 mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ditolak.
e. Hipotesis 2e: ada perbedaaan skor post test pengambilan keputusan aspek
5 mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ditolak.
f. Hipotesis 2f: ada perbedaaan skor post test pengambilan keputusan aspek
6 mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ditolak.
g. Hipotesis 2g: ada perbedaaan skor post test pengambilan keputusan aspek
7 mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ditolak.

23

Saran
1. Bagi subjek penelitian
Mahasiswa yang sudah menjadi subjek penelitian diharapkan dapat terus
menerapkan hal-hal yang telah dipelajari dalam menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi sehari-hari sehingga dapat mencapai keputusan yang
ideal bagi mahasiswa yang bersangkutan.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Alokasi waktu pelatihan hendaknya tidak membuat lelah bagi subjek,
sehingga faktor pengganggu validitas internal berupa maturasi

dapat

diminimalkan.
b. Pelatihan sebaiknya diberikan pada subjek yang tepat yaitu subjek dengan
kategorisasi pengambilan keputusan rendah. Jadi, faktor pengganggu
validitas internal berupa bias dalam seleksi dapat diminimalkan.
c. Pembagian subjek sebaiknya dilakukan secara merata sehingga dapat
meminimalkan gangguan pada validitas eksternal seperti interaksi subjek
dan perlakuan.
d. Waktu pelaksanaan hendaknya dimulai sesuai dengan jadwal
e. Dalam

pembuatan

modul

dengan

subjek

mahasiswa,

hendaknya

disediakan lebih banyak contoh-contoh kasus praktis sehingga materi


dapat dipahami secara mendalam.

24

Daftar Pustaka

Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


De Janasz, S.C., Dowd K.O., & Schneider: 2002. Interpersonal Skills in
Organization. McGraw-Hill International Edition.
Dwijanti, D.E. 2000. Perbedaan Penggunaan Metode Resolusi Konflik Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) Antara Manajemen dan Karyawan. Surabaya:
Anima vol.13, no.2, 131-148.
Gibson, et al. 1997. Reading in Organization: Behavior, Stucture dan Process.
Texas: Business Publicaton, Inc. Dallas.
Gitosudarmo, I & Sudita, I.N. 2000. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Hadi, S. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: ANDI.
Juriana. 2000. Kesesuaian Antara Konsep Diri Nyata dan Ideal dengan
Kemampuan Manajemen Diri pada Mahasiswa Pelaku Organisasi.
Psikologika, 9, 65 76.
Kartini, K. 1986. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Peimpin Abnormal itu?.
Jakarta: CV. Rajawali.
Kinicki & Kreitner, R. 2003. Organizational Behavior Key Concepts, Skills and
Best Practices. New York: Mc. Graw-Hill Copanies. Inc.
Latipun. 2004. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.
Mansyur, A.Y. 2004. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Ditinjau dari
Motivasi Kerja dan Tingkat Pendidikan. Tesis (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Pasca Sarjana UGM.
Mardianto, A. 1999. Penggunaan Manajemen Konflik Mahasiswa Ditinjau dari
Status Keikutsertaan dalam Mengikuti Kegiatan PencintaAlam di UGM.
Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Sigit, S. 2003. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: BPFE UST.

25

Sonya, M. 2004. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Pengambilan


Keputusan Pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UII.
Syamsi, I. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Syafaruddin & Anzizhan. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan.
Jakarta: Grasindo.
Teguh, M, dkk. 2001. Latihan Kepemimpinan Islam tingkat Dasar
Yogyakarta: UII Press.
Internet:
Al-Biruni. 2005. www.penulislepas.com, 12 Maret 2006

(LKID).

26

Identitas Penulis:
Nama

: Yulia Rahmawati

Alamat

: Jl. Kaliurang km 12 No. 17A

No. Telp

: 0264-885768

Anda mungkin juga menyukai