Anda di halaman 1dari 40

EFEK TOKSIK LOGAM

KELOMPOK I

TRI WAHYUDI LESTARI


PARWATI MOHAMADI
MEGAWATI SALEH
KHALIMATUS SADIYAH
HARISMA SANDA TIKU
ABRIANUS RANGGATAU

TOKSIKOLOGI
Toksikologi

ialah ilmu tentang


senyawa-senyawa kimia yang
bersifat merusak bagi manusia
dan
hewan.
Racun
(Bahan
peusak) ialah zat aktif yang
menyebabkan
kerja
yang
merusak. Apabila pada sejumlah,
terutama obat, dosislah yang
menentukan apakah timbul kerja
yang
berguna
atau
yang
merusak,
maka
dalam
arti

LOGAM
Dalam

kimia, sebuah logam atau


metal (bahasa Yunani: Metallon)
adalah sebuah unsur kimia yang
siap membentuk ion (kation) dan
memiliki
ikatan logam,
dan
kadangkala dikatakan bahwa ia
mirip dengan kation di awan
elektron.

Logam

merupakan
kelompok
toksikan yang unik. Logam ini
dapat ditemukan dan menetap
dalam
alam,
tetapi
bentuk
kimianya dapat berubah akibat
pengaruh fisikokimia, biologis,
atau akibat aktivitas manusia.
Toksisitasnya
dapat
berubah
drastis bila bentuk kimianya
berubah

SIFAT-SIFAT METAL/LOGAM
Sifat-sifat

Ekstraktif/kimia (Chemical
Properties)
Meliputi ciri-ciri dari komposisi kimia dan pengaruh
unsur terhadap metal (logam). Beberapa contoh sifat
kimia adalah segregasi dan ketahanan korosi. Logam
seperti baja memiliki nilai ketahanan terhadap korosi
yang baik, karena memiliki kandungan karbon. Pada
suhu kamar logam berwujud padat kecuali raksa
(berwujud cair). Titik leleh dan titik didih. Logam-logam
cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi
karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda
antara logam yang satu dengan logam yang lain
tergantung pada jumlah elektron yang terdelokalisasi
pada lautan elektron, dan pada susunan atom-atomnya

Sifat

sifat mekanik
(Mechanical Properties)
Yang disebut sifat mekanik ialah
sifat bahan bilamana dipengaruhi
gaya dari luar, yaitu : kekuatan
tarik, kuat bengkok, kekerasan,
kuat pukul, kuat geser, dan lainlain. Sering pula dimasukkan sifat
teknologi dari material ialah
mampu mesin, mampu cor dan

Sifat

sifat Fisik (Physical


Properties)
Sifat fisik adalah sifat bahan
karena
mengalami
peristiwa
fisika, seperti adanya pengaruh
panas dan listrik. yaitu berat
jenis, daya hantar listrik dan
panas, sifat magnet dan struktur
mikro logam

Sifat

Tekhnologi
Sifat pengerjaan logam adalah sifat suatu
bahan
yang
timbul
dalam
proses
pengolahannya.sifat itu harus diketahui
lebih dahulu sebelum pengolahan bahan
dilakukan. Pengujian yang dilakukan antara
lain pengujiian mampu las, mampu mesin,
mampu cor, dan mampu keras. Logam
merupakan bahan yang baik untuk
diaplikasikan dalam teknologi, karena
logam memiliki struktur yang kuat dan
tidak mudah patah.

Faktor yang mempengaruhi


toksisitas
Tingkat

dan lamanya pajanan


Bentuk kimia
Kompleks protein-logam
Faktor pejamu
Indicator biologis

Tempat kerja logam dalam


tubuh
Enzim

Kerja utama logam adalah menghambat


enzim. Efek ini biasanya timbul akibat
interaksi antara logam dengan gugus SH
pada enzim itu. Suatu enzim dapat juga
dihambat oleh logam toksik melalui
penggusuran kofaktor logam yang penting
dari enzim. Contohnya, timbale dapat
menggantikan zink dalam enzim yang
dapat bergantung pada adanya zink,
misalnya
asam
amino
nolevulinat
hidratase (ALAD).

Organel

subseluler
Umumnya efek toksik logam merupakan
akibat dari reaksi antara logam dan
komponen inrasel. Untuk dapat menimbulkan
efek toksinya pada suatu sel, logam harus
memasuki sel. Proses masuknya melintasi
membran akan lebih mudah kalau logam ini
bersifat lipofilik, misalnya metal merkuri. Bila
logam ini terikat pada suatu protein, zat ini
diserap dengan endositosis. Difus pasif
merupakan cara masuk yang lain bagi logam,
misalnya timbale

Jenis-jenis logam
Arsen

(As)
Arsen (As) merupakan unsur
yang melimpah secara alami
dengan nomor atom 33, berat
atom 74,92 g/mol, memiliki 2
bentuk padatan, yaitu kuning
kehitaman dan abu-abu.
Termasuk dalam golongan semilogam, dan mudah patah

1.Efek toksik
Arsen
(As)
bisa
digunakan
sebagai bahan dari berbagai
macam
obat,
tetapi
juga
memberikan efek samping. Untuk
itu, penggunaan obat berbahan
baku As harus secara hati-hati
karena As juga potensial bersifat
karsinogenik dan kokarsinogenik

Penggunaan racun As untuk pembunuhan di


karenakan :
a. As tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak
berbau sehingga mudah dicampurkan pada
makanan atau minuman tanpa dicurigai oleh
korban.
b. Gejala keracunan sangat umum dan tidak
spesifik seperti muntaber sehingga korban
tidak akan mengenalinya.
c. As mudah diperoleh dalam berbagai bentuk,
seperti pestisida, racun tikus, racun semut,
herbisida, dan obat-obatan homeopati.

Indikator biologis toksisitas

oksisitas As pada manusia


menggunakan indikator biologi,
antara lain :
Kadar As dalam urin (dapat
terdeteksi pada korban yang baru
terpapar As)
Kadar As dalam darah (bisa
terdeteksi pada korban dengan
paparan akut)
Kadar As dalam kulit ,rambut,

Jalur Paparan
Paparan As pada manusia bisa terjadi
melalui beberapa jalur
Paparan per oral berasal dari makanan serta
minuman yang terkontaminasi As
Paparan lewat alat pernapasan berasal dari
debu udara atau asap pembakaran
Tinggal lingkungan yang tercemar As
Bekerja di lingkungan yang menggunakan
bahan baku As dan memproduksi As, antara
lain industri peleburan Co, peleburan
Pb,industri pengawetan kayu,serta industri
pestisida

Efek lebih lanjut dari As adalah :


Rasa gatal pada tangan, kram dan kaku
pada otot
Terasa
panas
dan
iritasi
pada
tenggorokan dan lambung, nafas berbau
bawang putih, mulut berasa logam
Muntah-muntah
Pengaruh neurologis yaitu gelisah, sakit
kepala
kronis,
pingsan,
pening,
mengigau, somnolensi, konvulsi dan
koma.

Gejala toksisitas As per oral antara lain berupa :


Ketidak-normalan

kulit, antara lain berupa spot gelap /


terang pada kulit, keratosis pada telapak tangan/kaki, dan
akhirnya berkembang menjadi kanker kulit.
Peningkatan risiko kanker hati,empedu, ginjal, dan paruparu.
Iritasi dan sakit pada alat pencernaan, nausea, vomitus,
dan diare.
Memperparah kondisi malnutrisi.
Penurunan produksi sel darah merah dan sel darah putih.
Abnormalitas fungsi jantung.
Kerusakan pembuluh darah.
Kerusakan hati dan ginjal.
Gangguan fungsi syaraf, menimbulkan rasa panas, rasa
tertusuk jarum pada kaki dan tangan.
Membahayakan fetus selama masa kehamilan.

Efek terhadap alat reproduksi


Pemberian

As anorganik kepada hewan uji


yang sedang bunting bisa menyebabkan
berbagai macam malformasi embrio yang
dipengaruhi oleh cara pemberian dan lama
pemberian arsen (As).
Paparan As dosis tinggi lewat alat pernafasan
atau per oral pada hewan uji yang bunting
bisa menyebabkan lebih rendahnya berat
badan anak yang di lahirkan, malformasi,
bahkan bisa mengakibatkan kematian karena
As mampu melewati plasenta. As juga
ditemukan pada air susu induk.

Faktor yang memengaruhi toksisitas


Toksisitas As di pengaruhi oleh :
Susunan/bentuk senyawa As
Jumlah/dosis/konsentrasi As
Bentuk fisik/kimia dari As
As anorganik lebih toksik dibandingkan As organik
As larut air lebih toksik
Manusia lebih sensitif dibandingkan hewan
Paparan As dalam waktu lama pada anak-anak bisa
menyebabkan penurunan IQ
Intake As secara oral bersifat lebih toksik
dibandingkan lewat kulit atau inhalasi. Absorpsi As
oleh paru-paru tergantung pada ukuran partikel dan
bentuk senyawa dari As.

2. Pencegahan dan penanggulangan


toksisitas
Pada tahap awal, bila diketahui air minum
terkontaminasi As, perlu dilakukan tindakan sebagai
berikut :
Air minum yang terkontaminasi As harus berhenti di
konsumsi.
Apabila
tidak terdapat alternatif lain untuk
mendapatkan air minum, maka air di tampung dan di
biarkan selama 12-24 jam. Kemudian bagian air
dituangkan perlahan-lahan ke tempat lain dan
disaring 4-5 kali menggunakan filter.
Mengonsumsi makanan bergizi , khususnya makanan
yang kaya vitamin A, B, dan C. Konsumsi buah dan
sayur segar (5 serving/day) mampu mengurangi 50%
risiko terkena kanker karena paparan As.

Selenium (Se)
Selenium

adalah bahan kimia


semilogam, Se di alam tidak
ditemukan dalam keadaan bebas
dan memiliki nomor atom 34.
Secara kimiawi, Se berkaitan
dengan sulfur (S) dan tellurium
(Te). Se Secara alami berupa
senyawa
anorganik,
yaitu
selenida bersama timbal (Pb),
kobalt (Co), merkuri (Hg), dan
perak (Ag), serta selenat dan

1. Efek toksik
Se

dalam jumlah kecil merupakan unsur


esensial bagi tubuh, tetapi dalam jumlah besar
bersifat toksik. Toksisitas Se ditentukan oleh
bentuk senyawa Se, kelarutan Se, jallur
paparan, dan jenis senyawa Se
Paparan lewat inhalasi menyebabkan iritasi
mata, gangguan saluran pencernaan, dan
edema paru-paru. Sementara itu, paparan
lewat kontak kulit jarang terjadi. Biasanya itu
terjadi
pada
pekerja
yang
langsung
menggunakan senyawa Se. Paparan lewat kulit
bisa menyebabkan kulit terbakar, bercak
merah, serta pembengkakan

Toksisitas akut
Dosis

tinggi Se sebesar 1 mg/hari bisa menimbulkan


toksisitas dengan gejala muntah-muntah, diare, rambut
rontok, kuku lepas, dan kulit luka. Konsumsi suplemen Se
dengan dosis tinggi biasanya terjadi pada penderita
kanker maupun untuk pencegahan.
Paparan akut Se pada manusia berupa salivasi berlebihan,
berbau bawang putih saat bernafas, nafas pendek, diare,
selenosis dengan gejala takikardia, nausea,, muntah, sakit
perut, gangguan fungsi hati, sakit/nyeri otot, gangguan
iritabilitas, menggigil dan tremor, kongesti paru-paru,
hemoragi dan edema, perubahan kimia darah yang
meliputi peningkatan kadar Hb dan hematokrit, kongesti
hati, kongesti dan hemoragi ginjal, gangguan sistem
syaraf pusat, mengantuk, konvulsi, edema paru-paru,
bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Toksisitas kronis
Toksisitas

kronis
Se
pada
manusia
terjadi
di
wilayah/daerah dengan kadar Se tinggi (seleniferous)
sehingga bahan pangan juga mengandung kadar Se
tinggi. Toksisitas kronis pada manusia menunjukkan gejala
gigi pucat, rusak (berwarna, erosi, geser), dan busuk,
kekeringan kulit, gangguan gastrointestinal, kelelahan,
rambut rontok dan kuku lepas, akropaki (tebal pada ujung
jari) , lesi pada kulit (kemerahan, pembengkakan,
bernananah, ulserasi), gangguan sistem syaraf ditandai
polineuritis (anestesia perifer,akroparatesia, sakit pada
anggota ekstremitas, mati rasa, konvulsi, paralisis,
gangguan motorik,hemiplegia), mengakibatkan kepucatan
(pallor), lidah terasa tebal, gangguan alat pencernaan dan
pernafasan, kerusakan hati dan empedu, anemia, iritasi
mukosa, dan sakit pinggang.

Pencegahan dan penanggulangan toksisitas


Untuk mengurangi toksisitas Se pada hewan merumput di
padang gembalaan, dilakukan beberapa cara sebagai berikut :
Mengukur kadar Se dalam tanah guna mengetahui adanya
kemungkinan tanaman terkontaminasi Se dalam kadar tinggi.
Memagari lokasi/lahan yang tercemar Se sehingga hewan
tidak merumput di lokasi yang tercemar Se dalam kadar
tinggi.
Membatasi grazing period pada lahan yang memiliki kadar Se
yang tinggi .
Menurunkan pH tanah sehingga bisa mengurangi ketersediaan
Se bagi tanaman. Meningkatkan unsur organik tanah bisa
menurunkan kadar Se pada tanaman karena terjadi
pengikatan Se oleh unsur organik tanah.
Memberikan hay alfafa yang mengandung asam amino sulfur
(sistin, metionin) bisa mengurangi pengaruh Se, mengurangi
absorpsi Se, dan meningkatkan ekskresi Se.

Tembaga (Cu)
Kuprum

atau tembaga (Cu) memiliki


sistem kristal kubik, yang secara fisik
berwarna kuning dan apabila dilihat
menggunakan mikroskop akan berwarna
pink kecoklatan sampai keabuan. Cu
termasuk golongan logam, berwarna
merah, serta mudah berubah bentuk. Di
alam, Cu banyak ditemukan dalam
bentuk pyrite, Fe-Sulfat, dan sering
bercampur dengan Antimoni (Sb), merkuri
(Hg), timbal (Pb), dan arsen sulfat

1. Efek toksik
Unsur

Cu bisa ditemukan pada berbagai jenis


makanan, air, dan udara sehingga manusia bisa
terpapar Cu melalui jalur makanan, minuman, dan
saat bernafas. Cu merupakan unsur yang di
butuhkan manusia dalam jumlah kecil. Apabila
jumlah Cu telah melampaui batas aman, akan
muncul toksisitas. Manusia biasanya terpapar Cu
melalui tanah, debu, makanan, serta minuman
yang tecemar Cu yang berasal dari pipa bocor
pada penambangan Cu atau industri yang
menghasilkan limbah Cu. Kira-kira 75-99% total
intake Cu berasal dari makanan dan minuman.
Setiap hari, manusia bisa terpapar Cu yang antara
lain berasal dari peralatan dapur ataupun koin

Toksisitas kronis
Paparan Cu dalam waktu lama bisa menimbulkan gejala
seperti :
Iritasi pada hidung, tenggorokan, mulut dan mata.
Menyebabkan sakit kepala, sakit lambung, kehilangan
keseimbangan, nausea, muntah, dan diare. Paparan Cu
dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal,
bahkan menyebabkan kematian. Belum ada bukti ilmiah
bahwa Cu bersifat karsinogenik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lama paparan dan tingginya dosis
Cu bisa menurunkan tingkat intelegensia anak-anak
dalam masa pertumbuhan, batuk-batuk, dan pendarahan
hidung. Cu juga dapat menimbulkan alergi pada kulit.
Paparan Cu berulang bisa menyebabkan penebalan pada
kulit serta menimbulkan warna kehijauan pada kulit dan
rambut sehingga menyebabkan iritasi hidung.

Toksisitas akut
Gejala

klinis pada keracunan akut Cu, antara lain kolik


abdomen, muntah, gastroenteritis diikuti diare, feses, dan
muntahan yang berwarna hijau-kebiruan. Gejala lain adalah
shock berat, suhu tubuh turun secara drastis, dan denyut
jantung yang meningkat. Penderita akan mengalami kolaps
dan kematian setelah 24 jam semenjak munculnya gejalagejala tersebut. Keracunan akut mengakibatkan kadar Cu
darah meningkat beberapa jam setelah mencerna makanan
yang mengandung Cu. Keracunan akut karena mencerna
Cu dalam jumlah besar berasal dari garam Cu dan yang
paling sering berupa Cu-sulfat, bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Gejala keracunan akut Cu antara lain muntahan
berwarna hijau-kebiruan, hematemesis, hipotensi, melena,
koma, dan penyakit kuning. Hasil autopsi menunjukkan
bahwa keracunan akut Cu menyebabkan terjadinya
nekrosis sentrilobular hepar.

2. Pencegahan dan penanggulangan


toksisitas

Berbagai cara untuk mengurangi paparan


Cu adalah :
Mencuci tangan dan wajah sebelum makan
Menutupi tanah yang terkontaminasi Cu
menggunakan tanah yang bebas Cu atau
paving stones.
Membersihkan rumah dan segala perabot
secara rutin dari debu dan berbagai jenis
kotoran.
Mencuci dan mengupas buah ataupun
sayur yang hendak di konsumsi.

Timbal (Pb)
Timbal

(Pb) pada awalnya adalah


logam berat yang secara alami
terdapat di dalam kerak bumi.
Namun, timbal juga bisa berasala
dari kegiatan manusia bahkan
mampu mencapai jumlah 300 kali
lebih banyak dibandingkan Pb
alami

1. Efek toksik
Timbal

(Pb) adalah logam yang bersifat toksik


terhadap manusia, yang bisa berasal dari
tindakan mengonsumsi makanan, minuman,
atau melalui inhalasi dari udara, debu yang
tercemar Pb, kontak lewat kulit, kontak lewat
mata, dan lewat perenteral. Logam Pb tidak
dibutuhkna oleh tubuh manusia sehingga bila
makanan
dan
minuman
tercemar
Pb
dikonsumsi,
maka
tubuh
akan
mengeluarkannya. Orang dewasa mengabsorpsi
Pb sebesar 5-15% dari keseluruhan Pb yang
dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorpsi Pb
lebih besar, yaitu 41,5%.

Gejala dan tanda-tanda klinis akibat paparan


Pb secara akut bisa menimbulkan beberapa
gejala, antara lain :
Gangguan gastrointenstinal, seperti kram perut,
kolik, dan biasanya diawali dengan sembelit,
mual, muntah-muntah, dan sakit perut yang
hebat.
Gangguan neurologi berupa ensefalopati seperti
sakit kepala, bingung atau pikiran kacau, sering
pingsan dan koma.
Gangguan fungsi ginjal, oliguria, dan gagal
ginjal yang akut bisa berkembang dengan
cepat.

2. Penanggulangan
toksisitas

Berbagai upaya mencegah dan menghindari efek toksik Pb antara lain :


Melakukan tes medis (Pb dalam darah), terutama bagi pekerja yang
berisiko terpapar Pb.
Menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat
makanan/minuman
yang mengandung Pb (keramik berglasur,
wadah/kaleng yang dipatri atau mengandung cat).
Pemantauan kadar Pb diudara dan kadar Pb dalam makanan/minuman
secara berkesinambungan.
Mencegah anak menelan/menjilat mainan bercat atau berbahan
mengandung cat
Tidak makan, tidak minum, tidak merokok di kawasan yang tercemar Pb
Menyediakan
fasilitas ruang makan yang terpisah dari lokasi
pencemaran Pb
Tempat penyimpanan makanan atau minuman tertutup sehingga tidak
kontak dengan debu atau asap Pb
Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Pb, baik dari kendaraan
bermotor maupun industri

Mangan (Mn)
Mangan

(Mn) adalah logam


berwarna abu-abu keputihan,
memiliki sifat mirip dengan besi
(Fe), merupakan logam keras,
mudah retak, serta mudah
teroksidasi

1. Efek toksik
Mn

dalam dosis tinggi bersifat toksik. Paparan


Mn dalam debu atau asap maupun gas tidak
boleh melebihi 5 mg/m3 karena dalam waktu
singkat hal itu akan menimbulkan toksisitas.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa paparan
Mn lewat inhalasi pada hewan uji tikus bisa
mengakibatkan toksisitas pada sistem syaraf
pusat. Paparan per oral Mn menunjukkan
toksisitas
yang
rendah
dibandingkan
mikrounsur lain sehingga sangat sedikit
dilaporkan kasus toksisitas Mn per oral pada
manusia.

Paparan

dosis tinggi dalam waktu singkat


menunjukkan gejala berupa kegemukan,
penggumpalan
darah,
gangguan
kulit,
gangguan
skeleton,
menurunnya
kadar
kolesterol,
mengakibatkan
cacat
lahir,
perubahan warna rambut, gangguan sistem
syaraf, gangguan jantung, hati dan pembuluh
vaskuler,
menurunnya
tekanan
darah,
mengakibatkan cacat pada fetus, kerusakan
otak, serta iritasi alat pencernaan. Paparan Mn
lewat kulit bisa mengakibatkan tremor,
kegagalan
koordinasi,
dan
dapat
mengakibatkan munculnya tumor

2. Penanggulangan
toksisitas
Pemberian

L-dopa kepada penderita toksisitas


kronis Mn dengan gejala mirip parkinson lebih
efektif di bandingkan pemberian L-dopa
kepada penderita parkinson. Berdasarkan
hasil penelitian, pemberian L-dopa pada
hewan uji yang di beri Mn secara inhalasi
maupun intraperitonial menunjukkan hasil
yang baik dan dapat mengurangi gejala
parkinson. Hewan uji kera yang diberi Mn
secara intraperitonial, lalu diberi dopamin dan
serotonin
yang
menunjukkan
gejala
berkurangnya toksisitas Mn.

SEKIAN

DAN
TERIMA KASIH
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai