'Dokumen - Tips Laporan Biologi Cacing Tanah
'Dokumen - Tips Laporan Biologi Cacing Tanah
( CACING TANAH)
Oleh
HAYATUN (E1C107014)
SHITIE NOOR IFACH (E1C107017)
WAHYU KURNIAWAN (E1C107018)
MUHAMMAD SAILI ( E1C107022)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUING MANGKURAT
BANJARBARU
2011
PENDAHULUAN
Sebagian orang merasa jijik pada cacing tanah. Jangan salah, ternyata dibalik
tubuhnya yang licin itu, cacing tanah menyimpan banyak khasiat. Kenyataannya,
banyak orang yang mengonsumsinya untuk menyembuhkan beberapa penyakit, tanpa
efek, sehingga aman dikonsumsi. Menurut pengalaman orang-orang yang pernah
mengalami demam atau suhu badan yang tinggi, dengan mengonsumsi ramuan ekstra
cacing tanah gangguan mereka pun membaik.
Selain itu cacing juga dapat diolah menjadi macam-macam produk. Selain dalam
bentuk hidup,cacing dapat dirubah menjadi tepung, cacing,kosmetika, makanan
ternak, dan pupuk. Adapun manfaat cacing dalam untuk mengobati berbagi macam
penyakit seperti penyakit exim, typus, batuk, influenza, menurunkan kadar kolestrol,
TBC, dan masih banyak lagi penyakit yang bisa di sembuhkan dengan cacing. Tentu
saja semua hal diatas jika dikelola dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan
keuntungan yang sangat besar.
PEMBAHASAN
Sejarah Singkat
Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang
belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting
dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae. Cacing tanah bukanlah hewan yang
asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini
mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan
manusia.
Definisi cacing tanah
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok
Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum
Annelida.
Dalam bahasa Inggris cacing sering disebut dengan istilah worm, vermes, dan
helminth. Cacing, dalam kerajaan binatang termasuk hewan invertebrata atau tanpa
tulang
belakang.
Cacing
diklasifikasikan
kedalam
tiga
phylum,
yaitu
ditemukan di dataran tinggi Lembang - Bandung oleh Ir. Bambang Sudiarto pada
tahun 1982. Dilihat dari morfologinya, cacing tersebut panjangnya antara 80 140
mm. Tubuhnya bersegmen-segmen dengan jumlah antara 85 140. Segmentasi
tersebut tidak terlihat jelas dengan mata telanjang. Yang terlihat jelas di bagian
tubuhnya adalah klitelum, terletak antara segmen 26/27 32. Klitelum merupakan
organ pembentukan telur. Warna bagian punggung (dorsal) adalah coklat merah
sampai keunguan. Sedangkan warna bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada
bagian depan (anterior) terdapat mulut, tak bergigi. Pada bagian belakang (posterior)
terdapat anus.
Morfologi Cacing Tanah
Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih.
Jumlah
segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32.
Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih
kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen.
Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan
silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima
antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem
pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat
menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Penelitian yang
telah berlangsung selama sekitar 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah
memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Selain itu telah ditemukan
bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein dan pameran
beberapa aktivitas biologis sebagai berikut: cytolytic, proteolitik, antimikroba,
hemolitik, hemagglutinating, tumorolytic, dan kegiatan mitogenic.
Cairan dari selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti memiliki sebuah
aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang
dikenal sebagai patogen cacing tanah. Setelah itu diperoleh dua protein, bernama
Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri
ini disebabkan karena fetidins. Lumbricus rubellus juga memiliki dua agen
antibakteri bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2. Baru-baru ini, dua jenis faktor
antibakteri yang mempunyai aktivitas seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik serta
pengenalan pola protein bernama selom cytolytic faktor (CCF) telah diidentifikasi
dalam foetida Eisenia cacing tanah. Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia
foetida lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan cytolytic
menghasilkan kokon sebanyak 3 kokon per minggu. Di dalam kokon terdapat telur
dengan jumlah antara 2 20 butir. Telur tersebut akan menetas menjadi juvenil (bayi
cacing) setelah 2 5 minggu. Rata-rata hidup cacing adalah 2 ekor perkokon.
Cacing akan menjadi dewasa dan siap kawin wetelah berumur 2 3 bulan. Dalam
pertumbuhannya, pertambahan berat cacing sampai berumur satu bulan adalah
sekitar 400 persen, 1 2 bulan 300 persen, dan 2 3 bulan 100 persen. Dalam satu
siklus (3 bulan) 1 kg induk cacing menghasilkan 6 kg cacing. Dalam 1 kg cacing
terdapat sekitar 2000 ekor. Sedangkan berat keringnya adalah sekitar 20 persen dari
berat basah.
Struktur Tubuh Cacing Tanah
Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara
satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh
darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya
saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang berperan
dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri
dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), kelenjar kalsiferous usus, dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh
enzim - enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel.
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom,
dan nefrotor. Nefridia (tunggal nefridium) merupaka organ ekskresi yang terdiri
dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka
pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap
segmen tubuhnya
Habitat Cacing Tanah
Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak
terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang
sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan
kelembaban cukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusak yaitu berkisar
15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara
15oC-25oC.
Pengaruh pH
Cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena
sedikitnya enzim pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan
bakteri untuk merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang
dalam makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya
mati karena tidak ada yang membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein.
Namun bila makanan terlalu asam sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya pembengkakan tembolok cacing tanah dan berakhir dengan
kematian pula. Keadaan makanan atau lingkungan yang terlalu basah, mengakibatkan
cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian mati. Untuk pertumbuhan yang baik dan
optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2.
Pengaruh kelembaban
Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah
penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum
berkisar antara 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga
keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan
mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan
sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 %
kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk
bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok. Kelembaban sangat diperlukan untuk
menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila udara terlalu kering, akan
merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam
lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila
kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk
mencari tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena
cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit.
Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah
adalah antara 15% sampai 30%.
Pengaruh Suhu
Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-
proses
fisiologis
seperti
pernafasan,
pertumbuhan,
perkembangbiakan
dan
metabolisme. Suhu rendah menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat
(sedang) menyebabkan cepat menetas dan pertumbuhan cacing tanah setra
perkembangbiakannya akan berjalan sempurna. Suhu yang baik antara 15oC-25oC.
Suhu yang lebih tinggi dari 25oC masih baik asalkan ada naungan yang cukup dan
kelembaban yang optimal.
kebun yang ditanami beranekaragam tanaman, seperti kakao, pisang, kopi, cabai
kelapa dan cengkeh. Cacing tanah biasanya dijumpai ditanah sekitar tumpukan kulitkulit kakao yang mulai membusuk atau pada busukan batang pisang.
Proses
keadaan kesulitan bernafas dalam liang. Cacing tanah juga tidak kuat bila terendam
air terlalu lama sehingga cendrung menghindar dari genangan air yang dalam. Dalam
keadaan normal mereka akan pergi kepermukaan tanah pada malam hari. Pada
malam suhu udara tidak panas dan kelembaban udara tinggi sehingga cacing tanah
bisa bebas keluar untuk beraktivitas. Dalam keadaan terlalu dingin atau sangat
kering cacing tanah segera masuk kedalam liang, beberapa cacing sering terdapat
meligkar bersama-sama dengan diatasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur
dengan lendir. Lendir dalam hal ini berfungsi sebagai isolator yang mempertahankan
suhu tubuh cacing tanah agar tidak terlalu jauh terpengaruh oleh suhu lingkungan.
Posisi melingkar dalam liang memperkecil kontak kulit dengan udara sehingga
memperkecil pengaruh dari suhu udara luar.
menggali pori-pori tanah. Makanan utama cacing tanah adalah bahan organik.
Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran
ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan yang
mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya. Namun cacing tanah
tidak menyukai serasah daun yang mengandung tanin atau minyak seperti daun
cengkeh, pinus dan jeruk. Tanin bersifat toksik bagi cacing tanah. Hal ini terlihat dari
pengamatan peneliti bahwa tanah di bawah tumpukan serasah daun cengkeh sama
sekali tidak dijumpai adanya cacing tanah. Bahkan peneliti juga mencoba menggali
tanah samapi 30 cm namun cacing tanah tetap tidak berhasil dijumpai.
Makanan cacing tanah diambil melalui struktur organ yang disebut
prostomium (setara bibir pada manusia), lalu dimasukkan kedalam mulut, kemudian
mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) atau dolomit pada
lapisan di bawah permukaan tanah. Cacing juga dapat menurunkan pH pada tanah
yang berkadar garam tinggi.
organ sederhana, yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi
dengan lingkungan hidupnya. Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan
tangan, otot badannya yang memanjang (longitudinal) dan otot badannya yang
melingkar tebal (sirkuler) ternyata sangat berguna untuk pergerakan. Kontraksi otot
longitudinal menebabkan tubuh cacing tanah bisa memanjang dan memendek.
Sedangkan kontraksi otok sirkuler menyebabkan tubuh cacing tanah mengembang
dan mengkerut. Sinkronisasi kontraksi kedua jenis otot ini menimbulkan gaya gerak
kedepan. Kalau diperhatikan kelihatan lemah, tetapi sebetulnya tidak demikian,
cacing tanah termasuk relatif kuat karena dengan susunan otot yang melingkar dan
memanjang cacing tanah dapat menembus tanah. Cacing tanah dapat mendorong
suatu benda atau batu kecil yang 60x lebih berat dari tubuhnya sendiri, tetapi bila
tidak dapat didorong, tanah itu akan dimakannya dan setelah itu bersama-sama
kotoran dikeluarkan atau disembulkan melalui anus.
Cacing tanah juga mempunyai struktur pembantu pergerakan yang disebut
seta, fungsinya adalah sebagai jangkar supaya lebih kokoh pada tempat bergeraknya.
Bila seekor cacing tanah ditarik dari lubangnya, tubuhnya akan putus. Hal ini
disebabkan karen daya lekat seta. Alat bantu lainnya adalah lendir yang dihasilkan
oleh kelenjar lendir pada epidermisnya. Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk
melapisi seluruh tubuhnya, supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat yang
kasar, misalnya pada daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir
dipakai untuk memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa
bergerak didalam lubang.
(hermaprodite). Tetapi cacing tanah tidak dapat membuahi dirinya sendiri. Dari
perkawinan masing-masing cacing tanah akan menghasilkan kokon yang berisi telurtelur. Pada waktu mengadakan perkawinan, kedua cacing tanah saling melekat
dibagian anterior, dengan posisi saling berlawanan. Keadaan saling melekat ini
diperkuat oleh seta. Dalam posisi demikian klitelum masing-msing cacing akan
mengeluarkan lendir. Guna lendir tersebut terutama untuk melindungi spermatozoa
yang keluar dari lubang alat kelamin jantan masing-masing. Kedua cacing ini
berperan sebagai hewan jantan (keduanya mengeluarkan spermatozoa). Spermatozoa
yang keluar kemudian bergerak ke posterior dan masuk kedalam lubang kantong
penerimaan sperma (reseptakulum seminalis). Cacing tanah I dan cacing tanah II
masing-masing saling menerima spermatozoa setelah itu mereka akan berpisah.
Proses berikutnya adalah mula-mula klitelum membentuk selubung kokon,
yang bergerak ke arah mulut dan bertemu dengan saluran telur. Telur-telur kemudian
keluar dari lubang tersebut dan masuk kedalam kokon. Selubung kokon selanjutnya
bergerak kearah mulut. Pada saat melewati lubang penerima sperma, maka sperma
ini akan masuk kedalam selubung kokon sehingga terjadi peristiwa pembuahan. Telur
yang telah dibuahi dalam selubung kokon terus bergerak kearah mulut, sampai
akhirnya selubung kokon itu lepas dari tubuh induknya dan membentuk kokon.
Kokon berbentuk lonjong dan besarnya kira-kira 1/3 kali besarnya batang
korek api. Kokon diletakkan ditempat yang lembab dan akan menetas dalam waktu
14-21 hari. Setiap kokon akan menghasilkan cacing sebanyak 2-20 ekor, rata-rata
secara umum adalah 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dewasa dapat
menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing mulai dewasa setelah
berumur 2-3 bulan, setiap cacing dewasa dapat menghasilkan satu kokon setiap 7-10
hari.
Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum.
Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab,
anelida mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan
lewat sistem ekskresi.
Sistem ekskresi Filum Anelida pada umumnya berupa tersusun dari organ
nefridium yang sering juga disebut metanefridium. Cacing tanah merupakan salah
satu anggota Filum Anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang
metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. Metanefridium
memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut nefrostom (di
bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan
bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem
pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada
segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar
seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh
melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor.
lemak. Padahal kedua zat ini bersifat esensial dan diperlukan untuk pertumbuhan
cacing tanah.
atau disebar hidup. Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik
sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga
cacing tanah dapat digunakan sebagai:
1. Cacing Tanah sebagai Bahan Pakan Bergizi bagi Ternak.
Cacing tanah sejak alam ini ada sudah merupakan makanan beberapa jenis
hewan sehingga terdapat pada rantai makanan. Cacing tanah merupakan makanan
kodok, burung , ayam, bebek, tikus dll. Cacing tanah mengandung protein sangat
tinggi dan mengandung asam amino esensial lengkap tidak ada pada binatang yang
lain. Hilang cacing tanah dari alam sangat berpengaruh terhadap rantai makanan.
Cacing tanah dimanfaatkan oleh hewan-hewan yang memerlukan protein tinggi.
Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
2.
Arachidonic acid yang efektif sebagai penurun suhu tubuh pada deman
akibat infeksin.
Enzim peroksidase dan katalase yang sangat efektif dalam penyembuhan
penyakit degeneratif seperti diabet, kolesterol tinggi reumatik.
Enzim selulose dan lignase yang sangat membantu proses pencernaan
makanan (menormalkan pencernaan yang bermasalah).
Zat antibiotika penghambat berkembangnya kuman seperti Salmonella
typhimurium.; Escherichia coli; Staphiylococcus a; Bacillus c. dan Listeria m.
sehingga sangat efektif untuk penyembuhan penyakit typhus, diare, dll. Kegunaan
cacing tanah mempengaruhi organ-organ penting tubuh. Beberapa sifat dari cacing
tanah adalah: Cure Typus. Menurunkan kadar kolesterol. Meningkatkan daya
tahan. Menurunkan tekanan darah tinggi. Meningkatkan nafsu makan. Mengobati
infeksi saluran pencernaan seperti typus, disentri, diare, dan gangguan perut lainnya
seperti bisul. Mengobati penyakit seperti infeksi saluran pernafasan: batuk, asma,
influenza, bronchitis dan TBC. Mengurangi sakit karena kelelahan atau karena
rematik. Menurunkan kadar gula darah diabetes. Mengobati wasir, exim, alergi,
luka dan sakit gigi.
Peranan cacing tanah pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Meningkatkan kesuburan tanah antara lain :
1. Memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan hara dalam tanah.
Satchell (1983) melaporkan bahwa cacing tanah mempunyai kontribusi yang
penting pada struktur tanah dan pembentukan agregat tanah.
bulan; dan makroagregat menjadi 31,7% setelah 6 bulan dan menjadi 60,6% setelah
30 bulan inokulasi cacing. Agregat yang dibentuk oleh cacing memiliki stabilitas
terhadap air yang lebih tinggi.
organik dan tanah masuk ke dalam pencernaan tanah kalsium, asam humat, bahan
organik dan polisakarida akan melekat satu dengan lainnya dan membentuk kotoran
cacing, dimana kotoran cacing tersebut lebih porous dan remah dan mempunyai
banyak kelebihan seperti stabilitas terhadap hantaman air sangat kuat, ketersediaan
hara tinggi, dan kemampuan menahan hara yang tinggi. Ketterings et al. (1997) juga
menemukan bahwa kebanyakan kompleks organik-mineral dibentuk setelah aktifitas
cacing tanah.
meningkat dengan nyata. Bossuyt et al. (2005) juga setuju bahwa karbon
terkombinasi dengan agregat tanah yang stabil melalui aktifitas cacing tanah.
Dengan meningkatnya stabilitas agregat, bahan organik yang terkombinasi akan lebih
tahan lama di dalam tanah dan tidak didekomposisi dengan mudah. Ditambah lagi
saluran/ lubang dari cacing penuh dengan kotoran cacing baik. Kotoran-kotoran
yang diproduksi terus menerus akan memproduksi pori nonkapiler, selanjutnya
memperbaiki ventilasi dan permeabilitas, dan memperbaiki struktur tanah.
2. Meningkatkan dan menstabilkan suplai hara tanah
Cacing dapat mengubah sifat fisik dan kimia tanah, memperlancar proses
mineralisasi bahan organik, dan menstabilkan siklus hara. Aktivitas cacing tanah
meningkatkan ketersediaan hara tanah dan meningkatkan laju siklus hara. Nisbah
C/N dari bahan organik berkurang dengan cepat dengan adanya aktifitas cacing
tanah. Semua hal tersebut berkontribusi terhadap perubahan bentuk N organik, P dan
K yang terikat menjadi ke bentuk yang tersedia bagi tanaman dan memperpendek
masa penyediaan hara.
dipengaruhi oleh cacing tanah selalu memiliki bahan organik, total N, kapasitas
tukar kation (KTK), Ca, Mg, dan K yang dapat dipertukarkan, N dan P tersedia
yang lebih tinggi.
meningkatkan konsentrasi N
Kandungan N mineral (NO3-N+NH4+- N), total karbon, total nitrogen, dan biomasa
mikroba meningkat pada lahan yang diinokulasi cacing dan jika dilakukan
pengembalian residu tanaman gandum pada sistem rotasi tanam gandum dan padi,
hasil ini menunjukkan adanya fungsi ganda dari cacing tanah dengan peningkatan
biomassa mikroba dan peningkatan mineralisasi N organic. Aktifitas cacing tanah
meningkatkan
permeabilitas
tanah
dan juga
memungkinkan
meningkatnya
kehilangan nitrogen akibat pencucian. Walaupun inokulasi cacing tanah pada tanah
yang mengalami pengembalian bagian atas tanaman di permukaan tanah
meningkatkan pencucian nitrogen, namun kehilangan N yang berasal dari pupuk
tidak dijumpai dalam jumlah yang cukup berarti.
3. Hara yang dilepaskan ke dalam tanah melalui aktifitas metabolisme cacing
tanah.
Cacing tanah dan sekresinya kaya akan hara dan dalam bentuk yang tersedia
bagi tanaman. Sebagai contoh cairan ekstrak cacing tanah mengandung
Mn 1.19
tanah
juga
melepaskan
hara
ke
dalam
tanah
dari
aktifitas
tambahan, cacing tanah memotong sisa tanaman menjadi ukuran yang kecil, dan
selanjutnya akan didekomposisi oleh protozoa dan mikroba tanah. Sementara itu,ada
hubungan yang langsung dan tidak langsung antara cacing tanah dan mikroba dalam
siklus N dan P di dalam tanah melalui perannya dalam mengubah jumlah, jenis dan
struktur mikroba dan meningkatkan pelepasan hasil metabolismenya.
4. Peranan cacing tanah terhadap peningkatan serapan hara oleh tanaman
(efektifitas cacing tanah).
Kontribusi cacing tanah dalam meningkatkan serapan hara P oleh tanaman
Setaria splendida
arbuskula. Bahkan kehadiran cacing tanah dapat mengurangi besar kontribusi jamur
mikoriza dalam meningkatkan serapan P oleh tanaman S.splendida (Hasil penelitian)
Kelimpahan cacing tanah dipengaruhi oleh bahan organik, dengan
meningkatnya bahan organik maka meningkat pula populasi cacing tanah. Disekitar
liang cacing tanah kaya akan N total dan C organik. Cacing tanah jenis pontoscolex
corethrurus mempunyai kemampuan untuk mencerna bahan organik kasar dan
mineral tanah halus. Cacing tanah memakan kotoran-kotoran dari mesofauna di
permukaan tanah yang hasil akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk feses atau
kotoran juga yang berperan paling penting dalam meningkatkan kadar biomass dan
kesuburan tanah lapisan atas. Cacing tanah merupakan makrofauana yang berperan
dalam pendekomposer bahan organik, penghasil bahan organik dari kotorannya,
memperbaiki struktur dan aerasi tanah.
Kotoran (feses) cacing tanah mengandung banyak bahan organik yang tinggi,
berupa N total dan nitrat, Ca dan Mg yang bertukar, pH, dan % kejenuhan basa dan
kemampuan penukaran basa. Disini membuktikan bahwa cacing tanah berpengaruh
baik terhadap produktivitas tanah. Karena cacing tanah dalam sifat kimia tanahnya
Sebagai habitat mikrofauna, tanah dihuni oleh lebih dari satu jenis
mikrobia dengan berbagai ragam spesies. Mereka merupakan spesies yang saling
mempengaruhi, saling menguntungkan, dan saling bergantung bahkan tidak jarang
satu dengan yang lain melakukan persaingan dalam rangka mempertahankan
hidupnya. Pola kemitraan dibangun dalam kehidupan bersama antar dua atau lebih
spesies mikrobia dapat bersifat mutualistik, asosiatik, netral atau antagonistik.
Didalam tanah, mikrobia tidak saja berinteraksi dengan sesama mikrobia tetapi juga
berinteraksi dengan makrofauna, mesofauna bahkan dengan organisme tingkat tinggi yaitu
tanaman yang tumbuh disekitarnya. Sejumlah senyawa organik yang bermanfaat sebagai
sumber karbon dan energi bagi kehidupan mikrobia, sebaliknya ada juga senyawa yang
bersifat toksik bagi salah satu jenis mikrobia tertentu. Aktivitas mikrobia dapat
mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman dan juga penyerapannya. Komponen
dari bahan organik tanah yang paling sulit dilapuk adalah asam-asam humik, yang
merupakan hasil pelapukan seresah (substansi organik yang menyerupai lignin). Jadi bisa
dikatakan bahwa subsistansi humik adalah produk akhirdekomposisi bahan organik tanah
oleh mikrobia. Ketahanan subsistansi humik terhadap proses dekomposisi disebabkan
konfigurasi fisik maupun struktur kimia yang sulit dipecahkan oleh mikrobia. Substansi ini
secara fisik terikat kuat dengan liat dan koloidal tanah lainnya, atau dapat juga karena
letaknya di dalam agregat mikro dan ditambah pula dengan adanya hyphae atau akar-akar
halus. Namun mikrobia yang mendekomposisikan komponen bahan organik tanah ini tetep
memegang peranan penting dalam pembentukan agregat tanah dan pengikatan kation dalam
tanah.
ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam
tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya
proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah
mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut
humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro
dalam tanah.
Tanah yang sehat tentu saja harus memiliki suatu system yang ideal artinya
ada keseimbangan komposisi antara faktor- faktor pendukung yang membangun
tanah menjadi satu kesatuan yang utuh, faktor- faktor inilah yang kemudian akan
sangat menentukan apakah tanah tersebut bisa dikategorikan menjadi tanah yang
sehat apa tidak. Kesehatan tanah ini tentu saja akan berpengaruh sangat nyata
terhadap kualitas tanah, karena tanah dengan keseimbangan yang dinamis antara
komponennya akan dapat menghasilkan produk yang tinggi , memiliki daya dukung
yang tinggi pula dan dapat lebih resisten terhadap gangguan dari luar misalnya erosi,
banjir, tanah longsor, pengikisan dan krisis hara.
Dalam biologi tanah ini dipelajari berbagai hal yang terkait dengan keadaan
tanah dengan fungsi organismenya baik mikrofauna ataupun makrofauna tanah dalam
mempengaruhi kualitas dan kesehatan tanah, telah dijelaskan pada paragraf
sebelumnya bahwa salah satu fungsi positif yang dapat dilakukan oleh mikrofauna
tanah tersebut adalah sebagai indicator kesuburan tanah. Fungsi lain dapat kita
ketahui antara lain adalah sebagai berikut :
1. Dalam daur Nitrogen, penambatan oleh mikrobia dan jasad renik yang
bersimbiosis dengan tanaman kacang kacangan (legum) dan non-legume
menjadi
cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Ahli-ahli pertanian di luar negeri dari tahun
ke tahun tertarik oleh gerak-gerak cacing tanah. Mereka menyatakam bahwa kadar
kimiawi kotoran cacing dan tanah aslinya banyak perbedaannya.
Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa karena
aktivitas cacing tanah, maka N, P, K tersedia dan bahan organik dalam tanah dapat
meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman.
Tahun 1949 Stockli dalam penelitiannya menjelaskan, bahwa humus dan
mikroflora kotoran cacing tanah lebih tinggi dari tanah aslinya. Demikian juga
percobaan pada tanah-tanah gundul bekas tambang di Ohio (Amerika Serikat)
menunjukan, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P
tersedia 165%.
Cacing tanah mempengaruhi kesuburan dan produktivitas tanah. Dengan
adanya cacing tanah, kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Selain itu
cacing tanah juga dapat meningkatkan daya serap air permukaan. Liang cacing tanah
yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase. Keduanya
sangat penting dalam pembentukan tanah.
pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permukaan
dan mencampurkan tanah dari bahan organik dengan bahan organik. Cacing tanah
juga dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing
dan humus secara langsung menjadikan tanah gembur.
Di kota-kota besar, sampah merupakan salah satu masalah yang rumit. Untuk
memusnahkannya membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk mengatasinya,
beberapa kota besar di luar negeri telah mencoba memanfaatkan cacing tanah.
Ternyata cacing tanah mempunyai kemampuan yang cukup besar dan cukup
mengagumkan untuk memusnahkan bahan organik. Dari hasil penelitian para ahli
makanan ternak, ternyata selain tepung ikan, cacing tanah pun bisa digunakan untuk
pakan ternak dan ikan. Menurut mereka, kadar protein cacing tanah lebih tinggi
dibanding dengan tepung ikan. Selain itu kandungan asam aminonya paling lengkap,
tidak berlemak, mudah dicerna dan tidak bertulang sehingga seluruh jasadnya
dipakai.
Dalam dunia pengobatan tradisional Tiongkok, cacing tanah digunakan dalam
ramuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain meredakan demam,
untuk penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga
dapat menyembuhkan tifus. Sedangkan di negara-negara industri maju, cacing tanah
sudah dimanfaatkan dalam bidang kosmetika. Minyak hasil ekstraksi cacing tanah
dapat digunakan sebagai pelembab.
manusia pada umumnya dicampur dengan makanan lain. Di Filipina, cacing tanah
digunakan sebagai bahan untuk membuat perkedel. Di negara itu cacing tanah sudah
mulai disukai sebagai santapan yang lezat. Mungkin saja bagi anda yang belum
pernah mencoba hidangan atau pengobatan yang berasal dari cacing tanah ini, ada
yang merasa risi atau jijik. Sama halnya dengan mengkonsumsi air kencing, kecoa,
cicak, empedu binatang melata, dan sebagainya. Tapi apa salahnya apabila
mencobanya, daripada mengkonsumsi obat-obatan kimia, yang tentunya punya risiko
terhadap kerusakan/ penyakit ginjal.
air
berperanmenjaga
dalam tanah berpotensi sebagai bioindikator kondisi tanah. Biomasa cacing tanah
telah diketahui merupakan bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH,
keberadaan horison organik, kelembaban tanah dan kualitas.
Penentuan bioindikator kualitas tanah diperlukan untuk mengetahui
perubahan dalam sistem tanah akibat pengelolaan yang berbeda. Perbedaan
penggunaan lahan akan mempengaruhi populasi dan komposisi makrofauna tanah.
Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan penanaman secara monokultur
pada sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya penurunan secara
nyata biodiversitas makrofauna tanah. Cacing tanah secara tradisional telah
digunakan indikator kualitas tanah (kesuburan tanah). Memberikan indikasi yang
baik kesuburan tanah pertanian.
Cacing tanah sebagai pemakan bahan organik dan mineral yang melalui
pencernaan sehingga menjadi sasaran enzim pencernaan dan penghalusan
pencernaan. Cacing tanah dapat meningkatkan bahan organik tanah, KTK tanah, pH
tanah, N-total ,P-tersedia, K-tersedia, Ca dan Mg dapat tukar. Cacing tanah juga
dapat meningkatkan ukuran dan kemantapan agregat tanah. Populasi cacing tanah
sangat dipengaruhi oleh bahan organik (pupuk kandang sapi). Berdasarkan hasil
penelitian dengan pupuk kandang (1 juta ekor /are) sedangkan tanpa pupuk kandang.
Cacing tanah identik dengan pabrik pupuk alami. Kandungan P-tersedia pada pupuk
kandang yang diberi cacing tanah (bekas cacing ) 7 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol. Berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa pemberian kotoran
cacing tanah yang bercampur dengan media cacing tanah yang sering disebut bekas
cacing (kascing) dapat meningkatkan kualitas pupuk organik (N-total, P-tersedia, Ktersedia, KTK, pH, C-organik) dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
habitatnya.
kandungan bahan organik tanah, air, temperatur tanah, kemasaman tanah (pH), aerasi
dan karbon dioksida, bahan organik, suplai makanan, perlakuan praktis pertanian di
lapangan (pengolahan tanah, tanaman, pemupukan, bahan kimia,
logam berat).
Sehingga aplikasi cacing harus mengikuti aplikasi bahan lainnya terutama bahan
organik, mengubah perlakuan praktis di lapangan agar cacing tetap berada pada
daerah pertanian dan perkebunan yang dimaksud. Pengamatan selama 10 tahun pada
perkebunan kiwi di Selandia Baru menunjukkan
pertanian organik akan meningkatkan populasi cacing tanah dan akan meningkatkan
kesuburan tanah.
Cacing yang
tergolong pada kelompok endogeic menempati daerah di kedalaman > 10-20 cm dari
permukaan tanah, aktif dalam membuat saluran horizontal di dalam tanah dan
mengkonsumsi tanah. Sementara cacing yang tergolong pada anecic mengkonsumsi
bahan organik dan tanah, untuk mendapatkan bahan organik maka cacing tanah harus
naik ke permukaan tanah maka terbentuklah saluran vertikal (Lee, 1985). Sistem
drainase yang dibentuk cacing tanah memiliki ketahanan yang lebih tinggi, karena
cacing akan mengeluarkan mucus hasil ekskresi dari permukaan
tubuhnya untuk
merekatkan partikel di dinding saluran agar tidak rubuh. Diameter saluran ini
berkisar 1-22 mm dan dapat sepanjang 800 m2.. Kesemua sifat tersebut sangat
mempengaruhi erosi tanah.
tergantung pada fungsi pada sifat fisik tanah yaitu mengikat dan melonggarkan
sehingga efeknya terhadap erodibilitas tanah berbeda. Pengaruh cacing tanah ini
pada erodibilitas tanah dan erosi tanah tergantung pada jenis tanah dan kandungan
bahan organik di dalam tanah.
3. Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit
asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam
tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan
atau fermentasi.
4. Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing
tanah adalah antara 15-30 %.
5. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon
adalah sekitar 1525 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi
dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban
optimal.
6. Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan
pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung, misalnya
di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen)
yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak
menyimpan panas.
mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat.
Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang
berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat
sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa
dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki,
kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar.
Pembibitan
Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah
meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang
hewan.
Pemeliharaan Bibit Calon Induk
Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:
1. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang
digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika
sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang
lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
2. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah
bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
3. pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
4. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke
bak lain.
5. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.
Sistem Pemuliabiakan
Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada,
maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing
tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media tetapi harus dicoba
sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakkan di atas media, kemudian
diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk,
baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada
yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila
dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu
betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan
berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti
dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air,
kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna
hitam atau cokelat tua).
Reproduksi, Perkawinan
Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin
jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat
dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan
dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.
berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang
lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan
menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat
menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa
setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh
bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1
kokon.
Pemeliharaan
1. Pemberian Pakan
Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing
tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan
juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa semua kotoran
hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media.
dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata penggantian media
dilakukan dalam jangka waktu 2 minggu.
3. Proses Kelahiran
Bahan
untuk
media
pembuatan
sarang
adalah:
kotoran
hewan,
Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di
bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan
medianya. Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan sarang. Dibalik
sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul,
kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal.Jika pada saat
panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada
wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari.
telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah
pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen. Produk dari cacing tanah
adalah sebagai berikut :
cacing kering
PENUTUP
1. Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang
belakang (invertebrata).
2. Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok
Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam
filum Annelida.
3. Cacing tanah oleh beberapa praktisi dikelompokan berdasarkan warnanya
yaitu kelompok merah dan kelompok abu-abu.
4. Cacing tanah tidak dapat dibedakan jenis kelaminnya karena cacing bersifat
hermaprodit alias dalam satu tubuh terdapat dua alat kelamin, jantan dan
betina.
5. Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak
terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan
tanah yang sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2.
6. Manfaat cacing tanah yaitu sebagai bahan pakan bergizi bagi ternak, sebagai
bahan baku obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, bahan baku
kosmetik, makanan manusia, dan sebagai food supplement.
7. Peranan cacing tanah pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yaitu dapat
meningkatkan kesuburan tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dan
meningkatkan hara dalam tanah, meningkatkan dan menstabilkan suplai hara
tanah, dan peningkatan serapan hara oleh tanaman.
8. Peranan cacing tanah yaitu berupa lubang yang ditinggalkan di tanah akan
meningkatkan drainase tanah, hal ini penting dalam perkembangan tanah.
Cacing tanah berpotensi sebagai Bioindikator.
9. Cacing tanah menyehatkan tanaman karena aktifitas yang dilakukannya.
Cacing tanah dapat dibudidayakan dan sangat menguntungkan. Produk yang
dapat dihasilkan berupa pupuk organik kascing, cacing lumbricus rubelus
cacing kering.
DAFTAR PUSTAKA
http://salam.leisa.info/index.php?url=getblob.php&o_id=211154&a_id=211&a_seq=
0. Di akses pada hari senin tanggal 03 oktober 2011.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43711. Di akses pada hari senin
tanggal 03 oktober 2011.
Fitri, 2011. Peran Makrofauan dan Mikrofauna dalam sifat fisik dan kimia tanah.
Just another Wordpress.com weblog. Di akses pada hari senin tanggal 03
oktober 2011.
Kartini, Luh Ni. 2011. Cacing Tanah Mahluk Lemah yang Perkasa. Contributing
Writers. Blog. Di akses pada hari senin tanggal 03 oktober 2011.
Wahyono, sri. 2011. Klasifikasi, jenis, dan sifat cacing tanah. Yayasan
Pengembangan Bioteknologi. Bogor. Di akses pada hari senin tanggal 03
oktober 2011.