Anda di halaman 1dari 45

TUGAS MATA KULIAH BIOLOGI TANAH

( CACING TANAH)

Oleh
HAYATUN (E1C107014)
SHITIE NOOR IFACH (E1C107017)
WAHYU KURNIAWAN (E1C107018)
MUHAMMAD SAILI ( E1C107022)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUING MANGKURAT
BANJARBARU
2011

PENDAHULUAN

Sebagian orang merasa jijik pada cacing tanah. Jangan salah, ternyata dibalik
tubuhnya yang licin itu, cacing tanah menyimpan banyak khasiat. Kenyataannya,
banyak orang yang mengonsumsinya untuk menyembuhkan beberapa penyakit, tanpa
efek, sehingga aman dikonsumsi. Menurut pengalaman orang-orang yang pernah
mengalami demam atau suhu badan yang tinggi, dengan mengonsumsi ramuan ekstra
cacing tanah gangguan mereka pun membaik.
Selain itu cacing juga dapat diolah menjadi macam-macam produk. Selain dalam
bentuk hidup,cacing dapat dirubah menjadi tepung, cacing,kosmetika, makanan
ternak, dan pupuk. Adapun manfaat cacing dalam untuk mengobati berbagi macam
penyakit seperti penyakit exim, typus, batuk, influenza, menurunkan kadar kolestrol,
TBC, dan masih banyak lagi penyakit yang bisa di sembuhkan dengan cacing. Tentu
saja semua hal diatas jika dikelola dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan
keuntungan yang sangat besar.

Menjadi peternak cacing dengan pemahaman

agribisnis yang mantap sungguh akan menjadi peluang tersendiri. Apalagi


kebanyakan dari konsumen dari produk ternak cacing adalah pasar luar negri. Negara
tujuan export dari cacing ini adalah Malaysia, China, Korea, dan Negara-negara asia
timur lainya. Selain itu kita secara tidak langsung berperan secara aktif dalam rangka
pengurangan pengangguran dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan.

PEMBAHASAN
Sejarah Singkat
Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang
belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting
dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae. Cacing tanah bukanlah hewan yang
asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini
mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan
manusia.
Definisi cacing tanah
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok
Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum
Annelida.

Gambar 1. Cacing tanah.

Dalam bahasa Inggris cacing sering disebut dengan istilah worm, vermes, dan
helminth. Cacing, dalam kerajaan binatang termasuk hewan invertebrata atau tanpa
tulang

belakang.

Cacing

diklasifikasikan

kedalam

tiga

phylum,

yaitu

Platyhelminthes, Aschelminthes (Nemathelminthes), dan Annelida. Platyhelminthes


merupakan kelompok cacing yang berbentuk pipih, ada yang parasit dan ada yang
tidak. Platyhelminthes dibagi dalam tiga kelas yakni Turbelaria, Trematoda dan
Cestoda. Kelompok Turbelaria umumnya hidup bebas dan tidak bersifat parasit.
Contohnya adalah cacing planaria dan microstomum. Di alam, planaria merupakan
hewan indikator perairan yang tidak tercemar. Kelompok Trematoda dan Cestoda
umumnya bersifat parasit. Contoh dari kelompok Trematoda adalah cacing Fasciola
hepatica (cacing hati), Eurytrema pancreaticum (cacing kelenjar pankreas), dan
Schistosoma japonicum (cacing pembuluh darah). Sementara itu contoh dari
kelompok Cestoda adalah cacing pita. Phylum Aschelminthes terbagi menjadi dua
kelas yaitu Nematoda dan Rotifera. Cacing dari phylum ini berbentuk silindris.
Nematoda umumnya bersifat parasit, contohnya adalah cacing yang hidup di usus
mamalia seperti Ascharis lumbricoides, A. suum, dan Ancylostoma duodenale
(Listyawan, et.al. 1998). Phylum yang terakhir yaitu Annelida, yaitu cacing yang
bersegmen seperti cincin. Phylum ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta,
Hirudinea, dan Oligochaeta. Polycaheta merupakan kelompok cacing yang memiliki
banyak seta atau sisir di tubuhnya, contohnya adalah Nereis dan Arenicola.
Sedangkan contoh dari kelompok Hirudinea adalah lintah dan pacet (Hirudo
medicinalis dan Haemadipsa zeylanica). Kelas terakhir dari phylum Annelida adalah
Oligochaeta dimana cacing tanah.

Jenis-jenis Cacing Tanah


Cacing tanah oleh beberapa praktisi dikelompokan berdasarkan warnanya
yaitu kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok warna merah antara lain
adalah Lumbricus rubellus (the red woorm), L. terestris (the night crawler), Eisenia
foetida (the brandling worm), Dendroboena, Perethima dan Perionix. Sedangkan
kelompok abu-abu antara lain jenis Allobopora (the field worm) dan Octolasiu.
Pada dasarnya cacing tanah adalah organisme saprofit, bukan parasit dan tidak butuh
inang.

Ia murni organisme penghancur sampah.

dikembangkan di Indonesia adalah L. rubellus.

Jenis cacing yang umum

Cacing ini berasal dari Eropa,

ditemukan di dataran tinggi Lembang - Bandung oleh Ir. Bambang Sudiarto pada
tahun 1982. Dilihat dari morfologinya, cacing tersebut panjangnya antara 80 140
mm. Tubuhnya bersegmen-segmen dengan jumlah antara 85 140. Segmentasi
tersebut tidak terlihat jelas dengan mata telanjang. Yang terlihat jelas di bagian
tubuhnya adalah klitelum, terletak antara segmen 26/27 32. Klitelum merupakan
organ pembentukan telur. Warna bagian punggung (dorsal) adalah coklat merah
sampai keunguan. Sedangkan warna bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada
bagian depan (anterior) terdapat mulut, tak bergigi. Pada bagian belakang (posterior)
terdapat anus.
Morfologi Cacing Tanah
Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih.

Jumlah

segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32.

Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih
kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen.
Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan
silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima
antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem
pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat
menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Penelitian yang
telah berlangsung selama sekitar 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah
memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Selain itu telah ditemukan
bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein dan pameran
beberapa aktivitas biologis sebagai berikut: cytolytic, proteolitik, antimikroba,
hemolitik, hemagglutinating, tumorolytic, dan kegiatan mitogenic.
Cairan dari selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti memiliki sebuah
aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang
dikenal sebagai patogen cacing tanah. Setelah itu diperoleh dua protein, bernama
Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri
ini disebabkan karena fetidins. Lumbricus rubellus juga memiliki dua agen
antibakteri bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2. Baru-baru ini, dua jenis faktor
antibakteri yang mempunyai aktivitas seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik serta
pengenalan pola protein bernama selom cytolytic faktor (CCF) telah diidentifikasi
dalam foetida Eisenia cacing tanah. Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia
foetida lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan cytolytic

hemolitik, antibakteri dan membran-permeabilizing properti. Protein yang dimiliki


oleh cacing tanah memiliki mekanisme antimikroba yang berbeda dengan mekanisme
antibiotik. Antibiotik membunuh mikrorganisme tanpa merusak jaringan tubuh.
Antibiotik membunuh mikroganisme biasanya dengan dua cara, yaitu dengan
menghentikan jalur metabolik yang dapat menghasilkan nutrient yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme atau menghambat enzim spesifik yang dibutuhkan untuk
mmbantu menyusun dinding sel bakteri. Sedangkan, mekanisme yang dilakukan
oleh protein yang dimiliki oleh cacing tanah adalah dengan membuat pori di dinding
sel bakteri. Hal ini menyebakan sitoplasma sel bakteri menjadi terpapar dengan
lingkungan luar yang dapat mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan
menyebabkan kematian. Dengan cara ini, bakteri menjadi lebih susah untuk menjadi
resisten karena yang dirusak adalah struktur sel milik bakteri itu sendiri.
Sifat Cacing Tanah
Cacing tanah tidak dapat dibedakan jenis kelaminnya karena cacing bersifat
hermaprodit alias dalam satu tubuh terdapat dua alat kelamin, jantan dan betina.
Namun cacing tanah tidak dapat melakukan perkawinan sendirian. Untuk kawin ia
membutuhkan pasangan untuk pertukaran sperma. Cacing tanah merupakan hewan
nokturnal dan fototaksis negatif. Nokturnal artinya aktivitas hidupnya lebih banyak
pada malam hari sedangkan pada siang harinya istirahat. Fototaksis negatif artinya
cacing tanah selalu menghindar kalau ada cahaya, bersembunyi di dalam tanah.
Bernafasnya tidak dengan paru-paru tetapi dengan permukaan tubuhnya. Oleh karena
itu permukaan tubuhnya selalu dijaga kelembabannya, agar pertukaran oksigen dan
karbondioksida berjalan lancar. Usia cacing tanah bisa mencapai 15 tahun, namun
umur produktifnya hanya sekitar 2 tahun. Cacing dewasa yang berumur 3 bulan dapat

menghasilkan kokon sebanyak 3 kokon per minggu. Di dalam kokon terdapat telur
dengan jumlah antara 2 20 butir. Telur tersebut akan menetas menjadi juvenil (bayi
cacing) setelah 2 5 minggu. Rata-rata hidup cacing adalah 2 ekor perkokon.
Cacing akan menjadi dewasa dan siap kawin wetelah berumur 2 3 bulan. Dalam
pertumbuhannya, pertambahan berat cacing sampai berumur satu bulan adalah
sekitar 400 persen, 1 2 bulan 300 persen, dan 2 3 bulan 100 persen. Dalam satu
siklus (3 bulan) 1 kg induk cacing menghasilkan 6 kg cacing. Dalam 1 kg cacing
terdapat sekitar 2000 ekor. Sedangkan berat keringnya adalah sekitar 20 persen dari
berat basah.
Struktur Tubuh Cacing Tanah
Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara
satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh
darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya
saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang berperan
dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri
dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), kelenjar kalsiferous usus, dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh
enzim - enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel.

Gambar 2. Struktur tubuh cacing.


Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah
lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang
sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan
melalui anus.
Cacing tanah mempunyai alat peredaran darah yang terdiri atas pembuluh
darah punggung, pembuluh darah perut dan lima pasang lengkung aorta. Lengkung
aorta berfungsi sebagai jantung. Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah
tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh
darah yang melingkari esopagus berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Sistem
saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring
pada anterior.

Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom,
dan nefrotor. Nefridia (tunggal nefridium) merupaka organ ekskresi yang terdiri
dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka
pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap
segmen tubuhnya
Habitat Cacing Tanah
Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak
terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang
sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan
kelembaban cukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusak yaitu berkisar
15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara
15oC-25oC.

Pengaruh pH
Cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena

sedikitnya enzim pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan
bakteri untuk merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang
dalam makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya
mati karena tidak ada yang membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein.
Namun bila makanan terlalu asam sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya pembengkakan tembolok cacing tanah dan berakhir dengan
kematian pula. Keadaan makanan atau lingkungan yang terlalu basah, mengakibatkan
cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian mati. Untuk pertumbuhan yang baik dan
optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2.

Pengaruh kelembaban

Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah
penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum
berkisar antara 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga
keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan
mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan
sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 %
kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk
bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok. Kelembaban sangat diperlukan untuk
menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila udara terlalu kering, akan
merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam
lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila
kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk
mencari tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena
cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit.
Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah
adalah antara 15% sampai 30%.

Pengaruh Suhu
Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-

proses

fisiologis

seperti

pernafasan,

pertumbuhan,

perkembangbiakan

dan

metabolisme. Suhu rendah menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat
(sedang) menyebabkan cepat menetas dan pertumbuhan cacing tanah setra
perkembangbiakannya akan berjalan sempurna. Suhu yang baik antara 15oC-25oC.
Suhu yang lebih tinggi dari 25oC masih baik asalkan ada naungan yang cukup dan
kelembaban yang optimal.

Prilaku Cacing Tanah Sehari-hari Pada Habitatnya.


Penelitian tentang prilaku cacing tanah ini dilakukan pada habitat aslinya

yaitu pada suatu kebun di Banjar Badingkayu, Desa Pengeragoan, Kecamatan


Pekutatan Kabupaten Jembrana.

Kebun tempat dilakukan penelitian merupakan

kebun yang ditanami beranekaragam tanaman, seperti kakao, pisang, kopi, cabai
kelapa dan cengkeh. Cacing tanah biasanya dijumpai ditanah sekitar tumpukan kulitkulit kakao yang mulai membusuk atau pada busukan batang pisang.

Proses

pengamatan dilakukan pada libur Galungan-Kuningan pada pertengahan bulan Maret


2009. Waktu pengamatan kira-kira selama 2 minggu. Untuk memperjelas
pengamatan, peneliti juga memelihara beberapa ekor cacing tanah pada kotak kaca
yang diisi dengan tanah dengan dicampur kulit kakao yang membusuk.
Berdasarkan pengamatan peneliti cacing tanah keluar permukaan hanya pada saatsaat tertentu. Pada siang hari, cacing tanah tidak pernah keluar kepermukaan tanah,
kecuali jika saat itu terjadi hujan yang cukup menggenangi liangnya. Cacing tanah
takut keluar pada siang hari karena tidak kuat terpapar panas matahari terlalu lama.
Pemanasan yang terlalu lama menyebabkan banyak cairan tubuhnya yang akan
menguap. Cairan tubuh cacing tanah penting untuk menjaga tekanan osmotik
koloidal tubuh dan bahan membuat lendir. Lendir yang melapisi permukaan tubuh
salah satunya berfungsi memudahkan proses difusi udara melalui permukaan kulit.
Cacing tanah akan keluar terutama pada pagi hari sesudah hujan. Hal ini
dilakukan karena sesaat setelah hujan, biasanya liang mereka terendam air sehingga
aerasi dalam liang tidak bagus sehingga mereka keluar dalam rangka menghindari

keadaan kesulitan bernafas dalam liang. Cacing tanah juga tidak kuat bila terendam
air terlalu lama sehingga cendrung menghindar dari genangan air yang dalam. Dalam
keadaan normal mereka akan pergi kepermukaan tanah pada malam hari. Pada
malam suhu udara tidak panas dan kelembaban udara tinggi sehingga cacing tanah
bisa bebas keluar untuk beraktivitas. Dalam keadaan terlalu dingin atau sangat
kering cacing tanah segera masuk kedalam liang, beberapa cacing sering terdapat
meligkar bersama-sama dengan diatasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur
dengan lendir. Lendir dalam hal ini berfungsi sebagai isolator yang mempertahankan
suhu tubuh cacing tanah agar tidak terlalu jauh terpengaruh oleh suhu lingkungan.
Posisi melingkar dalam liang memperkecil kontak kulit dengan udara sehingga
memperkecil pengaruh dari suhu udara luar.

Prilaku Makan Cacing Tanah


Sistem pencernaan cacing tanah sangat adaptif dengan aktivitas makan dan

menggali pori-pori tanah. Makanan utama cacing tanah adalah bahan organik.
Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran
ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan yang
mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya. Namun cacing tanah
tidak menyukai serasah daun yang mengandung tanin atau minyak seperti daun
cengkeh, pinus dan jeruk. Tanin bersifat toksik bagi cacing tanah. Hal ini terlihat dari
pengamatan peneliti bahwa tanah di bawah tumpukan serasah daun cengkeh sama
sekali tidak dijumpai adanya cacing tanah. Bahkan peneliti juga mencoba menggali
tanah samapi 30 cm namun cacing tanah tetap tidak berhasil dijumpai.
Makanan cacing tanah diambil melalui struktur organ yang disebut
prostomium (setara bibir pada manusia), lalu dimasukkan kedalam mulut, kemudian

kedalam faring, ke esophagus lalu ketembolok (pro pentriculus). Disini makanan


disimpan untuk sementara kemudian masuk kedalam lambung otot. Didalam
lambung otot makanan dihancurkan oleh gerakan otot lambung. cacing tanah makan
pasir atau benda lainnya dengan tujuan membantu menghancurkan makanan dalam
lambung. Makanan yag telah halus masuk kedalam usus halus (intestinum). Didalam
usus halus makanan dipecahkan dari bentuk kompleks menjadi bentuk sederhana
sehingga dapat dipakai oleh tubuh. Aktivitas penghancur makanan menjadi zat
makanan sederhana tadi dilakukan oleh enzim-enzim tertentu, aktivitas bakteri dan
protozoa yang masuk bersama-sama makanan. Zat makanan kemudian diabsorbsi
oleh dinding usus halus masuk kedalam pembuluh darah dan strusnya diedarkan
keseluruh tubuh. Sisa-sisa makanan yang tidak dicerna keluar bersama-sama kotoran
lainnya dalam bentuk kotoran cacing tanah atau casting.
Proses pencernaan cacing tanah sangat terkait dengan siklus nutrisi atau zat
organik dalam tanah. Cacing tanah berfungsi menyebarkan kembali zat-zat organik
dalam tanah dengan cara mengonsumsi, memecahnya, dan mengeluarkannya
kembali. Kebanyakan materi yang dicerna cacing tanah tidak dapat dipecahkan, dan
sebagian besar dikeluarkan kembali tanpa dicerna. Kotoran cacing yang banyak
mengandung nitrogen. Beberapa mikroorganisme dari saluran pencernaan cacing
keluar bersama kotoran cacing untuk meningkatkan proses penguraian di dalam
tanah. Selanjutnya, mikroba akan mengubah kotoran cacing tanah menjadi humus
yang kaya zat hara yang bisa diserap akar tanaman.

Bakteri tanah dan

mikroorganisme tanah berperanan dalam mencerna makanan cacing, dan


memperoleh keuntungan dari kotoran cacing.

Aktivitas cacing tanah ini secara

konstan dapat meningkatkan pH pada tanah asam.

Ini karena, cacing dapat

mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) atau dolomit pada
lapisan di bawah permukaan tanah. Cacing juga dapat menurunkan pH pada tanah
yang berkadar garam tinggi.

Pergerakan Cacing Tanah


Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen dan memiliki struktur organ-

organ sederhana, yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi
dengan lingkungan hidupnya. Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan
tangan, otot badannya yang memanjang (longitudinal) dan otot badannya yang
melingkar tebal (sirkuler) ternyata sangat berguna untuk pergerakan. Kontraksi otot
longitudinal menebabkan tubuh cacing tanah bisa memanjang dan memendek.
Sedangkan kontraksi otok sirkuler menyebabkan tubuh cacing tanah mengembang
dan mengkerut. Sinkronisasi kontraksi kedua jenis otot ini menimbulkan gaya gerak
kedepan. Kalau diperhatikan kelihatan lemah, tetapi sebetulnya tidak demikian,
cacing tanah termasuk relatif kuat karena dengan susunan otot yang melingkar dan
memanjang cacing tanah dapat menembus tanah. Cacing tanah dapat mendorong
suatu benda atau batu kecil yang 60x lebih berat dari tubuhnya sendiri, tetapi bila
tidak dapat didorong, tanah itu akan dimakannya dan setelah itu bersama-sama
kotoran dikeluarkan atau disembulkan melalui anus.
Cacing tanah juga mempunyai struktur pembantu pergerakan yang disebut
seta, fungsinya adalah sebagai jangkar supaya lebih kokoh pada tempat bergeraknya.
Bila seekor cacing tanah ditarik dari lubangnya, tubuhnya akan putus. Hal ini
disebabkan karen daya lekat seta. Alat bantu lainnya adalah lendir yang dihasilkan
oleh kelenjar lendir pada epidermisnya. Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk
melapisi seluruh tubuhnya, supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat yang

kasar, misalnya pada daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir
dipakai untuk memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa
bergerak didalam lubang.

Prilaku Kawin Cacing Tanah


Cacing tanah memiliki alat kelamin jantan dan betina pada satu tubuh

(hermaprodite). Tetapi cacing tanah tidak dapat membuahi dirinya sendiri. Dari
perkawinan masing-masing cacing tanah akan menghasilkan kokon yang berisi telurtelur. Pada waktu mengadakan perkawinan, kedua cacing tanah saling melekat
dibagian anterior, dengan posisi saling berlawanan. Keadaan saling melekat ini
diperkuat oleh seta. Dalam posisi demikian klitelum masing-msing cacing akan
mengeluarkan lendir. Guna lendir tersebut terutama untuk melindungi spermatozoa
yang keluar dari lubang alat kelamin jantan masing-masing. Kedua cacing ini
berperan sebagai hewan jantan (keduanya mengeluarkan spermatozoa). Spermatozoa
yang keluar kemudian bergerak ke posterior dan masuk kedalam lubang kantong
penerimaan sperma (reseptakulum seminalis). Cacing tanah I dan cacing tanah II
masing-masing saling menerima spermatozoa setelah itu mereka akan berpisah.
Proses berikutnya adalah mula-mula klitelum membentuk selubung kokon,
yang bergerak ke arah mulut dan bertemu dengan saluran telur. Telur-telur kemudian
keluar dari lubang tersebut dan masuk kedalam kokon. Selubung kokon selanjutnya
bergerak kearah mulut. Pada saat melewati lubang penerima sperma, maka sperma
ini akan masuk kedalam selubung kokon sehingga terjadi peristiwa pembuahan. Telur
yang telah dibuahi dalam selubung kokon terus bergerak kearah mulut, sampai
akhirnya selubung kokon itu lepas dari tubuh induknya dan membentuk kokon.

Kokon berbentuk lonjong dan besarnya kira-kira 1/3 kali besarnya batang
korek api. Kokon diletakkan ditempat yang lembab dan akan menetas dalam waktu
14-21 hari. Setiap kokon akan menghasilkan cacing sebanyak 2-20 ekor, rata-rata
secara umum adalah 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dewasa dapat
menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing mulai dewasa setelah
berumur 2-3 bulan, setiap cacing dewasa dapat menghasilkan satu kokon setiap 7-10
hari.

Prilaku Membuang Kotoran Cacing Tanah


Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa.

Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum.
Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab,
anelida mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan
lewat sistem ekskresi.
Sistem ekskresi Filum Anelida pada umumnya berupa tersusun dari organ
nefridium yang sering juga disebut metanefridium. Cacing tanah merupakan salah
satu anggota Filum Anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang
metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. Metanefridium
memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut nefrostom (di
bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan
bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem
pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada
segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar
seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh
melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor.

Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan


silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium, bahanbahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel
tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan
disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang
diekskresikan keluar. Sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa metanefridium
berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi
yang berguna ke sistem sirkulasi.

Prilaku Melindungi Diri Dari Predator/Pemangsa


Cacing tanah tidak memiliki alat pertahanan tubuh yang khusus. Mekanisme

pertahanan dilakukan dengan mengeluarkan lendir di permukaan tubuhnya. Sekresi


lendir ini mengakibatkan permukaan kulit cacing tanah menjadi licin sehingga
memudahkan pergerakan dan menyulitkan mangsa memegangnya. Namun yang lebih
penting adalah cacing tanah adalah insting hewan ini yang cendrung bersifat
menghindari pemangsa. Habitatnya yang berada dalam tanah memungkinkan cacing
tanah aman dari predator. Selain itu cacing tanah aktif pada malam hari sehingga
hanya sedikit predator yang dijumpai di malam hari.
Beberapa pemangsa atau predator yang pengamat amati berpotensi memangsa
cacing tanah adalah semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak,
tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu. Selain menghadapi bahaya dari pemangsa,
cacing tanah juga berkompetisi dengan semut merah dalam hal memperebutkan
senyawa karbohidrat dan lemak dari sisa-sisa bahan organik yang ada di tanah.
Semut merah memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan

lemak. Padahal kedua zat ini bersifat esensial dan diperlukan untuk pertumbuhan
cacing tanah.

Manfaat Cacing Tanah untuk Pertanian


Di bidang Pertanian, masih ada peluang dikarenakan pemakaian pupuk pabrik
digunakan secara terus menerus dan tidak terkontrol pemakaiannya dapat merusak
kesuburan tanah.

Disinilah fungsi cacing tanah diperlukan, baik berbentuk pupuk

atau disebar hidup. Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik
sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga
cacing tanah dapat digunakan sebagai:
1. Cacing Tanah sebagai Bahan Pakan Bergizi bagi Ternak.
Cacing tanah sejak alam ini ada sudah merupakan makanan beberapa jenis
hewan sehingga terdapat pada rantai makanan. Cacing tanah merupakan makanan
kodok, burung , ayam, bebek, tikus dll. Cacing tanah mengandung protein sangat
tinggi dan mengandung asam amino esensial lengkap tidak ada pada binatang yang
lain. Hilang cacing tanah dari alam sangat berpengaruh terhadap rantai makanan.
Cacing tanah dimanfaatkan oleh hewan-hewan yang memerlukan protein tinggi.
Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
2.

Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.

Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam,


menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit
gigi dan tipus.
3. Bahan Baku Kosmetik.
Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan
bahan baku pembuatan lipstick.
4. Makanan Manusia.
Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan
sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau ayam.
5. Cacing Tanah sebagai Food Suplement.
Cacing tanah sebagai obat sudah banyak dilakukan sejak dulu
terutama digunakan untuk penurun panas, yang dilakukan berdasarkan
pengalaman menyebar dari satu tempat ketempat lain. Cacing tanah memiliki
kekuatan yang sangat tinggi dalam pengobatan karena mengandung enzim
lumbricunase yang dapat menormalkan metabolisme sel dalam tubuh.
Kandungan cacing tanah dan fungsinya adalah sebagai berikut.
Protein tinggi (80%) dengan asam amino esensial lengkap dan mikronutrien
lainnya yang sangat berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (vitalitas),
untuk regenerasi sel, mengganti sel yang rusak, meningkatkan HB darah,
meningkatkan trombosit, menyembuhkan penyakit yang kekurangan protein
seperti kaki gajah, busung lapar dll.
Enzim Lumbrikinase yang dapat menormalkan metabolisme sel tubuh
( tekanan darah baik yang darah tinggi (hypertensi) maupun darah rendah
(hypotensi) dinormalkan, mata yang mines atau plus dinormalkan , HB darah
yang turun dinaikan dll). Masalah metabolisme sel yang terjadi didalam tubuh
yang tidak normal akan dinormalkan, hal ini yang menyebabkan segala
masalah penyimpangan di dalam tubuh dapat diatasi.

Arachidonic acid yang efektif sebagai penurun suhu tubuh pada deman
akibat infeksin.
Enzim peroksidase dan katalase yang sangat efektif dalam penyembuhan
penyakit degeneratif seperti diabet, kolesterol tinggi reumatik.
Enzim selulose dan lignase yang sangat membantu proses pencernaan
makanan (menormalkan pencernaan yang bermasalah).
Zat antibiotika penghambat berkembangnya kuman seperti Salmonella
typhimurium.; Escherichia coli; Staphiylococcus a; Bacillus c. dan Listeria m.
sehingga sangat efektif untuk penyembuhan penyakit typhus, diare, dll. Kegunaan
cacing tanah mempengaruhi organ-organ penting tubuh. Beberapa sifat dari cacing
tanah adalah: Cure Typus. Menurunkan kadar kolesterol. Meningkatkan daya
tahan. Menurunkan tekanan darah tinggi. Meningkatkan nafsu makan. Mengobati
infeksi saluran pencernaan seperti typus, disentri, diare, dan gangguan perut lainnya
seperti bisul. Mengobati penyakit seperti infeksi saluran pernafasan: batuk, asma,
influenza, bronchitis dan TBC. Mengurangi sakit karena kelelahan atau karena
rematik. Menurunkan kadar gula darah diabetes. Mengobati wasir, exim, alergi,
luka dan sakit gigi.
Peranan cacing tanah pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Meningkatkan kesuburan tanah antara lain :
1. Memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan hara dalam tanah.
Satchell (1983) melaporkan bahwa cacing tanah mempunyai kontribusi yang
penting pada struktur tanah dan pembentukan agregat tanah.

Hasil uji oleh

Blancharts (1992) di lapangan menunjukkan bahwa kerusakan agregat pada padang


rumput di daerah tropis dapat diatasi oleh cacing (Megascolecidae): tanah yang
diinokulasi dengan cacing tanah memiliki 12.9% makroagregat

(> 2 mm) setelah 3

bulan; dan makroagregat menjadi 31,7% setelah 6 bulan dan menjadi 60,6% setelah
30 bulan inokulasi cacing. Agregat yang dibentuk oleh cacing memiliki stabilitas
terhadap air yang lebih tinggi.

Edwards (2004) menemukan bahwa ketika bahan

organik dan tanah masuk ke dalam pencernaan tanah kalsium, asam humat, bahan
organik dan polisakarida akan melekat satu dengan lainnya dan membentuk kotoran
cacing, dimana kotoran cacing tersebut lebih porous dan remah dan mempunyai
banyak kelebihan seperti stabilitas terhadap hantaman air sangat kuat, ketersediaan
hara tinggi, dan kemampuan menahan hara yang tinggi. Ketterings et al. (1997) juga
menemukan bahwa kebanyakan kompleks organik-mineral dibentuk setelah aktifitas
cacing tanah.

Sebagai hasilnya, agregat yang tahan air dengan > 1000

meningkat dengan nyata. Bossuyt et al. (2005) juga setuju bahwa karbon
terkombinasi dengan agregat tanah yang stabil melalui aktifitas cacing tanah.
Dengan meningkatnya stabilitas agregat, bahan organik yang terkombinasi akan lebih
tahan lama di dalam tanah dan tidak didekomposisi dengan mudah. Ditambah lagi
saluran/ lubang dari cacing penuh dengan kotoran cacing baik. Kotoran-kotoran
yang diproduksi terus menerus akan memproduksi pori nonkapiler, selanjutnya
memperbaiki ventilasi dan permeabilitas, dan memperbaiki struktur tanah.
2. Meningkatkan dan menstabilkan suplai hara tanah
Cacing dapat mengubah sifat fisik dan kimia tanah, memperlancar proses
mineralisasi bahan organik, dan menstabilkan siklus hara. Aktivitas cacing tanah
meningkatkan ketersediaan hara tanah dan meningkatkan laju siklus hara. Nisbah
C/N dari bahan organik berkurang dengan cepat dengan adanya aktifitas cacing
tanah. Semua hal tersebut berkontribusi terhadap perubahan bentuk N organik, P dan
K yang terikat menjadi ke bentuk yang tersedia bagi tanaman dan memperpendek
masa penyediaan hara.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanah yang

dipengaruhi oleh cacing tanah selalu memiliki bahan organik, total N, kapasitas
tukar kation (KTK), Ca, Mg, dan K yang dapat dipertukarkan, N dan P tersedia
yang lebih tinggi.

Hal ini disebabkan karena aktifitas cacing tanah sangat

meningkatkan konsentrasi N

inorganik (terutama NH4 +-N) dalam tanah.

Kandungan N mineral (NO3-N+NH4+- N), total karbon, total nitrogen, dan biomasa
mikroba meningkat pada lahan yang diinokulasi cacing dan jika dilakukan
pengembalian residu tanaman gandum pada sistem rotasi tanam gandum dan padi,
hasil ini menunjukkan adanya fungsi ganda dari cacing tanah dengan peningkatan
biomassa mikroba dan peningkatan mineralisasi N organic. Aktifitas cacing tanah
meningkatkan

permeabilitas

tanah

dan juga

memungkinkan

meningkatnya

kehilangan nitrogen akibat pencucian. Walaupun inokulasi cacing tanah pada tanah
yang mengalami pengembalian bagian atas tanaman di permukaan tanah
meningkatkan pencucian nitrogen, namun kehilangan N yang berasal dari pupuk
tidak dijumpai dalam jumlah yang cukup berarti.
3. Hara yang dilepaskan ke dalam tanah melalui aktifitas metabolisme cacing
tanah.
Cacing tanah dan sekresinya kaya akan hara dan dalam bentuk yang tersedia
bagi tanaman. Sebagai contoh cairan ekstrak cacing tanah mengandung

Mn 1.19

mg kg-1, Zn 3.00 mg kg-1, Ca 1.11 mg kg1, Cu 0.36 mg kg-1, Mg 35.40 mg kg-1,


Fe 7.62 mg kg-1, Na 70.80 mg kg-1, K 328.40 mg kg-1, dan Se 0.20 mg kg-1.
Namun jenis dan kandungan hara bervariasi tergantung kondisi lingkungan tempat
hidupnya. Tubuh cacing juga merupakan sumber hara yang potensial. Tubuh cacing
dapat terdekomposisi secara sempurna hanya dalam 4 hari saja setelah cacing itu
mati dan 70% N yang berasal dari tubuh cacing akan diserap tanaman setelah 16 hari.
Cacing

tanah

juga

melepaskan

hara

ke

dalam

tanah

dari

aktifitas

metabolismnya.Amador et al. (2003) memperhitungkan N organik yang lepas dari


cacing tanah yang mati mencapai 21.1-38.6 ton ha-1

setiap tahun. Sebagai

tambahan, cacing tanah memotong sisa tanaman menjadi ukuran yang kecil, dan

selanjutnya akan didekomposisi oleh protozoa dan mikroba tanah. Sementara itu,ada
hubungan yang langsung dan tidak langsung antara cacing tanah dan mikroba dalam
siklus N dan P di dalam tanah melalui perannya dalam mengubah jumlah, jenis dan
struktur mikroba dan meningkatkan pelepasan hasil metabolismenya.
4. Peranan cacing tanah terhadap peningkatan serapan hara oleh tanaman
(efektifitas cacing tanah).
Kontribusi cacing tanah dalam meningkatkan serapan hara P oleh tanaman
Setaria splendida

lebih tinggi dibandingkan kontribusi dari jamur mikoriza

arbuskula. Bahkan kehadiran cacing tanah dapat mengurangi besar kontribusi jamur
mikoriza dalam meningkatkan serapan P oleh tanaman S.splendida (Hasil penelitian)
Kelimpahan cacing tanah dipengaruhi oleh bahan organik, dengan
meningkatnya bahan organik maka meningkat pula populasi cacing tanah. Disekitar
liang cacing tanah kaya akan N total dan C organik. Cacing tanah jenis pontoscolex
corethrurus mempunyai kemampuan untuk mencerna bahan organik kasar dan
mineral tanah halus. Cacing tanah memakan kotoran-kotoran dari mesofauna di
permukaan tanah yang hasil akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk feses atau
kotoran juga yang berperan paling penting dalam meningkatkan kadar biomass dan
kesuburan tanah lapisan atas. Cacing tanah merupakan makrofauana yang berperan
dalam pendekomposer bahan organik, penghasil bahan organik dari kotorannya,
memperbaiki struktur dan aerasi tanah.
Kotoran (feses) cacing tanah mengandung banyak bahan organik yang tinggi,
berupa N total dan nitrat, Ca dan Mg yang bertukar, pH, dan % kejenuhan basa dan
kemampuan penukaran basa. Disini membuktikan bahwa cacing tanah berpengaruh
baik terhadap produktivitas tanah. Karena cacing tanah dalam sifat kimia tanahnya

berperan menghasilkan bahan organik, kemampuan dalam pertukaran kation, unsur P


dan K yang tersedia akan meningkat.
Aktivitas dari makrofauna dapat mempengaruhi struktur tanah sehingga dapat
memperbaiki porositas tanah. Makrofauana seperti rayap, semut dan cacing tanah
dapat berperan sebagai ecosystem engineers. Makrofauna tersebut dapat menerima
makanan dari tanaman dan akan kembali mempengaruhi tanaman melalui perubahan
sifat fisik.

Sebagai habitat mikrofauna, tanah dihuni oleh lebih dari satu jenis

mikrobia dengan berbagai ragam spesies. Mereka merupakan spesies yang saling
mempengaruhi, saling menguntungkan, dan saling bergantung bahkan tidak jarang
satu dengan yang lain melakukan persaingan dalam rangka mempertahankan
hidupnya. Pola kemitraan dibangun dalam kehidupan bersama antar dua atau lebih
spesies mikrobia dapat bersifat mutualistik, asosiatik, netral atau antagonistik.
Didalam tanah, mikrobia tidak saja berinteraksi dengan sesama mikrobia tetapi juga
berinteraksi dengan makrofauna, mesofauna bahkan dengan organisme tingkat tinggi yaitu
tanaman yang tumbuh disekitarnya. Sejumlah senyawa organik yang bermanfaat sebagai
sumber karbon dan energi bagi kehidupan mikrobia, sebaliknya ada juga senyawa yang
bersifat toksik bagi salah satu jenis mikrobia tertentu. Aktivitas mikrobia dapat
mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman dan juga penyerapannya. Komponen
dari bahan organik tanah yang paling sulit dilapuk adalah asam-asam humik, yang
merupakan hasil pelapukan seresah (substansi organik yang menyerupai lignin). Jadi bisa
dikatakan bahwa subsistansi humik adalah produk akhirdekomposisi bahan organik tanah
oleh mikrobia. Ketahanan subsistansi humik terhadap proses dekomposisi disebabkan
konfigurasi fisik maupun struktur kimia yang sulit dipecahkan oleh mikrobia. Substansi ini
secara fisik terikat kuat dengan liat dan koloidal tanah lainnya, atau dapat juga karena
letaknya di dalam agregat mikro dan ditambah pula dengan adanya hyphae atau akar-akar
halus. Namun mikrobia yang mendekomposisikan komponen bahan organik tanah ini tetep

memegang peranan penting dalam pembentukan agregat tanah dan pengikatan kation dalam
tanah.

Biomassa mikroba tanah digunakan sebagai bioindikator karena biomassa


mikroba tanah sangat peka terhadap penurunan kadar bahan organik yang terkait
dengan degradasi berbagai sifat- sifat fisik dan kimia suatu jenis tanah yang akhirnya
akan menunjukkan data otentik mengenai kualitas dan kesehatan tanah tersebut. Jadi
dapat kita ketahui keadaan jumlah populasi biota tanah dapat dijadikan acuan untuk
mengetahui tingkat kualitas dan kesehatan tanah.
Jumlah hara tanaman yang dilepaskan tergantung pada medium tanaman.
bagian tanaman dan jumlah volume tanaman yang digugurkan . Jumlah volume
tanaman yang digugurkan oleh tanaman sangat berpengaruh terhadap kualitas daan
kesehatan tanah. Makin sedikit bagian tanaman yang digugurkan, maka makin
miskin unsur hara dalam tanah, sebaliknya makin banyak jumlah bagian tanaman
sampai batas masih dapat terdekomposisi maka akan tinggilah kualitas dan
kesehatan tanah tersebut. Akan muncul masalah baru jika jumlah bagian tanaman
yang gugur melewati batas yang dapat didekomposisi maka keadaan ini justru akan
mernghambat pertumbuhan tanaman yang akan secara tidak langsung memberikan
pengaruh negatif terhadap kualitas dan kesehatan tanah. Hal ini dapat ditemukan
pada tanah hutan humid ( sphagnum ) dan lahan gambut.
Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan
dan aktivitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan
makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah
saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik
menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh. Kegiatan jasad mikro
dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan organik segar yang

ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam
tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya
proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah
mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut
humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro
dalam tanah.
Tanah yang sehat tentu saja harus memiliki suatu system yang ideal artinya
ada keseimbangan komposisi antara faktor- faktor pendukung yang membangun
tanah menjadi satu kesatuan yang utuh, faktor- faktor inilah yang kemudian akan
sangat menentukan apakah tanah tersebut bisa dikategorikan menjadi tanah yang
sehat apa tidak. Kesehatan tanah ini tentu saja akan berpengaruh sangat nyata
terhadap kualitas tanah, karena tanah dengan keseimbangan yang dinamis antara
komponennya akan dapat menghasilkan produk yang tinggi , memiliki daya dukung
yang tinggi pula dan dapat lebih resisten terhadap gangguan dari luar misalnya erosi,
banjir, tanah longsor, pengikisan dan krisis hara.
Dalam biologi tanah ini dipelajari berbagai hal yang terkait dengan keadaan
tanah dengan fungsi organismenya baik mikrofauna ataupun makrofauna tanah dalam
mempengaruhi kualitas dan kesehatan tanah, telah dijelaskan pada paragraf
sebelumnya bahwa salah satu fungsi positif yang dapat dilakukan oleh mikrofauna
tanah tersebut adalah sebagai indicator kesuburan tanah. Fungsi lain dapat kita
ketahui antara lain adalah sebagai berikut :
1. Dalam daur Nitrogen, penambatan oleh mikrobia dan jasad renik yang
bersimbiosis dengan tanaman kacang kacangan (legum) dan non-legume

.Mikroorganisme yang dapat membantu proses penambatan N tersebut adalah


Azotobacter, Azospirillum, Actinomycetes, Blue gren algae
2. Dalam daur fospor ( P ), P-organik dalam tanah antara lain adalah fosfolipida,
asam suksinat, fitin dan inositol fospat. Fospat tersebut dengan mudah diubah atau
didekomposisi oleh mikrobia. Kemampuan mikrobia melakukan hidrolisis senyawa
itu dengan mengeluarkan enzim sehingga P lepas dan berada dalam larutan tanah
sehingga bisa dipergunakan oleh tanaman yang secara tidak langsung meningkatkan
kualitas tanah dalam menghasilkan produk. Bakteri yang berperan dalam proses ini
adalah BPF contohnya Bacillus sp dan Pseudomonas.
Bakteri dan Fungi sebagai bioindikator diantaranya :
>

Bakteri mempunyai keunikan sifat metabolik seperti respirasi anaerob,

penambatan N2, pemanfaatan metan menunjukkan tentangnya pentingnya bakteri


dalam daur berbagai hara khususnya N, P, dan S.
> Fungi merupakan mikrobia yang aktif dalam alihrupa (transformation) selulosa
dan perombak utama lignin yang dihasilkan tanaman.
Cacing tanah merupakan salah satu fauna tanah yang dijadikan sebagai
indicator tingkat kesuburan dan kualitas (kesehatan) tanah. Kehadiran cacing tanah
dapat meningkatkan kesuburan tanah dan kehadirannya dipengaruhi kondisi tanah
terutanama kandungan bahan organic dan kelembaban tanah.
Peranan dan Potensi Cacing
Peranan cacing tanah ini sebenarnya telah diketahui sejak dahulu kala.
Seorang ahli Yunani, Aristoteles, banyak menaruh perhatian terhadap cacing tanah. Ia
menyebut cacing tanah adalah perutnya bumi. Peranan cacing tanah yaitu berupa
lubang yang ditinggalkan di tanah akan meningkatkan drainase tanah, hal ini penting

dalam perkembangan tanah. Cacing-cacing mengangkut tanah, mencampur, serta


menggumpalkan sejumlah bahan organic yang belum terombak seperti daun dan
rumput yang digunakan sebagai makanan. Selain itu, secara tegas cacing dengan
kotoran dan lendir-lendirnya mampu mengikat partikel-partikel tanah

menjadi

gumpalan tanah yang stabil terutama pada tanah asli.


Pada tahun 69-30 Sebelum Masehi, ratu cantik Cleopatra yang saat itu
berkuasa di Mesir melarang bangsa Mesir memindahkan cacing tanah ke luar dari
Mesir, bahkan petaninya dilarang menyentuh cacing sebab pada zaman itu cacing
tanah dianggap sebagai Dewa Kesuburan. Dalam catatan klasik Tiongkok, cacing
tanah disebut tilung atau naga tanah. Cacing ini sejak dahulu kala mereka gunakan
dalam berbagai ramuan untuk menyembuhkan bermacam-macam penyakit.
Seorang cendekiawan terkenal, Charles Darwin, telah menghabiskan
waktunya selama hampir 40 tahun untuk mengamati kehidupan cacing tanah. la
menyebut cacing tanah sebagai mahluk penentu keindahan alam dan pemikat bumi.
Para petani pun telah mengetahui secara turun-temurun, bahwa cacing tanah dapat
meningkatkan kesuburan tanah pertanian.
Di Indonesia, manfaat cacing tanah masih sangat terbatas, yaitu sebagai
pakan ternak atau ikan. Akan tetapi, di negara-negara lain cacing tanah juga
bermanfaat sebagai bahan obat, bahan kosmetik, pengurai sampah dan sebagai
makanan manusia. Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya
akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah
siap untuk diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah yang ada di dalam tanah akan
mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah.
Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata. Kotoran

cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Ahli-ahli pertanian di luar negeri dari tahun
ke tahun tertarik oleh gerak-gerak cacing tanah. Mereka menyatakam bahwa kadar
kimiawi kotoran cacing dan tanah aslinya banyak perbedaannya.
Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa karena
aktivitas cacing tanah, maka N, P, K tersedia dan bahan organik dalam tanah dapat
meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman.
Tahun 1949 Stockli dalam penelitiannya menjelaskan, bahwa humus dan
mikroflora kotoran cacing tanah lebih tinggi dari tanah aslinya. Demikian juga
percobaan pada tanah-tanah gundul bekas tambang di Ohio (Amerika Serikat)
menunjukan, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P
tersedia 165%.
Cacing tanah mempengaruhi kesuburan dan produktivitas tanah. Dengan
adanya cacing tanah, kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Selain itu
cacing tanah juga dapat meningkatkan daya serap air permukaan. Liang cacing tanah
yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase. Keduanya
sangat penting dalam pembentukan tanah.

Cacing tanah juga membantu

pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permukaan
dan mencampurkan tanah dari bahan organik dengan bahan organik. Cacing tanah
juga dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing
dan humus secara langsung menjadikan tanah gembur.
Di kota-kota besar, sampah merupakan salah satu masalah yang rumit. Untuk
memusnahkannya membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk mengatasinya,
beberapa kota besar di luar negeri telah mencoba memanfaatkan cacing tanah.
Ternyata cacing tanah mempunyai kemampuan yang cukup besar dan cukup

mengagumkan untuk memusnahkan bahan organik. Dari hasil penelitian para ahli
makanan ternak, ternyata selain tepung ikan, cacing tanah pun bisa digunakan untuk
pakan ternak dan ikan. Menurut mereka, kadar protein cacing tanah lebih tinggi
dibanding dengan tepung ikan. Selain itu kandungan asam aminonya paling lengkap,
tidak berlemak, mudah dicerna dan tidak bertulang sehingga seluruh jasadnya
dipakai.
Dalam dunia pengobatan tradisional Tiongkok, cacing tanah digunakan dalam
ramuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain meredakan demam,
untuk penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga
dapat menyembuhkan tifus. Sedangkan di negara-negara industri maju, cacing tanah
sudah dimanfaatkan dalam bidang kosmetika. Minyak hasil ekstraksi cacing tanah
dapat digunakan sebagai pelembab.

Penggunaan cacing tanah sebagai makanan

manusia pada umumnya dicampur dengan makanan lain. Di Filipina, cacing tanah
digunakan sebagai bahan untuk membuat perkedel. Di negara itu cacing tanah sudah
mulai disukai sebagai santapan yang lezat. Mungkin saja bagi anda yang belum
pernah mencoba hidangan atau pengobatan yang berasal dari cacing tanah ini, ada
yang merasa risi atau jijik. Sama halnya dengan mengkonsumsi air kencing, kecoa,
cicak, empedu binatang melata, dan sebagainya. Tapi apa salahnya apabila
mencobanya, daripada mengkonsumsi obat-obatan kimia, yang tentunya punya risiko
terhadap kerusakan/ penyakit ginjal.

Peran cacing tanah Eisenia fetida dan

Lumbricus rubellus dalam mengkonsumsi sampah organic. Berbagai bentuk dan


jenis sampah dihasilkan oleh masyarakat. Sampah yang terkumpul disekitar rumah,
pasar maupun di TPA semakin sulit untuk ditanggulangi. Salah satu cara yang baik
untuk mereduksi sampah domestik adalah dengan melakukan vermicomposting.

Vermicomposting merupakan proses konsumsi bahan organik dengan melibatkan


kerjasama cacing tanah dan mikroorganisme. Hasil akhir dari proses ini adalah
vermikompos yang sangat berguna bagi tanaman. Cacing tanah E. fetida dan L.
rubellus merupakan dua dari spesies cacing tanah yang sangat berpotensi dalam
proses vermicomposting.
Cacing Tanah sebagai Bioindikator
Cacing tanah mempunyai berperanan penting dalam pembentukan makropori
tanah melalui lubang tanah yang ditinggalkan dan penghancuran mineral serta bahan
organik. Secara fungsional cacing tanah berperan sebagai decomposer dan
ecosystem engineer dan berdasarkan tempat tinggalnya dikelompokan menjadi
anesik dan endogeik. Cacing tanah membentuk rongga tanah dan meninggalkan
kotoran akan meningkatkan produktivitas tanah dengan pencampuran lapisan tanah
yang bagian atas, mendistribusikan unsur hara, mengakibatkan infitrasi
permukaan lahan meningkat.

air

Pada agroekosistem, keberadaannya dapat bersifat

positif (menguntungkan) maupun negatif (merugikan) bagi sistem budidaya. Pada


satu sisi cacing tanah

berperan menjaga kesuburan tanah

berperanmenjaga

kesuburan tanah melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan


aerasi tanah dan sebagainya, tetapi pada sisi lain juga dapat berperan sebagai hama
berbagai jenis tanaman budidaya. Dinamika populasi cacing tanah mempunyai
peranan yang sangat dalam mendukung produktivitas agroekosistem. Dinamika
populasi cacing tanah tergantung pada faktor lingkungan yang mendukungnya, baik
berupa sumber makanan, kompetitor, predator maupun keadaan lingkungan fisikakimianya. Menurut Dewi (2001) kelimpahan cacing tanah berkorelasi positif dengan
porositas,N total dan kelembaban tanah. Cacing tanah sebagai bagian dari fauna

dalam tanah berpotensi sebagai bioindikator kondisi tanah. Biomasa cacing tanah
telah diketahui merupakan bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH,
keberadaan horison organik, kelembaban tanah dan kualitas.
Penentuan bioindikator kualitas tanah diperlukan untuk mengetahui
perubahan dalam sistem tanah akibat pengelolaan yang berbeda. Perbedaan
penggunaan lahan akan mempengaruhi populasi dan komposisi makrofauna tanah.
Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan penanaman secara monokultur
pada sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya penurunan secara
nyata biodiversitas makrofauna tanah. Cacing tanah secara tradisional telah
digunakan indikator kualitas tanah (kesuburan tanah). Memberikan indikasi yang
baik kesuburan tanah pertanian.

Posisi dan bentuk dari klitelum, setae dan

organ/bagian badan mengandung zat perekat spermathecaea. Aktivitas pertanian


seperti pembajakan sawah, pengolahan tanah, pemupukan dan aplikasi pestisida
mempengaruhi fauna ini.
Cacing Tanah Menyehatkan Tanaman.
Cacing tanah adalah sebuah mesin alami mengalahkan kekuatan mesin
konvensional karena cacing tanah tidak pernah berhenti bekerja selama mereka hidup
dan tidak pernah kekurangan bahan bakar. Tanah normal mengandung bahan organik
(5%), air (25%), udara tanah (25%),dan mineral (45%). Bahan organik tanah
walaupun persentase terkecil tetapi memiliki peranan sangat penting sebagai
pembentuk humus dan sumber energi bagi semua kehidupan ada di dalam tanah
termasuk cacing tanah.

Kandungan bahan organik tanah sangat berpengaruh

terhadap kehidupan cacing tanah.

Cacing tanah sebagai pemakan bahan organik dan mineral yang melalui
pencernaan sehingga menjadi sasaran enzim pencernaan dan penghalusan
pencernaan. Cacing tanah dapat meningkatkan bahan organik tanah, KTK tanah, pH
tanah, N-total ,P-tersedia, K-tersedia, Ca dan Mg dapat tukar. Cacing tanah juga
dapat meningkatkan ukuran dan kemantapan agregat tanah. Populasi cacing tanah
sangat dipengaruhi oleh bahan organik (pupuk kandang sapi). Berdasarkan hasil
penelitian dengan pupuk kandang (1 juta ekor /are) sedangkan tanpa pupuk kandang.
Cacing tanah identik dengan pabrik pupuk alami. Kandungan P-tersedia pada pupuk
kandang yang diberi cacing tanah (bekas cacing ) 7 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol. Berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa pemberian kotoran
cacing tanah yang bercampur dengan media cacing tanah yang sering disebut bekas
cacing (kascing) dapat meningkatkan kualitas pupuk organik (N-total, P-tersedia, Ktersedia, KTK, pH, C-organik) dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Pelaksanaan Pemanfaatan Cacing Tanah Di Lapangan


Penggunaan cacing tanah sebagai salah satu cara menekan jumlah pemakaian
pupuk

buatan tidak semudah seperti pemanfaatan kompos untuk mengurangi

pemakaian pupuk. Cacing tanah merupakan makhluk hidup, sementara kompos


bukan makhluk hidup. Aktivitas, kematian, reproduksi dari cacing tanah sangat
bergantung pada

habitatnya.

Faktor utama yang sangat mempengaruhi adalah

kandungan bahan organik tanah, air, temperatur tanah, kemasaman tanah (pH), aerasi
dan karbon dioksida, bahan organik, suplai makanan, perlakuan praktis pertanian di
lapangan (pengolahan tanah, tanaman, pemupukan, bahan kimia,

logam berat).

Sehingga aplikasi cacing harus mengikuti aplikasi bahan lainnya terutama bahan
organik, mengubah perlakuan praktis di lapangan agar cacing tetap berada pada
daerah pertanian dan perkebunan yang dimaksud. Pengamatan selama 10 tahun pada
perkebunan kiwi di Selandia Baru menunjukkan

bahwa dengan menerapkan

pertanian organik akan meningkatkan populasi cacing tanah dan akan meningkatkan
kesuburan tanah.

Walaupun produksi buah kiwi dari pertanian organik belum

mampu mengimbangi produksi kiwi pada pertanian dengan menggunakan pupuk


buatan (konvensional) namun kondisi tanah pada pertanian organik semakin
membaik, sementara kondisi tanah pada pertanian konvensional semakin menurun.
Cacing tanah merupakan makrofauna yang banyak manfaatnya bagi mendukung
pertanian. Berdasarkan ekologinya maka cacing tanah dapat dibagi atas 3 kelompok
yaitu epigeic, yaitu: i. cacing epigeic, ii. cacing endogeic,iii. Cacing yang tergolong
pada epigeic terdapat pada tumpukan bahan organik sehingga cacing yang termasuk
pada kelompok ini digunakan dalam pembuatan vermikompos.

Cacing yang

tergolong pada kelompok endogeic menempati daerah di kedalaman > 10-20 cm dari
permukaan tanah, aktif dalam membuat saluran horizontal di dalam tanah dan
mengkonsumsi tanah. Sementara cacing yang tergolong pada anecic mengkonsumsi
bahan organik dan tanah, untuk mendapatkan bahan organik maka cacing tanah harus
naik ke permukaan tanah maka terbentuklah saluran vertikal (Lee, 1985). Sistem
drainase yang dibentuk cacing tanah memiliki ketahanan yang lebih tinggi, karena
cacing akan mengeluarkan mucus hasil ekskresi dari permukaan

tubuhnya untuk

merekatkan partikel di dinding saluran agar tidak rubuh. Diameter saluran ini
berkisar 1-22 mm dan dapat sepanjang 800 m2.. Kesemua sifat tersebut sangat
mempengaruhi erosi tanah.

Cacing endogeic dapat dibedakan atas 2 kelompok

tergantung pada fungsi pada sifat fisik tanah yaitu mengikat dan melonggarkan
sehingga efeknya terhadap erodibilitas tanah berbeda. Pengaruh cacing tanah ini
pada erodibilitas tanah dan erosi tanah tergantung pada jenis tanah dan kandungan
bahan organik di dalam tanah.

Pada tanah berkaolinit, dengan tidak

mempertimbangkan kandungan liat, endogeic sangat mempengaruhi proses agregasi,


stabilitas agregat, porositas tanah dan distribusi ukuran pori. Sementara pada tanah
berliat smectite (seperti vertisol), cacing tanah kurang mempengaruhi erodibilitas
tanah dibandingkan pengaruh bahan organik dan kation. Selain dapat memperbaiki
sifat fisik tanah terutama meningkatkan porositas tanah, cacing tanah juga mampu
menyebarkan hara (terutama bahan organik) ke lapisan tanah yang lebih dalam,
meningkatkan ketersediaan hara melalui casting (kotoran) yang diproduksinya,
kapasitas tukar kation, populasi mikroorganisme potensial, dan daya penyangga air.

Budidaya Cacing Tanah


Persyaratan Lokasi
1. Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam
jumlah yang besar.
2. Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur),
kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai
bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh
tubuhnya.

3. Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit
asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam
tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan
atau fermentasi.
4. Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing
tanah adalah antara 15-30 %.
5. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon
adalah sekitar 1525 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi
dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban
optimal.
6. Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan
pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung, misalnya
di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen)
yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak
menyimpan panas.

Pedoman Teknis Budidaya

Penyiapan Sarana dan Peralatan


Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan

mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat.
Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang
berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat
sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa

dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki,
kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar.

Pembibitan
Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah
meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang

cacing dan kandang pelindung.


Pemilihan Bibit Calon Induk
Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit
yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila akan
dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam, yaitu
dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran

hewan.
Pemeliharaan Bibit Calon Induk
Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:
1. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang
digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika
sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang
lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
2. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah
bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
3. pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
4. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke
bak lain.
5. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.

Sistem Pemuliabiakan

Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada,
maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing
tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media tetapi harus dicoba
sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakkan di atas media, kemudian
diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk,
baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada
yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila
dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu
betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan
berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti
dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air,
kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna
hitam atau cokelat tua).

Reproduksi, Perkawinan
Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin

jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat
dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan
dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.

Kokon berbentuk lonjong dan

berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang
lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan
menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat
menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa
setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh

bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1
kokon.

Pemeliharaan

1. Pemberian Pakan
Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing
tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan
juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa semua kotoran
hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media.

Hal yang perlu

diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah, antara lain :


1. pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara
diblender.
2. bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi
seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi
pakan.
3. pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak
tembus cahaya.
4. pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu,
harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.
5. bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai
perbandingan air 1:1.
2. Penggantian Media
Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur
(kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk

dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata penggantian media
dilakukan dalam jangka waktu 2 minggu.
3. Proses Kelahiran
Bahan

untuk

media

pembuatan

sarang

adalah:

kotoran

hewan,

dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas


koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu.
Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 cm. Berbagai
bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali.
Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan
70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah.
7. Hama Dan Penyakit
Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap
hama dan musuh cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain:
semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular,
angsa, lintah, kutu dan lain-lain. Musuh yang juga ditakuti adalah semut merah yang
memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal
kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan
semut merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang)
diberi air cukup.
8. Panen
Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yang dapat
diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing). Panen
cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan
mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon atau bohlam.

Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di
bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan
medianya. Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan sarang. Dibalik
sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul,
kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal.Jika pada saat
panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada
wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari.

Dalam jangka waktu itu,

telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah
pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen. Produk dari cacing tanah
adalah sebagai berikut :

pupuk organik kascing

cacing lumbricus rubelus

cacing kering

PENUTUP
1. Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang
belakang (invertebrata).
2. Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok
Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam
filum Annelida.
3. Cacing tanah oleh beberapa praktisi dikelompokan berdasarkan warnanya
yaitu kelompok merah dan kelompok abu-abu.

4. Cacing tanah tidak dapat dibedakan jenis kelaminnya karena cacing bersifat
hermaprodit alias dalam satu tubuh terdapat dua alat kelamin, jantan dan
betina.
5. Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak
terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan
tanah yang sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2.
6. Manfaat cacing tanah yaitu sebagai bahan pakan bergizi bagi ternak, sebagai
bahan baku obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, bahan baku
kosmetik, makanan manusia, dan sebagai food supplement.
7. Peranan cacing tanah pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yaitu dapat
meningkatkan kesuburan tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dan
meningkatkan hara dalam tanah, meningkatkan dan menstabilkan suplai hara
tanah, dan peningkatan serapan hara oleh tanaman.
8. Peranan cacing tanah yaitu berupa lubang yang ditinggalkan di tanah akan
meningkatkan drainase tanah, hal ini penting dalam perkembangan tanah.
Cacing tanah berpotensi sebagai Bioindikator.
9. Cacing tanah menyehatkan tanaman karena aktifitas yang dilakukannya.
Cacing tanah dapat dibudidayakan dan sangat menguntungkan. Produk yang
dapat dihasilkan berupa pupuk organik kascing, cacing lumbricus rubelus
cacing kering.

DAFTAR PUSTAKA
http://salam.leisa.info/index.php?url=getblob.php&o_id=211154&a_id=211&a_seq=
0. Di akses pada hari senin tanggal 03 oktober 2011.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43711. Di akses pada hari senin
tanggal 03 oktober 2011.
Fitri, 2011. Peran Makrofauan dan Mikrofauna dalam sifat fisik dan kimia tanah.
Just another Wordpress.com weblog. Di akses pada hari senin tanggal 03
oktober 2011.
Kartini, Luh Ni. 2011. Cacing Tanah Mahluk Lemah yang Perkasa. Contributing
Writers. Blog. Di akses pada hari senin tanggal 03 oktober 2011.
Wahyono, sri. 2011. Klasifikasi, jenis, dan sifat cacing tanah. Yayasan
Pengembangan Bioteknologi. Bogor. Di akses pada hari senin tanggal 03
oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai