Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

CLINICAL INSTRUKTUR
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Manajemen Keperawatan
Coordinator: Agus Santoso, S.Kp.,M.Kep

Disusun oleh:
SUPAR
22020110130087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat sebagi tenaga kesehatan tidak terlepas dari pengaruh
adanya peningkatan tuntutan dari masyarakat. Oleh karena itu pelayanan
keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, perlu di
upayakan pengembangannya. Pengembangan ini juga tidak lepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat di
segala bidang. Pendidikan dan pengembangan keperawatan perlu di
arahkan untuk dapat menghasilkan perawat yang memiliki ilmu
pengetahuan atau ilmu keperawatan yang mendalam dan menguasai
metode ilmiah, serta menerapkannya dalam asuhan keperawatan pada
klien, baik sebagai individu, keluarga, dan kelompok masyarakat tertentu.
Proses
membutuhkan

pembelajaran
suatu

dalam

tatanan

yang

pendidikan
dapat

profesi

mendukung

selalu
peserta

didik/mahasiswa keperawatan untuk mencapai penguasaan keterampilan


profesional, termasuk keterampilan intelektual, sikap dan psikomotor.
Pembelajaran klinik perlu dilakukan dalam pendidikan profesi &
merupakan pembelajaran terpenting dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas pada masyarakat.
Pembelajaran

klinik

merupakan

fokus

pembelajaran

dan

pengajaran yang melibatkan klien secara langsung dan menjadi jantung


dari pendidikan keperawatan.(Schweek dan Gebbie, 1996). Pada program
pendidikan Ners, peserta didik dimungkinkan

untuk memperoleh

kesempatan praktik klinik sebanyak mungkin dan mengenal area klinik


diawal pembelajaran. Untuk program spesialisasi, pembelajaran klinik
merupakan inti dari pengembangan professional. Bagaimana cara
pembimbing klinik meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran
dalam praktik sehari-hari.

B. Tujuan
1. Memahami konsep CI
2. Menjelaskan tujuan CI
3. Menjelaskan tangguang jawab CI
4. Mengidentifikasi kriteri-kriteria CI
5. Mengidentifikasi Strategi Pembelajaran Praktik
6. Memahami metode Bimbingan Klinik/Preceptorship
7. Menjelaskan alur pembelajaran klinik

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pembimbing klinik atau CI ( Clinical Instrutor ) merupakan tenaga
perawat yang ditunjuk atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai
lahan praktek. Membimbing adalah suatu proses pemberian bantuan yang
terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing
agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan

diri

dan

perwujudan

diri

dalam

mencapai

tingkat

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan


(Asyahadi, 2004).
Preceptor adalah seorang perawat yang mengajar, memberi
bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi tokoh panutan (role
model ), serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu
(

trainee

)untuk

jangka

waktu

tertentu

dengan

tujuan

khusus

mensosialisasikan trainee pada peran barunya. (Mahen dan Clark, 1996)


B. Tujuan
Secara makro bertujuan untuk melibatkan pengembangan perawat
didalam organisasi. Shamian dan Inhaber (1985) menyatakan bahwa
model preceptorship digunakan sebagai alat ssosialisasi dan orientasi. Hill
dan loweinstein (1992) memandang model preceptorship sebagai salah
satu metode rekrutmen staf. Akses ke pengetahuan organisasi dan praktik
klinik tidak dapat di prediksi oleh perawat baru, sehingga diskusi anatara
preceptor dan preceptee diperlukan untuk memberikan praktik terkini
dalam lingkungan klinik dengan harapan preceptee akan memiliki
kemampuan yang sama dengan preceptornya.
Preceptorship

secara

mikro

(bagi

individu)

adalah

untuk

membenatu proses transisi dari pembelajar ke praktisioner (mahen dan


Clark, 1996) mengurangi dampak syok realita (Kramer, 1947) dan
memfasilitasi perawat untuk berkembang apa yang dihadapi dalam
lingkungan barunya (bain, 1996). Fokus pada efisiensi dan efektifitas
layanan keperawatan yang berkembang cepat sering kali mem
menimbulkan culture shock tersendiri khususnya bagi perawat baru.
C. Tanggung Jawab Preceptor
Menurut Cerinus dan Ferguson (1994) bahwa tanggung jawab dari
seorang preceptor di antanya adalah sebagai berikut.

1. Preceptor bertanggung jawab terhadap pengkajian yang dilakukan oleh


preceptee
2. Merencanakan model preceptorship untuk mendesain sesuai kebutuhan
preceptee
3. Melakukan peran pengajar dan sebagai role model
4. Melakukan evaluasi pada preceptee selama penerapan preceptorship
Secara umum tanggung jawab seorang preceptor dapat dibagi menjadi
dua golongan sebnagai berikut.
1. Tanggunga jawab dasar
a. Komitmen dalam peran sebagai preceptor
b. Memiliki keinginan untuk mengajar/membimbing dan berbagi
keahlian dengan mitra
2. Tanggung jawab procedural
a. Mengorientasikan dan mensosialisasikan preceptee pada masingmasing unit
b. Menilai perkembangan dari tujuan yang akan dicapai preceptee
c. Meencakankan
kolaborasi
dan
implementasi
program
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan preceptee
d. Melakukan tindakan sebagai role model
e. Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan preceptee
f. Memfasilitasi perkembangan dari apa ynag harus dilakukan
preceptee melalui model preceptorship.
D. Kriteria preceptor
UKCC (1993) menganjurkan bahwa preceptor adalah perawat yang
memiliki pengalaman minimal 12 tahun di bidang yang sama atau bidang
yang

masih

berhubungan.

Keterampilan

berkomunikasi

dan

kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan


mendukung perkembangan professional (Shamian dan Inhaber, 1985)
Kriteria preceptor yang berkualitas adalah
1.
2.
3.
4.
5.

Berpengalaman dan ahli di lingkungan klinik


Berjiwa kepemimpinan
Keterampilan komunikasi yang baik
Kemampuan membuat keputusan
Mendukung perkembangan professional

6. Memiliki kemauan/kemampuan untuk mengajar dan mau mengambil


peran dalam penerepan model preceptorship
7. Tidak memiliki sikap menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif
8. Fleksibel untuk berubah
9. Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu
Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) pembimbing klinik dan
lapangan perlu ditingkatkan kualitasnya karena pembimbing sangat
berperan pada perkembangan kemampuan kpgnitif dan afektif peserta
didik. Peran pembimbing klinik yang perlu ditingkatkan adalah peran
sebagai model/ contoh, pengamat, peserta, dan narasumber. Kriteria yang
harus dipenuhi pembimbing antara lain:
1. Memiliki pengetahuan keilmuan yang dalam dan luas serta minimal
setara dengan jenjang pendidikan peserta didik.
2. Kompeten dalam kemampuan klinik.
3. Terampil dalam pengajaran klinik
4. Mempunyai komitmen dalam pembelajaran klinik, salah satu cara
meningkatkan kualitas pembimbing adalah dengan mengadakan
pelatihan clinical educator.
Komunitas yang terbentuk dari para perawat professional yang ada
di Rumah Sakit dan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan yang
professional perlu dikembangkan dan dibangun dengan cara sebagai
berikut:
1. Membangun dan membina pelayanan/asuhan keperawatan Rumah
Sakit sebagai bagian integral dari pelayanan Rumah Sakit, sehingga
dapat diterima dan diakui sebagai pelayanan professional.
2. Mengidentifikasi dan membina perawat yang diakui dan diberi
kewenangan serta tanggung jawab melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan secara professional.
3. Membina para perawat sebagai komunitas dengan tradisi/budaya
sebagai komunitas professional.
Upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang suportif
diperlukan pembimbing klinik yang mempunyai pengetahuan yang kokoh,
mempunyai kemampuan klinik, trampil sebagai pengajar dan mempunyai
komitmen sebagai pembimbing klinik (Oermann, 1985).

Pembimbing

harus

mempunyai

latar

belakang

pendidikan

keperawatan yang lebih tinggi dari pendidikan mahasiswa bila ia sudah


lulus, mempunyai kemampuan profesional dalam area klinik tertentu
sehingga dapat memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan
berdasarkan prinsip saintifik. Hal ini sangat esensial karena role model
yang diciptakan oleh pengajar klinik akan dengan mudah dipelajari oleh
mahasiswa. Disamping secara terus-menerus memperbarui pengetahuan
dan ketrampilan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi khusus
keperawatan (Oermann, 1985).
Pembimbing menganjurkan mahasiswa untuk belajar mandiri dan
bertanggung jawab atas kebutuhan belajarnya. Dengan kemandirian ini
mahasiswa belajar untuk mengembangkan tanggung jawab dan kreatifitas.
Pengajaran klinik juga diciptakan agar mahasiswa tidak takut untuk
membuat kesalahan tetapi

menggunakan setiap kesempatan sebagai

proses belajar. Untuk ini pembimbing klinik bertanggung jawab dalam


menentukan proses belajar yang digunakan sebagai pengajaran sehingga
dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dihindari kesalahan yang
membahayakan pasien.

Pembimbing klinik diharapkan memenuhi

kriteria-kriteria sebagai berikut (Hidebrand, 1971):


1. Profesional dalam ketrampilan yang diajarkan
2. Mendorong mahasiswa untuk mempelajari ketrampilan baru
3. Meningkatkan komunikasi yang terbuka (2 arah)
4. Memberikan umpan balik segera
5. Mengatur stress para mahasiswa
6. Memusatkan pada keberhasilan mahasiswa bukan pada kegagalan
7. Sabar dan mendukung
8. Memberi penghargaan dan dukungan positif
9. Memperbaiki kesalahan mahasiswa tapi tetap mempertahankan rasa
harga diri
10. Mendengar aktif
11. Humor yang tepat
12. Memberi kesempatan untuk istirahat
13. Mengamati respon peserta didik
14. Memberi pujian
Karakteristik dari seorang pembimbing klinik yang efektif dapat
dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu :

1. Pengetahuan dan kompetensi klinik


Pengetahuan dan kompetensi klinik disini meliputi pengetahuan akan
ilmu keperawatan yang dimiliki pengajar harus luas dan memahaminya
secara mendalam. Disamping ilmu keperawatan yang diberikan kepada
peserta didik, pengajar juga harus memiliki pengetahuan akan materimateri yang berhubungan dengan hal itu. Kemampuan untuk
menganalisa teori dan

mengumpulkannya dari berbagai sumber,

menitik beratkan pada pemahaman, kemauan untuk mendiskusikan


dengan peserta didik mengenai pandangan atau pendapat yang
berkaitan dengan bimbingan. Pengajar klinik yang efektif juga
berperan sebagai perawat pelaksana ( clinician ). Mempertahankan
kompetensi

klinik

sangat

penting,

diantaranya

untuk

dapat

mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik.


2. Hubungan interpersonal dengan peserta didik
Kemampuan dalam berinteraksi dengan para peserta didik dan tenaga
kesehatan lain juga merupakan perilaku dari pengajar yang efektif.
Disamping itu adalah kemampuan untuk menyatukan kelompokkelompok dari peserta didik ke dalam kesatuan dan membangun
respek serta mengadakan hubungan yang baik antara pengajar dengan
peserta didik.
3. Kemampuan membimbing
Kemampuan dalam membimbing termasuk diantaranya kemampuan
kebutuhan proses bimbingan bagi peserta didik, merencanakan bahan
pembimbingan (plan instruction) dalam tiap-tiap bagian atau pokok
bahasan dan tujuan yang harus dicapai, mensupervisi peserta didik dan
mengevaluasi proses bimbingan. Seorang pengajar yang efektif juga
memberikan informasi yang terstruktur, memberikan penjelasan yang
lengkap dan langsung kepada peserta didik, menjawab pertanyaan
secara jelas, mendemonstrasikan prosedur dan beberapa proses
perawatan lainnya dengan efektif. Pembimbing klinik juga harus
mampu mengkomunikasikan atau mentransfer pengetahuan ke peserta
didik.

4. Karakteristik pribadi
Karakteristik pribadi dapat mengasosiasikan antara dinamisasi dari
program studi dengan semangat untuk pengajaran di area klinik.
Pengamatan yang tajam atau kepandaian dalam memutuskan dan
semangat tersebut bisa didapat jika merasa nyaman bekerja dengan
para peserta didik dan memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan
mengajarnya dan ketrampilan kliniknya. Penelitian lain menyatakan
karakteristik lainnya yaitu bersahabat, dapat memahami, mendukung,
dan bersemangat tinggi . Kejujuran, kemampuan untuk mengakui
kesalahan dan keterbatasan serta kekurangan dalam pengetahuan.
E. Strategi Pembelajaran Praktik
1. Mahasiswa memperoleh informasi tentang target kegiatan yang harus
dicapai.
2. Mahasiswa memperoleh pembekalan sebelum praktek.
3. Pelaksanaan praktek klinik KDPK
4. Proses belajar praktik
Menurut Ngalim, (2002) bahwa proses belajar dalam praktik dibagi
menjadi tiga yaitu:
a. Pre Conference
b. Informasi tentang pelaksananan praktek
1)
Penjajagan tentang kesiapan praktek
2)
Perencanaan praktek mahasiswa
c. Ronde
1)
Penyeliaan pembimbing praktek dari pendidikan /
lahan praktek
2)
Problem solving masalah masalah praktek dan
kasus kasus yang ditemukan mahasiswa
3)
Pembinaan mahasiswa dalam praktek
d. Post Conference
Evaluasi pelaksanaan praktek mahasiswa.
F. Metode Bimbingan Klinik/Preceptorship
Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) metode pembelajaran yang
perlu diterapkan dalam pembelajaran klinik antara lain:
1. Metode pengalaman dengan penugasan klinik, penugasan tertulis
2. Metode pemecahan masalah

3.
4.
5.
6.
7.

Konferensi
Observasi
Medis
Metode pengarahan Individu
Metode bimbingan individu
Menurut Nursalam, (2002) ada empat metode bimbingan klinik

yang dianjurkan, yaitu :


1. Exsperensial
Yaitu suatu metode yang dipergunakan pembimbing akademik dalam
membatu peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan terhadap kasus yang terjadi dengan pasien atau keluarga
pasien. Metode eksperensial meliputi situasi penyelesaian masalah
(membantu peserta didik meningkatkan sikap profesional, mampu
menerapkan masalah konseptual keperawatan dalam kurikulum
berdasarkan masalah aktual, menggambarkan secara tertulis kejadian
atau peristiwa klinik) dan situasi pengambilan keputusan (pengujian
data yang ada, pengidentifikasian alternatif tindakan, penentuan
prioritas tindakan, pembuatan keputusan) (Nursalam, 2002).
2. Proses Insiden
a. Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan reflektif
berdasarkan kejadian klinik/insiden.
b. Insiden berasal dari pengalaman praktik aktual atau dikembangkan
secara hipotetikan.
c. Bisa dalam bentuk insiden terkait klien, staf atau tatanan praktik.
(Nursalam, 2002)
3. Konferensi
a. Dirancang melalui diskusi kelompok
b. Meningkatkan pembelajaran penyelesaian

masalah

dalam

kelompok, melalui analisis kritikal, pemilihan alternatif pemecahan


masalah, dan pendekatan kreaktif.
c. Memberikan kesempatan mengemukakan

pendapat

dalam

menyelesaikan masalah.
d. Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar.
e. Memberi kesempatan terjadi peer review, diskusi kepedulian, issue,
dan penyelesaian masalah oleh disiplin lain.
f. Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber.
g. Meningkatkan kemampuaan memformulasikan idea.
h. Adanya kemampuan konstribusi peserta didik.

i. Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok.]


j. Kemampuan menggali perasaan, sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi praktik.
k. Mengembangkan keterampilan beragumentasi.
l. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
m. Jenis konferensi adalah pre dan post konferensi, peer review, issue
dan multidisiplin. (Nursalam, 2002)
n. Konferen hari pertama
Konferen pra praktik klinik dimana Pembimbing menjelaskan
tentang karakteristik ruang rawat, staf dan tim pelayanan kesahatan
lain dimana para peserta didik akan ditempatkan. Pembimbing
mengkaji kembali persiapan peserta didik untuk menghadapi dan
memberikan asuhan keperawatan dengan klien secara baik.
mengingatkan peserta didik untuk membawa perlengkapan dasar.
Sedangakan konferensi paska praktik klinik dimana Pembimbing
melakukan diskusi dengan peserta didik untuk membahas tentang
klien, pembimbing memberikan kesempatan untuk peserta didik
dalam mengutarakan pendapat, diskusi dilakukan ditempat khusus
atau terpisah.
o. Konferen hari ke dua dan selanjutnya
Konferen pra praktik klinik dimana pembimbing membahas
tentang perkembangan klien dan rencana tinakan dihari kedua dan
selanjutnya, menyiapkan kasus lain apabila kondisi klien tidak
mungkin untuk diintervensi. Sedangkan konfenren pasca praktik
klinik dilakukan segera setelah praktik, konferen ini berguna untuk
memperoleh kejelasan tentang asuhan yang telah diberikan,
membagi pengalaman antar peseta didik, dan mengenali kualitas
keterlibatan peserta didik.
4. Observasi (Ronde Keperawatan)
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik
yang memungkinkan peserta didik menstranfer dan mengaplikasikan
pengetahuan

teoritis

kedalam

(Nursalam, 2002).
5. Observasi (Bed Side Teaching)

praktik

keperawatan

langsung

Bed Side Teaching merupakan metode mengajar pada peserta didik,


dilakukan disamping tempat tidur klien meliputi kegiatan mempelajari
kondisi klien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien
(Nursalam, 2002).

G. Alur Pembelajaran Klinik


Pengkajian
klien

Mengajar
prinsip-prinsip
umum

Merumuskan
diagnosis
keperawatan

Bukti yang
menjadi alasan

Membantu
mahasiswa
mengdentifikas
i dan member
panduan
tentang
kelalaian/mem
ber saran

Motivasi
mahasiswa jika
telah
merumuskan
diagnose yag
benar

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Membimbing adalah suatu proses pemberian bantuan yang terusmenerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan

diri

dan

perwujudan

diri

dalam

mencapai

tingkat

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan


(Asyahadi, 2004)
Pembelajaran klinis berfokus pada masalah nyata dalam konteks
praktik profesional. Peserta didik termotivasi oleh kesesuaian kompetensi
yang dilakukannmelalui partisipasi aktif pembelajaran klinik, sedangkan
pemikiran, tindakan, dan sikap professional diperankan oleh pembimbing
klinik. Lingkungan klinik merupakan wadah bagi mahasiswa untuk belajar
pemeriksaan fisik, argumentasi klinik, pengambilan keputusan , empati,
serta profesionalisme yang diajarkan dan dipelajari sebagai satu kesatuan.
B. Saran
1. Kepeda mahasiswa
Keberhasilan seorang nurs/mahasiswa dalam lahan praktek tidak
telepas dari seorang CI oleh karena itu sebagai mahasiswa agara lebih
memahami dan mengoptimalkan tugas dari seorang CI
2. Kepada CI
Saran kepada CI bahwa dalam membimbing preceptee-nya tidak
menyia-nyiakan dalam memberi arahan dengan berdalil alih-alih sebuk
dengan aktifitas kerjanya.

DAFTAR PUSTAKA
Asyahadi, A. 2004. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Program Studi
Psikologi UNDIP
Ngalim, P. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan


professional. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai