Oleh :
ILHAM ALKAUTSAR
NIM : 123.900.22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UndangUndang Kesehatan Republik Indonesia NO. 36 Tahun 2009:2).
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu
pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak
tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit-penyakit tidak menular
(PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi, modernisasi, dan
globalisasi. Salah satu PTM yang mengalami peningkatan adalah gastritis (Gusti, 2011:2).
Penderita gastritis (maag) banyak dijumpai dikalangan masyarakat umum. Gastritis
adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Kebanyakan gastritis tanpa
gejala. Mereka yang mempunyai keluhan biasanya berupa keluhan yang tidak khas. Keluhan
yang sering dihubung-hubungkan dengan gastritis adalah nyeri panas dan pedih di ulu hati
disertai mual kadang-kadang sampai muntah (Sudoyo, et al, 2010:509).
menurut penelitian WHO pada tahun 2002. Bakteri Helicobacter pylori yang ditemukan oleh
Marshal dan Warren pada tahun 1983 merupakan bakteri gram negatif keluarga
Campylobacter, berbentuk spiral, berkoloni hanya pada lapisan mukosa lambung, dan dapat
berkembang dalam lingkungan asam (Endang;Puspadewi, 2012:22).
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling
sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit gawat darurat pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya nyeri tekan di daerah epigastrium. Hal ini mengarahkan para dokter
kepada suatu diagnosa gastritis, dimana untuk memastikannya dibutuhkan suatu pemeriksaan
penunjang lainnya seperti endoscopi. Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan
tinjauan terhadap beberapa negara dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian
gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan
Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap
tahun (Gusti,2011:2)
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis merupakan salah satu penyakit
di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap Rumah Sakit di Indonesia
dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Gusti 2011:2). Angka kejadian gastritis pada beberapa
daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa
penduduk. Menurut Maulidiyah (2006), di Kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar
31,2%, Denpasar 46%, dan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%.
Sedangkan berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, gastritis menempati urutan
ke-3 dari 10 penyakit terbanyak di Lampung tahun 2011 yaitu sebesar 33.424 kasus (Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung). Sementara itu Rumah Sakit Abdul Muluk yang akan saya
teliti merupakan Rumah Sakit tipe B. Oleh sebab itu, otomatis semua puskesmas daerah dan
puskesmas pembantu maupun Rumah Sakit tipe C merujuk ke Abdul Muluk.
Sedangkan menurut WHO untuk mengukur baik atau buruk praktek peresepan di
fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan melihat indikator peresepan yang
meliputi rata-rata item obat dalam satu kali peresepan, persentase obat yang diresepkan,
persentase obat dengan nama generik, persentase obat injeksi, dan persentase obat yang
sesuai formularium rumah sakit (Anonim, 1993:10).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul Pola Peresepan obat gastritis di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015
B. Rumusan Masalah
1. Masalah
Masalah yang ditemukan dari latar belakang di atas adalah masih banyaknya angka
kasus gastritis di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung yang
menderita gastritis selama periode April-Juni tahun 2015
2. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimanakah pola
peresepan obat gastritis di Ruang penyakit dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan obat gastritis di ruang
penyakit dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung periode
April-Juni tahun 2015
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur.
b. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
c. Mengetahui jumlah rata-rata item obat dalam satu kali peresepan.
d. Mengetahui presentase resep gastritis berdasarkan obat generik dan nama dagang.
e. Mengetahui persentase pasien yang mendapatkan obat antibiotik.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi penulis
Menambahkan wawasan dan pengetahuan tentang obat gastritis dan pola peresepan
obat gastritis di ruang penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota
Bandar Lampung
2. Bagi akademik
Sebagai bahan referensi perpustakaan dan pengetahuan bagi mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Tanjung Karang jurusan farmasi tentang pola peresepan obat gastritis di ruang
penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung
3. Bagi Rumah Sakit
a. Sebagai tambahan informasi, bahan masukan tentang pola peresepan obat gastritis
di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung
b. Dapat membantu untuk proses perencanaan dan pengadaan obat gastritis di Rumah
Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung
peresepan obat gastritis di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek
Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Peresepan
Untuk penggunaan obat sesungguhnya WHO (1993) telah membuat sebuah pedoman
yang dapat dijadikan alat ukur bagi praktek peresepan obat khususnya untuk pelayanan dasar.
Indikator tersebut adalah :
1. Jumlah rata-rata item obat dalam satu kali peresepan
Menurut WHO rata-rata jumlah kombinasi obat dalam sebuah resep di Indonesia
adalah 3-4 obat. Presentase item obat dalam sebuah resep adalah untuk mengukur derajat
polifarmasi dalam sebuah peresepan yang meliputi :
a. Penggunaan obat-obatan tanpa indikasi yang jelas
b. Penggunaan terapi yang sama untuk penyakit yang sama
c. Penggunaan bersamaan dangan obat-obatan yang berinteraksi
penelitian, pengembangan, studi-studi klinis maupun promosi yang menyebabkan harga obat
dengan nama dagang cenderung tinggi (Widjajanti, 2009:27).
3. Presentase item obat antibiotik yang diresepkan
Perhitungan yang dilakukan terhadap indikator presentase antibiotik yang diresepkan
pada setiap kali kunjungan adalah untuk mengukur penggunaan antibiotik yang cenderung
berlebihan dan menimbulkan biaya tinggi dalam pengobatan. Pelayanan kesehatan di Nigeria
rata-rata 48% resep menggunakan antibiotik. Hal ini dapat menjadi perbandingan jumlah
antibiotik yang digunakan di pelayanan kesehatan (Anonim, 1993:14).
4. Presentase obat injeksi yang diresepkan
Presentase obat injeksi yang diresepkan bertujuan untuk mengukur penggunaan
injeksi secara berlebihan. Pelayanan kesehatan di Nigeria rata-rata 37% resep yang
menggunakan injeksi. Hal ini dapat menjadi perbandingan jumlah injeksi yang digunakan di
pelayanan kesehatan di Indonesia (Anonim,1993:14).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan
cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Keuntungan
a. Bekerja cepat
b. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin.
c. Dapat digunakan untuk obat yang rusak jika terkena cairan lambung,merangsang
jika masuk cairan lambung, atau tidak diabsorbsi baik oleh cairan lambung.
Kerugian
a. Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukar dilakukan pencegahan.
b. Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus.
c. Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan.
C. Jenis gastritis
1. Gastritis akut
Gastritis akut adalah proses peradangan mukosa akut, biasanya bersifat transien.
Peradangan mungkin disertai perdarahan ke dalam mukosa dan, pada kasus lebih parah,
terlepasnya epitel mukosa superfisial (erosi). Bentuk erosif yang parah ini merupakan
penyebab penting perdarahan saluran cerna akut (Kumar, et al, 2007:624).
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah sebagai peradangan mukosa kronis yang akhirnya
menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel (Kumar, et all, 2007:622).
D. Gejala gastritis
Gastritis atau maag tidak selalu menunjukkan gejala. Gejala yang paling umum adalah
nyeri di sekitar perut. Nyeri tersebut biasanya dibagian tengah perut, di atas pusar, dan di
bawah tulang dada. Nyeri yang terasa bisa seperti rasa terbakar atau menggerogoti dan bisa
terasa sampai ke belakang. Nyeri biasanya datang beberapa jam (2-3 jam) setelah makan saat
lambung kosong (Fitriani, 2013:139).
E. Penyebab gastritis
Penyebab utama gastritis adalah iritasi lambung misalnya oleh makanan yang
merangsang asam lambung, alkohol, obat atau stres. Pada keadaan ini terjadi gangguan
keseimbangan antara produksi asam lambung dan daya tahan mukosa. (Anonim, 2007:76 ).
F. Obat yang digunakan untuk gastritis
1. Antasid
Antasida merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung untuk
membentuk air dan garam, sehingga dapat menghilangkan keasaman lambung. Karena pepsin
tidak aktif pada pH lebih besar dari 4,0 maka antasida juga mengurangi aktivitas peptik
(Mycek, et al, 2001:244).
Obat ini dapat mengurangi rasa nyeri dilambung dengan cepat (dalam beberapa
menit). Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum dalam perut kosong dan sampai 3 jam
bila di minum satu jam sesudah makan (Tjay dan Rahardja, 2010:267).
a. Magnesium hidroksida
Memiliki daya netralisasi yang kuat, cepat dan banyak digunakan dalam sediaan
terhadap gangguan lambung efek samping utama magnesium hidroksida adalah diare (Tjay
dan Rahardja, 2010:270).
b. Natrium bikarbonat
Bersifat alkalis dengan efek antasid yang sama dengan kalsium karbonat. Efek
sampingnya pada penggunaan berlebihan adalah terjadinya alkalois dengan gejala sakit
kepala, perasaan haus sekali, mual dan muntah-muntah.
Seperti Ca-karbonat zat ini juga dihubungkan dengan pelonjakan produksi asam
secara reflektoris (efek rebound) .dosis: 1-4 gram sehari (Tjay dan Rahardja, 2010:270).
c. Aluminium hidroksida
Zat ini berkhasiat adstringen, yakni menciutkan selaput lendir berdasarkan sifat ionalumunium yang membentuk kompleks dengan antara lain protein. Juga dapat menutupi
tukak lambung dengan suatu lapisan pelindung (Tjay dan Rahardja, 2010:269).
2. Antibiotik
Obat antibiotik ini digunakan dalam kombinasi sebagai triple theraphy untuk
membunuh kuman Helicobacter pylori. Antibiotika ini diharapkan dapat menyembuhkan
tukak lambung/usus secara stabil dan menyeluruh (Endang ;Puspadewi, 2012).
a.
Amoksisilin
Amoksisilin adalah derifat-hidroksi ditemukan pada tahun 1972 yang tahan asam dan
spektrum-kerjanya sangat luas, yang meliputi banyak kuman gram negatif (Tjay dan
Rahardja, 2010:70).
b.
Tetrasiklin
Tetrasiklin digunakan pada infeksi saluran kemih karena mempunyai kadar yang
tinggi dalam kemih (sampai 60%). Pada eradikasi Helicobacter pyroli (pembangkit borok
usus/lambung). Tetrasiklin merupakan salah satu obatnya yang dapat dikombinasikan dengan
obat-obat penghambat pompa-proton (Tjay dan Rahardja, 2010:80).
c.
Klaritromisin
Klaritromisin adalah derivat 6-O-metil ditemukan pada tahun 1990. Obat ini sering
digunakan sebagai unsur ketiga dalam triple terapi untuk memberantas Helicobacter pyroli
bersama suatu proton-pump inhibitor dan metronidazol (Tjay dan Rahardja, 2010:161).
d.
Metronidazol
atau gastrin dengan sempurna. Namun. Obat-obat ini hanya menghambat sebagian sekresi
asam lambung yang dirangsang asetilkolin atau betanektol (Mycek, et al, 2001:240).
1) Simetidin
Obat ini dapat menghambat sekresi asam baik yang basal (alamiah) maupun yang
disebabkan oleh rangsanan makanan, insulin atau kofein. Pada tukak usus, simetidin sangat
efektif dengan persentase penyembuhan di atas 80%, keluhan-keluhan dapat lenyap dalam
beberapa hari dan tukak sembuh dalam beberapa minggu. Dosis untuk gastritis 1 hari 800 mg
setelah makan malam. Ulkus peptikum 2 hari 400 mg pada waktu makan dan sebelum tidur
atau 1 hari 800 mg sebelum tidur selama 4 minggu dan maksimal 8 minggu. Dosis
pemeliharaan guna mencegah kambuh malamhari 400 mg selama 3-6 bulan (Tjay dan
Rahardja, 2010:272 ).
2) Ranitidin
Obat ini memiliki efek samping minimal, dan tidak menimbulkan efek
antiandrogen atau efek merangsang prolaktin, obat ini tidak menghambat sistem oksigenase
fungsi campuran didalam hati, dan dengan demikian tidak mempengaruhi konsentrasi obatobat lain (Mycek et all, 2001:242).
3) Famotidin
Daya menekan sekresinya lebih kuat dari pada ranitidin. Dosis tukak lambung dan
tukak duodenum 1 hari 40 mg malam hari sebelum tidur selama 4-8 minggu, untuk
pencegahan 1 hari 20 mg sebelum tidur malam (Tjay dan Rahardja, 2010:273).
4) Nizatidin
Obat ini digunakan untuk tukak lambung dan tukak duodenum, efek farmakologi
dan potensi nizatidin sama seperti ranitidin. Berbeda dengan simetidin, ranitidin, dan
famotidin (yang dimetabolisme oleh hati), nizatidin dieliminasi oleh ginjal. Dosis pengobatan
300 mg sebelum tidur malam, atau 150 mg 2 kali sehari selama 4-8 minggu, pencegahan 150
mg sebelum tidur (Mycek et all, 2001:242).
4) Esomeprazol
Obat ini digunakan untuk tukak lambung dan duodenum. Dosis 1 hari 40 mg
selama 4-8 minggu (Tjay dan Rahardja, 2010:273).
4. Analog prostaglandin
Obat ini berfungsi untuk menghambat secara langsung sel-sel parietal. Selain itu
obat ini juga berguna untuk melindungi mukosa lambung dengan jalan stimulasi produk
mukus dan bikarbonat (Endang ;Puspadewi, 2012).
Misoprostol
analog
prostaglandin
ini
berfungsi
menstimulasi
mekanisme
perlindungan mukosa lambung dan menghambat sekresi asam lambung (Tjay dan Rahardja,
2010:274).
5. Pelindung mukosa lambung
a. Sukralfat
Suklarfat melindungi mukosa dari asam pepsin asam pada tukak lambung dan
duodenum. Suklarfat merupakan kompleks alumunium hidroksida dan sukrosa sulfat yang
efeknya sebagai antasida minimal. Karena memerlukan pH asam untuk aktifitasnya, maka
sukralfat tidak seharusnya diberikan bersama antagonis H2 atau antasida. Obat ini sebaiknya
digunakan secara hati-hati kepada pasien yang dirawat intensif (Mycek, et al, 2001:245 ).
b. Bismut koloidal
Preparat persenyawaan ini menyembuhkan ulkus peptikum dengan efektif. Selain
dari efek anti mikrobanya. Obat ini menghambat aktifitas pepsin, meningkatkan sekresi
mukus dan berinteraksi dengan protein di jaringan mukosa yang rusak untuk membungkus
dan melindungi lubang ulkus (Mycek, et al, 2001:245).
G. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah bakteri gram-negatif yang ditemukan di seluruh dunia
pada hampir separo dari semua orang sehat, terutama pada lansia dan anak-anak kecil. H.
pylori pada tahun 1982 dua dokter australia R. Warren dan B. Marshall menemukan, bahwa
H. pylori adalah penyebab tukak lambung dan tukak usus. Mereka semula tidak dipercaya
oleh dunia kedokteran, karena saat itu dianggap tukak diakibatkan oleh produksi asam
berlebihan ditambah dengan kebiasaan makan yang salah dan stres. Meskipun tersedia
banyak zat penghambat asam baru yang memang mampu menyembuhkan penyakit, namun
tukak selalu kambuh kembali. Penemuan baru ini merupakan pendobrakan dalam pengobatan
tukak lambung-usus, karena menunjukan bahwa tukak sebetulnya adalah suatu penyakit
infeksi kuman yang dapat disembuhkan tuntas dengan antibiotika. Pada separuh orang H.
pylori terdapat didalam lambung tanpa menyebabkan keluhan. Hanya pada 10-15%
berkembang menjadi tukak (Tjay dan Rahardja, 2010:264).
H. Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan
upaya kesehatan. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanaan secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan (Siregar C, 2004:7).
I. Fungsi Rumah Sakit
Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Penyebab gastritis
Pola makan, konsumsi
alkohol, pemakaian obat
NSAID, stres, kebiasaan
minum kopi
Gastritis
Pola peresepan
-
Karakteristik pasien
J. Kerangka Teori
berdasarkan umur
Persentase pasien
Peresepan obat gastritis di ruang penyakit
berdasarkan jenis
dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
kelamin
Moeloek Kota Bandar Lampung
Rata-rata jumlah item
obat dalam satu kali
peresepan
Persentase obat generik
dan nama dagang
Persentase pasien yang
memakai antibiotik
Persentase item obat
antibiotik yang di
Pengobatan gastritis
resepkan
Persentase obat antibiotk
- Antasida
yang paling banyak- di Penghambat sekresi
resepkan
Persentase obat injeksiasam
yang diresepkan - Analog
Persentase obat yang prostaglandin
sesuai DOEN atau
- Antibiotik
Formularium Rumah
- Pelindung mukosa
Sakit
Persentase golongan obat
lambung
gastritis yang paling
banyak diresepkan
Persentase obat gastritis
yang paling banyak di
resepkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode retrospektif dengan analisa deskriptif
kuantitatif, pengambilan data sekunder dari rekam medik pada pasien gastritis di ruangan
penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani Kota Metro periode April-Juni
tahun 2015
B. Kerangka Konsep
Peresepan obat gastritis di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung Periode April-Juni tahun 2015
Pengobatan
Karakteristik pasien
gastritis
- Umur
- Jenis kelamin
Pola peresepan
Penghambat
- Rata-rata jumlah item
sekresi
obat dalam satu kali
asam
peresepan
No
1
2
3
Antasida
Antibiotik
Banyaknya obat
dalam satu kali
peresepan
Obat gastritis
berdasarkan
nama generik
atau nama
dagang
Pasien yang
menerima obat
antibiotik
Penelitian
Dokumen
Item obat
antibiotik
Penelitian
Dokumen
Penelitian
Dokumen
Penelitian
Dokumen
Checklist 1.
2.
3.
Cheklist 1.
2.
Checklist 1.
1-2 item
3-4 item
> 4 item
generik
Nama dagang
pasien yang
menggunakan
antibiotik
2. pasien yang tidak
menggunakan
antibiotik
Checklist Penggunaan antibiotik
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Antibiotik
obat antibiotik
yang diresepkan
Penelitian
Dokumen
Amoksisilin
Tetrasiklin
Klaritromisin
metronidazol
Injeksi
Non injeksi
Nominal
Penelitian
Dokumen
Checklist 1.
2.
3.
4.
Checklist 3.
4.
Bentuk sediaan
Peresepan obat
yang sesuai
DOEN /
Formularium
Rumah Sakit
10
Golongan obat
gastritis
Bentuk sediaan
obat gastritis
yang diberikan
kepada pasien
Peresepan obat
Gastritis yang
sesuai dengan
DOEN /
Formularium
Rumah Sakit
Golongan obat
gastritis yang
digunakan
untuk terapi
gastritis
Penelitian
Dokumen
Checklist 3.
4.
Sesuai
Tidak sesuai
Nominal
Penelitian
Dokumen
Checklist
Berdasarkan jenis
golongan obat gastritis
Antasida
penghambat produksi
asam
Antagonis reseptor
H2
Penghambat pompa
proton (PPP)
Analog prostaglandin
Pelindung mukosa
lambung
Berdasarkan jenis obat
gastritis
Antasida
penghambat produksi
asam
Antagonis reseptor
H2
Penghambat pompa
proton (PPP)
Analog prostaglandin
Pelindung mukosa
lambung
Nominal
1.
2.
3.
4.
11
Obat gastritis
Obat-obat yang
digunakan
untuk terapi
gastritis
Penelitian
Dokumen
Checklist
1.
2.
3.
4.
Nominal
Nominal
Penelitian dilakukan dengan pengambilan data di ruangan rekam medik Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015
E. Populasi dan sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah rekam medik pasien gastritis
yang dilayani di ruangan penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota
Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015.
2. Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan total sampel rekam medik pasien gastritis yang
terdaftar di ruangan penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota
Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015
1. Alat penelitian
Alat penelitian ini menggunakan tabel checlist.
2. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medik pasien gastritis
di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung
periode April-Juni tahun 2015
G. Cara pengumpulan data
Teknik pengumpulan data untuk peresepan pengobatan gastritis pada pasien di ruang
penyakit dalam, yaitu dengan cara meneliti data sekunder dari rekam medik pasien.
H. Pengolahan Data
Untuk mengetahui pola peresepan obat gastritis diruang penyakit dalam Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung, maka data yang didapatkan dari
penelitian selanjutnya diolah dengan menggunakan lembar check list. Langkah yang
dilakukan adalah:
1. Pengecekan
a. Mengecek data rekam medik pasien gastritis di ruang penyakit dalam, Rumah
Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni
tahun 2015
b. Mencatat nama, umur, nomor rekam medik, dan jenis kelamin dari data rekam
medik pasien gastritis di ruang penyakit dalam, Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015 ke dalam
lembar check list.
c. Mencatat jumlah item obat dalam satu kali peresepan dari data rekam medik
pasien gastritis ruang penyakit dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015 ke lembar check
list.
d. Mencatat obat antibiotik dari rekam medik pasien gastritis ruang penyakit dalam,
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung periode
April-Juni tahun 2015 ke lembar check list.
e. Mencatat obat injeksi atau non injeksi dari rekam medik pasien gastritis, di ruang
penyakit dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar
Lampung periode April-Juni tahun 2015 ke dalam lembar check list.
f. Mencatat obat gastritis dari rekam medik kedalam lembar check list berdasarkan
obat generik dan nama dagang
g. Mencatat peresepan obat gastritis dari data rekam medik berdasarkan
DOEN/Formularium Rumah Sakit.
h. Mencatat obat-obat yang digunakan untuk terapi gastritis dari rekam medik pasien
gastritis ruang penyakit dalam, Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek Kota Bandar
Lampung periode April-Juni tahun 2015 ke dalam lembar check list.
2. Pengelompokan
a. Mengelompokan kriteria pasien berdasarkan jenis kelamin dan umur pasien
gastritis di ruang penyakit dalam, Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek Kota
Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015. Mengelompokan jenis obat
gastritis berdasarkan item obat yang diresepkan di ruang penyakit dalam,
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung periode
April-Juni tahun 2015. Mengelompokan jenis obat antibiotik yang di resepkan
di ruang penyakit dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota
Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015
b. Mengelompokan jenis obat gastritis berdasarkan jenis sediaan.
c. Mengelompokan obat gastritis yang di resepkan berdasarkan obat generik dan
nama dagang.
d. Mengelompokan peresepan obat gastritis yang sesuai DOEN/Formularium
Rumah Sakit.
e. Mengelompokan obat gastritis yang paling banyak di resepkan berdasarkan
golongan.
f. Mengelompokan obat gastritis yang paling banyak di resepkan di ruang
penyakit dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar
Lampung periode April-Juni tahun 2015.
3. Memproses
a. Menghitung jumlah karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan umur
pasien gastritis di ruang penyakit dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015
b. Menghitung jenis obat gastritis berdasarkan item obat dalam satu kali
peresepan.
c. Menghitung persentase obat antibiotik yang di resepkan di ruang penyakit
dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung
periode April-Juni tahun 2015
d. Menghitung persentase obat antibiotik yang paling banyak di resepkan.
e. Menghitung persentase obat gastritis berdasarkan jenis sediaan.
f. Menghitung jumlah persentase obat gastritis berdasarkan obat generik dan
nama dagang.
g. Menghitung jumlah persentase peresepan sesuai DOEN/Formularium Rumah
Sakit.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek
Kota Bandar Lampung dengan melihat data buku rekam medik pasien ruang penyakit dalam
periode April-Juni tahun 2015 adalah sebagai berikut:
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
Umur pasien
Total
Persentase
Total keseluruhan
Tabel 4.2 menjelaskan bahwa pasien terbanyak yang menderita gastritis adalah
2. Persentase
karakteristik
responden
berdasarkan
jenis
kelamin
Tabel 4.3.
Karakteristik pasien gastritis di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota
Bandar Lampung berdasarkan jenis kelamin responden periode April-Juni tahun 2015
No
1
2
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total
Jumlah
Persentase
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa jumlah pasien gastritis di ruang penyakit dalam Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015
berdasarkan jenis kelamin lebih banyak di derita
No.
1.
2.
Jumlah
Presentase
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa penggunaan obat untuk pasien gastritis yang banyak di
gunakan adalah obat gastritis dengan
5. Persentase pasien gastritis yang menggunakan antibiotik
Tabel 4.5.
Persentase pasien gastritis yang menggunakan antibiotik di ruang penyakit dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015
No
1.
2.
Pasien gastritis
Yang menggunakan antibiotik
Yang tidak menggunakan antibiotik
Total keseluruhan
Jumlah
Persentase
Tabel 4.5 menjelaskan bahwa pasien yang menggunakan antibiotik dan yang tidak
menggunakan antibiotik
NO.
1.
2.
Antibiotik
Total keseluruhan
Jumlah
Persentase
Tabel 4.6 menjelaskan bahwa antibiotik yang paling banyak di gunakan untuk pasien gastritis
adalah amoksisilin sebanyak
8.
Tabel 4.7.
Persentase penggunaan injeksi atau non injeksi yang di berikan kepada pasien gastritis ruang penyakit
dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun
2015
No.
1.
2.
Jenis sediaan
Non injeksi
Injeksi
Total Keseluruhan
Jumlah
Presentase
Tabel 4.7 dan diagram 4.9 menjelaskan bahwa penggunaan obat untuk pasien gastritis yang
banyak di gunakan adalah obat gastritis dengan sediaan
No.
1.
2.
Jumlah
Presentase
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa penggunaan obat gastritis yang sesuai dengan formularium
rumah sakit sebanyak
10. Persentase golongan obat gastritis yang paling banyak di resepkan
Tabel 4.9.
Persentase golongan obat gastritis yang paling banyak diresepkan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Moeloek Kota Bandar Lampung periode April-Juni tahun 2015
NO.
1.
2.
3.
4.
Total keseluruhan
Total
Persentase
Tabel 4.9 dijelaskan bahwa golongan obat gastritis yang paling banyak diresepkan adalah
NO
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Nama obat
Total
Persentase
Total keseluruhan
Tabel 4.10 menjelaskan bahwa obat gastritis yang paling banyak diresepkan adalah
B. Pembahasan penelitian
1. Karakteristik pasien berdasarkan umur
2. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin
3. Jumlah item obat dalam satu kali peresepan
4. Persentase penggunaan obat generik dan nama dagang
5. Persentase pasien yang menggunakan antibiotik
6. Persentase penggunaan antibiotik
7. Persentase obat antibiotik yang paling banyak digunakan
8. Persentase penggunaan injeksi
9. Persentase peresepan sesuai dengan formularium
10. Persentase golongan obat gastritis yang sering diresepkan
11. Persentase obat gastritis yang paling banyak di resepkan